TINJAUAN YURIDIS DALAM PELAKSANAAN PERUBAHAN STATUS HAK ATAS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK TERHADAP RUMAH SEDERHANA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DA.
TINJAUAN YURIDIS DALAM PELAKSANAAN PERUBAHAN STATUS HAK
ATAS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK
TERHADAP RUMAH SEDERHANA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK POKOK
AGRARIA Jo KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BPN RI
NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH
UNTUK RUMAH SANGAT SEDERHANA (RSS) DAN RUMAH SEDERHANA
(RS)
ABSTRAK
Kebutuhan akan tanah dan rumah semakin meningkat, karena
pertumbuhan penduduk semakin pesat dan tanah yang tersedia sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia akan tanah. Keterbatasan akan
tanah menyebabkan tanah yang tersedia di ciptakan seefektif mungkin nilai
kegunaanya. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya berbagai macam hak atas
tanah yang dapat di milik oleh para pemegang haknya. Namun demikian tidak
dapat di pungkiri bahwa hak yang paling terpenuh dan terkuat adalah hak milik
atas tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
perubahan HGB menjadi Hak Milik terhadap rumah sederhana berdasarkan
Keputusan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1997 dan untuk mengetahui kedala
dalam pelaksanaan perubahan status hak atas tanah dari HGB menjadi Hak
Milik terhadap rumah sederhana berdasarkan Keputusan Menteri Agraria
Nomor 9 Tahun 1997.
Penulis melakukan penelitian ini melalui pendekatan secara yuridis
normatif, yaitu penelitian kepustakaan untuk memperoleh data skunder yang
terkumpul, berupa bahan hukum yang ada kaitanya dengan permasalahan
yang diteliti, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan
wawancara yang dilakukan di kantor pertanahan Kabupaten Subang.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan skripsi ini
menunjukan bahwa peningkatan hak guna bangunan menjadi hak milik
merupakan hak WNI untuk memperoleh tanah yang turun temurun, terkuat dan
terpenuh. Kendala yang dihadapi adalah biaya yang dianggap para pemohon
peningkatan hak atas tanah masih besar dan waktunya yang dianggap masih
sangat lama karena tidak sesuai dengan apa yang ditentukan oleh instansi
tersebut. Saran-saran sebaiknya Kantor Pertanahan lebih menyederhanakan
tata cara peningkatan hak dan lebih meringankan masalah biaya, kantor
pertanahan lebih aktif didalam memberikan informasi mengenai peningkatan
hak atas tanah pada masyarakat luas khususnya bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
iv
ATAS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK
TERHADAP RUMAH SEDERHANA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK POKOK
AGRARIA Jo KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BPN RI
NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH
UNTUK RUMAH SANGAT SEDERHANA (RSS) DAN RUMAH SEDERHANA
(RS)
ABSTRAK
Kebutuhan akan tanah dan rumah semakin meningkat, karena
pertumbuhan penduduk semakin pesat dan tanah yang tersedia sudah tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia akan tanah. Keterbatasan akan
tanah menyebabkan tanah yang tersedia di ciptakan seefektif mungkin nilai
kegunaanya. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya berbagai macam hak atas
tanah yang dapat di milik oleh para pemegang haknya. Namun demikian tidak
dapat di pungkiri bahwa hak yang paling terpenuh dan terkuat adalah hak milik
atas tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
perubahan HGB menjadi Hak Milik terhadap rumah sederhana berdasarkan
Keputusan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1997 dan untuk mengetahui kedala
dalam pelaksanaan perubahan status hak atas tanah dari HGB menjadi Hak
Milik terhadap rumah sederhana berdasarkan Keputusan Menteri Agraria
Nomor 9 Tahun 1997.
Penulis melakukan penelitian ini melalui pendekatan secara yuridis
normatif, yaitu penelitian kepustakaan untuk memperoleh data skunder yang
terkumpul, berupa bahan hukum yang ada kaitanya dengan permasalahan
yang diteliti, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan
wawancara yang dilakukan di kantor pertanahan Kabupaten Subang.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan skripsi ini
menunjukan bahwa peningkatan hak guna bangunan menjadi hak milik
merupakan hak WNI untuk memperoleh tanah yang turun temurun, terkuat dan
terpenuh. Kendala yang dihadapi adalah biaya yang dianggap para pemohon
peningkatan hak atas tanah masih besar dan waktunya yang dianggap masih
sangat lama karena tidak sesuai dengan apa yang ditentukan oleh instansi
tersebut. Saran-saran sebaiknya Kantor Pertanahan lebih menyederhanakan
tata cara peningkatan hak dan lebih meringankan masalah biaya, kantor
pertanahan lebih aktif didalam memberikan informasi mengenai peningkatan
hak atas tanah pada masyarakat luas khususnya bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
iv