Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang

  Volume 1, Nomor 2 Januari 2015

“Analisis Implementasi Program Penanggulangan Human

Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency

Syndrome di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang

Tahun 2014 ”

  

“Analysis of Program Implementation and Management Human Immunodeficiency

Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Prevention and Control

District Commission Sintang 2014 ”

  Abstrak Latar Belakang : Human Immunodeficiency Virus yang selanjutnya

  Penanggulangan Human

  

Galelius Paulus Micky Dadong

  Kata Kunci : Implementasi Program, Penanggulangan HIV dan AIDS.

  Penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan.

  Kesimpulan : Implementasi Program

  Penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan, hal ini dikarenakan berbagai kendala seperti proses komunikasi, ketersediaan sumber daya, faktor disposisi serta mekanisme dalam struktur birokrasi.

  Hasil : Implementasi Program

  Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang tahun 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berbagai faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang seperti proses komunikasi, ketersediaan sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di KPA Kabupaten Sintang.

  Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi

  Pembahasan : Implementasi Program

  disingkat HIV adalah Virus yang menyebabkan Acquired Immuno

  menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah pengurus dan pengelola KPA Kabupaten Sintang serta masyarakat umum dengan jumlah total 8 responden. Teknik penelitian menggunakan observasi dan wawancara mendalam (in-dept interview).

  Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1)

  Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang Tahun 2014.

  Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di

  Implementasi Program Penanggulangan

  Tujuan : Untuk menganalisis

  yang selanjutnya disingkat AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. Data Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang sampai dengan bulan Juni 2014 berjumlah 171 kasus.

  Deficiency Syndrome (AIDS) . Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome

  Metode Penelitian : Penelitian ini

  Abstract Background : Human immunodeficiency

  AIDS programs in AIDS Commission Sintang already implemented, but have not reached the maximum results in its implementation in the field.

  AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang (Depkes RI, 2013).

  Syndrome yang selanjutnya disingkat

  Sedangkan Acquired Immuno Deficiency

  yang selanjutnya disingkat HIV adalah Virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) .

  Human Immunodeficiency Virus

  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, bahwa dengan terjadinya peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang bervariasi mulai dari epidemi rendah, epidemi terkonsentrasi dan epidemi meluas, perlu dilakukan upaya penanggulangan HIV dan AIDS secara terpadu, menyeluruh dan berkualitas.

  Status derajat kesehatan masyarakat disuatu wilayah dapat dilihat dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang memberi pengaruh terpenting, dimana penularan penyakit akan lebih cepat terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak baik. Hal inilah yang menyebabkan penyakit-penyakit menular masih menjadi masalah utama. Salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di Indonesia, bahkan permasalahan global adalah penyakit HIV/AIDS (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2014).

  Pendahuluan

  Keywords : Program Implementation, HIV and AIDS.

  Conclusions : Implementation of HIV and

  virus HIV is hereinafter abbreviated virus that causes Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). While the Acquired Immuno Deficiency Syndrome hereinafter abbreviated as AIDS is a collection of symptoms reduced ability to self defense caused by the entry of the HIV virus in a person's body. Data Cases of HIV and AIDS in Sintang until the month of June 2014 amounted to 171 cases.

  AIDS programs in AIDS Commission Sintang already executed, but not yet achieving maximum results in its implementation in the field, this is due to various constraints such as communication processes, availability of resources, and the disposition factor in the mechanism of bureaucratic structure .

  Results : Implementation of HIV and

  Various factors that interact and influence the implementation of the HIV and AIDS in Sintang such communication processes, resource availability, disposition and bureaucratic structure in NAC Sintang.

  Management of Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Commission 2014 Sintang influenced by various factors.

  Discussion : Implementation of Program

  Respondents in this study were administrators and managers NAC Sintang and the general public with a total of 8 respondents. Engineering research using observation and in-depth interviews (in- dept interview).

  Methods : This study used a descriptive research with a qualitative approach.

  Implementation Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immuno Deficiency Syndrome in AIDS Commission Sintang 2014.

  Purpose : To analyze Mitigation Program

  Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (2013), situasi masalah HIV-AIDS di Indonesia sejak pertama kali ditemukan di Provinsi Bali pada tahun 1987 sampai dengan Desember 2013, HIV-AIDS tersebar di 368 (72%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan dari mulai tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak 127.427 orang. Sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 sebanyak 52.348 orang.

  Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan Provinsi Kalimantan Barat kepada Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) sampai dengan Desember 2013 sebanyak 4.135 kasus, sedangkan jumlah kumulatif AIDS yang dilaporkan sampai dengan Desember 2013 sebanyak 1.699 kasus (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2014).

  Jumlah penderita HIV-AIDS yang dilaporkan dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2014 di Kabupaten Sintang berjumlah 171 orang, jumlah penderita HIV(+) sebanyak 76 orang, jumlah penderita AIDS sebanyak 56 orang dan jumah kasus meninggal karena HIV-AIDS sebanyak 39 orang.

  Perkembangan epidemi yang meningkat diawal tahun 2000-an telah ditanggapi dengan keluarnya Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yang mengamanatkan perlunya intensifikasi penanggulangan AIDS di Indonesia.

  Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dibentuk dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi.

  Komisi Penanggulangan AIDS Nasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

  Komisi Penanggulangan AIDS dibentuk dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan AIDS, dimana dianggap perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga kelangsungan penanggulangan AIDS dan menghindari dampak yang lebih besar di bidang kesehatan, sosial, politik dan ekonomi serta dalam rangka meningkatkan efektivitas koordinasi penanggulangan

  AIDS sehingga lebih intensif, menyeluruh dan terpadu.

  Untuk menghadapi epidemi tersebut, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi, untuk menghasilkan program yang cakupannya tinggi, efektif dan berkelanjutan. Kebijakan program seperti ini sangat memerlukan peran aktif banyak pihak, baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

  Dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010-2014, terdapat beberapa program penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, yaitu Program Pencegahan Penularan Melalui Alat Suntik, Program Terapi Rumatan Metadon, Program di Lembaga Pemasyarakatan, Program Pencegahan Penularan HIV Melalui Transmisi Seksual, Program Pencegahan Penularan HIV Melalui lbu ke Bayi (PMTCT), Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) serta Program Perawatan Dukungan dan Pengobatan.

  Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap implementasi. Ada empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor komunikasi

  (communication), sumber daya (resources), disposisi (disposition), dan

  struktur birokrasi (bureucratic structure).

  Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan

  Metode

  individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang Desain utuh. Dalam penelitian bahasa jumlah

  Desain pada penelitian ini informan tidak ditentukan jumlahnya. menggunakan desain penelitian deskriptif

  Jumlah informannya ditentukan sesuai dengan pendekatan kualitatif. Desain dengan keperluan penelitian. penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan Variabel utama untuk membuat gambaran atau

  Variabel penelitian adalah segala deskripsi tentang suatu keadaan secara sesuatu yang berbentuk apa saja yang objektif. Penelitian kualitatif merupakan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari prosedur yang menghasilkan data sehingga diperoleh informasi tentang hal deskriptif berupa data tertulis atau lisan di tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. masyarakat (Djajasudarma, 2006: 11).

  Variabel dalam penelitian ini meliputi Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan komunikasi, sumber daya, disposisi, kualitatif yang menggunakan data lisan struktur birokrasi dan implementasi suatu bahasa memerlukan informan. program.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

  Definisi Operasional No. Variabel Penelitian

  1. Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi yang efektif harus memiliki tranformasi informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi. (Widodo, 2011: 97).

  2. Sumber daya merupakanhalterpenting dalam implementasi Sumber Daya kebijakan program. Sumber daya dalam implementasi program meliputi sumber daya manusia, anggaran, fasilitas serta informasi dan kewenangan.

  3. Disposisi Disposisi dalam implementasi kebijakan program merupakankecenderungan perilaku atau karakteristik sikap dalam pelaksanaan implementasi kebijakan.

  4. Struktur Birokrasi Struktur Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas rutin yang dicapai melalui aturan dan ketentuan yang formal, dengan tugas dalam berbagai fungsional, pengambilan keputusan mengikuti rantai komando.

  5. Implementasi Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis, Program dimana banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan.Program KPAN dalam penanggulangan HIV dan AIDS yaitu pencegahan penularan melalui alat suntik, program terapi rumatan metadon, program di Lapas, pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual, program PMTCT, konseling dan VCT serta perawatan dukungan dan pengobatan.

  Subjek Penelitian

  Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan. Artinya, orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikaninformasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

  Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Informan penelitianadalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Terdapat 2 subjek penelitian, yaitu informan kunci (Key Informant) dan informan pendukung (Seconder Informant) .

  Informan Kunci (Key Informant) Informan kunci yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Informan kunci dalam penelitian ini adalah penyelenggara program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Sintang.Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah Pengelola Program KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Administrasi KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Pelayanan VCT RSUD Ade M. Djoen Sintang (1 Orang) dan Kepala Seksi BINA-GIATJA Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Sintang (1 Orang).

  Informan Pendukung (Seconder

  Informant)

  Informan pendukung informan yang sebagai objek implementasi program penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Sintang. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah pelaksana dan penerima program penanggulangan HIV- AIDS di Kabupaten Sintang. Adapun yang dimaksud sebagai informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat umum (3 orang).

  Hasil

  Penelitian ini dilakukan di Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dibentuk pada tahun 2007. Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang bertempat di Gedung Kantor Pelayanan Izin Terpadu Satu Pintu (KPTSP) SintangJalan Mohammad Saad No. 03 Sintang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli tahun 2014.

  Penelitian ini mengambil judul tentang Analisis Implementasi Program Penanggulangan Human

  Immunodeficiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome di Komisi

  Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang Tahun 2014. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari Pengelola Program KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Administrasi KPA Kabupaten Sintang (1 Orang), Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang (1 Orang), Pengelola Pelayanan

  VCT RSUD Ade Mohamad Djoen Sintang (1 Orang), Kepala Seksi BINA-GIATJA Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Sintang (1 Orang) serta informan pendukung yaitu masyarakat umum (3 orang). Sedangkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sintang.

  Pembahasan

  Komunikasi dalam implementasi kebijakan program mencakup beberapa dimensi penting yaitu tranformasi komunikasi yang bertujuan agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait, kejelasan informasi yang bertujuan agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan serta konsistensi informasi yang bertujuan agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait. Komunikasi yang terjadi antara KPA Kabupaten Sintang dengan instansi terkait lainnya serta dengan masyarakat dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang belum berjalan dengan baik dan maksimal, karena masih ada kekurangan berupa hambatan dan kendala yang terjadi didalam prosesnya di lapangan. Hal ini terjadi karena proses komunikasi yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang tidak dapat diterima secara maksimal oleh masyarakat, serta masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk peduli dan berpartisipasi dalam implementasi program penanggulangan AIDS di Kabupaten Sintang.

  Faktor sumber daya mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam implementasi kebijakan program. Ketersediaan sumberdaya dalam melaksanakan sebuah program merupakan salah satu faktor yang harus selalu diperhatikan. Sumber daya yang tersedia di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang masih sangat minim dan banyak sekali kekurangan. Baik sumber daya yang berupa Sumber Daya Manusia (Staff), Anggaran (Budgetary), Fasilitas (Facility) maupun Informasi dan Kewenangan (Information and Authority) masih belum terkoordinir dengan baik. Hal ini memerlukan perhatian serius serta perlu dikaji ulang dengan perencanaan yang lebih matang lagi untuk kedepannya agar implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan lancar dan baik serta mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

  Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. Disposisi (kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan) di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang sudah berjalan dengan baik. Tetapi perlu diperhatikan realisasi kebijakan program yang dilaksanakan di lapangan. Karena suatu kegiatan tidak akan berjalan dengan baik jika hanya direncanakan tetapi tidak dilakukan monitoring serta pengawasan proses implementasi program di lapangan.

  Struktur Birokrasi atau struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam implementasi suatu kebijakan program. Jika Struktur birokasi sudah tertata baik serta dengan mekanisme manajemen yang jelas, maka baik pula hasil dari program yang rancang oleh birokasi tersebur. Peneliti menyimpulkan bahwa struktur birokrasi atau struktur organisasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang secara umum sudah tertata dan terkelola dengan baik sesuai tugas dan fungsi dari masing-masing kepengurusan di KPA.

  Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap implementasi. Terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan program yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Jika keempat faktor tersebut berjalan dan terkoordinir dengan baik, maka suatu kebijakan program akan dapat berhasil dengan hasil yang maksimal. Implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang sudah berjalan, tetapi belum semuanya terlaksana dengan maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan. Seharusnya ada hubungan kerja sama yang baik lintas sektor dalam implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang. Jika ada kerjasama yang baik lintas sektor, baik dari sektor pemerintahan maupun instansi terkait, serta keterlibatan masyarakat dalam implementasi program, maka implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan baik dan lancar serta mendapatkan hasil yang maksimal.

  Kesimpulan

  Australian AID.

  10. Nazir, M. 2011. Metode Penelitian.

  Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rosda Karya.

  9. Moleong, Lexy J. 2006. Metode

  Laporan Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Sintang sampai dengan bulan April 2014. Sintang: 2014.

  8. KPA Kabupaten Sintang. 2014.

  Laporan Kasus HIV-AIDS di Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan bulan Desember 2013. Pontianak: 2013.

  7. KPA Kalimantan Barat. 2013.

  Perkembangan HIV-AIDS Triwulan III Tahun 2013 . Jakarta.

  2013. Laporan

  ______.

  6.

  Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2010-2014 . Jakarta :

  Implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sintang sudah berjalan, tetapi belum semuanya terlaksana dengan maksimal dalam pelaksanaannya di lapangan. Hal ini tidak hanya terkendala oleh sumber daya yang tersedia dalam setiap implementasi program, tetapi juga dapat disebabkan oleh kurangnya kerjasama lintas sektor serta rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam merespon setiap implementasi kagiatan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang.

  ______. 2014. Strategi dan Rencana

  5.

  2014. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (online) Diakses 01 Juni 2014.

  4. KPAN.

  3. Data HIV dan AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang tahun 2014. Sintang: 2014.

  Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

  2. Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian

  Agustino, Leo. 2008. Dasar Dasar Kebijakan Publik . Bandung :Alfabeta.

  Daftar Pustaka 1.

  Kabupaten Sintang, agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KPA Kabupaten Sintang dapat berjalan dengan baik serta mencapai hasil yang maksimal. Selain itu, pemerintah daerah juga harus mengkoordinir dengan baik antara komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di KPA Kabupaten Sintang dalam Implementasi Program Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Sintang.

  Disarankan supaya masyarakat lebih peduli dan respon serta turut berpartisipasi dalam setiap implementasi program penanggulangan HIV dan AIDS di

  Saran

  Bogor Selatan :Ghalia Indonesia.

  11. Nawawi,Ismail. 2009. Public Policy.

  Kebijkan Publik . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

  Budi.2012. Kebijakan

  Bayu Media 20. Winarno,

  Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang :

  19. Widodo. 2010. Analisis Kebijakan

  Kebijakan Publik . Bandung : Alfabeta.

  18. Suharto, Edi. 2005. Analisis

  Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

  17. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

  16. Subarsono, AG. 2010. Analisis

  Surabaya : Putra Media Nusantara.

  15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Jakarta: 2013.

  Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu . Jakarta: Salemba Medika.

  14. Nursalam. 2008.

  Rineka Cipta.

  ______. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. . Jakarta : PT.

  13.

  Pertama. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

  12. Notoadmodjo, S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan

  Publik . Yogyakarta: CAPS

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24