Sistem operasional koperasi langit biru dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam

(1)

SISTEM OPERASIONAL KOPERASI LANGIT BIRU

DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

GESHA ROMADONA AULIA NIM: 108043200011

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

GESHA ROMADONA AULIA. NIM 108043200011. SISTEM OPERASIONAL KOPERASI LANGIT BIRU DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM. (Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015 M. x + 68 halaman + 11 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui berinvestasi atau menanamkan modal dengan cara menjadi anggota sebuah koperasi. Karena pada saat ini, masyarakat masih kurang memahami tentang koperasi. Koperasi Langit Biru membuka kesempatan bagi masyarakat khususnya umat muslim untuk berinvestasi daging dengan ikut menjadi anggota Koperasi Langit Biru tersebut. Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian di Koperasi Langit Biru yang terletak di Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Banten. Penulis ingin mengetahui mengenai sistem operasional yang dijalankan oleh Koperasi Langit Biru.

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yang memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan, disajikan kemudian ditarik menjadi sebuah kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem operasional Koperasi Langit Biru belum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dan dalam perspektif Hukum Islam sistem operasional Koperasi Langit Biru terdapat unsur riba.

Kata Kunci: Koperasi Langit Biru, anggota koperasi, sistem operasional. Pembimbing : Drs. Ahmad Yani, MA

Arip Purkon, SHI., MA Daftar Pustaka : Tahun 1954 s.d Tahun 2013


(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin.. tiada kata yang lebih patut terucap pertama kali

selain untain rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah selalu kepada yang mulia, Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan tauladannya kepada kita semua. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang setulus tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil kepada penulis selama menuntut proses penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.

2. Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Bapak Dr. Khamami, MA dan Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc., MA.

3. Pembimbing penulis, Bapak Drs. Ahmad Yani, MA dan Bapak Arip Purkon, SHI., MA yang dengan sabar membimbing skripsi ini serta telah membagikan ilmunya dan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya.

4. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan perkuliahan, ilmu dan bimbingannya semasa kuliah hingga saat ini.


(7)

vi

yang telah menyediakan berbagai macam literatur dalam proses belajar, khususnya pada pembuatan skripsi ini.

6. Mantan Anggota Koperasi Langit Biru yang telah membatu penulis dalam mencari literatur-literatur primer dalam skripsi ini.

7. Orangtua Ayahanda tercinta Sukirman, SH dan Ibunda tercinta Eulis Komala, SH. Adik-adik tercinta Geshi Fitria Aulia, Gema Fazraih Aulia dan Geka Alifah Al-Qonaah, yang tiada pernah berhenti berdoa dan senantiasa memberikan segala hal yang terbaik dan tak ternilai harganya.

8. Septiyan Prawira Dwi Putra yang sangat membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua sahabat dan teman-teman yang memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kantor Notaris dan PPAT Setu Santoso, SH., M.Kn. tempat penulis bekerja saat ini, terimakasih atas izin dan supportnya.

Tiada hal yang dapat penulis persembahkan selain doa yang tulus semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada kita semua dan membalas setiap kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.. ya rabbal‟alamin...

Jakarta, 2015


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 6

E. Review Studi Terdahulu 8

F. Sistematika Penulisan 10

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Koperasi dalam Perspektif Hukum Positif 1. Definisi Koperasi 12

2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi 16

3. Nilai dan Prinsip Koperasi 18

4. Bentuk dan Jenis Koperasi 19

B. Koperasi dalam Perspektif Hukum Islam 1. Definisi Koperasi 23


(9)

viii

2. Landasan dan Asas Koperasi 25 3. Nilai dan Prinsip Koperasi 29 4. Peran Koperasi Melalui Kelembagaan Umat Islam 31

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI LANGIT BIRU

A. Sejarah Berdirinya 34

B. Keanggotaan 37

C. Kegiatan Usaha Dan Tujuan 39

D. Visi Misi Dan Motto 41

E. Manajemen Dan Sistem Operasional 41

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP SISTEM OPERASIONAL KOPERASI LANGIT BIRU

A. Sistem Operasional Koperasi Langit Biru 46 B. Sistem Operasional Koperasi Langit Biru Menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 61

B. Saran-saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam tidak melarang sama sekali umatnya untuk berlomba lomba dalam mencari kekayaan. Bahkan kaya dalam Islam di anjurkan, sebab dengan kekayaan bukan hanya membuka pintu kesenangan dan kesejahteraan. Jika ditelusuri lagi, umat Islam yang kaya bisa bermanfaat baik bagi dirinya atau pun orang-orang disekitarnya. Membayar zakat, infaq, bersedekah maupun pergi haji itu semua ibadah yang memerlukan kemampuan secara finansial. Karena kemiskinan hanya mendekatkan diri pada kekufuran.

Namun dalam mencari harta terdapat aturan main, yakni tidak melanggar hal-hal yang diharamkan Allah SWT. Karena Islam pada dasarnya mengajak umatnya untuk menunjukkan prestasi dengan kompetensi yang sehat. Ibadah dalam lingkup yang luas meliputi segala aktivitas manusia yang positif dan tidak menyalahi ajaran Islam, selama hal itu diorientasikan (diniatkan) demi mencari keridhaan Allah swt.1 Begitupun halnya dengan mencari harta kekayaan dijalan Allah swt merupakan suatu ibadah.

Berusaha untuk mencari kekayaan dapat di lakukan dengan berbagai cara yang baik, seperti berdagang misalnya. Rasulullah SAW adalah seorang pebisnis

1

Arifin Hamid, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) Di Indonesia Aplikasi dan Prospektifnya, cet. I, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), h. 10.


(11)

dan pedagang yang handal. Visi beliau dalam berdagang hanya satu, yaitu bahwa transaksi bisnis sama sekali tidak ditujukan untuk memupuk kekayaan pribadi, namun justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan bisnis dengan etika yang tinggi. Adapun hasil yang didapat harus di distribusikan kesebanyak mungkin umat.2

Selain berdagang bisa juga sebagai pegawai, baik pegawai negeri maupun pegawai swasta. Asalkan ia mampu untuk melaksanakan kewajibannya sebagai pegawai dengan penuh tanggung jawab.

Semakin maju sebuah peradaban daya kreativitas manusia turut berkembang. Begitupun halnya dalam mencari kekayaan, yang sebelumnya hanya berdagang atau menjadi seorang pegawai. Kini bagaimana sebagian hasil dari berdagang atau pun gaji yang diterima sebagai pegawai bisa lebih berkembang tidak hanya sekedar ditabung, hal ini dapat dilakukan dengan cara berinvestasi dan hal ini tidak dapat dilakukan secara individual melainkan sebagai anggota dari suatu kelompok masyarakat.

Bahwa jika semula dalam pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara invidual, maka dalam perkembangannya manusia berusaha melakukannya secara bersama-sama dan dalam perkembangan lebih lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seiring dengan berkembanganya zaman.3

2 “Cara berdagang rasulullah”,

artikel diakses pada 2 November 2012 dari http://cara-muhammad.com/perilaku/cara-berdagang-rasulullah-saw/

3

Hendrojogi, Koperasi Azas-azas, Teori dan Praktek, cet. IV edisi 3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 2.


(12)

Terdapat persamaan antara menabung dengan berinvestasi, yakni keduanya memanfaatkan sebagian hasil yang didapat untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. Namun pada umumnya tabungan dimanfaatkan untuk mengantisipasi kemungkinan keperluan uang mendadak, seperti sakit misalnya. Sedangkan investasi diharapkan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.

Gitman pada dasarnya berpendapat bahwa investasi (jangka panjang) atau pengeluaran modal (capital expenditure) adalah komitmen untuk mengeluarkan sejumlah dana tertentu pada saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan menerima manfaat diwaktu yang akan datang, dua tahun atau lebih.4

Investasi dilihat dari wujud objek investasi dapat dibedakan kedalam (a) investasi riil, (real investment), dan (b) investasi financial (financial investment). Investasi riil adalah investasi yang dilakukan atas aktiva nyata, seperti pembelian mesin, rumah, tanah, mobil, emas dan berbagai aktiva nyata lainnya. Investasi finasial meliputi investasi atas surat-surat berharga (efek), valuta asing, deposito, meminjamkan uang secara komersil kepada pihak lain, dan sebagainya.5

Kini semakin banyak orang yang melakukan investasi. Banyaknya jenis investasi yang tersedia, hal ini menjadikan para investor harus jeli dalam memilih jenis investasi yang akan diikuti, yang sekiranya dianggap kompetetif dalam hasil

4

Murdifin Haming, dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 6.

5

Murdifin Haming, dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis, h. 370


(13)

return yang akan diterima oleh investor. Karena dalam berinvestasi pun memiliki resiko, baik itu kecil, moderat atau pun tinggi.

Investasi sekarang ini tidak hanya dalam bentuk saham, obligasi, rumah, tanah, mobil atau pun emas, ada pula investasi yang akhir – akhir ini sedang marak yakni, investasi daging yang dikelola oleh Koperasi Langit Biru yang sebelumnya bernama PT. Transindo Jaya Komara (PT. TJK). Investasi daging ini menjanjikan profit yang fantastis dan dalam waktu yang singkat dengan return yang cukup besar bahkan hingga ratusan persen pertahun yakni imbal hasilnya mencapai 258,97 persen dalam dua tahun atau 10 persen sebulan dari nilai penyertaan.6 Sehingga tidak sedikit yang tergiur untuk menjadi investor agar memperoleh kekayaan dengan waktu yang singkat dan cara yang cukup mudah.

Semenjak didirikan pada Januari 2011, Koperasi Langit Biru berhasil menghimpun 125.000 anggota dengan total dana investasi mencapai Rp 6 triliun.7 Pada awalnya Koperasi Langit Biru berjalan dengan lancar. Namun, sejak akhir 2011 silam, Koperasi Langit Biru mengalami kemacetan pencairan bonus terhadap para nasabah. Februari 2012 lalu, ribuan nasabah mulai resah karena manajemen Koperasi Langit Biru terus menunda-nunda pencairan bonus.

6

Adi Suhendi, “Bos Koperasi Langit Biru Bisa Dijerat Pasal Berlapis”, artikel diakses pada 3 Januari 2013 dari http://www.tribunnews.com/2012/07/25/bos-koperasi-bumi-langit-bisa-dijerat-pasal-berlapis

7 Sabrina Asril, “Polisi Telusuri Dugaan Pencurian Uang di Koperasi Langit Biru”,artikel

diakses pada 30 Pebruari 2013 dari

http://tekno.kompas.com/read/2012/06/06/20162383/Polisi.Telusuri.Dugaan.Pencucian.Uang.di.Koper asi.Langit.Biru


(14)

Puncaknya, April 2012, para nasabah mendatangi kantor Koperasi Langit Biru di Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang. Hingga akhirnya, pada awal Juni lalu, para nasabah menjarah produk sembako di gudang Koperasi Langit Biru. 8

Berangkat dari permasalah ini, penulis tertarik membahas lebih jauh mengenai aturan koperasi baik secara hukum positif maupun dalam pandangan hukum Islam. Dan penulis mencoba mengakat permasalah ini dengan judul:

“SISTEM OPERASIONAL KOPERASI LANGIT BIRU DALAM

PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat interpretasi hukum merupakan sesuatu yang sangat luas dan kompleks, maka untuk mendapatkan pembahasan yang lebih efektif dan objektif pembahasan ini penulis batasi meliputi hal-hal berikut :

1. Koperasi yang dimaksud disini ialah Koperasi Langit Biru Banten.

2. Hukum positif yang dimaksud ialah Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan koperasi.

3. Hukum Islam yang dimaksud ialah hukum Islam yang membahas tentang perkoperasian

Sedangkan dalam perumusan masalahnya dapat dirinci sebagai berikut:

8

E Mei Amelia R, “Kerugian Nasabah Koperasi Langit Biru”, artikel diakses pada 30 Februari 2013 dari http://news.detik.com/read/2012/06/05/134946/1933193/10/kerugian-nasabah-koperasi-langit-biru-diprediksi-capai-triliunan-rupiah


(15)

1. Bagaimana sistem operasional Koperasi Langit Biru?

2. Bagaimana perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap sistem opersional koperasi tersebut?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sistem opersional Koperasi Langit Biru.

2. Untuk mengetahui perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam terhadap sistem opersional koperasi tersebut.

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Agar menjadi masukan bagi masyarakat yang belum mengetahui tentang sistem operasional koperasi.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kopeasi.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Mengingat dalam karya ilmiah, metode merupakan strategi yang utama dan mempunyai peran yang sangat penting, karena dalam penggunaan metode adalah totalitas cara untuk meneliti dan menemukan kebenaran.9 Untuk itu penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yakni pendekatan survei dengan sumber-sumber yang ada melalui penelitian

9

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Penelitian Pemula, (Jakarta: STIA-LAN Press, 2004), h. 53.


(16)

kepustakaan (Library Research), baik sumber primer yakni Al-Qur‟an dan Hadits, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dan Peraturan Administratif Koperasi Langit Biru. Maupun sumber sekunder yakni berupa buku-buku, artikel, media televisi, situs internet, bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Pengumpulan data dengan studi lapangan (Field Research), yakni dengan melakukan wawancara. Jenis wawancara yang penyusun pilih adalah terbuka dan terstruktur. Terbuka maksudnya para subyek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu. Sedangkan terstruktur adalah wawancara yang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang di ajukan.10 Adapun yang menjadi informan adalah sebagian mantan pengurus dan sebagain mantan anggota yang berkaitan dengan bahasan penulis.

3. Adapun analisa data yang diperoleh penulis dari berbagai sumber (Primer dan

Sekunder) yang berkaitan dengan penelitian, termasuk data pendukung yang diperoleh dari wawancara , maka selanjutnya akan dilakukan analisis kualitatif dengan pola berfikir induktif.

Teknik ini dilaksanakan dengan metode interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Matthew B. Miles dan A Michael Huberman, yang terdiri dari tiga jenis kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda karya, 2000), h. 137-138.


(17)

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul dari catatan

tertulis dilapangan. Penyajian data adalah suatu penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.11

4. Penulisan skripsi ini mengacu pada buku : ”Pedoman Penulisan Skripsi”,

Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

E. Review Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang membahas mengenai topik yang sejenis, penelitian-penelitian terdahulu yang membahas tentang koperasi yaitu :

No Penulis Judul Skripsi Substansi Persamaan dan

Perbedaan Penulis 1 Kamaludin /

NIM: 201046100854 Prodi Perbankan Syari‟ah, ”Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Sistem Operasional Koperasi

Keberadaan KSP di Pondok Pesantren Darul Muttaqien membantu bagi masyarakat pondok maupun sekitar. Namun praktek simpan pinjam

Persamaan: Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif .

Perbedaan: Dalam skripsi ini penulis

11

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif: buku tentang Sumber Metode-Metode Baru, (Jakarta: UI Press, 1992), h. 18.


(18)

Fakultas

Syariah dan Hukum, 2008 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Simpan Pinjam (Studi Kasus Pada Koperasi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor”

yang dijalankan belum sesuai dengan hukum Islam karena didalamnya terdapat unsur riba dengan menerapkan jasa pinjaman bersifat tetap perbulan 3%.

memaparkan tentang sistem operasional koperasi namun lebih menekankan pada koperasi simpan pinjam.

2 Nur Hidayat NIM: 03240078 Prodi Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah, 2008 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ”Aplikasi Perencanaan Koperasi Simpan Pinjam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dalam Kesejahteraan Anggota”

Koperasi Simpan Pinjam KPN UIN Sunan Kalijaga telah melaksanakan unsur-unsur perencanaan dalan menjalankan aktivitasnya kerjanya dengan baik dan lancar dan selalu berupaya untuk mensejahterakan para anggotanya.

Persamaan: Sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif .

Perbedaan: Dalam skripsi ini penulis memaparkan tentang aplikasi fungsi perencanaan yang diajukan oleh anggota kepada


(19)

Yogyakarta Koperasi Simpan Pinjam KPN UIN Sunan Kalijaga. 3 Haris Sriyanto

Prodi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, 2007 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ”Respon Nasabah Koperasi Serba Usaha (KSU) Arrahmah Terhadap Produk Pembiayaan Koperasi Serba Usaha (KSU) Arrahmah Batang Jawa Tengah”

Para anggota atau nasabah Koperasi Serba Usaha (KSU) Arrahmah

memberikan respon yang baik terhadap pembiayaan produk yang terdapat di KSU Arrahmah Batang Jawa Tengah tersebut.

Persamaan: Sama-sama membahas Koperasi Serba Usaha.

Perbedaan: Dalam skripsi ini penulis memaparkan tentang respon nasabah terhadap Koperasi Serba Usaha Arrahmah.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih sistematik maka skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab dengan perincian :


(20)

Bab I, Merupakan pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan, review studi terdahulu dan sistematika penulisan. Bab II, Membahas tentang landasan teori koperasi menurut hukum positif meliputi: definisi koperasi, landasan, asas dan tujuan koperasi, nilai dan prinsip koperasi, bentuk dan jenis koperasi. Dan landasan teori koperasi menurut hukum Islam meliputi : definis koperasi, landasan dan asas koperasi, nilai dan prinsip koperasi serta peran koperasi melalui kelembagaan umat Islam.

Bab III, Membahasan mengenai gambaran umum Koperasi Langit Biru meliputi : sejarah berdirinya, keanggotaan, kegiatan usaha dan tujuan, visi, misi dan motto serta manajemen dan sistem operasional.

Bab IV, Meninjau tentang sistem operasional pada Koperasi Langit Biru dalam perspektif hukum positif dan hukum Islam.

Bab V, Merupakan penutup, yang terdiri atas : kesimpulan, saran-saran, serta diakhiri dengan daftar pustaka.


(21)

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS KOPERASI

A. Koperasi Dalam Perspektif Hukum Positif

1. Definisi Koperasi

Kata koperasi secara etimologi atau segi bahasa ”cooperation” dari bahasa Inggris yang berarti bekerjasama. Akan tetapi tidak semua bentuk usaha bersama disebut koperasi. Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah ”suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekomonian, beranggotakan mereka yang berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan para

anggotanya”. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang

dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka.1

R.M. Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940, menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerjasama untuk memajukan ekonominya.2

1

G. Kartasapoetra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, cet. V, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 1.

2

Andjar Pachta W, dkk, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian dan Modal Usaha, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 19.


(22)

Definisi lain tentang koperasi dikemukakan oleh Paul Hubert Casselman dalam bukunya yang berjudul: “The Cooperative Movement and

some of its Problems” mengatakan: “Cooperation is an economic system with

social contract” (koperasi adalah suatu system ekonomi yang mengandung unsure social).3

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian Koperasi adalah

”perkumpulan juga berusaha dilapangan ekonomi, tetapi tidak bermaksud

mencari untung”.4

Masyarakat Indonesia baru mulai mengenal bentuk koperasi pada awal abad ke-XIX. Seorang patih di Purwekerto bernama R. Aria Wiria Atmadja pada tahun 1896 mendirikan organisasi semacam koperasi simpan pinjam yaitu hulp and spaarbank (bank simpanan) untuk menolong priyayi (pegawai negeri) agar terhindar dari cengkraman lintah darat. Usaha ini, dibantu oleh asisten residen Purwekerto E. Sieburgh. Pada tahun 1898 inisiatif R. Aria Wiria Atmadja diperluas oleh De Wolf van Westerrode, pengganti E. Sieburgh. Bank itu tidak hanya membantu pegawai negeri saja, tetapi juga petani dan pedagang kecil.5

3

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian Sejarah, teori dan Praktek, cet. I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 39.

4

Wilfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. IV, (Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1966), h. 466.

5

Muhammad Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek,


(23)

Secara ideologis, masalah utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana membangun system ekonomi yang sesuai dengan cita-cita tolong-menolong. Pertanyaan ideologis tersebut terjawab bahwa dasar perekonomian yang sesuai dengan cita-cita tolong-menolong ialah koperasi. Seluruh perekonomian rakyat harus berdasar koperasi. Koperasi mendahulukan keperluan bersama dan menomorduakan kepentingan individual. Oleh karena itu, koperasi harus memiliki fungsi mendidik masyarakat dalam hal mengurus keperluan bersama.6

Mohammad Hatta dalam pidatonya tanggal 12 Juli 1951 mengatakn sebagai berikut: “Apabila kita membuka Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan membaca serta menghayati isi Pasal 38, maka tampaklah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuannya ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka yang berusaha sebagai suatu keluarga. Disini tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin dan pekerja. Segala yang bekerja adalah anggota koperasinya, sama-sama bertanggung jawab atas keselamatan koperasi itu. Sebagaimana orang sekeluarga bertanggung jawab atas keselamatan rumah

6

Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi, Djalan Ke Ekonomi dan Koperasi, (Jakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian P.P. dan K, 1954), h. 266.


(24)

tangganya, demikian pula para anggota koperasi sama-sama bertanggung jawab atas koperasi mereka. Makmur koperasinya, makmurlah hidup mereka bersama, rusak koperasinya, rusaklah hidup mereka bersama.”7

Pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi juga memiliki perubahan. Undang-Undang Koperasi Nomor 14 Tahun 1956, Bab III pasal 3 mengatakan bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila.

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perkoperasian pada Bab III Bagian I Pasal 3 dikatakan bahwa koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha-usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Untuk lebih menyesuaikan dengan perkembangan zaman, maka pada tanggal 21 Oktober 1992 dikeluarkan Undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam Pasal 1 ayat (1) koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

7

Andjar Pachta W, dkk, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian dan Modal Usaha, h. 19-20.


(25)

asas kekeluargaan.8

Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha berdasar atas asas kekeluargaan.9

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian maka terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam pergerakan koperasi di Indonesia. Dimana pada undang-undang yang baru tidak disebutkan secara eksplisit adanya unsur sosial, walaupun secara implisit tersirat dalam prinsip-prinsip koperasi dan asas koperasi.10

2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi

Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada Pasal 33 ayat (1) berbunyi: ”perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan”. Dan penjelasannya berbunyi: ”Dasar ekonomi, produksi

dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau pemilikan

anggota masyarakat”.11

Bumi, air Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung didalammnya adalah Karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat Indonesia. Kekayaan

8

Undang-Undang Perkoperasian 1992 (Undang-Undang No. 25 Th. 1992), cet. II. (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 2.

9

Ahmad Dimyanti, dkk. Islam dan Koperasi: Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, (Jakarta: Koperasi Jasa Informasi (KOPINFO), 1989), h. 12.

10

Subandi, Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik), cet. IV, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 15.

11

Departemen Kehakiman RI: Pokok-Pokok Undang-Undang Dasar Tahun 1945, cet. XIII, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 34.


(26)

alam itu harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat baik materiil maupun spirituil. Kekayaan alam itu harus dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia dengan menyelenggarakan susunan ekonomi atas asas kekeluargaan dan gotong royong. Bangun yang sesuai dengan ini ialah koperasi. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian: ”Koperasi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta

berdasarkan atas asas kekeluargaan”.12

Koperasi sebagai suatu usaha bersama harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dalam kehidupan keluarga. Dalam suatu keluarga, segala sesuatu yang dikerjakan bersama-sama ditunjukkan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarga. Usaha berdasar atas asas gotong royong.13

Gagasan koperasi sesungguhnya adalah kerjasama, gotong royong dan demokrasi ekonomi menuju kesejahteraan umum. Kerjasama dan gotong royong ini sekurang-kurangnya dilihat dari dua segi. Pertama, modal awal koperasi dikumpulkan dari semua anggota-anggotanya. Mengenai keanggotaan dalam koperasi berlaku asas satu anggota, satu suara. Karena itu besarnya modal yang dimiliki anggota, tidak menyebabkan anggota itu lebih tinggi kedudukannya dari anggota yang lebih kecil modalnya. Kedua, permodalan itu sendiri tidak merupakan stu-satunya ukuran dalam pembagian hasil usaha. Hal ini dimaksud untuk merangsang peran anggota dalam

12

Sagimun Mulus Dumadi, Koperasi Soko Guru Ekonomi Nasional Indonesia, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 20.

13


(27)

perkoperasian itu. Karena itu dikatakan bahawa koperasi adalah perkumpulan orang, bukan perkumpulan anggota.14

Dalam pasal 3 UU RI No.25/1992 dikatakan bahwa:

”Koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.

3. Nilai dan Prinsip Koperasi

Kongres ke-100 ICA di Manchaster menetapkan ICA Indentity Cooperative Statement (IICIS) yang selain memperbarui, juga menetapkan definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi, sebagai berikut: Nilai-nilai yang menjadi dasar koperasi adalah kemandirian, bertanggung jawab, demokrasi, kesetaraan, keadilan dan solidaritas. Nilai-nilai etika yang diyakini anggota adalah: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan perhatian terhadap sesama.

Prinsip-prinsip koperasi yakni, Prinsip pertama, voluntary and open membership (sukarela dan terbuka). Kedua, democratic member control

(kontrol anggota demokratis). Ketiga, member economic participation

(partisipasi ekonomi anggota). Keempat, aotonomy and independence

(otonomi dan independen). Kelima, education, traning, and information

(pendidikan, pelatihan dan informasi). Keenam, cooperation among

14

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 162.


(28)

coopertives (kerjasama antar koperasi). Ketujuh, concern for community

(perhatian terhadap komunitas). 15

Dalam pasal 5 ayat (1) UU RI No.25/1992 dikatakan bahwa: (1) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi:

a. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka; b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarkan jasa usaha masing-masing anggota;

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. Kemandirian.

4. Bentuk dan Jenis Koperasi

Ketentuan yang terdapat dalam pasal 15 UU RI No.25/1992 menyatakan bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer dan koperasi sekunder.

Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. Koperasi ini dapat dibentuk sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang. Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi. Pengertian koperasi sekunder meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan/atau koperasi sekunder. Koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi.

Sesuai ketentuan yang terdapat dalam pasal 16 UU RI No.25/1992

beserta penjelasannya dinyatakan bahwa ”jenis koperasi didasarkan pada

15


(29)

kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya”. Dasar untuk

menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya.

Penjenisan koperasi dapat ditinjau dari berbagai sudut pendekatan, antara lain sebagai berikut:

a. Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut.

1) Koperasi konsumsi 2) Koperasi kredit 3) Koperasi produksi 4) Koperasi jasa

5) Koperasi distribusi (pemasaran)

b. Berdasarkan golongan fungsional, maka dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut.

1) Koperasi Pegawai Negeri (KPN)

Untuk menyesuaikan dengan perkembangan keadaan, maka pada tanggal 4 April 1995 nama induk koperasi pegawai negeri Republik Indonesia (IKP-RI). Perubahan nama induk koperasi pegawai negeri menjadi koperasi pegawai Republik Indonesia dengan sendirinya diikuti oleh semua jenjang dibawahnya.


(30)

3) Koperasi angkatan udara (Kopau) 4) Koperasi angkatan kepolisian (Koppol) 5) Koperasi pensiunan angkatan darat 6) Koperasi pensiunan (Koppen) 7) Koperasi karyawan (Kopkar) 8) Koperasi sekolah

c. Berdasarkan lapangan usaha, maka dikenal beberapa jenis koperasi antara lain sebagai berikut.

1) Koperasi desa

Adalah koperesi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.

2) Koperasi konsumsi

Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan langsung dalam bidang konsumsi.

3) Koperasi pertanian

Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari petani pemilik tanah, penggarap, buruh tani, dan orang-orang yang berkepentingan serta mata pencahariannya berhubungan dengan usaha pertanian yang bersangkutan.


(31)

Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha dan buruh perternakan yang berkepentingan dan mata pencahariannya langsung berhubungan dengan perternakan.

5) Koperasi perikanan

Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha, pemilik alat perikanan, buruh/nelayan yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan perikanan.

6) Koperasi kerjinan/industri

Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha, pemilik alat-alat produksi dan buruh yang berkepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan kerjinan/indsutri yang bersangkutan.

7) Koperasi simpan pinjam/kredit

Koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang yang mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan.

8) Koperasi asuransi

Asuransi koperasi di Indonesia dimaksudkan untuk menjamin kesejahteraan anggota. Salah satu contoh koperasi asuransi adalah koperasi asuransi Indonesia (KAI) yang pada akhir tahun 1995 telah mempunyai 2.567.798 pemegang polis, menduduki peringkat empat dalam deretan asuransi-asuransi jiwa di Indonesia dalam hal penjualan polis.


(32)

Koperasi Unit Desa dihdahului dengan berdirinya BUUD/KUD yang mendasarkan pada Inpres No.4 Tahun 1973.16

B. Koperasi Dalam Perspektif Hukum Islam

1. Definisi Koperasi

Koperasi dalam fiqh Islam dikenal dengan Syirkah atau semakna dengan kata Al-Syirkah atau semakna dengan ”al-Ikhtilat” yaitu suatu perserikatan/perkongsian. Adapun dari segi istilah, koperasi adalah akad antara orang-orang untuk berserikat modal dan keuntungan.17

Syirkah dalam bahasa Arabnya berarti percampuran atau interaksi. Bisa juga artinya membagikan sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum kebiasaan yang ada. Beberapa pengertian al-syirkah secara terminologis yang disampaikan oleh fuqaha Mazhab empat adalah sebagai berikut: ”Menurut fuqaha Malikiyah, al-syirkah adalah kebolehan (atau izin) bertasharruf bagi masing pihak yang berserikat. Maksudnya masing-masing pihak yang saling memberikan izin dan pihak lain dalam mentasharrufkan harta (objek) perserikatan. Menurut fuqaha Hanabilah, al-syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan tasharruf. Menurut fuqaha

Syafi‟iyah, al-syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu bagi dua pihak atau

lebih dengan tujuan persekutuan. Sedang menurut fuqaha hanafiyah,

16

Firdaus, dan Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek, h. 61-69.

17

Junaedi B.SM., Islam dan Intreprenedrialisme: Suatu Studi Fiqh Ekonomi Bisnis Modern, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h. 147.


(33)

syirkah adalah akad antara pihak-pihak yang berserikat dalam hal modal dan

keuntungan”.18

Sebagian ulama menganggap koperasi (Syirkah Ta’uwuniyah) sebagai akad mudharabah, yakni suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih, disatu pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut perjanjian, dan di antara syarat sah mudharabah itu adalah menetapkan keuntungan setiap tahun dengan presentase tetap, misal 1% setahun kepada salah satu pihak dari mudharabah tersebut. Karena itu, apabila koperasi itu tidak menetapkan dengan keuntungan tersebut diatas (menetapkan presentase keuntungan tertentu kepada salah satu pihak mudharabah), maka akad

mudharabah itu tidak sah atau batal, dan seluruh keuntungan usaha jatuh kepada pemilik modal, sedangkan pelaksana usaha mendapat upah yang sepadan atau pantas.

Mahmud Syaltut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab Syirkah Ta’uwuniyah tidak mengandung unsur mudharabah yang dirumuskan oleh fukaha. Sebab Syirkah Ta’uwuniyah, modal usahanya adalah dari sejumlah anggota pemegang saham, dan usaha koperasi itu dikelola oleh pengurus dan karyawan yang dibayar oleh koperasi menurut kedudukannya masing-masing.

18 Moch. Thohir „Aruf,

Kemitraan dan Pembagian Profit Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009), h. 19-20.


(34)

Kalau pemegang saham turut mengelola usaha koperasi itu, maka ia berhak mendapat gaji sesuai dengan sistem penggajian yang berlaku.19

2. Landasan dan Asas Koperasi

Landasan hukum yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan syirkah sebagai berikut:

a. Al-Quran ....











...

) ص , ٨٣ : ٤٢ )

Artinya: ”... Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ...”

(Q.S. Shaad, 38 : 24) b. Al-Hadits

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan Abu Daud dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW bersabda:

ْنََُْ َماَم ِبْيَكيِرَشلا ُثِلاَث اَنَأ ُلْوُقَ ي َها َنِإ َلاَق ُهَعَ فَر َةَرْ يَرُه َِِأ ْنَع

ُهَبِحاَص اَُُُدَحَآ

Artinya: ”Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, ”Aku (Allah) adalah orang ketiga dalam perserikatan antara dua orang, selama salah seorang tidak mengkhianati lainnya, jika diantara mereka ada yang berkhianat maka Aku meninggalkan mereka berdua”.20

(HR. Abu Daud No. 2936 dalam

19

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalat), h. 162-165.

20Muhammad bin Isma‟il al

-Amir al-Yamani Ash-Shan‟ani, Subulus Salam, Juz 3, (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 1998), h. 64.


(35)

kitab al-Buyu, dan disahkan oleh Hakim).

Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambaNya yang melakukan perkongsian selama masih menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.21

c. Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni,22 telah berkata, ”Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen

darinya”. Dan menurut Ibnu Mundzir pelaksanaan syirkah telah disepakati

kebolehannya oleh para ulama.23

Sifat koperasi sebagai praktek muamalah maka dapat ditetapkan hukum koperasi adalah mubah berarti dibolehkan, sebagaimana khaidah fiqh yang berbunyi:

ِف ُلْصَأَا

َلَم اَعُما

ِت

َا

ةَح اَب إ

ِا

َل

َا ْن

ُدَي

َل

َد ِل

لْي

ِْيِرََْ ىَلَع

َاه

Artinya: ”Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh

dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.24

Hasil istimbath ini secara metodoligis telah digunakan pendekatan

21

Muhammad Syafi'i Antonio, Bank syariah: dari Teori Ke Praktik (Jakarta: PT. Gema Insani Press, 2001), hal. 91.

22

Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Mughni Wa Syarh Kabir, vol. V, (Beirut: Darul-Fikr, 1979), h. 109.

23

Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah, cet. I, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 167.

24


(36)

ijtihad, mengingat beberapa hal. Pertama, tidak dapat ditetapkan hukum koperasi di dalam nash, karena ayat-ayat Al-Quran dan hadits tidak memberikan ketentuan secara definitif (qath’i) terhadap apa yang di sebut koperasi. Kedua, tidak dapat ditetapkan hukum koperasi atas dasar Qiyas (analog), mengingat nash tidak juga memberi petunjuk cara cara umat Islam bersusaha melalui bentuk-bentuk usaha semisal atau sejenis koperasi. Kedua pendekatan ini sama-sama bersifat deduktif. Oleh karena itu hukum koperasi harus dicari atas dasar pendekatan induktif. Hal ini dapat dipahami melalui banyak ayat-ayat al-Quran dan hadits yang bersifat juz’iyyat (parsial), baik yang bersifat filosofis, etis dan petunjuk-petunjuk praktis dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mendasari segi-segi yang luas dari koperasi.25

Persamaan falsafah atau etik itu dapat ditemukan antara lain dalam penekanan pentingnya kerjasama dan tolong menolong (ta’awun), persaudaraan (ukhuwah), dan pandangan hidup demokrasi (musyawarah). Al-Quran menyuruh manusia agar bekerjasama dan tolong menolong, dengan menegaskan bahwa kerjasama dan tolong menolong itu hanyalah dilakukan dalam kebaikan dan mencerminkan ketaqwaan kepada Tuhan. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:





25


(37)

























)

ةدئآملا , ٥ : ٤ )

Artinya: ”Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaNya”. QS. Al-Maidah (5) : 2

Asas koperasi yaitu kekeluargaan. Sebagaimana halnya dalam keluarga untuk mencapai suatu kesepakatan diperlukan adanya musyawarah. Bahkan di dalam masalah keduniaan, seperti halnya mengelola koperasi Islam mewajibkan musyawarah. Acuan moralnya adalah bahwa manusia berkedudukan sama dihadapan Tuhan; dan yang membedakannya adalah dari segi ketakwaannya. Dengan dasar ini setiap anggota kelompok di anggap mempunyai kesempatan yang sama dan setiap orang diantaranya adalah calon-calon penyumbang saran dan pendapat.

Kewajiban dalam Islam untuk musyawarah, dalam koperasi dijamin melelui Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai forum musyawarah tertinggi yang minimal dilaksanakan satu tahun sekali. Dengan agenda masalah-masalah pokok dalam koperasi RAT memberi ikatan keorganisasian dalam hal kesamaan kedudukan, mengundang


(38)

partisipasi, menentukaan hak dan kewajiban serta mengikat tanggung jawab dalam hal keuntungan dan kerugian.

Dalam kerangka ini RAT merupakan manifestasi dari kerjasama yang dilakukan secara suka rela dan terbuka. Nilai-nilai ini, khususnya kesukarelaan dalam tindakan merupakan prinsip dasar Islam. Dalam pengertian lebih khusus (tahksisi), setiap transaksi, baik dalam jual beli, berserikat maupun perjanjian harus didasarkan pada prinsip suka rela. Satu transaksi yang didapati didalamnya unsur-unsur paksaan, maka transaksi itu batal atau tidak lagi syah menurut syariat agama Islam. Kerjasama dan musyawarah mencerminkan adanya persaudaraan (ukhuwah) yang dicita-citakan sebagai ciri ideal umat Islam.26

3. Nilai dan Prinsip Koperasi

Nilai-nilai taawun, musyawarah dan ukhuwah dalam Islam sama dengan nilai kerjasama, demokrasi, sukarela terbuka dan kekeluargaan dalam prinsip koperasi. Namun analisa ini bukan merupaka satu-satunya model pendekatan etis terhadap koperasi. Asnawi Hassan telah mencoba menelusuri dalam tekanan yang berbeda, betapapun masih dalam analisa etika. Asnawi Hassan dengan mengacu teori Hans H. Miinkner yang mengikhtisarkan konsep nilai koperasi kedalam delapan ide umum koperasi dan sebelas prinsip koperasi, melihat kesesuaiannya dengan aksioma-aksioma etika-ekonomis

26

Ahmad Dimyanti, dkk. Islam dan Koperasi : Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, h. 72-73.


(39)

dalam Islam. Ke-delapan ide umum koperasi menurut Hans H. Miinkner adalah (i) swadaya, (ii) solidaritas, (iii) demokrasi, (iv) ekonomi, (v) kebebasan, (vi) keadilan, (vii) altruisme dan (viii) pengembangan sosial. Sedangkan kesebelas prinsip koperasi yang dimaksud adalah (i) menolong diri sendiri berdasarkan solidaritas, (ii) promosi anggota, (iii) kesatuan pemilik dan konsumen, (iv) efisiensi ekonomi, (v) perkumpulan sukarela, (vi) keanggotaan terbuka, (vii) management dan kontrol secara demokratis, (viii) otonomi, (ix) distribusi yang adil dan merata dari hasil-hasil yang didapat dari pelaksanaan usaha koperasi, (x) dana cadangan yang tidak dapat dibagi, (xi) promosi pendidikan bagi anggota.

Adapun aksioma etika-ekonomis Islam yang dikemukakan oleh Asnawi Hassan untuk menyoroti konsep nilai koperasi adalah (i) aksioma kesatuan, (ii) aksioma keseimbangan, (iii) aksioma kemauan bebas dan (iv) aksioma pertanggung jawaban.

Asnawi Hassan dengan melakukan semacam contencts analysis, menganalisa muatan nilai dari keduanya dengan cara memperbandingkan muatan-muatan nilai yang berkesesuaian, maka diperoleh kesimpulan adanya kemunasabahan dan kesesuaian yang kuat antara keduanya. Lebih lanjut disimpulkan bahwa dalam keberadaan dan kehidupannya, koperasi yang benar mengemban dan wajib mengamalkan nilai-nilai etis yang sesuai dengan ajaran Islam. Atau dapat dikatakan juga bahwa lembaga koperasi itu bersifat Islam,


(40)

karena memiliki ciri-ciri sebagai lembaga yang bernafaskan Islam.27 4. Peran Koperasi Melalui Kelembagaan Umat islam

a. Masjid dan Koperasi

Adalah dua term (istilah) dari dunia yang berbeda satu sama lain.

Dari segi bentuknya sebagai ”intuisi” (lembaga), masjid adalah rumah

ibadah bagi kaum muslimin; sedangkan koperasi merupakan kerjasama usaha. Masjid merupakan sarana untuk kebahagiaan dan kesejahteraan disisi Allah swt (Habluminallah). Koperasi adalah sarana guna menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bersama secara horisontal (Habluminannas).

Koperasi dari segi hakekatnya juga mempunyai hubungan yang erat dengan masjid. Dari segi makna hakikinya, masjid melambangkan nilai spiritualitas, spiritual values, sedangkan dalam gagasan koperasi terkandung nilai materialitas, material values, melalui bentuk kerjasama untuk meningkatkan kemakmuran bersama dalam masyarakat.

Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan koperasi itu tidak boleh terlepas jauh atau dibiarkan terputus hubungan dengan sinar masjid, dan juga kegiatan-kegiatan masjid tidak boleh memisahkan diri dari kegiatan perkoperasian. Bahkan di zaman Rasulullah, masjid itu sendiri dikenal sebagai pusat peradaban umat Islam. Masjid tidak hanya merupakan

27

Asnawi Hassan, Koperasi dalam Pandangan Islam, INFOKOP, No. 1 (Desember, 1984), h. 20-28.


(41)

tempat sholat, dzikir, dan berdoa, tetapi juga merupakan markas tentara Islam, balai pengobatan orang sakit (seperti kasus seorang sahabat kena panah dalam peperangan lalu dibawa berlindung dimasjid untuk memperoleh pengobatan), pusat pendidikan, dan bahkan pusat pemerintahan dan majelis bahasan masalah-masalah ekonomi.28

b. Koperasi dan Pesantren

Kehadiran koperasi dilingkungan pondok pesantren pada dewasa ini bukan merupakan barang baru. Populer dengan sebutan KOPONTREN, sebagai singkatan dari koperasi pondok pesantren. Kopontren bukan saja menandai memasyarakatnya koperasi di Indonesia, melainkan juga menandai pengembangan peranan fungsi dan dinamika pesantren itu sendiri disatu pihak serta potensinya sebagai detonator bagi pengembangan koperasi selanjutnya dimasyarakat pihak lain. Meningkatnya perhatian terhadap kopontren didukung oleh kesadaran akan nilai potensinya itu.29

c. Lembaga Dakwah dan Koperasi

Dakwah ditinjau dari segi etimologi berarti panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk kata ini dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan

28

Ahmad Dimyanti, dkk. Islam dan Koperasi : Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, h. 123-129.

29


(42)

bentuk kata kerjanya atau fi‟il adalah ”da’a Yad’u” yang berarti

memanggil, menyeru dan mengajak. Secara umum dakwah didefinisikan sebagai usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya ditengah-tengah kehidupan manusia.30

Efektifitas dakwah selanjutnya melahirkan lembaga-lembaga dakwah sebagai pelaksana fardlu kifayah. Lembaga dakwah lahir dan berkembang melalui proses sosial dan tentu saja dikondisikan secara sosial.

Memperhatikan urgensi diatas, maka sangat beralasan jika dakwah memilih koperasi sebagai alternatif kelembagaan pengembangan sosial-ekonomi masyarakat. Koperasi sebagai gerakan masyarakat menandai jalinan kebersamaan dan kesatuan yang menimbulkan Cooperative Effect, yaitu pengaruh-pengaruh sosial, budaya dan mentalitas masyarakat. Efek koperatif terumus dalam fungsi dan peranan (sekaligus tugas) koperasi yang variable menurut visi dakwah.

30


(43)

34

BAB III

GAMBARAN UMUM KOPERASI LANGIT BIRU

A. Sejarah Berdirinya

Ustad Jaya Komara ialah pendiri sekaligus Direktur Utama Koperasi

”Serba Usaha” Langit Biru yang terletak di Bukit Cikasungka Blok ADF 13 No.

2-5 Desa Cikasungka Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang Banten, 15730. Awalnya Jaya Komara pindah ke Bukit Cikasungka bersama istri dan 9 anaknya pada tahun 2003, disana ia dan keluarganya menempati rumah kosong. Sebagai warga pendatang, Jaya Komara berperilaku baik di mata warga sekitar dan terkenal ulet dengan usaha yang dirintisnya mulai dari tanam belut, tanam lele dan minyak godog untuk pijat. Hampir seluruh warga Bukit Cikasungka, pernah diurut oleh Jaya Komara. Jasa pengobatan Jaya Komara ini sudah tersohor di lingkungan warga sekitar. Tidak hanya warga sekitar, tapi penduduk luar kampung juga banyak yang menggunakan keahliannya dalam berobat itu.

Selain itu Jaya Komara dikenal sebagai penceramah dimasjid – masjid sekitar, dan mengisi ceramah dikawasan kebon jeruk, Jakarta. Kegiatan ceramah dan tabligh akbar ini ia lakoni sejak tahun 2003 atau mulai awal ia menempati rumah di Bukit Cikasungka. Hingga akhirnya ia mendapat panggilan Ustad Jaya Komara.

Jaya Komara dikenal warga sebagai pria yang ulet. Segala macam pekerjaan dan usaha pernah ia tekuni. Perlahan-lahan, Jaya Komara bangkit dari


(44)

keterpurukan. Hingga akhirnya sekitar tahun 2005, Jaya Komara berjualan daging ke warga sekitar. Daging yang ia jual itu, ia dapatkan dari suplier. Dalam menjalankan bisnisnya, ia menawarkan sistem kredit daging. Setiap warga yang mengambil daging darinya, tidak pernah dipaksa untuk membayar sesuai tarifnya. Pada saat itu harga daging sebesar Rp. 60.000,- perkilogram, ia tidak pernah mematok kredit yang harus dibayar setiap hari. Dengan keikhlasannya dalam berjualan, ia tidak pernah mengingat-ingat berapa catatan utang warga yang mengambil daging darinya. Meski demikian, warga sekitar punya kesadaran sendiri dalam membayar utangnya ke Jaya Komara.

Atas landasan itu, warga sekitar mulai banyak yang tertarik. Lama-lama, pesananan daging dari Jaya Komara semakin banyak peminatnya. Hingga akhirnya, ia menawarkan daging untuk paket lebaran. Disitulah puncak kejayaan Jaya Komara. Hingga pada tahun 2010, bisnisnya dalam daging itu ia kembangkan. Ia pun kemudian mendirikan PT. Transindo Jaya Komara (TJK) yang bergerak dibidang investasi daging.

Sistem yang dipakai di PT. Transindo Jaya Komara adalah sistem bagi hasil. Dimana, setiap investor yang menginvestasikan uangnya di PT. Transindo Jaya Komara akan mendapatkan bonus sekitar 10 persen. Ibu Genta adalah investor pertamanya kala itu. Ia mengambil paket besar (100 kg daging) dengan nilai investasi Rp 8,5 juta. Ibu Genta mendapatkan bonus Rp 1,7 perbulannya untuk investasinya itu.


(45)

"Cuma saya waktu itu bonusnya Rp 1 juta, nah yang Rp700 ribunya itu untuk cicilan motor. Sampai bulan kesepuluh, saya dapat satu motor dan sisa cicilannya Rp 12 juta dibayar lunas oleh Ustad Komara, bersih tanpa potongan," jelas Ibu Genta.

Selama menjadi investor PT. Transindo Jaya Komara, Jaya Komara tidak pernah menyuruh mengajak orang untuk berinvestasi. Ia hanya berpesan kepada Ibu Genta untuk membagikan hasil yang ia peroleh dari berinvestasi di PT. Transindo Jaya Komara kepada orang sekitar. Dengan dibuktikannya janji Jaya Komara itu, warga sekitar mulai tertarik untuk ikut berinvestasi. Tak hanya itu, warga luar daerah pun mulai berdatangan untuk investasi di PT. Transindo Jaya Komara.

Sebagai investor pertama, Ibu Genta juga kecipratan untung. Ia mampu mengumpulkan ratusan hingga ribuan downline. Nilai investasi yang dikumpulkan downline pun mencapai Rp 2 miliar.

Atas usahanya itu, perekonomian Jaya Komara meningkat. Dari awalnya yang hanya menempati rumah kecil, Jaya Komara kini mampu membeli rumah dua lantai dengan ukuran besar. Bahkan, ia mampu membeli tanah perkebunan Bukit Cikasungka seluas sekitar 1 hektar. 1

1

E Mei Amelia R, “Jaya Komara Langit Biru, Dari Tukang Urut Hingga Jadi Triliuner”,

artikel diakses pada 28 Januari 2014 dari

http://finance.detik.com/read/2012/06/11/080037/1937628/10/9/jaya-komara-langit-biru-dari-tukang-urut-hingga-jadi-triliuner


(46)

Pada bulan Januari 2011 diadakan musyawarah untuk membentuk struktur kepemimpinan PT. Transindo Jaya Komara dan dihasilkan keputusan sebagai berikut :

Direktur Utama : Ust. Jaya Komara Wakil Direktur : Partiot Ahmad Yani

Direktur Keuangan : Marissa (anak Ust. Jaya Komara) Komisaris : Suami Marissa

Selain struktur kepemimpinan diatas terdapat pula karyawan lain yang bekerja sebagai operator dan kasir.2

Seiring dengan semakin pesatnya usaha Komara ini, perusahaan pun berubah nama menjadi Koperasi Langit Biru. Koperasi Langit Biru sendiri berdiri atas dasar Akta Notaris Winda Wirata No.24 Tanggal 9 April 2011. Izin koperasi dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Banten, tanggal 20 Juli 2011 No. 81/BH/XI/KUMKM/VII/2011.

Koperasi Langit Biru terdaftar sebagai Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam sebagaimana yang tertera pada Surat Keterangan Terdaftar dari Kementerian Keuangangan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pajak.

B. Keanggotaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu nasabah Koperasi Langit Biru untuk menjadi anggota Koperasi Langit Biru, terdapat persyaratan yang

2

Yuwono Triatmodjo dan Teddy Gumilar, “Ini pengakuan mantan petinggi Koperasi Langit

Biru”, artikel diakses pada 28 Januari 2014 dari


(47)

harus di penuhi, yakni: 1. Wajib beragama Islam

2. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk / Akte kelahiran (bagi yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk 1 lembar

3. Fotocopy Kartu Keluarga 1 lembar

4. Foto 1 lembar ukuran 3 x 4 dan 1 lembar ukuran 3R untuk

5. Mengisi formulir (harus di isi nama investor dan nama sponsor serta ditanda tangani)

6. Menyetorkan uang sesuai dengan pilihan paket yang di inginkan

Setiap pendaftaran harus menggunakan sponsor, tidak dapat mendaftarkan diri sebagai anggota Koperasi Langit Biru secara personal. Koperasi Langit Biru menggunakan sistem binary (jaringan), yaitu anggota yang diatas (upline) mengajak anggota baru (downline) minimal 10 orang. Bila calon anggota berhalangan datang sendiri pendaftaran bisa dititipkan kepada sponsor.

Mengenai tata cara pendaftaran sebagai anggota Koperasi Langit Biru adalah sebagai berikut:

1. Calon anggota membawa syarat-syarat seperti yang disebut diatas.

2. Calon anggota mengantri untuk diverifikasi terlebih dahulu dokumennya apakah asli dan masih berlaku atau tidak (diharapkan membawa dokumen asli dan masih berlaku karena sia-sia antri lama jika nanti tidak dapat mendaftar). 3. Setelah mendaftar para anggota baru diberikan kwitansi sebagai bukti untuk


(48)

tidak dapat mengambil bonus.

Sistem pendaftaran dibuka setiap bulan mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 20, sedangkan tanggal 21 hingga tanggal 30 untuk mengambil bonus investor.

C. Kegiatan Usaha dan Tujuan

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Koperasi Langit Biru adalah pengelolaan daging dan hasil peternakan, bekerja sama dengan 62 penyuplai daging sapi.3 Para anggota menanamkan investasi kepada Koperasi Langit Biru, kemudian oleh koperasi dikelola dan dikembangkan dengan cara menanamkan modal ke penyuplai daging tersebut. Dari modal yang ditanamkan oleh Koperasi Langit Biru ke para penyuplai daging tersebut, Koperasi Langit Biru mendapatkan keuntungan yang mana sebagian dari keuntungan tersebut Koperasi Langit Biru berikan kepada para anggota Koperasi Langit Biru selaku investor.

Semakin lama Koperasi Langit Biru semakin pesat perkembangannya, jumlah anggotanya pun terus bertambah. Kegiatan usaha Koperasi Langit Biru terus dikembangkan menjadi beberapa unit usaha, yakni:

1. CV. Tritunggal Jaya Nur Alip Distributor Daging dan Perdagangan Umum 2. PT. Transindo Jaya Komara Angkutan Umum (Darat, Laut dan Udara)

3

Sabrina Asril, “Inilah Modus Investasi Bodong ala Koperasi Langit Biru”, diakses 30

Pebruari 2014 dari

http://nasional.kompas.com/read/2012/06/07/16480393/Inilah.Modus.Investasi.Bodong.ala.Koperasi.L angit.Biru.dan.PT.GAN


(49)

3. Safwa Tirta Jaya AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) 4. Indo Komara Jaya Sembako

5. AIP 21 (Argo Indah Permata) SMART Key Alarm 6. Reximax Kopi Herbal

7. Para Leasing 8. Toko Bangunan4

Tujuan Ustad Jaya Komara mendirikan Koperasi Langit Biru bukan hanya mencari keuntungan semata, namun juga bukan usaha sosial yang memberikan bantuan kepada yang membutuhkan secara cuma-cuma, melainkan dengan mengajak masyarakat untuk dapat mengembangkan usaha bersama demi kesejahteraan bersama.

Koperasi Langit Biru berawal dari pandangannya terhadap strata kehidupan masyarakat Indonesia, yang kaya makin kaya dan yang miskin tetap miskin. Maka tercetuslah sebuah ide kreatif untuk pengembangan usahanya dengan melibatkan masyarakat Muslim lebih banyak lagi. Maka untuk mengembangkan usahanya Ustad Jaya Komara pada awalnya hanya menggandeng masyarakat sekitar saja untuk ikut serta menikmati hasil usaha daging sapinya.5

4 “Koperasi Langit Biru”

, di akses 30 Pebruari 2014 dari http://koperasilangitbiru-ims.blogspot.com/

5

Yulis Sulistyawan, “Sejarah Jaya Komara Dirikan Koperasi Langit Biru”, artikel diakses pada 14 Pebruari 2014 dari http://www.tribunnews.com/nasional/2012/07/24/sejarah-jaya-komara-dirikan-koperasi-langit-biru


(50)

Dari tujuannya yang sangat baik itulah semakin banyak yang ingin menjadi anggota Koperasi Langit Biru.

D. Visi, Misi dan Moto

Visi dari Koperasi Langit Biru, yakni:

1. Menjadikan Koperasi Langit Biru sebagai salah satu perusahaan go internasional yang mengemban amanah

2. Membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan

3. Memberikan solusi kepada kaum muslim untuk bersama-sama saling tolong menolong.

Misi dari Koperasi Langit Biru, yakni:

1. Mensejahterakan rakyat kecil/menengah khususnya kaum muslimin dan muslimat

2. Senantiasa membantu atau menolong para kaum dhuafa, fakir miskin, yatim piatu

3. Selalu menjalankan sunah Rasulullah SAW.

Motto dari Koperasi Langit Biru adalah solusi hidup bermartabat menjalankan syariat Islam.

E. Manajemen dan Sistem Operasional

1. Manajemen

Manajemen sebagai proses yang menggerakan organisasi merupakan hal yang penting, karna tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama.


(51)

Istilah manajemen berhubungan usaha untuk mencapai tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang tersedia dalam organisasi dengan cara sebaik mungkin. Karena dalam pengertian “organisasi” selalu terkandung sekelompok (lebih dari 2 orang) manusia maka manajemenpun biasanya digunakan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompok manusia, walaupun manajemen itu dapat pula diterapkan terhadap usaha usaha secara individu.

Berdasarkan buku terbitan International Labour Organitazion (ILO) yang berjudul Cooperative Management and Administration, cendrung untuk melihat manajemen koperasi dari segi administrasi dan pembahasan koperasi mengarah ke bidang masalah-masalah ilmu administrasi dan birokrasi.6 Maka penjelasan tentang manajemen Koperasi Langit Biru Banten akan berbicara tentang organisasi dan administasi.

Koperasi Langit Biru merupakan koperasi yang didirkan oleh Jaya Komara berdiri atas dasar Akta Notaris Winda Wirata No.24 Tanggal 9 April 2011. Izin koperasi dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Banten, tanggal 20 Juli 2011 No. 81/BH/XI/KUMKM/VII/2011.

Koperasi Langit Biru mempunyai hubungan kerja, baik hubungan kerja secara vertical maupun horizontal. Hubungan kerja secara vertical yakni dilakukan antara Koperasi Langit Biru dengan para anggotanya. Sedangkan

6

Pandji Anoraga, Manajemen Koperasi , Teori dan Praktek, cet. I, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 79.


(52)

hubungan kerja secara horizontal dilakukan terhadap beberapa unit usaha yang dikelola maupun yang bekerjasama dengan Koperasi Langit Biru.

2. Sistem Operasional

Setiap perkumpulan atau organisasi dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuannya memerlukan sejumlah modal. Sebagai badan usaha, koperasi memerlukan modal sesuai dengan lingkup dan jenis usahanya. Begitupun halnya dengan Koperasi Langit Biru memerlukan modal untuk menjalankan kegiatan koperasi.

Permodalan Koperasi Langit Biru didapat dari para anggota koperasi yang berinvestasi pada Koperasi Langit Biru.

Sistem yang dipakai di Koperasi Langit Biru adalah sistem bagi hasil. Di mana, setiap anggota yang berinvestasi di Koperasi Langit Biru akan mendapatkan profit sebesar Rp. 10.000,-/ hari/ Kg daging. Cara kerja Koperasi Langit Biru yakni menggunakan sistem binary (jaringan), yaitu anggota yang di atas (upline) mengajak anggota baru (downline) minimal 10 orang untuk mendapatkan bonus dari koperasi dengan menyertakan data – data anggota baru (downline) dan nilai investasi yang dipilih.

Bagi anggota yang ingin berinvestasi, Koperasi Langit Biru memiliki dua mekanisme investasi, yakni mekanisme investasi daging dengan paket kecil dan mekanisme investasi daging dengan paket besar. Yang dimaksud dengan investasi paket kecil adalah paket mulai dari 5 kg daging sampai dengan 95 kg daging, sedangkan investasi paket besar adalah paket 100 kg


(53)

daging. Para anggota baru (downline) dapat memilih nilai invetasi yang diinginkan.

Setiap anggota, baik yang berinvestasi paket kecil maupun paket besar mendapatkan hasil dari nilai investasi berupa uang, bonus produk sponsor, dan bonus Ibadah Keagaamaan. Bonus yang diterima setiap bulan oleh anggota sesuai dengan nilai investasi yang yang di tanamkan oleh anggota. Untuk bonus produk telah ditetapkan oleh Koperasi Langit Biru. Bonus produk untuk bonus individu di atas Rp. 75.000,- sampai dengan Rp. 450.000,- mendapatkan bonus produk senilai Rp. 30.000,- berupa kecapa 1 botol, saos pedas/saos tomat 1 botol, gula pasir 0,5 kilogram dan bawang putih 0,5 kilogram.

Bonus produk untuk bonus individu di atas Rp. 525.000,- sampai dengan Rp. 975.000,- mendapatkan bonus produk senilai Rp. 250.000,- berupa bawang putih, daging, gula merah, gula pasir, beras organik masing masing 1 kilogram, kecap, saos pedas, saos tomat masing masing 1 botol, telur asin brebes 2 butir, minyak goreng 5 liter dan safwa 1 dus, berdasarkan penuturan salah satu nasabah Koperasi Langit Biru safwa adalah air mineral dalam kemasan yang merupakan salah satu unit usaha yang dikembangkan oleh Koperasi Langit Biru.

Bonus produk untuk bonus individu di atas Rp. 1.000.000,- mendapatkan bonus produk senilai Rp. 350.000,- berupa bawang putih, daging, gula merah, gula pasir, beras organik masing masing 1 kilogram,


(54)

kecap, saos pedas, saos tomat masing masing 1 botol, minyak goreng 5 liter, telur asin brebes 6 butir, safwa 1 dus, beras organik 2 kiligram, sreg 1 paket dan metalik 1 buah.

Untuk pengambilan hasil dari nilai investasi berupa uang dan bonus produk, setiap investor diwajibkan membawa kwitansi sebagai tanda bukti bahwa orang tersebut merupakan anggota dari Koperasi Langit Biru. Apabila bukti kwitansi tersebut hilang maka uang dan bonus produk tidak dapat di ambil atau di anggap hangus.


(55)

BAB IV

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SISTEM OPERASIONAL KOPERASI LANGIT BIRU

A. Sistem Opersional Koperasi Langit

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, sistem yang dipakai oleh Koperasi Langit Biru adalah sistem bagi hasil. Setiap anggota yang menginvestasikan uangnya di Koperasi Langit Biru akan mendapatkan profit sebesar Rp. 10.000,-/ hari/ Kg daging. Anggota dapat memilih nilai investasi sesuai dengan keinginan dan kemampuan anggota itu sendiri. Koperasi Langit Biru memiliki nilai investasi paket kecil yaitu paket daging mulai dari 5 kg sampai dengan 95 kg dan nilai investasi paket besar yaitu 100 kg daging.

Mekanisme investasi paket kecil adalah sebagai berikut:

Misal : anggota memilih nilai investasi paket kecil 5 kg daging, dengan rincian sebagai berikut :

Jumlah investasi : Rp. 385.000,- Biaya administrasi : Rp. 25.000,- ID card : Rp. 50.000,-

Total yang harus disetor oleh anggota adalah Rp. 460.000,-. Penghitungan nilai investasi paket kecil berupa 5 kg daging adalah sebagai berikut :

Nilai investasi : Rp. 385.000,- (5 Kg daging) Profit : Rp. 10.000,-


(56)

Sharing profit : Rp. 9.000,- (Koperasi Langit Biru) dan Rp. 1.000,- (anggota) 5 Kg daging x Rp. 1.000,- x 30 Hari = Rp. 150.000,-

Rp. 150.000,- : 2 = Rp. 75.000,- (Bonus/Bln) dan Rp. 75.000,- (Koperasi Langit Biru)

Jadi setiap bulannya anggota mendapatkan bonus bulanan berupa uang sebesar Rp. 75.000,- setiap bulannya dan bonus produk sponsor berupa sembilan bahan pokok senilai Rp. 30.000,-. Semua bonus berupa uang dan produk sponsor diberikan selama 2 tahun, setelah 2 tahun Koperasi Langit Biru tidak lagi memberikan bonus tersebut karena semua hak-hak anggota telah diberikan dan jaringan yang telah terbentuk akan hangus.

Mekanisme investasi paket besar terbagi menjadi paket besar BKSM (Bonus Kredit Sepeda Motor) dan paket besar Non BKSM.

Misal : anggota memilih nilai investasi paket besar 100 kg daging disertai BKSM (Bonus Kredit Sepeda Motor), dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah investasi : Rp. 9.200.000,- Biaya administrasi : Rp. 500.000,- ID card : Rp. 50.000,- Kesejahteraan : Rp. 250.000,- Biaya produk : Rp. 300.000,-

BKSM : Rp. 2.000.000,-

Total yang harus disetor oleh investor adalah Rp. 12.300.000,-. Penghitungan nilai investasi paket besar berupa 100 kg daging adalah sebagai


(57)

berikut :

Nilai investasi paket besar : Rp. 9.200.000,- (100 Kg daging) Profit perusahaan per 1 hari : Rp. 10.000,-

Sharing profit : Rp. 9.000,- (Perusahaan) dan Rp. 1.000,- (anggota)

100 Kg daging x Rp. 1.000,- x 30 Hari = Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,- : 3 = Rp. 1.000.000,-

Dengan rincian:

a. Rp. 1.000.000,- untuk BKSM (Bonus Kredit Sepeda Motor)

35 bulan akad kredit, setiap bulan biaya angsurannya Rp. 700.000,-, dalam jangka waktu 9 bulan angsuran kredit sepeda motor telah dapat dilunasi. Rp. 1.000.000,- (BKSM) – Rp. 700.00,- (angsuran/bulan) = Rp. 300.000,-. Kemudian uang senilai Rp. 300.000,- tersebut dikembangan.

b. Rp. 1.000.000,- untuk Pengembangan

Rp. 300.000,- + Rp. 1.000.000,- = Rp. 1.300.000,- = 16 Kg daging sapi. 16 Kg x Rp. 10.000,- x 30 hari = Rp. 4.800.000,- x 9 bulan = Rp. 43.200.000,-. Dengan ini dalam jangka waktu 9 bulan kredit sepeda motor dapat dilunasi dari yang seharusnya 35 bulan.

Rp. 43.000.000,- - Rp. 12.000.000,- (pelunasan BKSM) = Rp. 31.200.000,- akan digunakan untuk Program BKIK yakni Bonus Kredit Ibadah Keagamaan yang akan diperoleh setelah 2 tahun berinvestasi. c. Rp. 1.000.000,- untuk Bonus/bln


(1)

Lampiran 6:

DAFTAR NILAI INVESTASI

NO KG JUMLAH BIAYA ID CARD

KESEJAH BIAYA B K S M TOTAL BONUS

BONUS

SPONSOR KETERANGAN INVESTASI ADM TERAAN PRODUK DI SETOR DITERIMA PRODUK

1 5

385,000

25,000

50,000 - - - 460,000 75,000 30,000

Tdk ada biaya produk 2 10

770,000

50,000

50,000 - - - 870,000 150,000 60,000

Tdk ada biaya produk 3 15

1,155,000

75,000

50,000 - - - 1,280,000 225,000 90,000

Tdk ada biaya produk 4 20

1,540,000

100,000

50,000 - - - 1,690,000 300,000 120,000

Tdk ada biaya produk 5 25

1,925,000

125,000

50,000 -

300,000 - 2,400,000

375,000

150,000 - 6 30

2,310,000

150,000

50,000 -

300,000 - 2,810,000

450,000

180,000 - 7 35

2,695,000

175,000

50,000 -

300,000 - 3,220,000

525,000

210,000 - 8 40

3,080,000

200,000

50,000 -

300,000 - 3,630,000

600,000

240,000 - 9 45

3,465,000

225,000

50,000 -

300,000 - 4,040,000

675,000

270,000 - 10 50

3,850,000

250,000

50,000 -

300,000 - 4,450,000 750,000 150,000 - 11 55

4,235,000

275,000

50,000 -

300,000 - 4,860,000

825,000 -

12 60 4,620,000

300,000

50,000 -

300,000 - 5,270,000

900,000 -

13 65 5,005,000

325,000

50,000 -

300,000 - 5,680,000

975,000 -

14 70 5,390,000

350,000

50,000 -

300,000 - 6,090,000

1,050,000 -

15 75 5,775,000

375,000

50,000 -

300,000 - 6,500,000

1,125,000 -

16 80 6,160,000

400,000

50,000 -

300,000 - 6,910,000

1,200,000 -

17 85 6,545,000

425,000

50,000 -

300,000 - 7,320,000

1,275,000 -

18 90 6,930,000

450,000

50,000 -

300,000 - 7,730,000

1,350,000 -

19 95 7,315,000

475,000

50,000 -

300,000 - 8,140,000

1,425,000 -

20 100 9,200,000 500,000 50,000 250,000

300,000 -

10,300,000

1,700,000 Non BKSM 21 100

9,200,000 500,000 50,000 250,000 300,000 2,000,000 12,300,000


(2)

Lampiran 7:


(3)

Lampiran 8:

PEDOMAN WAWANCARA

Nama

: Rusdiana

Jabatan

: Anggota

Tempat

: Pasar Gembong

Tanggal

: 20 November 2013

1.

Dari siapa Bapak mengetahui Koperasi Langit Biru?

Jawab: dari tetangga toko saya yang sudah menjadi anggota Koperasi Langit Biru.

2.

Apa yang Bapak ketahui tentang Koperasi Langit Biru?

Jawab: yang saya tahu Koperasi Langit Biru adalah Koperasi yang bergerak

dalam bidang penjualan daging sapi.

3.

Apa yang mendorong Bapak untuk menjadi anggota Koperasi Langit Biru?

Jawab: saya ikut bergabung menjadi anggota Koperasi Langit Biru karena sangat

tertarik dengan tawaran bonus yang diberikan. Bukan hanya itu, di koperasi ini

tidak hanya soal keuntungan secara materi yang didapat, tetapi juga rasa

keimanan kita yang terus dipupuk. Karena setiap malam jumat diadakan

pengajian disana untuk bersilaturahmi dengan anggota lain dan ustad Jaya

Komara sendiri yang memberikan tausiyahnya.

4.

Dari mana Bapak mengetahui tentang bonus yang diberikan?

Jawab: dari tetangga toko saya yang sudah membuktikannya, dia mendapatkan


(4)

5.

Apa syarat untuk menjadi anggota Koperasi Langitu Biru?

Jawab: yang jelas harus orang Islam, karena Pak Ustad Jaya komara mendirikan

Koperasi Langit Biru untuk kesejahteraan khususnya umat Islam.

Gembong, 20 Nopember 2013

Yang mewawancara

Yang diwawancara


(5)

Lampiran 9:

PEDOMAN WAWANCARA

Nama

: Sri Hartaty

Jabatan

: Sponsor

Tempat

: Rumah Bapak Ropiyudin

Tanggal

: 22 November 2013

1.

Apakah ibu mendaftarkan sendiri untuk menjadi anggota Koperasi Langit Biru?

Jawab: tidak, untuk daftar wajib pakai sponsor.

2.

Apa yang dimaksud dengan sponsor?

Jawab: sponsor yakni orang yang telah menjadi anggota Koperasi Langit Biru.

3.

Setelah ibu mendaftar kepada sponsor, selanjutnya langkah apa yang ibu lakukan

untuk menjadi anggota?

Jawab: kalau kita sudah mendaftar kepada sponsor kita memilih paket yang ingin

kita ambil. Ada paket kecil dan paket besar.

4.

Apa yang dimaksud dengan paket kecil dan paket besar?

Jawab: kalau paket kecil mulai dari 9kg daging sampai dengan 95kg daging.

Kalau paket besar 100kg daging. Semua daftar paket sudah ditentukan, setiap

calon anggota Koperasi mendapatkan fotocopy mengenai daftar paket investasi

dan daftar bonus yang akan kita terima sesuai dengan paket yang dipilih.

5.

Apa yang menjadi bukti bahwa kita telah menjadi anggota?


(6)

paket, kita mendapatkan kwitansi sebagai bukti telah menjadi anggota. Apabila

kwitansi tersebut hilang, maka bonus tidak dapat diberikan.

Cikasungka, 22 Nopember 2013

Yang mewawancara

Yang diwawancara