Contoh Makalah Tentang HIV AIDS Human Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

Inge Pradita
102010234
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: inge.praditha@gmail.com

Pendahuluan
HIV atau, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS atau merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh .HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel
darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut "sel T-4" atau disebut juga "sel CD-4".

1

Kerusakan

progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS amat rentan dan mudah
terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lamakelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. Oleh karena penyakit yang

menyerang bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut penyakit. Definisi yang benar adalah sindrom atau
kumpulan gejala penyakit. Penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit bakteri, jamur,
parasit dan virus yang bersifat oportunistik atau keganasan seperti sarkoma kaposi dan limfoma primer di
otak.2
Masa inkubasi HIV sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10
tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin
bertambah dan sel CD4 semakin menurun. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah,
seorang Odha akan mulai menampakkan gejala-gejala. HIV dapat menular kepada siapapun melalui cara
tertentu, tanpa peduli kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi maupun
orientasi seksual. 1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

1

Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kondisi pansien dan untuk
mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Jenis anamnesis yang dapat dilakukan ialah
autoanamnesis dan alloanamnesis3. Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam

keadaan sadar.Sedangkan bila pasien tidak sadar,maka dapat dilakukan alloanamnesis yang menyertakan
kerabat terdekatnya yang mengikuti perjalanan penyakitnya.
Pada setiap anamnesis selalu dinyatakan identitas pasien terlebih dahulu.Identitas pasien meliputi
nama,tanggal lahir,umur,suku,agama,alamat,pendidikan,dan pekerjaan. Setelah itu dapat dinyatakan pada
pasien apa keluhan utama dia dating dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan sebelum datang. Perlu
ditanyakan pada pasien apa sudah ada obat yang diminum. Bila sudah, tanyakan obat apa yang diminum,
apakah ada perubahan setelah minum obat tersebut. Tidak lupa juga untuk menanyakan kepada pasien apa
pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya atau tidak. Kemudian tanyakan apa ada anggota keluarga
atau orang terdekat yang pernah sakit seperti yang diderita pasien. 3
Riwayat keluarga dan kerabat yang berhubungan juga perlu ditanyakan untuk menguatkan
dugaan.Misalnya apakah ada kerabat yang pernah mengalami hal tersebut ? dan apakah ada kontak antara
pasien dengan kerabatnya tersebut ? . Pada skenario Seorang laki-laki usia 52 tahun, keluhan utama
batuk-batuk disertai dengan sesak napas dan keluhan penyerta panas disertai nyeri menelan sejak 3
minggu yang lalu, gatal-gatal diseluruh badan, diare sejak 2 bulan terakhir, berat badan turun sekitar 9 kg
dalam 2 bulan terakhir. Jika data-data dari pasien sudah lengkap untuk anamnesis,maka dapat dilakukan
pemeriksaan fisik untuk menunjang anamnesis tadi.3
Pemeriksaan Fisik4-6
Pemeriksaan fisik HIV dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan saat ini.
Pemeriksaan fisik HIV meliputi antara lain :
Suhu.

Demam umum pada orang yang terinfeksi HIV, bahkan bila tidakada gejala lain. Demam kadang-kadang
bisa menjadi tanda dari jenispenyakit infeksi tertentu atau kanker yang lebih umum pada orang
yangmempunyaisistem kekebalan tubuhlemah . Dokter akan memeriksa suhuAnda pada setiap
kunjungan.6
Berat Badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan 10% atau lebih dari berat badan
Anda mungkin akibat dari sindrom wasting, yang merupakan salah satu tanda-tandaAIDS, danyang
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

2

paling parah Tahap terakhir infeksi HIV. Diperlukan bantuan tambahan gizi yang cukup jika Anda telah
kehilangan berat badan.6
Mata
Pasien terkena Cytomegalovirus (CMV) retinitis yaitu komplikasi umum AIDS. Hal ini terjadi lebih
sering pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari100 sel per mikroliter (MCL). Termasuk gejala
floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan. Jika terdapat gejala retinitis CMV, diharuskan
memeriksakan diri ke dokter mata sesegera mungkin. Beberapa dokter menyarankan kunjungan dokter
mata setiap 3 sampai 6 bulan jika jumlah CD4 anda kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL). 6
Mulut

Pemeriksaan pada mulut apakah ada Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum pada
orang yang terinfeksi HIV. Dokter akan akan melakukan pemeriksaanmulut pada setiap kunjungan.
pemeriksakan gigi setidaknya dua kalisetahun. Jika pasien beresiko terkena penyakit gusi (penyakit
periodontal), pasien perlu ke dokter gigi lebih sering. 6
Kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati)

tidak selaludisebabkan oleh HIV.

Pada

pemeriksaankelenjar getah bening yang semakin membesar atau jika ditemukan ukuran yang berbeda,
Dokter akan memeriksa kelenjar getah bening pada setiap kunjungan. 6
Perut
Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang membesar (hepatomegali) atau pembesaran
limpa (splenomegali). Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau mungkin menunjukkan kanker.
Dokter akan melakukan pemeriksaan perut pada kunjungan setiap atau jika anda mengalami gejala-gejala
seperti nyeri di kanan atas atau bagian kiri atas perut anda. 6
Kulit
Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita HIV. Pemeriksaan yang teratur dapat

mengungkapkan kondisi yang dapatdiobati mulai tingkat keparahan daridermatitis seboroikdapatsarkoma
Kaposi. Dokter akan melakukan pemeriksaan kulit setiap 6 bulan atau kapan gejala berkembang.6
Pada skenario pemeriksaan fisik ditemukan suhu 37,9°C, denyut nadi 96x/menit, ditemukan
pembesaran kelenjar limfe pada leher dan aksila, tampak bercak kemerahan pada badan dan tungkai.
melihat penampilan umum pasien dengan melihat Berat badan yang dilakukan pada setiap kunjungan
jika kehilangan berat badan hingga 10 % atau lebih dari berat badan pasien mungkin akibat dari infeksi
HIV, Tinggi Badan, Postur tubuh, 4-6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

3

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium sangat besar perananya dalam menetapkan diagnosis dan gambaran
perjalanan penyakit serta dalam menentukan tindakan pengobatan, karenadalam banyak hal tidak dapat
memberi petunjuk terhadap perkembangan penyakit khususnya pada masa asintomatik laten. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan antigen atau antibody terhadap HIV didalam darah. 4 Untuk itu digunakan
pemeriksaan dengan tes Elisa (Enzim linked immunosorbent assay) sebagai pemeriksaan penyaring, yang
apabila positif lebih lanjut dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Westren Immunoblot (WB). Metode
untuk mendiagnosa HIV terdapat beberapa cara :

Test HIV antibody
Menggunakan EIA (Enzyme Immuno Assay) disebut juga ELISA (Enzyme Linked
Immunosorbent Assay). EIA mendeteksi antibody yang diproduksi sebagai respond terhadap infeksi HIV.
Dalam tes EIA ketika darah ditambahkan, antibodi HIV melekat pada antigen HIV. Kompleks antigenantibodi kemudian dideteksi menggunakan anti human IgG antibodi yang di konjugasikan ke sebuah
enzim seperti alkaline fosfatase. Kemudian ditambahkan substrat yang nantina akan memberi warna
sebagai hasil produksi enzim. Test positif bila terdapat warna dan negative bila tidak terdapat warna. Test
ini mempunyai kemungkinan false positif yang besar. False positif dapat terjadi pada keadaan misalnya :
imunisasi, DNA virus infeksi ( misalnya Epstein – Barr virus) Bila ini terjadi harus dikonfirmasi dengan
western blot. 4,7
Western blot
Lebih spesifik dari tes EIA dan apabila terjadi false positif EIA tes, tes ini dapat memastikan
apakah orang tersebut terinfeksi atau tidak. Tes ini dilakukan dengan memisahkan HIV antitgen dengan
elektroforesis, lalu di transfer ke kertas nitroselulosa dan disusun, protein yang lebih besar ada di atas dan
protein yang lebih kecil ada di dasar. Lalu serum sampel ditambahkan. Jika terdapat HIV antibody, maka
akan berikatan dengan spesifik antigen virus yang ada di kertas. Sebuah enzim dan substrat lalu
ditambahkan untuk menghasilkan warna seperti pada tes EIA. Jika tidak ada warna makan tes ini negative
dan jika tes ini positif akan terlihat kombinasi warna.
Saat hasil tes dengan EIA menunjukkan hasil yang positif dan western blot positif orang tersebut positif
menderita HIV sedangkan apabila hasil EIA positif sedangkan western blot negative orang tersebut tidak
menderita HIV.


4,7

PCR
Merupakan tekhnik untuk mendeteksi HIV DNA. PCR mendeteksi kehadiran dari virus bukan
antibodi terhadap virus seperti yang dites oleh EIA dan western blot tes. PCR DNA HIV mendeteksi HIV1 provirus dalam sel mononuklear dengan menggunakan oligonukleotida yang diarahkan pada daerahdaerah yang sangat lestari genom virus. Tes ini dapat dilakukan dalam waktu 24 jam dari infeksi dan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

4

memiliki sensitivitas dan spesifisitas 95% dan 97% masing-masing. Meskipun lebih sensitif dibandingkan
kultur virus, kinerja diagnostik dari 2 metode yang setara. Budaya Viral diperoleh oleh co-budidaya sel
mononuklear berpotensi terinfeksi dan tidak terinfeksi sama untuk mempromosikan replikasi virus. Setiap
beberapa hari, budaya yang diuji untuk HIV p24 antigen. Hasil positif pada 2 sekuensial tes antigen p24
deteksi menunjukkan infeksi. Teknik ini memerlukan waktu rata-rata 7-14 hari untuk melakukan, tetapi
mungkin memerlukan waktu selama 28 hari. Hasil virologi positif harus dikonfirmasi dengan tes ulang
virologi dengan spesimen kedua sesegera mungkin setelah hasil pertama tersedia. 7
Working Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien pada
skenario, dapat dibuat dugaan sementara pasien menderita AIDS. Untuk memastikan diagnosis perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium lainnya seperti ELISA, PCR dan Western Blot.
Differential Diagnosis
Human Immunodeficiency Virus (HIV) harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang tidak
biasa atau aneh dengan pasien yang mengalami infeksi serius tanpa penyebab lain, terutama pada mereka
yang memiliki faktor resiko untuk terinfeksi HIV.8
Salah satu infeksi oportunistik atau kanker yang berhubungan dengan AIDS juga dapat terjadi
tanpa adanya infeksi HIV, meskipun infeksi ini biasanya berkembang pada pasien dalam bentuk yang lain
dari penekanan kekebalan tubuh atau cacat. Kemungkinan infeksi HIV harus dipertimbangkan atas dasar
kasus per kasus8
Leukimia
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh. Tergantung pada jumlah sel-sel
yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul, pasien leukemia mempunyai sejumlah gejala umum
antara lain:9


Demam atau keringat malam




Infeksi yang sering terjadi



Merasa lemah atau letih



Sakit kepala



Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah
kecil di bawah kulit)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

5




Nyeri di tulang atau persendian



Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa)



Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak



Kehilangan berat badan

Pada leukimia tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia menyebabkan
jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel
darah merah menurun.9
SLE (systemic lupus erithematosus)9
Sistemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan

menyerang berbagai system dalam tubuh. Tanda dan gejala penyakit ini dapat bermacam-macam, dapat
bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis. SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan yang bersifat
ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan.
Gejala yang paling sering muncul adalah arthritit simetris atau atralgia, yang muncul pada 90%
dari waktu perjalanan penyakit, seringkali sebagai manifestasi awal. Sendi-sendi yang paling sring
terserang adalah sendi proksimal tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, lutut, dan pergelangan kaki.
Gejala-gejala konstitusional adalah demam, rasa lelah, lemah, dan berkurangnya berat badan yang
biasanya timbul pada awal penyakit dan dapat berulang dalam perjalanan penyakit ini. Keletihan dan rasa
lemah dapat timbul sebagai gejala sekunder dari anemia ringan yang ditimbulkan oleh SLE.
Manifestasi kulit mencakup ruam eritematosa yangdapat timbul pada wajah, leher, ekstrimitas,
atau pada tubuh. 40% dari pasien SLE memiliki ruam khas berbentuk kupu-kupu. Sinar matahari dapat
memperburuk ruam kulit ini. Dapat timbul rambut rontok yang kadang-kadang menjadi berat. Juga dapat
terjadi ulserasi pada mukosa mulut dan nasofaring. Pleuritis (nyeri dada) dapat timbul akibat proses
peradangan kronik dari SLE. SLE juga dapat menyebabkan karditis yang menyerang miokardium,
endokardium, atau pericardium.
Kurang lebih 65% dari pasien SLE akan mengalami gangguan pada ginjalnya, 25% menjadi
gangguan ginjal yang berat. SLE juga dapat menyerang SSP maupun perifer. Gejala-gejala yang
ditimbulkan meliputi perubahan tingkah laku, kejang, gangguan saraf otak, dan neuropati perifer.
ANA positif pada lebih dari 95% pasien lupus. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya
antibody yang mampu menghancurkan inti dari sel-sel tubuh sendiri. Selain mendeteksi adanya ANA,
juga berguna untuk mengevaluasi pola dari ANA dan antibody spesifik. Pola ANA diketahui dari
pemeriksaan preparat dibawah sinar UV. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan SLE dari tipe-tipe
gangguan lainnya

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

6

Toxoplasmosis
 Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat
ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma
gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan
hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang
jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam
praktek dokter sehari-hari.5
Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu
demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa acuta).
Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa.Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan
peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina
menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). 8

Epidemologi
Penelitian mengenai HIV dimulai pada 1983 saat kelompok peneliti Perancis yang diketuai Luc
Montagnier menduga bahwa ada hubungan antara retrovirus dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome). Setahun berikutnya, Robert C Gallo dan kawan-kawan berhasil mengisolasi retrovirus dari
pasien AIDS. Virus ini kemudian diberi nama HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Sampai saat ini diperkirakan, penderita AIDS berjumlah lebih dari 42 juta jiwa. Jumlah ini terus
bertambah dengan kecepatan 15.000 pasien per hari. Jumlah pasien di kawasan Asia Selatan dan Asia
Tenggara sendiri diperkirakan berjumlah sekitar 5,6 juta. Total lebih dari 20 juta jiwa telah meninggal
karena AIDS.Sejak penemuannya, ribuan peneliti di seluruh dunia telah ikut berperan dalam penelitian
HIV.4Masalah HIV/AIDS adalah salah satu masalah besar yang mengancam Indonesia dan beberapa
negara diseluruh dunia. Menurut badan WHO yang menangani AIDS, memperkirakan jumlah penderita di
seluruh dunia pada Desember 2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. 10
Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981. 1 Sedangkan, kasus AIDS di Indonesia
pertama kali dilaporkan dari Bali pada April 1987, penderitanya adalah seorang wisatawan Belanda. Pada
awal 1991, terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat. Bahkan pada trieulan pertama
tahun 1993 terjadi peningkatan HIV/AIDS secara eksponensial. Akhir 1996, tercatat di Depkes Pusat
berjumlah 501orang, terdiri dari 119 kasus AIDS dan 382 HIV, yang dilaporkan dari 19provinsi. 11Virus
penyebab AIDS diidentifikasikan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 yang pada waktu itu diberi nama
LAV( lymphadenopathy virus) sedangkan Robert Gallo menemukan virus penyebab AIDS pada tahun
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

7

1984 yang saat itu diinamakan HTLV-III. Sedangkan Test untuk memeriksa antibody terhadap HIV
dengan cara ELISA baru tersedia pada tahun 1986. Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh
yang mengandung virus HIV, yaitu melalui hubungan seksual , jarum suntik pada penggunaan narkotika,
transfuse komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya, yang paling
mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV pada pengguna narkotika. Padahal sebagian
pengguna nortika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupaka kelompok produktif. Pengguna
narkotika jarum suntik mempunyai resiko tinggi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit-bibit penyakit
lainnya. Penyebabnya adalah penggunaan jarum suntik secara bersamaan dan berulang. Satu jarum suntik
dipakai bersama antara dua sampai lebih dari 15 orang pengguna narkotika. 10
Survey yang dilakukan di RS Ketergantungan Obat di Jakarta menunjukkan peningkatan kasus
infeksi HIV pada pengguna narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi yaitu 15% pada tahun 1999,
meningkat menjadi 40,8% pada tahun 2000, dan 47,9% pada tahun 2001. Bahkan suatu survey yang
dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu menunjukkan 93% pengguna narkotika terinfeksi HIV. 10
Etiologi
HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Retrovirus berdiameter 70-130 nm
masa inkubasi virus ini selama sekitar 10 tahun (Kayser et al, 2005). Virion HIV matang memiliki bentuk
hampir bulat. Selubung luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda yang banyak
mengandung tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari dua glikoprotein; gp120 dan gp41. Terdapat. suatu
protein matriks yang disebut gp17 yang mengelilingi segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan
inti dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut p24 (Lan, 2005). Di dalam kapsid terdapat dua untai
RNA identik dan molekul preformed reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah terbentuk.
Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus
masuk ke sel sasaran (Lan, 2005). 9
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. VIrus ini diketemukan oleh montagnier, seorang
ilmuwan perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan
gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus (LAV).

4

Gallo (national Institute of Health, USA 1984) menemukan Virus HTLV-III (Human T Lymphotropic
Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini
sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses (1986)
WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula
menyebabkan AIDS, disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2
dianggap kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut
sebagai HIV saja. 4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

8

Patofisiologi HIV
Human Immunodeficiency Virus(HIV) adalah anggota dari kelompok family lentivirus dari
retrovirus hewan12 dan menggunakan RNA sebagai genom4. Sifat dari virus ini adalah menyebabkan
penyakit fatal yang timbul secara perlahan-lahan. Ada 2 macam virus HIV yang memiliki genetika yang
berbeda namun memiliki sifat antigenik yang sama yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 paling berkaitan
dengan negara-negara di Amerika,Eropa,dan Afrika tengah, sedangkan HIV-2 terutama ada di Afrika
Selatan.HIV-1 dan HIV-2 sama-sama menyebabkan defisiensi imun dengan menurunkan jumlah limfosit
T CD4+ . Meskipun spektrum HIV-2 sama dengan HIV-1, HIV-2 meenyebar dan menyebabkan penyakit
lebih lambat dibandingkan dengan HIV-1. Penjelasan makalah ini akan fokus ke HIV-1 saja. 12
HIV ini hanya menyerang sel-sel tertentu saja di dalam tubuh yaitu limfosit T CD4 + ,makrofag,
dan sel dendritik. limfosit T CD4 + diperlukan sebagai fungsi imun normal di dalam tubuh. Limfosit T
CD4+ memiliki fungsi untuk mengenali antigen asing dna membantu aktivasi limfosi B untuk
memproduksi antibodi. Limfosit T CD4 + juga sebagai sel perantara yang dapat membantu aktivasi dari
Limfosit T CD8+ cytotoxic dan natural killer(NK) sel yang berfungsi untuk menghancurkan sel yang
terinfeksi oleh virus dan antigen. Fungsi fagositosis dari makrofag dan monosit juga dipengaruhi oleh
limfosit T CD4+.12
HIV memiliki 2 untai RNA di dalam kapsid.HIV ini juga diselubungi oleh dengan beberapa
lapisan protein. Pada bagian terluar,kapsid HIV dikelilingi oleh 2 macam glikoprotein, yaitu gp 120 dan
gp41, yang berperan penting dalam menginfeksi sel target. Replikasi dari HIV terjadi dengan 8
langkah,yaitu 1. Penempelan HIV dengan reseptor CD4 + , saat HIV masuk ke dalam aliran darah, HIV
akan menempel pada reseptor CD4+ yang memiliki afinitas tinggi terhadap HIV. Tetapi penempelan pada
reseptor CD4+ tidak cukup untuk menginfeksi sel host.Oleh karena itu, virus ini harus berikatan dengan
permukaan molekul lainnya dengan bantuan gp120 dan gp41 2.HIV masuk ke dalam sel limfosit
bersamaan dengan RNA dan enzim reverse transkriptase. 3.Enzim reverse trankriptase berkerja
membentuk DNA molekul. Pada langkah ini, untuk berkembang biak, HIV harus mengubah RNAnya
menjadi DNA 4. DNA yang baru dibuat oleh HIV masuk ke inti sel host dengan bantuan enzim integrase
dan bergabung dengan DNA sel host yang sudah ada 5. Terjadi transkripsi yang dilakukan DNA virus tadi
sehingga membentuk messenger RNA virus dengan intruksi untuk membuat virus baru
6.mRNA virus akan melakukan translasi untuk membentuk polyprotein virus. Selama proses translasi,
ribosomal RNA(rRNA) akan menggunakan intruksi dari mRNA tadi untuk membentuk rantai protein dan
enzim disebut polyprotein. Polyprotein ini akan diperlukan untuk komponen untuk pembentukkan virus
baru 7. Pemotongan rantai polyprotein menjadi polyprotein yang siap dipakai untuk membangun virus

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

9

baru 8. Protein tersebut berkumpul dan menyelubungi virus bersamaan dengan RNA virus,selanjutnya
virus lepas dari sel host.
Replikasi HIV ini menyebabkan sel T CD4 + mati. Selanjutnya HIV ini akan menuju ke aliran darah dan
menginfeksi sel T CD4+ lainnya. Setiap hari, berjuta-juta sel T CD4 + yang terinfeksi HIV hancur dan
melepaskan miliaran virus ke aliran darah, tetapi setiap harinya, hampir semua sel T CD4 + diganti dan
hampir semua virus dihancurkan. Namun yang menjadi permasalahan adalah seiring berjalannya waktu,
jumlah sel T CD4+ menurun dan jumlah virus semakin meningkat. Dan pada akhirnya,orang yang
terinfeksi virus HIV akan mengalami defisiensi imun yang dapat menyebabkan orang yang terinfeksi
menjadi rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri baik yang berbahaya maupun yang tidak
berbahaya bagi orang normal.12
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis infeksi HIV merupakan gejala dan tanda pada tubuh host akibat intervensi HIV.
Manifestasi ini dapat berupa gejala dan tanda terinfeksi virus akut, keadaan asimtomatis berkepanjangan,
hingga manifestasi AIDS berat. Manifestasi gejala dan tanda dari HIV dapat dibagi menjadi 4 tahap. 13
Pertama merupakan tahap infeksi akut, pada tahap ini muncul gejala tetapi tidak spesifik. Tahap ini
muncul 6 minggu pertama setelah paparan HIV dapat berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi,
nyeri telan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Dapat disertai meningtis aseptik yang ditandai
demam, nyeri kepala hebat, kelenjar kejang dan kelumpuhan saraf otak.
Kedua merupakantahap asimtomatis, pada tahap ini gejala dan keluhan hilang. Tahap ini berlangsung
6 minggu hingga beberapa bulan bahkan tahun setelah infeksi. Pada saat ini sedang terjadi internalisasi
HIV ke intraseluler. Pada tahap ini aktivitas penderita masih merasa normal. 2
Ketiga merupakan tahap asimtomatis, pada tahap ini gejala dan keluhan lebih spesifik dengan gradasi
sedang sampai berat. Berat badan menurun tetapi tidak sampai 10%, pada selaput mulut terjadi sariawan
berulang, terjadi peradangan pada sudut mulut, dapat juga ditemukan infeksi bakteri pada saluran napas
bagian atas namun penderita dapat melakukan aktivitas meskipun terganggu. Penderita lebih banyak
berada di tempat tidur meskipun kurang 12 jam per hari dalam bulan terakhir. 13
Keempat merupakan tahap yang lebih lanjut atau tahap AIDS. Pada tahap ini terjadi penurunan berat
badan lebih dari 10%, diare yang lebih dari 1 bulan, panas yang tidak diketahui sebabnya lebih dari satu
bulan, kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, tuberkulosis paru, dan pneumonia bakteri. Penderita
terbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari selama sebulan terakhir. Penderita diserbu berbagai
macam infeksi sekunder, misalnya pneumonia pneumokistik karinii, toksoplasmosis otak, diare akibat
kriptosporidiosis, penyakit virus sitomegalo, infeksi virus herpes, kandidiasis pada esofagus, trakea,
bronkus atau paru serta infeksi jamur yang lain misalnya histoplamosis, koksidiodomikosis. Dapat juga
ditemukan beberapa jenis malignansi, termasuk keganasan kelenjar getah bening dan sarkoma kaposi.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

10

Hiperaktivitas komplemen menginduksi sekresi histamin. Histamin menimbulkan keluhan gatal pada kulit
dengan diiringi mikroorganisme di kulit memicu terjadinya dermatitis HIV. 13

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HIV/AIDS meliputi penatalaksanaan fisik, psikologis, dan sosial.
Medikamentosa9
Peningkatan harapan hidup pada pasien dengan manifestasi klinis dapat meningkat dengan
diagnosis dini, pemberian preparat zidovudin, pengobatan komplikasi serta penggunaan. Antibiotic
sebagai profilaksis secara luas, Saat ini pengobatan yang sering dilakukan adalah inhibitor enzim yang
diperlukan untuk replikasi virus, seperti inhibitor reverse transcriptase dan protease.

9

Setelah itu

dikembangkan inhibitor protease seperti indinavir, ritonavir, dan nefinavir. Sampai saat ini food and drug
administration (FDA) amerika telaah mengizinkaan penggunaan sekitar 20 jenis obat-obatan.
Infeksi Dini
CDC menyarankan pemberian antiretroviral pada keadaan asimtomatik bila CD4

Dokumen yang terkait

KEBERMAKNAAN HIDUP PENDERITA HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) / ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) (Studi Kasus pada ODHA Ibu Rumah Tangga)

2 27 19

PROSES PENERIMAAN DIRI PADA ORANG DENGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)/ ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROM (AIDS) (Studi Kasus pada ODHA akibat Pajanan)

0 23 22

Peranan Diskusi Pemecahan Masalah Di Bala Keselamatan Bandung Dalam Menumbuhkan Kepercayaan Diri Pada Orang Dengan HIV (Acquired Immune Deficiency Virus) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (ODHA)

0 12 1

Peranan Diskusi Pemecahan Masalah Di Bala Keselamatan Bandung Dalam Menumbuhkan Kepercayaan Diri Pada Orang Dengan HIV (Acquired Immune Deficiency Virus) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (ODHA)

3 54 178

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME (HIV/AIDS) PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG.

0 2 33

Contoh Makalah Tentang Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) AIDS

0 7 49

PERMASALAHAN GENDER DALAM KASUS HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS - ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (HIV-AIDS) DI INDONESIA

0 0 15

Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang

0 0 8

AKUNTABILITAS PROGRAM PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (HIVAIDS) DI KOTA SURAKARTA

0 0 16

KAJIAN YURIDIS TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) STUDI KASUS KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 11