IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN DISKUSI DAN CONTROLLING PADA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI SMA INTEGRAL LUQMAN AL HAKIM SURABAYA.

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI
PEMBELAJARAN DISKUSI DAN CONTROLLING PADA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI SMA
INTEGRAL LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:
KHUSNUL SUBEKTI RAHMADIANSYAH
D01212023

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2016

ABSTRAK
Subekti Rahmadiansyah, Khusnul. D01212023. Implementasi Pendidikan Karakter
melalui Pembelajaran Diskusi dan Controlling pada Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di SMA Integral Luqman al Hakim Surabaya. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing Dr. H. Ah.
Zakki Fuad, M.Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pembelajaran Diskusi dan Controlling
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru
untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya (Winton, 2010). Pendidikan karakter
telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial,
pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya
proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa
mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti
kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan dan ketabahan, tanggung jawab dan
menghargai diri sendiri dan orang lain.
Metode diskusi ialah proses tukar pendapat antara guru dengan murid atau murid
dengan murid yang bertemu saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) untuk
mencari sebuah solusi dari masalah yang muncul dari tema pelajaran yang telah
dibahas.
Metode Controlling adalah proses evaluasi yang dilakukan guru di luar kelas untuk
mengamati sikap murid sehari-hari dengan diiringi contoh yang baik dari seorang guru
dalam kehidupan sehari-hari.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana implementasi metode
diskusi dan controlling di SMA Integral Luqman al-Hakim? 2) Bagaimana pendidikan

karakter yang dikembangkan di SMA Integral Luqman al-Hakim? 3)Bagaimana
implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran diskusi dan controlling pada
pelajaran sejarah kebudayaan islam di SMA Integral Luqman al-Hakim?. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) implementasi metode diskusi dan controlling
di SMA Integral Luqman al-Hakim 2) pendidikan karakter yang dikembangkan di
SMA Integral Luqman al-Hakim 3) implementasi pendidikan karakter melalui
pembelajaran diskusi dan controlling pada pelajaran sejarah kebudayaan islam di SMA
Integral Luqman al-Hakim.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan
cara observasi, wawancara dengan guru dan siswa, dan dokumentasi. Adapun teknik
analisis yang digunakan adalah analisis interpretasi dan induksi.
vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Implementasi metode diskusi dan controlling; Guru menyediakan materi tematik,
atau masalah yang akan didiskusikan, kemudian guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok kecil lalu guru menjelaskan secara jelas dan singkat kepada para

siswa, Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas
masalah yang didiskusikan, Guru menginstruksikan pada setiap kelompok untuk
menunjuk siapa yang menjadi moderator dan notulen, Guru membimbing diskusi, tidak
memberi ceramah, Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya,
Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak
menentu, Guru mengawasi serta menilai berjalannya diskusi masing-masing
kelompok, Guru menginstruksikan masing-masing kelompok menyampaikan hasil dari
diskusi, Guru menyimpulkan hasil diskusi dan mengajak siswa menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya evaluasi dengan metode controlling; Guru
menyiapkan diri sebagai contoh bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, Guru
menyiapkan rubrik penilaian khusus sebagai acuan penilaian sikap siswa di luar kelas,
Guru mata pelajaran berkoordinasi dengan seluruh pengajar yang ada untuk
membimbing sikap siswa di luar kelas, Menggunakan kamera sebagai media
controlling, Menegur siswa apabila terlihat sedang melakukan kesalahan, Memberi
sanksi pada siswa bila diperlukan, Memberikan contoh (solusi) pada siswa cara yang
benar dalam bertindak.
Pendidikan karakter yang dikembangkan di SMA Integeral Luqman al-Hakim
Surabaya lebih pada religiusitas, etika dan leadership. Dengan pengembangan
pendidikan yang mengarah pada kuatnya religiusitas diharapkan para santri mampu
mengaktualisasikan segala bentuk peribadatan kepada Allah dengan baik dan benar

sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Kemudian pengembangan aspek etika (akhlak)
diharapkan para santri mampu menempatkan diri pada tempatnya. Bagaimana
seharusnya ia sebagai murid, bagaimana ia seharusnya sebagai masyarakat, bagaimana
ia sebagai bagian dari ummat. Kemudian pengembangan aspek leadership, diharapkan
para santri mampu menjadi pemimpin yang jujur, adil, cerdas, bijaksana, dan
berintegritas tinggi.
Semua yang dipelajari dalam SKI dan proses pembelajarannya mendidik karakter
religiusitas, etika dan leadership siswa yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Materi yang terdapat pada pelajaran SKI mengajarkan nilai-nilai religius pada siswa.
Seperti ketika guru menerangkan peristiwa perang uhud, kekalahan kaum muslim
disebabkan ketidak patuhan para sahabat pada perintah Rasulullah SAW. Jadi pelajaran
yang dapat diambil, sebagai pribadi muslim yang baik hendaknya mematuhi perintah
Allah dan RasulNya. Implementasi pendidikan karakter dalam hal etika terlaksana
dalam proses pembelajaran diskusi. Dalam diskusi siswa dilatih menyampaikan
pendapatnya dengan baik dan sopan, menghargai pendapat orang lain dan tidak
menjelekkan pendapat orang lain yang tidak sependapat dengannya. Implementasi
pendidikan karakter dalam hal leadership terlaksana ketika siswa diajak menentukan
viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


pimpinan diskusi. Siswa diajarkan bagaimana menjadi pemimpin yang jujur, adil,
cerdas, bijaksana, dan berintegritas tinggi dalam memimpin diskusi. Sedangkan dalam
proses metode controlling siswa diajarkan memimpin dirinya sendiri seperti
bagaimana dia melaksanakan kewajibannya sebagai siswa muslim yang menjalankan
ibadah tepat waktu dan disiplin, bergaul dan menyelesaikan masalah dengan orangorang disekelilingnya, dan mampu mengajak orang lain mengerjakan kegiatankegiatan yang bermanfaat.

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM………………………………………………………..…………...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………………………..………ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI………………………………………..….iii
MOTTO………………………………………………………………………..……..iv
PERSEMBAHAN………………………………………………………………….…v
ABSTRAK………………………………………………………………………..…vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...x
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………………....…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…….7
C. Tujuan penelitian……………………………………………………………...7
D. Manfaat penelitian……………………………………………………….........8
E. Definisi operasional…………………………………………………….……..9
F. Sistematika pembahasan……………………………………………………..11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode diskusi dan controlling………………………………………..……..12
1. Pengertian metode diskusi dan controlling……………………….….12
2. Macam-macam metode diskusi……………………………………....19
3. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi………………………..…..23
4. Implementasi metode diskusi dan controlling…………………..……25
B. Pendidikan karakter……………………………………………………….…27
1. Pengertian pendidikan karakter……………………………….…...…27
xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Tujuan pendidikan karakter…………………………………..………29

3. Nilai dan deskripsi nilai pendidikan karakter……………………..….31
4. Komponen pendidikan karakter………………………………….…..35
5. Penanaman nilai-nilai karakter di lingkungan sekolah…………….....40
6. Contoh Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)…………….…48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian…………………….………………………..56
B. Kehadiran peneliti………………………………………..…………………..57
C. Lokasi penelitian……………………………………………..………………58
D. Sumber data…………………………………………………….……………58
E. Teknik pengumpulan data…………………………………………..………..59
F. Teknik analisis data……………………………………………………..……61
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Letak geografis SMA Integral Luqman al-Hakim Surabaya………………....63
B. Profil SMA Integral Luqman al-Hakim Surabaya…………………..………..63
1. Sejarah sekolah………………………………………………….…...63
2. Visi, misi dan tujuan sekolah…………………………………..……..65
3. Sistem pendidikan sekolah………………………………….……..…69
4. Profil lulusan sekolah…………………………………..………….....70
5. Daftar prestasi siswa SMA Luqman al-Hakim…………….….……...72
6. Jadwal kegiatan harian siswa………………………………….……..73

7. Fasilitas dan kegiatan ekstrakurikuler…………………………….….77
8. Struktur kepengurusan dan tenaga pendidik……………………….…79
C. Analisis

hasil

penelitian

implementasi

pendidikan

karakter

melalui

pembelajaran diskusi dan controlling pada pelajaran sejarah kebudayaan islam
di SMA Integral Luqman al-Hakim Surabaya………………………...……...81

xiii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Implementasi metode pembelajaran diskusi dan controlling di SMA
Integral Luqman al-Hakim………………………………………..….82
2. Pendidikan karakter yang dikembangkan di SMA Integral Luqman alHakim……………………………………………………………......97
3. Implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran diskusi dan
controlling pada pelajaran sejarah kebudayaan islam di SMA Integral
Luqman al-Hakim Surabaya……………………………………..…104
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN…………………………………………………………..….…110
B. SARAN…………………………………………………………………......112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

A. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Rasulullah SAW merupakan seorang yang terkenal sebagai uswatun hasanah
bagi umatnya. Beliau diutus oleh Allah dengan membawa misi utama, yaitu
memperbaiki akhlak manusia yang telah sampai pada puncak kebobrokannya. Pada
saat itu kemaksiatan terjadi di mana-mana dan menjadi tradisi yang sulit diatasi.
Kondisi semacam itulah Rasulullah SAW datang membawa risalah tauhid untuk
mengeluarkan manusia dari kebodohan dan kegelapan hati mereka menuju nur hidayah
Allah yang terang benderang.1
Pendidikan Islam sebagai upaya perubahan baik untuk perubahan yang bersifat
intelektual keilmuan, spiritual maupun moral harus mengacu kepada dua sumber
ajaran islam. Sumber pertama yang datang dari Allah yaitu al-Qur’an dan Hadist.2
Pendidikan yang telah mampu melahirkan generasi-generasi Islam yang tangguh.
Rasulullah merupakan guru pertama yang mengajarkan para sahabatnya sehingga
mereka menjadi anak-anak didik yang terbaik. Keberhasilan beliau dalam mendidik
para sahabatnya menunjukkan bahwa model pendidikan yang beliau lakukan sangat
penting ditiru dan dipraktikkan dalam lingkungan keluarga maupun dunia pendidikan.
Sejalan dengan kurikulum 2013 yang sekarang digunakan dalam dunia

pendidikan, menekankan pentingnya proses pembelajaran, tidak sekedar hasilnya.

1

Juariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: Teras,2010), h. v.

2

Ibid, h.v-vi.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kurikulum 2013 juga memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk
membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal
agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.3
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk maju, sejahtera,
dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya.4 Dalam pengertian sederhana dan
umum makna pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan agama.
Pendidikan bertujuan tidak sekadar proses alih budaya atau alih ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai
(transfer of value). Artinya bahwa Pendidikan, di samping proses pertalian dan
transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses perkembangan dan
pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat. Dalam rangka internalisasi nilaiE. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2013), h.68.
3

4

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 11.

2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi pendidikan.
Perlu kita sadari bahwa fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagianbagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup
anak-anak kita. Pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting
dari pendidikan kita.
Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan
teknologi, memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia
pendidikan yang secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah untuk
mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang
sudah mulai bergeser atau disorientasi.
Kemerosotan moral yang parah membuat masyarakat semakin tidak bisa lagi
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Nilai-nilai kebenaran dan

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008.
Tentang Guru dan Dosen, (Bandung : Citra Umbara, 2009), h. 64
5

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kebatilan telah tercampur, sehingga tidak lagi dapat dibedakan. Hal ini desebabkan oleh
standar nilai-nilai berubah dari waktu ke waktu. Anak-anak sekarang hidup di zaman
keruntuhan nilai. Nilai-nilai yang telah mapan telah dihancurkan. Sementara nilai-nilai
baru yang bertentangan dengan nilai-nilai yang lama dianggap sebagai kebenaran.
Bahkan paham sekulerisme yang semakin menyebar di dalam masyarakat, yang secara
tidak sadar turut mengajarkan anak-anak untuk menerima perubahan terus menerus
tanpa akhir. Disebabkan nilai-nilai berubah, anak-anak Muslim mengalami krisis
identitas, karena mereka tidak tau harus berpegang pada apa. Terutama bagi para
remaja yang sedang mengalami masa pencarian identitas. Dalam ketidakpastian ini,
pedoman pada apa saja yang paling dekat dengan remaja menjadi pilihannya.6
Dilema yang dialami oleh anak-anak zaman sekarang menjadi problematika
pendidikan. Jika di rumah dan di sekolah diajarkan tentang nilai-nilai tercela yang
harus dihindari, tetapi pergaulan diluar dan media mengajarkan untuk menerima
kemungkaran. Ketika seorang anak berkenalan dengan kelompok geng motor, pecinta
hura-hura maka ia menjadi bagian dari mereka. Bila ia berinteraksi dengan kalangan
shaleh, maka ia menjadi termasuk anak-anak shaleh. Namun banyak dari diantara
kalangan remaja yang menjadi bagian dari kelompok-kelompok tidak baik.7
Pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk mengentaskan problematika
umat akibat dampak buruk dari globalisasi, sebagaimana terbukti efektifnya
Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan Lebih Efektif, (Bandung:
Ruang Kata, 2013), h. 31-33.
6

7

Ibid, h. 34.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pendidikan Rasulullah SAW terhadap para sahabat-sahabatnya ketika zaman jahiliyah.
Cara-cara yang dilakukan beliau dalam mengentaskan permasalahan di zaman
jahiliyah kiranya bisa menjadi inspirasi dan sebagai tauladan bagi generasi berikutnya
untuk menghadapi permasalahan yang sama. Pendidikan yang ditawarkan bersumber
dari Al-Qur’an dan Hadist baik berupa pola, model dan pendekatannya akan membantu
untuk mengatasi problematika umat yang sedang dihadapi.8
Model pembelajaran yang dilakukan oleh Rosulullah SAW memungkinkan
proses pembelajaran agama yang baik. Ini didasarkan pada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran Rosulullah SAW, metode pembelajaran
Rasulullah SAW diantaranya adalah:
1- Metode Graduasi
2- Metode Levelisasi
3- Metode Variasi
4- Metode Keteladanan
5- Metode Aplikatif
6- Metode Pengulangan
7- Metode Evaluasi
8- Metode Diskusi
9- Metode Analogi
10- Metode Cerita

8

Ibid, Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi..., h. vii.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sedangkan metode yang penulis gunakan adalah metode diskusi yang di
dalamnya ada tindakan ketika Rasulullah berdialog dengan para sahabat dengan sesi
tanya jawab dan penyampaian pendapat dari masing-masing peserta diskusi, kemudian
dilanjutkan dengan metode evaluasi yang di dalamnya ada tindakan controlling pada
peserta didik yang ketika itu adalah para sahabat.
Penulis memfokuskan penerapan metode tersebut dalam pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI). Alasan penulis memilih pada mata pelajaran ini adalah
sekolah yang diteliti tidak ada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) akan tetapi
pendidikan agama Islam lebih fokus pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),
Fiqh, Aqidah, Bahasa Arab dan lain sebagainya. Selain itu pada pelajaran SKI ini selain
bisa menerapkan metode dakwah Rasulullah, penulis juga bisa mengajak peserta didik
untuk meneladani sikap Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah bagi umat muslim yang
membantu proses implementasi pendidikan karakter di SMA Integral Luqman alHakim Surabaya.
Dari pemaparan diatas penulis semakin tertarik untuk meneliti fungsi dari
metode pembelajaran yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah yang mampu
mengajak para manusia yang jahiliyah menjadi manusia muslim yang berkualitas dan
dikenal di seluruh saentro dunia. Kemudian penulis terapkan pada pembelajaran di
sekolah tepatnya di SMA Integral Luqman al-Hakim Surabaya sebagai upaya
meningkatkan pendidikan karakter siswa di sekolah tersebut sehingga mampu
menjadikan para siswa menjadi pribadi muslim yang berkarakter Integral. Maka

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

penulis mengambil sebuah judul IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI

PEMBELAJARAN

DISKUSI

DAN

CONTROLLING

PADA

PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI SMA INTEGRAL LUQMAN
AL-HAKIM SURABAYA.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi metode diskusi dan controlling di SMA Integral
Luqman al-Hakim?
2. Bagaimana pendidikan karakter yang dikembangkan di SMA Integral Luqman
al-Hakim?
3. Bagaimana implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran diskusi
dan controlling pada pelajaran sejarah kebudayaan islam di SMA Integral
Luqman al-Hakim?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah penulis kemukakan diatas, tujuan
penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Mengetahui implementasi metode diskusi dan controlling di SMA Integral
Luqman al-Hakim.
2. Mengetahui pendidikan karakter yang dikembangkan di SMA Integral Luqman
al-Hakim.

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Mengetahui implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran diskusi
dan controlling pada pelajaran sejarah kebudayaan islam di SMA Integral
Luqman al-Hakim
D. Manfaat Penelitian
Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan keagamaan
pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat
dari penelitian ini ada dua yaitu secara teoritis dan praktis:
1. Secara teoritis
a. Dengan mengetahui tentang implementasi implementasi pendidikan
karakter melalui pembelajaran diskusi dan controlling pada pelajaran
sejarah kebudayaan islam di SMA Luqman al-Hakim. Maka hasil penelitian
ini diharapkan akan bermanfaat dalam menambah perbendaharaan teoritis
khususnya tentang metode pembelajaran diskusi dan controlling.
b. Dapat menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding bagi
mahasiswa di masa mendatang.
2. Secara praktis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pengembang
lembaga pendidikan islam khususnya kepada guru SKI sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan metode pembelajaran sebagai
peningkatan kualitas pendidikan karakter pada siswa.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam memberikan bantuan
bagi para guru SKI dan kepala sekolah untuk meningkatkan Pendidikan
Karakter di sekolah.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan
Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna pada
suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau kegiatan yang
diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.9 Untuk lebih jelas serta
mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman, maka peneliti akan
menegaskan definisi operasional variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:
1. Implementasi
Merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik oleh individu maupun
kelompok yang sudah direncanakan sebelumnya dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan.10
2. Pendidikan Karakter
Daya dan upaya dalam proses pendidikan untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan
tubuh anak

9
James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E.Koeswara, dkk,
(Penerj.), (Bandung : Refika Aditama, 1999), h. 161.
10
Badudu dan Zain (1996:1487)

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Metode Pembelajaran
Suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model belajar mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan. Termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan belajar, lingkungan belajar dan
pengelolaan kelas.11
4. Diskusi
Metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan
siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.12
5. Controlling
Disebut juga pengawasan yaitu kegiatan yang berhubungan dengan
mengendalikan atau mengawasi setiap pekerjaan serta melakukan tindakan
koreksi.
6. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pelajaran agama Islam yang berisi tentang sejarah perjuangan Nabi
Muhammad SAW dalam berdakawah menyebarkan agama Islam serta teladanteladan Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah.
11

Arend dalam Trianto, 2010 . 15

Sanjaya, wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kencana,
2012). h. 154
12

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pembahasan ini, maka perlu adanya penyusunan
sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara keseluruhan meliputi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : Terdiri dari kajian pustaka yang dipaparkan secara logis tentang metode
pembelajaran diskusi dan controlling, Pendidikan Karakter.
BAB III : terdiri dari metodologi penelitian yang berisi tentang Jenis dan pendekatan
penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi penelitian, Sumber data, Teknik pengumpulan
data, dan Teknik analisis data.
BAB IV : menjelaskan laporan hasil penelitian yang memuat penyajian data dan
analisis data tentang deskripsi SMA Integral Luqman al-Hakim Surabaya yang
meliputi lokasi, visi, misi, tujuan, sarana prasarana, keadaan guru dan karyawan,
keadaan siswa. Kemudian hasil penelitian dari implementasi pendidikan karakter
melalui pembelajaran diskusi dan controlling pada pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di SMA Integral Luqman al-Hakim Surabaya.
BAB V : Penutup, skripsi ini diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. METODE DISKUSI DAN CONTROLLING
1. Pengertian Metode Diskusi dan Controlling
a) Metode Diskusi
Menurut Martinis Yamin Metode diskusi merupakan interaksi antara
siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan
masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tetentu.13
Yang dimaksud dari pengertian metode diskusi diatas merupakan tukar
pendapat antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Diskusi siswa
dengan siswa, peran guru hanya sebagai pengawas atau pemandu diskusi.
Diskusi tersebut biasa disebut diskusi kelompok kecil. Jadi dalam
pembelajaran, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil untuk
mendiskusikan suatu masalah dan guru sebagai pengawas diskusi.
Diskusi antara guru dan siswa biasa disebut diskusi kelompok besar.
Guru disini sebagai pemimpin diskusi, sedangkan siswa sebagai peserta
diskusi. Pada diskusi kelompok besar ini guru memberikan topik diskusi yang
akan dibahas kemudian menyimpulkan hasil diskusi yang diperoleh dari
beberapa pendapat siswa.

13

Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Bandung: Referensi, 2012), h.103.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sedangkan menurut Rulam Ahmadi Diskusi adalah suatu proses tukar
pikiran, pendapat atau pengalaman antara dua orang atau lebih untuk
memecahkan permasalahan.14
Diskusi menurut Rulam Ahmadi menjelaskan bahwa diskusi bisa
berjalan dengan adanya peserta diskusi yang terdiri dari dua orang atau lebih
dalam satu pertemuan dan membahas suatu permasalahan.
Selain mengacu pada pengertian metode diskusi menurut para ahli
pendidikan modern, penulis juga mengacu pada pengertian, konsep metode
diskusi menurut Rasulullah SAW yang merupakan suri teladan bagi seluruh
umat Muslim di dunia. Selain sebagai pembawa risalah dari Allah, Nabi
Muhammad juga merupakan pendidik yang handal. Nabi Muhammad terkenal
sangat kreatif dan dinilai berhasil mendidik para sahabat-Nya, sehingga jadilah
para sahabat berkualitas sebagaimana sahabat Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali
dan masih banyak lagi. Para sahabat ini telah memberikan prestasi yang luar
biasa dalam dunia pendidikan Islam. Sebagaimana sahabat Abu bakar yang
menumpas kemerosotan iman sepeninggal Nabi wafat. Kemudian Umar yang
mampu menyebarkan dakwah Islam semakin luas ke negara-negara bagian.
Ustman sebagai khalifah yang pada zamannya mampu membukukan al-Qur’an,
dan masih banyak lagi.

14

Rulam Ahmadi, Metode Diskusi untuk SMTA, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h.9.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Untuk menciptakan suasana yang edukatif dan meyenangkan dalam
mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan bermacam metode.
Hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di
antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah metode ceramah, dialog,
diskusi, demonstrasi dan eksperimen.15
Metode diskusi yang diterapkan oleh Rasulullah ialah diskusi mengenai
pemecahan masalah yang saat itu belum turun wahyu dari Allah SWT.
Sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya mendikusikan tentang hukuman
yang akan diberikan kepada tawanan perang badar.16 Pada diskusi itu sahabat
Abu Bakar berpendapat untuk mengasihani dan mengembalikan tawanan
perang kepada keluarganya dengan membayar tebusan. Sedangkan sahabat
Umar yang sangat tegas berpendapat bahwa tawanan perang lebih baik dibunuh
saja karena mereka adalah para tokoh kafir Quraisy. Mendengar pendapat
sahabat Abu Bakar dan Umar tersebut Rasulullah diam dan tersenyum sembari
berpikir dan menunggu pendapat dari sahabat yang lain. Singkat cerita,
Rasulullah memutuskan untuk membebaskan tawanan perang dengan
membayar tebusan (sebagaimana pendapat Abu Bakar). Sedangkan bagi
tawanan yang tidak di bayar tebusannya akan dibunuh (sebagaimana pendapat
Umar).

15
16

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), h.16.
Ibid, h.16

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dengan demikian pengertian yang dapat diambil dari contoh sejarah
Rasulullah metode diskusi ialah proses tukar pendapat yang dilakukan beberapa
peserta diskusi yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang bertujuan untuk
mencari solusi dari masalah yang ada dan diputuskan oleh pemimpin diskusi
serta disetujui oleh seluruh peserta diskusi.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa metode diskusi ialah proses tukar pendapat antara 2
orang atau lebih dalam satu majelis yang mempunyai satu tujuan yaitu mencari
sebuah solusi dari permasalahan yang ada.
Jika diartikan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah
metode diskusi ialah proses tukar pendapat antara guru dengan murid atau
murid dengan murid yang bertemu saat proses KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) untuk mencari sebuah solusi dari masalah yang muncul dari tema
pelajaran yang telah dibahas.
Metode diskusi ini tepat digunakan apabila:
1) Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar
2) Pelajaran formal atau magang
3) Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai siswa
4) Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta megambil
keputusan

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5) Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan,
interpretasi dan kepribadian
6) Menghadapi masalah secara berkelompok
7) Membiasakan siswa untuk berargumen dan berpikir rasional.
b) Metode Controlling
Nana Sudjana mengatakan bahwa, untuk dapat menentukan tercapai
tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan
evaluasi. Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga
atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah
proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku
yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh
karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar.17
Evaluasi sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu
proses pembelajaran. Sebagaimana dalam pendidikan karakter pada kurikulum
2013 yang menggunakan pendekatan scientific, yaitu setelah proses
pembelajaran dilanjutkan dengan proses evaluasi. Evaluasi dalam k13 terdiri
dari penilaian sikap yaitu sikap spiritual dan sikap sosial kemudian pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan.

17

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), h.22.

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kelemahan dari k13 ini yaitu dalam mengevaluasi sikap spiritual dan
sikap sosial murid. Penilaian sikap yang dilakukan guru kepada murid di dalam
kelas masih terbilang kurang maksimal, karena penilaian sikap yang dilakukan
di dalam kelas hanya sebatas perilaku siswa di dalam kelas. Sedangkan
pendidikan karakter menuntut murid supaya bisa memiliki sikap baik yang
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku tidak hanya di dalam kelas tetapi
juga di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu penulis mengambil langkah
inisiatif sebagai evaluasi dari metode pembelajaran diskusi melalui cara
Rasulullah mengevaluasi para sahabat dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun sistem pengukuran (measurement) yang digunakan Nabi
sendiri tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu
pengetahuan modern sekarang. Namun, prinsip-prinsipnya menunjukkan
bahwa sistem measurement juga terdapat dalam diri Nabi. Nabi melakukan
pengukuran terhadap perilaku manusia dengan tanda-tanda seseorang yang
beriman ialah mencintai orang lain sesama mukmin, seperti mencintai dirinya
sendiri. Ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah
dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya, tetapi yang terakhir ini
menunjukkan selemah-lemahnya Iman. Ukuran orang munafik ada tiga yang
pertama bila bicara pasti berdusta, kedua bila berjanji ia mengingkarinya, ketiga
jika diberi amanat ia berkhianat. Ukuran orang kafir antara lain tidak
mensyukuri nikmat Allah, mencaci maki keturunan dan meratapi mayat dan

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sebagainya. Jadi sistem pengukuran Nabi terhadap perilaku manusia bukan
secara kuantitatif (dengan angka) akan tetapi kualitatif.18
Metode yang digunakan Rasulullah diatas bisa disebut dengan evaluasi
Controlling. Yaitu mengontrol atau mengawasi tingkah laku para sahabat
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengevaluasi, Rasulullah sudah memiliki
standar penilaian diantaranya ciri-ciri orang munafik ada tiga. Jika ada sahabat
yang berbuat dari salah satu dari tiga ciri orang munafik tersebut maka ia bisa
dikatan sebagai orang yang munafik dan lain sebagainya.
Selain mengawasi dan menetapkan standar penilaian, Rasulullah
sebagai pendidik menjadikan diri Rasul sebagai uswatun hasanah atau contoh
yang baik. Seperti dalam buku “Tarbiyat Islamiyat” yang ditulis Najb Khalid
Al-Amar mengatakan bahwa, metode Pendidikan islam yang dilakukan nabi
Muhammad SAW pada periode makkah madinah adalah melalui teguran
langsung, misalnya Hadis Rasulullah : Umar bin Salamah r.a berkata “Dahulu
aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah SAW, ketika makan biasanya aku
mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru, melihat hal itu Beliau bersabda,”
hai gulam, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah apa yang didekatmu. (HR. Bukhari). Kemudian melalui keteladanan
setiap apa yang disampaikan oleh Rasulullah, maka yang menjadi uswahnya
adalah Rasulullah sendiri.

18

Ibid, Samsul Nizar, h.23.

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Jadi pengertian dari metode Controlling adalah proses evaluasi yang
dilakukan guru di luar kelas untuk mengamati sikap murid sehari-hari dengan
diiringi contoh yang baik dari seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.
2. Macam-Macam Metode Diskusi
a) Diskusi Formal
Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari
pimpinan sampai dengan anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang
guru atau seorang murid yang dianggap cakap. Karena semua telah diatur
maka para anggota diskusi tidak dapat begitu saja berbicara (berbicara
spontan), semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pemimpin
diskusi. Diskusi yang diatur seperti ini memang lebih baik.19
b) Diskusi Tidak Formal (Informal)
Diskusi ini seperti dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana
satu sama lain bersifat “face to face reletionship”(tatap muka dalam
keakraban).20
Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari murid-murid
yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturannya agak longgar. Dalam
diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi pimpinan, tidak perlu ada

Zakiah Darodjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.294
Abu ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung: CV Pustaka Setia,
1997),h.57
19
20

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pembantu-pembantu, sedangkan yang lain-lainnya hanya sebagai anggota
diskusi.21
c) Diskusi Panel
Diskusi ini menghadapi masalah yang ditinjau dari beberapa pandangan.
Pada umumnya panel ini dilaksanakan oleh beberapa orang saja, yang dapat
juga diikuti oleh banyak pendengar.
Diskusi ini dapat diikuti banyak murid sebagai peserta, yang dibagi menjadi
peserta aktif dan peserta tidak aktif. Peserta aktif yaitu langsung
mengadakan diskusi, sedangkan peserta tidak aktif adalah sebagai
pendengar.22
d) The Social Problem Meeting
Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya
atau disekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa akan merasa
terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidahkaidah yang berlaku, seperti misalnya hubunganan antar siswa, hubungan
siswa dengan guru atau personal sekolah lainnya, peraturan-peraturan
dikelas/disekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.23

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajara Agama Islam,h.293-294
Abu ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, h. 57-58
23
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.143

21
22

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

e) The Open-ended Meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dengan kehidupan mereka
disekolah, dengan segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitar mereka
dan sebagainya. Dengan diskusi ini, dapat membantu para siswa belajar
menemukan pendapat secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa
yang dikemukakan oleh orang lain dan dapat menilai kembali
pendapatnya.24
f) The Educational Diagnosis Meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran dikelas dengan maksud
untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang
diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang
lebih baik/benar.25
g) Whole Group
Merupakan bentuk diskusi kelas dimana para pesertanya duduk ditengah
lingkaran. Dalam kondisi ini guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik
yang akan dibahas telah direcanakan sebelumnya.26
Kelas merupakan suatu kelompok diskusi whole group yang ideal apabila
jumlah anggota kelompok tidak lebih dari 15 orang.27

Ustman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta:PT. Intermasa 2002),h.42
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Ih. 143
26
Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 40
27
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, h. 148
24

25

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

h) Musyawarah
Suatu cara menyajikan bahan pelajaran melalui perundingan untuk
mencapai tujuan pelajaran. Peserta-peserta dalam musyawarah ini
disekolah adalah guru dan pelajar. Dalam musyawarah ini guru berfungsi
sebagai manusia sumber dan penunjuk arah.28
i) Diskusi Kelas
Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi
oleh anak-anak. Guru berfungsi sebagai pengatur, pendorong dan pengarah
pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak. Diskusi
seperti ini tampaknya agak formal karena itu adakalanya disebut diskusi
formal. Pembicaraan diatur oleh ketua diskusi. Yang mau berbicara kadangkadang harus mencatatkan diri, baru kemudian diperkenankan berbicara.
Segala pembicaraan dicatat oleh penulis dan pada akhir diskusi diajukan
beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya.29
j) Small Group Discussion
Diskusi kelompok yang terdiri antara 4 sampai 6 orang siswa yang tidak
diikuti oleh keterlibatan guru. Diskusi kelompok membahas suatu topik.
Keterlibatan guru terbatas pada kegiatan memonitoring dari suatu
kelompok ke kelompok lain.30

28

Ibid, h.148-153
Engkoswara, Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran,(Jakarta: Bina Aksara,1984),h. 51
30
Roestiyah NK,Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.14
29

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari beberapa macam model diskusi penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya metode diskusi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu diskusi
formal dan informal. Diskusi formal adalah bentuk diskusi yang terikat dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Juga semua kelompok diskusi dapat
ikut aktif dengan catatan setelah terlebih dahulu diberi waktu oleh pimpinan
diskusi. Sedangkan diskusi informal adalah bentuk diskusi yang tidak terlalu
terikat dengan peraturan-peraturan yang ada. Semua anggota kelompok diskusi
juga aktif tanpa harus diberi waktu terlebih dahulu oleh pimpinan diskusi.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
a) Kelebihan Metode Diskusi
Setiap metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar mempunyai
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Demikian halnya dengan metode
diskusi. Diantara kelebihan metode diskusi adalah:
1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan
2) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka
mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.31
3) Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-gagasan,
dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

31

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 99

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, memperluas
wawasan dan membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat
dalam memecahkan suatu masalah.
5) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga
menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan
sitematis.
6) Adanya kesadaran siswa untuk mengikuti dan mematuhi aturan-aturan
yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap
mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.32
b) Kelemahan Metode Diskusi
Disamping kelebihan yang dimiliki oleh metode diskusi juga memiliki
kelemahan yaitu diantaranya:
1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi
banginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggung
jawab.
2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan
untuk diskusi cukup panjang.
3) Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang
panjang, tidak dapat dipakai pada kelompok besar, peserta mendapat

32

Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 37

24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

informasi yang terbatas dan mungkin dikuasai oleh orang-orang yang
suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.33
4. Implementasi Metode Diskusi dan Controlling
Sebelum melaksanakan metode diskusi dan controlling, perlu diketahui
bahwa dalam diskusi terdapat beberapa komponen yang harus ada. Diantaranya
adalah masalah yang menuntut solusi, peserta diskusi, moderator sebagai
pemimpin diskusi dan notulen sebagai pencatat pendapat yang ada ketika
berjalannya diskusi dan hasil diskusi. Komponen-komponen tersebut harus ada
dalam sebuah forum diskusi, agar proses diskusi berjalan dengan lancar.
Adapun implementasi metode diskusi dan controlling dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Guru menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil
c. Guru menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan
studi khusus kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi.
d. Guru menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkaskan
masalah yang didiskusikan
e. Guru menginstruksikan pada setiap kelompok untuk menunjuk siapa yang
menjadi sebagai moderator dan notulen
f. Guru membimbing diskusi, tidak memberi ceramah

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 207
33

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

g. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya
h. Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan
tidak menentu34
i. Guru mengawasi serta menilai berjalannya diskusi masing-masing kelompok.
j. Guru menginstruksikan masing-masing kelompok menyampaikan hasil dari
diskusi.
k. Guru menyimpulkan hasil diskusi dan mengajak siswa menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari
Setelah metode diskusi dalam kelas diakhiri dengan kesimpulan dari
guru, langkah selanjutnya ialah evaluasi controlling yang dilakukan di luar jam
pelajaran. Berikut langkah-langkahnya:
a. Guru menyiapkan diri sebagai contoh bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari
b. Guru menyiapkan rubrik penilaian khusus sebagai acuan penilaian sikap siswa
di luar kelas
c. Guru mata pelajaran berkoordinasi dengan seluruh pengajar yang ada untuk
membimbing sikap siswa di luar kelas
d. Menggunakan kamera sebagai media controlling
e. Menegur siswa apabila terlihat sedang melakukan kesalahan
f. Memberi sanksi pada siswa bila diperlukan
g. Memberikan contoh (solusi) pada siswa cara yang benar dalam bertindak

34

Ibid, Martinis Yamin, h.104.

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. PENDIDIKAN KARAKTER
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan
sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain.35 Scerenko (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut
atau ciri-ciri yang membentuk atau membedakan ciri pribadi, ciri etis dan
kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Sementara
itu The Free Dictionary dalam situs onlinenya yang dapat diunduh secara bebas
mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang
membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain.
Karakter juga didefinisikan sebagai suatu desk

Dokumen yang terkait

PROSES INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM PEMBELAJARAN UNSUR SENYAWA DAN CAMPURAN(STUDI KASUS DI SMP ISLAM INTEGRAL LUQMAN AL-HAKIM BATAM).

0 4 18

PENDAHULUAN Implementasi Pendidikan Ideal Berbasis Qs. Al Alaq 1-5 Di Sdit Luqman Al Hakim Surakarta.

0 3 10

PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pembelajaran Agama Islam Ditinjau Dari Konsep Pendidikan Luqman Al-Hakim Dalam Surat Luqman (Studi Analisa SKKD dan Materi Pokok Pembelajaran Agama Islam Di SD Islam al-Azhar 16 Cilacap).

0 1 35

DAFTAR PUSTAKA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pembelajaran Agama Islam Ditinjau Dari Konsep Pendidikan Luqman Al-Hakim Dalam Surat Luqman (Studi Analisa SKKD dan Materi Pokok Pembelajaran Agama Islam Di SD Islam al-Azhar 16 Cilacap).

0 2 8

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU SCIENCE DAN DEEN AL-ISLAM PADA KELAS IV SDIT LUQMAN AL HAKIM INTERNASIONAL, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 9 342

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM QS. AL LUQMAN

0 0 13

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DI SMA LUQMAN AL- HAKIM SURABAYA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam

0 0 23

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA PENDIDIKAN ( Penelitian Pada SD Islam Integral Luqman Al Hakim Purwodadi)

2 6 67

MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH LEMBAGA PENDIDIKAN ( Penelitian Pada SD Islam Integral Luqman A1 Hakim Purwodadi )

0 1 59

PERSEPSI REMAJA TERHADAP ISLAMIC STATE: STUDI KASUS PELAJAR SMA ISLAM LUQMAN AL HAKIM DAN SMA ISLAM AL FALAH SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 24