FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015.

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM

TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

OLEH

IDA AYU CUPU TURI

NIM. 1302115008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM

TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH

IDA AYU CUPU TURI

NIM. 1302115008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM

TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

IDA AYU CUPU TURI NIM. 1302115008

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama

Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS

Pembimbing Pendamping

A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM NIP. 196504270 198703 1 014


(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

OLEH:

IDA AYU CUPU TURI NIM. 1302115009

TIM PENGUJI

MENGETAHUI

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : JUMAT

TANGGAL : 17 APRIL 2015

1. Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS (Ketua) ...

2. A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM (Anggota) …………

3. Ns. Ni Luh Putu Eva Yanti, S.Kep, M.Kep., Sp.Kep. Kom (Pembahas) …………

DEKAN

FK UNIVERSITAS UDAYANA

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes NIP. 19530131 198003 1 004

KETUA

PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

Prof. dr. Ketut Tirtayasa MS, AIF. NIP. 19501231 198003 1 015


(5)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.4.1 Manfaat Praktis ... 8

1.4.2 Manfaat Teoritis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1Karakteristik Anak Usia Sekolah ... 9

2.2Perilaku Konsumsi Makanan Anak Usia Sekolah ... 11

2.2.1 Perilaku Konsumsi Makanan ... 11

2.2.2 Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah ... 13

2.3Makanan Jajanan ... 14


(6)

v

2.3.2 Jenis-jenis Makanan Jajanan ... 14

2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan ... 15

2.3.4 Dampak Makanan Jajanan ... 17

2.4Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan ... 18

BAB III KERANGKA KONSEP ... 28

3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Variabel Penelitian dan definisi operasional ... 29

3.2.1 Variabel penelitian ... 29

3.2.2 Definisi Operasional ... 30

BAB IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Jenis Penelitian ... 32

4.2 Kerangka Kerja ... 33

4.3 Tempat dan waktu penelitian ... 34

4.4 Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Penelitian ... 34

4.4.1 Populasi Penelitian ... 34

4.4.2 Sampel Penelitian ... 34

4.4.3 Teknik Sampling ... 35

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 36

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 39

4.5.4 Uji Validitas ... 42

4.5.5 Uji Reliabilitas ... 43

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 44

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 44

4.6.2 Analisis Data ... 45


(7)

vi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1 Hasil Penelitian ... 47

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 47

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 49

5.1.3 Hasil Penelitian ... 50

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

5.2.1 Jenis Kelamin ... 56

5.2.2 Pengetahuan Gizi dan Makanan Jajanan ... 57

5.2.3 Besar Uang jajan ... 58

5.2.4 Kebiasaan Membawa Bekal ... 58

5.2.5 Pengaruh Teman Sebaya ... 59

5.2.6 Pengaruh Orang Tua ... 60

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1 Simpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional Penelitian ... 31

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 49

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi Dan Makanan Jajanan ... 51

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Makanan Jajanan ... 52

Tabel 5.5 Uang Jajan ... 52

Tabel 5.6 Kebiasaan Membawa Bekal ... 54

Tabel 5.7 Besar Uang Jajan dan Kebiasaan Membawa Bekal ... 54

Tabel 5.8 Pengaruh Teman Sebaya ... 55


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Kerangka Konseptual Penelitian ... 28 Gambar 2 : Kerangka Kerja Penelitian ... 33


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Orang Tuan/Wali Responden Lampiran 4 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kisi-kisi Kuesioner Lampiran 6 : Kuesioner

Lampiran 7 : Rencana Anggaran Penelitian Lampiran 8 : Rencana Kegiatan Penelitian


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Pada Siswa SDN 1 Tista, Kabupaten Karangasem Tahun 2015”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa MS, AIF, sebagai Ketua PSIK Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam proses pendidikan.

3. Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS, sebagai pembimbing utama yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.

4. A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM, sebagai pembimbing pendamping yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.


(12)

xi

5. Bapak I Gede Putu, S.pd. SD sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Tista yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan pengambilan data di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem dan membantu dalam penyediaan data sekunder yang diperlukan dalam melengkapi proposal ini.

6. Bapak I Made Widana, SKM, M.Kes., sebagai Kepala UPTD Kesehatan

Kecamatan Abang yang telah membantu dalam penyediaan data sekunder yang diperlukan dalam melengkapi proposal ini.

7. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan semangat kepada penulis secara moril dan materil sehingga penulisan proposal ini selesai tepat waktu.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian proposal ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, April 2015


(13)

xii ABSTRAK

Cupu Turi, Ida Ayu. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Pada Siswa SDN 1 Tista, Kabupaten Karangasem Tahun 2015. Studi ini dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. M. R. Damayanti, S.Kep., MNS; (2) A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM.

SDN 1 Tista pada tahun 2013 tingkat pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang dijual tersebut terdiri dari makanan yang dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok. Makanan yang ada di kantin sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau tertutup sehingga lalat bisa hinggap pada makanan tersebut. Pada tahun 2013 didapatkan bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional descriptive dengan rancangan

cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini mendapatkan faktor jenis kelamin dapat menimbulkan kebiasaan siswa dalam mengkonsumsi makanan jajanan terutama pada laki-laki sebesar 62,5%. Faktor pengetahuan sebanyak 45,2% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang pengetahuan gizi dan makanan jajanan. Faktor besar uang jajan tergolong besar yaitu terdapat 57,5% siswa membawa uang jajan lebih dari Rp. 3.900,-. Faktor kebiasaan membawa bekal yaitu sebesar 60% dengan alasan terbanyak adalah untuk mengurangi kebiasaan jajanan di sekolah. Faktor pengaruh teman sebaya dalam kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada sebagian besar responden yaitu sebesar 60%. Orangtua mempunyai pengaruh besar terhadap kebiasaan jajan anak sekolah sebesar 70%. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor jenis kelamin, pengetahuan, besar uang jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh orang tua dapat melatarbelakangi kebiasaan konsumsi makanan jajanan siswa di SDN 1 Tista.

Kata kunci: makanan jajanan, siswa, SD


(14)

xiii ABSTRACT

Cupu Turi, Ida Ayu. 2015. Factors Associated with Consumption Habits Food Snacks In Student SDN 1 Tista, Karangasem Regency 2015. The study was conducted at SDN 1 Tista Karangasem. Thesis, Department of Nursing, Faculty of Medicine, University of Udayana. Preceptor (1) Ns. M. R. Damayanti, S.Kep., MNS; (2) A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM. SDN 1 Tista in 2013 the level of consumption of snack foods in SDN 1 Tista obtained 80% of children eating snack food in canteen during breaktime. The food consists of artificial sweeteners in it, contain flavoring and coloring striking use. In school cafeteria, the food isn’t clean enough, because there are some foods that are not wrapped or covered so the flies can perch on the food. In 2013, there are some cases of diarrhea in SDN 1 Tista, about twelve student are got diarrhea because of consumed and eat the food at canteen that contains bacteria and snacks have been expired food. The aim of this research is aware of the associated with the consumption of food products at students of SDN 1 Tista. The type of research used is descriptive of observational research with the design of cross sectional. The sample of this research are 40 students. Data was gathered using a questionnaire. Data available for analysis uses statistics descriptive and presented in table form a frequency distribution. This research result get a factor of sex could lead to students in the habit of consumed snack food primarily in males at 62.5 percent. Factors as much as knowledge 45,2 percent of students having knowledge nice about their knowledge about nutrition and snack food. Factors relatively large amount of pocket money that there is 57.5% of students bring pocket money of more than 3,900 rupiah. The habit of carrying provisions to school , which is about 60 percent by reason of the most is to reduce the habit of snacks in schools. A factor of the influence of peers in the habit of snack food consumption in most of which is about 60 percent of respondents. The influence of parents is 70 percent. The conclusion of this research is factor of gender, knowledge , pocket money , the habit of carrying provisions , the influence of their peers , and influence of parents could be given for this snack food consumption habits of students in SDN 1 Tista.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan jajanan adalah makanan berupa penganan kudapan.Makanan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak orang, termasuk anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli makanan dari pedagang di kantin sekolah maupun pedagang di sekitar rumah.Konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah merupakan suatu kebiasaan yang hampir terjadi di seluruh dunia (Fitri, 2012).

Menurut data Food and Agriculture Organisation (FAO, 2013), diperoleh data bahwa anak usia 6 sampai 11 tahun merupakan konsumen tersering dan terbesar dalam mengkonsumsi makanan jajanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan mengalami peningkatan yaitu 74% menjadi 95% dari tahun 2012 sampai 2013.

Data di Indonesia merurut hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan Repulik Indonesia (BPOM RI, 2013), mendapatkan data bahwa 80% anak sekolah mengkonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah baik dari penjaja maupun di sekitar kantin sekolah.Frekuensi makanan ringan lebih dari 11 kali perminggu (66%). Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Novitasari (2005) di SDN Anyelir I Depok, mendapatkan data bahwa dari 210 siswa terdapat 165 siswa (79%) memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah.


(16)

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, didapatkan bahwa anak usia sekolah mengalami peningkatan pengkonsumsian makanan jajanan di kantin sekolah dari 70% menjadi 83%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem Tahun 2012, didapatkan data bahwa dari tahun 2011 menuju 2012 terjadi kenaikan pengkonsumsian makanan jajanan pada anak sekolah dasar di kantin sekolah dari 68% menjadi 78 %.

Kebiasaan jajanan pada anak sekolah dapat berdampak negatif pada status kesehatan dan status gizi anak yang mengkonsumsi makanan jajanan tersebut. Disisi lain, makanan jajanan memiliki dampak positif karena makanan jajanan yang dikonsumsi anak sekolah dapat melengkapi dan menambah kebutuhan gizi anak (BPOM, 2005).

Mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dapat menimbulkan penyakit yang disebut foodborne disease atau penyakit bawaan makanan yang dapat menimbulkan

masalah gangguan pencernaan (Jacob, 2003). Menurut data World Health

Organization (WHO, 2013) menyatakan bahwa di negara maju seperti Amerika 3.000

orang meninggal setiap tahunnya akibat foodborne disease. Menurut data Center for Science in Public Interest (2012), di Asia khususnya negara maju seperti Cina, diperoleh bahwa lebih dari 250 anak sakit dan 40 orang anak meninggal per tahun akibat terkontaminasi makanan jajanan yang tidak sehat.

Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB, 2012-2013) mengenai jajanan anak sekolah di Indonesia, diperoleh bahwa di Indonesia kelompok siswa Sekolah Dasar


(17)

(SD) merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan makanan (BPOM, 2013). Tahun 2012 terjadi sebanyak 24 kali kejadian keracunan makanan yang berasal dari makanan jajanan dengan kejadian luar biasa tertinggi terjadi pada anak SD, yaitu 21 kali kejadian keracunan (BPOM, 2012). Pada tahun 2013, terjadi 180 kejadian keracunan makanan dimana 30 KLB keracunan makanan terjadi di lingkungan sekolah.Penyebab KLB keracunan pangan di lingkungan anak SD sebesar 29, 58% berasal dari makanan yang terkontaminasi oleh bakteri (BPOM, 2013).

Data yang didapat oleh BPOM Provinsi Bali (2013), diperoleh bahwa dari 135 kejadian kasus keracunan makanan di Bali, terdapat 57 siswa SD yang mengalami keracunan makanan setelah mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekitar sekolah. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem (2013) yang melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan, diperoleh data bahwa 17 siswa SD keracunan makanan setelah mengkonsumsi jajanan di kantin sekolah.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah adalah jenis kelamin, uang jajan, pengetahuan, teman sebaya, peran serta orang tua, dan kebiasaan membawa bekal (Fitri, 2012). Pada anak laki-laki tingkat konsumsi makanan jajanan lebih tinggi daripada perempuan, hal tersebut dikarenakan anak laki-laki lebih sering beraktifitas seperti bermain dan berolahraga, sehingga membutuhkan asupan makanan lebih banyak daripada anak perempuan yang aktifitasnya lebih rendah dari pada anak laki-laki (Juster, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Feubner (2003) di SD Al-Azhar Jakarta,


(18)

mendapatkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat konsumsi makanan yang lebih tinggi daripada siswi perempuan.

Faktor uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan jajanan. Menurut Berg (1986), besarnya uang yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan besar uang jajan mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah.

Faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak (Notoatmojo, 2003). Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi akan mampu menerapkan kemampuannya dalam memilih maupun mengolah pangan, sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizinya (Yuliastuti, 2012). Menurut menelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan bahwa pengetahuan anak

mengenai gizi makanan jajanan dapat mempengaruhi kebiasaan dalam

mengkonsumsi makanan jajanan.

Faktor teman sebaya mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak, pengaruhnya akan semakin besar apabila anak memiliki keinginan yang besar untuk diterima dalam sebuah kelompok tertentu (Hurlock, 2003). Menurut hasil penelitian Gregori (2011), mendapatkan bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi jajanan pada anak sekolah.


(19)

Pengaruh peran serta orang tua sangat mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada anak (Cahyaningsih, 2011). Sifat anak adalah mudah meniru hal yang ada di lingkungannya, terutama di lingkungan keluarga (Notoatmojo,2003). Menurut penelitian Cooke (2004), memperoleh bahwa makanan yang dikonsumsi orang tua mempengaruhi kebiasaan makanan anak.

Faktor kebiasaan membawa bekal merupakan faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajanan anak di sekolah. Kebiasaan anak membeli makanan jajanan di sekolah karena mereka tidak membawa bekal makanan dari rumah (Suci, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiasari (2001), mendapatkan bahwa kebiasaan membawa bekal mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan anak.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada guru, siswa dan pedagang pada kantin di SDN 1 Tista, pada tahun 2013 tingkat pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang dijual pada kantin sekolah antara lain: ketupat sayur, cilok, nasi goreng, mie goreng, es cendol, es gula, es susu, snack buatan pabrik, gorengan, kerupuk, roti dan biskuit. Makanan tersebut dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok.Makanan yang ada di kantin sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau tertutup sehingga lalat bisa hinggap pada makanan tersebut. Beragamnya jenis


(20)

makanan yang dijual di kantin sekolah, mengharuskan siswa agar lebih selektif dalam memilih makanan jajanan yang akan dikonsumsi.

Dari data yang didapat di Puskesmas Kecamatan Abang, pada tahun 2013 didapatkan bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Jika kejadian diare tidak ditangani, maka akan berpengaruh terhadap siswa. Siswa yang tidak bersekolah akibat sakit terkena diare akan ketinggalan pelajaran di kelas. Hal tersebut bisa menurunkan prestasi siswa di sekolah. Menurunnya prestasi akan mengakibatkansiswa ketinggalan kelas.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan masih jarang dibahas di SDN 1 Tista. Mengingat peran makanan jajanan dapat dijadikan sebagai makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, maka penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SD.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi jajanan anak Sekolah Dasar.


(21)

Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahuigambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajananpada siswa SDN 1 Tista.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tentang kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista.

2. Mengetahui gambaran faktor-faktor dalam kebiasaan mengkonsumsi makanan

jajanan yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi dan makanan jajanan, besar uang jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya dan pengaruh orang tua pada siswa di SDN 1 Tista.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis


(22)

1. Bagi peneliti, sebagai bahan belajar dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan siswa SDN 1 Tista.

2. Bagi SDN 1 Tista, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru agar dapat mengawasi dan memperhatikan jenis makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah, serta dapat memberikan intervensi yang tepat terkait kebiasaan makanan jajanan pada siswa.

3. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar dapat mengawasi dan memperhatikan kebiasaan makanan jajanan pada anak.

4. Bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan, penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam penentuan kebijakan terkait perencanaan program kesehatan gizi anak sekolah pada UPTD Kesehatan yang ada dalam binaan dinas kesehatan terutama dalam pengembangan sumber daya manusia (tenaga), penyediaan fasilitas pelayanan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di lapangan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian sebagai sumbangan referensi dan pemikiran bagi pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan anak.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan informasi awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Karakteristik Anak Usia Sekolah

Menurut Brown (2005), anak usia sekolah dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu middle childhood dan preadolescence. Middle childhood merupakan kategori untuk anak usia lima sampai sepuluh tahun, preadolescence merupakan kategori anak usia 9 sampai 11 tahun untuk anak perempuan dan usia 10 sampai 12 tahun untuk anak laki-laki.

Pada anak usia middle childhood, kekuatan otot, koordinasi motorik, dan stamina meningkat secara terus menerus. Anak-anak pada usia ini dapat melakukan gerakan yang lebih kompleks. Dengan meningkatnya aktifitas fisik ini, maka diikuti pula dengan peningkatan asupan makanan (Brown, 2005). Selain peningkatan aktifitas fisik, pada anak usia sekolah juga terjadi perkembangan kesadaran diri (sense of self). Anak-anak akan semakin mandiri dan belajar tentang perannya dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kemandiriannya, maka anak akan mulai mengkonsumsi santapan atau jajanan di luar rumah, sehingga diperlukan pengawasan dari orang tua agar anak tepat dalam memilih makanan (Brown, 2005).

Pada masa anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah (Aswin, 1996). Pada masa ini anak-anak lebih mudah untuk


(24)

dididik daripada sebelumnya. Karakteristik anak pada usia sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Masa kelas rendah, yaitu anak dengan usia tujuh sampai sembilan tahun Karakteristik anak pada kelas ini adalah:

a. Sikap yang patuh terhadap peraturan pada permainan

b. Suka membandingkan diri sendiri dengan teman yang lain dan kecendrungan meremehkan orang lain

c. Jika anak tidak mampu menyelesaikan suatu hal, maka hal tersebut dianggap tidak penting

d. Pada masa ini anak mengharapkan nilai pelajaran yang baik, tanpa mempedulikan

prestasinya memang pantas diberi nilai yang baik atau tidak.

2. Masa kelas tinggi, yaitu anak dengan usia 10 sampai 12 tahun. Karakteristik anak pada kelas ini adalah:

a. Anak selalu ingi tahu, ingin belajar dan realistis

b. Pada masa ini anak memandang nilai rapot sebagai ukuran yang tepat untuk prestasi sekolah

c. Anak-anak pada masa ini akan membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama

d. Adanya keinginan untuk hidup praktis dalam keseharian yang konkret e. Adanya minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus


(25)

1.2Perilaku Konsumsi Makanan Anak Usia Sekolah 1.2.1 Perilaku Konsumsi Makanan

Perilaku terhadap gizi, makanan dan minuman merupakan aspek dalam perilaku pemeliharaan kesehatan. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, namun makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang. Hal tersebut tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Green (2003), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku (behavioral causes) dan faktor di luar perilaku (non behavioral causes). Faktor yang menyebabkan perilaku kesehatan tersebut dibagi menjadi tiga faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing)

Merupakan faktor yang mempermudah atau merintangi terwujudnya perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor-faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan variabel demografis (umur, jenis kelamin, bangsa, kelompok etnis)

2. Faktor enabling

Merupakan faktor dari setiap karakteristik lingkungan yang mempermudah perilaku kesehatan dan setiap keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk


(26)

mewujudkan perilaku. Faktor ini meliputi lingkungan fisik sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor enabling ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, waktu dan sebagainya.

Keterjangkauan sumber daya meliputi kebiasaan membawa bekal pada anak, adanya kemauan orang tua untuk menyiapkan makanan untuk dijadikan bekal dan ketersediaan bahan-bahan makanan yang akan dijadikan bekal makanan. Biaya meliputi besarnya uang saku yang diterima anak-anak untuk jajan di sekolah.

3. Faktor reinforcing

Merupakan faktor yang berkaitan dengan pengaruh dari orang lain, yang hasilnya dapat mendorong atau melemahkan perilaku. Faktor tersebut meliputi keluarga, teman sebaya, guru, petugas dan penyedia sarana kesehatan.

Menurut Khomsan (2002), perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan dari kebiasaan makan. Menurut Khumaidi (1989), kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusiadalam memenuhi kebutuhannya akan makanyang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap seseorang terhadap makanan dapat bersifat positif maupun negatif yang bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, social dan ekonomi) sebagai tempat manusia atau kelompok itu tumbuh.Kepercayaan bersumber pada nilai-nilai kognitif yang berkaiatan dengan kualiatas baik dan buruk.


(27)

Pemilihan makanan adalah proses psikomotorikuntuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya.

Menurut Suharjo (1989), kebiasaan makanan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan, seperti tata karma, frekuensi makan seseorang, pola makan, kepercayaan tentang makanan (pantangan), distribusi makanan diantara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan (suka atau tidak suka) dan cara pemilihan makanan yang akan dimakan.

1.2.2 Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah

Perilaku makanan anak sekolah sehari-hari mencangkup lima aspek yaitu kebiasaan makan pagi, kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan di sekolah, keragaman konsumsi makanan dalam sehari (di rumah maupun di sekolah), kebiasaan mengkonsumsi protein hewani dan kebiasaan mengkonsumsi sayuran. Perilaku makan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi gizi pada seseorang (Devi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Hermina (2000), mendapatkan bahwa perilaku makan pada siswa SD sebagian besar (48,3%) kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah karena sebagian murid masih mengalami sulit makan makanan pokok dan terlalu banyak memakan jajanan di sekolah, sehingga mempengaruhi nafsu makan anak


(28)

terhadap kualitas dan kuantitas makanan makanan pokok pada anak menjadi tidak maksimal. Menurut Brown (2005), ketika anak usia sekolah makan di luar rumah, biasanya anak usia sekolah paling sering makan di kantin sekolah, di rumah teman atau restoran cepat saji.

Pada anak usia sekolah, frekuensi mengkonsumsi snack berkisar antara empat sampai lima kali per hari pada hari sekolah dan anak usia sekolah biasanya mengkonsumsi

snack pada waktu istirahat atau jam pulang sekolah (Thrams & Pipes, 2000).

1.3Makanan Jajanan

2.3.1 Definisi Makanan Jajanan

Menurut Iswarawanti dan Februhartanty (2004), makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan maupun pada tempat keramaian umum. Menurut Winarno (2004), makanan jajanan merupakan jenis makanan yang dijual di pedagang kaki lima, pinggiran jalan, di pasar dan di tempat keramaian. Menurut pengertian dari Keputusan Menteri Kesehatan nomor 942/MenKes/SK/VII/2003, makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah penyaji makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanann siap santap untuk dijual.

2.3.2 Jenis-jenis Makanan Jajanan

Menurut Tarwotjo (1998), mengelompokkan makanan jajanan menjadi dua jenis, yaitu jajanan dengan rasa manis dan jajanan dengan rasa asin. Jajanan dengan rasa manis terdiri dari kue basah manis dan kue kering manis. Jajanan dengan rasa asin


(29)

contohnya yaitu kue lemper, arem-arem, kroket, kastangel dan sosis. Jenis jajanan ada juga yang berupa minuman yaitu minuman panas (seperti wedang ronde dan wedang jahe) dan minuman dingin (seperti es buah, jus buah, es doger, es teller dan

softdrink).

Menurut Depkes RI (2013), makanan jajanan di sekolah dikelompokkan sebagai berikut:

1. Makanan utama, seperti nasi soto, nasi goreng, mie ayam, mie bakso, gado-gado

dan sejenisnya.

2. Penganan atau kue, seperti apem, kripik, cilok dan sejenisnya. 3. Minuman, seperti es sirup, es campur, es teh dan sejenisnya.

4. Buah-buahan, seperti melon potong, semangka potong, papaya potong, nanas potong dan sejenisnya.

2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan

Pengaruh makanan jajanan terhadap anak usia sekolah dapat memberikan asupan energi untuk menambah kebutuhan akan gizi pada anak. Selain gizi, kebersihan makanan jajanan di kantin sekolah perlu diperhatikan karena kebersihan makanan pada kantin pada umumnya masih rendah, sehingga kurang menjamin keamanan makanan jajanan tersebut (Yuliastuti, 2012).

Berdasarkan hasil survei BPOM (2007), pada makanan jajanan anak sekolah masih terdapat makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat. Adapun kriteria makanan jajanan yang tidak memenuhi persyaratan yaitu menggunakan bahan tambahan


(30)

pangan (BTP) yang melebihi batas, penyalahgunaan bahan berbahaya yang seharusnya tidak boleh digunakan dalam pangan, serta cemaran mikroba pada jajanan anak sekolah.

Menurut Setiawan (2010), kontaminasi kimiawi ditemukan pada makanan jajanan adalah penggunaan boraks, formalin, rhodamin-B dan methanill yellow. Pengaruh jangka pendek penggunaan bahan kimiawi tersebut dapat menimbulkan pusing, mual, muntah, diare dan susah buang air besar. Dalam jangka waktu panjang, penggunaan bahan kimiawi akan terakumulasi pada tubuh orang yang mengkonsumsinya dan bersifat karsinogenik sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan tumor.

Makanan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006) :

1. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan, seperti isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.

2. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, jengkol.

3. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan pangan, seperti: virus, parasit, kapang, dan bakteri.


(31)

Adapun cara memilih pangan jajanan yang sehat dan aman yaitu (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006) :

1. Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa penutup dan tanpa kemasan

2. Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari matahari, debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang bebas dari serangga dan sampah.

3. Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman.

4. Hindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan seperti itu dijual dengan harga yang sangat murah.

5. Warna makanan atau minuman yang terlalu mencolok, besar kemungkinan mengandung pewarna sintetis, jadi sebaiknya jangan dibeli.

6. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan pangan mengandung bahan berbahaya atau bahan tambahan pangan yang berlebihan

7. Makanan tidak berbau busuk dan berlendir.

2.3.4 Dampak Makanan Jajanan

Mengkonsumsi makanan jajanan memiliki keuntungan, hal tersebut dapat membantu ibu yang tidak sempat membuatkan anak mereka makanan, maka dengan membeli makanan jajanan di kantin sekolah dirasa sebagai solusi dari masalah


(32)

tersebut.Keuntungan lain yang didapat oleh anak adalah terpenuhinya asupan untuk energi mereka, karena di sekolah memerlukan aktifitas fisik, terutama terpenuhinya kebutuhan energi bagi anak yang belum sarapan (Devi, 2012).

Selain keuntungan, mengkonsumsi makanan jajanan yang terlalu sering dapat berdampak negatif, karena dengan seringnya mengkonsumsi makanan jajanan maka konsumsi nasi anak akan berkurang atau tidak makan nasi sama sekali. Ditinjau dari segi kebersihan, makanan jajanan masih masih diragukan kebersihannya, terlebih pada makanan jajanan yang tidak dibungkus atau terbuka (Devi, 2012).

2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan

1. Jenis Kelamin

Anak laki-laki akan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini dikarenakan aktifitas fisik laki-laki lebih sering dan lebih berat dibandingkan perempuan (Worthington & Roberts, 2000). 2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain penting untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: a.Faktor interna, meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur


(33)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi makanan (Khomsan, 2002). Individu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun mengolah makanan agar dapat mencukupi kebutuhannya (Yuliastuti, 2012).

Pengetahuan tentang gizi yang seimbang seharusnya diberikan sejak dini agar dapat menuntun anak dalam memilih makanan yang tepat, serta anak dapat memahami dan menerapkan konsumsi makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari (Irawati, 1998).

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal (Depkes, 2014).

Makanan seimbang haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi air, karbohidrat, protein, vitamin & mineral dan lemak.

1. Air bermanfaat untuk pencernaan dan metabolisme tubuh yang baik. Air juga berfungsi untuk menghilangkan rasa haus. Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas).


(34)

2. Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena zat inilah yang memiliki peran penting sebagai sumber energi utama untuk kegiatan sehari-hari pada tubuh manusia. Contohnya nasi, kentang, mie, ubi, singkong, dan lainnya. Bila tubuh mengalami ketidak cukupan zat karbohidrat, maka gejala paling awal yang paling mudah didapati adalah tubuh terasa lebih cepat lelah karena kekurangan tenaga dari biasanya. Pada makanan jajanan bisa berbentuk roti, biskuit, nasi goreng, mie goreng dan lain-lain.

3. Lemak merupakan zat yang bersifat sebagai cadangan energi bagi tubuh. Lemak

yang berlebihan dapat membuat tubuh menjadi gemuk. Contohnya terdapat pada minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit bebek dan lemak hewan lainnya. Pada makanan jajanan, lemak bisa berbentuk gorengan, cokelat, keripik, kolak dan lain-lain.

4. Protein berfungsi untuk pertumbuhan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak pada tubuh. Zat protein dibutuhkan oleh tubuh setiap hari. Contoh makanan yang berprotein terdapat pada ikan, ayam, daging, telur, susu, tahu, tempe serta kacang-kacangan. Pada makanan jajanan, protein bisa berbentuk tahu goreng, tempe goreng, bakso, ayam goreng dan lain-lain.

5. Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan kinerja tubuh. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Contohnya sayur bayam, kangkung, kacang panjang, wortel, tomat, buah semangka, mangga, jeruk, pisang, dan lain-lain. Pada makanan jajanan vitamin dan mineral dapat berbentuk es buah, buah-buahan yang dipotong kecil, manisan buah dan lain-lain.


(35)

Selain bahan makanan yang bergizi dan bermanfaat bagi tubuh, perlu diketahui bahwa terdapat juga bahan makanan yang dapat berbahaya bagi tubuh bila bahan tersebut terlalu banyak ada pada makanan yang disebut bahan tambahan makanan (BTM).

Bahan Tambahan Makanan atau zat aditif merupakan zat tambahan yang biasanya diberikan pada sejumlah makanan dan minuman. Pemberian zat aditif dimaksudkan untuk menjadikan makanan lebih enak dan lebih menarik sehingga dapat meningkatkan selera makan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan atau aditif, bahan tambahan makanan atau zat aditif dapat berupa bahan pewarna, penyedap, pemanis, pengawet, dan antikempal.

a. Bahan Pewarna

Bahan pewarna yang terdapat dalam bahan tambahan makanan dibedakan menjadi bahan pewarna alami dan buatan. Bahan pewarna alami seperti warna kuning dari kunyit dan warna hijau dari daun suji tidak membahayakan kesehatan. Bahan pewarna buatan dapat bersifat racun (toksik) dan dapat menimbulkan kanker (karsinogen).

b. Bahan Penyedap

Bahan penyedap rasa dan aroma yang masih bagi kesehatan adalah vetsin atau monosodium glutamate (MSG). Meskipun masih pada batas aman, penggunaan MSG


(36)

yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pusing dan mual. Sebagai pengganti rasa gurih pada makanan cukup ditambahkan garam dan rempah-rempah.

c. Bahan Pemanis

Pemakaian bahan pemanis buatan yang berlebihan dengan dosis tinggi dapat mengakibatkan gejala-gejala kanker dalam waktu relatif lama. Efek pemakaian pemanis buatan tidak langsung atau dalam jangka waktu yang lama. Contoh bahan pemanis buatan adalah sakarin, siklamat, dan aspartam.

d. Bahan Pengawet

Bahan pengawet alami tersebut dinamakan chitosan.Chitosan berupa kristal berwarna putih yang dapat larut dalam larutan asam organik seperti asam asetat. Beberapa bahan kimia yang disalahgunakan untuk pengawetan bahan makanan adalah asam borat (boraks) dan formalin.

e. Bahan Antikempal

Bahan tambahan pangan lain yang digunakan adalah antikempal. BTP ini biasanya digunakan pada produk tepung-tepungan seperti terigu dan susu bubuk. Tujuannya agar tepung-tepung tersebut tidak menggumpal. Antikempal yang diizinkan antara lain aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.

Bahan tambahan makanan berbahaya menurut badan POM yaitu bahan kimia yang digunakan pada bahan makanan antara lain formalin, rodhamin, methanil yellow dan boraks.


(37)

1) Formalin

Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya digunakan untuk urusan di luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.

Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan memicu kanker.

Ciri makanan berformalin:

a. Bau menyengat seperti khas formalin

b. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25ºCelsius). Pada suhu 10ºCelsius atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari

c. Makanan tampak mengkilat (seperti berminyak dan tidak lengket)

d. Bentuk makanan tidak mudah hancur

e. Tekstur makanan kenyal


(38)

Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak antara lain, natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian. Ciri makanan berboraks sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks.

Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah:

a. Tekstur makanan lebih kenyal dari makanan yang tidak mengandung boraks

b. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula c. Tahan lama atau awet beberapa hari

d. Bau makanan terasa tidak alami, ada bau lain yang muncul

3) Pewarna Textile

Bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B), methanyl yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta merusak ginjal dan hati. Bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirup atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk dan saus sambal.


(39)

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:

1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik

2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun)

3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya

4. Baunya tidak alami sesuai makanannya

3. Besar uang jajan

Jumlah uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makanan, karena semakin banyak uang jajan yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut (Berg, 1986). Besarnya uang jajan berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan. Semakin besar uang jajan yang diterima anak, maka semakin sering anak tersebut untuk mengkonsumsi jajanan (Novitasari, 2005). Menurut Suci (2005), di Indonesia 90% alasan orang tua memberikan uang saku pada anaknya adalah bertujuan agar anaknya bisa memperoleh makanan ketika lapar. Menurut Yuliastuti (2012), mengatakan bahwa pada anak yang memiliki banyak uang saku, mereka akan lebih sering memanfaatkan uang saku untuk membeli jajanan.

4. Kebiasaan membawa bekal

Salah satu alasan anak membeli makanan di sekolah adalah karena anak-anak tidak membawa bekal dari rumah (Suci, 2009). Dengan memiliki kebiasaan membawa bekal dari rumah maka akan dapat mengurangi frekuensi jajanan anak (Sandall, 2002).


(40)

Menurut Moehji (2002), terdapat keuntungan jika anak-anak membawa bekal dari rumah, yaitu anak-anak dapat terhindar dari rasa lapar, pemberian bekal dapat menghindari anak dari kekurangan kalori, dan membawa bekal akan dapat menghindari anak dari kebiasaan jajanan.

5. Pengaruh teman sebaya

Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada diri seorang anak, bahkan pada situasi tertentu pengaruh teman sebaya menjadi lebih besar daripada keluarga. Dalam pemilihan makanan, anak-anak akan meminta atau menolak makanan berdasarkan usulan dari temannya (Brown, 2005).

Pengaruh teman sebaya pada anak akan lebih besar dengan adanya keinginan dari dalam diri anak untuk dapat diterima di kelompok teman sebayanya (Hurlock, 2002).

6. Pengaruh orang tua

Pengaruh orang tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak, membuat standar kebiasaan dan menetapkan sistem nilai (Cahyaningsih, 2011).

Menurut Kraak dan Pelletier (1998), keluarga merupakan salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh dalam keputusan dan perilaku terkait dengan kebiasaan makan dan interaksi antara anak dengan orang tua.


(41)

Kebiasaan jajan anak sekolah tidak terlepas dari kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan dalam keluarga. Kebiasaan jajanan pada anak dimulai ketika anak melihat salah satu anggota keluarganya memakan makanan jajanan (Brown, 2005).

Kebiasaan orang tua yang mengajak anaknya membeli makanan di luar akan mendorong perilaku anak yang senang jajan (Indrisari, 2007).


(1)

yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pusing dan mual. Sebagai pengganti rasa gurih pada makanan cukup ditambahkan garam dan rempah-rempah.

c. Bahan Pemanis

Pemakaian bahan pemanis buatan yang berlebihan dengan dosis tinggi dapat mengakibatkan gejala-gejala kanker dalam waktu relatif lama. Efek pemakaian pemanis buatan tidak langsung atau dalam jangka waktu yang lama. Contoh bahan pemanis buatan adalah sakarin, siklamat, dan aspartam.

d. Bahan Pengawet

Bahan pengawet alami tersebut dinamakan chitosan.Chitosan berupa kristal berwarna putih yang dapat larut dalam larutan asam organik seperti asam asetat. Beberapa bahan kimia yang disalahgunakan untuk pengawetan bahan makanan adalah asam borat (boraks) dan formalin.

e. Bahan Antikempal

Bahan tambahan pangan lain yang digunakan adalah antikempal. BTP ini biasanya digunakan pada produk tepung-tepungan seperti terigu dan susu bubuk. Tujuannya agar tepung-tepung tersebut tidak menggumpal. Antikempal yang diizinkan antara lain aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.

Bahan tambahan makanan berbahaya menurut badan POM yaitu bahan kimia yang digunakan pada bahan makanan antara lain formalin, rodhamin, methanil yellow dan boraks.


(2)

1) Formalin

Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya digunakan untuk urusan di luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet.

Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan memicu kanker.

Ciri makanan berformalin:

a. Bau menyengat seperti khas formalin

b. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25ºCelsius). Pada suhu 10ºCelsius atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari

c. Makanan tampak mengkilat (seperti berminyak dan tidak lengket) d. Bentuk makanan tidak mudah hancur

e. Tekstur makanan kenyal 2) Boraks


(3)

Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak antara lain, natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian. Ciri makanan berboraks sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks.

Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah:

a. Tekstur makanan lebih kenyal dari makanan yang tidak mengandung boraks b. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula

c. Tahan lama atau awet beberapa hari

d. Bau makanan terasa tidak alami, ada bau lain yang muncul

3) Pewarna Textile

Bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B), methanyl yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta merusak ginjal dan hati. Bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirup atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk dan saus sambal.


(4)

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:

1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik 2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun)

3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya 4. Baunya tidak alami sesuai makanannya

3. Besar uang jajan

Jumlah uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makanan, karena semakin banyak uang jajan yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut (Berg, 1986). Besarnya uang jajan berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan. Semakin besar uang jajan yang diterima anak, maka semakin sering anak tersebut untuk mengkonsumsi jajanan (Novitasari, 2005). Menurut Suci (2005), di Indonesia 90% alasan orang tua memberikan uang saku pada anaknya adalah bertujuan agar anaknya bisa memperoleh makanan ketika lapar. Menurut Yuliastuti (2012), mengatakan bahwa pada anak yang memiliki banyak uang saku, mereka akan lebih sering memanfaatkan uang saku untuk membeli jajanan.

4. Kebiasaan membawa bekal

Salah satu alasan anak membeli makanan di sekolah adalah karena anak-anak tidak membawa bekal dari rumah (Suci, 2009). Dengan memiliki kebiasaan membawa bekal dari rumah maka akan dapat mengurangi frekuensi jajanan anak (Sandall, 2002).


(5)

Menurut Moehji (2002), terdapat keuntungan jika anak-anak membawa bekal dari rumah, yaitu anak-anak dapat terhindar dari rasa lapar, pemberian bekal dapat menghindari anak dari kekurangan kalori, dan membawa bekal akan dapat menghindari anak dari kebiasaan jajanan.

5. Pengaruh teman sebaya

Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada diri seorang anak, bahkan pada situasi tertentu pengaruh teman sebaya menjadi lebih besar daripada keluarga. Dalam pemilihan makanan, anak-anak akan meminta atau menolak makanan berdasarkan usulan dari temannya (Brown, 2005).

Pengaruh teman sebaya pada anak akan lebih besar dengan adanya keinginan dari dalam diri anak untuk dapat diterima di kelompok teman sebayanya (Hurlock, 2002).

6. Pengaruh orang tua

Pengaruh orang tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak, membuat standar kebiasaan dan menetapkan sistem nilai (Cahyaningsih, 2011).

Menurut Kraak dan Pelletier (1998), keluarga merupakan salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh dalam keputusan dan perilaku terkait dengan kebiasaan makan dan interaksi antara anak dengan orang tua.


(6)

Kebiasaan jajan anak sekolah tidak terlepas dari kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan dalam keluarga. Kebiasaan jajanan pada anak dimulai ketika anak melihat salah satu anggota keluarganya memakan makanan jajanan (Brown, 2005).

Kebiasaan orang tua yang mengajak anaknya membeli makanan di luar akan mendorong perilaku anak yang senang jajan (Indrisari, 2007).