Reproduksi Semester III.
K ONTRASEPSI H ORMONAL
PADA
P RIA
Perkembangan kontrasepsi hormonal pada
pria yaitu usaha penurunan kesuburan pria
jauh terlambat dibandingkan kontrasepsi
wanita.
Pria merupakan 50% diantara peserta
program keluarga berencana(KB) yang
terlupakan ( Potts, 1986)
Penyebabnya :
selain jauh lebih sulit dalam bidang
teknologi
Adanya faktor keengganan dari
perusahaan farmasi, pemerintah,
pelaksana kontrasepsi dan peneliti
kontrasepsi yang umumnya pria.
Syarat-syarat kontrasepsi pria yang
ideal :
Aman
Efektif
Reversible
Dapat diterima
Kontrasepsi hormon pada pria yang
paling mendekati ideal dan cukup
potensial adalah :
androgen.
Kombinasi androgen dan
progestogen
Analog GnRH, terbagi 2 :
Agonis GnRH
Antagonis GnRH
1. A NDROGEN
Penggunaan Androgen terutama
testosteron untuk penurunan
kesuburan pria karena testosteron
melalui umpan balik negatif menekan
sekresi FSH dan LH. Sehingga
testosteron intra testis berkurang
bersamaan dengan penurunan
produksi sperma.
Berbagai penelitian telah dilakukan
sejak 1970-a untuk menekan
produksi sperma ( spermatogenesis)
dengan menggunakan testosteron.
Namun pemberian testosteron
memberikan hasil yang
mengecewakan karena hanya sekitar
60% pria Kaukasia yang mencapai
azoospermia.
Tahun 1990 WHO mempublikasikan hasil
penelitian keampuhan Testosteron Enantat (TE)
untuk kontrasepsi hormon pada pria.
Penelitian dilakukan di sepuluh pusat andrologi di
seluruh dunia dengan cara menyuntikkan 200mg
TE tiap minggu pada 271 pria relawan.
Pria fertil yang disuntik TE dan mencapai
azoospermia pada 6 bulan dan selanjutnya tetap
disuntik TE selama 1 tahun fase keampuhan.
Dari 137 pria azoospermia yang memasuki
fase keampuhan ternyata hanya 1 orang (
0.8% pasangan mereka yang hamil).
Jika konsentrasi sperma < 5juta/ml fungsi
sperma tersebut terganggu.
Ini dibuktikan dengan uji fungsi sperma
hamster oocyte penetration test ( hop test)
(WU dan Aitken, 1989)
Pada penelitian multi center jika penyuntikan
TE tiap minggu sekali menyebabkan
konsentrasi sperma 20 th
Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
Migrain atau gejala neorologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi)
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
Amenorea
(tidak ada perdahan atau spotting)
Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi
anafilaktik)
Perdarahan pervaginam/ spotting
2.
Pil mini
Hanya berisi progestin/minipil
Jenis Minipil
Kemasan
dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 30
µg noretindron
Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel
Cara Kerja Minipil
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)
2. Endometrium mengalami transformasi
lebih awal sehingga implantasi lebih sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga
transportasi sperma terganggu.
INDIKASI
Usia
reproduksi
Telah memiliki anak atau pun yang belum
Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui
Pascapersalinan/tidak menyusui
Pascakeguguran
Perokok segala usia
Mempunyai TD tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau
dengan masalah pembekuan darah
Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang
tidak menggunaka estrogen.
KONTRAINDIKASI
Hamil
atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat
untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Sering lupa menggunakan pil
Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom
uterus
Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh
darah.
EFEKTIFITAS
Sangat efektif (98,5%). Pada
penggunaan minipil jangan
sampai terlupa satu-dua
tablet atau jangan sampai
terjadi gangguan
gastrointestinal (muntah,
diare), karena akibatnya
kemungkinan terjadi
kehamilan sangat besar.
3.
Pil Sekuensial
Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pada cara
kontrasepsi ini diminum pil hanya mengandung estrogen
saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang
mengandung estrogen dan progestagen untuk 5-7 hari.
Cara kerja
Penekanan terhadap sekresi gonadotropin tidak begitu
kuat bila dibandingkan dengan sediaan kombinasi
monofasik, karena pada fase pertama hanya estrogen
yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan
pada sediaan kombinasi monofasik estrogen dan
progesteron sudah sejak awal sama-sama bekerja
menekan sekresi gonadotropin. Efek terhadap lendir
serviks juga tidak begitu baik pada penggunaan sediaan
sekuensial, sehingga tetap saja dapat terjadi penetrasi
sperma.
4.
Pil Pascasanggama
disebut juga dengan Istilah :
•
morning after pill menerangkan bahwa pil atau obat
tersebut harus dimulai dalam waktu beberapa jam atau
diberikan esok paginya.
•
Post coital pill menerangkan bahwa obatnya segera
digunakan setelah koitus atau sanggama
•
Emergency contraception digunakan sebagai prosedur
darurat untuk mencegah kehamilan setelah sanggama
tampa perlindungan.
INDIKASI
Hanya diindikasikan bagi wanita yang tidak
menggunakan jenis kontrasepsi apapun, dan yang
melakukan sanggama pada pertengahan siklus.
Kontrasepsi pascasanggama hanya bermanfaat bila
digunakan sebelum implantasi terjadi. Kalau
implantasi telah terjadi, kehamilan tidak dapat
dicegah lagi, bahkan kehamilan tersebut perlu diakhiri
karena karena steroid seks memiliki efek teratogenik
terhadap bayi.
EFEK SAMPING
Obat untuk kontrasepsi pascasanggama dapat
menimbulkan sakit kepala, mual, dan muntah.
KULIAH 1
TUJUAN
1. MEMAHAMI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI SECARA
UMUM
2. MEMAHAMI MASALAH ESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA
DAN SPESIFIK DAERAH
3. MEMAHAMI MANAGEMEN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI
DI INDONESIA
4. MEMAHAMI OBJEKTIF DAN TARGET MDG2 BERKAITAN
DENGAN KESEHATAN PROPRODUKSI DI INDONESIA
REMAJA
USIA
SEKOLAH
ANAK
BALITA
USIA SUBUR
BAYI
USIA TUA
BAYI
BARU LAHIR
KESEHATAN REPRODUKSI BUKAN KEJADIAN YANG
BERDIRI SENDIRI
1.MERUPAKAN RANGKAIAN KEJADIAN SEBELUMNYA
DAN MEMBERIKAN AKIBAT TERHADAP PROSES
KEHIDPAN SELANJUTNYA
2.MEMPUNYAI MASALAH YANG SPESIFIK PADA SETIAP
TAHAP KEHIDUPAN, SEPERTI JENIS DAN LUAS
MASALAHNYA, FAKTOR RISIKO DAN DAMPAKNYA,
DLL
3.BENTUK SOLUSI DAN PROGRAM YANG DIPERLUKAN
HARUSLAH DAPAT MENYELESAIKAN RANGKAIAN
MASALAH SECARA KOMPREHENSIF
MASALAH
KESPRO
ARAH
KEBIJAKAN
RENSTRA
RANCANGAN
PROGRAM
IMPLEMENTASI
PROGRAM
Jenis & Besaran Masalah di Indonesia 20012003
5 juta anemi gizi besi
-
2 juta bumil anemia gizi
1 juta Kurang Energi Kronis
4 Juta
10 juta
118 juta
4 Juta
350 ribu BBLR
setiap tahun
31 Juta
- 5 juta balita Gizi Kurang
- 8,1 juta anak anemia gizi besi
- 10 juta anak KVA sub klinis
18 juta
- 11 juta anak pendek
- 10 juta anemia gizi besi
- 3,4 juta risiko GAKY
-
-
3,5 juta remaja putri (15-19
tahun) dan WUS anemia
gizi besi
30 juta kelompok usia
produktif (Laki-laki dan
perempuan) Kurang Energi
Kronis
BUMIL YANG MENDERITA
ANEMIA
KEK, GAKY ATAU KVA
AKAN MELAHIRKAN BAYI DENGAN STATUS KESEHATAN YANG
BARUK
1. BBLR
2. BBERESIKO MENERITA KEP, KVA, ANEMIA,KRETIN DLL
3. TUMBUH KEMEBANG TERGANGGU
4. MENJADI REMAJA DG KECERDASAN RENDAH, MISKIN DST
5. SETELAH MENIKAH BERISIKO
•
SULIT HAMIL
•
GANGGUAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN
MASALAH KESEHATAN BALITA DI INDONESIA
4.6 JUTA BAYI BARU
DI INDONESIA
SETIAP TAHUN LAHIR 4.608.000 BAYI
MENINGGAL 313,344 BAYI
2/3 ATAU 235.000 MENINGGAL SEBELUM ULANG
TAHUN PERTAMA, SETIAP HARI MENINGGAL 644 BAYI
SETIAP JAM MENINGGAL 27 BAYI
313.344/Thn
• Kematian bayi dan balita menurun dengan cepat.
• Tahun-tahun mendatang kecepatan ini diperkirakan akan
per 1000 kelahiran hidup
berkurang, karena tingkat kematian yang rendah sulit
diturunkan secara drastis
Kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKBA)
120
100
80
60
40
97
68
20
0
1989
U5MR
IMR
81
58
57
1994
46
46
35
1999
Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-3
2004
2009
2014
Kematian Ibu mengalami penurunan. Tapi dengan
kecenderungan seperti ini, akan sulit mencapai
target MDG tanpa upaya ekstra
per 100.000 kelahiran
hidup
Kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI)
500
390
400
334
307
300
200
Target MDG
100
0
1990
1995
2000
Sumber: SDKI 1994, IDHS 1997, IDHS 2002-3
2005
2010
2015
• Kekurangan gizi cenderung menurun
namun pada tahun-tahun terakhir, terjadi
stagnasi.
Prevalensi underweight Balita
%
100
stagnasi
80
60
MDG target
=18.3%
40
20
0
1989
1994
1999
2004
2009
2014
Moderate and severe underweight
Severe underweight
Source: Susenas.
Status kesehatan cenderung membaik, tetapi dibanding negara
tetangga di ASEAN, kita masih jauh tertinggal
AKB dan AKI Indonesia , bersama negara ASEAN Lainnya
Negara
Angka Kematian Bayi*
Th 2002
Angka Kematian Ibu**
Th 85-2000
Indonesia
45
380
Vietnam
39
95
Filipina
38
170
Thailand
28
36
Malaysia
8
30
Sumber: HDR 2004
(* per 1000 kelahiran hidup, ** per 100.000 kelahiran hidup)
Angka-angka Indonesia sangat tinggi 2-10 kali lebih tinggi dibanding negaranegara ASEAN lainnya
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH KESPRO
1.Pendekatan berdasarkan Daur Hidup
2. Pendekatan berdasarkan besarnya masalah
3. Pendekatan berdasarkan keterkaitan dengan masalah kes/sosial
lainnya
4. Kombinasi dari berbagai pendekatan
REMAJA
USIA
SEKOLAH
ANAK
BALITA
USIA SUBUR
BAYI
USIA TUA
BAYI
BARU LAHIR
Pendekatan daur hidup
1. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki dan perempuan
2. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas, serta
pelayanan bayi
Bayi dan anak
1. ASI eksklusif dan penyapihan yang layak
2. Tumbuh kembang dn pemberian makanan yang seimbang
3. Imunisasi dan managemen terpadu balita yang sakit
4. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
5. Pendidikan dan kesempatan nag sama pada anak laki-laki dan peerempuan
REMAJA
1. Gizi seimbang
2. Informasi tentang kesehatan reproduks
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
4. Pencegahan terhadap ketergantungaan napza
5. Perkawinan pada usia yang wajar
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan
7. Peningatan penghargaan
8. Peingkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
USIA SUBUR
1. Kehamilan dan persalinan yang aman
2. Pencegahan kecacatabdan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
3. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan AKS (KB)
4. Penegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
5. Pelayanan kesehatan Reproduksi berkualitas
6. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rational
7. Deteksi Dini kanker payudara dab leher rahin
8. Pencegahan dan managemen infertilitas
USIA TUA
Perhatian pada problem meno/andro-pause
Perhatian pada penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan mobiliotas, dan
osteo prorsis
Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.
Angka Kematian Ibu (AKI)
: 373/100.000 lagir hidup
Prevalensi Anemia Bumil
: 50 %
Prevalensi Kurang Energi Kronik (KEK) pada Bumil : 30 %
1. Masalah Kemiskinan
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga
Perempuan dinomor-duakan dalam berbagai hal
a. kesempatan mendapat pendidikan
b.kesempatan kerja
3. Terpaksa menikah pada usia muda
4. Katerbatasan perempuan dalam pengambilan
keputusan
5. Tingkat pendidikan perempuan belum merata
Akses wanita ke fasilitas pelayanan Reproduksi masih kurang
Informasi tentang kemampuan fasilitas nuntuk kespro kurang
Keterbatasan biaya
Tradisi yang menghambat penggunaan fasilitas kesehatan
Kemampuan fasilitas belum memadai
“Pengantar Kontrasepsi, Istilah-istilah
dalam KB , Proses Terjadinya Haid dan
Kehamilan ”
1.
Defenisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
pasangan aktif secara seksual untuk mencegah kehamilan
(Fred. F, 2015)
Menurut Wiknjosastro (2008) Kontrasepsi berasal dari
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
antara sel telur dengan sel sperma.
2.
Syarat2 Kontrasepsi
Dapat dipercaya
Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
Mudah pelaksanaannya
Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
1.
2.
3.
Akseptor
Peserta KB, yaitu pasangan usia subur (PUS) yang
menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi.
Alat kontrasepsi
Merupakan Alat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan, terdiri atas alat kontrasepsi
bawah kulit dan alat kontrasepsi dalam rahim
Kontrasepsi
Merupakan obat/alat untuk mencegah terjadinya
konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua
macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung
hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi
non-hormonal (IUD, Kondom).
Tahun-tahun
reproduksi normal wanita ditandai
dengan perubahan ritmis bulanan kecepatan sekresi
hormon-hormon wanita dan juga perubahan fisik pada
ovarium serta organ-organ seksual lainnya. Pola ritmis
ini disebut siklus seksual bulanan wanita (siklus
menstruasi).
Durasi siklus rata-rata 28 hari
Dua hasil yang bermakna dari siklus seksual wanit
Hanya satu ovum matang yang normalnya dikeluarkan
siklus ovarium
Endometrium uterus dipersiapkan terlebih dulu untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi pada saat tertentu
siklus endometrium
1.
2.
Fase folikuler
yaitu terjadinya pertumbuhan folikel di ovarium dan
ovulasi.
Fase luteal
fase luteal merupakan perkembangan corpus luteum.
Gambar. 2 Perkembangan Folikel di Ovarium
terdiri dari:
1) Fase proliferasi
2) Fase sekresi
3) Menstruasi
Proses terjadinya haid
Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus
anterior hipofisis yang menyebabkab beberapa folikel
primer berkembang dalam ovarium.
Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf
yang membuat esterogen,
Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior
hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang
kedua yaitu LH (luteinizing hormone)
Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing
hormones) yang disalurkan dari hipotalamus ke
hipofisis
Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama
semakin matang dan makin banyak mengeluarkan
likuor folikuli yang mengandung esterogen.
Esterogen
mempunyai pengaruh terhadap endometrium
menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang
disebut fase proliferasi
Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih
matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian
terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus
rubrum(berwarna merah) yang akan menjadi korpus
luteum (berwarna kuning).
Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.
Hormon progesteron mempunyai pengaruh terhadap
endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan
kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi
(fase sekresi)
Bila
tidak ada pembuahan, korpus luteum
berdegenerasi yang menyebabkan kadar
esterogen dan progesteron menurun,
sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan
dan pelepasan endometrium yang nekrotik,
yang disebut mestruasi.
Bilamana ada pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan
dan berkembang menjadi korpus luteum
graviditatis
Fertilisasi
(pembuahan) merupakan
penyatuan gamet pria dan wanita.
Dalam keadaan normal terjadi di ampula.
Karena itu, baik ovum maupun sperma
harus diangkut dari tempat produksi
mereka di gonad ke ampula
Pada
saat endometrium siap menerima implantasi
(sekitar seminggu setelah ovulasi), morula telah turun
ke uterus dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Blastokista terdiri dari 2 bagian yaitu : inner cell mass
(berkembang menjadi fetus), dan trofoblast
(melaksanakan implantasi dan menjadi placenta)
Untuk mempertahankan pertumbuhan mudigah/janin
selama kehidupan intrauterinnya, segera terbentuk
placenta, suatu organ khusus pertukaran antara darah
ibu dan janin
Placenta berasal dari jaringan trofoblast dan desidua
PADA
P RIA
Perkembangan kontrasepsi hormonal pada
pria yaitu usaha penurunan kesuburan pria
jauh terlambat dibandingkan kontrasepsi
wanita.
Pria merupakan 50% diantara peserta
program keluarga berencana(KB) yang
terlupakan ( Potts, 1986)
Penyebabnya :
selain jauh lebih sulit dalam bidang
teknologi
Adanya faktor keengganan dari
perusahaan farmasi, pemerintah,
pelaksana kontrasepsi dan peneliti
kontrasepsi yang umumnya pria.
Syarat-syarat kontrasepsi pria yang
ideal :
Aman
Efektif
Reversible
Dapat diterima
Kontrasepsi hormon pada pria yang
paling mendekati ideal dan cukup
potensial adalah :
androgen.
Kombinasi androgen dan
progestogen
Analog GnRH, terbagi 2 :
Agonis GnRH
Antagonis GnRH
1. A NDROGEN
Penggunaan Androgen terutama
testosteron untuk penurunan
kesuburan pria karena testosteron
melalui umpan balik negatif menekan
sekresi FSH dan LH. Sehingga
testosteron intra testis berkurang
bersamaan dengan penurunan
produksi sperma.
Berbagai penelitian telah dilakukan
sejak 1970-a untuk menekan
produksi sperma ( spermatogenesis)
dengan menggunakan testosteron.
Namun pemberian testosteron
memberikan hasil yang
mengecewakan karena hanya sekitar
60% pria Kaukasia yang mencapai
azoospermia.
Tahun 1990 WHO mempublikasikan hasil
penelitian keampuhan Testosteron Enantat (TE)
untuk kontrasepsi hormon pada pria.
Penelitian dilakukan di sepuluh pusat andrologi di
seluruh dunia dengan cara menyuntikkan 200mg
TE tiap minggu pada 271 pria relawan.
Pria fertil yang disuntik TE dan mencapai
azoospermia pada 6 bulan dan selanjutnya tetap
disuntik TE selama 1 tahun fase keampuhan.
Dari 137 pria azoospermia yang memasuki
fase keampuhan ternyata hanya 1 orang (
0.8% pasangan mereka yang hamil).
Jika konsentrasi sperma < 5juta/ml fungsi
sperma tersebut terganggu.
Ini dibuktikan dengan uji fungsi sperma
hamster oocyte penetration test ( hop test)
(WU dan Aitken, 1989)
Pada penelitian multi center jika penyuntikan
TE tiap minggu sekali menyebabkan
konsentrasi sperma 20 th
Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
Migrain atau gejala neorologik fokal (epilepsi/riwayat
epilepsi)
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
Amenorea
(tidak ada perdahan atau spotting)
Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi
anafilaktik)
Perdarahan pervaginam/ spotting
2.
Pil mini
Hanya berisi progestin/minipil
Jenis Minipil
Kemasan
dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 30
µg noretindron
Kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel
Cara Kerja Minipil
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat)
2. Endometrium mengalami transformasi
lebih awal sehingga implantasi lebih sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga
transportasi sperma terganggu.
INDIKASI
Usia
reproduksi
Telah memiliki anak atau pun yang belum
Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui
Pascapersalinan/tidak menyusui
Pascakeguguran
Perokok segala usia
Mempunyai TD tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau
dengan masalah pembekuan darah
Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang
tidak menggunaka estrogen.
KONTRAINDIKASI
Hamil
atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat
untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Sering lupa menggunakan pil
Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom
uterus
Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh
darah.
EFEKTIFITAS
Sangat efektif (98,5%). Pada
penggunaan minipil jangan
sampai terlupa satu-dua
tablet atau jangan sampai
terjadi gangguan
gastrointestinal (muntah,
diare), karena akibatnya
kemungkinan terjadi
kehamilan sangat besar.
3.
Pil Sekuensial
Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pada cara
kontrasepsi ini diminum pil hanya mengandung estrogen
saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang
mengandung estrogen dan progestagen untuk 5-7 hari.
Cara kerja
Penekanan terhadap sekresi gonadotropin tidak begitu
kuat bila dibandingkan dengan sediaan kombinasi
monofasik, karena pada fase pertama hanya estrogen
yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan
pada sediaan kombinasi monofasik estrogen dan
progesteron sudah sejak awal sama-sama bekerja
menekan sekresi gonadotropin. Efek terhadap lendir
serviks juga tidak begitu baik pada penggunaan sediaan
sekuensial, sehingga tetap saja dapat terjadi penetrasi
sperma.
4.
Pil Pascasanggama
disebut juga dengan Istilah :
•
morning after pill menerangkan bahwa pil atau obat
tersebut harus dimulai dalam waktu beberapa jam atau
diberikan esok paginya.
•
Post coital pill menerangkan bahwa obatnya segera
digunakan setelah koitus atau sanggama
•
Emergency contraception digunakan sebagai prosedur
darurat untuk mencegah kehamilan setelah sanggama
tampa perlindungan.
INDIKASI
Hanya diindikasikan bagi wanita yang tidak
menggunakan jenis kontrasepsi apapun, dan yang
melakukan sanggama pada pertengahan siklus.
Kontrasepsi pascasanggama hanya bermanfaat bila
digunakan sebelum implantasi terjadi. Kalau
implantasi telah terjadi, kehamilan tidak dapat
dicegah lagi, bahkan kehamilan tersebut perlu diakhiri
karena karena steroid seks memiliki efek teratogenik
terhadap bayi.
EFEK SAMPING
Obat untuk kontrasepsi pascasanggama dapat
menimbulkan sakit kepala, mual, dan muntah.
KULIAH 1
TUJUAN
1. MEMAHAMI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI SECARA
UMUM
2. MEMAHAMI MASALAH ESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA
DAN SPESIFIK DAERAH
3. MEMAHAMI MANAGEMEN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI
DI INDONESIA
4. MEMAHAMI OBJEKTIF DAN TARGET MDG2 BERKAITAN
DENGAN KESEHATAN PROPRODUKSI DI INDONESIA
REMAJA
USIA
SEKOLAH
ANAK
BALITA
USIA SUBUR
BAYI
USIA TUA
BAYI
BARU LAHIR
KESEHATAN REPRODUKSI BUKAN KEJADIAN YANG
BERDIRI SENDIRI
1.MERUPAKAN RANGKAIAN KEJADIAN SEBELUMNYA
DAN MEMBERIKAN AKIBAT TERHADAP PROSES
KEHIDPAN SELANJUTNYA
2.MEMPUNYAI MASALAH YANG SPESIFIK PADA SETIAP
TAHAP KEHIDUPAN, SEPERTI JENIS DAN LUAS
MASALAHNYA, FAKTOR RISIKO DAN DAMPAKNYA,
DLL
3.BENTUK SOLUSI DAN PROGRAM YANG DIPERLUKAN
HARUSLAH DAPAT MENYELESAIKAN RANGKAIAN
MASALAH SECARA KOMPREHENSIF
MASALAH
KESPRO
ARAH
KEBIJAKAN
RENSTRA
RANCANGAN
PROGRAM
IMPLEMENTASI
PROGRAM
Jenis & Besaran Masalah di Indonesia 20012003
5 juta anemi gizi besi
-
2 juta bumil anemia gizi
1 juta Kurang Energi Kronis
4 Juta
10 juta
118 juta
4 Juta
350 ribu BBLR
setiap tahun
31 Juta
- 5 juta balita Gizi Kurang
- 8,1 juta anak anemia gizi besi
- 10 juta anak KVA sub klinis
18 juta
- 11 juta anak pendek
- 10 juta anemia gizi besi
- 3,4 juta risiko GAKY
-
-
3,5 juta remaja putri (15-19
tahun) dan WUS anemia
gizi besi
30 juta kelompok usia
produktif (Laki-laki dan
perempuan) Kurang Energi
Kronis
BUMIL YANG MENDERITA
ANEMIA
KEK, GAKY ATAU KVA
AKAN MELAHIRKAN BAYI DENGAN STATUS KESEHATAN YANG
BARUK
1. BBLR
2. BBERESIKO MENERITA KEP, KVA, ANEMIA,KRETIN DLL
3. TUMBUH KEMEBANG TERGANGGU
4. MENJADI REMAJA DG KECERDASAN RENDAH, MISKIN DST
5. SETELAH MENIKAH BERISIKO
•
SULIT HAMIL
•
GANGGUAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN
MASALAH KESEHATAN BALITA DI INDONESIA
4.6 JUTA BAYI BARU
DI INDONESIA
SETIAP TAHUN LAHIR 4.608.000 BAYI
MENINGGAL 313,344 BAYI
2/3 ATAU 235.000 MENINGGAL SEBELUM ULANG
TAHUN PERTAMA, SETIAP HARI MENINGGAL 644 BAYI
SETIAP JAM MENINGGAL 27 BAYI
313.344/Thn
• Kematian bayi dan balita menurun dengan cepat.
• Tahun-tahun mendatang kecepatan ini diperkirakan akan
per 1000 kelahiran hidup
berkurang, karena tingkat kematian yang rendah sulit
diturunkan secara drastis
Kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKBA)
120
100
80
60
40
97
68
20
0
1989
U5MR
IMR
81
58
57
1994
46
46
35
1999
Sumber: SDKI 1991, 1994, 1997, 2002-3
2004
2009
2014
Kematian Ibu mengalami penurunan. Tapi dengan
kecenderungan seperti ini, akan sulit mencapai
target MDG tanpa upaya ekstra
per 100.000 kelahiran
hidup
Kecenderungan Angka Kematian Ibu (AKI)
500
390
400
334
307
300
200
Target MDG
100
0
1990
1995
2000
Sumber: SDKI 1994, IDHS 1997, IDHS 2002-3
2005
2010
2015
• Kekurangan gizi cenderung menurun
namun pada tahun-tahun terakhir, terjadi
stagnasi.
Prevalensi underweight Balita
%
100
stagnasi
80
60
MDG target
=18.3%
40
20
0
1989
1994
1999
2004
2009
2014
Moderate and severe underweight
Severe underweight
Source: Susenas.
Status kesehatan cenderung membaik, tetapi dibanding negara
tetangga di ASEAN, kita masih jauh tertinggal
AKB dan AKI Indonesia , bersama negara ASEAN Lainnya
Negara
Angka Kematian Bayi*
Th 2002
Angka Kematian Ibu**
Th 85-2000
Indonesia
45
380
Vietnam
39
95
Filipina
38
170
Thailand
28
36
Malaysia
8
30
Sumber: HDR 2004
(* per 1000 kelahiran hidup, ** per 100.000 kelahiran hidup)
Angka-angka Indonesia sangat tinggi 2-10 kali lebih tinggi dibanding negaranegara ASEAN lainnya
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH KESPRO
1.Pendekatan berdasarkan Daur Hidup
2. Pendekatan berdasarkan besarnya masalah
3. Pendekatan berdasarkan keterkaitan dengan masalah kes/sosial
lainnya
4. Kombinasi dari berbagai pendekatan
REMAJA
USIA
SEKOLAH
ANAK
BALITA
USIA SUBUR
BAYI
USIA TUA
BAYI
BARU LAHIR
Pendekatan daur hidup
1. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki dan perempuan
2. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas, serta
pelayanan bayi
Bayi dan anak
1. ASI eksklusif dan penyapihan yang layak
2. Tumbuh kembang dn pemberian makanan yang seimbang
3. Imunisasi dan managemen terpadu balita yang sakit
4. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
5. Pendidikan dan kesempatan nag sama pada anak laki-laki dan peerempuan
REMAJA
1. Gizi seimbang
2. Informasi tentang kesehatan reproduks
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
4. Pencegahan terhadap ketergantungaan napza
5. Perkawinan pada usia yang wajar
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan
7. Peningatan penghargaan
8. Peingkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
USIA SUBUR
1. Kehamilan dan persalinan yang aman
2. Pencegahan kecacatabdan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
3. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan AKS (KB)
4. Penegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
5. Pelayanan kesehatan Reproduksi berkualitas
6. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rational
7. Deteksi Dini kanker payudara dab leher rahin
8. Pencegahan dan managemen infertilitas
USIA TUA
Perhatian pada problem meno/andro-pause
Perhatian pada penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan mobiliotas, dan
osteo prorsis
Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat.
Angka Kematian Ibu (AKI)
: 373/100.000 lagir hidup
Prevalensi Anemia Bumil
: 50 %
Prevalensi Kurang Energi Kronik (KEK) pada Bumil : 30 %
1. Masalah Kemiskinan
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga
Perempuan dinomor-duakan dalam berbagai hal
a. kesempatan mendapat pendidikan
b.kesempatan kerja
3. Terpaksa menikah pada usia muda
4. Katerbatasan perempuan dalam pengambilan
keputusan
5. Tingkat pendidikan perempuan belum merata
Akses wanita ke fasilitas pelayanan Reproduksi masih kurang
Informasi tentang kemampuan fasilitas nuntuk kespro kurang
Keterbatasan biaya
Tradisi yang menghambat penggunaan fasilitas kesehatan
Kemampuan fasilitas belum memadai
“Pengantar Kontrasepsi, Istilah-istilah
dalam KB , Proses Terjadinya Haid dan
Kehamilan ”
1.
Defenisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
pasangan aktif secara seksual untuk mencegah kehamilan
(Fred. F, 2015)
Menurut Wiknjosastro (2008) Kontrasepsi berasal dari
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
antara sel telur dengan sel sperma.
2.
Syarat2 Kontrasepsi
Dapat dipercaya
Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
Mudah pelaksanaannya
Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
1.
2.
3.
Akseptor
Peserta KB, yaitu pasangan usia subur (PUS) yang
menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi.
Alat kontrasepsi
Merupakan Alat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan, terdiri atas alat kontrasepsi
bawah kulit dan alat kontrasepsi dalam rahim
Kontrasepsi
Merupakan obat/alat untuk mencegah terjadinya
konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua
macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung
hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi
non-hormonal (IUD, Kondom).
Tahun-tahun
reproduksi normal wanita ditandai
dengan perubahan ritmis bulanan kecepatan sekresi
hormon-hormon wanita dan juga perubahan fisik pada
ovarium serta organ-organ seksual lainnya. Pola ritmis
ini disebut siklus seksual bulanan wanita (siklus
menstruasi).
Durasi siklus rata-rata 28 hari
Dua hasil yang bermakna dari siklus seksual wanit
Hanya satu ovum matang yang normalnya dikeluarkan
siklus ovarium
Endometrium uterus dipersiapkan terlebih dulu untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi pada saat tertentu
siklus endometrium
1.
2.
Fase folikuler
yaitu terjadinya pertumbuhan folikel di ovarium dan
ovulasi.
Fase luteal
fase luteal merupakan perkembangan corpus luteum.
Gambar. 2 Perkembangan Folikel di Ovarium
terdiri dari:
1) Fase proliferasi
2) Fase sekresi
3) Menstruasi
Proses terjadinya haid
Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus
anterior hipofisis yang menyebabkab beberapa folikel
primer berkembang dalam ovarium.
Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf
yang membuat esterogen,
Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior
hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang
kedua yaitu LH (luteinizing hormone)
Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing
hormones) yang disalurkan dari hipotalamus ke
hipofisis
Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama
semakin matang dan makin banyak mengeluarkan
likuor folikuli yang mengandung esterogen.
Esterogen
mempunyai pengaruh terhadap endometrium
menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang
disebut fase proliferasi
Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih
matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian
terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus
rubrum(berwarna merah) yang akan menjadi korpus
luteum (berwarna kuning).
Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.
Hormon progesteron mempunyai pengaruh terhadap
endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan
kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi
(fase sekresi)
Bila
tidak ada pembuahan, korpus luteum
berdegenerasi yang menyebabkan kadar
esterogen dan progesteron menurun,
sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan
dan pelepasan endometrium yang nekrotik,
yang disebut mestruasi.
Bilamana ada pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan
dan berkembang menjadi korpus luteum
graviditatis
Fertilisasi
(pembuahan) merupakan
penyatuan gamet pria dan wanita.
Dalam keadaan normal terjadi di ampula.
Karena itu, baik ovum maupun sperma
harus diangkut dari tempat produksi
mereka di gonad ke ampula
Pada
saat endometrium siap menerima implantasi
(sekitar seminggu setelah ovulasi), morula telah turun
ke uterus dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi blastokista yang dapat melakukan implantasi.
Blastokista terdiri dari 2 bagian yaitu : inner cell mass
(berkembang menjadi fetus), dan trofoblast
(melaksanakan implantasi dan menjadi placenta)
Untuk mempertahankan pertumbuhan mudigah/janin
selama kehidupan intrauterinnya, segera terbentuk
placenta, suatu organ khusus pertukaran antara darah
ibu dan janin
Placenta berasal dari jaringan trofoblast dan desidua