Menuju Langit Biru Kota Bandung.

KOM.PAS
o ,)enin o Se/!lsa
1r'f3 4
5
}It' 19 20

o

0

Jail

.Deb

o Mar

6
21
OApr

.


o Kamis

Rabu

7
22

8
23

OMei

9

0

10
~4


11
25

U

OJun

o Sabtu o Minggu

Jumat

U

Jut

12

13

26


27

Ags

USep

14
28

15
29

UOkt

16

.~

30


UNov

Menuju LangitBiru
KotaBandung

~

~

- .- -

--

~- -- -~

--

-- ---


- -

- - ----

Oleh

D

alam menyambut acara Green Fun Bike, Kompas
Jawa Baratmenyelenggarakan diskusi tentang kualitas udara Kota Bandung. Diskusi yang diikuti Pemerintah Kota Bandung, penggiat lingkungan hidup, pakar
universitas, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas
pencintasepeda ini penting, selain karena kualitas udara yang
semakin buruk.juga karena Kota Bandung berada di wilayah
Cekungan Bandung.
Lokasi di cekungan mengakibatkan sirkulasi udara Kota Bandung cenderung "tertutup" sehingga konsentrasi pencemaran
udara tidak mudah keluar dari sistern Cekungan Bandung. Maknanya, apabila pencemaran udara
Kota Bandung tidak segera diatasi,
ancaman gangguan kesehatan
warga Kota Bandung akan meningkat. Dengan demikian,ongkos
ekonomi yang harus ditanggung

warga dan Pemkot Bandung juga
akan meningkat.
Program Langlt Blru
Program Langit Biru dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur
Jawa Barat No.
660.ljSK.1845-Huk/1996. Program ini adalah program nasional
lingkungan hidup yang tujuannya
adalah memperbaiki kualitas udara, terutama di perkotaan. Kegiatan program Langit Biru adalah pemantauan kualitas udara di beberapa titik yang diprakirakan men-

__0

jadi sumber pencemaran udara,
terutama yang berasal dari aktivitas transportasi. Selain itu, program Langit Birujuga dilaksanakan
melalui perluasan ruang terbuka
hijau (RTH)dan uji emisi kendaraan bermotor.
Saat ini lebih dari 10tahun sejak
dilaksanakannya program Langit
Biru, kualitas udara Kota Bandung
tidak menunjukkan kemajuan

yang berarti. Terlepas dari gencarnya kampanye penanaman sejuta
pohon dan diperolehnya penghargaan kineIja Langit Birudari presiden tahun 2008, fakta menunjukkan bahwa kualitas udara Kota
Bandung cenderung semakin buruk.
Hal ini ditunjukkan oleh hasil
penelitian Pudji Lestari dari Institut Teknologi Bandung bahwa
jumlah kendaraan bermotor di jalanan Kota Bandung yang tidak
terkendali menyumbang karbon
monoksida (CO)599ton pertahun
(98 persen
dari keseluruhan
emisi
~
~

--

pod

AS.pAK


CO di' Kota Bandung). Laju peningkatan pencemaran
udara ini terkait dengan peningkatan
jumlah kendaraan
bermotor terdaftar
/'
I
di Kota Bandung,dari sekitar 416.000pada tahun 1999 menjadi 700.000 kenda.
man saat ini.
Perlu dicatat bahwa pencemaran CO
ini berdampak pada
anak-anak, yaitu mereka menjadi
kurang cerdas. Bagiorang dewasa,
pencemaran CO menyebabkan
disfungsi seksual. Kedua hal tersebut merupakanjenis dampak yang
sangat menakutkan.
KerJa sinergls
Meskipun upaya penurunan
pencemaran CO telah dilakukan
Pemkot Bandung dalam bentuk uji
emisi kendaraan bermotor dan

perluasan RTH, hal itu masih kalah cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan sumber pencemar
CO, yaitu jumlah kendaraan bermotor. Persoalan lain,penanganan
pencemaran udara antaIjajaran
Pemkot Bandung dan di antara
Pemkot Bandung, swasta, dan masyarakat belum sinergis. KeIja sinergis diperlukan karena pencemaran udara di Kota Bandung terkait dengan banyaknya kendaraan
bermotor (carbon emitter) di satu

__
K lip i n 9 Hum 0 sUn

CHAY

2 0 0 9"

.11

sisi, dan kurangnya RTH (carbon
sink) di sisi lain.
Oleh karena itu,

Pemkot Bandung
diharapkan lebih
sinergis dan komprehensif dalarn
upaya menunmkan tingkat pencemaran udara di
KotaBandung.
Untuk itu, perSALOMO tama,
kebijakan
transportasi diharapkan segera menggeser dominasi angkot kendaraan kedl ke moda
transportasi massa!. Jaringan
transportasi massa! ini harus
marnpu menjangkau kantongkantong permukiman sehingga
menjadi alternatif bagi pengguna
kendaraan pn"badi.Di sini diperlukan keIja sarna antara Pemkot
Bandung dan pihak swasta (permukiman dan transportasi). Halhal yang dapat dikeIjasamii\rnn,
antara lain penyediaan seiter bus
dan pengelolaan moda transportasi massal, termasuk penanganan
terhadap operator angkot yang
jwnlahnya telah dikurangi.
Kedua,buruknyakualitas udara
dan semakin gencarnya isu perubahan iklim meningkatkan arti

pentingnya RTH.Vegetasi,antara
lain pohon dan tanarnan hias, menyerap karbon di atmosfer melalui
proses fotosintesis (carbon sink).
Dengan kemarnpuan ini,peran ve-

getasi tidak hanya penting untuk
meresapkan air hujan ke dalarn tanah, tetapi juga perannya dalarn
menyerap karbon.
Oleh karena itu, keIja sarna di
antara Pemkot Bandung, swasta
(perdagangan, industri, perumahan), dan masyarakat dalarn menghijaukan Kota Bandung dipandang sangat strategis. Gerakan
massal "Bandung Hijau" dalarn
bentuk penghijauan dengan vegetasi di atap-atap bangunan, perluasan RTH, dan kompensasi vegetatif akibat pembangunan fisikharus terus dilakukan secara fungsional.
Ketiga,mempertimbangkan semakin maraknya komunitas bersepeda, misalnya komunitas Bike
to Work, Bike to School, dan Bike
for Fun, Pemkot Bandung seyogianya memanfaatkan momentum
ini untuk mengembangkan kebijakan penurunan emisi COdengan
gerakan massal bersepeda. Untuk
itu, perlu disiapkan jalur sepeda
yang"arnan dan nyaman bagi masyarakat.
NgarsoDalem dan WaliKotaDI
Yogyakarta yang pada waktu tertentu naik sepeda ke kantor dapat
menjadi contoh kampanye publik
untuk menggerakkan masyarakat
bersepeda di Kota Bandung. Semoga langit biru segera memayungi Bandung kitayang tercinta.
CHAYASDAK
Research Institute
UniversitasPadjadjaran
- --