ANALISIS KUALITAS AIR LAUT BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA SERTA KANDUNGAN LOGAM BERAT DI KAWASAN INDUSTRI PESISIR PANTAI SIBOLGA.

(1)

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA SERTA KANDUNGAN LOGAM BERAT

DI KAWASAN INDUSTRI PESISIR PANTAI SIBOLGA

Oleh:

Syahyuni Mahyum NIM 408221049 Program Studi Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012


(2)

(3)

iv

-KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sain, di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Analisis Kualitas Air Laut Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia serta Kandungan Logam Berat di Kawasan Industri Pesisir Pantai sibolga”.

Penelitian ini didasarkan atas hasil penelitian lapangan di Pesisir Pantai Kota Sibolga. Pengujian sampel dilakukan di Lab. Fisika Bumi FMIPA Unimed dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Medan. Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2012 hingga Juli 2012.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan judul proposal penelitian sampai penyusunan skripsi, antara lain Bapak Drs. Rahmatsyah, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi dan Ibu Rita Juliani, S.Si, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Ibu Dra. Derlina, M.Si selaku Ketua Jurusan serta Bapak Pintor Simamora selaku Ketua Prodi Non Kependidikan dan juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Khairul Amdani, M.Si sebagai dosen penguji I, Ibu Dra. Eva marlina Ginting, M.Si sebagai dosen penguji II dan Bapak Drs. Rappel Situmorang, M.Si sebagai dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak/Ibu dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya di jurusan Fisika selama penulis mengikuti perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kepala Kelurahan Aek habil Sibolga yang telah membantu penulis dalam penelitian .


(4)

v

Ucapan terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tua penulis antara lain ayahanda Gumri Asba dan Ibunda RosLaily Hasibuan yang telah merawat dan memberikan penulis kasih sayang yang melimpah sampai dewasa ini dan juga ucapan terima kasih kepada kakak dan adik penulis yaitu Rina Amelia, S.Psi dan Putri Asmarani yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga ucapan terima kasih kepada teman-teman penulis yaitu Rodiah Ulfah Lubis, Sriwahyuni Harahap, Sriwahyuni Batubara, Eka Putri Wulandari, Ester M.C. Barus, Rohani Debora Ginting, Husaeni rajagukguk, Indra J.P. Nababan, Wanry Lumbanraja, Dicky handika dan Briptu. Taufik Kurrahman yang telah memberikan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan sampai saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi penulis juga manusia yang tidak pernah lepas dari khilaf dan salah baik dalam penulisan maupun kekurangan yang lainnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

Medan, 28 Agustus 2012 Penulis

Syahyuni Mahyum NIM 408221049


(5)

iii

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA SERTA KANDUNGAN LOGAM BERAT

DI KAWASAN INDUSTRI PESISIR PANTAI SIBOLGA

Syahyuni Mahyum 408221049

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas air laut di kawasan industri pesisir pantai Sibolga berdasarkan parameter fisika,kimia dan kandungan logam berat.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu menganalisis parameter fisika, kimia dan kandungan logam berat dengan alat yaitu thermometer untuk mengukur suhu, konduktivitimeter untuk mengukur konduktivitas dan salinitas, pH meter untuk mengukur pH sampel, untuk kandungan logam berat menggunakan alat ICP dan untuk parameter kimia lainnya dengan titrasi. Warna, rasa, bau, lapisan minyak, sampah dilakukan langsung di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan industri yang tercemar berdasarkan parameter kecerahan untuk semua jenis industri tergolong tercemar, parameter suhu untuk semua jenis industri tergolong perairan yang baik, parameter salinitas untuk semua jenis industri tergolong perairan yang tercemar, parameter warna untuk semua industri tergolong perairan yang baik, parameter bau untuk industri I,II,III dan V tergolong perairan yang tercemar, parameter rasa untuk industri III dan V tergolong perairan yang tercemar, parameter lapisan minyak yaitu terdapat pada industri I,II dan III, parameter pH untuk semua industri tergolong baik, parameter DO untuk semua industri tergolong tercemar, parameter BOD untuk industri V tergolong sedang. Kandungan timbal untuk industri III,IV,V tergolong perairan yang tercemar, kandungan kadmium untuk industri V tergolong perairan yang sedang, kandungan tembaga untuk industri I,II tergolong perairan yang tercemar dan industri III,IV,V tergolong perairan yang sedang, kandungan Arsen untuk semua industri tergolong perairan yang baik.


(6)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Batasan Masalah 4

1.3Rumusan Masalah 4

1.4Tujuan Penelitian 4

1.5Manfaat Penelitian 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kualitas Air secara Fisika dan Kimia 6

2.1.1 Warna 6

2.1.2 Bau 6

2.1.3 Rasa 6

2.1.4 Suhu 6

2.1.5 Intensitas Cahaya 8

2.1.6 Kondutivitas 8

2.1.7 Dissolved Oxygen (DO) 9

2.1.8 BOD dan COD 11

2.1.9 Salinitas 12


(7)

vii

2.1.11 Oksigen Terlarut 14

2.2Pencemaran 15

2.2.1 Logam Berat 17

2.2.2 Karakteristik Logam Berat 19

2.2.2.1Kadmium (Cd) 19

2.2.2.2Plumbum-Timah hitam (Pb) 20

2.2.2.3Arsen (As) 22

2.2.2.4Tembaga (Cu) 24

2.2.3 Kandungan Logam Berat Dalam Perairan 24 2.2.4 Kandungan Logam Berat Dalam Tubuh Ikan 25

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1Tempat dan Waktu Penelitian 28

3.2Alat dan Bahan 28

3.3Prosedur Penelitian 30

3.4Teknik Pengambilan Data 41

3.5Analisa Data 41

3.6Diagram Alir 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 44

4.2. Pembahasan 47

4.2.1. Parameter Fisika 47

4.2.1.1. Kecerahan 47

4.2.1.2. Suhu 49

4.2.1.3. Konduktivitas 50

4.2.1.4. Warna 51

4.2.1.5. Bau 52

4.2.1.6. Rasa 52

4.2.1.7. Lapisan Minyak 53


(8)

viii

4.2.2. Parameter Kimia 54

4.2.2.1. pH 54

4.2.2.2. DO 55

4.2.2.3. BOD 57

4.2.2.4. Salinitas 58

4.2.3. Kandungan Logam Berat 60 4.2.3.1. Logam Timbal (Pb) 60 4.2.3.2. Logam Kadmium (Cd) 62 4.2.3.3. Logam Tembaga (Cu) 63 4.2.3.4. Logam Arsen (As) 65 4.2.4. Hubungan Antara Parameter 66 4.2.4.1. Hubungan Antara Parameter Konduktivitas dan Suhu 66 4.2.4.2. Hubungan Antara Parameter Salinitas dan Suhu 67 4.2.4.3. Hubungan Antara Parameter Konduktivitas dan Salinitas 68 4.2.4.4. Hubungan Antara Parameter DO dan BOD 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 70

5.2. Saran 73


(9)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Ikan yang mati karena kekurangan oksigen 11 Gambar 2.2. Kadmium (Cd) dalam bentuk padatan 19 Gambar 2.3. Timbal (Pb) dalam bentuk padatan 21 Gambar 2.4. Arsen (As) dalam bentuk padatan 22 Gambar 2.5. Tembaga (Cu) dalam bentuk padatan 24 Gambar 4.1. Penentuan titik sampel di kawasan pesisir pantai Sibolga 44 Gambar 4.2. Peta Kontur Kecerahan Air Laut di Kawasan Industri 48

Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.3. Peta Kontur Suhu Air Laut di Kawasan Industri 49 Pesisir PantaiSibolga

Gambar 4.4. Peta Kontur Konduktivitas Air Laut di Kawasan Industri 51 Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.5. Peta Kontur pH Air Laut di Kawasan Industri 54 Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.6. Peta Kontur DO Air Laut di Kawasan Industri 56 Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.7. Peta Kontur BOD Air Laut di Kawasan Industri 57 Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.8. Peta Kontur Salinitas Air laut di Kawasan Industri 59 Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.9. Peta Kontur Kadar Timbal (Pb) Air Laut di Kawasan 60 Industri Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.10. Peta Kontur Kadar Kadmium (Cd) Air Laut di Kawasan 62 Industri Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.11. Peta Kontur Kadar Tembaga (Cu) Air Laut di Kawasan 64 Industri Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.12. Peta Kontur Kadar Arsen (As) Air Laut di Kawasan 65 Industri Pesisir Pantai Sibolga

Gambar 4.13. Grafik hubungan konduktivitas terhadap suhu 67 Gambar 4.14. Grafik hubungan salinitas terhadap suhu 67 Gambar 4.15. Grafik hubungan salinitas dan konduktivitas 68 Gambar 4.16. Grafik hubungan antara DO terhadap BOD 69


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Komoditi andalan yang menjadi primadona di Kota Sibolga adalah produksi perikanan laut yang cukup berlimpah. Tepatnya produksi ikan yang didaratkan di wilayah ini. Penangkapan ikan merupakan penyumbang utama bagi kegiatan perekonomian Kota Sibolga. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Sibolga memprediksi perekonomian Kota Sibolga dari sektor perikanan bakal hancur pada 10 tahun mendatang. Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu nelayan bernama Ichwan Irvan Tanjung kepada METRO, Rabu (28/12) di Sibolga. Menurut Irvan, para nelayan yang ada di kota Sibolga sudah mengalami kesulitan dalam menangkap ikan di perairan Sibolga yaitu dengan banyaknya nelayan yang berlayar sampai pada perbatasan laut Indonesia dan laut India hanya untuk menangkap ikan, hal ini dikarenakan berkurangnya keberadaan ikan di perairan pesisir pantai Sibolga saat ini. Sibolga memiliki beberapa sektor industri yang dapat memberikan pendapatan daerah yang cukup signifikan seperti industri pertanian mencapai 25,05 %, industri pertambangan mencapai 0,01 %, industri pengolahan mencapai 8,42 %, industri listrik dan air bersih mencapai 0,70 %, industri bangunan mencapai 5,26 %, industri perdagangan mencapai 21,22 %, industri transportasi mencapai 11,51 %. Berdasarkan uraian tentang potensi unggulan yang ada di Kota Sibolga maka dapat diidentifikasikan beberapa bidang usaha unggulan yaitu fasilitas pergudangan pelabuhan, PLTU Labuhan Angin, pabrik ikan asin, pabrik es untuk pengawetan ikan, pabrik pengolahan tepung ikan, dengan adanya berbagai industri yang berada pada Sibolga maka banyak juga limbah industri yang di hasilkan di Sibolga. Adanya masukan bahan-bahan organik dan buangan limbah industri pada perairan sungai di Sibolga dapat


(11)

2

menyebabkan tingkat kekeruhan yang terjadi pada muara sungai tersebut sangat tinggi, sehingga menyebabkan ketersediaan unsur hara yang tersebar tidak merata dan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan akan berkurang dan sangat mempengaruhi aktivitas fitoplankton dalam berfotosintesis. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan kajian atau penelitian mengenai parameter fisika dan kimia setelah terjadinya pembuangan limbah oleh industri Sibolga Sumatera Utara.

Pada penelitian sebelumnya telah ada meneliti keadaan laut Sibolga yang berjudul Pola Penentuan Parameter Kerusakan Terumbu Karang di Daerah Sibolga. Pada penelitian ini sampel penelitian diambil sebanyak 11 tik yang menyebar di pesisir pantai Sibolga,hasil penelitian ini meliputi hasil pola pengukuran DO yang diperoleh 6,0 – 15,1 mg/l dengan rata - rata 10 mg/l dengan nilai baku mutu air laut unuk wisata bahari >5 mg/l. DO berbanding terbalik dengan BOD nya. Konduktivitas bernilai 36,50 – 43,90 mS/cm, dengan rata – rata 41,84 mS/cm. salinitas berkisar 19,1 –40,6 ‰ dengan rata –rata 23,3 ‰. Perairan Indonesia memiliki salinitas 30 – 35 ‰, untuk salinitas karang bernilai 25 – 45 ‰. Secara keseluruhan salinitas pesisir pantai Sibolga rendah sehingga baik untuk kehidupan terumbu karang. Air laut di pesisir pantai Sibolga masih di bawah baku mutu air laut untuk biota. pH daerah pesisir pantai Sibolga diperoleh 8,6 – 8,8 denan rata – rata 8,7. Nilai pH baku muu air laut untuk wisata bahari berkisar 7,0 – 8,5. Untuk perikanan pH berkisar 6 – 8,5. pH di suatu perairan normal berkisar 6,0 – 9,0. Pesisir pantai Sibolga terkatagori diatas nilai ambang batas tapi masih termasuk dalam katagori perairan normal. Nilai kecerahan berkisar 97 – 183 cm dengan rata – rata 131,6 cm dan tidak terlihat tampak dasar terumbu karang hidup. Nilai baku mutu air laut untuk wisata bahari adalah >6 m, sehingga air laut di pesisir pantai Sibolga termasuk daerah yang tercemar. Air laut pesisir pantai Sibolga hampir setengah beraroma bau terutama di grid 2, 3, 8, 9 dan 10 sedangkan lapisan minyak ada pada grid 6 dan grid 7 (Juliani, 2011)

Pada penelitian selanjutnya yang telah diteliti di perairan pesisir pantai Sibolga yaitu pada Studi Baseline Ekologi Tapanuli Tengah menghasilkan data


(12)

3

yaitu temperatur sekitar perairan Sibolga antara 29,4038 ºC dan 30,3487 ºC dengan ererata 30,0322 ºC, perairan sekitar desa Sitardas yang berada di selatan Teluk Tapian Nauli antara 28,1521 ºC dan 29,7296 ºC dengan rerata 29,3733 ºC sedangkan di perairan P. Mansalar antara 29,2074 ºC dan 29,9513 ºC dengan rerata 29,6634 ºC. Salinitas di perairan sekitar Sibolga berkisar antara 32,1851 PSU hingga 33,6430 PSU, di perairan desa Sitardas antara 31,7693 PSU hingga 33,3517 PSU dan di perairan P.Mansalar antara 32,4277 PSU hingga 33,8446 PSU. Pengaruh pasang surut tidak dominan, pada lintasan P.Mansalar hingga Pelabuhan Sibolga kecepatan arusnya mencapai 75 cm/detik sedangkan pada lintasan Teluk Tapian Nauli hingga P. Mansalar kecepatan arusnya relatif. Kadar oksigen terlarut di perairan Tapanuli Tengah pada umumnya masih normal yaitu antara 4,25 – 6,88 ppm dengan rerata 6,28 ppm. Nilai hasil pengukuran pH di perairan Tapanuli Tengah masih tergolong baik yaitu berkisar 7,6 – 8,1 dengan rerata 7,99 (Tim CRITC,2006).

Berdasarkan hal- hal diatas perlu dilakukan penelitian di daerah kawasan industri pesisir pantai Sibolga Tapanuli Tengah Sumatera utara dengan judul Analisis Kualitas Air Laut Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia serta Kandungan Logam Berat di Kawasan Pesisir Pantai Sibolga . Penelitian ini menawarkan informasi yang akurat pada penentuan parameter fisika, parameter kimia dan logam berat yang terkandung pada perairan pesisir kota Sibolga, adapun parameter fisika yang akan di uji yaitu warna, bau, kecerahan, suhu, sampah, lapisan minyak dan konduktivitas sedangkan pada parameter kimia yang akan di uji yaitu pH, DO, BOD, Salinitas serta kandungan logam berat yaitu kandungan logam Timbal (Pb), kandungan logam Cadmium (Cd), kandungan logam Arsen (As) dan kandungan logam Tembaga (Cu). Parameter- parameter tersebut akan dianalisa pada sampel air yang ada di kota Sibolga dan akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik serta secara deskriptif.


(13)

4

1.2. Batasan Masalah

Adapun batasan permasalahan dari penelitian ini adalah kebanyakan industri yang berada di sekitar pesisir pantai Sibolga membuang hasil akhir produksi yaitu berupa limbah di sekitar pesisir laut, dimana limbah – limbah tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia khususnya mengancam kehidupan biota yang hidup di dalam laut tersebut. Sehingga diperlukan pemantauan kualitas air laut yang dapat diteliti dengan melihat parameter fisika,kimia serta kandungan logam berat yang terkandung di pesisir pantai Sibolga. Parameter fisika yang akan dilihat yaitu warna, bau, rasa, sampah, lapisan minyak secara langsung,suhu dengan thermometer dan konduktivitasnya dengan konduktivitimeter sedangkan parameter kimia yang akan dilihat yaitu pH, DO, BOD, dan salinitas dengan titrasi dan kandungan logam berat yang akan dilihat yaitu kandungan logam Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Arsen (As) dan Tembaga (Cu) dengan menggunakan ICP( Inductively Couple Plasma).

1.3.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana nilai parameter fisika (warna, rasa, bau, kecerahan, sampah, lapisan minyak, suhu, konduktivitas), parameter kimia (pH,DO,BOD dan salinitas), serta kandungan logam berat (logam timbal, kadmium, tembaga dan arsen) yang terkandung pada sampel air di kawasan industri pesisir pantai Sibolga ?

2. Bagaimana dampak dari nilai parameter fisika (warna, rasa, bau, kecerahan, sampah, lapisan minyak, suhu, konduktivitas), parameter kimia (pH,DO,BOD dan salinitas), serta kandungan logam berat (logam timbal, kadmium, tembaga dan arsen) perairan di kawasan industri pesisir pantai Sibolga terhadap kehidupan biota laut ?


(14)

5

1.4.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai parameter fisika (warna, rasa, bau, kecerahan, sampah, lapisan minyak, suhu, konduktivitas), parameter kimia (pH,DO,BOD dan salinitas), serta kandungan logam berat (logam timbal, kadmium, tembaga dan arsen) perairan di sekitar kawasan industri pesisir pantai Sibolga

2. Menganalisis kualitas perairan melalui parameter fisika, kimia serta kandungan logam berat perairan sekitar kawasan industri pesisir pantai Sibolga

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberi informasi kepada masyarakat sekitar Sibolga mengenai kualitas air sekitar perairan laut Sibolga khususnya di sekitar kawasan industri Sibolga.

2. Memberi informasi kepada masyarakat yang bermata pencarian sebagai pembudidaya ikan mengenai keadaan perairan laut yang sesuai untuk pembudidayaan ikan.

3. Sebagai salah satu bahan monitoring dan evaluasi dalam lingkungan hidup di Kota Sibolga.


(15)

70 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kawasan industri pesisir pantai Sibolga yaitu:

1. a. Nilai kecerahan dari kawasan industri pesisir pantai Sibolga berkisar antara 1,30-3,8 m dengan rata-rata 2,26 m. NAB untuk biota laut adalah >5 maka Industri III dan V antara 1,5 – 3,8 m sehingga industri III dan V termasuk daerah yang tercemar. NAB untuk wisata bahari adalah >6 maka industri IV antara 1,3 – 2,0 m termasuk daerah yang tercemar. NAB untuk pelabuhan yaitu >3 maka pada industri I dan II antara 2,1-2,5 m termasuk daerah yang tercemar.

b. Nilai suhu antara 29,7-30,8 ºC dengan rata-rata 30,05 ºC. NAB untuk biota laut yaitu 28-30 ºC maka industri III dan V antara 29,7-30,5 ºC masih tergolong perairan yang baik. Untuk NAB pelabuhan dan wisata bahari yaitu alami sehingga untuk industri I,II,IV diantara 29,8-30,8ºC masih tergolong perairan yang baik.

c. Hasil pengukuran konduktivitas yaitu 94,5-102,7 mS/cm dengan rata-rata 98,55 mS/cm. Makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Hasil pengukuran salinitas antara 47,6- 51,6 ‰ dengan rata-rata 49,32 ‰. NAB untuk biota laut yaitu antara 33-34 ‰ untuk industri III dan V antara 48,5-51,1 ‰ termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar. Untuk pelabuhan dan wisata bahari KMNLH menetapkan nilai salinitas yaitu alami maka industri I, II, dan IV antara 47,6- 51,6 ‰ termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar.

d. Hasil pengukuran warna air di seluruh stasiun bahwa warna air masih tergolong alami yakni berkisar antara hijau muda sampai biru tua.


(16)

71

Berdasarkan warna air, kualitas air laut di kawasan industri pesisir pantai Sibolga masih termasuk kategori baik.

e. Hasil pengukuran bau yang dilakukan di 15 stasiun bahwa air laut yang berbau dijumpai di 9 stasiun yaitu pada St.1, St.2, St.3, St.4, St.5, St.6, St.13, St.14, dan St.15. Untuk industri IV termasuk kedalam kategori baik untuk wisata bahari.

f. Pada industri I,II,dan IV memiliki rasa asin sehingga industri I,II,IV masih terkategori perairan laut yang baik. Sedangkan pada perairan di kawasan industri III dan V memiliki rasa yang pahit sehingga industri III dan V sudah termasuk ke dalam kategori perairan yang sudah tercemar.

g. Lapisan minyak terdapat pada St.1,St.2,St.3,St.4,St.5,St.6,St.7,St.8, dan St.9. maka industri I, II, III yang memiliki lapisan minyak termasuk perairan yang sudah tercemar. Hasil pengamatan benda padat terapung yang di lakukan di kawasan industri pesisir pantai Sibolga bahwa sekitar 33% stasiun (5 stasiun dari 22 stasiun pengamatan yaitu St.1, St.3, St.6, St.10, dan St.11) diperoleh sampah/benda terapung yang berupa serasah tumbuhan seperti lumut, semak belukar, plastik,batang rokok, karton dan kayu.

h. Nilai hasil pengukuran pH yaitu 8,1-8,7 dengan rata-rata 7,87. NAB untuk pelabuhan yaitu antara 6,5-8,5 maka industri I dan II antara 8,1-8,7 yang masih pada perairan yang baik. NAB untuk biota laut dan wisata bahari antara 7-8,5 maka industri III ,V dan IV antara 8,2-8,7 masih tergolong pada perairan yang baik.

i. Nilai DO yaitu antara 0,79-2,95 mg/l dengan rata-rata 2,33 mg/l. NAB untuk biota laut yaitu >5 mg/l maka industri III dan V antara 1,74-2,93 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar. Untuk NAB wisata bahari yaitu >5 maka industri IV antara 2,13-2,95 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar, sedangkan NAB untuk pelabuhan KMNLH tidak memasukkan nilai DO kedalam salah satu parameter kimia. Namun demikian berdasarkan perairan laut normal


(17)

72

yaitu 5,7-8,5 mg/l, industri I dan II yang memiliki nilai DO antara 0,79-2,92 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar. j. Nilai BOD yang terukur yaitu 6,18-46,43 mg/l dengan rata-rata 13,45

mg/l. NAB untuk biota laut yaitu 20 mg/l maka di industri III antara 9.09-18,34 mg/l termasuk kedalam kategori belum tercemar dan pada perairan di industri V antara 6,18-20,18 mg/l termasuk kategori perairan sedang. Untuk wisata bahari NAB yaitu 10 mg/l maka perairan di industri IV yaitu 8,65-9,89 mg/l masih terkategori perairan yang belum tercemar.

2. a. Hasil pengukuran kandungan logam timbal yaitu 0,00679-0,04963 mg/l dengan rata-rata 0,02924 mg/l. NAB timbal untuk pelabuhan yaitu 0,05 mg/l maka industri I dan II yaitu antara 0,0349-0,05792 mg/l, terdapat daerah yang memiliki nilai kadar timbal yang diatas NAB yaitu pada St.5 maka perairan yang di kawasan industri I dan II termasuk kedalam kategori masih baik. Untuk biota laut NAB timbal yaitu 0,008 mg/l sedangkan di perairan industri III dan V antara 0,01494-0,03328 mg/l sehingga perairan industri III dan V termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar. NAB timbal untuk wisata bahari yaitu 0,005 mg/l sedangkan industri IV yaitu antara 0,01773-0,04963 mg/l sehingga industri IV termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar.

b. Kadar logam kadmium yaitu 0,00001-0,00180 mg/l dengan rata-rata 0,00095 mg/l. NAB kadmium yang ditetapkan untuk pelabuhan yaitu 0,01 mg/l sedangkan industri I dan II antara 0,00007-0,00193 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang baik. NAB kadmium untuk biota laut yaitu 0,001 mg/l sedangkan industri III dan V yaitu antara 0,00001-0,00180 mg/l terdapat perairan yang tercemar oleh logam kadmium yaitu terdapat pada daerah St.7, St.14 dan St.15 maka industri III termasuk kedalam kategori perairan baik dan untuk industri V termasuk ke dalam kategori perairan yang sedang.NAB kadmium untuk wisata bahari yaitu 0,002 mg/l sedangkan industri IV antara 0,00112-0,00176 mg/ termasuk ke dalam kategori perairan yang baik.


(18)

73

c. Nilai kadar logam tembaga yaitu 0,00430-0,06001 mg/l dengan rata-rata 0,02656 mg/l. NAB tembaga untuk biota laut yaitu 0,008 mg/l sedangkan industri III dan V yaitu antara 0,00839-0,05342 mg/l sehingga industri III dan V termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar. NAB tembaga untuk pelabuhan yaitu 0,05 mg/l sedangka industri I dan II antara 0,01064-0,06001 mg/l terdapat daerah yang tercemar yaitu St.2 dan pada industri II yaitu di St.4 sehingga industri I dan II termasuk ke dalam kategori sedikit tercemar. Untuk wisata bahari NAB tembaga yaitu 0,050 mg/l sedangkan industri IV antara 0,00430-0,05376 mg/l terdapat kawasan yang tercemar yaitu pada St.12 sehingga industri IV termasuk ke dalam kategori perairan yang sedikit tercemar.

d. Nilai kadar logam arsen yaitu 0,00022-0,00075 mg/l dengan rata-rata 0,000525 mg/l. NAB arsen untuk biota laut yaitu 0,012 mg/l sedangkan industri III dan V antara 0,00022-0,00063 mg/l maka industri III dan V termasuk ke dalam kategori perairan yang baik. NAB arsen untuk wisata bahari yaitu 0,025 mg/l sedangkan industri IV yaitu antara 0,00058-0,00063 mg/l maka industri IV termasuk kategori perairan yang baik. Sedangkan untuk pelabuhan KMNLH tidak menetapkan Nilai Ambang Batas kadar logam arsen sebagai salah satu parameter kandungan logam berat.

5.2. SARAN

Saran penulis terhadap hasil penelitian dan kesimpulan yaitu

1. Perlu dilakukan penentuan titik sampel dan jenis industri yang lebih banyak agar mendapatkan pencemaran kualitas air laut yang lebih lengkap dan akurat

2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat maupun industri tentang pentingnya menjaga kualitas air laut agar tidak tercemar oleh Pemerintah Daerah setempat.


(19)

74

DAFTAR PUSTAKA

Afriayanto, E. dan E. Liviawaty, (1991), Teknik Pembuatan Tambak Udang, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Bakosurtanal, (1996), Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang-Nusa Tenggara Timur, Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis, Cibinong.

Bal. D.V and K. V. Rao, (1984), Marine Fisheries, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Dehli.

Black, J. A., (1986), Oceans and Coastal : An Introduction to Oceanography. W. M. Brown Publisher, IOWA.

Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler, (1982), Water Quality Management in Pond Fish Culture, Auburn University, Auburn.

Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro, (1995), Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Brown, E. and F. Lichtkoppler, (1980), Fish Farming Handbook, AVI Publishing

Company INC, New York.

Clark,J.R., (1996), Costal zone Management Hand Book. Lewis Publisher, New York,USA.

Dahuri,R., (1998), The Application of Carryng Capacity Concept For sustainable Costal Resources Development in Indonesia, Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Indonesia Volume 1 no.1. 1998. Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., M. J. Sitepu, (2004), Pengelolaan Sumberdaya

Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu, Edisi revisi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Effendi, H., (2003), Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ghufron. M, dan H. Kordi, (2005), Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Hoar, W. S., D. J. Randall and J. R. Brett, (1979), Fish Fisiology : Bioenergenetic and Growt, Academic Press, Florida.


(20)

75

Http://sumut1.kadinprovinsi.or.id/potensi/potensi-daerah/315414884224/KOTA-SIBOLGA

Http://www.metrosiantar.com/arsip/SIBOLGA_NAULI/Perikanan_di_Sibolga_Di prediksi_Hancur

Hutabarat, S dan S. M. Evans, (1995), Pengantar Oceanografi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Hutagalung H. P. dan A. Rozak, (1997), Penetuan Kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut , Sedimen dan Biota. H. P Hutagalung, D. Setiapermana dan S. H. Riyono (Editor), Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi, LIPI, Jakarta.

Juliani, R.,Situmorang R., (2011), Laporan Research Grant: Pola Penentuan Parameter Kerusakan Terumbu Karang di Daerah Sibolga.Universitas Negeri Medan, Medan.

Nabib, R dan F. H. Pasaribu, (1989), Patologi dan Penyakit Ikan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Odum, E. P., (1979), Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Oreginal English Edition, Fundamental of Ecology Thurd Edition, Yokyakarta.

Romimohtarto, K., (2003), Kualitas Air dalam Budidaya Laut. www.fao.org/docrep/field/003.

Sastrawijaya, A. T., (2000), Pencemaran Lingkungan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Shephered, J and N. Bromage, (1988), Intensive Fish Farming, BSP Profesional Books Oxford London, Edinburgh, Boston Palo Alio Melbourne. Sidjabat, M. M., (1976), Pengantar Oceanografi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soderberg, R. W., (1995), Flowing Water Fish Culture, Lewis Publisher, Florida. Standar Nasional Indonesia, (2000), Produksi Benih Ikan Kerapu Tikus

(Cromileptes altivelis, Valenciennes) Kelas Benih Sebar, BSN. SNI : 01- 6487.3-2000.

Tim CRITC, (2006), Studi Baseline Ekologi Tapanuli Utara, LIPI, Jakarta.

Wibisono, M. S., (2005), Pengantar Ilmu Kelautan, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.


(1)

70

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kawasan industri pesisir pantai Sibolga yaitu:

1. a. Nilai kecerahan dari kawasan industri pesisir pantai Sibolga berkisar antara 1,30-3,8 m dengan rata-rata 2,26 m. NAB untuk biota laut adalah >5 maka Industri III dan V antara 1,5 – 3,8 m sehingga industri III dan V termasuk daerah yang tercemar. NAB untuk wisata bahari adalah >6 maka industri IV antara 1,3 – 2,0 m termasuk daerah yang tercemar. NAB untuk pelabuhan yaitu >3 maka pada industri I dan II antara 2,1-2,5 m termasuk daerah yang tercemar.

b. Nilai suhu antara 29,7-30,8 ºC dengan rata-rata 30,05 ºC. NAB untuk biota laut yaitu 28-30 ºC maka industri III dan V antara 29,7-30,5 ºC masih tergolong perairan yang baik. Untuk NAB pelabuhan dan wisata bahari yaitu alami sehingga untuk industri I,II,IV diantara 29,8-30,8ºC masih tergolong perairan yang baik.

c. Hasil pengukuran konduktivitas yaitu 94,5-102,7 mS/cm dengan rata-rata 98,55 mS/cm. Makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin. Hasil pengukuran salinitas antara 47,6- 51,6 ‰ dengan rata-rata 49,32 ‰. NAB untuk biota laut yaitu antara 33-34 ‰ untuk industri III dan V antara 48,5-51,1 ‰ termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar. Untuk pelabuhan dan wisata bahari KMNLH menetapkan nilai salinitas yaitu alami maka industri I, II, dan IV antara 47,6- 51,6 ‰ termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar.

d. Hasil pengukuran warna air di seluruh stasiun bahwa warna air masih tergolong alami yakni berkisar antara hijau muda sampai biru tua.


(2)

71

Berdasarkan warna air, kualitas air laut di kawasan industri pesisir pantai Sibolga masih termasuk kategori baik.

e. Hasil pengukuran bau yang dilakukan di 15 stasiun bahwa air laut yang berbau dijumpai di 9 stasiun yaitu pada St.1, St.2, St.3, St.4, St.5, St.6, St.13, St.14, dan St.15. Untuk industri IV termasuk kedalam kategori baik untuk wisata bahari.

f. Pada industri I,II,dan IV memiliki rasa asin sehingga industri I,II,IV masih terkategori perairan laut yang baik. Sedangkan pada perairan di kawasan industri III dan V memiliki rasa yang pahit sehingga industri III dan V sudah termasuk ke dalam kategori perairan yang sudah tercemar.

g. Lapisan minyak terdapat pada St.1,St.2,St.3,St.4,St.5,St.6,St.7,St.8, dan St.9. maka industri I, II, III yang memiliki lapisan minyak termasuk perairan yang sudah tercemar. Hasil pengamatan benda padat terapung yang di lakukan di kawasan industri pesisir pantai Sibolga bahwa sekitar 33% stasiun (5 stasiun dari 22 stasiun pengamatan yaitu St.1, St.3, St.6, St.10, dan St.11) diperoleh sampah/benda terapung yang berupa serasah tumbuhan seperti lumut, semak belukar, plastik,batang rokok, karton dan kayu.

h. Nilai hasil pengukuran pH yaitu 8,1-8,7 dengan rata-rata 7,87. NAB untuk pelabuhan yaitu antara 6,5-8,5 maka industri I dan II antara 8,1-8,7 yang masih pada perairan yang baik. NAB untuk biota laut dan wisata bahari antara 7-8,5 maka industri III ,V dan IV antara 8,2-8,7 masih tergolong pada perairan yang baik.

i. Nilai DO yaitu antara 0,79-2,95 mg/l dengan rata-rata 2,33 mg/l. NAB untuk biota laut yaitu >5 mg/l maka industri III dan V antara 1,74-2,93 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar. Untuk NAB wisata bahari yaitu >5 maka industri IV antara 2,13-2,95 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar, sedangkan NAB untuk pelabuhan KMNLH tidak memasukkan nilai DO kedalam salah satu parameter kimia. Namun demikian berdasarkan perairan laut normal


(3)

yaitu 5,7-8,5 mg/l, industri I dan II yang memiliki nilai DO antara 0,79-2,92 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar. j. Nilai BOD yang terukur yaitu 6,18-46,43 mg/l dengan rata-rata 13,45

mg/l. NAB untuk biota laut yaitu 20 mg/l maka di industri III antara 9.09-18,34 mg/l termasuk kedalam kategori belum tercemar dan pada perairan di industri V antara 6,18-20,18 mg/l termasuk kategori perairan sedang. Untuk wisata bahari NAB yaitu 10 mg/l maka perairan di industri IV yaitu 8,65-9,89 mg/l masih terkategori perairan yang belum tercemar.

2. a. Hasil pengukuran kandungan logam timbal yaitu 0,00679-0,04963 mg/l dengan rata-rata 0,02924 mg/l. NAB timbal untuk pelabuhan yaitu 0,05 mg/l maka industri I dan II yaitu antara 0,0349-0,05792 mg/l, terdapat daerah yang memiliki nilai kadar timbal yang diatas NAB yaitu pada St.5 maka perairan yang di kawasan industri I dan II termasuk kedalam kategori masih baik. Untuk biota laut NAB timbal yaitu 0,008 mg/l sedangkan di perairan industri III dan V antara 0,01494-0,03328 mg/l sehingga perairan industri III dan V termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar. NAB timbal untuk wisata bahari yaitu 0,005 mg/l sedangkan industri IV yaitu antara 0,01773-0,04963 mg/l sehingga industri IV termasuk kedalam kategori perairan yang tercemar.

b. Kadar logam kadmium yaitu 0,00001-0,00180 mg/l dengan rata-rata 0,00095 mg/l. NAB kadmium yang ditetapkan untuk pelabuhan yaitu 0,01 mg/l sedangkan industri I dan II antara 0,00007-0,00193 mg/l termasuk ke dalam kategori perairan yang baik. NAB kadmium untuk biota laut yaitu 0,001 mg/l sedangkan industri III dan V yaitu antara 0,00001-0,00180 mg/l terdapat perairan yang tercemar oleh logam kadmium yaitu terdapat pada daerah St.7, St.14 dan St.15 maka industri III termasuk kedalam kategori perairan baik dan untuk industri V termasuk ke dalam kategori perairan yang sedang.NAB kadmium untuk wisata bahari yaitu 0,002 mg/l sedangkan industri IV antara 0,00112-0,00176 mg/ termasuk ke dalam kategori perairan yang baik.


(4)

73

c. Nilai kadar logam tembaga yaitu 0,00430-0,06001 mg/l dengan rata-rata 0,02656 mg/l. NAB tembaga untuk biota laut yaitu 0,008 mg/l sedangkan industri III dan V yaitu antara 0,00839-0,05342 mg/l sehingga industri III dan V termasuk ke dalam kategori perairan yang tercemar. NAB tembaga untuk pelabuhan yaitu 0,05 mg/l sedangka industri I dan II antara 0,01064-0,06001 mg/l terdapat daerah yang tercemar yaitu St.2 dan pada industri II yaitu di St.4 sehingga industri I dan II termasuk ke dalam kategori sedikit tercemar. Untuk wisata bahari NAB tembaga yaitu 0,050 mg/l sedangkan industri IV antara 0,00430-0,05376 mg/l terdapat kawasan yang tercemar yaitu pada St.12 sehingga industri IV termasuk ke dalam kategori perairan yang sedikit tercemar.

d. Nilai kadar logam arsen yaitu 0,00022-0,00075 mg/l dengan rata-rata 0,000525 mg/l. NAB arsen untuk biota laut yaitu 0,012 mg/l sedangkan industri III dan V antara 0,00022-0,00063 mg/l maka industri III dan V termasuk ke dalam kategori perairan yang baik. NAB arsen untuk wisata bahari yaitu 0,025 mg/l sedangkan industri IV yaitu antara 0,00058-0,00063 mg/l maka industri IV termasuk kategori perairan yang baik. Sedangkan untuk pelabuhan KMNLH tidak menetapkan Nilai Ambang Batas kadar logam arsen sebagai salah satu parameter kandungan logam berat.

5.2. SARAN

Saran penulis terhadap hasil penelitian dan kesimpulan yaitu

1. Perlu dilakukan penentuan titik sampel dan jenis industri yang lebih banyak agar mendapatkan pencemaran kualitas air laut yang lebih lengkap dan akurat

2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat maupun industri tentang pentingnya menjaga kualitas air laut agar tidak tercemar oleh Pemerintah Daerah setempat.


(5)

74

DAFTAR PUSTAKA

Afriayanto, E. dan E. Liviawaty, (1991), Teknik Pembuatan Tambak Udang, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Bakosurtanal, (1996), Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang-Nusa Tenggara Timur, Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis, Cibinong.

Bal. D.V and K. V. Rao, (1984), Marine Fisheries, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Dehli.

Black, J. A., (1986), Oceans and Coastal : An Introduction to Oceanography. W. M. Brown Publisher, IOWA.

Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler, (1982), Water Quality Management in Pond Fish Culture, Auburn University, Auburn.

Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro, (1995), Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Brown, E. and F. Lichtkoppler, (1980), Fish Farming Handbook, AVI Publishing

Company INC, New York.

Clark,J.R., (1996), Costal zone Management Hand Book. Lewis Publisher, New York,USA.

Dahuri,R., (1998), The Application of Carryng Capacity Concept For sustainable Costal Resources Development in Indonesia, Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Indonesia Volume 1 no.1. 1998. Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., M. J. Sitepu, (2004), Pengelolaan Sumberdaya

Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu, Edisi revisi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Effendi, H., (2003), Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ghufron. M, dan H. Kordi, (2005), Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Hoar, W. S., D. J. Randall and J. R. Brett, (1979), Fish Fisiology : Bioenergenetic and Growt, Academic Press, Florida.


(6)

75

Http://sumut1.kadinprovinsi.or.id/potensi/potensi-daerah/315414884224/KOTA-SIBOLGA

Http://www.metrosiantar.com/arsip/SIBOLGA_NAULI/Perikanan_di_Sibolga_Di prediksi_Hancur

Hutabarat, S dan S. M. Evans, (1995), Pengantar Oceanografi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Hutagalung H. P. dan A. Rozak, (1997), Penetuan Kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut , Sedimen dan Biota. H. P Hutagalung, D. Setiapermana dan S. H. Riyono (Editor), Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi, LIPI, Jakarta.

Juliani, R.,Situmorang R., (2011), Laporan Research Grant: Pola Penentuan Parameter Kerusakan Terumbu Karang di Daerah Sibolga.Universitas Negeri Medan, Medan.

Nabib, R dan F. H. Pasaribu, (1989), Patologi dan Penyakit Ikan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Odum, E. P., (1979), Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Oreginal English Edition, Fundamental of Ecology Thurd Edition, Yokyakarta.

Romimohtarto, K., (2003), Kualitas Air dalam Budidaya Laut. www.fao.org/docrep/field/003.

Sastrawijaya, A. T., (2000), Pencemaran Lingkungan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Shephered, J and N. Bromage, (1988), Intensive Fish Farming, BSP Profesional Books Oxford London, Edinburgh, Boston Palo Alio Melbourne. Sidjabat, M. M., (1976), Pengantar Oceanografi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soderberg, R. W., (1995), Flowing Water Fish Culture, Lewis Publisher, Florida. Standar Nasional Indonesia, (2000), Produksi Benih Ikan Kerapu Tikus

(Cromileptes altivelis, Valenciennes) Kelas Benih Sebar, BSN. SNI : 01- 6487.3-2000.

Tim CRITC, (2006), Studi Baseline Ekologi Tapanuli Utara, LIPI, Jakarta.

Wibisono, M. S., (2005), Pengantar Ilmu Kelautan, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.