PENENTUAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR LAUT DI SEKITAR PANTAI PULAU PONCAN SIBOLGA SUMATERA UTARA.

(1)

Oleh:

Wanri Lumbanraja NIM 082244610010 Program Studi Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2012


(2)

Judul Skripsi : Penentuan Parameter Fisika Dan Kimia Air Laut Di Sekitar Pantai Pulau Poncan Sibolga Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Wanri Lumbanraja

NIM : 082244610010

Program Studi : Fisika

Jurusan : Fisika

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi,

Rita Juliani, S.Si, M.Si NIP: 19690715 199702 2 001

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Fisika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Dr. Derlina, M.Si NIP. 19590805 198601 1 001 NIP 19640321 199003 2 001

Tanggal Lulus : 28 Agustus 2012

2 i


(3)

terjadi dalam hidup saya di bumi ini hingga menjadi pribadi pembelajar dan mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sain.

Skripsi ini berjudul “PENENTUAN PARAMETER AIR LAUT DI SEKITAR PANTAI PULAU PONCAN SIBOLGA SUMATERA UTARA”. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana sain di Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak mungkin bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapa terima kasih yang sebesar-besarnya secara khusus kepada Ayahanda Jaolo Lumbanraja, Ibunda Ernita Siahaan yang telah bersusah payah memenuhi segala kebutuhan saya sesulit apapun kondisinya. Juga untuk Kakanda Relima, Tamaida, Santi dan Dosmaria, Adinda Herlina Ebrida dan Esperina yang selalu memberi dorongan semangat dan kasih sayang. Merupakan berkah mendapatkan Ibu Rita Juliani, S.Si, M.Si sebagai dosen pembimbing saya dalam penyusunan proposal penelitian hingga skripsi ini, terima kasih atas perhatian dan kesabaran beliau. Bapak Drs. Rahmatsyah, M.Si, Bapak Drs. Rappel Situmorang, M.Si dan Bapak Mukti Hamzah Harahap, S.Si, M.Si selaku dosen penguji I, II dan III yang telah memberikan saran, bimbingan dan kepercayaan dalam setiap diskusi baik dalam penyusunan skripsi maupun hal-hal lain. Ibu Dra. Nurliana Marpaung, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, atas segala bimbingannya dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Motlan Sirait, M.Sc, Ph.D selaku dekan FMIPA Unimed, Ibu Dra. Derlina, M.Si selaku ketua jurusan Fisika FMIPA Unimed serta seluruh pengajar/dosen di lingkungan FMIPA Unimed yang telah membekali ilmu fisika penulis selama kuliah. Kepada Bapak Hermanto Hutagalung, SE selaku


(4)

kepala desa Kelurahan Aek Habil, Kota Sibolga serta staf yang membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di Pulau Poncan Sibolga.

Teristimewa buat Uda Cinta, Uda Rajagukguk dan Bapak Juniastel yang senantiasa membantu dan memotivasi saya dalam penyelesaian studi di Unimed.Terima kasih juga kepada Indra J.P Nababan atas segala bantuannya mulai dari hal terkecil hingga penyelesaian skripsi ini, Ester dan Syahyuni dalam penyelesaian penelitian penulis. Tidak lupa juga kepada teman-teman Nodik Fisika ’08 (Elika, Arny, Jennyari, Elsa, Junita, Berliana, Jenika, Henny, Ferdinand, Rianto, Agustina, Eka, Edi, Liani, Berkat, Unita, Dedek, Maulidia, Syahril, Albara, Mulroni, Husaini, Yuni BB, Yuni Hrp, ulfa, Evi, Nur,), kepada Joy D. Sinaga. Kepada rekan di Tunas Naimbaru, Rominda, Mangandar, Pantas, Melva, Posma, Irvan, Rinaldi, Maradu N, Putri, Saria dan semua pengurus atas inspirasi yang mereka berikan. Rekan di redaksi Buletin Sulu Panondang atas segala daya juang yang diajarkan. Rekan juang di BARSDem atas ilmu dan sikap kritis yang telah ditanamkan kepada penulis. Sahabat Mando Parhusip dan Rincan Harianja. Juga kepada teman-teman satu kost (Jelita, Dewi Bernike, Erna, Yeni Butarbutar). Kawan-kawan di MAPALA dan kepada setiap orang yang telah berkonstribusi bagi penulis.

Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis terima demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khusunya di bidang lingkungan perairan.

Medan, 29 September 2012

Wanri Lumbanraja NIM. 082244610010


(5)

PENENTUAN PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR LAUT DI SEKITAR PANTAI PULAU PONCAN

SIBOLGA SUMATERA UTARA Wanri Lumbanraja (082244610010)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa nilai parameter fisika dan kimia. Parameter fisika yang diuji yaitu konduktivitas, kecerahan dan temperatur. Parameter kimia yang diuji yaitu DO, BOD, Salinitas dan pH.

Sampel diambil 20 titik mengintari Pulau Poncan Sibolga Sumatera Utara. Sampel yang diambil diuji dengan metode pengukuran, kemudian dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari dan air laut untuk biota laut berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2004. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Unimed dan Laboratorium BTKLPPM kelas I Medan.

Hasil yang diperoleh dari pengukuran konduktivitas memberikan nilai rata-rata 100,8 mS/cm pada rentang 97,2-104,9 mS/cm. Kecerahan rata-rata 3,6 meter pada rentang 2,1-4,6 meter dengan, baku mutu kecerahan air laut adalah di atas 5 meter. Daerah ini kurang sesuai untuk pertumbuhan karang dan wisata bahari. Temperatur permukaan air laut berkisar antar 28-32 oC, dengan rata-rata 29,7 oC. Standar baku mutu air laut untuk biota laut maksimal adalah 35 oC. Hasil pengukuran DO diperoleh 6,0-15,1 mg/l dengan rata-rata 10 mg/l, baku mutu air laut untuk DO adalah di atas 5 mg/l. nilai DO di daerah ini tergolong tinggi. Adapun untuk BOD, nilai yang diperoleh adalah 0,35-7,44 mg/l, dengan rata-rata 5,15 mg/l. Standar baku mutu menetapkan nilai BOD lebih kecil atau sama dengan 20 mg/l Nilai pH rata-rata di daerah ini adalah 7,92. Secara umum pH di daerah ini tergolong tinggi, namun masih dalam batas perairan normal. Nilai pH baku mutu air laut untuk wisata bahari berkisar 7,0-8,5. Untuk perikanan pH berkisar 6,0-8,5. pH untuk suatu perairan normal adalah 6,0-9,0. Nilai salinitas di Pantai Pulau Poncan rata-rata mencapai 50,32 ppt pada rentang 48,4-52,3 ppt, nilai salinitas di sekitar Pantai Pulau Poncan tergolong sangat tinggi. Secara umum daerah sekitar Pulau Poncan Sibolga kurang sesuai untuk ekosistem terumbu karang sebagai penopang biota laut pantai.


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Batasan Masalah 4

1.3. Rumusan Masalah 4

1.4. Tujuan Penelitian 5

1.5. Manfaat Penelitian 5

BAB II. TINJAUAN TEORI 6

2.1. Laut 6

2.1.1. Laut dan Peranannya 6

2.1.2. Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Penopang Biota Laut 9

2.2. Parameter Kualitas Air Laut 11

2.2.1. Parameter Fisika Air 12

2.2.1.1. Konduktivitas 12

2.2.12. Hubungan Parameter Salinitas dengan Konduktivitas 14

2.2.1.3. Kecerahan 14

2.2.1.4. Temperatur Air 16

2.2.2. Parameter Kimia Air 18

2.2.2.1. Variabel pH 18

2.2.2.2. Salinitas 18

2.2.2.3. Variabel Oksigen Terlarut (DO) 19 2.2.2.4. Biological Oxygen Demand (BOD) 21

2.3. Pencemaran Air Laut 22

2.3.1. Sumber-Sumber Pencemaran Air Laut 24

BAB III. METODE PENELITIAN 31

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 31


(7)

3.3. Alat dan Bahan 32

3.4. Analisa Parameter 33

3.4.1. Persiapan Pembuatan Pereaksi 33

3.4.2. Standarisasi Larutan Tiosulfat 34

3.4.3. Analisa DO 35

3.4.4. Analisa BOD 36

3.5. Analisa Temperatur 38

3.6. Analisa pH 38

3.7. Analisa Daya Hantar Listrik 39

3.8. Analisa Kecerahan 39

3.9. Perlakuan dan Rancangan Penelitian 40

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASN 41

4.1. Data Pengamatan 42

4.1.1. Peta Lokasi 42

4.1.2. Data Pengamatan 42

4.2. Pembahasan 43

4.2.1. Parameter Fisika 43

4.2.1.1. Konduktivitas 43

4.2.1.2. Hubungan Parameter Konduktivitas dengan Temperatur 44 4.2.1.3 Hubungan parameter Konduktivitas dengan Salinitas 45 4.2.1.4. Hubungan Parameter Konduktivitas dengan

Temperatur dan Salinitas 47

4.2.1.5. Kecerahan 48

4.2.1.6. Temperatur 50

4.2.2. Parameter Kimia 51

4.2.2.1. Salinitas 51

4.2.2.2. Disolved Oxygen (DO) 52

4.2.2.3. Hubungan DO dengan Temperatur 52 4.2.2.4. Biochemical Oxygen Demand (BOD) 53 4.2.2.5. Hubungan BOD dengan Temperatur 54

4.2.2.6. pH (Potens Hidrogen) 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 57

5.1. Kesimpulan 57

5.2. Saran 58


(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Perkiraan jumlah jenis beberapa kelompok

biota laut di Indonesia 7

Tabel 2.2. Baku mutu air laut untuk wisata bahari 11 Tabel 2.3. Hubungan salinitas dengan DHL 14 Tabel 2.4: Nilai-nilai koefisien kepadaman cahaya η dalam air murni 15 Tabel 2.5. Kosentrasi kejenuhan oksigen terlarut dalam

hubungannya dengan temperatur. 20 Tabel 2.6. Faktor koreksi suhu berlaku untuk tekanan 760 mmHg. 21 Tabel 2.7. Derajat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD5 22 Tabel 3.1. Jumlah pengenceran berdasarkan DO sesaat 35

Tabel 4.1. Hasil pengamatan (Data 1) 42

Table 4.2. Data primer untuk parameter kimia dan temperatur air


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. Peta areal Pulau Poncan Sibolga Sumatera Utara 41 Gambar 4.2. Kondisi nilai konduktivitas di daerah Pantai

Pulau Poncan Sibolga. 44

Gambar 4.3. Kurva hubungan temperatur terhadap konduktivitas 45 Gambar 4.4. Grafik hubungan antara salinitas dengan konduktivitas 46 Gambar 4.5.a. Peta kontur 2-dimensi antara temperatur, salinitas

dan konduktivitas 47

Gambar 4.5.b. Peta kontur 3-dimensi antara temperatur, salinitas

dan konduktivitas 47

Gambar 4.6. Peta kontur kondisi nilai kecerahan di daerah Pantai

Pulau Poncan. Sibolga. 47

Gambar 4.7. Kondisi sebaran nilai temperatur di daerah Pantai

Pulau Poncan Sibolga 50

Gambar 4.8. Kondisi nilai salinitas di daerah Pantai Pulau

Poncan Sibolga. 51

Gambar 4.9. Grafik polynomial hubungan DO dengan temperatur 53 Gambar 4.10. Hubungan DO dengan BOD di sekitar pulau

Poncan Sibolga 54

Gambar 4.11. Kurva polynomial hubungan antara BOD

dengan temperature 55

Gambar 4.12. Peta kontur sebaran kondisi pH dan stasiun


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Konversi Koordinat Detik Menit Sekon (DMS) 61

Lampiran 2. Foto satelit daerah penelitian 62 Lampiran 3. Alat dan Bahan Penelitian 63

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian 64

Lampiran 5. Baku mutu air laut untuk wisata bahari 65 Lampiran 6. Baku mutu air laut untuk biota laut 67


(11)

1

Indonesia terdiri atas 13.667 pulau tetapi baru sekitar 6.000 pulau yang telah mempunyai nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1000 pulau. Jumlah panjang garis pantainya sekitar 81.000 km yang merupakan garis pantai yang amat panjang yang dimiliki oleh suatu negara di dunia ini. (Nontji, 1987)

Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0.3 juta km2 sedangkan perairan pedalaman atau perairan kepulauan seluas 2,8 km2. Ini berarti seluruh wilayah laut Indonesia berjumlah 3,1 juta km2 atau sekitar 62% dari seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu kekhasan ekosistem perairan pantai dapat dilihat dari kondisi dan bentuk terumbu karangnya. Kondisi karang ini sangat bergantung pada parameter fisika dan kimia perairan tersebut. Air yang tercemar oleh air tawar yang mengandung material-material pencemar baik berasal dari industri, pariwisata, maupun rumah tangga akan berakibat buruk bagi kehidupan ekosistem terumbu karang. Selain kerusakan karena bahan pencemar, kerusakan yang terjadi juga bisa disebabkan oleh tindakan manusia yang bisa merusak biota laut seperti penggunaan pukat harimau, bom ikan dan cara lain yang berpotensi merusak ekosistem terumbu karang.

Bear (Anonimous, 2005) mengatakan bahwa tujuh puluh persen penduduk dunia tinggal di kawasan pantai. Komposisi air laut akan mempengaruhi kehidupan mikroorganisme lahan sekitar wilayah pantai karena adanya intrusi. Pencemaran yang terjadi pada air laut secara otomatis akan mengganggu keseimbangan ekosistem di daerah pantai tersebut.

Kota Sibolga terletak pada garis 10 44 LU dan 980 47 BT, Sebelah Utara, Timur, Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah. Kota Sibolga mempunyai wilayah seluas 3.536 Ha yang terdiri dari 1.126,67 Ha daratan Sumatera, 23,32 Ha daratan kepulauan dan 2.171,01 Ha lautan. Sebagian


(12)

2

besar Sibolga terletak di pulau Sumatera namun wilayah administrasi Kota ini meliputi beberapa pulau kecil di sekitar pantainya, diantaranya Pulau Poncan Gadang, Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Panjang, yang tersebar diantara empat kecamatan dan tujuh belas kelurahan.

Sibolga merupakan kota bahari yang sebagian besar aktivitas penduduknya berada di lingkungan air. Bisa dikatakan penunjang utama ekonomi penduduknya mayoritas adalah dari laut. Ada dua objek vital yang yang mengaitkan penduduk Sibolga dan lautnya, yaitu Perikanan dan Pariwisata. Dimana keduanya sama-sama bergantung pada kehidupan biota laut dan aktivitas industri sekitar. Tingginya aktivitas pelabuhan, perhotelan dan industri lain di Kota Sibolga baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kestabilan kondisi fisik dan biologis lautnya karana pencemaran.

Berdasarkan hasil penelitian (Lubis, 2009), salinitas air laut sekitar Pulau Poncan berkisar antara 28-29‰. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah

sekitar 35‰ dan binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas 34-36‰.

Merujuk pada fungsi laut sebagai penopang kehidupan manusia, khususnya sektor pangan, kita tidak bisa terlepas dari keberadaan ekosistem terumbu karang. Seiring berkembangnya kebutuhan akan hasil laut, manusia secara sadar atau tidak sadar telah menimbulkan kerusakan ekosistem ini. Kerusakan terumbu karang oleh kondisi lingkungan yang tercemar secara tidak langsung akan mempengaruhi ekonomi masyarakat Sibolga. Pencemaran akan memusnahkan terumbu karang yang selanjutnya mengubah simbiosis lautnya, termasuk mengancam keberadaan ikan yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat. Ketergangguan ini akan menyulitkan nelayan untuk memprediksi keberadaan ikan dan sulit untuk mendapatkannya karena populasi ikan yang semakin rendah.

Sebagai salah satu lembaga penelitian dan ilmu pengetahuan, LIPI dalam penelitiannya di 686 stasiun atau titik perairan, hasilnya 6 persen terumbu karang berkondisi sangat baik, 26 persen baik, 36 persen cukup dan 32 persennya rusak. Sekitar 69 persen dari 2,5 juta Ha terumbu karang di Indonesia, kini dalam kondisi rusak dan untuk menyelamatkannya perlu dukungan berbagai pihak dan


(13)

masyarakat di pinggir pantai. Indonesia, termasuk kawasan kaya terumbu karang atau sekitar 10 persen terumbu karang di dunia berada di Indonesia. Terkait keberadan terumbu karang di Sumatera Barat,satu kawasan pantai barat di Sumatera, tingkat kerusakan cukup tinggi yakni sekitar 70 persen dari total luas 25.984 Ha.

Indonesia memiliki 10% terumbu karang dunia. terumbu karang bermanfaat sebagai penyangga daerah pantai. terumbu karang juga dimanfaatkan sebagai bahan bangunan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. selain itu, terumbu karang juga berfungsi sebagai kawasan wisata, bahan baku kosmetik dan obat-obatan. (Anonimous, 2006)

Brown(1988a) dalam Nganro mengatakan bahwa kondisi karang yang hampir rusak bisa pulih apabila kondisi lingkungan sekitarnya sudah membaik. Dikatakan juga respon tersebut merupakan generalisasi dari cekaman yang luas, seperti salinitas, kenaikan atau penurunan suhu dan pencemaran oleh kandungan logam. (Nganro, 2009)

Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hasil laut juga perkembangan di sektor industri dan pariwisata dewasa ini, semakin banyak permasalahan yang kita temui. Salah satu contohnya adalah pencemaran lingkungan laut, khususnya ekosistem terumbu karang. Pertumbuhan ekonomi dan kepedulian akan kebaikan lingkungan selalu berada pada kondisi yang berbanding terbalik. Usaha meningkatkan ekonomi memang merupakan hal yang wajib, namun di pihak lain, apabila hal ini menganggu kestabilan lingkungan dan bahkan merusak sebaiknya usaha tersebut harus ditinjau kembali kelayakannya. Paradigma atas permasalahan ini sepertinya sulit dipersatukan, sehingga selalu saja ada kendala yang dihadapi untuk menjaga keberlangsungan keduanya.

Salah satu dampak serius ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi dan kekurangan kepedulian lingkungan adalah pencemaran. Pencemaran ini akan menyebabkan berbagai kerugian yang berkesinambungan, baik kerugian fisik berupa penyakit, kerugian ekonomi juga akan terjadi secara beruntun dan dalam waktu yang lama.


(14)

4

Pencemaran air pada prinsipnya merupakan penurunan daya guna perairan akibat aktivitas manusia, sebagai akibatnya kehidupan organisme di perairan terganggu. Pengelolaan lingkungan pada hakikatnya setiap tindakan yang dilakukan akan memusatkan perhatikan dan pertimbangan matang pada lingkungan bio-geo-fisik, dan pengaruh-pengaruh kegiatan manusia terhadapnya. Dalam hal ini, ada tiga istilah yang saling berkaitan erat, yaitu lingkungan, ekosistem, dan kualitas hidup. Oleh karena itu, dalam rangka menghindari kerusakan jangka panjang, perlu dilakukan pengontrolan.

Pencemaran yang terjadi sudah mengkontaminasi setiap sektor perairan, baik perairan darat maupun perairan laut. Untuk memastikan bahwa kondisi pantai tetap seimbang dan mampu menopang kehidupan ekosistemnya, perlu dilakukan analisa parameter fisika-kimia diantaranya temperatur, kecerahan, konduktivitas, DO, BOD dan pH, selanjutnya dapat digunkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan di hari selanjutnya. Guna menanggapi kondisi ini, akan dilakukan penelitian yang berjudul “Penentuan Parameter Fisika Dan Kimia Air Laut Di Sekitar Pantai Pulau Poncan Sibolga Sumatera Utara”.

1.2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi untuk mengetahui nilai faktor-faktor utama yang mempengaruhi kehidupan biota laut sekitar pantai, yaitu: 1. Parameter fisika diantaranya temperatur, kecerahan, konduktivitas, dan

2. Parameter kimia yaitu pH, salinitas, Disolve Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand BOD.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah seberapa besar tingkat pencemaran di sekitar Pulau Poncan ditinjau dari beberapa parameter fisika-kimia yang paling dominan, diantaranya:

1. Berapa nilai konduktivitas air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 2. Berapa nilai kecerahan air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga?


(15)

3. Berapa nilai temperatur air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 4. Berapa nilai DO air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga?

5. Berapa nilai BOD air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 6. Berapa nilai pH air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 7. Berapa nilai salinitas di sekitar pulau Poncan Sibolga?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui nilai konduktivitas air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 2. Mengetahui nilai kecerahan air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 3. Mengetahui nilai temperatur air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 4. Mengetahui nilai DO air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga

5. Mengetahui nilai BOD air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 6. Mengetahui nilai pH air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 7. Mengetahui nilai salinitas di sekitar pulau Poncan Sibolga

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam upaya penanggulangan limbah sebagai bahan pencemaran. Selain itu juga penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi ilmiah terhadap penelitian-penelitian yang relevan di kemudian hari berdasarkan informasi pola DO, BOD, salinitas, konduktivitas, temperatur, pH, dan kecerahan air laut pulau Poncan Sibolga, Sumatera Utara.


(16)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai konduktivitas di sekitar Pantai Pulau Poncan Sibolga adalah 97,2-104,9 mS/cm, dengan rata-rata 100,8 mS/cm. Nilai konduktivitas tertinggi berada pada stasiun pengamatan 19 (ST 19). Stasiun ini berada di sebelah timur pulau dan juga merupakan titik yang paling dekat ke pusat aktivitas masyarakat sibolga yaitu pelabuhan. Sementara yang terrendah terdapat pada ST 5, berada pada arah barat laut pulau ini.

2. Nilai kecerahan air laut di sekita Pantai Pulau Poncan tergolong sangat rendah. Kecerahan tertinggi hanya 4,6 meter, terrendah 2,1 meter. Rata-rata kecerahan di sekitar pulau ini hanya 3,6 meter. Baku mutu kecerahan air laut untuk kehidupan karang adalah >5 meter dan untuk wisata bahari >6 meter.

3. Rata-rata temperatur di sekitar Pulau Poncan adalah 29,74 oC. Nilai ini tergolong sangat ideal untuk kehidupan laut. Terumbu karang meiliki toleransi suhu pada rentang 28 sampai 32 oC.

4. Nilai DO air laut di sekitar Pulau Poncan berkisar antara 6,0 – 15,1 mg/l dengan rata-rata 10 mg/l. Nilai ini tergolong sedang, untuk biota laut dan wisata bahari >5 mg/l. Terdapat pengaruh suhu yang signifikan terhadap DO di daerah ini.

5. Kisaran nilai BOD di sekitar Pantai Pulau Poncan adalah 0,35-7,44 mg/l, dengan rata-rata 5,152 mg/l. terdapat korelasi negatif antara suhu dengan BOD, hal ini mengindikasikan adanya faktor lain yang mengganggu proses metabolisme di daerah ini. Dengan kata lain daerah ini tercemar.


(17)

6. Nilai pH rata-rata di daerah ini adalah 7,92 dan tergolong sedang. Namun di satu titik terdapat pH yang tinggi yaitu di sebelah utara Pulau Poncan.

7. Nilai salinitas di daerah Pantai Pulau Poncan ini tergolong sangat tinggi. Rata-ratanya mencapai 50,32 ppt, pada rentang 48,4-52,3 ppt. Nilai salinitas sebesar ini melebihi salinitas samudra luas yang hanya berkisar 44 ppt. Biasanya salinitas di sekitar pulau-pulau hanya sekitar 21 ppt. Hal ini mengindikasikan adanya pencemaran di daerah ini.

5.2. Saran

Setelah mengetahui penelitian ini maka disarankan:

1. Untuk mengetahui hasil yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian terhadap beberapa parameter air laut di daerah ini pada kedalaman yang bervariasi.

2. Perlu dilakukan analisis penyebab pencemaran dengan memperluas grid pengamatan.

3. Pemerintah setempat perlu memantau segala aktivitas yang berpotensi mencemari lingkungan sekitar Pulau Poncan dan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan pulau ini.


(18)

57

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Anonimous. (2006, November 12). kerusakan-terumbu-karang. Diakses Rabu 27 Maret 2012, dari http://environmentalism.wordpress.com

Anonimous. (2008). Pencemar Air Laut . http://xa.yimg.com/kq/groups/70943315/100448255/name/PENCEMA RAN+LAUT.klom, Diakses Rabu, 27 Maret 2012, dari xa.yimg.com: Anonimous, (2010).

http://www.oseanografi.lipi.go.id/en/component/content/article/21-berita-koran/853-32-persen-terumbu-karang-di-indonesia-rusak.html Ary, P. dkk, 2008, Studi Kualitas Perairan di Kawasan Industri Perikanan Desa

Pengambengan Kec. Negara Kab. Jembrana, Ecotropic vol.3 tahun 2008:98-103

Nababan B, (2011, 12 Mei), Laut Bukan Lagi Penyerap Karbon, Antara News BIBLIOGRAPHY Huboyo, B. Z. (2007). Analisis Sebaran Temperatur Dan

Salinitas Air Limbah Pltu-Pltgu Berdasarkan Sistem Pemetaaan Spasial (Studi Kasus : Pltu-Pltgu Tambak Lorok Semarang). Jurnal PRESIPITASI , 42.

James C. Orr, Victoria J. Fabry a(2005), Anthropogenic ocean acidification over the twenty-first century and its impact on calcifying organisms, nature04095, Vol 437|29 September 2005|page 681-86

Juliani, R. dkk (2011). Pola Penentuan Parameter Kerusakan Terumbu Karang di Daerah Sibolga. Medan: FMIPA Unimed

Kangkan, A. L. (2006). Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia,dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Kota Sibolga dalam angka (2009), Profil Kota Sibolga

http://pariwisatasibolga.com/main/profil/selayang_pandang.Diakses 21 April 2011


(19)

Linsley, R. K., dkk. (1982). Hidrologi untuk Insinyur, Edisis Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Lubis, M. R. (2009). Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Poncan Kota Sibolga Sumatera Utara. Bogor: Sekolah Paskasarjana Institut Pertanian Bogor. Miller, J. (2008), Anthropogenic ocean acidification and its impact on coral reef

ecosystems, LFSC 665 Ecology and Global Change. November 21, 2008

Moersidik, S., & Hardjojo, B. (1999). Analisis Kualitas Air. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nganro, N. R. (2009). Metode Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. Bandung: Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.

Nontji, A. (1987). Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Salmin, 2005, Oksigen Terlarut dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana, Vol XXX, No 3: 21-26

Sudiono, G. (2008). Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (Kkld) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.


(20)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Buntumauli, pada tanggal 09 Agustus 1989. Ibu bernama Ernita Siahaan dan ayah bernama Jaolo Lumbanraja. Merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk SDN No. 173695 Sipangko, Kecamatan Nainggolan dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SLTP N 1 Nainggolan, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan sekolah di SMA N 21 Medan, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus pada tanggal 28 Agustus 2012.


(1)

5

3. Berapa nilai temperatur air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 4. Berapa nilai DO air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga?

5. Berapa nilai BOD air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 6. Berapa nilai pH air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga? 7. Berapa nilai salinitas di sekitar pulau Poncan Sibolga?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui nilai konduktivitas air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 2. Mengetahui nilai kecerahan air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 3. Mengetahui nilai temperatur air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 4. Mengetahui nilai DO air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga

5. Mengetahui nilai BOD air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 6. Mengetahui nilai pH air laut di sekitar pulau Poncan Sibolga 7. Mengetahui nilai salinitas di sekitar pulau Poncan Sibolga

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam upaya penanggulangan limbah sebagai bahan pencemaran. Selain itu juga penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi ilmiah terhadap penelitian-penelitian yang relevan di kemudian hari berdasarkan informasi pola DO, BOD, salinitas, konduktivitas, temperatur, pH, dan kecerahan air laut pulau Poncan Sibolga, Sumatera Utara.


(2)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai konduktivitas di sekitar Pantai Pulau Poncan Sibolga adalah 97,2-104,9 mS/cm, dengan rata-rata 100,8 mS/cm. Nilai konduktivitas tertinggi berada pada stasiun pengamatan 19 (ST 19). Stasiun ini berada di sebelah timur pulau dan juga merupakan titik yang paling dekat ke pusat aktivitas masyarakat sibolga yaitu pelabuhan. Sementara yang terrendah terdapat pada ST 5, berada pada arah barat laut pulau ini.

2. Nilai kecerahan air laut di sekita Pantai Pulau Poncan tergolong sangat rendah. Kecerahan tertinggi hanya 4,6 meter, terrendah 2,1 meter. Rata-rata kecerahan di sekitar pulau ini hanya 3,6 meter. Baku mutu kecerahan air laut untuk kehidupan karang adalah >5 meter dan untuk wisata bahari >6 meter.

3. Rata-rata temperatur di sekitar Pulau Poncan adalah 29,74 oC. Nilai ini tergolong sangat ideal untuk kehidupan laut. Terumbu karang meiliki toleransi suhu pada rentang 28 sampai 32 oC.

4. Nilai DO air laut di sekitar Pulau Poncan berkisar antara 6,0 – 15,1 mg/l dengan rata-rata 10 mg/l. Nilai ini tergolong sedang, untuk biota laut dan wisata bahari >5 mg/l. Terdapat pengaruh suhu yang signifikan terhadap DO di daerah ini.

5. Kisaran nilai BOD di sekitar Pantai Pulau Poncan adalah 0,35-7,44 mg/l, dengan rata-rata 5,152 mg/l. terdapat korelasi negatif antara suhu dengan BOD, hal ini mengindikasikan adanya faktor lain yang mengganggu proses metabolisme di daerah ini. Dengan kata lain daerah ini tercemar.


(3)

58

6. Nilai pH rata-rata di daerah ini adalah 7,92 dan tergolong sedang. Namun di satu titik terdapat pH yang tinggi yaitu di sebelah utara Pulau Poncan.

7. Nilai salinitas di daerah Pantai Pulau Poncan ini tergolong sangat tinggi. Rata-ratanya mencapai 50,32 ppt, pada rentang 48,4-52,3 ppt. Nilai salinitas sebesar ini melebihi salinitas samudra luas yang hanya berkisar 44 ppt. Biasanya salinitas di sekitar pulau-pulau hanya sekitar 21 ppt. Hal ini mengindikasikan adanya pencemaran di daerah ini.

5.2. Saran

Setelah mengetahui penelitian ini maka disarankan:

1. Untuk mengetahui hasil yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian terhadap beberapa parameter air laut di daerah ini pada kedalaman yang bervariasi.

2. Perlu dilakukan analisis penyebab pencemaran dengan memperluas grid pengamatan.

3. Pemerintah setempat perlu memantau segala aktivitas yang berpotensi mencemari lingkungan sekitar Pulau Poncan dan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan pulau ini.


(4)

57

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Anonimous. (2006, November 12). kerusakan-terumbu-karang. Diakses Rabu 27 Maret 2012, dari http://environmentalism.wordpress.com

Anonimous. (2008). Pencemar Air Laut . http://xa.yimg.com/kq/groups/70943315/100448255/name/PENCEMA RAN+LAUT.klom, Diakses Rabu, 27 Maret 2012, dari xa.yimg.com: Anonimous, (2010).

http://www.oseanografi.lipi.go.id/en/component/content/article/21-berita-koran/853-32-persen-terumbu-karang-di-indonesia-rusak.html Ary, P. dkk, 2008, Studi Kualitas Perairan di Kawasan Industri Perikanan Desa

Pengambengan Kec. Negara Kab. Jembrana, Ecotropic vol.3 tahun 2008:98-103

Nababan B, (2011, 12 Mei), Laut Bukan Lagi Penyerap Karbon, Antara News BIBLIOGRAPHY Huboyo, B. Z. (2007). Analisis Sebaran Temperatur Dan

Salinitas Air Limbah Pltu-Pltgu Berdasarkan Sistem Pemetaaan Spasial (Studi Kasus : Pltu-Pltgu Tambak Lorok Semarang). Jurnal PRESIPITASI , 42.

James C. Orr, Victoria J. Fabry a(2005), Anthropogenic ocean acidification over the twenty-first century and its impact on calcifying organisms, nature04095, Vol 437|29 September 2005|page 681-86

Juliani, R. dkk (2011). Pola Penentuan Parameter Kerusakan Terumbu Karang di Daerah Sibolga. Medan: FMIPA Unimed

Kangkan, A. L. (2006). Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia,dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Kota Sibolga dalam angka (2009), Profil Kota Sibolga

http://pariwisatasibolga.com/main/profil/selayang_pandang.Diakses 21 April 2011


(5)

58

Linsley, R. K., dkk. (1982). Hidrologi untuk Insinyur, Edisis Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Lubis, M. R. (2009). Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Poncan Kota Sibolga Sumatera Utara. Bogor: Sekolah Paskasarjana Institut Pertanian Bogor. Miller, J. (2008), Anthropogenic ocean acidification and its impact on coral reef

ecosystems, LFSC 665 Ecology and Global Change. November 21, 2008

Moersidik, S., & Hardjojo, B. (1999). Analisis Kualitas Air. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nganro, N. R. (2009). Metode Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. Bandung: Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.

Nontji, A. (1987). Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Salmin, 2005, Oksigen Terlarut dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana, Vol XXX, No 3: 21-26

Sudiono, G. (2008). Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (Kkld) Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.


(6)

bernama Ernita Siahaan dan ayah bernama Jaolo Lumbanraja. Merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Pada tahun 1996, penulis masuk SDN No. 173695 Sipangko, Kecamatan Nainggolan dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SLTP N 1 Nainggolan, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan sekolah di SMA N 21 Medan, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus pada tanggal 28 Agustus 2012.