PENGARUH KEPEMIMPINAN KYAI TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA : Studi Analisis Figur Kyai dalam Membentuk Pribadi Muslim Seutuhnya di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung.

PENGARUH KEPEMIMPINAN KYAI

TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
(Studi Analisis Figur Kyai dalam Membentuk Pribadi Muslim

Seutuhnya di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
dalam Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

DIDING NURDIN
9696157/XXVHI-20

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
1998

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

PEMBIMBING

I

PROF. DR. H. ACHMAD SANUSI, S.H..M.PA

PEMBIMBING

II

PROF. DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A.

ABSTRAK


Eksistensi pondok pesantren dalam konstalasi pembangunan bangsa
dihadapkan kepada tantangan dan harapan yang semakin menuntut kesiapan dan
kesanggupan para pemimpin (kyai) sebagai pengelola pondok pesantren untuk
mampu dan tanggap terhadap perubahan serta kebutuhan masyarakat yang
semakin kompleks. Pembangunan dan peningkatan kualitas SDM yang memiliki
kepribadian muslim yang seutuhnya hendaknya dilakukan secara simultan dan

terpadu dalam lingkungan pesantren melalui kepemimpinan kyai, sebab kyai
merupakan kunci sentral yang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
pembentukan kualitas pribadi muslim yang seutuhnya.
Fokus masalah penelitian ini adalah "Apakah kepemimpinan kyai pondok
pesantren Daarut Tauhiid Bandung memiliki pengaruh terhadap peningkatan
kualitas SDM yang memiliki kepribadian muslim yang seutuhnya?"
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis figur
kyai dalam membentuk pribadi muslim yang seutuhnya. Berdasarkan hasil

deskripsi dan analisis tersebut akan diketahui pengaruh kepemimpinan kyai
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kepribadian
muslim yang seutuhnya.


Untuk memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam terhadap
substansi masalah yang dikaji tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, pengamatan
langsung, wawancara, studi dokumentasi dan kepustakaan. Sumber data utama
penelitian ini adalah: (1) Pimpinan (kyai) pondok pesantren Daarut Tauhiid (DT),
(2) Ustadz/ah ponpes DT, (3) Pengurus Yayasan DT, (4) Para santri dan jamaah
pengajian rutin, dan (5) Masyarakat sekitar ponpes DT.
Hasil analisis secara kualitatif terhadap fenomena di lapangan melahirkan

beberapa kesimpulan. Pertama, visi, misi, tujuan dan strategi kepemimpinan kyai
merupakan kunci utama dalam membangun kualitas SDM yang memiliki

kepribadian muslim yang seutuhnya Kedua, perilaku, sifat dan gaya
kepemimpinan kyai memainkan peranan penting dalam membentuk kepribadian
muslim yang seutuhnya. Ketiga, nilai-nilai luhur menjadi acuan pondok pesantren
yang diyakini kyai adalah iman, Islam dan ihsan. Keempat, proses belajar
mengajar yang dilaksanakan di ponpes meliputi enam komponen yang saling
berinteraksi dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai. Kelima, pesantren
disamping memiliki kekuatan dan kelemahan, jugaterdapat peluang dan ancaman
yang menuntut kesiapan dan tanggung jawab pemimpin (kyai) dan komunitas

ponpes.

Berdasarkan kesimpulan di atas, diajukan beberapa saran sebagai berikut:
Pertama, Kyai sebagai pimpinan ponpes diharapkan agar senantiasa
menggairahkan, menyegarkan, mempertajam dan mensosialisasikan visi kepada

komunitas pesantren dan masyarakat. Misi kepemimpinan kyai hendaknya
mencerminkan tujuan yang fundamental. Tujuan yang akan dicapai hendaknya
bersifat spesifik, jelas dan terukur.
iv

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

jj

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

iv
vi

UCAPAN PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTARLAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

viji
xi
xiii
xiv
xv
1

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Fokus Masalah
2. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
D. Paradigma dan Premis Penelitian
1. Paradigma Penelitian
2. Premis Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

1
5
5
7
8
9
10
11

12
13

16

A. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Kepemimpinan
1. Pengertian Visi
2. Unsur-unsur Visi

16
16
17

3. Memahami Misi, Tujuan dan Strategi
B. Konsep Kepemimpinan dalam Pandangan Islam
1. Pengertian Kepemimpinan
2. Perilaku Kepemimpinan
3. Sifat Kepemimpinan

24

26
26
32
38

4. Gaya Kepemimpinan
C. Nilai-nilai Luhur Sebagai Acuan Pondok Pesantren
D. Konsep Manusia dalam Pandangan Islam
1. Proses Penciptaan Manusia

42
46
50
50

2. Hakikat Manusia
E. Konsep Pendidikan Pondok Pesantren

60
68


1. Latar Belakang Historis Lahirnya Pondok Pesantren

XI

68

2. Pengertian Pondok Pesantren
3 Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren
4. Tipologi Pondok Pesantren
F. Kepribadian
1. Makna Kepribadian

73
76
78
g3
83

G. Analisis SWOT


86

H. Studi Terdahulu Yang Relevan

gs

BAB IIIPROSEDUR PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

89

Metode Penelitian
Sumber Data Penelitian dan Lokasi Penelitian
Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data
Instrumen Penelitian
Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Kepemimpinan Kyai
2. Perilaku, Sifat dan Gaya Kepemimpinan Kyai
3. Nilai-nilai Luhur Sebagai Acuan Pondok Pesantren

4. Proses Belajar Mengajar yang Dilaksanakan di Ponpes
5. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
B. Pembahasan Hasil Penelitian

1
2.
3.
4.

89
92
93
95
96
97

100
1qq
100
104
107

109
116
120

Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Kepemimpinan Kyai
Perilaku, Sifat dan Gaya Kepemimpinan Kyai
Nilai-nilai Luhur sebagai Acuan Pondok Pesantren
Proses Belajar Mengajar yang Dilaksanakan di Ponpes

121
134

5. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

162

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

148

153
171

A. Kesimpulan
B. Saran-saran

j7j
174
279

C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA

180

XII

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Paradigma penelitian

12

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin

37

3. Gaya kepemimpinan dasar

45

4. Kisi-kisi manajerial

46

xm

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

1. Keadaan ustadz/ah pesantren Daarut Tauhiid

110.

2. Keadaan santri putra/putri DT

112

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Halaman

1. Pedoman wawancara

184

2. Surat permohonan izin penelitian dari Direktur Pascasarjana
IKIP Bandung

jgg

3. Surat izin penelitian dari Pimpinan Ponpes Daarut Tauhiid Bandung

189

4. Foto Kondisi obyektifdan aktivitas pesantren DT

190

5. Riwayat hidup penulis

194

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pada

saat ini dihadapkan kepada tantangan dan perubahan sebagai akibat dari pesatnya

ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
membawa dampak positif dan negatif terhadap eksistensi pondok pesantren. Dengan
demikian pondok pesantren dihadapkan kepada tuntutan dan tantangan dalam

meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDMnya. Salah satu jalan yang
ditempuh dalam menjawab tantangan era globalisasi adalah dengan investasi melalui
pendidikan.

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses pembangunan kualitas

SDM. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan manusia

seutuhnya. Hal ini sesuai dengan amanat Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1989 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembngkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
keperibadian yang mantap dan mandiri dan tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

Tujuan pendidikan pesantren sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu

ingin mencetak manusia seutuhnya yang memiliki imtak dan iptek sesuai dengan
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat memakmurkan bumi.Lembaga
pondok pesantren berusaha membina dan mengembangkan suatu tindakan
komunikasi/silaturrahmi yang harmonis antara kvai-santri yang intensif, konsisten

dan kondusif dalam suatu situasi pendidikan yang utuh. Program pendidikannya
diarahkan pada pembinaan dan pengembangan seluruh aspek kepribadian manusia
(santri) yang seutuhnya (Djamari, 1995:85).

Secara riil juga pesantren-pesantren menyimpan berbagai potensi yang cukup
membanggakan bagi proses pembangunan nasional, khususnya dalam pembentukan
pribadi muslim yang seutuhnya (kaffah).

Suparno Satira (1998) mengatakan bahwa beberapa unsur yang dipandang
sebagai potensi yang dimiliki pesantren adalah :

a. Pesantren adalah sebagai pusat pendidikan, menjalankan misinya secara
berkelanjutan, dapat dikatakan dalam kurun waktu penuh 24 jam dalam
waktu satu hari satu malam. Keadaan ini sangat berbeda jauh dengan

lembaga pendidikan pada umumnya yang hanya terjadi paling selama 9
jam dalam waktu sehari semalam. Bimbingan dan pembinaan oleh kyai
atau ustadz berlangsung sehari semalam, ditambah dengan lingkungan

yang cukup kondusif mampu memberikan bimbingan berupa kemandirian
pergaulan dan solidaritas atau keakraban yang positif bagi para
santn.Peserta didik (santri) di pesantren telah memiliki dasar akidah yang
sama, bahkan tidak mustahil memiliki motivasi belajar yang relatif cukuo

tinggi pula.

F

b. Pada pesantren yang telah mapan, biasanya telah memiliki tradisi yang

telah mapan pula sehingga lingkungan dan suasananya sangat kondusif

dalam proses pembentukan pribadi seseorang.

c. Tradisi, keadaan dan pembinaan yang baik dalam suatu pesantren
memungkinkan untuk membangun semangat kejuangan (ruhul jihad) yang
tmgg. terhadap para santrinya. Kebiasaan atau disiplin yang kuat akan

membangun jiwa yang mandiri dan kokoh (struggle). Potensi semacam ini
pada umumnya telah menjadi trade mark pada suatu pesantren.

d. Kharismatik atau kewibawaan kyai atau ustadz, merupakan potensi yang
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan pribadi
muslim, pembinaan keteladanan serta jiwa kepemimpinan. Sistem
pendidikan yang bertumpu pada keakraban, kedekatan, keterbukaan, dan

kekeluargaan merupakan pula keunggulan yang cukup memadai, apalagi
pesantren di pedesaan, karena selain harga lahan yang relatif cukup murah
juga partisipasi dari masyarakat terhadap pesantren tinggi.
e. Pesantren pada umumnya memiliki lahan untuk pengembangan yang

tinggi. Dengan demikian potensi untuk penyediaan berbagai fasilitas dapat
dikatakan cukup memadai.

Beberapa peluag di atas, telah melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang
mempunyai pengaruh dari dahulu sampai sekarang. Seperti ditegaskan oleh Mukti

Ali (1984) bahwa Tidak sedikit pemimpin-pemimpin negeri ini, baik pemimpin yang
duduk dalam pemerintahan atau bukan - besar maupun kecil - yang dilahirkan oleh

pondok pesantren. Catatan sejarah memang menunjukkan, bahwa pesantren juga
pernah melahirkan pemimpin masyarakat, disamping mencetak kyai (E. Shobirin
Najd, 1985:114).

Kyai sebagai pimpinan tertinggi di pondok pesantren memiliki pengaruh yang
kuat terhadap santri dalam mengimitasi, mengidentifikasi, dan menginternalisasikan
nilai-nilai luhur yang diyakininya. Pandangan hidup (visi) kyai, perilaku, sifat dan
gaya kepemimpinan kyai yang berpegang teguh kepada nilai-nilai luhur (iman, Tslam

dan ihsan) dalam interaksi dengan santri berpengaruh besar dalam kepribadian santri,

karena kyai menjadi acuan dan teladan dalam keseharian di pondok pesantren.

Disamping figur kyai sangat dominan dalam pembinaan kepribadian santri, juga pola
pembinaan yang cukup intens serta komponen-komponen pondok pesantren sangat

menunjang dalam membentuk kepribadian muslim (santri) yang seutuhnya.

Dengan demikian, kepemimpinan kyai menjadi elemen dasar yang paling

dominan dan bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas SDM. Kepemimpinan
kyai harus memiliki visi yang jelas dan jauh ke depan. Kyai dalam menjalankan

misinya harus menetapkan tujuan dan strategi yang tepat. Sebagai pemimpin, kyai

harus dapat memainkan kepemimpinan yang dapat diteladani dan dicontoh dengan
baik, bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, iklash, amanah, jujur, kasih sayang,
cermat, cakap dan hanya berharap penuh kepada keridloan Allah SWT dalam segala

perilaku dan tindakannya baik yang lahir maupun yang bathin. Untuk menjadi
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi si pemimpin.
Kemampuan yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri di dalamnya (Wahjosumidjo, 1993:44).

Berdasarkan kenyataan empiris menunjukkan bahwa ada kecenderungan

komunitas pondok pesantren sangat tinggi ketergantungannya kepada figur kyai
pendirinya, sehingga apabila kyai tidak ada atau meninggal dunia dan tidak ada yang
menggantikannya setingkat dia, baik dari segi keilmuan, kharisma, keteladanan, dan

atribut lainnya yang disandang kyai, dikhawatirkan eksistensi pesantren akan pudar.

Sehingga apabila ini terjadi, maka pesantren dalam melahirkan pemimpin yang
berkualitas atau mencetak kyai disangsikan. Kecenderungan ini jika tidak diantisipasi
akan membawa perubahan pada dimensi nilai, moral, akhlak, sosial, budaya, ekonomi

dan agama. Keistimewaan (kelebihan) yang terdapat pada diri seorang kyai dan
sistem yang diciptakan di pondok pesantren, memungkinkan terbentuknya kualitas

sumber daya manusia yang memiliki kepribadian yang utuh. Hal ini menunjukkan
bahwa betapa besamya pengaruh seorang kyai dalam sistem pondok pesantren untuk
membentuk pribadi muslim yang seutuhnya.

Studi ini dilaksanakan untuk mempelajari bagaimana kepemimpinan kyai

dalam meningkatkan kualitas SDM yang memiliki kepribadian muslim yang
seutuhnya.

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Fokus Masalah

Keberadaan pondok pesantren dalam era globalisasi dihadapkan kepada

tantangan dan harapan yang semakin menuntut kesiapan dan kesanggupan para

pemimpin (kyai). sebagai pengelola pondok pesantren, dengan mampu dan tanggap
terhadap perubahan serta kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Dengan
demikian, pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM)
hendaknya dilakukan secara simultan dan terpadu dalam sistem pengelolaan
(manajemen) pondok pesantren melalui kepemimpinan kyai.
Keberhasilan kyai dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
karena misi yang dikembangkan oleh para kyai bertujuan tidak semata-mata untuk

menggali dan mengembangkan potensi akal dengan penjelasan-penjelasan dan

pelatihan-pelatihan, lebih dari itu adalah untuk menggali potensi ruhiyah (jiwa),
membangun ahklak (moral) yang mulia, melatih dan mempertinggi semangat
pengabdian, jujur, bertanggung jawab, ikhlas dan bersih hati sebagai perwujudan
terintegrasinya antara akal dan qolbu (akliyah dan ruhiyah).

dihadapkan kepada tantangan, peluang, masalah dan ancaman yang datang dari dalam
(internal) maupun luar pesantren (eksternal).

Berdasarkan identifikasi dan analisis atas lima hal tersebut di atas, maka fokus

masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah
kepemimpinan kyai diponpes Daarut Tauhiid Bandung dapat meningkatkan kualitas
SDMyang memiliki kepribadian muslim yangseutuhnya? "
2. Pertanyaan Penelitian

Merujuk pada fokus masalah di atas, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:

1 Bagaimanakah visi, misi, tujuan dan strategi kepimpinan kyai pondok pesantren

(ponpes) Daarut Tauhiid Bandung dalam membentuk pribadi muslim yang
seutuhnya?

a. Apa visi kepemimpinan kyai ponpes Daarut Tauhiid (DT) Bandung dalam
membentuk pribadi muslim yang seutuhnya?

b. Apa misi kepemimpinan kyai ponpes DT Bandung tersebut?

c. Tujuan apa yang ingin dicapai dalam kepemimpinan kyai ponpes DT?

d. Strategik manajemen apa yang dikembangkan oleh kepemimpinan kyai?
2. Bagaimanakah perilaku, sifat, dan gaya kepemimpinan kyai ponpes Daarut
Tauhiid Bandung dalam membentuk pribadi muslim yang seutuhnya?

a. Apakah perilaku kepemimpinan kyai berpengaruh terhadap kualitas pribadi
muslim yang seutuhnya?

b. Apakah sifat kepemimpinan kyai berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
pribadi muslim yang seutuhnya?

c. Gaya kepemimpinan macam apa yang diterapkan oleh kyai dalam membentuk
pribadi muslim yang seutuhnya?

3. Nilai-nilai luhur apa yang ingin dicapai dalam proses pembentukan pribadi
muslim yang seutuhnya di pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung?
4. Bagaimanakah proses belajar mengajar yang dilaksanakan di ponpes Daarut
Tauhiid Bandung dalam membentuk pribadi muslim yang seutuhnya ditinjau dari
enam komponen proses belajar mengajar yaitu:

a. Ustadz/ah yang mengajar di ponpes DT Bandung

b. Santri yang berada di ponpes DT Bandung
c. Mater^ahan yang diajarkan di ponpes DT Bandung
d. Metode Mengajar yang diterapkan oleh ustadz/ah

e. Sarana dan prasarana (fasilitas) yang terdapat dalam ponpes DT Bandung
f. Evaluasi belajar mengajar yang dilakukan di ponpes DT Bandung.
5. Faktor-faktor lingkungan strategik macam apa yang terdapat pada ponpes DT
Bandung, baik yang berupa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang dihadapi dalam mempertahankan eksistensinya?

a. Kekuatan-kekuatan internal apa saja yang terdapat dalam ponpes DT
Bandung?

b. Kelemahan-kelemahan apa saja yang mungkin ada dalam ponpes DT
©andung9

c. Peluang-peluang eksternal apa saja yang dapat dikembangkan oleh ponpes DT
Bandung?

d. Ancaman-ancaman apa saja yang diperkirakan dapat menghancurkan
eksistenten ponpes DT Bandung?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi dan analisis
tentang pengaruh

kepemimpinan kyai terhadap kualitas sumber daya manusia

(SDM). Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Membuat deskripsi dan analisis mengenai visi, misi, tujuan dan strategi
kepemimpinan kyai pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung dalam
membentuk kualitas pribadi muslim yang seutuhnya.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis perilaku, sifat dan gaya kepemimpinan kyai
pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung dalam membentuk pribadi muslim
yang seutuhnya.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai luhur yang ingin dicapai dalam
proses pembentukan pribadi muslim yang seutuhnya di pondok pesantren Daarut
Tauhiid Bandung.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis proses belajar mengajar yang dilaksanakan di
pondokpesantren Daarut Tauhiid Bandung.

5. Mendeskripsikan dan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang

dihadapi

pondok

pesantren

Daarut

Tauhiid

Bandung

dalam

mempertahankan eksistensinya.
2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi para pengelola pondok
pesantren (kyai/ustadz/guru) dalam meningkatkan kualitas SDM yang memiliki

kepribadian muslim yang seutuhnya. Bagi para pemimpin penelitian ini dapat
memberikan informasi, meningkatkan wawasan, perilaku, sikap serta kemampuan
profesional dalam memimpin pesantren yang dalam proses perkembangannya

dihadapkan kepada tantangan, masalah, peluang dan pengaruh dari kemajuan iptek.
Dengan demikian, akan lahir SDM yang berkualitas yang menjadi kader-kader

pemimpin yang siap menjadi generasi penerus yang tulus mengabdi dalam lembaga

pondok pesantren khususnya dan masyarakat serta bangsa pada umumnya. Bagi
pemimpin formal dan informal diharapkan akan menambah wawasan, pemahaman,

motivasi, kesadaran, dan penghayatan terhadap nilai-nilai luhur yang diyakini oleh
kyai yang bersumber dari kandungan Al-Quran dan sunah RosuluUah SAW dalam
menjalankan aktivitas kepemimpinannya.

Khusus bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini akan memperluas wawasan

tentang studi kepemimpinan yang dilakukan seseorang dalam peranannya yang lebih

luas dan lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut diharapkan meluaskan
studi tentang pengembangan model manajemen pondok pesantren, baik melalui studi
mandiri atau dalam rangka memperoleh gelar tertinggi pada strata tiga (S3). Amin.

12

GAMBAR1

PARADIGMA PENELITIAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN KYAI TERHADAP KUALITAS SDM

Visi, Misi, Tujuan &
Strategi Pemimpin

I
Kepemimpinan
Kyai

Perilaku Sifat & Gaya
Kepemimpinan Kyaii

Peningkatan
Kualitas
SDM

1
Niai-nilai Luhur

Pribadi
Muslim

Seutuhnya

(Sumber: Dimodifikasi dari disertasi Djam'an Satori, 1989)

13

2. Premis Penelitian

Sejalan dengan tujuan dan kerangka paradigmatik penelitian ini, disusunlah

premis penelitian. Premis ini merupakan rujukan dalam mengkaji, menganalisis, dan
memaknai fenomena yang menjadi fokus penelitian.

a. Lembaga pondok pesantren telah melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang
mempunyai pengaruh sampai sekarang (Mukti Ali, 1978; Zamakhsyari Dhofier,
1982; dan Dawam Rahardjo, 1985).

b. Kepemimpinan kyai memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan pribadi
muslim, pembinaan keteladanan dan jiwa kepemimpinan sebab pondok pesantren

berusaha membina dan mengembangkan tindakan/silaturahmi yang harmonis
antara kyai-santri yang intensif, konsisten dan kondusif dalam situasi pendidikan
yang utuh (Zamakhsyari Dhofier, 1982; Jusuf Amir Feisal, 1995; Djamari, 1995;
dan Suparno Satira, 1998).

c. Visi merupakan komponen sentraldari semua "great leadership" dan atribut kunci

kepemimpinan dan pembuat keputusan (Kotter, 1998; dan Quigley, 1993).
d. Visi adalah gambaxan kondisi masa depan yang lebih baik, memberi harapan dan

impian, sekaligus merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang dan
menggambarkan hal-hal yang memuaskan (Naisbit, 1984: J. Salusu, 1996;
Quigley, 1993).

e. Dalam menggambarkan visi diperlukan keberanian melihat ke depan yang selalu
penuh dengan tantangan, kerja keras untuk mempertajam visi dalam bentuk nyata

14

dan menanggulangi berbagai bentuk rintangan yang dapat menghambat
direalisasikannya visi (Lee Roy Beach, 1993; J. Salusu, 1996; dan Tilaar, 1997).
f. Visi yang dimiliki pimpinan ditransformasikan pada bawahan dan sebagaimana
diharapkan diwujudkan dalam bentuk perilaku organisasi (Lee Roy Back, 1993;
dan J. Salusu, 1996).

g. Visi terdiri dari tiga unsur, yaitu: values, mission dan goals (Quigley, 1993; dan
Gaffar, 1995). Sedangkan visi menurut Cortada (1993) terdiri dari lima unsur,
yaitu: values, vision, mision, strategi, implementation dan result.

h. Misi adalah rumusan langkah-langkah yang merupakan kunci memulai

melakukan inisiatif, mengevaluasi, dan mempertajam bentuk-bentuk kegiatan
untuk mencapai tujuan fundamental. Tujuan yang hendak dicapai harus bersifat

lebih spesifik, jelas dan terukur. Misi dan tujuan organisasi atau lembaga ponpes
dalam mewujudkannya membutuhkan strategi agar dipahami oleh anggota atau
jajaran organisasi dalamproses pencapaiannya.

i. Kepemimpinan kyai yang berhasil mempengaruhi komunitas ponpes sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadinya. Kemampuan yang dimaksud adalah

kualitas seorang pemimpin yang memiliki perilaku, sifat dan gaya kepemimpinan
yang

tepat

atau

sesuai dengan

tujuan

yang

hendak diwujudkannya

(Wahjosumidjo, 1993; dan Jusuf Amir feisal, 1996).

j. Perilaku, sifat dan gaya kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku,
karakteristik atau ciri-ciri di dalamnya serta cara seseorang dalam melakukan
suatu tindakan (James Owen, 1973; Stogdill, 1974; dan Fiedler & Chemer, 1973).

15

k. Kepemimpinan kyai memegang teguh nilai-nilai luhur yang menjadi acuannya
dalam bersikap, bertindak dan membangun ponpes. Nilai-nilai luhur yang
menjadi acuan pondok pesantren dan ingin diwujudkan oleh kyai adalah nilainilai iman, Islam dan Ihsan (Ibnu Taimiyah, 1976; Ibnu Katsir, 1984;
Zamakhsyari Dhofier, 1982 dan Nurcholis Madjid, 1995).

1. Pendidikan Islam, khususnya pendidikan pesantren dengan jalan pendidikan

keimanan, keislaman, dan keihsanan terbukti telah berhasil membina kejujuran,
keyakinan akan diri sendiri, kreativitas, integritas pribadi, keadilan, kesetiaan,
kesabaran, semangat kerjasama, keseimbangan, toleransi, dan kewiraswastaan

yang dapat dikembangkan berbagai kompetensi dan keterampilan yang berguna
bagi pembangunan dan perubahan masyarakat (JusufAmir Feisal, 1995:198).
m. Analisis SWOT merupakan langkah mendasar dalam memahami eksistensi

ponpes dalam proses pcrkcmbangannya. Dengan memahami dan mencrapkan

analisis SWOT diharapkan para pemimpin (kyai) ponpes semakin tanggap
terhadap perubahan dan kemajuan iptek.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis figur

kepemimpinan kyai pondok pesantren dalam membentuk pribadi muslim yang
seutuhnya. Dengan kata lain fokus penelitian ini adalah prilaku manusia. Metode

yang paling tepat itu adalah metode kualitatif, yakni metode yang ditujukan untuk
memahami perilaku manusia dari sudut si pelaku sendiri.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka langkah pertama adalah perlu

penajaman konsep dan menuangkan konsep-konsep itu dalam suatu "conceptuan
framework" artinya peneliti harus mempunyai tingkat intensitas pemahaman

terhadap suatu konsep atau teori. Konsep ini merupakan perspektif teoritis yang
dijadikan pedoman proses inquiry oleh peneliti. Kerangka berupa premis, dan
premis yang telah dibentuk selanjutnya dikaji dan diuji dengan data empirik di
lapangan.

Untuk memperoleh data empirik yang sesuai dengan ruang lingkup masa

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe
roleh jawaban pertanyaan terhadap penelitian, akan digunakan cara pendekatan
naturalistik kualitatif. Dalam hal ini Nasution (1990) mengatakan bahwa

penelitian kualitatif pada hahekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi, berusaha dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran tentang dunia sekitarnya.

89

90

Lebih lanjut Lexy J. Moleong (1990) menyimpulkan bahwa "Penelitian

kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai kebutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

dan mengadakan analisis secara induktif". Sasaran penelitian kepada usaha
menemukan teori-teori, dasar penelitian bersifat deskriptif lebih berorientasi

pada proses daripada hasil, membatasi studi denganfokus, memiliki seperangkat
kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan hasil penelitian disepakati oleh
kedua belahpihakyakni peneliti dan subjekpenelitian."
Dari kutipan di atas dapat diungkapkan bahwa karakteristik tersebut

menjiwai penelitian ini. Karakteristiknya yaitu. Pertama, peneliti sendiri sebagai
instrumen pertama untuk mendatangi secara langsung sumber datanya. Kedua,
implikasi data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam
bentuk kata-kata daripada angka-angka, jadi hasil analisanya berupa suatu uraian.

Ketiga, menjelaskan bahwa hasil penelitian kualitatif lebih menekankan perhatian
proses tidak semata-mata pada hasil. Keempat, melalui analisis induktif di mana
peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.

Dengan memperhatikan konsep di atas, maka penelitian ini tidak hanya
mendeskripsikan data, akan tetapi mencoba menganalisis makna-makna dan
prinsip-prinsip mendasar yang terdapat pada data penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, analisis dan interpretasi peneliti sudah

dilakukan sejak mengumpulkan data di lapangan yang ditempuh melalui langkahlangkah sebagai berikut:

1 Penegasan pada fokus dan tujuan penelitian,

2. Mengamati dan mencatat peristiwa-peristiwa yang terkait dengan data-data
yang diperlukan seperti dalam musyawarah , pengajian rutin, ceramah di

masyarakat, berinteraksi dengan santri atau jamaah, serta proses belajar
mengajar di masjid atau diruangan belajar.

3. Mengumpulkan dokumen-dokumen penting seperti akte yayasan, kurikulum
pesantren, simbol-simbol pesantren, kopontren, peraturan-peraturan pesantren

yang tertulis, dan pemotretan terhadap peristiwa atau lokasi-lokasi yang
dianggap penting.

4. Mengidentifikasi data dan mengklasifikasikannya sesuai dengan sub
permasalahan.

5. Mengembangkan pertanyaan penelitian untuk mempertajam analisis dan
penafsiran data.

6. Membuat penafsiran secara umum terhadap data yang diperoleh sesuai dengan
gagasan yang ada.

7. Hasil analisis dan penafsiran data, kemudian dibuat suatu kesimpulan sebagai
temuan hasil penelitian.

Dalam mengambil nilai-nilai yang esensial, peneliti mencoba

melakukan penelusuran makna-makna yang terkandung pada gejala-gejala alami

(wajar) dengan mempertimbangkan latar belakang kyai yang meliputi; keluarga,
pendidikan, pengalaman, nilai-nilai yang diyakini kyai, tempat dan peristiwa
tertentu.

92

B. Sumber Data dan Lokasi Penelitian
1.

Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:
1.1 Sumber data primer meliputi:

a. Situasi alami (wajar) yang terjadi di lingkungan ponpes Daarut Tauhiid
baik situasi fisik maupun non fisik,

b. KH. Abdullah Gymnastiar sebagai pendiri, pimpinan, dan sebagai
nara sumber di ponpes DT,

c. Ketua Harian Yayasan, para ustad, para manejer divisi dan para santri
1.2 Sumber data sekunder (penunjang) meliputi:

a. Dokumen-dokumen resmi secara tertulis tentang ponpes DT, seperti

akte notaris Yayasan, AD/ART Yayasan, ZIS, kopontren dengan
divisi-divisi usahanya,

b. Dokumen-dokumen tidak resmi, seperti peraturan-peraturan (tata tertib)
pesantren yang tertulis dan dipampang untuk dibaca dan diketahui para
santri, maupun peraturan yang tidak tertulis tetapi harus diketahui oleh
para santri DT,

c. Wawancara dengan jamaah pengajian rutin (malam jum'at dan minggu
sore) yang diisi rutin oleh kyai (Aa Gym),

d. Wawancara dengan masyarakat sekitar lingkungan ponpes DT yang
tidak terlibat langsung dalam pesantren,

e. Kondisi sosio-budaya masyarakat setempat.

93

2. Lokasi Penelitian

Dari hasil observasi dan pengalaman penulis dibeberapa ponpes di Jawa

Barat, ponpes Daarut Tauhiid Bandung memiliki kekhasan tersendiri yang tidak

dimiliki oleh ponpes lainnya. Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut:

2.1 KH. Abdullah Gymnastiar memiliki kekhasan tersendiri dalam memimpin,
mengelola dan mengembangkan pondok pesantren DT,

2.2 KH. Abdullah Gymnastiar bukan berlatar belakang keluarga kyai (pada
umumnya yang mendirikan pesantren ) dan juga

pendidikan yang

ditempuhnya adalah pendidikan umum,

2.3 Pesantren Daarut Tauhiid memiliki kekhasan terserdiri dalam pemberdayaan
santrinya yakni dakwah dengan konsentrasi bidang ekonomi,
2.4 Pesantren Daarut Tauhiid belum lama berdiri ( 7 tahun) tetapi sudah memiliki

pengaruh yang luas baik dikalangan masyarakat sekitar, pesantren lainnya
maupun dari pemerintah.

2.5 Belum ada peneliti lain yang melakukan penelitian di Ponpes DT berkenaan
dengan masalah "Pengaruh Kepemimpinan Kyai terhadap Kualitas Sumber
Daya Manusia,"

2.6 Lokasi penelitian ini mudah dijangkau sekaligus dekat dengan tempat tinggal
peneliti selama studi di PPS IKIP Bandung,
C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik

pengumpulan

data

dilakukan

dengan

cara

observasi

(pengamatan langsung), wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka.

94

Teknik yang dominan digunakan peneliti dilapangan adalah pengamatan langsung
dan wawancara.

Observasi atau pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui dua hal yang berhubungan dengan penelitian ini, yakni manusia dan

non manusia. Komponen manusia yang diamati meliputi; perilaku kepemimpinan,

sifat-sifat kepemimpinan, gaya kepemimpinan yang diperankan kyai baik terhadap
santri, jamaah atau masyarakat sekitar. Hal ini bisa diamati pada saat pengajian
rutin, musawarah (pertemuari) antara para ustad atau pengurus yayasan, dan

kegiatan-kegiatan lain yang selalu melibatkan kyai. Disamping itu juga budaya
yang diciptakan dalam interaksi santri dengan kyai, santri dengan santri dan santri

dengan masyarakat yang membentuk nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan, dan

pandangan santri terhadap kepemimpinan kyai. Komponen non manusia meliputi;

bangunan masjid, rumah kyai, pondok, kopontren, metode belajar mengajar,
jadwal, materi pelajaran, dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan di pesantren.
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi yang

langsung dan akurat secara refresentatif dari seseorang (kyai, ustadz, stafyayasan,
santri dan masyarakat) yang terlibat secara langsung dalam proses interaksi di
dalam pesantren.

Dalam wawancara ini peneliti berusaha mengungkap data yang obyektif

dan menghindari dari bias. Adapun yang diwawancarai oleh peneliti meliputi;
kyai (pimpinan) pesantren, para ustad, santri, keluarga kyai, dan masyarakat
sekitar yang terlibat dalam kegiatan pesantren.

95

Studi dokumentasi dilakukan untuk mengungkapkan data yang bersifat

administratif. Dokumentasi yang diteliti meliputi program kegiatan pesantren baik

yang sudah dilaksanakan atau yang belum dan akan dilaksanakan seputar kegiatan
pengajian, pendidikan, pengabdian pada masyarakat dan bidang ekonomi.
Dokumentasi yang dikumpulkan seperti; foto, brosur, stiker, dll.

Studi pustaka dilakukan berkaitan erat dengan teori-teori yang relevan

dengan penelitian ini, hasil penelitian terdahulu, konsep-konsep sebagai
pembanding, penguat dan penolakan terhadap penelitian.
D. Teknik Analisis Data

Penulis berusaha menyusun data agar dapat dianalisis dan ditafsirkan

dengan cara mengidentifikasi dan mengklasifikasikan (kategorisasi) data yang

dikumpulkan. Data yang sudah ada ditafsirkan dan dianalisis dengan berbagai
konsep yang relevan agar memberikan makna yang sebenarnya.Kebenaran hasil

interpretasi dan analisis ini akan dinilai dan diuji dalam berbagai situasi.
Dalam proses analisis data ini, penulis berusaha keras untuk memilih

waktu khusus untuk merenungkannya.Hal ini agar laporan yang ditulis
mengandung makna yang dalam dan bermutu. Untuk itu, penulis melakukan

interpretai sepanjang penelitian berlangsung selanjutnya dimantapkan dalam
proses akhir penelitian. Jadi peneliti dalam menganalisis data dimulai sejak awal

data itu dikategorisasi. Sehingga data yang sudah dikategorisasikan segara
dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis.

Menurut Suharsimi Arikunto (1993:205) menyatakan bahwa "Secara

garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu; (1) persiapan,

96

(2) tabulasi, (3) penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. "
Lexy J. Moleong (1989:88) menyatakan bahwa "Analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga apat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesissebagaimayang disarankan oleh data. "

Sejalan dengan itu, Nasution (1996:129) menyatakan bahwa "Salah

satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang

masih bersifat umum, yakni (1) reduksi data, (2) "display" data, (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi."
E. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan instrumen yang utama dalam penelitian kualitatif

(S. Nasution, 1996;34). Peneliti sebagai alat penelitian sangatlah penting dalam
menentukan hasil penelitian. Dalam proses penelitian berlangsung ia harus
mampu berinteraksi dan beradaftasi dengan objek yang sedang diteliti. Hal ini
sangat penting mengingat peneliti harus mampu mengumpulkan data secara

objektif Sehingga data primer harus langsung diperoleh oleh peneliti dengan

kemampuannya dalam berinteraksi dan beradaftasi dengan objek atau tempat
berlangsungnya penelitian dilaksanakan. Dengan demikian, dari awal penelitan
sampai akhir penelitian proses analisis data bisa dikerjakan dengan baik tanpa
harus menunggu data itu bertumpuk-tumpuk. Dalam hal ini peneliti sudah harus
berpikir keras dari awal hingga akhir penelitian.

97

F. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini secara garis besarnya melalui tiga
tahap kegiatan, yaitu:
1. Tahap orientasi

Tahap orientasi ini dilakukan langsung oleh peneliti untuk mengetahui situasi
yang sesungguhnya. Lokasi yang dijadikan penelitian ini (Pesantren Daarut

Tauhiid) sebenarnya sudah menarik untuk diteliti semenjak peneliti memasuki

studi di PPS IKIP Bandung sampai akhirnya memperoleh izin penelitian dari

Direktur PPS IKIP Bandung
(Pesantren

Daarut

Tauhiid)

Peneliti tertarik dengan lokasi penelitian
karena

memiliki

kekhasan

tersendiri

dibandingkan dengan ponpes yang pernah penulis tempati dan ketahui,
terutama dari segi kepemimpinan kyai yang cukup relatif muda untuk

memimpin pesantren sebesar DT yang ada sekarang, kegiatan ekonomi,

pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat serta budaya yang diciptakan

di lingkungan pesantren DT yang memiliki strategi dan cara yang berbeda
dengan pesantren lainnya.

2. Mengumpulkan data di lapangan (tempat/lokasi) penelitian

Dalam mengumpulkan data dilapangan pada prinsipnya peneliti berupaya
memperoleh data itu secara obyektif. Untuk memperoleh data yang obyektif

peneliti berusaha berinteraksi dan beradaftasi langsung ditempat/lokasi

penelitian dengan Bapak kyai, para ustad, staf yayasan, para santri, jamaah
pengajian rutin, dan masyarakat sekitar DT. Bahkan untuk mengetahui secara

mendalam kondisi obyektif pesantren DT dan kegiatan apa yang

98

dilaksanakannya, maka penulis pernah aktif di Yayasan DT selama 4 bulan

(mulai dari tanggal 9Desember 1997 s.d 3April 1998). Penulis aktif sebagai
pengajar setiap ba'da magrib di santri putra-putri dalam seminggu 3 kali.

Lebih dari itu, peneliti ikut diajak bermusyawarah (rapat) dalam
merencanakan suatu kegiatan. Kondisi seperti ini menjadi masukan yang
berarti bagi keabsahan data yang dapat dikumpulkan. Dalam waktu 4 bulan

tersebut penulis mencoba untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya

secara bertahap sesuai dengan data yang bisa penulis kumpulkan. Disamping

itu, penulis bisa mengamati secara langsung bagaimana figur kepemimpinan

kyai dalam berperilaku, bersikap, bertutur kata, sifat-sifatnya dan gaya
kepemimpinan yang dimainkannya dalam memimpin pesantren. Hal ini bisa

diamati oleh peneliti karena peneliti bisa mengamati langsung baik dalam
proses pengajian berlangsung, dalam berjamaah shalat yang lima waktu atau

dalam situasi dan peristiwa lainnya yang secara langsung penulis dapat amati.
Setelah 4 bulan berlangsung dan penulis berhasil mengumpulkan dan
menganalisisnya, penulis mulai tidak terlalu aktif mengikuti seluruh kegiatan
di DT. Hal ini dilakukan untuk menjaga keobyektifan hasil penelitian. Namun
demikian penulis masih tetap mengajar, berkomunikasi, beradaftasi dan

berinteraksi di tempat penelitian (pesantren). Samapai akhirnya data yang
sesuai dengan fokus penelitian ini dapat dikumpulkan.
3. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:

99






Display data

Mendeskripsikan data
Menganalisis data

*l* Menafsirkan data





Menarik kesimpulan

Memberikan rekomendasi penelitian
Penyususnan laporan akhir penelitian

Adapun sistematika penyususnan hasil penelitian dan pengolahan data

tersebut disesuaikan dengan langkah-langkah penyusunan laporan hasil penelitian
kualitatif.

M&

BAB V

\ 4

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya,

maka dapat dipaparkan kesimpulan dan saran-saran, sebagai berikut:
A. Kesimpulan

1. Visi sebagai komponen sentral dari seorang pemimpin (kyai), diformulasikan,
digairahkan, disosialisasikan, dan dikembangkan dalam proses mencapai tujuan
pesantren yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Visi yang akan

diwujudkan pimpinan (kyai) pesantren DT adalah ahli dzikir, ahli pikir dan ahli
ikhtiar. Visi tersebut dikembangkan dengan misi suci pesantren yang diarahkan

pada

upaya

penyelenggaraan

pendidikan,

pengkaderan,

pembinaan

dan

pengembangan dakwah yang solutif dalam karya dan prestasi. Sedangkan tujuan
yang ingin dicapai yaitu membentuk pribadi muslim yang seutuhnya. Untuk
mencapai tujuan itu, strategi yang dijalankan oleh pesantren DT adalah dengan
menggunakan pendekatan strategik manajemen, yaitu: (1) manajemen qolbu, (2)
manajemen waktu, (3) manajemen silaturrahmi, (4) manajemen alat dan sarana,
dan (5) manajemen keuangan yang transparan.

2. Perilaku, sifat dan gaya kepemimpinan kyai pesantren DT bepengamh sangat kuat

terhadap pembahan sikap, pengetahuan, keterampilan dan moral (akhlak) santri

dan nampak adanya peningkatan kualitas SDM. Kepemimpinan kyai dengan

karakteristiknya yang khas sangat efektif dalam mempengamhi para santri atau

171

172

komunitas pesantren. Kyai mempakan figur sentral dalam setiap aktivitas
keseharian di lingkungan pesantren. Bahkan kegiatan dakwah, sosial, ekonomi,

budaya, pendidikan dan peribadatan hampir tidak terlepas dari pengamh kyai.
Peran kepemimpinan kyai di pesantren DT dapat dideskripsikan sebagai berikut:

(1) kyai berperan sebagai pemimpin pesantren, (2) kyai berperan sebagai
pemimpin dalam beribadah, (3) kyai berperan sebagai pembina usaha
perekonomian pesantren, (4) kyai berperan sebagai teladan dalam kehidupan
keseharian, dan (5) kyai berperan sebagai pimpinan organisasi pesantren. Sifat

kepemimpinan kyai pesantren DT yaitu: (1) amanah, (2) sidiq, (3) tabligh, dan (4)
patonah. Adapun gaya kepemimpinannya lebih dominan menerapkan gaya
kepemimpinan yang situasional, demokratis, kharismatik, paternalistik, dan
kadang-kadang otoriter. Namun yang lebih nampak kepermukaan adalah gaya
kepemimpinan yang kharismatik dan mengarah pada gaya kepemimpinan
situasional.

3. Nilai-nilai luhur yang menjadi acuan pondok pesantren DT adalah keimanan,
keislaman dan keihsanan. Nilai-nilai luhur itulah yang ingin dicapai oleh

pesantren dalam rangka membentuk pribadi muslim yang seutuhnya. Nilai-nilai
luhur itu bersumber pada al-Quran dan Hadits yang senantiasa dipelajari,

dipahami, dikaji dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai luhur

yang ingin di capai oleh pesantren DT diaplikasikan dalam amalan istiqomah
(kontinyu) keseharian yaitu: (1) shalat wajib berjamaah di masjid, (2) shalat sunat
tahajud, (3) puasa sunah senin-kamis, dan (4) membiasakan hidup disiplin.

173

4. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di ponpes DT meliputi enam
komponen yaitu: (1) Ustadz/ah, (2) Santri, (3) Materi Pembelajaran,

(4) Metode

Belajar Mengajar, (5) Alat dan Sarana (fasilitas), dan (6) Evaluasi. Keenam
komponen itu saling berinteraksi dalam mencapai tujuan. Interaksi belajar
mengajar menyebabkan terjadinya proses belajar santri dalam menyerap

pengetahuan, pembahan sikap dan keterampilan. Proses pembelajaran yang
dialami dan diperoleh santri adalah pemahaman ajaran Islam tentang tauhid,
akhlak, Al-Quran dan Hadits. Sedangkan materi umum yang diperoleh adalah

penyerapan kebiasan dan nilai-nilai kedisiplinan, percaya diri, bertanggung jawab,
kemandirian, kewiraswastaan, bergaul dengan baik, kuat fisik dan mental.

5. Pesantren disamping memiliki kekuatan dan kelemhan yang ada, juga dihadapkan

kepada peluang dan ancaman yang menuntut kesiapan dan tanggung jawab
pemimpin (kyai) dan komunitas pesantren. Kekuatan yang terdapat di pesantren

DT dapat dideskripsikan sebagai berikut: (a) Keyakinan yang kuat terhadap
kebenaran al-Quran dan Hadits, (b) Sistem yang kondusif, (c) Kharismatik kyai,

(d) tradisi, kebiasaan positif, disiplin tinggi, proses pendidikan dan pembinaan

yang intensif, keterikatan psikologis/ emosional orang tua santri, jumlah santri
dan jamaah yang semakin bertambah, serta loyalitas komunitas pesantren

terhadap aktivitas sangat tinggi. Kelemahan yang nampak sekali muncul

kepermukaan adalah kurikulum pesantren dan tujuan pendidikan yang belum

jelas, belum terbentuknya budaya membaca di kalangan santri, dan unit usaha
belum dikelola secara profesional. Disamping kekuatan dan kelemahan yang ada,

174

pesantren dihadapkan juga pada peluang dan ancaman. Peluang yang terdapat di
pesantren DT adalah mendapat perhatian dan kepercayaan dari orang tua santri,
jamaah

dan masyarakat serta pemerintah daerah. Peluang yang bisa

ditumbuhkembangkan oleh pimpinan (kyai) dan komunitas pesantren DT yaiu:

letaknya yang strategis, kopontren yang terdiri dari beberapa divisi usaha yang
sudah dilengkapi dengan alat dan sarana yang cukup memadai, serta terbuka

untuk pembaman, perkembangan dan pembahan pesantren yang lebih positif.
Adapun ancaman yang mungkin timbul adalah ketidakmampuan dan kesiapan
komunitas pesantren dalam menghadapi pembahan dan tantangan era globalisasi.

Apalagi kalau melihat letaknya pesantren DT yang berada dalam hiruk pikuk
budaya kota.
B. Saran-saran

Memperhatikan temuan, pembahasan dan kesimpulan penelitian di atas, ada
beberapa saran yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Kepemimpinan kyai. Maju mundumya sebuah

ponpes banyak ditentukan oleh kemampuan kepemimpinan kyai dalam membawa
ke arah mana ponpes tersebut.

menggairahkan,

menyegarkan,

Dengan demikian, betapa

memformulasikan,

pentingnya

mempertajam

dan

mensosialisasikan visi kaitannya dengan eksistensi pesantren yang dalam proses

perkembangannya

dihadapkan

kepada

kemajuan

dan pembahan

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Misi kepemimpinan kyai hendaknya mencerminkan
tujuan yang fundamental. Sedangkan tujuan yang akan dicapai hendaknya

175

bersifat spesifik, jelas dan temkur. Juga strategi yang akan diimplementasikan
hams dipahami oleh seluruh komunitas pesantren (santri dan pengums yayasan).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka pembangunan dan pembinaan pondok
pesantren

hendaknya

mampu

mengarahkan

komunitas

pesantren

pada

pembentukan pribadi muslim yang seutuhnya yang mutu dan peranannya dalam
proses pembangunan di segala bidang, serta sekaligus mampu menempatkan diri
dalam mata rantai dari selumh sistem pendidikan nasional.

2. Perilaku, sifat dan Gaya kepemimpinan kyai. Kepemimpinan kyai dengan
berbagai perilaku, sifat dan gaya yang diperankannya hendaknya dapat diteladani,
dicontoh dan dimaknai oleh pengums yayasan dan para santri secara langsung
dalam interaksi keseharian dengan lingkungan sekitarnya. Tetapi kharismatik
dan kewibawaan kyai serta atribut lainnya yang melekat pada diri kyai hendaknya

tidak menjadi pengkultusan individu (kyai). Dengan demikian, kemungkinan
timbulnya kecendemngan ketergantungan kepada figur kyai dapat dicermati dan

dievaluasi secara jemih dan transparan dalam berbagai situasi dan kondisi.
3. Nilai-nilai luhur sebagai acuan ponpes.Nilai-nilai luhur (iman, Islam dan ihsan)

yang diyakini dan menjadi acuan kepemimpinan kyai hendaknya mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dalam proses pembinaan dan penanamannya

kepada para santri. Pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur melalui

pembiasaan aktivitas yang istiqomah (kontinu) seperti shalat berjamaah, puasa
sunat senin-kamis, shalat sunat tahajud, kedisiplinan, kemandirian, kebersihan

dan kepemimpinan hendaknya

menjadi karakteristik santri ponpes Daamt

176

Tauhiid. Hal ini penting untuk disosialisasikan sebab masing-masing pesantren
biasanya memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri.

4. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di ponpes DT. Hal yang penting
mendapat perhatian adalah rekruitmen dan selektifitas Ustadz/ah (gum) dan

pengums yayasan sebagai perencana, pelaksana, pengelola dan pengawas

pesantren disarankan diambil dari orang-orang yang sudah terseleksi yaitu
mereka yang memiliki "standar" tertentu yang memiliki "uswatun hasanah".
Mereka sebaiknya tinggal di lingkungan pesantren, menyampaikan materi yang

sesuai dengan keahliannya, dan adanya peningkatan kesejahteraan hidup
ustadz/ah atau pengums yayasan yang cukup.hendaknya memperhatikan minat
dan kebutuhan belajar para santri. Adanya kompleksitas latar belakang

pendidikan, budaya, ekonomi, kebiasaan, kegiatan dan umur santri membutuhkan
mmusan kurikulum ponpes yang jelas. Dengan demikian memmuskan kurikulum

pendidikan pesantren mempakan hal yang penting agar tujuan yang hendak
dicapai dapat diwujudkan. Dalam memmuskan kurikulum pesantren hendaknya
memperhatikan kompleksitas latar belakang para santri, minat dan kebutuhan
santri, dan kondisi sosial sekitar pesantren. Dalam menyusun kurikulum

pesantren sebaiknya melibatkan kyai, ustadz/ah, pengums yayasan, tokoh
masyarakat, dan orang tua santri dengan memperhatikan kompleksitas minat dan
kebutuhan komunitas pesantren. Materi agama dan umum hendaknya
memberikan kesadaran sama pentingnya sehingga para santri dapat belajar

dengan baik. Metode mengajar yang diterapkan oleh ustadz/ah disamping

177

menerapkan metode ceramah dan tanya jawab sebaiknya menerapkan metode
diskusi atau dialog. Fasilitas yang hams mendapat perhatian adalah pemondokan
untuk para santri mukim atau santri karyawan yang belum berkeluarga agar

mudah proses pembinaan dan pengawasannya disarankan berada dalam komplek

pondok (asrama) pesantren. Pembangunan pondok (asrama) pesantren bagi santri
hendaknya mendapat perhatian dalam proses pembangunan sarana dan prasarana

selanjutnya. Dalam upaya meningkatkan budaya baca dikalangan komunitas
pesantren dan masyarakat sekitar pesantren, perpustakaan yang sudah ada
hendaknya dikelola dengan baik dan profesional. Perpustakaan pesantren penting
mendapat perhatian dari semua pihak yang bertanggungjawab dalam proses

peningkatan mutu pendidikan pesantren. Evaluasi hendaknya tidak bempa tes
awal dan tes akhir, tetapi disarankan dilakukan setiap saat dan obyektif dengan

pendekatan yang bersifat pembinaan, bimbingan dan pengarahan sehingga tujuan
yang hendak dicapai dapat terwujud.

5. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Lembaga ponpes itu

akan berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan
kekuatan-kekuatan (strengths) dan peluang yang dimilikinya serta mampu

meminimalkan intensitas pengamh faktor kelemahan dan ancaman disertai upaya

untuk memperbaiki atau mengatasinya. Kekuatan-kekuatan dan peluang-peluang

yang mungkin dikembangkan oleh kepemimpinan kyai perlu diakses dan
ditingkatkan kualitasnya.

178

C. Penutup

Masalah yang menarik untuk diteliti adalah bahwa setiap diri adalah

pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai tanggung jawabnya. Pemyataan di
atas, memberikan inspirasi kepada penulis untuk mempelajari kepemimpinan kyai

ponpes dengan harapan akan bermanfaat bagi peneliti khususnya dan kepentingan
ilmiah maupun praktis pada umumnya

Penelitian ini mungkin belumlah sempurna sebagaimana tu