Gizi Semester III.

(1)

(2)

Status gizi Lingkungan sosial budaya

• ekonomi

YAN KES

PERILAKU

KETURUNAN Konsep BLUM (1974)

Melakukan Perubahan Perilaku sehinggamampu meningkat status gizi


(3)

PRIMARY TARGET

Masyarakat,kel/RT

Industri/produsen,pedagang,

Petani,Nelayan, dsb

SECONDARY TARGET PERUBAHAN

Pelaksana kebijakan PERILAKU

Departemen teknis

Industri,LSM, Ilmuwan,Swasta,dll

TERTIARY TARGET

Birokrasi Legislasi


(4)

(5)

PERUBAHAN PERILAKU GIZI

Konsep

Laurence Green (1980)

Faktor predisposisi

(predisposing factors) Faktor Pemungkin(enabling factors)

Faktor Penguat (reinforcing factors)

 Pengetahuan dan sikap

 Adat, budaya dan tradisi

 Tradisi dll

 Tersedianya pelayanan gizi

 Adanya ketahanan pangan RT/wilayah

 Dukungan sektor lain

 Teladan dari reference group (tokoh panutan)

 UU/Peraturan yang diperlukan


(6)

 Pengetahuan dan sikap

 Adat, budaya dan tradisi

 Tradisi dll

 Tersedianya pelayanan gizi

 Adanya ketahanan pangan RT/wilayah

 Dukungan sektor lain

 Teladan dari reference group (tokoh panutan)

 UU/Peraturan yang diperlukan • Komunikasi • Informasi • Edukasi • Pengorganisasian • Percontohan • Fasilitas

• Program pendudkung • UU, PP/SK Men dll • Perda (lokal)


(7)

(8)

Status.Kesehatan

Pelayanan Kesehatan

Lingkungan Keturunan

Pendidikan kesehatan meliputi

1. Pemberian pengetahuan dan kesedaraan tentang hidup sehat 2. Dorongan untk medapatkan fasilitas pelyanan kesehatan

3. Kemampuan untuk perbaikan lingkungan


(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

KONSEP PENINGKATAN GIZI MENYANGKUT BANYAK ASPEK

KARENA MENYANGKUT DETERMINANT POKOK DARI GIZI, YAITU BIDANG-BIDANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN

1. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI PANGAN 2. EKONOMI PANGAN

3. PERATURAN PER UU AN TENTANG PANGAN DAN GIZI 4. KESEHATAN MASYARAKAT

5. PENDIDIKAN GIZI

6. INDUSTRI DAN PERDAGANGAN PANGAN

7. RISET DAN PENGEMBANGAN PANGAN, GIZI DAN KESEHATAN


(15)

Promosi Gizi primer

Promosi tentang makanan bergizi, seimbang dan beraneka ragam (PUGS)

Promosi Gizi sekunder

Kebijakan publik yang berhubungan dengan produksi, industri dan perdagangan bahan pangan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat

Promosi Gizi tertier

Kebijakan yang berhubungan dengan pengentasan

kemiskinan, penyediaan kesempatan kerja, low


(16)

(17)

Alat komunikasi Media komunikasi Teknik berkomunikasi


(18)

HAMBATAN KOMUNIKASI

1. KESENJANGAN SOSIO-KULTURAL

2. KETERBATASAN DAYA SERAP KOMUNIKAN

3. SIKAP NEGATIF TERHADAP KOMUNIKATOR, MEDIA ATAU ALAT YANG DIPAKAI

4. KURANG FOKUS KEPADA SASARAN (FOKUS MATERI, FOKUS KE SASARAN, FOKUS KE MASALAH)


(19)

KESENJANGAN SOSIO-KULTURAL

BERHUBUNGAN DENGAN

1. BUDAYA, KEBIASAAN LOKAL, PANTANGAN DLL

2. BAHASA (HALUS-KASAR, BAHASA LOKAL/DAERAH, BAHASA GAUL, DSB


(20)

(21)

Kalori

 Penurunan konsumsi sesuai bertambahnya umur

 Laki-laki: 2700 kcal diumur 30  2100 kcal di umur 80

 Wanita: 1800 kcal pd 30 th  1300 kcal pd 74 th

 2/3 ok penurunan aktifitas fisik


(22)

 AKG USA:


(23)

Protein

 Konsumsi tinggi protein: kurang dapat dicerna dan diabsorbsi

 Terbukti: nitrogen feses meningkat


(24)

Karbohidrat

 Absorpsi karbohidrat menurun

 Terbukti: tes ginjal dan tes paru

 Peningkatan aktifitas enzim bakteri di usus

 Penurunan aktifitas enzim laktase

 namun aktifitas hidrolase brush border tetap


(25)

 RDA: tidak ada untuk lansia


(26)

Lemak

 Daya cerna dan absorpsi lemak sama dengan orang muda

 Kecuali jika konsumsi lemak berlebihan (>120 g/hari)

 Jika terjadi malabsorpsi: biasanya akibat

pertumbuhan bakteri berlebihan diusus halus  dekonjugasi garam empedu

 Atropi lambung jarang menyebabkan malabsorpsi lemak


(27)

 AKG: <30% total kalori (10% lemak jenuh, 10-15% MUFA, 10% PUFA)

 Untuk dapat menghindari PJK


(28)

Cairan

 Keseimbangan cairan penting

 Dehidrasi seringkali tak dapat terdeteksi pada lansia

 Dehidrasi karena konsumsi kurang dan

kehilangan cairan berlebihan, urine bladder tak terkontrol

 Gangguan klinis: demam, diare, malabsorpsi, muntah dan hemorrhagi


(29)

 Obat2an: diuretik, laksatif, larutan i.v. hipertonik


(30)

Vitamin

 Sering kurang konsumsi

 Pertambahan umur: meningkatkan dan menurunkan

absorpsi vitamin

 Tiamin: 1,2 mg, absorpsi meningkat,

 Def: pada alkoholisme

 Riboflavin: jarang ada gangguan absorpsi

 Vitamin C: AKG 60 mg/hari

 Vit C: dipengaruhi rokok, obat, emosi, stress


(31)

 Vitamin E: sbg antioksidan

 Calcium: berhubungan dg osteoporosis

 Absorpsi kalsium menurun sesuai umur

 Mungkin perlu suplementasi

 Zat besi: defisiensi oleh karena peny kronis, penurunan

absorpsi akibat hipohidria atau aklorhidria akibat atropi lambung


(32)

Status gizi

 Diet history: dengan cara food record, food recall dan food frequency

 Food record: 3-7 hari

 Food recall: 24 jam, sulit pada lansia


(33)

Standar Biokimia

 Sama dengan dewasa

 Serum albumin cenderung menurun

 Standar hematologik: sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin


(34)

Antropometri

 Tabel Frisancho: memuat standar BB/TB, umur, jenis kelamin untuk umur 55 – 74 tahun

 Baltimore Longitudinal Aging Study: BMI 22,5 kg/m2


(35)

Antropometri lain

 Lapisan lemak trisep

 Terutama pasien lansia di RS

 FFM menurun, FM meningkat

 FM  Terutama pada intraabdomen dan intramuskular


(36)

Studi tentang lansia

 Konsumsi lansia: RATA-RATA 1792 -2171 pada laki-laki dan 1168 – 1770 kkal pada Pr

 lebih rendah dari AKG

 Serum protein (albumin, transferin, prealbumin, retinol-binding protein) menurun


(37)

Suplementasi

 Suplemen polimerik cair selama 4 bulan: dapat meningkatkan BB lansia

 Juga meningkatkan serum albumin, TIBC, folat, vit C dan vit B12

 Studi: suplementasi dipakai oleh ½ responden: vit C dan E


(38)

Interaksi obat-zat gizi

 Zat gizi dapat mempengaruhi daya cerna,

absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi obat

 Obat juga dapat mempengaruhi status gizi melalui: food intake, absorpsi zat gizi,

metabolisme dan ekskresi

 Lansia sering menderita peny lain, obat lain dan lama terpapar dg obat


(39)

KEBUTUHAN ENERGI PADA BERBAGAI PEKERJAAN

Dr. Desmawati, M.Gizi

Bagian Ilmu Gizi FK Unand

d

es

m

a

_g

iz

ifk

u

a


(40)

ENERGI

 Energi  panas yang diperlukan tubuh untuk

beraktivitas

 didefinisikan sebagai kapasitas untuk

melakukan kerja

 Sumber energi tubuh adalah karbohidrat, lemak,

protein (termasuk vitamin, mineral dan air)

 Agar dapat digunakan, sumber energi harus

dirubah menjadi ATP (adenosin triphosphat) melalui bantuan katalisator berupa enzim

2 d es m a _g iz ifk u a


(41)

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI

 Keadaan metabolisme tubuh stabil

 Kebutuhan Energi  Total (total energi

requirement) = Total Energy Expenditure n (TEE)

 Meliputi : Kebutuhan energi basal , energi

pencernaan makanan, aktifitas.

 Kebutuhan energi meningkat pada keadaaan

stres akibat tindakan operasi / penyakit (faktor stres) 3 d es m a _g iz ifk u a


(42)

ENERGI DIPENGARUHI OLEH:

 BMR (Kebutuhan energi minimal untuk

kebutuhan Vital)

 SDA (Specific Dynamic Action = Energi untuk proses metabolisme), Makanan

campuran=10 %

 Aktivitas harian

 Pertumbuhan (untuk Anak-anak)

4 d es m a _g iz ifk u a


(43)

BASAL METABOLISME RATE

 BMR = BEE (Basal energy expenditure)

Kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk fungsi

fisiologis tubuh (jantung, paru dll) diukur dengan menggunakan kalorimeter direk

 diukur menjelang pagi ketika pasien masih tidur

nyenyak

 sulit digunakan dalam klinis

5 d es m a _g iz ifk u a


(44)

RESTING METABOLIC EXPENDITURE (RME)

 Menggunakan kalorimeter indirek

 mengukur konsumsi 02 (VO2) dalam keadaan

istirahat.

 Pasien puasa

 Istirahat minimal 1 ½ jam

 Suhu lingkungan dan kebutuhan 02 stabil

 Selama pengukuran masih mendapat enteral

dan paranteral

 Hasilnya 10 % lebih tinggi dari BEE

6 d es m a _g iz ifk u a


(45)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BMR

 Luas permukaaan tubuh

 Jenis kelamin

 Komposisi tubuh

 umur : masa pertumbuhan meningkat 12 %

 usia > 30 tahun mengalami penurunan

 Kehamilan dan laktasi, mengalami peningkatan

BMR 20 - 25%

 Suhu tubuh : kenaikan 1 derjat C meningkat

BMR 13 %

 Tidur : BMR mengalami penurunan 10 %

 Status gizi 7

d es m a _g iz ifk u a


(46)

MENGHITUNG BMR/BEE

1. Rumus Harris Bennedict

 Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x

U)

 Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7

x U)

Keterangan : BB = berat badan dalam kg TB = tinggi badan dalam cm U = umur dalam tahun

d es m a _g iz ifk u a 8


(47)

2. Cara cepat (2 Cara)

(a) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam (b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Perempuan = 25 kkal x kg BB

d es m a _g iz ifk u a 9


(48)

C

A

R

A

FA

O

/W

HO

desma_gizifkua

1


(49)

SPESIFIC DINAMIC ACTION (SDA)

 DA=Diet induced thermogenesis (DIT) kalori

yang dibutuhkan untuk proses pencernaan , penyerapan dan metabolisme makanan.

 SDA Nutrisi paranteral adalah 0 %, sedangkan

untuk makanan enteral dan oral adalah 5 -10 %.

11 d es m a _g iz ifk u a


(50)

AKTIVITAS FISIK

Dibagi dalam empat golongan, yaitu

1. sangat ringan,

2. ringan, 3. sedang, 4. berat. d es m a _g iz ifk u a 12


(51)

CARA MENAKSIR KEBUTUHAN ENERGI

MENURUT AKTIVITAS

d

es

m

a

_g

iz

ifk

u

a


(52)

INDEKS AKTIVITAS FISIK d es m a _g iz ifk u a 14

Aktivitas Jenis Aktivitas LK PR

Istirahat Tidur, baring, duduk 1.2 1.2 Ringan Sekali menulis, mengetik 1.4 1.4

Ringan Menyapu, menjahit, mencuci piring, menghias ruang

1.5 1.5

Ringan -sedang Sekolah, kuliah, kerja kantor 1.7 1.6

Sedang Mencangkul, menyabit rumput 1.8 1.7 Berat Menggergaji pohon dengan gergaji

tangan

2.1 1.8


(53)

INDEK AKTIVITAS FISIK

d

es

m

a

_g

iz

ifk

u

a


(54)

PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI

16

d

es

m

a

_g

iz

ifk

u


(55)

 Keb. Karbohidrat 50-60 % total kalori

 Keb. Protein 15-20 % total kalori

 keb,. Lemak 20 – 25 % total kalori.

 - konversi ke gram.

17

d

es

m

a

_g

iz

ifk

u


(56)

1

8


(57)

TUGAS

 Presentasi tentang :

1. Pengaruh lingkungan fisik terhadap kebutuhan

energi dan nutrien paa berbagai jenis pekerjaan

2. Pengaruh stress fisik dan psikis terhadap

kebutuhan energi dan nutrien pada berbagai jenis pekerjaan 19 d es m a _g iz ifk u a


(58)

Nutrisi pada pasien

critical ill


(59)

Perubahan metabolisme pada

pasien multiple trauma

 Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi lain

 Perubahan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein


(60)

Fase post trauma

Ebb Flow Injury Recuperation Hemodynamic stabilization -Fluid resuscitation Hypercatabolism control & support -Anti-inflammation -Nutrition support Anabolism support -Nutrition -Rehabilitation


(61)

Respon metabolik pada trauma

Time

E

ne

rgy

E

xpe

n

di

tur

e Ebb PhaseEbb Phase Flow PhaseFlow Phase


(62)

(63)

Respon metabolik pada trauma

: Ebb Phase

 Hipovolemic shock

 Terjadi penurunan

 cardiac output

 konsumsi oksigen

 Tekanan darah

 Perfusi jaringan

 Suhu tubuh


(64)

Respon metabolik pada trauma : Flow Phase

 Peningkatan

 catekolamin

 Glukokortikoid

 Glukagon

 Release citokin. Lipid mediator


(65)

(66)

Respon metabolik pada trauma

Organ Response

liverglucose production , AA uptake , acute-phase protein synthesis

trace metal sequestration Central nervous

system

Anorexia , fever

CirculationGlucose , TG ,urea AA, iron, zinc Skeletal muscleAA efflux (especially glutamine)

leading to loss of muscle mass IntestineAA uptake from both luminal and

circulating sources , leading to mucosal atrophy

EndocrineACTH, cortisol , GH, epinephrine , norepinephrine , glucagon , insulin


(67)

Respon metabolik pada trauma

Fatty Deposits Liver & Muscle (glycogen)

Muscle

(amino acids)

Fatty Acids

Glucose

Amino Acids

Endocrine Response


(68)

Konsekwensi Neuroendocrine & metabolic dari trauma


(69)

Perubahan metabolik setelah trauma Intestine Muscle Liver Brain Kidney Gluconeogenesis Ketogenesis Ureagenesis Glutamine

Alanine / Pyruvate

Glucose Ketones Urea NH3 Ketones Glycerol AGL Fat


(70)

Pengaruh perubahan endokrin

1. Catecholamines (epinephrine and norepinephrine)

merangsang glycogenolysis dan gluconeogenesis di hati

merangsang katabolisme otot (proteolysis)

merangsang lipolysis

menghambat sekresi insulin dan uptake glucosa oleh jaringan


(71)

2. Glucocorticoids (cortisol) : dihasilkan oleh kortex adrenal dirangsang oleh ACTH

(adrenocorticotropic hormone)

merangsang lipolysis

merangsang katabolisme otot (proteolysis

merangsang gluconeogenesis (hepatic use of AA)

menghambat protein synthesis

menghambat sekresi insulin


(72)

3. Glucagon

merangsang gluconeogenesis and glycogenolysis


(73)

Cytokine –

Interleukins(IL-1,IL-6),tumor necrosis factor (TNF)

Dihasilkan oleh sel fagosit sebagai respon kerusakan jaringan, infeksi, obat, bahan kimia

Cytokines memberi eek metabolik

* merangsang uptake AA oleh hati (protein synthesis)

* mempercepat pemecahan otot (muscle breakdown) * meningkatkan eksresi nitrogen

* meningkatkan leukocyte count * anorexia

* fever


(74)

Major Cytokines Involved in

Hypermetabolic Response

Cytokine Cell source Metabolic effects

TNF-α

Monocytes/macrophages, lymphocytes,

Kupffer, glial, endothelial, natural killer, & mast cells

↓ Decrease free FA. synthesis

↑ lipolysis

↑ peripheral AA.s efflux

↑ hepatic AA uptake & acute-phase protein synthesis

↑ body temperature ↑ insulin-resistance

IL-1 Monocytes/macrophages, neutrophils,

lymphocytes, keratinocytes, Kupffer cells

↑ ACTH hormone

↑ acute-phase protein synthesis

↑ body temperature

IL-6 Monocytes/macrophages, keratinocytes,

fibroblasts, endothelial, T, & epithelial cells

↑ acute-phase protein synthesis

↑ body temperature

IFN-γ Lymphocytes, pulmonary macrophages ↑ TNF-a production

↑ monocyte respiratory burst

From Matarese G, La Cava A. The intricate interface between immune system and metabolism. Trends Immunol 2004;25:195– ;6, with permission.


(75)

BMR pada berbagai tingkat trauma

Effect of injury on metabolic rate. (Adapted from Wilmore DW.


(76)

Respon metabolik pada trauma

10 20 30 40

28 24 20 16 12 8 4 0 N itr og en E xc re tio n (g /d ay ) Days Long CL, et al. JPEN 1979;3:452-456


(77)

Tingkat keparahan trauma : efek nitrogen Losses dan laju metabolisme

Adapted from Long CL, et al. JPEN 1979;3:452-456

Basal Metabolic Rate

Cirugía mayor Cirugía electiva Infección Sepsis grave Quemadura moderada a grave

N it rog en Lo ss in U rine Major Surgery Elective Surgery Infection Severe Sepsis

Moderate to Severe Burn


(78)

Penentuan kebutuhan kalori

 Kalorimetri indirect

• Harris-Benedict x stress factor x activity factor • 25-30 kcal/kg body weight/day


(79)

Kebutuhan energi

TEE (total energy expenditure) (1) BMR (basal metabolic rate) (2) efek aktifitas

> efek miimal pd pasien critical ill

> except self-ventilating , tachypnoea , severely agitated.

> penurunan kebutuhan pd muscular paralysis 30% ,. ( 3) SDA


(80)

Perhitungan berdasarkan BB

25-35 kcal / kg

(1) 25-30 kcal / kg

(well-nourished , elective operation) (2) 35 kcal / kg

(multiple trauma)

25-35 kcal / kg actual BW

(1) 30 –35 kcal /kg (septic and SIRS)

(2) 25 –30 kcal /kg (non-septic and SIRS)

ABW (adjusted BW) =

(acutual BW - IBW * 0.25 ) + IBW

Cachetic, marasmic


(81)

Kebutuhan nutrisi pada berbagai keadaan

Contoh :

Kebutuhan energi untuk penderita cancer(in bed) = BEE x 1.10 x 1.2

Injury

Minor surgery

Long bone fracture Cancer

Peritonitis/sepsis

Severe infection/multiple trauma Multi-organ failure syndrome Burns

Stress Factor 1.00 – 1.10 1.15 – 1.30 1.10 – 1.30 1.10 – 1.30 1.20 – 1.40 1.20 – 1.40 1.20 – 2.00 Activity

Confined to bed Out of bed

Activity Factor 1.2


(82)

Proses penyakit kcal/day

Basal 1,450

Post-op. (uncomplicated) 1,500–1,700 Sepsis 2,000–2,400 Multiple trauma (ventilator) 2,200–2,600 Major burn 2,500–3,000

Biasanya kebutuhan energi meningkat sebanding dengan tingkat keparahan penyakit

Kebutuhan kalori

(rata-rata untuk laki-laki 70 kg)


(83)

Proses penyakit Amino acids (kg/day)

Basal 0.8–1.0 Postop (uncomplicated) 1.0–1.5 Sepsis 1.5–2.0 Multiple trauma (ventilator) 1.5–2.0 Major burn 2.0–3.0

Kebutuhan protein

(rata-rata untuk laki-laki 70 kg)


(84)

Metabolisme protein normal

(rata-rata untuk laki-laki 70 kg)


(85)

Kebutuhan nutrisi

Prinsip :

 Hindari overfeeding  Kebutuhan energi  Kebutuhan protein

 Kebutuhan karbohidrat  Vitamins and Minerals

 Kebutuhan Energy and protein pada penyakit khusus  Makanan khusus untuk pasien critically ill


(86)

Hindari overfeeding

Respiratory quotient (RQ)

CHO 1

Fat 0.7

Protein (PT) 0.81


(87)

Kelebihan CHO dapat menyebabkan (1) Steatosis dari hati

Glucose glycogen

(stores are replete ,about 400 g)

Glucose fat ( lipogenesis , CO2 production ) (2) hyperglycemia


(88)

Kelebihan fat > 50 % of total calories

(1) overload the reticulo-endothelial system (RES) TG glycerol + free fatty acids

reduce RES clearance


(89)

Kebutuhan protein

1.2 –2 g protein /kg BB

Kcal : N ratio

300: 1 (healthy adults)

150: 1 (moderate stress) 80 –100 : 1 (severe stress)


(90)

UUN(urine urea nitrogen )

> Assess the degree of hypermetabolism (stress) UUN : 0 – 5 no tress

UUN : 5 – 10 mild hypermetabolism/level 1 stress

UUN : 10 –15 moderate hypermetabolism/level 2 stress UUN : > 15 severe hypermetabolism/level 2 stress

> Estimate protein requirement

UUN : 10 (1.2 –1.3 g protein/ kg BW)


(91)

Perkiraan kebutuhan nitrogen per kg actual BB/hari

Nitrogen ( protein )

 Normal 0.17g (1.0625 g )

 Hypermetabolic 5-25 % 0.2 g (1.25 g ) 25 –50% 0.25 g (1.5625g )

> 50 % 0.3 g (1.875 g )

Note: maksimum jumlah nitrogen yang dapat dimetabolisme 18 g /hari (112.5 g protein).


(92)

Kebutuhan karbohidrat

Jumlah CHO berhubungan dengan kemampuan hati untuk oksidasi

60 –70 %dari energi

Parenteral nutrition

kecepatan Maximum oksidasi glucose :

5 –7 mg /kg BB / min , 7.2 g / kg BB / hari umumnya: 2-5 mg /kg BB/ min


(93)

Kebutuhan lemak

15 –40 % dari energi

Untuk pasien critically ill ,kebuthan 0.8 –1 g /kg BB/hari

3 karakteristik sbg sumber energi 1. concentrated

2. isotonic (toleration of tube feedings,particularly into the lower duodenum or jejunum)

3. nonglucose

( terbatasnya jumlah isulin dan penggantian lemak dari CHO untuk membatasi produksi CO2 untuk weaning ventilator)


(94)

Vitamins and Minerals

Tidak ada rujukan spesifik

Berdasarkan RDA

Perhatian :

> peningkatan kebutuhan B complex (thiamin , niacin) bersamaan dengan peningkatan kalori


(95)

 Vit A 3300 IU

 Vit D 200 IU

 VitE 10 IU

 Vit C 100 mg

 Folacin 400 mcg

 Niacin 40 mg

 Riboflavin 3.6 mg

 Thiamin 3 mg

 Vit B6 4 mg

 Vit B12 5 mcg

 Pantothenic acid 15 mg

 Biotin 60 mcg

 Copper 0.5-1.5 mg

 Chromium 10-15 mcg

 Manganese 0.15-0.8 mg


(96)

Penambahan jumlah zinc

direkomendasikan pada kondisi :

1. kehilangan yg banyak cairan usus


(97)

Kebutuhan Energy and protein


(98)

Penyakit hati

Kondisi klinik Energy (kcal/kg/day)

Protein (g/kg/day) Compensated cirrhosis 30-40 1-1.2 Complications,inadequat

e intake, malnutrition

40-45 1.5

Encephalopathy grade I-II

30-40 Transiently 0.5, then 1-1.5

Encephalopathy grade III-IV

30-40 0.5-1.2


(99)

BCAA (valine,leucine,isoleucine) digunakan pd penyakit hati kronik

Akumulasi AAA pd plasma dan otak dapat menyebabkan kerusakan yg berat pd sintesis neurotransmitter otak => hepatic encephalopathy.

BCAA berkompetisi dgn AAA pd transpor darah otak untuk mengatasi koma.

Penggunaan jangka lama dapat menyebabkan penurunan tyrosine and cysteine level dan penurunan nitrogen balance

AAAs(aromatic AA):


(100)

Penyakit ginjal

Therapy Energy (kcal/kg/day) Protein (g/kg/day) Continuous haemofiltration/ diafiltration dialysis

30-35 1 – 1.2

Intermittent haemodialysis haemofiltration/diafiltration

30-35 1 – 1.2

Non-dialysed/filtered

(residual renal function, minimal catabolism

30-35 0.55 – 0.6


(1)

Indikator lingkungan kerja fisik

• penerangan/cahaya di tempat kerja,

• temperatur/suhu udara,

• kelembaban,

• pertukaran udara/sirkulasi udara,

• getaran mekanis,

• kebisingan,

• bau tak sedap,

• tata warna/pewarnaan,

• dekorasi,

• Keamanan


(2)

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja

• Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi

penguapan yang tinggi sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat.

•  diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh.

•  minum air, konsumsi sayur dan buah.

5


(3)

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja

• Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia

tertentu dapat menyebabkan keracunan kronis, • akibatnya: menurunnya nafsu makan,

terganggunya metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan


(4)

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja

• Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel

•  diperlukan tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.

7


(5)

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja

• Parasit dan mikroorganisme

• Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat

mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi

• Jika kekurangan zat gizi tertentu  perlu suplemen


(6)

9