HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMA SWASTA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

ABSTRAK
Lubis, Nuriah Ulfah. Hubungan Persepsi Guru tentang Kpemimpinan Kepala
Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru di SMA Swasta Kecamatan
Medan Tembung. Tesis, Medan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan,
2012.
Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat hubungan
positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru
SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?, (2) Apakah terdapat hubungan positif
iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?,
(3) Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru
SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji hubungan positif yang signifikan antara: (1) persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, (2) iklim organisasi dengan
kinerja guru, (3) persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim
organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan
Medan Tembung.
Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional.
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Swasta Kecamatan Medan
Tembung yang berjumlah 235 guru dan sampel penelitian sebanyak 148 guru,
teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket, dengan ujicoba lebih

dahulu. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif dan inferensial yang meliputi analisis korelasi dan regresi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala
sekolah dan iklim organisasi dengan kinerja guru tergolong ke dalam kategori
cukup. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepi guru tentang
kepemimpianan kepala sekolah dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,521.
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja
guru, koefisien korelasi 0,400. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara
persepi guru tentang kepemimpianan kepala sekolah dan iklim organisasi secara
bersama-sama dengan kinerja guru, koefisien korelasi 0,627. Pengujian dilakukan
pada α = 0,05, dk = 145. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan kinerja guru
dibutuhkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim
organisasi yang baik.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Dinas Pendidikan Kota Medan,
kepala sekolah, dan guru dalam hal peningkatan kinerja guru, serta peneliti
lainnya untuk memperdalam informasi terhadap penelitian lain yang relevan.

ABSTRACT
Lubis, Nuriah Ulfah. The Relationship between perception about headmaster’s
leadership and organizational climate with teacher’s performance of the Private

Senoir High School in Medan Tembung SubDistrict. Thesis:The State University
of Medan, Post Graduate Studies, 2012.
This research problems are (1) Is there any positive correlation perception
about headmaster’s leadership with teacher’s performance?, (2) Is there any
positive correlation organizational climate with teacher’s performance?, (3) Is
there any positive correlation between perception about headmaster’s leadership
and organiztional climate with teacher’s performance?. This study is aimed at
finding out the significant correlation between (1) perception about headmaster’s
leadership with teacher’s performance, (2) organizational climate with teacher’s
performance, (3) perception about headmaster’s leadership and organiztional
climate with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan
Tembung SubDistrict.
The method of this research descriptive quantitative which is correlation
study. The research population was all teachers of the Private Senoir High School
in Medan Tembung SubDistrict with the total of 235 teachers and 148 of them,
data collection technique used were questionnaires, and the instrumen were first
tried. The data analysis technique used were description and inferential statistic
analysis correlation and regression analysis. The result showed that teacher’s
perception about headmaster’s leadership, organizational climate, and teacher’s
performance were in the medium categories. There are significant correlation

between percerption about headmaster’s leadership with teachers working
performance, with a correlation coefficient was 0,521. There are significant
correlation between organizational climate with teachers working performance,
with a correlation coefficient was 0,400. There are significant correlation
between percerption about headmaster’s leadership and organizational climate
with teacher’s performance of the Private Senoir High School in Medan Tembung
SubDistrict, with a correlation coefficient was 0,627. The test is done by using α =
0,05. It means that increase teacher’s performance helping of a good perception
about headmasteer’s leadership and organizational climate.
These result of study are very useful for Dinas Pendidikan in Medan, headmaster,
dan teachers to improve teacher’s performance and the other research to deepen
information about the other relevant studies.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penulis sadar
bahwa atas berkat-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Hubungan
Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi
dengan Kinerja Guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung” ini dapat
selesai.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus ikhlas kepada:
1.

Dr. Sukarman Purba, S. T., M. Pd. sebagai Pembimbing I yang telah banyak
memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.

2.

Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd. sebagai Pembimbing II yang telah banyak
memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.

3.

Dr. Zulkifli Matondang, M. Si. sebagai narasumber yang telah banyak
mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

4.

Prof. Dr. Siman Nurhadi, M. Pd. sebagai narasumber yang telah banyak
mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.


5.

Prof. Dr. Sri Milfayetty, M. S. sebagai narasumber yang telah banyak
mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

6.

Prof. Dr. Belferik Manullang, M. Pd. sebagai Direktur Program Pascasarjana
UNIMED, yang telah banyak memotivasi, membimbing secara umum kepada
penulis.

7.

Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. sebagai Ketua Prodi Administrasi
Pendidikan dan Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd. Selaku Sekretaris Prodi
Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana UNIMED, yang telah banyak

memotivasi, membimbing secara umum, keramahan serta pelayanan secara
administrasi yang baik kepada penulis.

8.

Bapak dan Ibu dosen Pacasarjana UNIMED yang telah banyak memberi ilmu
dan membuka wawasan kepada penulis.

9.

Kepala SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung yang telah memberi izin
melakukan penelitian dan para guru yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi angket penelitian penulis.

10. Teristimewa Ayahanda Ahmad Dainuri Lubis dan Ibunda Dra. Hj. Kamaraiah
Tanjung serta uak tersayang Hj. Nur’ainun Tanjung, S. Pd. I. yang telah
banyak berkorban buat penulis, baik secara moril maupun material dalam
menyelesaikan studi di UNIMED. Terima kasih buat do’a dan usaha yang
tiada henti demi kesukseesan penulis.
11. Adik-adikku tersayang Muhammad Hanafi Lubis, S.E. dan Almh. Shufi
Maulida Lubis, serta calon suami tersayang Andre Yudhistira, S. Si. yang
telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam
menyelesaikan studi di UNIMED.

12. Seluruh rekan mahasiswa angkatan XVI kelas B, Prodi Administrasi
Pendidikan yang telah banyak memberikan motivasinya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi ini.
Penulis mengharapkan kiranya mendapat kritik dan saran yang berguna
bagi kebaikan dan kesempurnaan tesis ini dari semua pihak. Akhirnya penulis
berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan mutu pendidikan
pada masa yang akan datang.

Medan, Juni 2012
Penulis

Nuriah Ulfah Lubis

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..........................................................................................................

i

ABSTRACT .......................................................................................................


ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................


xi

BAB I

PENDAHULUAN ..............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 14
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 15
D. Rumusan Masalah.......................................................................... 15
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 15
F. Manfaat Penelitian............................................................................ 16
BAB II


KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN
YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN...............

17

A. Kajian Teoretis .............................................................................. 17
1. Kinerja Guru ............................................................................. 17
2. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ............ 28
3. Iklim Organisasi ........................................................................ 39
B. Penelitian yang Relevan................................................................. 45
C. Kerangka Berpikir........................................................................... 46

D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................

53

A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 54
B. Populasi dan Sampel ...................................................................... 55
C. Metode Penelitian .......................................................................... 58

D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian...................................... 58
E. Teknik dan Instrumen Penelitian .................................................. 59
F. Uji Coba Instrumen ........................................................................ 64
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................

75

A. Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 75
1. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ............ 75
2. Iklim Organisasi ......................................................................... 77
3. Kinerja Guru .............................................................................. 79
B. Pengujian Persyaratan Analisis ...................................................... 81
1. Uji Normalitas ........................................................................... 81
2. Uji Homogenitas ........................................................................ 82
3. Uji Linieritas dan Keberartian Arah Regresi ............................. 83
4. Uji Independensi ......................................................................... 85
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ...................................................... 85
1. Hubungan Persespi Guru tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Guru (Y) ......................... 85
2. Hubungan Iklim Organisasi (X1) dengan Kinerja Guru (Y) ..... 87
3. Hubungan Persespi Guru tentang Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi (X2) dengan
Kinerja Guru (Y) ....................................................................... 88
D. Pembahasan Penelitian .................................................................. 91
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 98
BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...................................... 100
A. Simpulan ........................................................................................ 100
B. Implikasi ........................................................................................ 101
C. Saran .............................................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
LAMPIRAN ...................................................................................................... 115

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Persentase Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002-2003 ...

4

Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007.........

4

Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru
Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung ...................................

5

Tabel 3.1 Jumlah Guru SMA ............................................................................. 55
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Guru SMA ............................................................... 56
Tabel 3.3 Penyebaran Sampel Guru SMA ......................................................... 57
Tabel 3.4 Alternatif Jawaban dan Skor Ketiga Variabel ................................... 59
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru ..................................................... 61
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah ................................................................................. 62
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Iklim Organisasi ................................................ 63
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah ................................................................................. 75
Tabel 4.2 Kecenderungan Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah ................................................................................. 76
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi ............................................... 77
Tabel 4.4 Kecenderuangan Variabel Iklim Organisasi ...................................... 78
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kinerja Guru ..................................................... 79
Tabel 4.6 Kecenderungan Variabel Kinerja Guru ............................................. 80
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas Data ....................................................... 81
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas ............................................................ 82

Tabel 4.9 Rangkuman Anava Uji Kelinieritas Variabel X1 atas Y .................... 83
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Uji Kelinieritas Variabel X2 atas Y .................... 84
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 atas Y dan
Uji Keberartiannya ............................................................................. 86
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X2 atas Y dan
Uji Keberartiannya ............................................................................. 87
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel X1 dan X2 atas Y dan
Uji Keberartiannya ............................................................................. 88
Tabel 4.14 Rangkuman Analisi Regresi Ganda ................................................... 89
Tabel 4.15 Bobot Sumbangan Prediktor .............................................................. 90
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Perhitungan Korelasi Parsial ................................ 90

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Integrative Model of Organizational Behavior ............................

19

Gambar 2.2 Teori Path Goal ............................................................................

20

Gambar 2.3 Paradigma Penelitian ....................................................................

53

Gambar 4.1 Histogram Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah ............................................................................. 76
Gambar 4.2 Histogram Variabel Iklim Organisasi ............................................ 78
Gambar 4.3 Histogram Variabel Kinerja Guru .................................................. 80

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pengantar .....................................................................................

115

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ....................................................................

116

Lampiran 3 Tabel Validitas Instrumen Persepsi Guru Tentang
Kepemimpinan Kepala Sekolah ..................................................

123

Lampiran 4 Tabel Validitas Instrumen Iklim Organisasi................................

124

Lampiran 5 Tabel Validitas Instrumen Kinerja Guru .....................................

125

Lampiran 6 Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ................................

126

Lampiran 7 Tabel Relibialitas Instrumen Persepsi Guru Tentang
Kepemimpinan Kepala Sekolah ..................................................

132

Lampiran 8 Tabel Relibialitas Instrumen Iklim Organisasi ............................

133

Lampiran 9 Tabel Relibialitas Instrumen Kinerja Guru .................................

134

Lampiran 10 Perhitungan Relibialitas Instrumen Penelitian ..........................

135

Lampiran 11 Data Hasil Penelitian .................................................................

141

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Deskriptif ................................................

145

Lampiran 13 Uji Kecenderungan ....................................................................

150

Lampiran 14 Uji Normalitas ...........................................................................

150

Lampiran 15 Uji Homogenitas ........................................................................

162

Lampiran 16 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X1...

171

Lampiran 17 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X2...

177

Lampiran 18 Uji Independensi ........................................................................

183

Lampiran 19 Koefisien Korelasi Antar Variabel ............................................

184

Lampiran 20 Perhitungan Korelasi Parsial dan Uji Keberartian

Korelasi Parsial Koefisien ..........................................................

187

Lampiran 21 Regresi Ganda, Uji Kelinieran dan Keberatian Persamaan
Regresi Ganda ...........................................................................

189

Lampiran 22 Tabel Krejcie – Morgan.............................................................

193

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritik L untuk Uji Normalitas Liliefors .................

194

Lampiran 24 Tabel Luas di bawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 ke z

195

Lampiran 25 Tabel Nilai Kai Kuadrat (χ2) untuk Berbagai df .......................

196

Lampiran 26 Tabel f untuk Luas Daerah di Bawah Kurva Sebaran F=α .......

197

Lampiran 27 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment ...............

199

Lampiran 28 Tabel Nilai “t” untuk Berbagai df ............................................

200

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja SDM yang
terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di era globalisasi dan
otonomi daerah ini perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan
pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan,
dan kurikulum. Sagala (2007:71) menyebutkan bahwa tugas utama sekolah adalah
menjalankan proses belajar-mengajar, evaluasi kemajuan peserta didik, dan
meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan
tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan. Untuk menjadi
seorang guru harus memiliki kualitas khusus karena guru merupakan jabatan
profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut
menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi
yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik,
keluarga maupun masyarakat. Dengan kompetensi yang dimiliki guru, idealnya
guru menunjukkan kinerja yang optimal dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga
pendidik di sekolah maupun tugas pengabdiannya di masyarakat. Dalam proses

pembelajaran di sekolah guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran serta menilai kemajuan dan hasil belajar siswa.
Guru yang baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan berupaya
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik, sebagaimana
amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dalam
pasal

tiga

yang

menegaskan

bahwa

Pendidikan

Nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi diri peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,

mandiri,

dan

menjadi

warga

negara

yang

demokratis

serta

bertanggungjawab.
Isjoni (2004:1) menyatakan bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa
tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya, rasa
tanggungjawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan
loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa
tanggungjawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum
melaksanakan

proses

pembelajaran.

Selain

itu,

guru

juga

sudah

mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media
pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan
komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak

didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan
ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan
berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk
meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih
baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari
kinerja hari ini.
Namun dalam kenyataannya pendidikan masih tetap bermasalah. Kualitas
pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain: Data
UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke109 (1999). Data Balitbang Depdiknas (2006) menunjukkan dari sekitar 1,3 juta
guru SD/MI hanya 65,4% yang berpendidikan D2-kependidikan ke atas. Selain itu,
dari sekitar 616.364 guru SLTP/MTs baru 76,04% yang berpendidikan D3Kependidikan ke atas. Di tingkat Sekolah Menengah, dari 469.351 guru, baru
70,08% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari
202.002 dosen, baru 44,3% yang berpendidikan S2/S3. Selain itu, keadaan guru ini
juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme
yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut Usman (1992:4)
menyatakan bahwa tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Bukan itu saja, sebagian guru bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.

Berikut pada Tabel 1.1 merupakan persentase guru menurut kelayakannya dalam
mengajar.
Tabel 1.1 Persentase Guru Menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002-2003
Layak
Jenjang
Pendidikan
Negeri
Swasta
1.
SD
21,07%
28,94%
2.
SMP
54,12%
60,99%
3.
SMA
65,29%
64,73%
4.
SMK
55,49%
58,26%
(Sumber:Balitbang Depdiknas (dalam Frengky 2006))
No.

Tidak Layak
Negeri
Swasta
78,93%
71,06%
45,88%
39,01%
34,71%
35,27%
44,51%
41,74%

Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru
itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Balitbang pada tahun 2007 (dalam Gaol, 2010:2) menyatakan bahwa persentase
guru yang layak sesuai dengan profesinya adalah sebagai berikut Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Persentase Guru yang Layak Menurut Profesinya Tahun 2007
No.
Jenjang Pendidikan
Layak
1.
SD
57%
2.
SMP
64,1%
3.
SMA
67%
(Sumber:Balitbang Depdiknas (dalam Gaol 2010))

Tidak Layak
43%
35,9
33%

Hal ini menandai rata-rata keseluruhan guru mulai dari guru SD, SMP, dan
SMA rata-rata 62,7% yang layak dan 37,3% belum profesional atau belum layak
menjadi guru.
Selain itu, menurut Supriadi dalam Widoyoko (2008:1–2) menyatakan
bahwa studi yang dilakukan Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara
menemukan bahwa di antara berbagai masukan (input) yang menemukan mutu
pendidikan (yang ditujukan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan
oleh guru. Peranan guru makin penting lagi di tengah keterbatasan sarana dan
prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara sedang berkembang.

Lengkapnya hasil studi itu antara lain: di 16 negara sedang berkembang, guru
memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen
22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi
guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19 %.
Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjana (dalam Widoyoko,
2008:2) menunjukkan bahwa 73,31% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja
guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan
32,43%, penguasaaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38%, dan sikap
guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.
Masalah rendahnya kinerja guru juga terjadi di SMA Swasta Kecamatan
Medan Tembung. Kinerja yang dimiliki para guru belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan di beberapa
SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung diperoleh data tentang rendahnya
kinerja guru. Berikut pada Tabel 1.3 merupakan persentase beberapa penyebab
rendahnya kinerja guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
Tabel 1.3 Persentase Beberapa Penyebab Rendahnya Kinerja Guru
Di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung
No.
Penyebab Rendahnya Kinerja Guru
Persentase
1. Tidak hadir pada jam pelajaran
20%
2. Masuk dan keluar kelas tidak sesuai dengan jadwal
30%
3. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dilakukan
dengan persiapan yang matang, misalnya belum
30%
lengkapnya skenario pembelajaran
4. Tidak membuat sendiri program tahunan, program
35%
semseter, silabus dan rencana program pengajaran
5. Penyampaian materi pelajaran belum sungguhsungguh, misalnya menyuruh siswa menuliskan
materi di papan tulis/atau membacakan dari buku
30%
teks tanpa memberikan penjelasan atas materi yang
dituliskan
6. Pengelolaan kelas yang masih belum maksimal
25%

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kinerja guru belum mencapai
hasil yang diharapkan, hal ini terjadi mungkin karena rendahnya penghargaan
terhadap profesi guru sehingga mereka kurang peduli dengan profesinya. Selain
itu, rendahnya pendidikan di SMA tersebut karena kinerja guru yang belum sesuai
dengan profesi guru itu sendiri.
Sagala (2007:38) menyatakan bahwa kinerja guru selama ini terkesan tidak
optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang
kreativitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup, kreativitas bukan merupakan bagian
dari prestasi. Jika ada guru mengembangkan krestivitasnya guru tersebut
cenderung dinilai membuang-buang waktu dan boros. Hasil penataran guru pada
berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibanding kinerja
guru yang tidak mengikuti penataran. Tidak ada kontrol terhadap hasil penataran
meski penataran itu telah menghabiskan biaya cukup besar. Institusi yang
membina kinerja guru dan tenaga kependidikan tidak jelas.
Oleh karena itu, mutu pendidikan perlu diperbaiki dengan meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru. Tugas guru
tidak akan berjalan dengan baik tanpa memerhatikan faktor-faktor yang
memengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas.
Menurut Utami (2003:1) menyatakan bahwa harus diakui bahwa guru
merupakan

faktor

utama

dalam

proses

pendidikan.

Meskipun

fasilitas

pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan
guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan
pembelajaran yang maksimal.

Bahrumsyah (Harian Global, 2010) mengatakan bahwa persentase
kelulusan tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 98 persen.
Sementara tahun ini hanya 94,74 persen saja. Artinya, tahun 2010 siswa yang tidak
lulus

meningkat.

Bahrum

mengakui,

salah

satu

faktor

meningkatnya

ketidaklulusan itu kekosongan kursi kepala sekolah atau rangkap jabatan.
Menurutnya, kepala sekolah memengaruhi terhadap suatu proses pembelajaran,
sebab kepala sekolah itu diberi wewenang untuk memenej, mengatur dan
membina sekolah termasuk guru-gurunya melakukan persiapan, proses belajar
mengajar dan evaluasi atau menilai kemampuan peserta didiknya.
Berdasarkan hasil persentase yang diperoleh dari observasi di SMA Swasta
Kecamatan Medan Tembung dapat disimpulkan bahwa kinerja guru masih rendah.
Sikap guru terhadap profesinya juga rendah. Kenyataan ini dapat dilihat dari tidak
hadir pada jam pelajaran, masuk dan keluar kelas tidak sesuai dengan jadwal,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dilakukan dengan persiapan yang
matang, misalnya belum lengkapnya skenario pembelajaran, tidak membuat
sendiri program tahunan, program semseter, silabus dan rencana program
pengajaran, penyampaian materi pelajaran belum sungguh-sungguh, misalnya
menyuruh siswa menuliskan materi di papan tulis/atau membacakan dari buku teks
tanpa memberikan penjelasan atas materi yang dituliskan, pengelolaan kelas yang
masih belum maksimal.
Guru tidak membuat sendiri program tahunan, program semseter, silabus
dan rencana program pengajaran. Kinerja guru terkesan masih rendah karena tidak
rutinnya guru membuat persiapan mengajar, jarang menggunakan alat peraga,
metode mgajar yang digunakan belum sesuai dengan situasi dan kondisi anak.

Padahal teori mengharuskan guru membuat dan menguasai program tahunan,
program semester, silabus dan rencana program pengajaran. Bukti ini
menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah.
Sehubungan dengan deskripsi di atas, guru juga dituntut untuk dapat
menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya secara profesional. Guru yang
profesional dalam mendidik peserta didiknya akan berupaya mengembangkan
potensi yang ada pada peserta didik. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mampu
mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Peneliti Colquitt, Lepine, Wesson (2009:27) mengemukakan bahwa dua
hasil dalam perilaku organisasi adalah kinerja dan komitmen organisasi. Beberapa
faktor yang memengaruhi kinerja dan komitmen diantaranya meknisme individu
(kepuasan kerja, stres, motivasi, kepercayaan, keadilan, dan pengambilan
keputusan), karakteristik individu (kepribadian dan nilai-nilai budaya dan
kemampuan), mekanisme tim (karakteristik tim, proses tim, kekuasaan dan
pengaruh kepemimpinan, perilaku dan gaya kepemimpinan), dan mekanisme
organisasi (struktur organisasi dan budaya organisasi).
Senada dengan itu House dalam Robbins (2002:174) juga mengemukakan
Teori Path-Goal yang menyatakan bahwa ada dua kelompok situasi atau variabel
kontinjensi yang memperbaiki hubungan antara perilaku pemimpin dengan hasil
yaitu semua yang ada di lingkungan dan karakter pribadi bawahan.
Berdasarkan hasil analisis kedua pendapat teori Colquitt dan Path-Goal
ditemukan beberapa perbedaan variabel yang memengaruhi kinerja. Teori Colquitt
menyatakan bahwa kinerja tidak langsung dipengaruhi oleh mekanisme organisasi,
mekanisme kelompok, karakteristik individu, tetapi ketiganya terlebih dahulu

masih dipengaruhi oleh mekanisme individu. Sedangkan Teori Path-Goal
menyatakan bahwa kinerja langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya
perilaku pemimpin, lingkungan dan karakter bawahan.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan
komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan
maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Timpe (1992:32) menyatakan
bahwa faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat
seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi
dan tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan
orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan tidak memiliki upaya-upaya
untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku,
sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja
dan iklim organisasi. Senada dengan itu, Pidarta dalam Utami (2006:2)
mengemukakan,
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) iklim
sekolah, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah. Dengan
demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah akan
ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.
Dalam fungsinya sebagai penggerak para guru, kepala sekolah harus
mampu menggerakkan guru agar kinerjanya menjadi meningkat karena guru
merupakan ujung tombak untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Guru akan

bekerja secara maksimum apabila didukung oleh beberapa faktor dianatanya
adalah kepemimpinan kepala sekolah.
Penelitian Edmonds dalam Sagala (2007:90) memberi gambaran bahwa
kemampuan kepala sekolah menjadi motor penggerak utama pelaksanaan program
sekolah. Faktor-faktor tersebut menggambarkan dedikasi guru yang tinggi,
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi peserta didik dan
staf, pemantauan kemajuan peserta didik, iklim belajar yang positif, kesempatan
yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua dan masyarakat dalam program
sekolah.
Para ahli dalam Sagala (2008:151) juga menyatakan bahwa tidak ada
kepemimpinan yang baik untuk semua situasi, sehingga masing-masing memiliki
keunggulan yang berbeda-beda. Karena itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan
tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan pemimpin memperlakukan
semua unsur personel sacara manusiawi sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Kepemimpinan selalu memberikan

kesan

yang menarik, karena dalam

kepemimpinan diperlukan gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim lembaga
pendidikan dan satuan pendidikan.
Identitas di atas kontras dengan dewasa ini, beberapa kepala sekolah pun
terkadang cenderung menanggap bahwa manajemen sekolah hanya terikat pada
aspek pembelajarannya saja, sehingga terkadang justru mengganggap gurulah yang
memiliki tanggung jawab besar dalam aspek pembelajaran ini. Padahal aspek
manajemen pembelajaran bukan semata dari komponen aspek mengajar,
melainkan juga dari kondisi yang menyertai pembelajaran tersebut mutlak

diperhatikan. Hal ini menilik dengan apa yang diungkapkan Sagala (2007:53)
bahwa manajemen pembelajaran mencakup saling hubungan berbagai peristiwa
tidak hanya seluruh peristiwa pembelajaran dalam proses pengajaran tetapi juga
faktor logistik, sosiologis, dan ekonomis. Jika faktor logistik memusatkan pada
persoalan sarana dan prasarana pendukung manajemen, dan faktor ekonomis
menyangkut aspek pembiayaan, maka salah satu bentuk faktor sosiologis yang
sangat urgen adalah pola kepemimpinan kepala sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat problema di beberapa
sekolah, seperti ketiadaan sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan sekolah
kurang layak untuk proses pembelajaran, kurang tersedianya buku-buku paket
untuk guru maupun siswa. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ada beberapa
kepala sekolah yang cenderung kurang transparan dalam mengelola pembiayaan di
sekolahnya. Pada akhirnya, beberapa guru-guru mengeluh terhadap sikap kepala
sekolah tersebut, dan kondisi ini telah mengakibatkan komunikasi yang terjalin
antara kepala sekolah dan guru kurang harmonis, sehingga terkesan baik guru
maupun kepala sekolah berjalan sendiri-sendiri dalam melaksanakan tugas.
Kondisi ini memperlemah kepemimpinan, tanggung jawab kepala sekolah,
dan menurunkan partisipasi guru dalam menunjang kegiatan sekolah. Pada
akhirnya kinerja guru yang dihasilkan cenderung rendah, dan kepemimpinan
kepala sekolah juga kurang berjalan optimal karena kurangnya informasi tentang
pendidikan dan pelatihan yang mengarah satu sistem kinerja modern.
Ketidakharmonisan hubungan antara guru dan kepala sekolah tentu akan
membentuk iklim organisasi yang tidak kondusif bagi penyelenggaraan sistem
pendidikan di sekolah. Iklim organisasi yang sehat akan membuat para elemen

sekolah satu visi (visioner) dalam mencapai target-target keberhasilan dan
memberikan kenyamanan bagi penyelenggara sekolah untuk melakukan kerja
secara optimal. Di samping itu, iklim organisasi adalah salah satu bentuk faktor
sosiologis yang selayaknya dilibatkan dalam upaya membangun manajemen
pembelajaran yang efektif.
Nasution (2008:6) menyatakan bahwa rendahnya kinerja guru ini tentu
menjadi masalah serius karena dapat berakibat pada lemahnya fungsi sekolah itu
sendiri sebagai wahana sosialisasi dan pengembangan sumber daya manusia.
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai elementer faktor sosiologis dalam
manajemen pembelajaran jelas dituntut perannya dalam melakukan pembinaan,
pengawasan terhadap tugas-tugas para guru.
Selain itu, kepala sekolah juga merupakan pimpinan akademik, dengan
demikian ia harus mampu mengarahkan seluruh komponen (termasuk komponen
guru) dan potensi sekolah menuju perbaikan mutu pendidikan di sekolah yang ia
pimpin. Peran kepemimpinannya di sekolah harus terus dimobilisasi dan
dieksplorasi sedemikian rupa, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan bagi
kalangan guru. Kepala sekolah harus secara terus menerus mendorong para guru
untuk menggunakan berbagai macam teknik pengajaran, melakukan penelitian
berbagai tingkat sekolah, memanfaatkan rapat-rapat guru untuk membahas caracara perbaikan pengajaran, menyertakan para guru dalam merumuskan
perencanaan pembelajaran.
Salah satu penyebab yang diduga dapat memengaruhi hubungan kerja baik
antara kepala sekolah dengan guru adalah iklim organisasi yang sehat. Sebagus
apapun konsep yang direncanakan oleh kepala sekolah tidak bersikap demokratis

memperlakukan guru secara konsisten dan proporsional. Kepala sekolah dan para
juga harus membuat jalur-jalur komunikasi ke bawah dan ke samping. Dengan
demikian suasana terbuka, saling bersinergi, terjalinnya komunikasi verbal dan
behavioral dapat tercipta dan para guru pun akan semakin bersemangat dalam
melakukan kinerja karena iklim organisasi yang tercipta di sekolah tersebut.
Mendukung para guru untuk melakukan yang terbaik, dikarenakan adanya
apresiasi yang positif dari pimpinan sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan
memiliki pola pendekatan tersendiri. Pola pendekatan dalam kepemimpinan itu
akan melahirkan persepsi tertentu bagi para anggota yang dipimpinnya. Seluruh
komponen dalam lembaga pendidikan terutama para guru memiliki persepsi
tertentu kepada setiap kepala sekolah menyangkut kepemimpinannya pada
lembaga pendidikan harus memiliki keteladanan dan kecakapan dalam
memberdayakan seluruh anggotanya serta memberi arah yang jelas dalam
kepemimpinannya guna mencapai tujuan. Perilaku kepala sekolah inilah yang
membentuk persepsi para anggotanya tentang kepemimpinannya di sekolah.
Persepsi yang muncul tetunya berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masingmasing.
Berdasarkan fenomena di atas, maka dilakukan penelitian yang
berhubungan dengan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan
iklim organisasi dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

B. Identifikasi Masalah
Sebenarnya banyak variabel yang memengaruhi kinerja guru, tetapi dari
latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan atau
yang memengaruhi kinerja guru. Dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah
sering ditemui kesenjangan atau ketidakharmonisan hubungan guru dengan guru
dan guru dengan kepala sekolah. Pelaksanaan tugas guru terkesan asal jadi atau
sering lebih memerhatikan hak dari pada kewajiban. Hal ini berarti kepala sekolah
kurang mampu memberdayakan guru secara optimal. Guru bertugas sebagai
rutinitas saja dan masih banyak persoalan lain yang berhubungan dengan kinerja
guru, baik bersumber dari guru seperti intelegensi, sikap, kemampuan profesional
dan yang bersumber dari luar diri guru seperti keamanan, suasana atau iklim kerja,
kepemimpinan dan pengawasan.
Beberapa masalah yang memengaruhi kinerja guru tersebut antara lain: (1)
faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kinerja guru?, (2) apakah iklim
organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (3) apakah persepsi guru terhadap
kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kinerja guru?, (4) apakah
budaya organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (5) apakah kecerdasan
emosional berhubungan dengan kinerja guru?, (6) apakah kepuasan kerja
berhubungan dengan kinerja guru?, (7) apakah pengendalian stres berhubungan
dengan kinerja guru?, (8) apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja
guru?, (9) apakah motivasi berhubungan dengan kinerja guru?, (10) apakah
kebijakan pemerintah (kebijakan dan prosedur kepegawaian) memengaruhi kinerja
guru?

C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak uraian identifikasi masalah, serta mengingat pendapat
para ahli tentang hal-hal yang dapat memengaruhi kinerja guru, peneliti sangat
sadar bahwa seharusnya seluruh variabel yang mungkin memengaruhi kinerja guru
hendaknya diteliti. Agar penelitian ini terarah dan fokus, maka penelitian ini
dibatasai pada persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim
organisasi, dan kinerja guru di SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dalam penelitian ini dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala
sekolah dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?
2. Apakah terdapat hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA
Swasta Kecamatan Medan Tembung?
3. Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru
SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

2. Untuk mengetahui hubungan positif iklim organisasi dengan kinerja guru SMA
Swasta Kecamatan Medan Tembung.
3. Untuk

mengetahui

hubungan

positif

antara

persepsi

guru

tentang

kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama
dengan kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan secara
praktis.
a. Manfaat secara teoretis
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori tentang
persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, dan
kinerja guru SMA Swasta Kecamatan Medan Tembung.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian yang relevan dikemudian hari.

b. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi/masukan:
1. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kota Medan dalam pengambilan
kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru.
2. Bagi kepala sekolah untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka perbaikan
kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja guru.
3. Bagi guru-guru untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk
meningkatkan kinerjanya.

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik
disimpulkan sebagai berikut:
1.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kinerja guru dengan koefisien korelasi 0,521 dan memberikan sumbangan
yang efektif sebesar 25,31%. Hal ini dapat diartikan bahwa variasi yang
terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah
sebesar 25,31% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru.
Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan variabel persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah kategori tinggi 6,76%, kategori cukup sebesar
78,38%, kategori kurang sebesar 14,86% dan sedangkan kategori rendah 0%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini cenderung cukup yang
dibuktikan dengan 78,38% responden masuk dalam kategori cukup.

2.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa iklim organisasi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dengan koefisien korelasi
0,400 dan memberikan sumbangan yang efektif sebesar 14,07%. Hal ini dapat
diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel iklim organisasi sebesar
14,07% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil
pengujian kecenderungan variabel iklim organisasi kategori tinggi 6,76%,

kategori cukup sebesar 77,03%, kategori kurang sebesar 16,22% dan
sedangkan katgori rendah 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini
cenderung cukup yang dibuktikan dengan 77,03% responden masuk dalam
kategori cukup.
3.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja guru dengan koefisien
korelasi 0,628 dan memberikan sumbangan efektif sebesar 39,37%. Hal ini
dapat diartikan bahwa variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sebesar 39,37% dapat
diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan hasil pengujian
kecenderungan variabel kinerja guru kategori tinggi 28,38%, kategori cukup
sebesar 64,86%, kategori kurang sebesar 6,76% dan sedangkan katgori rendah
0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam penelitian
ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 64,86% responden masuk dalam
kategori cukup.

B. Implikasi
Simpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mempunyai
sejumlah implikasi penting terhadap upaya meningkatkan kinerja guru dalam
pembelajaran. Perumusan implikasi penelitian ini menekankan pada upaya
peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim
organisai sehingga kinerja guru dalam pembelajaran meningkat. Dengan

terciptanya kinerja guru yang baik merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas
pendidikan suatu sekolah karena salah satu faktor yang menentukan baik buruknya
kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai
bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat
diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun
masyarakat.
Untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran banyak faktor yang
dapat mempengaruhinya. Tinggi rendahnya kinerja guru tergantung pada faktor
yang mempengaruhi diri guru tersebut. Namun diantara berbagai faktor tersebut,
faktor persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi
merupakan faktor yang dikaji dalam penelitian ini.
Penelitian ini menemukan bahwa semua variabel prediktor yang diteliti
yakni persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi
dengan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
memberikan hubungan yang berarti terhadap kinerja guru. Oleh karena itu perlu
diperhatikan variabel prediktor ini untuk ditingkatkan agar kinerja guru dapat
ditingkatkan secara optimal untuk masa-masa yang akan datang, hal ini dapat
diketahui dari hasil uji kecenderungan variabel yang digunakan dalam penelitian
ini. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dapat
dilakukan sebagai berikut:
1.

Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini

cenderung cukup yang dibuktikan dengan 78,38% responden masuk dalam
kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
dan signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan persepsi guru
tentang kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru. Oleh
karena itu upaya pening

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN.

0 5 22

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SMK SWASTA KECAMATAN BINJAI KOTA.

0 1 32

HUBUNGAN BUDAYA MUTU DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN PERSEPSI KEPEMIMPINAN GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN MEDAN.

0 2 25

HUBUNGAN IKLIM ORGANISAI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 1 12

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU.

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 0 22

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU.

0 2 13

PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 1 BATURETNO WONOGIRI.

0 1 11

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Sek

0 1 16

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Sek

0 1 14