KOMPENSASI SEBAGAI BENTUK PELAYANAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA.

LAPORAN PENELITIAN

KOMPENSASI SEBAGAI BENTUK PELAYANAN
TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN
DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

OLEH:
DR. IDA BAGUS SURYA DHARMA JAYA, SH. MH (KETUA)
DR. I GUSTI KETUT ARIAWAN, SH. MH (ANGGOTA)
I MADE WALESA PUTRA, SH. MKN (ANGGOTA)
I GST AGUNG AYU DIKE WIDHIYAASTUTI, SH. MH
(ANGGOTA)
5. IDA BAGUS MADE DANU KRISNAWAN, SH (MAHASISWA)
6. MADE DANDY PRANAJAYA, S.SOS (SEKRETARIAT PENELITI)
1.
2.
3.
4.

USULAN PENELITIAN INI DIAJUKAN UNTUK DIBIAYAI DARI DANA
DIPA BLU PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU HUKUM PPS

UNUD PERIODE 2015

DlREKTORAT JENDERAL PENDIDlKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDlKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU HUKUM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

HALAMAN PENGESAHAN

L Judul Penelitian


3.
4.

5.
6.


Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Jabatan Struktural
e. Jabatan Fungsional
f. Fakultas/Jurusan
g. Pusat Penelitian
h. Alamat
i. Telpon/Fax
j. Alamat Rumah
k. Telpon/Fax/Email
Jumlah Anggota Peneliti
Jumlah Mahasiswa
Waktu penelitian
Jumlah Pembiayaan

:Kompensasi Sebagai Bentuk Pelayanan Terhadap Korban
Tindak Pidana Kekerasan Dalam Sistem Peradilan Pidana

: Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, SH. MH
: Laki-laki
: 19620605 198803 1 020
: Penata Muda Tk I/Illa
: Assisten Ahli
: Hukum/Ilmu Hukum
: Laboratorium FH UNUD
: Jalan Pulau Bali No.1 Denpasar
: (0361) 222666/(0361) 234888
: J1. WR Supratman G 1/10 Kertalangu Denpasar
: 0818118008
: 4 (empat) orang
: 2 (dua) orang
: 6 buan
: Rp. 9.900.000,00

Jumlah Biaya Yang Diajukan Ke Fakultas : Rp. 9.900.000,00

Denpasar, 19 Nopember 2015
Ketua peneliti,


SH. MHum. LLM)

KATA PENGANTAR

-- Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/lda Sang Hyang Widhi Wasa
segala berkat dan rahmat-Nya, kami berhasil menyusun laporan hasil penelitian untuk
pada Program Studi 52 Bidang Ilmu Hukum Pasca 5aIjana Universitas Udayana..

r.olfaIl hasil penelitian ini diberi judul "Kompensasi Sebagai Bentuk Pelayanan Terhadap
Tindak Pidana Kekerasan Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia". Pengambilan
ini dilatarbelakangi oleh arti pentingnya pemberian kompensasi kepada korban tindak
khususnya tindak pidana kekerasan yang sering terjadi. Kompensasi dalam hal ini
akan bentuk tanggungjawab Negara dalam memberikan pelayanan kepada warga
_onya yang mengalami kerugian baik secara materiil maupun immaterial yang
butuhkan bantuan pengobatan atau pemulihan atas kekerasan yang dialami.
- kata disadari betul apabila penelitian ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena itu
harapan kami akan adanya masukan-masukan kritis yang bersifat membangun bagi
embangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum pidana di masa yang akan datang.
-t"lIUa


para pihak yang telah membantu, diucapkan terimakasih yang sedalam-dalamya.

Denpasar, 19 November 2015
Peneliti

DAFIARISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
RWGKASAN

.
11

.iii

BAB I PENDAHULUAN

1


BAB II KERANGKA KONSEP DAN LANDASAN TEORI

8

BAB III TUJUAN PENELITIAN

40

BAB IV METODE PENELITIAN

.41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

.46

BAB VI PENUTUP

98


DAFTAR PUSTAKA

101

LAMP IRAN
a. Perincian Biaya Penelitian
b. Jadual Pelaksanaan
c. Instrurnen Penelitian
d. Personalian Tenaga Penelitian
e. CV Peneliti

RINGKASAN

Dewasa ini, kejahatan kekerasan semakin meningkat, hal ini menimbulkan
meningkatnya jumlah korban kejahatan kekerasan. Korban kejahatan kekerasan
merupakan salah satu korban yang belum mendapat perhatian serius dari negara.
Korban kejahatan kekerasan mengalami penderitaan fisik dan mental.
Penderitaam fisik dapat dilihat nyata, namun penderitaan psikologis memerlukan
perhatian karena berkepanjangan dan bahkan dapat menimbulkan penderitaan
lanjutan secara fisik,· sosial dan ekonomi. Oleh karena itu perlindungan korban

kekerasan perlu ditingkatkan. Perlindungan berupa pelayanan belum diberikan
oleh negara, hanya dalam beberapa peraturan diatur tentang restitusi yang dapat
diminta korban dari pelaku kej ahatan melalui proses peradilan. Sedangkan negara
yang paling bertanggung jawau melindungi korban kejahatan hanya memiliki
kewajiban memberikan kompensasi (ganti rugi oleh negara pada korban
kejahatan) pada korban kejahatan HAM berat dan Korban Terorisme. Sementara
itu kompensasi untuk korban kejahatan kekerasan konvensional belum diatur
dalam hukum

Indonesia, walaupun kompensasi untuk korban kejahatan

kekerasan telah diatur dibanyak negara.

Kegagalan negara untuk melindungi

warganya seharusnya menjadi alasan bahwa negara seharusnya hadir untuk
memberikan kompensasi sebagai bentuk pelayanan pada korban kejahatan
kekerasan.
Tiadanya pengaturan tentang kompensasi telah menyebabkan korban
kejahatan kekerasan tidak mendapatkan haknya. Bahkan dikhawatirkan mereka

semakin menderita ketika masuk dalam sistem peradilan pidana, mereka menjadi

secondry victim. Oleh karena itu perlu diketabui kemampuan perundangundangan yang tersedia untuk mengatur hal tersebut, dan diperlukan masukan
untuk meningkatkan perlindungan korban kej ahatan kekerasan pada kesempatan
mendatang.

Kata Kunci : kompensasi, pelayanan terhadap korban kejahatan kekerasan,
sistem peradilan pidana.

BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Kekerasan bukanlah suatu hal baru dalam kehidupan manusia, cerita Kabil
membunuh Habil (mereka adalah anak-anak Abraham dengan Siti Hawa) karena
memperebutkan wanita.

1

Demikian pula bila dicennati secara mendalam istilah yang


diungkapkan oleh Thomas Hobes "Homo- homoni lupus", yang berarti manusia
menjadi srigala bagi manusia yang lain. Manusia tiada lain memiliki sifat seperti
binatang, semua orang bennusuhan satu sarna lainnya, suatu keadaan perang antara
semua manusia (bellum omnium conttra omnes).2 Ungkapan tersebut memastikan
bahwa kekerasan akan selalu ada, walupun manusia sudah hidup bennasyarakat.
Kekerasan sampai sekarang tetap muncul sebagai akibat dari konflik karena adanya
ketidak puasan, ketidak berdayaan, ketidak adilan dan sebagainya.
. Kekerasan menjadi sorotan dunia, baik di Amerika, Eropa dan negara-negara
lain di duma. Kekerasan di Amerika Serikat dapat di lihat dari perang antara suku
Indian dengan pendatang kulit putih, kemudian "Civil War", perang antara tentara
bagian utara dengan tentara bagian selatan yang terjadi karena tuntutan kebebasan

Yesmil Anwar, Saat Menuai Kejahatan, (Bandung : Refika Aditama, 2009), hal. 21.
Koentjoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi, (Jakarta, Bandung : Eresn co,
1978), hal. 15.
I

2


1

oleh para budak. 3 Sedangkan di Eropa, kekerasan telah menjadi sejarah yang tak
terlupakan, karena telah menimbulkan

Perang dunia I dan

Perang dunia II.

Sementara di Asia, utamanya Indonesia kekerasan sudah ada semenjak jaman

イセ。M

raja, dan semakin menjadi-jadi pada jaman penjajahan Belanda. Henk Schulte
Nordholt membagi kekerasan menjadi dua bagian, yaitu kekerasan ketika

VOC

melebarkan sayap monopoli dagangnya dan di ujung abad ke-19 ketika negara
imprialisme modem sedang ditegakkan. Kekerasan telah menyebabkan banyak
korban di seluruh nusantara. Bali juga mengalami kekerasan yang luar biasa,
peristiwa "puputan", baik di Klungkung, Denpasar Jagaraga, dan di daerah lainnya,
.elah menimbulkan korban jiwa, harta benda, serta jatuhnya Bali di bawah kekuasaan
Belanda. 4
Dewasa ini dalatn Era Reforrnasi, dalam upaya menciptakan negara
demokrasi yang sesungguhnya, justru kekerasan semakin meningkat, bahkan
sebagian kalangan menilai eskalasi kekerasan telah melewati batas-batas kekerasan
jaman "orba". Euforia kebebasan telah menciptakan berbagai konflik, baik yang
berskala kecil, maupun besar. Konflik-konflik tersebut telah memicu terjadinya
kekerasan. Kekerasan bukan lagi teIjadi secara spontan, karena emosi yang tak
terkendali, tapi sudah menjurus pada kekerasan yang terencana dan terorganisir.
Berbagai bentuk kekerasan telah berkembang baik kuantitas maupun kulaitasnya,
seperti ,: kekerasan antara warga masyarakat, perselisihan antara polisi dengan

3 Neil Alan Weiner, Margaret A Zahn, Rta J Sagi, Violence, Patterns, Causes, Public Policy,
(New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publisher, 1990, hal 4.
4 Henk Schulte Nordholt, Kriminalitas, Modernitas, dan Identitas, dalam Sejarah Indonesia,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2002), hal. VI.

2