APRESIASI TARI BADAYA DALAM SENI TARAWANGSA PADA SISWA PAUD ANANDA PUTRA BUNGUR SUMEDANG.

(1)

APRESIASI TARI BADAYA DALAM SENI TARAWANGSA

PADA SISWA PAUD ANANDA PUTRA BUNGUR SUMEDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni Tari

Oleh

Nenden Siti Nurkholillah 0908876

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Apresiasi Tari Badaya dalam Seni

Tarawangsa pada Siswa PAUD

Ananda Putra Bungur Sumedang

Oleh

Nenden Siti Nurkholillah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Nenden Siti Nurkholillah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NENDEN SITI NURKHOLILLAH

APRESIASI TARI BADAYA DALAM SENI TARAWANGSA PADA SISWA PAUD ANANDA PUTRA BUNGUR SUMEDANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, M. Si. NIP. 197303161997022001

Pembimbing II

Heni Komalasari, M. Pd. NIP. 197109152001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S. Sen., M. Si. NIP. 195710181985032001


(4)

ABSTRAK

Apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur Sumedang, merupakan suatu pengenalan seni tradisi daerah setempat dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan, sebuah metodologi pembelajaran yang mengutamakan interaktif siswa, sehingga siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan motorik anak dengan proses belajar aktif.. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan hasil apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif analisis. Dari hasil analisis data dan hasil temuan di lapangan, kemampuan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Kesimpulan penelitian apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa PAUD, serta membekali dan mewarnai pemahaman identitas budaya anak PAUD untuk mencintai seni daerahnya.


(5)

ABSTRACT

Badaya dance appreciation in Tarawangsa-traditional art in early childhood school Ananda Putra Bungur Sumedang is an introduction for traditional art in local area used a traditional dance approach, a learning methodology that used the interactive student learning as the main principle, that provide student a direct system to learning process. The learning aims to develop a critical thinking, attitude, motoric system in the child with active learning process. The goal of this research is to know the process and the results of an Badaya dance art appreciation in Tarawangsa-traditional art in in early childhood school Ananda Putra Bungur. This research used qualitative approach with descriptive analysis method. From the analysis and the result in the research show that the ability of students in cognitive, affective, and movement area have significant impact. The conclusion of this research, an appreciation Badaya dance in Tarawangsa-traditional has an ability to improve cognitive, affective, and movement of students in early childhood, and provide also colored culture identity for early childhood to love their own local art.

Key words: Appreciation, Early childhood, Badaya dance in Tarawangsa-traditional


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 11

A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

B. Pendidikan Prasekolah ... 13

1. Pengertian Prasekolah ... 13

2. Karakteristik Anak Usia Dini... 14

3. Pengembangan Seni dan Kreativitas Anak Usia Dini... 17

C. ApresiasiSeni pada Siswa PAUD Melaui Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa ... 18

1. Apresiasi pada Siswa PAUD ... 18

2. Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa Sebagai Materi Apresiasi Seni pada Siswa PAUD ... 19

3. Tari Pendidikan sebagai suatu Pendekatan Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Metode Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 26


(7)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 35

F. Tahapan Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Pembelajaran Tari Sebelum Apresiasi Tari Badaya Dalam Seni Tarawangsa Diaplikasikan ... 42

2. Apresiasi Tari Badaya Dalam Seni Tarawangsa Pada Siswa PAUD Ananda Putra Bungur ... 43

a. Perencanaan Apresiasi Tari Badaya Dalam Seni Tarawangsapada Siswa PAUD Ananda Putra Bungurmelalui Pendekatan Tari Pendidikan ... 43

b. Pelaksanaan Apresiasi Tari Badaya Dalam Seni Tarawangsa Pada Siswa Paud ... 54

B. Analisis Hasil Penelitian Apresiasi Tari Badaya Dalam Seni Tarawangsa Pada Siswa Paud Ananda Putra Bungur ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah yang terbentang dari setiap pulau memiliki keunikan tersendiri, terutama pada seni tradisional yang telah secara turun temurun diwariskankan pada generasinya. Semuanya merupakan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, maka sudah sepantasnya kekayaan itu harus tetap dijaga kelestariannya.

Salah satu seni tradisional yang tetap hidup dan berkembang sejak abad 18 adalah seni Tarawangsa yang berada di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Kesenian ini hidup pada masyarakat agraris, sehingga Tarawangsa identik dikaitkan dengan ritual penghormatan kepada Dewi Sri atau Nyi pohaci. Sebagaimana menurut kepercayaan masyarakat agraris, bahwa Dewi Sri adalah sumber kehidupan karena dianggap sebagai cikal bakal adanya padi. Tarawangsa sering diidentikan dengan unsur musik, karena dilihat dari dua alat musik yang digunakan yaitu Tarawangsa sendiri yang hampir menyerupai rebab, dan kecapi. Dalam struktur pertunjukannya terdapat tarian yang disebut dengan Badaya. Pengertian Badaya dalam Tarawangsa sendiri adalah tarian bebas yang hormat. Secara gerak memang tidak memiliki patokan, hanya gerak yang dilakukan haruslah rengkuh, karena sebagai perwujudan penghormatan, sehingga gerak tersebut juga disebut hormatan Tarawangsa.

Tarawangsa memang masih hidup sebagai sebuah ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat dalam jangka waktu setahun sekali dalam acara Ngalaksa setelah panen raya. Tarawangsa telah berkembang, dengan tidak mengurangi unsur tradisinya dikembangkan menjadi sarana pertunjukan yang dapat dinikmati kapanpun. Pada perkembangan tersebut, terdapat hal positif yang dapat diambil, dimana seni tradisi yang sudah turun temurun ini bisa dijadikan sebagai potensi wisata, dan sekaligus menjadi sebuah media pembentuk identitas masyarakat pelakunya.


(9)

Tarawangsa sebagai potensi wisata memang sudah terlihat dan dikelola dengan baik, tidak jarang para wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung ke daerah Rancakalong dalam acara Ngalaksa untuk menyaksikan acara tahunan ini. Di daerah Rancakalong sendiri memang memfasilitasi dengan dibangunnya tempat untuk menyelenggarakan acara tersebut yaitu dikenal dengan desa wisata.

Hal yang tidak kalah penting, adalah bagaimana Tarawangsa bisa menjadi pembentuk identitas bagi masyarakat itu sendiri. Tarawangsa adalah salah satu seni yang menjadi simbol bagi masyarakat Rancakalong. Seni inilah yang membedakan masyarakat Rancakalong dengan masyarakat yang lainnya, dimana dalam Tarawangsa ini terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang dibentuk oleh masyarakat sendiri. Nilai yang terkandung didalamnya merupakan sebuah perwujudan setiap prilaku dan tatanan masyarakat Rancakalong. Dalam Tarawangsa dapat terlihat adanya keharmonisan, baik itu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Dengan demikian, diharapkan seni menjadi sebuah simbol keindahan yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Simbol lain dapat dilihat dari gerak pada tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Setiap gerak yang tercipta memiliki simbol tersendiri bagi masyarakat pengikutnya, ada semacam kesepakatan makna yang dihasilkan dalam setiap gerak tari. Contohnya adalah ketika seorang penari perempuan mengajak lalayaran pada seorang penari yang lainnya, maka penari yang diajak secara langsung akan mengikuti gerak lalayaran. Dalam pemahaman mereka lalayaran ini adalah gerak ulin kersa nyai. Artinya, ada interaksi yang terjadi dalam gerak yang dapat mengolah rasa menjadi satu penafsiran dan tujuan yang sama antara penari satu dengan yang lainnya. Gerak seperti ini yang perlu dikenalkan, sehingga gerak tersebut bisa menjadi satu identitas yang ada dalam tari Badaya pada seni Tarawangsa.

Agar kesenian ini tetap terjaga kelestariannya perlu adanya berbagai upaya yang dilakukan dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, masyarakatnya itu sendiri,


(10)

dan juga sekolah sebagai lembaga pendidikan. Hal tersebut sangatlah diperlukan sebagai upaya pewarisan budaya lokal kepada generasi penerus.

Berkaitan dengan pengenalan Tarawangsa kepada siswa sekolah terutama untuk siswa SD, SMP dan SMA memang sudah dilakukan, hal ini tentu berkaitan dengan kurikulum yang ada di Indonesia. Dapat kita lihat adanya pelajaran seni budaya apalagi dipertegas semenjak adanya kurikulum 1994 yang terkait dengan adanya muatan lokal (MULOK), sehingga pengenalan seni Tarawangsa khusus untuk daerah setempat memang sudah dikenalkan dalam pelajaran seni budaya di tingkat SD, SMP maupun SMA. Namun, belum ada upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan seni Tarawangsa sebagai seni tradisi di daerah setempat kepada anak usia dini. Bukan hal yang tidak mungkin, karena seiring perkembangan dunia pendidikan banyak metode yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan seni yang pada anak usia prasekolah.

Sekarang ini pendidikan di Indonesia mulai digencarkan dengan pendidikan yang dikhususkan pada anak usia dini. Tujuannya adalah mempersiapkan generasi yang cerdas sejak dini. PAUD nonformal baru berkembang dalam satu dekade terakhir. Perkembangannya memang tidak terlepas dari ketentuan Pasal 28 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), PAUD diselenggarakan melalui tiga jalur: formal, nonformal, dan informal. PAUD jalur formal diselenggarakan dalam TK dan raudlatul athfal atau TK Islam. Jalur nonformal khusus menangani anak-anak usia 2-4 tahun yang diserap Kelompok bermain (Play Group) dan Tempat Penitipan Anak. Sedangkan jalur informal adalah pendidikan di keluarga.

Usia dini merupakan usia yang sering disebut dengan masa keemasan atau

golden age. Pada masa inilah anak memerlukan pendidikan khusus untuk

mengoptimalisasikan kecerdasannya. Dengan demikian, adanya PAUD diharapkan dapat menjadi sebuah tempat untuk anak-anak dalam mencapai tugas-tugas


(11)

perkembangannya, sehingga fungsi PAUD bukan hanya tempat bermain semata, namun dapat menjadi sarana bermain yang edukatif.

Pemberian pendidikan seni pada anak usia dini bukan hal yang tidak memungkinkan, karena dalam kurikulum PAUD, aspek yang harus dikembangkan salah satunya adalah aspek seni. Dalam hal ini seni dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat menyenangkan, karena dapat mengekspresikan perasaan.

Kegiatan untuk memperkenalkan seni setempat dapat dilakukan dengan kegiatan mengapresiasi dalam pembelajaran seni. Dengan kegiatan mengapresiasi ini diharapkan anak bisa melihat secara langsung dan ikut melakukan apa yang mereka lihat, bahkan di usianya mereka yang masih anak-anak. Dengan demikian pengalaman mengapresiasi seni yang dilakukan bisa mereka ingat sampai dewasa.

PAUD Ananda Putra Bungur adalah salah satu PAUD nonformal yang berada di daerah Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Keberadaan PAUD ini tepat berada di daerah asal seni Tarawangsa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tidaklah salah jika PAUD Ananda Putra Bungur memperkenalkan seni daerah setempat sebagai upaya pewarisan budaya lokal dan belajar untuk menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalan seni Tarawangsa sedini mungkin dalam pembelajaran seninya. Dalam kegiatan apresiasi ini, siswa tidak dituntut menirukan secara persis gerak-gerak atau kegiatan orang dewasa dalam sebuah ritual Tarawangsa, tetapi lebih pada menanamkan sikap apresiatif pada tari Badaya dalam seni Tarawangsa dengan kegiatan mengapresiasi dan bermain peran. selain itu, pembelajaran dengan mengenalkan seni Tarawangsa ini dapat mengasah kreativitas anak baik secara berfikir, sikap, dan gerak anak.

Melalui penerapan tari pendidikan dengan materi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa, diharapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar menyenangkan dan tentu bertujuan meningkatkan kreativitas anak. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat atau bahan untuk mengajarkan aspek seni dalam kurikulum PAUD, diharapkan dapat dilakukan secara optimal. Permasalahan pokok dalam penelitian ini


(12)

adalah memperkenalkan tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa sebagai seni tradisi pada siswa PAUD.

Berangkat dari masalah di atas, maka peneliti terinspirasi untuk menerapkan tari pendidikan dengan materi tari Badaya Tarawangsa dalam pembelajaran yang dilakukan pada PAUD. Penelitian ini akan dilaksanakan pada PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang dengan judul “Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa pada Siswa PAUD Ananda Putra Bungur Sumedang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang?

2. Bagaimanakah hasil apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan sebagai bahan masukan pembelajaran terhadap dunia pendidikan anak usia dini

2. Tujuan khusus

2.1Untuk mendeskripsikan tentang proses apresiasi siswa PAUD Ananda Putra Bungur dalam mengapresiasi tari Badaya Tarawangsa yang berada di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang.


(13)

2.2Untuk mendeskripsikan tentang hasil apresiasi siswa PAUD Ananda Putra Bungur dalam mengapresiasi tari Badaya Tarawangsa yang berada di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang.

D. Manfaat

Penelitian terhadap apresiasi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang diharapkan mampu memberikan manfaat kepada:

1. PAUD Ananda Putra Bungur

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan catatan penting bagi para pengajar PAUD Ananda Putra Bungur selaku penentu dan pengembang kurikulum untuk dapat memilih metode dan materi yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dan mengasah pengetahuan, sikap dan motorik anak sesuai dengan tahapan dan tugas perkembangan anak usia dini. Serta dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang baru. 2. UPI

Dengan hasil penelitian ini pula diharapkan UPI lebih banyak memperhatikan lagi, baik para calon peneliti maupun hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa UPI. Oleh karena, dukungan dan perhatian serius dari lembaga akan turut pula menentukan kuantitas dan produktivitas hasil-hasil riset yang dilakukan para mahasiswa.

3. Peneliti

Dalam hal ini peneliti mengharapkan adanya tindak lanjut dari para calon peneliti lainnya di dalam melihat peluang lebih banyak lagi sebagai upaya turut mengembangkan ilmu dan pengetahuan khususnya dalam hal pengayaan metode yang dapat meningkatkan sikap apresiatif siswa PAUD terhadap seni tradisi.


(14)

E. Definisi Operasional

Untuk menegaskan definisi istilah agar tidak terjadi salah penafsiran dalam judul penelitian ini, maka perlu adanya penafsiran terhadap istilah-istilah tersebut. Oleh karena itu peneliti akan mendefinisikan secara operasional terhadap istilah-istilah tersebut sebagai berikut.

Apresiasi berasal dari kata asing “appreciatie” (Belanda), “appreciation” (Inggris) yang berarti penghargaan, penilaian, pengertian, bentuk itu berasal dari bahasa kedua “to appreciate” yang berarti menghargai, menilai mengerti. Apresiasi

mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan. Secara umum mengapresiasi berarti mengerti dan menyadari sepenuhnya sehingga mampu menilai semestinya. Apresiasi dalam judul penelitian ini dapat diartikan sebagai mengajarkan, menanamkan sikap menghargai sebuah karya seni dari apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga mampu menilai semestinya sesuai dengan kemampuan anak usia dini.

Tari Badaya dalam seni Tarawangsa ini adalah gerak tarian bebas yang hormat. Secara gerak memang tidak memiliki patokan, hanya gerak yang dilakukan haruslah rengkuh, karena sebagai perwujudan penghormatan, sehingga gerak tersebut juga disebut hormatan Tarawangsa.

Siswa PAUD adalah anak usia dini antara 3-6 tahun. Anak-anak pada usia ini cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Siswa PAUD memang tergolong


(15)

pada anak prasekolah, namun untuk membantu tugas-tugas perkembangan dan menyiapkan diri untuk masuk ke dunia sekolah, maka anak-anak mulai belajar di pendidikan anak usia dini baik formal maupun informal.

Berdasarkan batasan istilah tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa apresiasi tari Badaya Tarawangsa dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD adalah sebuah proses pembelajaran untuk mengenalkan seni daerah setempat yang dalam penelitian ini adalah tari Badaya dalam seni Tarawangsa kepada siswa PAUD sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan dasar tentang seni yang berada di daerah setempatnya sehingga dapat mengembangkan kemampuan kogbitif, afektif, psikomotor, serta menumbuhkan rasa menghargai terhadap seni sejak usia dini. I. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dipahami sebagai penelitian bersifat induktif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Alasan pemilihan metode ini adalah beberapa permasalahan yang ingin diteliti tentang proses apresiasi dan hasil apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur dapat ditemukan solusinya melalui metode deskriptif analisis.

Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian dalam apresiasi tari Badaya Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD ini adalah siswa yang bersekolah di PAUD Ananda Putra Bungur yang berjumlah 20 siswa, dengan rincian sebelas siswa laki-laki dan sembilan siswa perempuan. Siswa yang dijadikan subjek penelitian juga disebut dengan sampel penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive

sampling, dan snowball sampling. Pada penelitian kali ini menggunakan purposive sampling. Sugiyono (2009:300) menjelaskan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan


(16)

pertimbangan tertentu”. Alasan menggunakan purposive sampling dengan

memakai seluruh siswa dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang akurat.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini berada di dusun Rancakalong RT/RW 02/08 desa Rancakalong Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Alasan pemilihan lokasi ini, karena PAUD ini telah menerapkan model pembelajaran bermain sambil belajar. Namun, di PAUD Ananda Putra Bungur belum menerapkan pelajaran tari yang tetap, sehingga pembelajaran tari hanya diberikan menjelang perpisahan saja. Selain itu lokasi keberadaan PAUD Ananda Putra Bungur berada di daerah asal seni Tarawangsa.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian yang sesuai dengan metode yang dipilih. Teknik tersebut diantaranya adalah:

1. Observasi digunakan untuk mengamati proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur. Proses yang diamati diantaranya adalah kegiatan siswa PAUD Ananda Putra bungur selama mengapresiasi Tarawangsa dan hasil kegiatan setelah siswa mengapresiasi Tarawangsa.

2. Wawancara adalah teknik yang digunakan sebagai acuan untuk mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian pada guru dan siswa PAUD Ananda Putra Bungur.


(17)

Hasil pedoman wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data penelitian, yang selanjutnya dijadikan salah satu referensi untuk membuat laporan hasil penelitian.

3. Dokumentasi dan video shooting sebagai bukti nyata adanya penelitian tentang apresiasi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang

4. Studi pustaka adalah mempelajari sumber atau buku-buku yang relevan dengan masalah pada penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data, data yang dihimpun sebanyak-banyaknya secara global atau menyeluruh dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga mengerucut dan merujuk pada data-data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian berupa apresiasi tari Badaya dalam kesenian Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan untuk meningkatkan apresiasi siswa PAUD Ananda Putra Bungur di Daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang digunakan instrument berupa:

1. Lembaran observasi proses dan hasil kegiatan 2. Pedoman wawancara

3. Studi pustaka 4. Dokumentasi 5. Tes


(18)

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode bertujuan untuk mempermudah pencapaian maksud-maksud penelitian. Pemilihan metode yang tepat dapat membantu dan menentukan keberhasilan sebuah penelitian, karena akan mempermudah langkah-langkah serta menentukan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur yang berada di Daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Menurut Cholid dan Abu (2007 : 44) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dipahami sebagai penelitian bersifat induktif. Sugiyono (2011:15) menjelaskan tentang pendekatan kualitatif, yaitu

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat terbuka dan mendalam. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, baik secara lisan maupun tulisan dari perilaku manusia untuk dideskripsikan, diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan data yang diperoleh, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.


(20)

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi dalam penelitian kali ini adalah PAUD Ananda Putra Bungur. PAUD ini terletak di dusun Rancakalong RT/RW 02/08 Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Daerah Rancakalong ini merupakan salah satu daerah wisata yang berada di Kabupaten Sumedang, karena di daerah tersebut terdapat satu tempat wisata untuk melaksanakan Ngalaksa setiap tahunnya. Dari data yang diperoleh dari arsip yang terdapat di balai desa Rancakalong dapat terlihat bahwa luas daerah Rancakalong sendiri sekitar 325 hektar dengan jumlah masyarakat sekitar 4142 jiwa. Desa Rancakalong sebelah barat berbatasan dengan desa Cijambu, sebelah timur berbatasan dengan desa Pamekaran, sebelah utara berbatasan dengan desa nagarawangi dan desa Cibunar, sebelah selatan berbatasan dengan desa Pasir Biru. Desa Rancakalong berada sekitar empat belas kilo meter dari kota Sumedang.

PAUD Ananda Putra bungur diambil sebagai lokasi penelitian, karena keberadaannya yang ada pada daerah Tarawangsa berasal. Letaknya yang mendukung membuat peneliti mengambil keputusan untuk mengenalkan tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD. Selain itu, PAUD tersebut belum menerapkan materi tersebut dalam pembelajaran seni.

Adapun sampel penelitian dalam apresiasi tari Badaya Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD ini adalah siswa yang bersekolah di PAUD Ananda Putra Bungur yang berjumlah 20 siswa, dengan rincian sebelas siswa laki-laki dan sembilan siswa perempuan. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Pada penelitian kali ini menggunakan purposive sampling. Sugiyono (2011:300) menjelaskan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu”. Alasan menggunakan purposive sampling

dengan memakai seluruh siswa dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang akurat.


(21)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk mempermudah menemukan jawaban mengenai permasalahan yang diteliti. Instrumen penelitian disusun sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan. Instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Lembar observasi

Lembar observasi berupa pengamatan yang dilakukan terhadap proses belajar pada subjek penelitian. Lembar observasi yang digunakan yakni observasi kegiatan apresiasi tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang.

Pada pelaksanaan observasi, Pedoman observasi dalam pelaksanaan penelitian, meliputi perkembangan siswa dari segi kognitif, afektif, dan keterampilan motorik. Aspek pengetahuan yang dinilai meliputi salah satu indikator dari enam taksonomi Bloom yaitu indikator ingatan, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dimana peneliti menbutuhkan ingatan siswa saja dari aspek pengetahuan tersebut.

Adapun pedoman penilaian yang dilakukan meliputi beberapa indikator dari perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Indikator tesebut adalah sebagai berikut.

Kognitif atau Pengetahuan

a. Ingatan, yaitu mampu mengingat materi yang diberikan, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru setelah siswa mendapatkan pembelajaran.


(22)

Afektif atau Sikap

Indikator sikap meliputi:

a. Fokus dalam mengikuti pembelajaran

b. Mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru dengan baik c. Berani menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan pertanyaan d. Berani tampil ke depan dengan percaya diri

Keterampilan Motorik

Indikator keterampilan motorik meliputi:

a. Mampu mengikuti gerakan yang telah dilihat

b. Mampu membuat gerak sesuai dengan kemampuannya c. Mampu bergerak dengan diiringi musik Tarawangsa

Perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor siswa setelah dikenalkan dengan tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila siswa bisa memenuhi indikator tersebut yang mana akan menunjukan hal yang positif. Untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang akurat terhadap perkembangan siswa ini, perlu ada kriteria-kriteria yang dibuat oleh peneliti. Hal ini diungkapkan oleh Arikunto (2003:312) bahwa “Terhadap data yang bersifat kualitatif, maka pengolahanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang ditetapkan oleh peneliti”.

Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria skala likert 1-5 sebagai berikut. Nilai 5 = Sangat kurang


(23)

Nilai 7 = Cukup Nilai 8 = Baik

Nilai 9 = Sangat baik

Pedoman evaluasi secara individu dengan tiga aspek kognitif, afektif dan psikomotor tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Lembar Penilaian untuk Aspek Kognitif atau Pengetahuan

No Indikator Kriteria Penilaian

5 6 7 8 9

1

Ingatan (mengingat dan

menjawab)

Tabel 3.2

Lembar Penilaian untuk Aspek Afektif

No Indikator Kriteria Penilaian

5 6 7 8 9

1

Fokus mengikuti

Pembelajaran

2

Mengerjakan tugas yang

Diperintahkan oleh guru

3

Berani menjawab pertanyaan

Dari guru


(24)

Table 3.3

Lembar Penilaian untuk Aspek Keterampilan motorik

No Indikator Kriteria Penilaian

5 6 7 8 9

1

Mampu mengikuti gerakan

yang telah dilihat

2

Mampu membuat gerak

sesuai dengan kemampuanya

3

Mampu bergerak dengan

iringan musik Tarawangsa

Kriteria penilaian kemampuan kognitif siswa dengan ketentuan nilai atau skor adalah sebagai berikut:

 Nilai 5, apabila siswa tidak dapat mengingat materi dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

 Nilai 6, apabila siswa kurang mengingat materi dan kurang menjawab pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

 Nilai 7, apabila siswa cukup mampu mengingat materi dan mulai berani menjawab pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

 Nilai 8, apabila siswa mampu mengingat materi dan berani menjawab pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.

 Nilai 9, apabila siswa sangat mengusai materi dan tepat menjawab pertanyaan yang diberikan dalam pembelajaran.


(25)

Kriteria penilaian kemampuan afektif siswa dengan ketentuan nilai atau skor adalah sebagai berikut:

 Nilai 5, apabila siswa sangat tidak fokus mengikuti pembelajaran, tidak mau mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru, tidak berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, tidat berani tampil ke depan.

 Nilai 6, apabila siswa kurang fokus mengikuti pembelajaran, kurang mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru, kurang berani menjawab pertanyaan dari guru, kurang percaya diri unntuk berani tampil ke depan.  Nilai 7, apabila siswa mulai fokus mengikuti pembelajaran, cukup mampu

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, cukup berani menjawab pertanyaan dari guru, dan cukup berani tampil ke depan kelas.

 Nilai 8, apabila siswa fokus mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik, berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, berani tampil ke depan kelas.

 Nilai 9, apabila siswa sangat fokus mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan sangat baik, berani menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat, sangat percaya diri untuk tampil ke depan kelas.

Kriteria penilaian kemampuan psikomotor siswa dengan ketentuan nilai atau skor adalah sebagai berikut:

 Nilai 5, apabila siswa sangat tidak mampu mengikuti gerakan yang telah diajarakan, tidak bergerak dengan optimal, tidak mampu bergerak dengan menggunakan musik Tarwangsa.


(26)

 Nilai 6, apabila siswa belum mampu mengikuti gerakan yang diajarakan dengan optimal, belum mampu membuat gerak dengan sendiri, belum mampu bergerak diiringi musik Tarawangsa dengan optimal.

 Nilai 7, apabila siswa cukup mampu mengikuti gerakan yang dilihat dan diajarakan, cukup mampu membuat gerak dengan sendiri, cukup mampu bergerak didiringi musik Tarawangsa.

 Nilai 8, apabila siswa mampu mengikuti gerakan yang dilihat dan diajarkan dengan baik, mampu membuat gerak dengan baik, mampu bergerak dengan iringan musik Tarawangsa dengan baik.

 Nilai 9, apabila siswa mampu mengikuti gerakan yang dilihat dan diajarakan dengan sangat baik, mampu membuat gerak dengan sangat baik, mampu bergerak diiringi musik Tarawangsa dengan sangat baik.

2. Pedoman wawancara

Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab secara langsung terhadap pihak terkait yang dijadikan sebagai objek penelitian untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian. Pedoman wawancara dilakukan terhadap guru, siswa dan tokoh seni di daerah Rancakalong yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara tak berstruktur. Sugiyono (2011:320) menjelaskan bahwa wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersususn secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pewawancara membuat pedoman wawancara mengenai hal-hal informasi yang dapat dijadikan sebagai data. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan pokok, namun disamping itu perlu dibuat juga pertanyaan terurai atau rincian pertanyaan yang mungkin saja tidak dapat digunakan (pedoman wawancara terlampir). Wawancara dilakukan kepada Dede Cacih Nurhayati, kepala PAUD Ananda Putra Bungur, Bah Yeyet dan Pupung, tokoh seniman di Rancakalong.


(27)

3. Studi pustaka

Studi kepustakaan sangat diperlukan untuk memenuhi kelengkapan data yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan sebagai pendukung secara teoretis dalam melakukan penelitian ini. Buku yang digunakan untuk menunjang penelitian ini diantaranya adalah prosedur penelitian, tari pendidikan, Pendidikan Anak Usia Dini dan tentang Tarawangsa.

Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada buku Metode Penelitian

Pendidikan karangan Sugiyono pada tahun 2010. Buku ini sangat menunjang sekali

dalam penelitian karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang cara-cara penelitian yang baik, metode penelitian, menentukan masalah, dan cara menyusun instrumen penelitian yang sangat menunjang peneliti selama proses penelitian serta proses penulisan skripsi. Penelitian ini juga mengacu pada Tari Pendidikan karangan Juju Masunah 2012 mengenai pengertian tari pendidikan yang dianggap relevan dalam mengenalkan materi tari Badaya dalam Tarawangsa pada siswa PAUD . Selanjutnya juga Pendidikan Anak Prasekolah Soemiarti Patmonodewo pada tahun 2003. Dalam buku ini, terdapat bagaimana dunia anak usia dini mengenai perkembangan dan kebutuhan belajarnya.

4. Pedoman dokumentasi

Pedoman dokumentasi merupakan instrumen untuk menganalisis data dari dokumentasi. Dokumen yang dimaksud merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen tersebut dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumentasi yang dianalisis adalah beberapa arsip sekolah, gambar-gambar, video selama pembelajaran di PAUD Ananda Putra Bungur.


(28)

Alasannya adalah melihat situasi pembelajaran baik yang dilakukan guru maupun siswa.

5. Tes

Tes perbuatan yaitu teknik yang digunakan untuk mengetahui hasil dari pengenalan tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data disini adalah teknik pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan keterangan yang benar-benar valid dan relevan. Proses pengumpulan data tersebut dapat dilihat dari tahapan-tahapan pembelajaran pada setiap pertemuannya. Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah kegiatan mengamati dan mencatat segala tindakan yang terjadi di lapangan. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan mencatat segala fenomena yang terjadi di lapangan selama penelitian berlangsung. Peneliti berperan sebagai observasi partisipatif, dimana peneliti berperan sebagai guru, sehingga terlibat dalam kegiatan orang yang sedang diamati sebagai sumber data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa dan hasil setelah adanya pembelajaran tersebut. Observasi awal sebelum penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mendatangi secara langsung lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu PAUD Ananda Putra Bungur yang ada di desa Rancakalong kabupaten Sumedang. Observasi awal ini dilakukan


(29)

pada bulan Oktober 2012 selama satu hari, peneliti mengamati keadaan sekolah, siswa dan guru. Observasi pertama ini juga dikatakan sebagai survei untuk menentukan lokasi penelitian. Selanjutnya adalah observasi kegiatan pembelajaran siswa PAUD Ananda Putra Bungur selama proses penelitian. Observasi ini dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh peneliti selama proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur. Pada 3 Januari 2013 pelaksanaan RPP apresiasi video Tarawangsa dan pengenalan gerak tari Badaya dalam seni Tarawangsa, 10 Januari 2013 pelaksanaan RPP penggabungan gerak dan musik Tarawangsa, 17 Januari 2013 pelaksanaan RPP pengenalan properti dan peran, dan 24 Januari 2013 penampilan tari Badaya dalam seni Tarawangsa oleh siswa PAUD Ananda Putra Bungur. Dengan demikian observasi pada tahap penelitian ini dilakukan selama empat kali. Pada pertemuan pertama, peneliti mengobservasi kegiatan siswa ketika sedang mengobservasi video dan selama belajar gerak tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Pada pertemuan ini peneliti mengamati segala kejadian yang dilakukan oleh siswa, serta bagaimana hasil penerapan dari pembelajaran tersebut, apakah sesuai dengan yang ada pada tujuan RPP. Pada pertemuan yang kedua adalah menggabungkan gerak dengan musik Tarawangsa Peneliti mengamati setiap perkembangan yang terjadi pada anak, baik dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan bergerak siswa. Pada pertemuan ketiga, tujuan dari pembelajaran adalah siswa bisa menari tari Badaya dalam seni Tarawangsa dengan menggunakan properti dan sesuai dengan peran yang ditugaskan. Peneliti mengobservasi perkembangan siswa dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pertemuan keempat adalah siswa dapat menampilkan tari Badaya dalam seni Tarawangsa, pertemuan ini merupakan evaluasi akhir dimana siswa juga mendapatkan pengalaman untuk menampilkan pertunjukan sederhana lengkap dengan properti yang biasa digunakan dalam pertunjukan aslinya.


(30)

Wawancara yaitu melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pihak yang terkait yang dijadikan objek penelitian untuk mendapatkan data atau informasi yang tepat dan diharapkan dalam penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara tak berstruktur. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Tujuan wawancara mengenai apresiasi tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong kabupaten Sumedang ini adalah untuk menggali data yang lebih luas terutama berkenaan dengan proses pembelajaran berlangsung, juga untuk mengetahui hasil pembelajaran seni yang telah diberikan melalui pengenalan seni tradisi.

Dalam kegiatan ini peneliti mengajukan wawancara kepada beberapa responden, yaitu guru,siswa PAUD Ananda Putra Bungur, dan beberapa tokoh seni di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Wawancara kepada guru dilakukan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran seni, metode yang digunakan serta pendapat guru PAUD Ananda Putra Bungur terhadap pembelajaran seni dengan mengapresiasi tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Guru yang dijadikan responden adalah Dede Cacih Nurhayati, alasan pemilihan Dede Cacih Nurhayati dijadikan responden adalah beliau merupakan kepala sekolah sekaligus guru di PAUD Ananda Putra Bungur, dengan begitu peneliti akan dengan mudah mendapatkan keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti juga melakukan tanya jawab kepada siswa agar memperoleh data mengenai perasaan anak, perkembangan anak selama mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang dijadikan responden dipilih secara acak, yaitu siswa yang masuk ke dalam kategori sangat aktif, cukup aktif dan kurang aktif. Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara kepada Bah Yeyet dan Pupung, mereka adalah tokoh seniman yang mengerti tentang Tarawangsa, wawancara dilakukan guna mendapatkan data tentang Tarawangsa dan tari Badaya dalam Tarawangsa.


(31)

c. Dokumentasi

Pada penelitian ini, peneliti mengkaji beberapa dokumen yaitu berupa arsip sekolah mengenai proses pembelajaran yang dilakukan serta dokumentasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Untuk memperkuat bukti penelitian dan memudahkan peneliti data menganalisis data, peneliti mendokumentasikan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa berupa pertunjukan tari Badaya dalam Tarawangsa. Dari dokumentasi ini akan terlihat segala kejadian yang berlangsung sehingga mempermudah peneliti untuk mendapatkan data yang tidak tercatat ketika observasi.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah mempelajari sumber atau buku-buku yang relevan dengan masalah pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan beberapa sumber atau buku-buku yang relevan dengan penelitian ini, yang mana bisa mempermudah dalam memvalidasi penelitian. Penelitian ini merujuk pada beberapa buku yang dianggap sesuai dengan topik penelitian yang dibahas. Buku-buku yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah Pendidikan Anak

Prasekolah karangan Soemarti Patmonodewo tahun 2003, Metode Penelitian Pendidikan karangan Sugiyono tahun 2011, dan Tari Pendidikan karangan Juju

Masunah tahun 2012. E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif. Dalam proses menganalisis data yang telah diperoleh dilakukan beberapa tahapan diantaranya:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci sesuai dengan definisi reduksi data adalah merangkum,


(32)

memilih hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Pada tahap ini peneliti merangkum dan memilih data mana saja yang dianggap penting oleh peneliti, ketika peneliti beranggapan bahwa data tersebut kurang sesuai, peneliti bisa membuangnya dan memilih data yang dianggap sesuai dengan yang diteliti. Dalam mereduksi data, peneliti membagi data berdasarkan identifikasi masalah, agar mempermudah peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai. Data yang telah direduksi inilah yang akan memberikan gambaran jelas dan mempermudah peneliti data selanjutnya yang diperlukan.

2. Displai Data (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Data yang diperoleh dari lapangan pasti banyak sekali, oleh karena itu supaya peneliti tidak terjebak dalam tumpukan data dari lapangan yang banyak, peneliti melakukan displai data. Display data yang dilakukan lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sugiyono (2010:345). Berpendapat bahwa langkah selanjutnya yaitu

Langkah terakhir dalam analisi data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena


(33)

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kalitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Tujuan dari kesimpulan verifikasi adalah untuk mendapatkan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.

Langkah yang ketiga ini dilakukan di lapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mencapai suatu kesimpulan yang baik, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi penelitian berlangsung, supaya hasil penelitiannya jelas dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat.

4. Triangulasi

Sugiyono (2011:330) menjelaskan triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan terhadap informasi yang diberikan sumber yaitu dari Kepala sekolah dan guru PAUD Ananda Putra Bungur, siswa PAUD Ananda Putra Bungur, dan seniman Tarawangsa, yang dilakukan dengan cara menggali dan mengecek informasi dari mereka dengan mengkombinasikan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

F. Tahapan Penelitian 1. Pra Penelitian

a. Survei

Survei adalah kegiatan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang akan diteliti. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Kepentingan survei ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai tempat yang dianggap relevan dan layak untuk dijadikan lokasi penelitian, survey dilakukan juga untuk mengukur kondisi awal sebelum


(34)

pembelajaran. Peneliti melakukan survei pada bulan Oktober 2012 untuk menentukan lokasi penelitian. Adapun lokasi yang dipilih dalam penelitian kali ini adalah PAUD Ananda Putra Bungur yang berda di daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena keberadaan PAUD ini tepat berada di daerah Tarawangsa yaitu Rancakalong. Selain itu, PAUD ini juga belum memberikan pengenalan seni daerah setempat dalam proses pembelajaranya, padahal seni ini dapat dikenalkan kepada siswa PAUD dalam proses pembelajaran.

b. Menentukan Judul dan Topik Penelitian

Langkah selanjutnya adalah menetukan judul dan topik penelitian melalui beberapa tahap. Dalam menentukan topik dan judul penelitian ini tidak langsung melakukan observasi ke objek penelitian yang akan diteliti, namun peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang dianggap bisa dijadikan bahan penelitian. Kemudian peneliti dengan bantuan pembimbing merumuskan dan menentukan beberapa masalah. Setelah disetujui oleh dewan skripsi dan pembimbing maka judul dalam penelitian ini adalah “Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa pada Siswa PAUD Ananda Putra Bungur Sumedang’’.

c. Pembuatan Proposal Penelitian

Setelah judul Skripsi disetujui oleh dewan skripsi, selanjutnya adalah peneliti membuat proposal penelitian dengan judul “Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa pada Siswa PAUD Ananda Putra Bungur Sumedang’’ untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan pada dewan skripsi dan pembimbing. Pembuatan proposal penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang telah diberikan oleh dewan skripsi dengan melalui proses bimbingan dari kedua pembimbing skripsi yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Menyelesaikan Administrasi Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, peneliti melakukan persiapan lainnya yaitu menyelesaikan masalah administrasi yang berhubungan erat dengan


(35)

penelitian. Disini peneliti memerlukan ijin penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia dan PAUD Ananda Putra Bungur.

e. Menentukan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu komponen yang penting dalam penelitian, karena berkaitan dengan pemilihan alat atau cara untuk memperoleh data yang diperlukan dalam proses penelitian. Kepentingan menentukan instrumen penelitian ini untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian dengan judul “Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa pada Siswa PAUD Ananda Putra Bungur Sumedang’’ ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, studi pustaka, pedoman dokumentasi, dan pedoman tes.

2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sejak awal penelitian, pada saat proses pengenalan (pembelajaran), hingga akhir proses penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Proses pengumpulan data tersebut dapat dilihat dari tahapan-tahapan pembelajaran pada setiap pertemuan. Untuk lebih jelasnya peneliti membuat syntak dari apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Syntak pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.


(36)

Tabel 3.4

Syntax Apresiasi Tari Badaya dalam Seni Tarawangsa

TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN DESKRIPSI

TAHAP 1 Apresiasi pertunjukan video tari Badaya dalam seni Tarawangsa dan pengenalan gerak tari Badaya dalam seni Tarawangsa.

Pada tahap ini guru memperlihatkan video pertunjukan tari Badaya dalam seni Tarawangsa dan mengarahkan siswa pada gerak-gerak tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Gerak-gerak yang dipilih adalah ngemban, netes dan

lalayaran

TAHAP 2 Penggabungkan gerak dengan musik Tarawangsa

Pada tahap ini guru menggunakan musik Tarawangsa sebagai stimulus untuk menari, siswa menarikan gerak-gerak yang telah dipelajari dengan musik Tarawangsa, dan siswa mengeksplor sendiri gerak sesuai dengan kreatifitasnya.

TAHAP 3 Pengenalan properti dan peran. Pada tahap ini guru mengenalkan berbagai properti yang digunakan untuk tari Badaya dalam seni Tarawangsa dan menjelaskan beberapa peran yang teribat dalam pertunjukan. Selanjutnya siswa


(37)

dibagi ke dalam beberapa peran serta diarahkan untuk mengeksplor tari Badaya dalam seni Tarawangsa dengan menggunakan properti sesuai dengan peranya.

TAHAP 4 Menampilkan kemampuan anak menari tari Badaya dalam seni Tarawangsa.

Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk menampilkan hasil pembelajaran apresiasi tari Badaya dalan seni Tarawangsa.

b. Konsultasi dengan Pembimbing

Konsultasi dengan pembimbing merupakan tahapan yang penting dalam penelitian. Proses konsultasi atau bimbingan dilakukan agar proses penelitian yang dilakukan dengan mengenal tari Badaya dalam Tarawangsa melalui pendekatan tari pendidikan pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur di Daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang ini lebih terarah dan untuk kesempurnaan penulisan isi, sistematika penulisan, serta cara penulisannya. Konsultasi terjadi di awal sampai akhir proses penelitian hingga selesainya penulisan.

c. Pengolahan Data

Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah pengolahan data. Pengolahan data ini merupakan kelanjutan setelah proses pengumpulan datayang telah dilakukan selanjutnya. Pada proses ini memerlukan ketelitian yang tinggi, karena data yang diperoleh harus dapat diolah secara valid dan akurat melalui teknik analisis, agar dapat menjawab masalah yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian Apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD ini, peneliti melakukan pengolahan data secara kualitatif melalui metode deskriptif analisis. 3. Penyusunan Laporan


(38)

Penyusunan laporan merupakan kegiatan akhir dalam pelaksanaan penelitian ini. Laporan disusun secara tertulis mengenai persiapan, proses, dan hasil penelitian. Penulisan laporan ini sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.

e. Penggandaan Laporan

Penggandaan laporan penelitian dilakukan setelah dilaksanakan sidang skripsi. Penggandaan dilakukan melalui tahapan-tahapan revisi yang dilakukan dengan pengawasan pembimbing.


(39)

100 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Merancang pendidikan yang tepat untuk siswa PAUD memang memerlukan ketelitian. Idealnya pemberian materi pembelajaran pada siswa PAUD harus selalu mengacu pada perkembangan psikologis atau karakteristik siswa PAUD yang masih kanak-kanak. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan memberikan kontribusi positif untuk membantu dunia pendidikan, terutama untuk pendidikan prasekolah. Pendidikan seni bukanlah hal yang asing dalam pendidikan PAUD. Pemberian pendidikan seni, terutama seni tari dijadikan sebagai salah satu materi yang sangat membantu dalam proses perkembangan anak.

Siswa yang tergolong pada siswa PAUD adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Sesuai dengan karaktristik anak pada usia 4-6 tahun, mereka cenderung mulai memiliki rasa keinginan yang tinggi, mencoba hal yang baru dan aktif bergerak. Atas dasar itulah, pemberian materi seni terutama seni tari diharapkan mampu mengasah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Pemilihan tari Badaya dalam seni Tarawangsa sebagai materi apresiasi bertujuan untuk mengenalkan seni tradisi yang berada di daerah setempat untuk menanamkan sikap apresiatif siswa sesuai dengan usianya. Materi pembelajarannya secara langsung dapat dialami oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran.

Keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran merupakan salah satu tujuan dalam penelitian ini. Guru dituntut untuk selalu melakukan inovasi dalam setiap penyampaian materi. Pemilihan metode dan pemberian stimulus merupakan hal penting yang harus selalu dipelajari seorang guru. Cara belajar sambil bermain merupakan pegangan guru sesuai dengan konsep pembelajaran prasekolah.


(40)

101

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan dengan materi tari Badaya dalam seni Tarawangsa merupakan sebuah konsep atau cara pandang yang menekankan pada proses belajar aktif. Tari dijadikan sebagai media untuk mengasah kemampuan kognitif, afektif, psikomotor serta penanaman nilai-nilai. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan dijadikan sebagai alternatif cara membuat kreasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Pembelajaran ini merupakan pengalaman yang bekesan karena siswa secara bertahap mengalami proses penciptaan gerak.

Hasil penelitian dari apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD memberikan hasil yang baik. Kemampuan siswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Secara kognitif materi yang diberikan selama proses pembelajaran dapat diserap oleh siswa. Siswa dapat mengingat beberapa gerak yang diberikan seperti ngemban, netes, dan

lalayaran, mengingat properti dan arti properti yang dipelajarai, nama-nama pemeran

dan peranannya, serta urutan pertunjukan yang dipelajari. Dari perbandingan rata-rata nilai siswa pada pertemuan pertama dan keempat, kemampuan kognitif siswa mengalami peningkatan dari rata-rata kurang baik menjadi baik. Kemampuan afektif siswa mengalami peningkatan dari kurang baik menjadi baik. Kemampuan psikomotor siswa mengalami peningkatan dari cukup baik menjadi sangat baik. Dari data tersebut, penelitian apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

Pemahaman teks Badaya dalam Tarawangsa baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor telah membekali dan mewarnai pemahaman identitas budaya anak PAUD, sekaligus memotivasinya untuk lebih mengetahui dan mencintai Tarawangsa sebagai salah satu seni daerahnya. Kegiatan apresiasi yang dilakukan dapat menanamkan sikap apresiatif siswa PAUD pada seni tradisi.


(41)

102 B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah ditemukan, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut .

1. Berdasarkan hasil penelitian pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur selama mengikuti proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi konsentrasi belajar dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan membuat siswa kurang konsentrasi dan seringkali kebingungan dalam mengerjakan tugas yang diberikan, maka guru harus selalu mendampingi kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran dan memberikan stimulus atau rangsangan yang mudah dipahami oleh siswa. 2. Gunakan berbagai alternatif strategi atau metode pembelajaran untuk dapat

mengaktifkan siswa dalam menuangkan ide, ekspresi jiwa dalam proses pembelajaran.

3. Cari materi yang dekat dengan lingkungan sekitar siswa, agar siswa dapat melihat secara langsung dan secara perlahan merasakan terlibat dalam situasi sosial yang ada di daerahnya, agar pembelajaran yang dilakukan bisa menjadi pengalaman yang akan diingat terus hingga dewasa.

4. Bagi pihak sekolah, sebagai pihak yang terkait dengan keberhasilan tujuan pembelajaran, maka diharapkan sekolah ikut berpartisipasi aktif dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.

5. Bagi pihak peneliti lain yang akan meneliti tentang apresiasi seni tari tradisi pada siswa PAUD diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam, sehingga dapat menambah khazanah ilmu pendidikan.


(42)

(43)

Daftar Pustaka

Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Astuti, Yuliani. (2008). Penerapan Tari Pendidikan dengan Materi kesenian

Tarawangsa dalam Pembelajaran Seni Budaya pada Siswa Kelas IV SD Negeri Rancakalong Kabupaten Sumedang. Bandung: Skripsi

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Juih. Julius dkk. (1999). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

Pendidikan Seni. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas

Narbuko, Cholid dkk. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara Maryati, Yeti Sri. (2008). Pengaruh Rangsang Gambar Terhadap Perkembangaan

Kreativitas Gerak Tari pada Anak Usia Prasekolah di TK Bhakti Pertiwi Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang. Bandung: Skripsi

Masunah, Juju. (2012). Tari Pendidikan. Bandung

Patmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta; PT Rineka Cipta

Sagala, syaiful.(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta

Sudono, Anggani. (2004). Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan

Anak Usia Dini. Jakarta: PT Grasindo

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta

…………. (2011). Modul Pelatihan Tenaga Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini. Sumedang


(44)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Merancang pendidikan yang tepat untuk siswa PAUD memang memerlukan ketelitian. Idealnya pemberian materi pembelajaran pada siswa PAUD harus selalu mengacu pada perkembangan psikologis atau karakteristik siswa PAUD yang masih kanak-kanak. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan memberikan kontribusi positif untuk membantu dunia pendidikan, terutama untuk pendidikan prasekolah. Pendidikan seni bukanlah hal yang asing dalam pendidikan PAUD. Pemberian pendidikan seni, terutama seni tari dijadikan sebagai salah satu materi yang sangat membantu dalam proses perkembangan anak.

Siswa yang tergolong pada siswa PAUD adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Sesuai dengan karaktristik anak pada usia 4-6 tahun, mereka cenderung mulai memiliki rasa keinginan yang tinggi, mencoba hal yang baru dan aktif bergerak. Atas dasar itulah, pemberian materi seni terutama seni tari diharapkan mampu mengasah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Pemilihan tari Badaya dalam seni Tarawangsa sebagai materi apresiasi bertujuan untuk mengenalkan seni tradisi yang berada di daerah setempat untuk menanamkan sikap apresiatif siswa sesuai dengan usianya. Materi pembelajarannya secara langsung dapat dialami oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran.

Keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran merupakan salah satu tujuan dalam penelitian ini. Guru dituntut untuk selalu melakukan inovasi dalam setiap penyampaian materi. Pemilihan metode dan pemberian stimulus merupakan hal penting yang harus selalu dipelajari seorang guru. Cara belajar sambil bermain merupakan pegangan guru sesuai dengan konsep pembelajaran prasekolah.


(2)

101

101

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan dengan materi tari Badaya dalam seni Tarawangsa merupakan sebuah konsep atau cara pandang yang menekankan pada proses belajar aktif. Tari dijadikan sebagai media untuk mengasah kemampuan kognitif, afektif, psikomotor serta penanaman nilai-nilai. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan dijadikan sebagai alternatif cara membuat kreasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa. Pembelajaran ini merupakan pengalaman yang bekesan karena siswa secara bertahap mengalami proses penciptaan gerak.

Hasil penelitian dari apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa pada siswa PAUD memberikan hasil yang baik. Kemampuan siswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Secara kognitif materi yang diberikan selama proses pembelajaran dapat diserap oleh siswa. Siswa dapat mengingat beberapa gerak yang diberikan seperti ngemban, netes, dan

lalayaran, mengingat properti dan arti properti yang dipelajarai, nama-nama pemeran

dan peranannya, serta urutan pertunjukan yang dipelajari. Dari perbandingan rata-rata nilai siswa pada pertemuan pertama dan keempat, kemampuan kognitif siswa mengalami peningkatan dari rata-rata kurang baik menjadi baik. Kemampuan afektif siswa mengalami peningkatan dari kurang baik menjadi baik. Kemampuan psikomotor siswa mengalami peningkatan dari cukup baik menjadi sangat baik. Dari data tersebut, penelitian apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

Pemahaman teks Badaya dalam Tarawangsa baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor telah membekali dan mewarnai pemahaman identitas budaya anak PAUD, sekaligus memotivasinya untuk lebih mengetahui dan mencintai Tarawangsa sebagai salah satu seni daerahnya. Kegiatan apresiasi yang dilakukan dapat menanamkan sikap apresiatif siswa PAUD pada seni tradisi.


(3)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah ditemukan, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut .

1. Berdasarkan hasil penelitian pada siswa PAUD Ananda Putra Bungur selama mengikuti proses apresiasi tari Badaya dalam seni Tarawangsa, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi konsentrasi belajar dengan menggunakan pendekatan tari pendidikan membuat siswa kurang konsentrasi dan seringkali kebingungan dalam mengerjakan tugas yang diberikan, maka guru harus selalu mendampingi kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran dan memberikan stimulus atau rangsangan yang mudah dipahami oleh siswa. 2. Gunakan berbagai alternatif strategi atau metode pembelajaran untuk dapat

mengaktifkan siswa dalam menuangkan ide, ekspresi jiwa dalam proses pembelajaran.

3. Cari materi yang dekat dengan lingkungan sekitar siswa, agar siswa dapat melihat secara langsung dan secara perlahan merasakan terlibat dalam situasi sosial yang ada di daerahnya, agar pembelajaran yang dilakukan bisa menjadi pengalaman yang akan diingat terus hingga dewasa.

4. Bagi pihak sekolah, sebagai pihak yang terkait dengan keberhasilan tujuan pembelajaran, maka diharapkan sekolah ikut berpartisipasi aktif dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.

5. Bagi pihak peneliti lain yang akan meneliti tentang apresiasi seni tari tradisi pada siswa PAUD diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam, sehingga dapat menambah khazanah ilmu pendidikan.


(4)

103


(5)

Daftar Pustaka

Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Astuti, Yuliani. (2008). Penerapan Tari Pendidikan dengan Materi kesenian

Tarawangsa dalam Pembelajaran Seni Budaya pada Siswa Kelas IV SD Negeri Rancakalong Kabupaten Sumedang. Bandung: Skripsi

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Juih. Julius dkk. (1999). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

Pendidikan Seni. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas

Narbuko, Cholid dkk. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara Maryati, Yeti Sri. (2008). Pengaruh Rangsang Gambar Terhadap Perkembangaan

Kreativitas Gerak Tari pada Anak Usia Prasekolah di TK Bhakti Pertiwi Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang. Bandung: Skripsi

Masunah, Juju. (2012). Tari Pendidikan. Bandung

Patmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta; PT Rineka Cipta

Sagala, syaiful.(2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta

Sudono, Anggani. (2004). Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan

Anak Usia Dini. Jakarta: PT Grasindo

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta

…………. (2011). Modul Pelatihan Tenaga Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini. Sumedang


(6)