TINJAUAN YURIDIS MENGENAI WANPRESTASI PADA PERJANJIAN BUILD, OPERATE, AND TRANSFER(BOT) ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DENGAN INVESTOR SWASTA TENTANG PEMBANGUNAN PASAR DAN TERMINAL PARUNG BESERTA F.
ABSTRAK
Pemerintah tengah giat melakukan pembangunan pelbagai infrastruktur publik
yang dibutuhkan masyarakat, salah satunya adalah pasar. Bagi pemerintah daerah
pembiayaan pembangunan infrastruktur pasar jika hanya mengandalkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dirasakan semakin tidak memungkinkan,
mengingat penyediaan dana APBD untuk melakukan revitalisasi pembangunan pasar
jumlahnya sangat terbatas sehingga mekanisme kerjasama dengan pihak swasta
menjadi sangat penting dan sering dimanfaatkan sebagai salah-satu solusi pembiayaan
bagi suatu pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan infrastruktur publik.
Begitu pula halnya seperti yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor
dalam upaya revitalisasi salah satu pasar di wilayahnya yaitu Pasar Parung, yang
menggunakan mekanisme kerjasama Build, Operate and Transfer (BOT). Tujuan
penulisan skripsi ini untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan perjanjian
Pembangunan Pasar dan Sub Terminal Parung Beserta Fasilitas Penunjangnya melalui
mekanisme Build, Operate and Transfer (BOT) dan hambatan-hambatan yang timbul
dalam pelaksanaan pembangunan pasar dan sub terminal Parung sehingga pada
akhirnya terjadi keadaan wanprestasi.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analitis
yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan
teori-teori hukum dalam praktik pelaksanaan yang menyangkut permasalahan yang
diteliti. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis normatif,
yaitu penelitian yang mengutamakan data sekunder.
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan ini dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan perjanjian antara pemerintah Kabupaten Bogor dengan Investor Swasta
melalui mekanisme Perjanjian BOT dikaitkan dengan PP tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dan KUH Perdata adalah perjanjian tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan di KUH Perdata dan prinsip-prinsip umum perjanjian BOT dalam PP tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Hambatan-hambatan yang terjadi pada saat
pelaksanaan perjanjian ini adalah berasal dari faktor eksternal yaitu protes masyarakat
dan faktor internal yaitu dari pihak swasta yang tidak melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
Pemerintah tengah giat melakukan pembangunan pelbagai infrastruktur publik
yang dibutuhkan masyarakat, salah satunya adalah pasar. Bagi pemerintah daerah
pembiayaan pembangunan infrastruktur pasar jika hanya mengandalkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dirasakan semakin tidak memungkinkan,
mengingat penyediaan dana APBD untuk melakukan revitalisasi pembangunan pasar
jumlahnya sangat terbatas sehingga mekanisme kerjasama dengan pihak swasta
menjadi sangat penting dan sering dimanfaatkan sebagai salah-satu solusi pembiayaan
bagi suatu pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan infrastruktur publik.
Begitu pula halnya seperti yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor
dalam upaya revitalisasi salah satu pasar di wilayahnya yaitu Pasar Parung, yang
menggunakan mekanisme kerjasama Build, Operate and Transfer (BOT). Tujuan
penulisan skripsi ini untuk mengetahui dan mengkaji pelaksanaan perjanjian
Pembangunan Pasar dan Sub Terminal Parung Beserta Fasilitas Penunjangnya melalui
mekanisme Build, Operate and Transfer (BOT) dan hambatan-hambatan yang timbul
dalam pelaksanaan pembangunan pasar dan sub terminal Parung sehingga pada
akhirnya terjadi keadaan wanprestasi.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analitis
yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dikaitkan dengan
teori-teori hukum dalam praktik pelaksanaan yang menyangkut permasalahan yang
diteliti. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis normatif,
yaitu penelitian yang mengutamakan data sekunder.
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan ini dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan perjanjian antara pemerintah Kabupaten Bogor dengan Investor Swasta
melalui mekanisme Perjanjian BOT dikaitkan dengan PP tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dan KUH Perdata adalah perjanjian tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan di KUH Perdata dan prinsip-prinsip umum perjanjian BOT dalam PP tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Hambatan-hambatan yang terjadi pada saat
pelaksanaan perjanjian ini adalah berasal dari faktor eksternal yaitu protes masyarakat
dan faktor internal yaitu dari pihak swasta yang tidak melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan apa yang diperjanjikan.