HUBUNGAN BUDAYA MUTU DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN PERSEPSI KEPEMIMPINAN GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN MEDAN.

(1)

ABSTRACT

Bukti Hutabarat, Quality and Cultural Relations with the Organizational Climate Perception of Teachers of Principal Leadership in Business Management SMK Negeri Medan. Thesis. Medan: Prodi Education Administration Graduate Program. UNIMED. Of 2012.

This study aims to describe and determine: (1). Cultural ties with the quality of teacher perceptions of principal leadership on the SMK Negeri Medan Business Management, (2). Relationship with perceptions of organizational climate on leadership principal teacher at SMK Negeri Medan Business Management, (3) The relationship of quality culture and organizational climate together with teachers' perceptions about the leadership of Principal Business Management Vocational School in Medan.

This study uses quantitative methods, the model used is the correlation and data analysis techniques are differential. The study population was all the teachers of SMK Negeri Medan Business management of active duty in the academic year 2011/2012, amounting to 170 people. Samples in this study were part of the population that numbers as many as 59 people. Determined by using Proportional Stratified Random Sampling. Techniques of data collection is done by using a questionnaire. Instruments used before it is used to capture the first data on the test validity by using Product Moment formula with 95% acceptance rate or at a significant level of 0.05, and tested its reliability by using Cronbach alpha formula (R11).

This study tested the normality of data distribution Chi squared variables with the formula, linearity and sense regression equations were tested with Analysis of Variance (ANAVA). Homogeneity was tested by Bartlett's formula and the independence test performed by the Product Moment formula. To test the hypothesis used partial correlation analysis of the first level and sense tested by t-test. Multiple correlation was tested by multiple regression analysis. From the results obtained (1) there is a positive and significant relationship between the Culture of Quality in Teacher Perceptions of Principal Leadership r1y correlation = 0.68, (2) there is a relationship between the Perceptions of Organizational Climate Leadership Principal Teacher of the correlation r2y = 0.52, and (3) there are multiple relationships Culture of Quality and Climate Organization together with the Master of Leadership Perceptions of School Principals with Ry correlation (1.2) = 0.61. In the present study also found greater relative contribution to the Cultural Quality of Teacher Perceptions of Principal Leadership for 65.57% and 33.99% for an effective contribution. While the relative contribution of Organizational Climate on Teacher Perceptions of Principal Leadership for 34.43% and 21.00% for an effective contribution.

The results of this study can be concluded that the variable Quality Culture and Organizational Climate can be used as a factor in determining the Teacher Perceptions of Principal Leadership in Business managament SMK Negeri Medan. Advice to the principal and related components to work to improve Quality Culture and Organizational Climate for Teacher Perceptions of Principal Leadership on the rise, thus the quality of education will increase as well.


(2)

i ABSTRAK

Bukti Hutabarat, Hubungan Budaya Mutu dan Iklim Organisasi dengan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Tesis. Medan: Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana. UNIMED. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui: (1). Hubungan budaya mutu dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah pada SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan; (2). Hubungan iklim organisasi dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah pada SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan; (3) Hubungan budaya mutu dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah pada SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, model yang digunakan adalah korelasi dan teknik analisis data adalah diferensial. Populasi penelitian ini adalah semua guru-guru SMK Negeri Bisnis Manajeman Kota Medan yang aktif bertugas pada tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 170 orang. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya sebanyak 59 orang. ditetapkan dengan menggunakan cara Stratified Proportional Random Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Instrumen yang dipakai sebelum digunakan untuk menjaring data terlebih dahulu di uji validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment dengan tingkat penerimaan 95% atau pada taraf signifikan 0,05, dan diuji Reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Cronbach alpha (r11).

Data penelitian ini diuji normalitas distribusi variabelnya dengan rumus Chi Kwadrat, linieritas dan keberartian persamaan regresi diuji dengan Analisis Varians (ANAVA). Homogenitas diuji dengan rumus Bartlett dan uji independensi dilakukan dengan rumus Product Moment. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis korelasi parsial jenjang pertama dan keberartiannya diuji dengan uji-t. Korelasi ganda diuji dengan analisis regresi ganda.

Dari hasil penelitian diperoleh (1) terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara Budaya Mutu dengan Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan korelasi r1y = 0,68; (2) terdapat hubungan antara Iklim Organisasi dengan Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan korelasi r2y = 0,52; dan (3) terdapat hubungan ganda Budaya Mutu dan Iklim Organisasi secara bersama-sama dengan Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan korelasi Ry (1,2) = 0,61. Dalam penelitian ini ditemukan juga besar sumbangan relatif Budaya Mutu terhadap Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah sebesar 65,57% dan sumbangan efektif sebesar 33,99%. Sedangkan sumbangan relatif Iklim Organisasi terhadap Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah sebesar 34,43% dan sumbangan efektif sebesar 21,00%.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel Budaya Mutu dan Iklim Organisasi dapat dijadikan sebagai faktor dalam menentukan Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMK Negeri Bisnis Manjemen Medan.

Saran kepada kepala sekolah dan komponen yang terkait untuk berupaya meningkatkan Budaya Mutu dan Iklim Organisasi agar Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah semakin meningkat, dengan demikian kualitas pendidikan akan semakin meningkat juga.


(3)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia-Nya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dengan baik dan selalu dalam keadaan sehat. Penulisan tesis ini merupakan kewajiban mahasiswa Pascasarjana Unimed dalam menyelesaikan perkuliahan Pascasarjana.

Tesis ini berjudul “HUBUNGAN BUDAYA MUTU DAN IKLIM

ORGANISASI DENGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH”. Studi Empiris di SMK Negeri Bisnis Manajemen Kota Medan 2012.

Usaha untuk menyelesaikan tesis ini telah saya lakukan dengan baik, namun demikian saya menyadari kemungkinan masih banyak kekurangan di sana sisi, baik penulisan, isi materinya maupun tutur katanya. Atas semua itu dengan hati yang ikhlas saya mengharapkan masukan dari para pembaca berupa kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini dikemudian hari.

Pada kesempatan ini juga, saya tidak tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada, yang terhormat :

1. Prof. Dr. Syaiful Sagala, S.Sos, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan waktu, arahan-arahan, curahan pikiran serta petunjuk-petunjuk kepada saya dari awal pembuatan tesis ini hingga selesai.

2. Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, Dr. Arif Rahman M.Pd, dan Dr. Zulkifli Matondang, M.Pd sebagai narasumber/dosen penguji yang telah banyak memberi masukan kepada saya.

3. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Unimed.

4. Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku direktur Pascasarjana Unimed.

5. Prof. Dr. Syaiful Sagala, S.Sos, M.Pd selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Prodi Administrasi Pendidikan.

6. Para Dosen di lingkungan Pascasarjana Unimed, yang telah menabur benih ilmu dan pengetahuan kepada saya selama perkuliahan.

7. Istri saya yang tercinta Dra. Rosty Sinaga yang selalu setia dan tabah mendampingi saya serta memberi dorongan kepada saya dalam melaksanakan perkuliahan hingga penulisan tesis ini.


(4)

iv 9. Anak-anakku yang baik Marvin Frans Sakti, ST, M.Si, Risky Pardomuan, Christian Marganda, S.Com dan Putriku Elisabeth Margaretha serta menantuku Lasma Juita Sianturi, S.Pd juga cucuku Marsya Yolanda yang selalu mengajak saya bercanda gurau yang membuat saya lebih bersemangat untuk menyelesaikan perkuliahan ini dengan cepat.

10. Kedua orang tua saya Ayahanda A. Hutabarat Alm dan Ibunda N. Br Simanjuntak Alm. Yang telah melahirkan, mengasuh dan membesarkan saya. 11. Mertua saya St. A. Sinaga (alm) / Br. Hutagalung (alm) / Br. Sihombing, yang

telah memberikan nasehat-nasehat kepada saya.

12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XVI khusus buat kelas A Reguler yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik waktu perkuliahan maupun dalam penulisan tesis ini.

13. Dan rekan-rekan lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual kepada saya.

Atas bantuan dan bimbingan yang saya terima, saya mengucapkan terimakasih dan berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan berkat dan rahmad-Nya kepada kita semua.

Akhirnya saya sampaikan semoga tesis ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat kepada pembangunan bangsa terutama bagi dunia pendidikan. Terimakasih.

Medan, Juli 2012 Penulis


(5)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Budaya Mutu ... 11

2. Hakikat Iklim Organisasi ... 20

3. Hakikat Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 24

B. Penelitian Yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 35

1. Hubungan Budaya Mutu dengan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 35

2. Hubungan Iklim Organisasi dengan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 36

3. Hubungan Budaya Mutu dan Iklim Organisasi dengan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 37

D. Paradigma Penelitian ... 38

E. Pengajuan Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode dan Teknik Penelitian ... 40

C. Populasi, Sampel ... 41

1. Populasi ... 41


(6)

vi

D. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46

F. Uji Coba Instrumen ... 50

G. Uji Validitas dan Releabilitas ... 51

1. Uji Validitas Angket ... 51

2. Uji Reliabilitas Angket ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 54

1. Uji Tingkat Kecenderungan ... 55

2. Uji Linieritas ... 56

3. Uji Normalitas ... 57

4. Uji Homogenitas ... 57

5. Uji Independensi ... 58

6. Hipoteis Penelitian... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 60

B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 64

C Uji Persyaratan ... 66

D. Pengujian Hipotesis ... 72

E. Temuan Penelitian ... 78

F Pembahasan ... 80

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A Simpulan ... 83

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 85


(7)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Pembuatan Tesis ... 40

Tabel 3.2 Distribusi Populasi Penelitian Berdasarkan Sekolah ... 42

Tabel 3.3 Sebaran Sampel Dalam Populasi ... 43

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Budaya Mutu ... 48

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrument Iklim Organisasi ... 49

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 50

Tabel 4.1 Ringkasan Karakteristik Data Dari Setiap Variabel Penelitian ... 60

Tabel 4.2 Ditribusi Frekuensi Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) ... 61

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Mutu (X1) ... 62

Tabel 4.4 Ditribusi frekuensi Variabel Iklim Organisasi (X2) ... 63

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) ... 64

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Budaya Mutu (X1) ... 65

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor dari Variabel Iklim Organisasi (X2) ... 65

Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Perhitungan Uji Normalitas Variabel Penelitian 67 Tabel 4.9 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) atas Budaya Mutu (X1) ... 68

Tabel 4.10 Ringkasan ANAVA untuk Persamaan Regresi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) atas Iklim Organisasi (X2) .... 69

Tabel 4.11 Hasil Homogenitas antar Variabel Penelitian ... 70

Tabel 4.12 Perhitungan Koefisien Korelasi antar Variabel Penelitian ... 71

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel Budaya Mutu ... 73

Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel Iklim Organisasi ... 74


(8)

ix Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Ganda... 75 Tabel 4.16 Ringkasan Analisis Korelasi Parsial dengan Uji – t

dari Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 76 Tabel 4.17 Bobot Sumbangan Masing-masing Variabel Bebas Terhadap


(9)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tata Hubungan Variabel Penelitian ... 38

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Skor Variabel Budaya Mutu (X1) ... 61

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Skor Variabel Iklim Organisai (X2) ... 62

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Skor Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) ... 63

Gambar 4.4 Grafik linearitas antara Variabel X1 terhadap Variabel Y... 67

Gambar 4.5 Grafik linearitas antara Variabel X2 terhadap Variabel Y... 68


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang semakin pesat mendorong perubahan di berbagai bidang kehidupan manusia. Pesatnya perkembangan tersebut akan berdampak luas dan menjadi beban berat bagi para pemimpin pendidikan. Dalam mendorong visi, misi dan melakukan pembaharuan (inovasi) di dalam suatu organisasi pendidikan, pemimpin organisasi sekolah tersebut akan dihadapkan pada berbagai masalah termasuk konflik yang timbul sebagai akibat dari adanya permasalahan dan perubahan.

Sebagai organisasi sekolah dengan berbagai permasalahan yang harus dipecahkan maka sekolah memiliki peranan dan posisi strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan baik secara makro maupun mikro dan peranan kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah menjadi faktor penting dalam upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif untuk proses pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan seperti yang digariskan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional.

Menurut Hoy & Miskel, (2001). Sebagai sistem organisasi terbuka maka sekolah memiliki 2 (dua) aspek lingkungan yang strategis dalam mempengarui pelaksanaannya, yaitu lingkungan internal dan eksternal sekolah. Lingkungan luar (external environment) dan lingkungan dalam (internal environment) sekolah saat ini telah memberikan perubahan penting dalam proses penyelenggaraan sekolah. Perubahan lingkungan internal sekolah saat ini diantaranya visi dan misi sekolah, motivasi dan kognisi kepala sekolah, guru-guru dan para tenaga administrasi (tata


(11)

2

usaha) sekolah, struktur sekolah, orientasi budaya mutu sekolah dan lain sebagainya. Perubahan lingkungan eksternal sekolah diantaranya adalah perubahan undang-undang sistem pendidikan nasional, budaya masyarakat, harapan orang tua dan masyarakat luas, kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah dan lain sebagainya.

Wahjosumidjo (1999:145) menyebutkan sekolah sebagai organisasi di dalamnya terhimpun kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Selanjutnya dikatakan kelompok-kelompok manusia yang dimaksud, adalah sumber daya manusia yang terdiri dari: kepala sekolah, guru, tenaga administrasi kelompok peserta didik atau siswa, dan kelompok orang tua siswa. Hal ini menuntut bahwa seharusnya sekolah mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang bervariasi, agar mereka dapat mandiri, produktif, potensial dan berkualitas.

Guru merupakan komponen utama dalam penyelenggaraan pendidikan secara teknis di sekolah. Ditangan gurulah semua proses pemberdayaan sumber daya instrumental dan sumber daya manusia berlangsung secara efisien dan efektif demi tercapainya tujuan pendidikan. Semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran di kelas misalnya materi, media, sarana dan prasarana serta dana pendidikan tidak akan memberikan dukungan yang maksimal jika guru tidak memiliki kemampuan manajemen pembelajaran yang baik.

Untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada tingkat profesionalisme guru. Menurut Rice dan Bishopricle (1971:121) guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam


(12)

3

melaksanakan tugasnya sehari-hari. Guru merupakan komponen utama dalam penyelenggaraan pendidikan secara teknis di sekolah. Ditangan gurulah semua proses pemberdayaan sumber daya manusia berlangsung secara efisien dan efektif demi tercapainya tujuan pendidikan.

Pemerintah telah berupaya memberikan bantuan kepada peningkata mutu pendidikan berupa pelatihan-pelatihan guru, penataran, lokakarya, studi banding dan bahkan telah memberikan peningkatan kesejahteraan kepada huru melalui sertifikasi guru dengan penambahan gaji sebesar gaji pokok bagi guru yang sudah mendapat sertifikasi, namun peningkatan mutu pendidikan belum memberikan perkembangan yang berarti untuk peningkatan kualitas pendidikan.

Hal ini menandai bahwa pada kenyataannya pendidikan kita masih bermasalah. Sebagian guru belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik di sekolah Hal ini juga sependapat apa yang dikemukakan Rusdi dan Ester (2009:21) guru masih kesulitan dalam menentukan metode mengajar yang tepat. Selanjutnya Mutmainah (2008:1) mengungkapkan pembelajaran yang dilakukan guru di lapangan masih menggunakan cara konvensional (mencatat buku, ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok biasa) yang berbasis konten (concent based). Hal ini akan mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh si guru.

Hal ini juga senada apa yang dikemukakan oleh Purba (2009:91) menyatakan salah satu persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa ini adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Kenyataannya masih ditemukan kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah dan kurang terampil.


(13)

4

Demikian juga yang terjadi di SMK BM Kota Medan, guru disini masih bermasalah. Hal ini terlihat melalui studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan oktoberi 2011 yang lalu menunjukkan kinerja yang kurang baik. Dari hasil pengamatan yang dilakukan ditemukan 50 orang orang guru dari 170 atau 29,4 % tidak membuat sendiri silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) ditandai dengan bahwa silabus dan RPP yang dimiliki adalah bahan fotocopi dari teman-temannya yang lain, tidak memiliki bahan ajar yang sesuai dengan materi pembelajaran, masih emosional dalam memberi pengarahan, pengajaran, motivasi atau bimbingan tidak dengan penuh kasih sayang, datang terlambat, dan masih mengutamakan kepentingan keluarga daripada kepentingan pekerjaan sekolah atau mengajar hal ini ditandai dengan masih seringnya guru tidak hadir dengan alasan keluarga atau pesta.

Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru di SMK Negeri BM Kota Medan masih bermasalah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru. Teori yang dikemukakan oleh Gibson (1987:25) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja yaitu (1) faktor individu yaitu kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang; (2) faktor psikologis yaitu : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja; dan (3) faktor organisasi yaitu : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, dan sistem penghargaan.

Uraian ini menyatakan bahwa kinerja guru dapat diperbaiki melalui persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah, memperbaiki budaya, iklim yang harmonis di sekolah itu. Bila persepsi seseorang baik terhadap pimpinan, maka kinerjanyta akan semakin baik. Sedangkan persepsi seseorang akan


(14)

5

semakin baik pula bila melihat atau merasakan budaya yang baik dan iklim yang hasmonis di sekolah itu.

Lingkungan yang berubah setidaknya akan mengarah pada 2 (dua) kondisi yaitu kondisi yang diharapkan atau tidak sesuai dengan yang diharapkan (das sein dan das sollen). Sesuai dengan harapan berarti akan memberikan kepuasan (satisfaction) kepada pelanggan (kastemer) sekolah, sedangkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan berarti tidak memberikan kepuasan kepada pelanggan (kastemer) sekolah sehingga pada akhirnya suatu perubahan harus diarahkan, dibina dan dikembangkan pada kondisi yang dapat mencapai tujuan sekolah. Dalam hal inilah terletak tugas besar seorang pemimpin sekolah atau kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki wewenang secara formal dan juga bisa secara kharismatik sebagai pemimpin sekolah sehingga kepemilikan wewenangnya muncul sebuah kekhawatiran yang besar apabila kepala sekolah kurang bisa memimpin sekolah dalam kondisi perubahan yang tepat. Keberhasilan kepala sekolah dalam mengendalikan sekolahnya tidak akan terlepas dari kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin baik dalam kemampuan tehnical skills maupun managerial skills dalam merespon segala perubahan yang terjadi.

Perubahan lingkungan sekolah juga akan turut mempengaruhi perkembangan budaya organisasi sekolah sebagai suatu entitas. Entitas budaya suatu sekolah mencerminkan prilaku kelompok yang khas sebagai suatu kesatuan (team). Budaya akan mengarahkan organisasi pada kondisi-kondisi yang kondusif untuk pencapaian tujuan organisasi sekolah.


(15)

6

Permasalahan kepemimpinan kepala sekolah SMK Negeri Bisnis Manajemen di kota Medan saat ini adalah kepala sekolah seringkali terjebak dalam kegiatan rutinitas dan belum melakukan upaya peningkatan mutu sekolah sebagai tempat pembelajaran yang lebih baik (School as a place for better learning).

Salah satu tujuan utama suatu organisasi pendidikan adalah bagaimana memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada para pengguna pendidikan. Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu dibangun suatu budaya yang memberikan kepuasan kerja kepada personil organisasi melalui suatu iklim organisasi yang kondusif. Iklim organisasi sangat mempengaruhi kinerja suatu organisasi, mengingat kinerja berangkat dari perilaku organisasi yang erat hubungannya dengan suasana psikologis dan ekologi dari institusi dan kondisi sekolah. Berdasarkan konteks pendidikan saat ini yaitu diharapkan adanya partisipasi aktif dari semua personil sekolah dan masyarakat, maka pembentukan budaya mutu yang mendukung tujuan organisasi oleh kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu hal prioritas dalam keberhasilan pencapaian pendidikan yang bermutu. Menurut Colley (1992) tidak dipahaminya sekolah sebagai suatu organisasi dikhawatirkan akan terjadi kehilangan identitas budaya sebagai suatu organisasi yang harus mengedepankan jiwa, tekad dan semangat secara kebersamaan, kolektifitas, kolegalitas dan mutual learning.

Sementara itu pencapaian tujuan organisasi sekolah merupakan suatu hasil dari kerjasama antara komponen yang ada di dalam organisasi tersebut sehingga organisasi sering dikatakan sebagai suatu sistem. Kerangka tersebut merupakan suatu pandangan yang melihat bahwa pencapaian tujuan organisasi sekolah tidak


(16)

7

akan tercapai manakala entitas organisasi tidak berfungsi. Dalam konteks ini, budaya organisasi merupakan hal yang harus dibina dan dikembangkan supaya membentuk suatu kekuatan yang sinergis dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Robbin (2002:247) “Budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain”. Dalam konteks sekolah, Colley (1992:7) menyebutkan bahwa “setiap sekolah memiliki budaya yang unik yang tidak akan sama dengan sekolah yang lainnya”. Begitu juga Menurut Schein (1992) pentingnya pemahaman terhadap budaya organisasi bagi pencapaian tujuan organisasi. Dalam pandangannya bahwa pembelajaran, perkembangan dan perubahan terencana didalam suatu organisasi tidak akan dipahami tanpa mempertimbangkan aspek budaya sebagai sumber utama dalam keberhasilan perubahan yang diharapkan.

B. Identifkasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa faktor yang dianggap berhubungan dengan budaya mutu antara lain: (1) Faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah di SMK? (2) Bagaimana kecenderungan persepsi kepemimpinan Kepala Sekolah di SMK? (3) Bagaimana kecenderungan budaya mutu di SMK ? (4) Bagaimana kecenderungan iklim organisasi di SMK? (5) Apa ada hubungan budaya mutu dengan persepsi kepemimpinan Kepala sekolah? (6) Apa ada hubungan iklim organisasi dengan persepsi kepemimpinan Kepala sekolah? (7) Apakah penghargaan material maupun nonmaterial berhubungan dengan persepsi kepemimpinan Kepala sekolah? (8) Apakah kebijaksanaan kepala sekolah tentang


(17)

8

penempatan orang dalam suatu jabatan berhubungan dengan budaya mutu? (9) Apakah ada hubungan tingkat pendidikan dengan persepsi kepemimpinan Kepala sekolah? (10) Apakah ada hubungan budaya mutu dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan persepsi kepemimpinan Kepala sekolah?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan arah penulisan penelitian ini kepada tujuan penulisan, maka pembatasan masalah sangat diperlukan. Banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, namun dalam lingkup penelitian ini yang diteliti hanya membatasi sampai sejauh mana hubungan budaya mutu dan iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala SMK Negeri Bisnis Manajemen Kota Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan budaya mutu dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan?

2. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan iklim organisasi dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan?


(18)

9

3. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan budaya mutu dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan: 1. Hubungan budaya mutu dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala

sekolah pada SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan.

2. Hubungan iklim organisasi dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah pada SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan.

3. Hubungan budaya mutu dan iklim organisasi secara bersama-sama dengan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah pada SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang dapat digunakan dalam menguji kebenaran hubungan variabel budaya mutu dan iklim organisasi dengan variabel persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah. Berdasarkan hal itu manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Secara teoritis, dapat digunakan untuk memperluas wawasan dan khasanah

pengetahuan mengenai strategi, meningkatkan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah melalui budaya mutu dan iklim organisasi pada suatu lembaga pendidikan


(19)

10

2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan kepala sekolah/guru, maupun segenap pengelola Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Negeri Medan, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah dalam hal ini kualitasnya. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun program perbaikan dan peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah melalui perbaikan budaya mutu dan iklim organisasi.


(20)

83

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif antara budaya mutu dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel budaya mutu terhadap variabel persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah adalah sebesar 33,99%. Jumlah responden yang termasuk kategori tinggi 14 orang (23,7%), kategori cukup 23 orang (38,9%), kategori kurang 17 orang (28,9%) dan kategori rendah 5 orang (8,5%). Dari itu dapat dikatakan bahwa budaya mutu masih tergolong cukup, karena presentase kecenderungannya lebih banyak responden pada kategori cukup yaitu 38,9%.

2. Terdapat hubungan yang positif antara iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan sebesar 21,00%. Jumlah responden yang termasuk kategori tinggi 17 orang (28,8%), kategori cukup 20 orang (33,9%), kategori kurang 17 orang (28,8%) dan kategori rendah 5 orang (8,5%). Dari itu dapat dikatakan bahwa iklim organisasi masih tergolong cukup, karena presentase kecenderungannya lebih banyak responden pada kategori cukup yaitu 33,9%.


(21)

84

3. Terdapat hubungan yang positif antara budaya mutu dan iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel budaya mutu dan iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. adalah sebesar 54,99%. Kecenderungan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang termasuk kategori tinggi adalah 17 orang (28,8%), kategori cukup 20 orang (33,9%), kategori kurang 19 orang (32,2%) dan kategori rendah 3 orang (5,1%). Dari itu dapat dikatakan bahwa persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah masih tergolong cukup, karena presentase kecenderungannya lebih banyak responden pada kategori cukup yaitu 33,9%.

B. Implikasi

1. Upaya Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah melalui Budaya Mutu

Penting bagi kepala sekolah melatih dan membiasakan diri untuk mendengarkan, mencari informasi yang jelas, sehingga nilai-nilai dasar yang merupakan perekat dan ciri khas organisasi yang bisa membedakan dasar suatu organisasi dengan organisasi lainnya juga ditularkan kepada setiap personal baru organisasi untuk mendapatkan keunggulan dan kelebihan mutu dari organisasi setiap sekolah. Oleh karena itu budaya mutu sekolah diupayakan oleh kepala sekolah tercipta dengan baik sehingga setiap anggota organisasi yang lama maupun yang baru mempunyai persepsi yang baik tentantang kepemimpinan sekolah, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik.


(22)

85

2. Upaya Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah melalui Iklim Organisasi

Penting bagi kepala sekolah sebagai pemimpin di dalam sekolah untuk menciptakan iklim organisasi yang baik untuk menggerakkan segala sumber daya manusia yang ada pada dirinya. Apabila iklim organisasi hanya memiliki kategori cukup, maka kebijakan-kebijakan yang diambil akan selalu mengakibatkan buruknya persepsi guru tentang kepemimpinannya tersebut. Oleh kerena itu perlu dilakukan upaya peningkatan iklim organisasi yang semakin baik dan kondusif sehingga persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah semakin baik sehingga guru dalam melaksanakan tugas semakin baik dan termotivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik dengan demikian tujuan sekolah dapat tercapai. Sebagai pemimpin kepala sekolah merupakan orang yang turut menentukan menyangkut kebijakan yang berkenaan dengan kelangsungan sistem organisasi, pemberian kompensasi, penghargaan dan hal lainnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka disarankan:

1. Disarankan kepada Kepala Sekoalah, sebaiknya perlu memiliki dan meningkatkan kualitas kepemimpinannya. Kepala sekolah dalam pengambilan keputusan mempertinggi budaya partisipatif dengan cara mengikutsertakan pihak-pihak terkait seperti guru dan pegawai. Keikutsertaan pihak-pihak terkait di atas akan mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap hasil keputusan yang dibuat, misalnya dalam tugas tambahan siswa, dana partisipasi, serta pemasaran output. Dengan demikian persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan semakin baik sehingga guru dapat menunjukkan kinerja yang baik pula.


(23)

86

2. Disarankan kepada guru untuk menciptakan budaya mutu yang mengacu kepada etika dan sistem nilai yang berkembang dalam organsiasi sekolah. 3. Disarankan kepala sekolah dan guru mengelola tanggung jawab yang menjadi

tugas dan menciptakan suasana kerja yang kondusif.

4. Disarankan kepada peneliti lain yaitu supaya dapat menjadi bahan pertimbangan baginya dalam mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, budaya mutu dan iklim organisasi.


(24)

87

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Balai Pustaka.

Azwar, Saifuddin. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustka Pelajar. Beach, L. R. (1993). Making The Right Decision: Organizational Culture, Vision

and Planning: New Jersey: Englewood Clifs.

Barnett, Kerry., McCorminck, John, & Conners, Robert (1999). A Study of The Leadership Behaviour od School Principals and School Learning Culture and Selected New South Wales State Secondary Schools. University of New South Wales.

Cochran, William G. (1974). Sampling Technique, Ahli Bahasa Rudiansyah, dkk. Universitas Indonesia, Jakarta.

Colley, Cenna M. (1992). Coming To Know a School Culture. Virginia: Faculty Of Virginia Polytytechnic Institute and State University.

Elmore, Richards F. (2000). Building a New Structure for School Leadership. Washington, DC.: Albert Shanker Institute.

Fiske, E. B. (1998). Decentralization of Education: Politics and Consensus. Diterjehmahkan Joyo Sumantri. Jakarta: Rajawali.

Foster, Rosemary ang Goddard, Tim. (2003). Leadership nad Culture in School in Northern British Columbia: Bridge Building and/or re-balancing act. Canadian Jurnal of Educational Administration and Policy. Internet: diakses tanggal 12 Juni 2011 pukul 10.00 WIB.

Gibson, Ivanhevich, Donnelly. (1996). Organisasi. Edisi Kedelapan, Jilid 2, Jakarta: Bina Aksara.

Good, Carter, Cart. AD. (1973). Dictionary of Education. Third Edition. New York: McGraw Hill Book Company.

Hoy, Wayne. K. & Miskel, CecilG. (2001). Educational Administration: Theory Research, and Practise (Sixth Edition). New York: McGraw Hill.

Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(25)

88

Lidwin, g dan P. Stringers. (1986). Climate and Motivation. An Experimental Study in Harvard University.

Nawawi, Hadari. (2000). Kepemimpinan yang EfektifI. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nitisemito, A. Dale. (1993). Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahmat, J. (1994). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Razik, Taher A. & Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concept Of

Educational Leadership ang Management. Columbus-Ohio: Prentice Hall. Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Mancanan Jaya cemerlang.

Ruky, Achmad S. (1992). Menjadi seorang Manajer Internasional: Dengan Ketrampilan Manajerial dan Komunikasi Budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sagala, H.S 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung Alfabeta. _________ 2008. Budaya dan Reiventing Organisasi. Bandung Alfabeta.

Satori, Djaman. (2001). Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Makala Depdiknas: Bandung.

Schein, Edgar H. (1992). Organitional Culture and Leadership (Second Edition). California:McMilan International Publishing Group.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.


(1)

83 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif antara budaya mutu dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel budaya mutu terhadap variabel persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah adalah sebesar 33,99%. Jumlah responden yang termasuk kategori tinggi 14 orang (23,7%), kategori cukup 23 orang (38,9%), kategori kurang 17 orang (28,9%) dan kategori rendah 5 orang (8,5%). Dari itu dapat dikatakan bahwa budaya mutu masih tergolong cukup, karena presentase kecenderungannya lebih banyak responden pada kategori cukup yaitu 38,9%.

2. Terdapat hubungan yang positif antara iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan sebesar 21,00%. Jumlah responden yang termasuk kategori tinggi 17 orang (28,8%), kategori cukup 20 orang (33,9%), kategori kurang 17 orang (28,8%) dan kategori rendah 5 orang (8,5%). Dari itu dapat dikatakan bahwa iklim organisasi masih tergolong cukup, karena presentase kecenderungannya lebih banyak responden pada kategori cukup yaitu 33,9%.


(2)

3. Terdapat hubungan yang positif antara budaya mutu dan iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel budaya mutu dan iklim organisasi dengan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMK Negeri Bisnis Manajemen Medan. adalah sebesar 54,99%. Kecenderungan persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang termasuk kategori tinggi adalah 17 orang (28,8%), kategori cukup 20 orang (33,9%), kategori kurang 19 orang (32,2%) dan kategori rendah 3 orang (5,1%). Dari itu dapat dikatakan bahwa persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah masih tergolong cukup, karena presentase kecenderungannya lebih banyak responden pada kategori cukup yaitu 33,9%.

B. Implikasi

1. Upaya Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah melalui Budaya Mutu

Penting bagi kepala sekolah melatih dan membiasakan diri untuk mendengarkan, mencari informasi yang jelas, sehingga nilai-nilai dasar yang merupakan perekat dan ciri khas organisasi yang bisa membedakan dasar suatu organisasi dengan organisasi lainnya juga ditularkan kepada setiap personal baru organisasi untuk mendapatkan keunggulan dan kelebihan mutu dari organisasi setiap sekolah. Oleh karena itu budaya mutu sekolah diupayakan oleh kepala sekolah tercipta dengan baik sehingga setiap anggota organisasi yang lama maupun yang baru mempunyai persepsi yang baik tentantang kepemimpinan sekolah, sehingga tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik.


(3)

2. Upaya Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah melalui Iklim Organisasi

Penting bagi kepala sekolah sebagai pemimpin di dalam sekolah untuk menciptakan iklim organisasi yang baik untuk menggerakkan segala sumber daya manusia yang ada pada dirinya. Apabila iklim organisasi hanya memiliki kategori cukup, maka kebijakan-kebijakan yang diambil akan selalu mengakibatkan buruknya persepsi guru tentang kepemimpinannya tersebut. Oleh kerena itu perlu dilakukan upaya peningkatan iklim organisasi yang semakin baik dan kondusif sehingga persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah semakin baik sehingga guru dalam melaksanakan tugas semakin baik dan termotivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik dengan demikian tujuan sekolah dapat tercapai. Sebagai pemimpin kepala sekolah merupakan orang yang turut menentukan menyangkut kebijakan yang berkenaan dengan kelangsungan sistem organisasi, pemberian kompensasi, penghargaan dan hal lainnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka disarankan:

1. Disarankan kepada Kepala Sekoalah, sebaiknya perlu memiliki dan meningkatkan kualitas kepemimpinannya. Kepala sekolah dalam pengambilan keputusan mempertinggi budaya partisipatif dengan cara mengikutsertakan pihak-pihak terkait seperti guru dan pegawai. Keikutsertaan pihak-pihak terkait di atas akan mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap hasil keputusan yang dibuat, misalnya dalam tugas tambahan siswa, dana partisipasi, serta pemasaran output. Dengan demikian persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan semakin baik sehingga guru dapat menunjukkan kinerja yang baik pula.


(4)

2. Disarankan kepada guru untuk menciptakan budaya mutu yang mengacu kepada etika dan sistem nilai yang berkembang dalam organsiasi sekolah. 3. Disarankan kepala sekolah dan guru mengelola tanggung jawab yang menjadi

tugas dan menciptakan suasana kerja yang kondusif.

4. Disarankan kepada peneliti lain yaitu supaya dapat menjadi bahan pertimbangan baginya dalam mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, budaya mutu dan iklim organisasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Balai Pustaka.

Azwar, Saifuddin. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustka Pelajar. Beach, L. R. (1993). Making The Right Decision: Organizational Culture, Vision

and Planning: New Jersey: Englewood Clifs.

Barnett, Kerry., McCorminck, John, & Conners, Robert (1999). A Study of The Leadership Behaviour od School Principals and School Learning Culture and Selected New South Wales State Secondary Schools. University of New South Wales.

Cochran, William G. (1974). Sampling Technique, Ahli Bahasa Rudiansyah, dkk. Universitas Indonesia, Jakarta.

Colley, Cenna M. (1992). Coming To Know a School Culture. Virginia: Faculty Of Virginia Polytytechnic Institute and State University.

Elmore, Richards F. (2000). Building a New Structure for School Leadership. Washington, DC.: Albert Shanker Institute.

Fiske, E. B. (1998). Decentralization of Education: Politics and Consensus. Diterjehmahkan Joyo Sumantri. Jakarta: Rajawali.

Foster, Rosemary ang Goddard, Tim. (2003). Leadership nad Culture in School in Northern British Columbia: Bridge Building and/or re-balancing act. Canadian Jurnal of Educational Administration and Policy. Internet: diakses tanggal 12 Juni 2011 pukul 10.00 WIB.

Gibson, Ivanhevich, Donnelly. (1996). Organisasi. Edisi Kedelapan, Jilid 2, Jakarta: Bina Aksara.

Good, Carter, Cart. AD. (1973). Dictionary of Education. Third Edition. New York: McGraw Hill Book Company.

Hoy, Wayne. K. & Miskel, CecilG. (2001). Educational Administration: Theory Research, and Practise (Sixth Edition). New York: McGraw Hill.

Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

Lidwin, g dan P. Stringers. (1986). Climate and Motivation. An Experimental Study in Harvard University.

Nawawi, Hadari. (2000). Kepemimpinan yang EfektifI. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nitisemito, A. Dale. (1993). Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahmat, J. (1994). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Razik, Taher A. & Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concept Of

Educational Leadership ang Management. Columbus-Ohio: Prentice Hall. Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Mancanan Jaya cemerlang.

Ruky, Achmad S. (1992). Menjadi seorang Manajer Internasional: Dengan Ketrampilan Manajerial dan Komunikasi Budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sagala, H.S 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung Alfabeta. _________ 2008. Budaya dan Reiventing Organisasi. Bandung Alfabeta.

Satori, Djaman. (2001). Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Makala Depdiknas: Bandung.

Schein, Edgar H. (1992). Organitional Culture and Leadership (Second Edition). California:McMilan International Publishing Group.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN.

0 5 22

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KULTUR ORGANISASI DENGAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kultur Organisasi Dengan Kinerja Guru Sd Muhammadiyah I Surakarta.

0 2 22

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN DELI SERDANG.

0 0 37

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU SMA SWASTA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

0 3 46

HUBUNGAN IKLIM ORGANISAI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 1 12

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU.

0 0 13

HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMK NEGERI BISNIS MANAJEMEN KOTA MEDAN.

0 1 39

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA MEDAN.

0 0 22

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU.

0 2 13

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU, IKLIM ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru dan Kinerja Sek

0 1 16