KOMPENSASI SEBAGAI BENTUK PELAYANAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA.

KOMPENSASI SEBAGAI UPAYA
PELAYANAN PADA KORBAN
KEJAHATAN KEKERASAN
OLEH :
DR. IDA BAGUS SURYA DHARMA JAYA, SH. MH
DR. I GUSTI KETUT ARIAWAN, SH. MH
I MADE WALESA PUTRA, SH. MKN
I GST AGUNG AYU DIKE WIDHIYAASTUTI, SH.MH.
IDA BAGUS MADE DANU KRISNAWAN
MADE DANDY PRANAJAYA, S.SOS

LATAR BELAKANG MASALAH
• Kekerasan menjadi bagian dari masalah sosial
di indonesia
• SPP berat pada pelaku kejahatan
• Korban kejahatan belum mendapat
perlindungan yang memadai
• Kompensasi hanya untuk korban Pelanggaran
HAM berat dan korban Terorisme
• Belum terimplementasikan prinsip-prinsip
kompensasi yang bersifat umum.


PERMASALAHAN
• Apakah yang menjadi dasar pemikiran untuk
menentukan kompensasi sebagai sarana pelayanan
terhadap korban kejahatan?
• Apakah prinsip-prinsip dasar kompensasi, dan
bagaimanakah struktur, prosedur kompensasi di
negara-negara lain?
• Apakah pengaturan kompensasi dalam hukum pidana
Indonesia sudah memadai dalam upaya memberikan
pelayanan pada korban kejahatan?
• Bagaimanakah pengaturan kompensasi dalam sistem
peradilan pidana Indonesia agar dapat memberikan
pelayanan pada korban tindak pidana kekerasan?

KERANGKA KONSEP
DAN LANDASAN TEORI
• KOMPENSASI
• KEJAHATAN KEKERASAN Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani...”.

• KORBAN KEJAHATAN
• SISTEM PERADILAN PIDANA
• KEBIJAKAN HUKUM PIDANA Dilakukan kajian evaluatif (sosiologis,
kriminologis, politis, praktis) ,Memperhatikan kesepakatan global,
Kajian komparatif , Perkembangan orientasi keilmuan (pusat
perhatian penanggulangan kejahatan bergeser dari kejahatan,ke
pelaku, dan selanjutnya ke masyarakat)
• TEORI VIKTIMOLOGI/KOMPENSASI The legal Liabilituy theory,The
Social Contract theory ,The Social Accountable theory,The
utilitarian theory

TUJUAN PENELITIAN
• Untuk mengetahui relevansi kompensasi dalam
memberikan pelayanan pada korban kejahatan
kekerasan.
• Untuk mengetahui bagaimana kompensasi tersebut
diatur dalam sistem peradilan pidana Indonesia.
• Untuk mengetahui prinsip-prinsip, struktur dan
prosedur kompensasi di beberapa negara.
• Untuk mengetahui bagaimana sebaiknya kompensasi

tersebut diatur di Indonesia sehingga mampu melayani
korban tindak pidana kekerasan.

METODE PENELITIAN






JENIS PENELITIAN
PENDEKATAN
SUMBER BAHAN HUKUM
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
TEKNIK ANALISIS BAHAN HUKUM

HASIL DAN PEMBAHASAN
(PERMASALAHAN 1)
Apakah yang menjadi dasar pemikiran untuk menentukan
kompensasi sebagai sarana pelayanan terhadap korban

kejahatan?
• Korban kekerasan menderita secara fisik, , psikologis,
tapi juga seringkali menderita secara sosial, ekonomi,
dan politis (Jeremy Bentham, Margary Fry )
• Negara sebagai pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya korban kejahatan kekerasan. sejarah,
kontrak sosial, solidaritas sosial
• Pergeseran teoritik dalam SPP tat, tater, viktim dan
sistem of institutional trust

PERMASALAHAN 2
Apakah prinsip-prinsip dasar kompensasi, dan bagaimanakah struktur,
prosedur kompensasi di negara-negara lain?
• AMERIKA SERIKAT The Victim Witness Protection Act 1982, US Victim of
Crime Act 1984 (VOCA masuk dalam Title 18 US Code article 3771)
• INGGRIS -Criminal Injuries Compensation Act 1995(Ps. 2),Youth Justice
and criminal Evidence Act 1996 (Ps. 44),Domestic Violence, Crime and
Victim Act 2004
• JERMAN -The Victim Compensation Act 1976The Victim Protection Act
1986, The Victim “Protection Harmonization”Act 2001,The Victim Rights

Reform Act 2004 Semua ketentuan di atas menjadi bagian dari Criminal
Law Procedure (Ps. 55,56,153 a,172,395-406), DAN the Victim
Compensation Act 1976 (Opferentschadigungsgesetz /OEG).
• BELANDA -Criminal law Procedure (Ps. 51a-g),Damages Fund for Violent
Crime Act (Ps. 3 angka 1a)
• RRC -Criminal Law Procedure
• -Code Penal (Ps.82,170, 40,41,36,64,88172,86,145)

AMERIKA SERIKAT
• PROSEDUR
• korban atau yang mewakili/keluarga korban/ orang dekat korban
mengajukan permohonan kompensasi pada Crime victim Compensation
Board paling lamabat dalam waktu satu tahun sejak peristiwa yang
menyebabkan luka-luka tersebut terjadi. Kompensasi tidak akan dilayani
bila mana perbuatan yang menyebabkan timbulnya korban tersebut tidak
dilaporkan dalam kurun waktu 72 sejak peristiwa terjadi jam pada
penegak hukum .
• -Bilamana permohonan di tolak oleh Crime Victim Compensastion Board
maka pemohon dapat mengajukan keberatan dengan meminta untuk
didengar keterangannya dan disertai dengan saksi-saksi.

• -Crime victim Compensation Board akan memeriksanya dengan system
pembuktian terbalik.
• -Bilamana prosedur ini juga tidak berhasil maka korban dapat mengajukan
peninjauan kembali terhadap putusan tersebut melalui prosedur perdata.

• STRUKTUR
• Crime Victim Compensation board bertugas
untuk menerima permohonan kompensasi dan
mempertimbangkan permohonan tersebut.
• Office for Victim of Crime (OVC) bertugas
mengumpulkan dana untuk kompensasi, dan
menentukan kompensasi bagi korban kejahatan,
serta memberikan bantuan pada korban
kejahatan (victim Assistence program). Rumah
sakit juga terlibat dalam memberikan
perlindungan pada korban kejahatan.

BENTUK KOMPENSASI
• Konsultasi medis, kehilngan penghasilan,
kehilangan bersifat khusus (cacat), biaya

pengobatan, biaya pemakaman
KORBAN YANG DAPAT KOMPENSASI
• Luka-luka, cacat, dan dan meninggal dunia

INGGRIS
PROSEDUR
• Kompensasi (state compensation) : korban/keluarganya bila korban
meninggal dunia mengajukan permohonan kompensasi pada the Criminal
injuries Compensation Authority (CICA) dengan menunjukkan kerugian
yang diderita. CICA harus sudah memutuskan dalam waktu 12 bulan. Bila
permohonan diterima maka pembayaran kompensasi akan dilakukan
secara cepat (penentuan jumlah kompensasi dilakukan dengan system
tariff) dengan mempertimbangkan kerugian yang diderita korban karena
kehilangan penghasilan, biaya yang dikeluarkan karena telah menjadi
korban kejahatan. Bilamana korban tidak puas dengan kompensasi yang
diberikan maka korban dapat banding pada petugas CICA yang lebih senior
atau ke the Criminial Injuries Compensation Appeal Panel.
STRUKTUR
Kompensasi (state compensation), pihak yang berwenang menentukan
adalah The Criminal Injuries Compensation Authority (CICA).


BENTUK KOMPENSASI
• Ganti rugi berupa uang, karena menjadi
korban kejahatan, termasuk kehilangan
penghasilan, perawatan, biaya pengurusan
bilamana korban meninggal
KORBAN YANG DAPAT KOMPENSASI
• Korban meninggal dunia, luka-luka

JERMAN
PROSEDUR
• Diajukan oleh korban kejahatan yang serius atau keluarganya dalam
hal korban cacat ataumeninggal dunia. Klaim diajukan pada
Opferentschadigungsgesetz (OEG). Mencantumkan kerugian yang di
derita terkait dengan biaya-biaya untuk pengobatan, kehilangan
penghasilan (pension untuk keluarga yang ditinggalkan), tidak
termasuk kerugian harta benda karena kejahatan.
• OEG akan menentukan pemberian kompensasi tersebut dan
besaran kompensasi yang akan diterima oleh korban. (Victim
Protection Fund memperoleh dana dari federal budget ataupun

untuk Negara bagian dari federal lander budget)
STRUKTUR
• kompensasi diajukan pada Opferentschadigungsgesetz (OEG).

BENTUK KOMPENSASI
• Kompensasi berupa ganti kerugian finansial
dan bantuan pelayanan
KORBAN YANG DAPAT KOMPENSASI
• penderitaan fisik, mental, maupun kerugian
harta benda.

BELANDA
PROSEDUR
korban kejahatan kekerasan yang berhak memohon kompensasi.
Kompensasi diajukan pada the Demages Fund for Violent Victim dengan
batas waktu tiga tahun sejak kejahatan terjadi. Bila korban meninggal
dihitung sejak meninggalnya korban. Permohonan dapat diajukan oleh
korban atau keluarga korban. Komite yang dibentuk oleh Ratu berdasarkan
usulan Menteri kehakiman yang akan memutuskan permohonan tersebut.
Dalam mengambil keputusan komite dapat meminta informasi pada

lembaga-lembaga yang berwenang, petugas-petugas terkait, termasuk
juga pada orang lain yang keterangannya diperlukan (keterangan ahli,
saksi-saksi, dalam hal ini korban dapat juga hadir dan berkomentar).
Pemberi keterangan harus disumpah. Pembayarana sementara dapat
diberikan sebelum keputusan diambil. Bilamana permohonan kompensasi
di tolak maka korban dapat mengajukan banding ke Court of Appeal di
Den Haag dalam waktu enam minggu setelah pemberitahuan. Bila
pengadilan menolak keputusan komite maka komite wajib
memperbaharui keputusannya.

STRUKTUR
• untuk kompensasi permohonan korban
diajukan pada the Demages Fund of Violent
Victim. :Menteri Kehakiman yang memberikan
kompensasi. Keputusan tentang jumlah
kompensasi dilakukan oleh Counsil (komite).
• Court of Appeal di DenHaag memberikan
putusan atas penolakan kompensasi

BENTUK KOMPENSASI

Pembayaran berupa uang pengganti karena
menjadi korban
KORBAN YANG DAPAT KOMPENSASI
Korban menderita kondisi fisik yang serius dan
menderita secara mental , ataupun korban
meninggal karena kejahatan

REPUBLIK RAKYAT CINA
• kompensasi diberikan hanya dalam praktek
bilamana ternyata pelaku tidak mampu
membayar kerugian pada korban (jarang
terjadi

PERMASALAHAN 3
Apakah pengaturan kompensasi dalam hukum
pidana Indonesia sudah memadai dalam upaya
memberikan pelayanan pada korban kejahatan?
• UU No. 31/2014 Pasal 7 ayat (1,2,3,4) tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, PP No. 44/2008
Ps. 2-14 ttg. Pelaksanaan Pemberian Kompensasi,
Rehabilitasi
• UU No. 26 tahun 2000 Pengadilan HAM PASAL
35
• UU No. 1 tahun 2002 jo. UU No. 15 tahun 2003
tentang Terorisme : Ps. 36, 38, 39, 40,41, 42

PERMASALAHAN 4
Bagaimanakah pengaturan kompensasi dalam
sistem peradilan pidana Indonesia agar dapat
memberikan pelayanan pada korban tindak
pidana kekerasan?
Tingkat kejahatan kekerasan yang tinggi,
seharusnya disertai dengan antisipasi
penanggulangan penderitaan korban
tanggung jawab negara

• Kompensasi tidak digantungkan pada kesalahan
pelaku kejahatan, atau putusan pengadilan yang
bersifat tetap Prinsip-prinsip umum kompensasi
dan ketentuan kompensasi Amerika Serikat,
Inggris, Belanda, dan Jerman.

• Kompensasi tidak dibatasi hanya pada korban
pelanggaran HAM Berat dan Terorisme saja, tetapi
juga meliputi korban kejahatan kekerasan
lain dengan memperhatikan kemampuan negara
untuk menyediakan dana untuk kepentingan
kompensasi, serta menghindari kompensasi dipakai
sebagai ajang untuk mencari keuntungan

Besaran kompensasi harus disesuaikan
dengan kerugian korban kejahatan.
Penghitungan kerugian harus
memperhatikan kerugian fisik, psikologis,
sosial, politik, dan finansial
(memperhatikan kerugian moril dan
materiil).

• Kompensasi seharusnya memiliki struktur dan prosedur yang
jelas sehingga kepastian hukum terjaga. Termasuk di
dalamnya membentuk suatu lembaga khusus yang menangani
kompensasi Amerika Serikat dengan nama Victim
Compensation Boardnya, di Inggris dengan nama the Criminal
Injuries Compensation Authority (CICA), di Jerman dengan
nama Opferentschadigungsgesetz, dan di Belanda dengan
nama Demage Fund of Violent Victim.

KESIMPULAN DAN SARAN
(KESIMPULAN)
1. Dasar pemikiran meletakkan kompensasi
sebagai salah satu upaya dalam memberikan
pelayanan pada korban adalah tanggung jawab
negara, solidaritas masyarakat, menyelesaikan
konflik antar pihak pelaku dan korban,
mendorong korban bekerjasama dalam
meningkatkan kualitas sistem peradilan pidana,
sehingga sistem peradilan pidana dapat
berperan maksimal dalam menanggulangi
kejahatan serta memiliki sifat yang humanistik.

2. Prinsip-prinsip umum kompensasi yang
harus dikembangkan memperhatikan
penderitaan korban, negara wajib
memberikan ganti kerugian tanpa
memperhatikan adanya pihak yang bersalah
sebagai penimbul korban, dan adanya
besaran nilai yang diterima korban dari pihak
lain.

3.Indonesia belum melaksanakan seluruh prinsip
kompensasi, dan masih jauh tertinggal dari
negara-negara maju Indonesia hanya
mengatur kompensasi pada kejahatan kekerasan
berkaitan dengan korban pelanggran HAM berat
dan Teorisme, kompensasi masih dikaitkan
dengan kesalahan pelaku dengan menunggu
adanya putusan pengadilan yang bersifat tetap,
serta pemberian kompensasi menunggu pihak
yang terlibat dalam kejahatan tidak mampu
memberikan restitusi.

4.upaya meningkatkan kompensasi agar dapat berperan dalam
memberikan pelayanan pada korban kejahatan kekerasan perlu
dilakukan perbaikan dalam substansi aturannya. Berbagai produk
perundang-undangan yang bertujuan memberikan kompensasi pada
korban harus kembali pada prinsip-prinsip umum kompensasi.
Kompensasi tidak seharusnya digantungkan pada kesalahan pelaku
dengan menunggu adanya putusan pengadilan yang bersifat tetap.
Demikian pula kompensasi tidak dapat menunggu restitusi dari pelaku
kejahatan. Kompensasi tidak hanya diberikan pada korban kejahatan
kekerasan yang dikatagorikan dengan korban pelanggran HAM berat
dan terorisme saja, tetapi seharusnya melingkupi semua jenis korban
kejahatan kekerasan dengan melihat keseriusan kerugian/penderitaan
korban. Serta untuk lebih mengefektifkan pemberian kompensasi perlu
dibentuk suatu lembaga indipenden yang dapat menunjkang sistem
peradilan pidana.

SARAN
1. Setiap negara seharusnya mengatur kompensasi sebagai
salah satu upaya untuk dapat memberikan pelayanan
maksimal pada korban kejahatan kekerasan
2. Prinsip-prinsip pelayanan korban yang bersifat umum
seharusnya dijadikan dasar untuk melakukan regulasi.
Sehingga terbentuknya sistem hukum yang kuat dalam
melayani korban kejahatan.
3.Indonesia perlu segera membentuk peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan kompensasi dengan
memperhatikan prinsip-prinsip umum yang berkembang,
dan memperhatikan berbagai regulasi dari negara-negara
yang telah mampu melaksanakan kompensasi dengan baik.

• 4. Untuk dapat meningkatkan pelayanan pada
korban kejahatan kekerasan, maka Indonesia
seharusnya tidak hanya memperhatikan korban
Kejahatan HAM berat, dan Terorisme saja, tetapi
juga memperhatikan korban kejahatan yang
serius. Kompensasi tidak lagi dikaitkan dengan
kesalahan pelaku dan besaran restitusi dari
pelaku kejahatan. Di samping itu perlu pula
dibentuk sebuah lembaga baru yang mandiri
dalam mengelola Komepnsasi, dalam hal ini LPSK
patut diberdayakan untuk itu.