Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Family Centered Care dengan Efek Hospitalisasi pada Anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat individual yang dipengaruhi oleh kesehatan individu secara holistik. Sebagai suatu proses, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara bertahap, artinya pertumbuhan dan perkembangan pada suatu tahap mempengaruhi tahap selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan perlu adanya pemahaman tentang tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak– kanak (Potter & Perry, 2005).

Menurut Potter & Perry (2005) pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada usia kanak–kanak, dipengaruhi oleh status kesehatan yang baik. Status kesehatan yang baik digambarkan dengan keadaan yang sehat dan bebas dari penyakit. Status kesehatan yang buruk, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak dan berpengaruh hingga anak itu dewasa. Dalam kondisi sakit, terkadang anak diharuskan untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Proses ini disebut dengan hospitalisasi. Pada proses hospitalisasi, anak cenderung mengalami kecemasan


(2)

karena takut terhadap lingkungan rumah sakit, prosedur tindakan atau bahkan kematian, perpisahan, keterbatasan privasi dan melakukan kegiatan rutinitas (Wong, 2008).

Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakukan praktik pada bulan Januari-April 2010 di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Citarum Semarang, anak yang merasa cemas karena hospitalisasi cenderung untuk bereaksi menangis, berteriak dan tidak mau disentuh oleh perawat. Rasa cemas pada anak juga dialami orangtua sehingga orangtua menjadi bertanya, tidak percaya, marah, merasa bersalah, takut bahkan meminta agar perawat menghentikan terapi yang akan diberikan, misalnya meminta perawat untuk melepas infus karena tidak tega melihat anak mereka yang menangis terus–menerus. Hal ini menggambarkan rasa cemas pada anak dan orangtua dapat menghambat proses perawatan selama di rumah sakit sehingga mempengaruhi proses penyembuhan. Menurut Wong (2008:764), kecemasan yang dirasakan oleh orangtua dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan tentang prosedur tindakan dan keseriusan penyakit yang diderita anak.

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang selama 24 jam mendampingi pasien harus memberikan kontribusi dalam perannya sebagai pemberi perawatan terutama membantu anak dan keluarga untuk memperoleh pengalaman positif selama


(3)

hospitalisasi. Perawat anak harus memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai pertumbuhan dan perkembangan untuk merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga membantu anak dan keluarga untuk beradaptasi dengan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik eksternal maupun internal (Potter&Perry, 2005).

Dalam praktik keperawatan anak, asuhan keperawatan yang diterapkan berdasarkan pada filosofi keperawatan anak. Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki oleh perawat untuk memberikan pelayanan kepada anak. Salah satunya adalah Family Centered Care (perawatan yang berfokus pada keluarga). Family Centered Care menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan pada anak di rumah sakit (Hidayat, 2005:1).

Konsep Family Centered Care tidak hanya untuk perawatan anak dengan kebutuhan khusus namun digunakan juga untuk perawatan anak dengan kondisi kritis dan kronis (Shelton dkk, 1987). Hal ini dikarenakan, elemen penting dari Family Centered Care adalah hubungan kerjasama yang merupakan pengembangan dari keterlibatan orang tua dan partisipasi orang tua untuk perawatan anak. Hutchfield (1999) menyampaikan beberapa pendapat ahli bahwa melalui kerjasama antara orangtua dan perawat, diharapkan orangtua dapat mengembangkan sikap


(4)

menghargai, negosiasi dan komunikasi yang akan mengurangi efek hospitalisasi pada anak dan orangtua sehingga konsep Family Centered Care dapat diterapkan dalam berbagai kondisi anak dengan perawatan di rumah sakit.

Penelitian Dunst dan Trivette (2009), menunjukan penerapan konsep Family Centered Care dalam praktik keperawatan, memperlakukan keluarga dengan penuh perhatian, menyampaikan informasi kepada keluarga agar mereka memahami tentang kondisi dan perawatan anak mereka, melibatkan partisipasi orang tua dalam pembuatan keputusan dan perawatan anak, serta kerjasama antara orang tua dan perawat. Family Centered Care adalah perawat melibatkan keluarga saat melakukan tindakan keperawatan.

Penelitian di atas menunjukan bahwa peran perawat terhadap berfungsinya konsep Family Centered Care sangat vital. Namun dalam penelitian tentang persepsi dan praktik perawat tentang Family Centered Care yang dilakukan pada 124 orang perawat ditemukan bahwa walaupun perawat memiliki pengetahuan tentang konsep Family Centered Care, tapi dalam laporannya mereka tidak mempraktikan konsep tersebut (Bruce dan Ritchie, 1997).

Menurut Potter (2005), persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Perbedaan


(5)

persepsi antara individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam berkomunikasi. Komunikasi interpersonal yang dimaksudkan tidak hanya antara perawat dan klien tetapi juga perawat dan orang tua. Perawat tidak hanya berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan tetapi menjalankan peran lainnya yang penting, misalnya sebagai komunikator. Kualitas komunikasi yang diterapkan perawat dalam perannya sebagai komunikator merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas. Sebagai komunikator, perawat menjelaskan tentang perawatan anak di rumah sakit kepada orang tua serta peran orang tua dalam perawatan tersebut.

Peran orangtua dalam konsep Family Centered Care adalah berpartisipasi dalam proses perawatan anak di rumah sakit. hasil penelitian terhadap 16 orangtua di China mengenai pengalaman orangtua dalam perawatan anak di rumah sakit menunjukan bahwa keinginan orangtua untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sangatlah besar, oleh karena itu dibutuhkan dukungan komunikasi dan emosional dari perawat selama keterlibatan mereka dalam perawatan anak di rumah sakit (Lam dkk, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darbyshire (dalam Hutchfield, 1999), ditemukan bahwa perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menyebabkan trauma pada anak tetapi bisa menyebabkan stres yang luar biasa pada orang tua. Hal ini


(6)

disebabkan karena perawat tidak berkomunikasi dengan baik kepada orangtua tentang perawatan anak mereka di rumah sakit. Oleh karena itu, perlu adanya kedekatan antara orang tua dan anak terutama saat anak melakukan perawatan di rumah sakit.

Hal ini juga ditunjang dengan hasil amatan yang diperoleh peneliti saat melakukan praktik klinik keperawatan anak di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang pada bulan Januari 2010. Hasil amatan menunjukan ketika perawat melakukan tindakan keperawatan, perawat meminta orang tua mendampingi anak. Keberadaan orang tua dapat memberikan kenyamanan bagi anak karena saat anak berada di rumah sakit reaksi yang muncul adalah rasa cemas, nyeri karena tindakan yang diberikan, kehilangan atau perpisahan. Oleh karena itu dibutuhkan figur lekat yakni orang tua untuk berpartisipasi dalam proses perawatan anak di rumah sakit misalnya menyuapi anak saat makan, memandikan anak, memangku anak saat akan diberikan injeksi atau pemasangan infus. Tetapi, pada kenyataannya partisipasi yang diharapkan oleh perawat untuk orang tua tidak berjalan maksimal demikian pula sebaliknya perawatan maksimal yang diharapkan orang tua dari perawat dianggap tidak memenuhi kebutuhan anak.

Peneliti melihat reaksi orang tua yang anaknya dirawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, biasanya orang tua merasa cemas, takut dan frustasi. Reaksi ini


(7)

biasanya berhubungan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur yang dilakukan terhadap anak mereka. Menurut Wong (2008), kecemasan biasanya berkaitan dengan trauma atau nyeri yang dialami oleh anak mereka sedangkan frustasi timbul karena kurangnya informasi mengenai prosedur dan pengobatan, ketidaktahuan tentang prosedur dan aturan rumah sakit, rasa tidak diterima oleh perawat atau takut mengajukan pertanyaan.

Melihat pentingnya peran perawat dalam menerapkan konsep Family Centered Care di rumah sakit maka pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.2. Identifikasi Masalah

1.2.1. Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakukan praktik pada Bulan Januari-April 2010 di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Citarum Semarang, anak yang merasa cemas karena hospitalisasi cenderung untuk bereaksi menangis, berteriak, tidak mau disentuh oleh perawat. Tidak hanya pada anak, rasa cemas juga dialami orangtua yang ditunjukan dengan marah, frustasi, lebih sering bertanya, tidak percaya dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat, merasa bersalah atau takut sehingga meminta agar perawat menghentikan


(8)

terapi yang akan diberikan misalnya meminta perawat untuk melepas infus karena tidak tega melihat anak mereka yang menangis.

1.2.2. Hasil amatan menunjukan perawat mengharapkan keterlibatan orangtua dalam melakukan asuhan keperawatan seperti menyuapi anak saat makan, memandikan anak, memangku anak saat akan diberikan injeksi atau pemasangan infus. Karena, keterlibatan orangtua dapat memberikan kenyamanan bagi anak dan mengurangi efek hospitalisasi seperti rasa cemas, nyeri karena tindakan yang diberikan, kehilangan atau perpisahan. Namun, peran orangtua yang diharapkan oleh perawat tidak berjalan dengan maksimal sebaliknya orangtua juga menganggap perawat tidak mampu menjalankan perannya dengan maksimal.

1.3. Batasan masalah

1.3.1. Family Centered Care (perawatan yang berfokus pada keluarga) merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien dengan melibatkan partisipasi orangtua atau keluarga. Pendekatan ini dilakukan karena lingkungan


(9)

keluarga berpengaruh terhadap kesehatan anak. Keluarga tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik dari anak tetapi juga memenuhi kebutuhan terhadap dukungan emosional dan stimulasi intelektual yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.3.2. Hospitalisasi merupakan proses perawatan yang dialami oleh anak yang sedang sakit. Saat sakit, anak merasa cemas terhadap perpisahan dengan orangtua, takut dengan tindakan pengobatan yang menyakitkan serta perpisahan dengan rutinitas15 dan kemandirian. Kecemasan yang dirasakan anak, seringkali diungkapkan melalui sikap menangis, menarik diri, dan marah. Respon anak yang ditunjukan ini, juga membuat orangtua merasa cemas dan takut sehingga mempengaruhi proses perawatan anak di rumah sakit. Apabila orangtua merasa cemas dan takut, maka orangtua tidak bisa merawat anak mereka dengan baik sehingga anak juga akan merasakan cemas dan takut.

1.4. Rumusan Masalah :

Hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.


(10)

1.5. Tujuan penelitian

1.5.1. Mengetahui gambaran penerapan atau aplikasi konsep Family Centred Care di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.5.2. Mengetahui gambaran efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.5.3. Mengetahui hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.6. Manfaat penelitian: 1.6.1. Manfaat teoretis

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan anak agar menambah informasi bagi mahasiswa dalam memberikan perawatan kepada anak untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.

1.6.2. Manfaat praktis 1.6.2.1. Bagi Perawat

Sebagai informasi bagi perawat tentang konsep Family Centered Care agar meminimalkan efek hospitalisasi pada anak dengan memperhatikan peran keluarga.


(11)

1.6.2.2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi kepada untuk Rumah Sakit agar meningkatkan penerapan konsep Family Centered Care saat memberikan pelayanan kepada anak dan keluarga saat anak dirawat di rumah sakit.

1.6.2.3. Bagi peneliti

Memperluas wawasan peneliti mengenai konsep Family Centered care untuk perawatan anak di rumah sakit. Selain itu, menambah pengalaman peneliti sehingga mampu menangani masalah perawatan anak di rumah sakit yang salah satunya menggunakan konsep Family Centered Care.


(1)

disebabkan karena perawat tidak berkomunikasi dengan baik kepada orangtua tentang perawatan anak mereka di rumah sakit. Oleh karena itu, perlu adanya kedekatan antara orang tua dan anak terutama saat anak melakukan perawatan di rumah sakit.

Hal ini juga ditunjang dengan hasil amatan yang diperoleh peneliti saat melakukan praktik klinik keperawatan anak di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang pada bulan Januari 2010. Hasil amatan menunjukan ketika perawat melakukan tindakan keperawatan, perawat meminta orang tua mendampingi anak. Keberadaan orang tua dapat memberikan kenyamanan bagi anak karena saat anak berada di rumah sakit reaksi yang muncul adalah rasa cemas, nyeri karena tindakan yang diberikan, kehilangan atau perpisahan. Oleh karena itu dibutuhkan figur lekat yakni orang tua untuk berpartisipasi dalam proses perawatan anak di rumah sakit misalnya menyuapi anak saat makan, memandikan anak, memangku anak saat akan diberikan injeksi atau pemasangan infus. Tetapi, pada kenyataannya partisipasi yang diharapkan oleh perawat untuk orang tua tidak berjalan maksimal demikian pula sebaliknya perawatan maksimal yang diharapkan orang tua dari perawat dianggap tidak memenuhi kebutuhan anak.

Peneliti melihat reaksi orang tua yang anaknya dirawat di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, biasanya orang tua merasa cemas, takut dan frustasi. Reaksi ini


(2)

biasanya berhubungan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur yang dilakukan terhadap anak mereka. Menurut Wong (2008), kecemasan biasanya berkaitan dengan trauma atau nyeri yang dialami oleh anak mereka sedangkan frustasi timbul karena kurangnya informasi mengenai prosedur dan pengobatan, ketidaktahuan tentang prosedur dan aturan rumah sakit, rasa tidak diterima oleh perawat atau takut mengajukan pertanyaan.

Melihat pentingnya peran perawat dalam menerapkan konsep Family Centered Care di rumah sakit maka pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.2. Identifikasi Masalah

1.2.1. Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakukan praktik pada Bulan Januari-April 2010 di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Citarum Semarang, anak yang merasa cemas karena hospitalisasi cenderung untuk bereaksi menangis, berteriak, tidak mau disentuh oleh perawat. Tidak hanya pada anak, rasa cemas juga dialami orangtua yang ditunjukan dengan marah, frustasi, lebih sering bertanya, tidak percaya dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat, merasa bersalah atau takut sehingga meminta agar perawat menghentikan


(3)

terapi yang akan diberikan misalnya meminta perawat untuk melepas infus karena tidak tega melihat anak mereka yang menangis.

1.2.2. Hasil amatan menunjukan perawat mengharapkan keterlibatan orangtua dalam melakukan asuhan keperawatan seperti menyuapi anak saat makan, memandikan anak, memangku anak saat akan diberikan injeksi atau pemasangan infus. Karena, keterlibatan orangtua dapat memberikan kenyamanan bagi anak dan mengurangi efek hospitalisasi seperti rasa cemas, nyeri karena tindakan yang diberikan, kehilangan atau perpisahan. Namun, peran orangtua yang diharapkan oleh perawat tidak berjalan dengan maksimal sebaliknya orangtua juga menganggap perawat tidak mampu menjalankan perannya dengan maksimal.

1.3. Batasan masalah

1.3.1. Family Centered Care (perawatan yang berfokus pada keluarga) merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien dengan melibatkan partisipasi orangtua atau keluarga. Pendekatan ini dilakukan karena lingkungan


(4)

keluarga berpengaruh terhadap kesehatan anak. Keluarga tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik dari anak tetapi juga memenuhi kebutuhan terhadap dukungan emosional dan stimulasi intelektual yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

1.3.2. Hospitalisasi merupakan proses perawatan yang dialami oleh anak yang sedang sakit. Saat sakit, anak merasa cemas terhadap perpisahan dengan orangtua, takut dengan tindakan pengobatan yang menyakitkan serta perpisahan dengan rutinitas15 dan kemandirian. Kecemasan yang dirasakan anak, seringkali diungkapkan melalui sikap menangis, menarik diri, dan marah. Respon anak yang ditunjukan ini, juga membuat orangtua merasa cemas dan takut sehingga mempengaruhi proses perawatan anak di rumah sakit. Apabila orangtua merasa cemas dan takut, maka orangtua tidak bisa merawat anak mereka dengan baik sehingga anak juga akan merasakan cemas dan takut.

1.4. Rumusan Masalah :

Hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.


(5)

1.5. Tujuan penelitian

1.5.1. Mengetahui gambaran penerapan atau aplikasi konsep Family Centred Care di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.5.2. Mengetahui gambaran efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.5.3. Mengetahui hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

1.6. Manfaat penelitian: 1.6.1. Manfaat teoretis

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan anak agar menambah informasi bagi mahasiswa dalam memberikan perawatan kepada anak untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.

1.6.2. Manfaat praktis 1.6.2.1. Bagi Perawat

Sebagai informasi bagi perawat tentang konsep Family Centered Care agar meminimalkan efek hospitalisasi pada anak dengan memperhatikan peran keluarga.


(6)

1.6.2.2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi kepada untuk Rumah Sakit agar meningkatkan penerapan konsep Family Centered Care saat memberikan pelayanan kepada anak dan keluarga saat anak dirawat di rumah sakit.

1.6.2.3. Bagi peneliti

Memperluas wawasan peneliti mengenai konsep Family Centered care untuk perawatan anak di rumah sakit. Selain itu, menambah pengalaman peneliti sehingga mampu menangani masalah perawatan anak di rumah sakit yang salah satunya menggunakan konsep Family Centered Care.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Pre- dan Post-Histerektomi di Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang Jawa Tengah

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Pre- dan Post-Histerektomi di Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang Jawa Tengah

0 0 139

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Family Centered Care dengan Efek Hospitalisasi pada Anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Family Centered Care dengan Efek Hospitalisasi pada Anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang T1 462007022 BAB II

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Family Centered Care dengan Efek Hospitalisasi pada Anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang T1 462007022 BAB IV

2 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Family Centered Care dengan Efek Hospitalisasi pada Anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang T1 462007022 BAB V

2 2 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Family Centered Care dengan Efek Hospitalisasi pada Anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang

0 1 69

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Presence dalam Pendampingan Pastoral Terhadap Pasien Terminal Illness di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Suami kepada Istri dengan Kanker Payudara Pasca Mastektomi di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Suami kepada Istri dengan Kanker Payudara Pasca Mastektomi di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

0 0 16