PERAN KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEMBENTUK
PERAN KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEMBENTUK
KARAKTER MANDIRI SANTRI DI PONDOK MODERN ARRISALAH
PROGRAM INTERNASIONAL PONOROGO
Novian Ratna Nora Ardalika, Margono, Siti Awaliyah
Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
kepemimpinan kyai dalam membentuk karakter mandiri santri. Metode
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian: Pertama,
peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri: (a) kyai sebagai
model kemandirian santri selalu mendidik dan menerapkan sifat-sifat
Rosulullah kepada santri, (b) kegiatan Khutbatul Arsy: 1) mengurus diri
sendiri, 2) imitasi bahasa, 3) kemandirian kelas, 4) kemandirian
lingkungan, (c) mengikutsertakan santri dalam PTTI (Pesantren Tepat
Teknologi Islam). Kedua, karakter mandiri yang ada di dalam pondok: (a)
karakter mandiri seorang pemimpin, (b) kemandirian ekonomi, (c)
kemandirian dalam kegiatan sehari-hari. Ketiga, hambatan: (a) latar
belakang santri, (b) kemampuan dasar santri.
Kata Kunci: kepemimpinan, kyai, karakter, mandiri
ABSTRACT: This research was conducted because the researches want to
know what is kyai’s role in shaping independent character of santri. This
research is descriptive qualitative research. The result of this research in
the first kyai role to shaping independent character of santri in all activities
is done by kyai, are: (1) educate and implement the character of Rasulullah
to santri; (2) Khutbatul Arsy Program; (3) enganged the santri in PTTI. On
Khutbatul Arsy program there are activities which have to done by santri
to supported the creation of independent character such as take care
himself, language imitation, independent class, and independent
environment. Both of them, is already in Arrisalah Islamic International
College that are: (1) independent character of leadership, (2) economic
independent, (3) independent of daily activities. Three obstacles which is
experienced by kyai to shaping independent character is (1) background of
santri, (2) basic ability who santri have.
Key words: Leadership, Kyai, Character, Independent
Pesantren merupakan tempat untuk belajar agama Islam yang sampai
sekarang masih berdiri kokoh di sejumlah tempat di Indonesia. Pesantren adalah
tempat untuk belajar pengetahuan tentang kaidah-kaidah agama Islam, Al-Quran
dan sunah Rosul. Di dalam sebuah pondok pesantren, peran kyai sangat penting
dan sangat berpengaruh di dalamnya. Kyai merupakan pemimpin tunggal yang
memegang peran hampir mutlak.
Kharisma seorang
kyai di dalam pesantren menjadikan kyai sangat
disegani dan dihormati oleh para ustadz maupun santrinya. Kelangsungan suatu
pesantren tergantung kepada seorang kyai sebagai pimpinannya. Untuk itu
seorang kyai merupakan orang yang harus memiliki kemampuan sehingga dapat
menjalankan perannya sebagai pimpinan pesantren. Berbicara mengenai peran
kyai dalam hal kepemimpinan, maka tidak akan lepas dari tugas kyai dalam
mengelola dan melakukan pengawasan (kontrol) di pesantren. Sehingga wajar
apabila pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren tergantung pada
kemampuan kepemimpinan pribadi kyai.
Santri merupakan salah satu unsur penting dalam pesantren selain kyai
maupun ustadz. Santri adalah orang yang belajar di dalam pesantren. Santri dalam
kehidupan sehari-harinya juga harus senantiasa menyesuaikan dengan pola dan
gaya hidup di dalam pesantren serta mengikuti apa yang dititahkan oleh seorang
kyai. Alasan mengapa santri harus patuh terhadap kyai, karena kyai merupakan
sumber ilmu pengetahuan di pesantren serta penjaga moral santri. Seorang kyai
dapat melakukan apa saja termasuk memberi hukuman kepada para santri apabila
santri tersebut melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat oleh pesantren.
Kyai dan santri memiliki hubungan yang sangat akrab di dalam
lingkungan pesantren. Seorang kyai harus bisa menjadi suri tauladan bagi para
santri di dalam pesantren.Untuk itu
kyai sangat berpengaruh dalam hal
pendidikan maupun tingkah laku, terutama dalam pembentukan sikap mandiri
santri. Terbentuknya kemandirian santri di dalam lingkungan pesantren
tergantung bagaimana peran kepemimpinan kyai di dalamnya. Keberhasilan dari
kepemimpinan kyai dalam membentuk karakter mandiri santri dipengaruhi oleh
kharisma kyai.
Pondok Modern Arrisalah Program Internasional Ponorogo adalah salah
satu pondok pesantren yang turut mewarnai dunia pendidikan di Indonesia.
Pondok Modern Arrisalah Program Internasional mengerahkan konsentrasi dan
potensinya untuk dunia pendidikan Islam. Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional terus meningkatkan peran dan eksistensinya dalam mendidik
generasi muda muslim yang berkualitas. Dimana di dalam pondok tersebut, para
santri dicetak untuk menjadi pejuang Islam yang mandiri di masyarakat.
Terbentuknya karakter mandiri santri Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional tidak lepas dari peran kepemimpinan kyai pondok tersebut. Maka
dari itu dijadikan landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
peran kepemimpinan kyai di Pondok Modern Arrisalah Program Internasional
yatu K.H. Drs. Muhammad Ma’sum Yusuf terhadap pembentukan karakter
mandiri santri. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui (1) peran kyai
dalam membentuk karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional; (2) karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah program
Internasional; (3) hambatan-hambatan yang dialami oleh kyai dalam membentuk
karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah Program Internasional.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3) metode
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang
diteliti. Metode ini digunakan untuk mengetahui peran kepemimpinan kyai dalam
membentuk karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional.
Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) kata-kata yang diperoleh
peneliti dari hasil wawancara dengan informan yaitu Kyai, Ustadz/Ustadzah dan
santri di Pondok Modern Arrisalah Program Intenasional; (2) sumber tertulis yaitu
lembaran arsip yang dimiliko oleh pondok pesantren.
Prosedur pengumpulan data penelitian ini adalah: (1) wawancara,
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur. Peneliti mewawancarai kyai sebagai pimpinan pondok, ustadz/
ustadzah dan santri; (2) observasi, observasi digunakan untuk mengamati secara
langsung dan tidak langsung tentang peran kepemimpinan kyai dalam membentuk
karakter mandiri santri; (3) dokumentasi, dokumentasi digunakan untuk menggali
data mengenai peran kepemimpinan kyai dalam membentuk karakter mandiri
santri serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kemandirian yang dilakukan
oleh santri.
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
interaktif. Teknik analisis interaktif menurut Milles dan Hubberman, (2009:16)
dibagi dala tiga komponen analisis, yaitu meliputi (1) Reduksi data. Kegiatan ini
dilakukan dengan mengumpulkan data-data kasar yang diambil dari lapangan
hasil dari wawancara peneliti dengan subyek penelitian serta pengamatan yang
dilakukan langsung oleh peneliti; (2) sajian data. Menyajikan data dalam bentuk
teks narasi dimulai dari langkah awal penelitian sampai peneliti mengakhiri
kegiatan penelitian; (3) penarikan kesimpulan.
HASIL
Berdasarkan data yang diperoleh, dianalisis, dan dipaparkan terdapat hasil
penelitian sesuai dengan fokus penelitian yang ingin dicapai. Tiga temuan
penelitian berikut adalah (1) peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri
yaitu: (a) kyai sebagai model kemandirian santri selalu mendidik dan menerapkan
sifat Rosulullah kepada santri, (b) kegiatan Khutbatul Arsy, dimana di dalam
kegiatan ini santri diajarkan untuk: 1) mengurus diri sendiri: dimulai dari
membereskan tempat tidur, mencuci baju sendiri serta kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan dirinya sendiri, 2) kemandirian kelas: mandiri di dalam
kelas, 3) kemandirian lingkungan: mandiri di dalam kebersihan lingkungan, (c)
mengikutsertakan santri dalam PTTI (Pesantren Tepat Teknologi Islam):
organisasi santri yang dapat membantu terciptanya kemandirian di dalam diri
santri; (2) karakter mandiri yang ada di dalam Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional: (a) karakter mandiri seorang pemimpin, (b) kemandirian ekonomi,
(c) kemandirian dalam kegiatan sehari-hari; (3) hambatan-hambatan yang dialami
oleh kyai dalam membentuk karakter mandiri santri: (a) latar belakang santri:
santri membawa latar belakang dan sifat yang berbeda-beda dari asal tempat
tinggal mereka, (b) kemampuan dasar yang dimiliki oleh santri.
PEMBAHASAN
Peran Kyai dalam Membentuk Karakter Mandiri Santri
Kyai merupakan bagian terpenting di dalam pondok. Kepemimpinan kyai
sangat berpengaruh di dalam kehidupan suatu pondok pesantren. Kyai adalah
pimpinan sekaligus pemegang kendali dalam melaksanakan segala kegiatan yang
ada di dalam pondok. Kyai sebagai pimpinan merupakan sosok yang kuat dan
sangat disegani baik oleh Ustadz maupun santri sesuai dengan pendapat Ziemek
(1986: 138) bahwa kepemimpinan kyai juga dapat digambarkan sebagai sosok
kyai yang kuat kecakapan dan pancaran kepribadiannya sebagai seorang pimpinan
pesantren, yang hal itu menentukan kedudukan dan kaliber suatu pesantren. Sosok
kyai sebagai pimpinan pondok merupakan gambaran bagi santri dalam
melaksanakan kegiatan atau aktivitas di dalam pondok terutama dalam
membentuk karakter mandiri santri.
Kyai sebagai pimpinan pondok memiliki peranan yang sangat
besar. Kyai sebagai pimpinan harus bisa menjadi pembimbing dan suri tauladan
bagi santri dalam segala hal. Kyai merupakan orang tua maupun guru yang dapat
mendidik santri sehingga santri dapat mandiri, sesuai dengan pendapat Kartono
(2008:47)
bahwa pemimpin yang baik adalah seorang guru yang mampu
menuntun,
mendidik,
mengarahkan
dan
mendorong
(memotivir),
dan
menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian kyai
merupakan cerminan bagi santri sehingga karakter mandiri santri di dalam pondok
dapat terwujud.
Kyai dalam memimpin santri selalu memegang teguh sifat-sifat Rosulullah
sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
mencontoh dan menerapkan sifat-sifat Rosulullah kepada santri di dalam pondok.
Kyai memberikan contoh kepada santri seperti yang telah dilaksanakan oleh
Rosulullah. Dengan mendidik dan memberi contoh sifat Rosulullah, maka santri
dapat meniru dan mencontoh apa yang telah dilaksanakan oleh Kyai sebagai
pimpinan pondok sesuai dengan pendapat Bandura dalam buku Hall & Linzey
(1993:281) bahwa subjek-subjek yang dibiarkan mengamati serangkaian respon
tak lazim yang dilakukan oleh orang lain (model) cenderung melakukan responrespon yang sama ini apabila ditempatkan dalam situasi yang sama. Anak-anak
dapat mempelajari respon-respon baru hanya dengan mengamati orang lain.
Kemandirian santri di dalam pondok akan terbentuk dengan cara santri
menerapkan apa yang telah diajarkan kyai di dalam pondok
Peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri dapat ditunjukkan
pada kegiatan penyambutan santri baru. Di dalam kegiatan penyambutan santri
baru, santri akan diberi pengetahuan mengenai kehidupan dasar di pondok
pesantren seperti mandiri dalam mengurus diri sendiri sesuai dengan pendapat
Mastuhu (1994: 64) bahwa kemandirian di lingkungan pesantren tampak bahwa
sejak awal santri sudah dilatih mandiri. Santri mengatur dan bertanggung jawab
atas keperluannya sendiri, seperti mengatur uang belanja, memasak, mencuci
pakaian, merencanakan belajar dan sebagainya. Ketika menjadi santri baru, santri
akan dididik supaya mampu mengurus diri sendiri dan mandiri di dalam kegiatan
lain seperti kemandirian di dalam kelas maupun mandiri di lingkungan sekitar
pondok.
Karakter Mandiri Santri yang Ada di dalam Pondok Modern Arrisakah
Program Internasional
Karakter mandiri yang ada di dalam Pondok Modern Arrisalah Program
Intenasional yaitu, (1) karakter mandiri seorang pemimpin. Santri di pondok
Modern Arrisalah Program Internasional merupakan santri yang mandiri. Santri di
dalam pondok memiliki tanggung jawab sendiri untuk melaksanakan apa yang
menjadi kewajibannya tanpa harus diperintah seperti seorang pemimpin yang
mandiri, (2) kemandirian ekonomi, santri mandiri di dalam mengurus keuangan
yang dimilikinya, (3) kemandirian dalam kegiatan sehari-hari, kemandirian santri
dalam mengurus dirinya sendiri maupun segala kegiatan sehari-hari.
Kyai mendidik santri untuk menjadi seorang pemimpin yang bertanggung
jawab dalam segala hal di dalam pondok. Sesuai dengan perannya sebagai
pimpinan pondok sudah tidak asing lagi bahwa sosok seorang kyai memiliki
tanggung jawab yang sangat besar, hal ini berdasarkan pendapat Rivai (2006: 150)
bahwa kepemimpinan seseorang sangat besar perannya setiap pengambilan
keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin. Kyai sebagai
pemimpin di dalam Pondok selalu menerapkan jiwa tanggung jawab kepada santri
sehingga terbentuk karakter mandiri seorang pemimpin yang ada di dalam diri
santri.Dengan menerapkan sifat tanggung jawab kepada santri, santri dapat
melaksanakan kegiatan dengan mandiri tanpa menunggu perintah dari Kyai,
Ustadz maupun Ustadzahnya.
Kemandirian ekonomi terbentuk ketika santri berinteraksi di dalam
lingkungan pondok. Dari hasil proses interaksi di dalam lingkungan pondok santri
mendapatkan pengalaman mengenai kemandirian ekonomi dari hasil proses
belajar. Dalam interaksi ini, seseorang belajar secara aktif dan interatif dengan
lingkungannya sehingga lingkungan itu sendiri berubah dalam diri si pelajar
sesuai dengan pendapat Azas (2012) bahwa kemandirian merupakan suatu sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu
akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di
lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak
sendiri.
Kemandirian dalam kegiatan sehari-hari memang sudah terbentuk ketika
santri memasuki pondok. Kegiatan sehari-hari
yang dimaksud adalah segala
kegiatan yang ada di dalam pondok yang dapat dilakukan oleh santri sendiri.
Kegiatan sehari-hari ini bermula dari kemandirian santri dalam mengurus dirinya
sendiri sesuai dengan pendapat Mastuhu (1994: 64) bahwa kemandirian di
lingkungan pesantren tampak bahwa sejak awal santri sudah dilatih mandiri.
Santri mengatur dan bertanggung jawab atas keperluannya sendiri, seperti
mengatur uang belanja, memasak, mencuci pakaian, merencanakan belajar dan
sebagainya.
Kemandirian di dalam lingkungan pondok tidak akan terbentuk dengan
baik tanpa adanya peran dari kyai sebagai pimpinan dan sekaligus sebagai
monitoring dalam segala aktivitas yang dilakukan di dalam pondok. Kyai
memberikan arahan dan bimbingan kepada santri sehingga santri patuh dan
melaksanakan apa yang telah kyai lakukan sehingga kemandirian santri dapat
terwujud sesuai dengan pendapat Rivai (2006:3) bahwa kepemimpinan adalah
seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama
atau kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan
tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh Kyai dalam membentuk karakter
mandiri santri
Hambatan-hambatan yang dialami kyai dalam membentuk karakter
mandiri santri yaitu latar belakang dan kemampuan dasar santri. Latar belakang
santri yang berbeda-beda juga akan menimbulkan sifat tiap individu atau santri
berbeda-beda. Santri baru cenderung masih membawa sifat dari tempat tinggal
mereka masing-masing. Menurut Rivai (2006: 248) berpendapat bahwa pada
dasarnya tiap individu mengamati cara keluarga dan teman-teman berperilaku
dan dapat membentuk sikap dan perilaku diri sendiri agar segaris dengan mereka.
Dengan demikian latar belakang keluarga santri akan sangat berpengaruh
terhadap sifat dan perilaku santri di dalam pondok. Santri yang sudah terbiasa
dengan kehidupan yang mandiri di lingkungan tempat tinggalnya pasti akan
memiliki sifat mandiri di dalam dirinya. Sehingga akan sangat mudah dalam
pembentukan karakter mandiri santri tersebut. Berbeda pula dengan santri yang
berasal dari lingkungan keluarga yang selalu menggantungkan diri kepada orang
lain, maka santri tersebut akan kesulitan untuk hidup mandiri di dalam pondok.
Faktor penghambat dalam pembentukan karakter mandiri santri lainnya
adalah kemampuan dasar santri. Tidak jauh berbeda dengan latar belakang santri,
kemampuan dasar yang dimiliki oleh santri juga berbeda-beda sesuai dengan
pendapat Rivai (2006: 251) bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Perbedaan kemampuan ada yang dibawa sejak lahir dan ada pula
karena perbedaan kemampuannya menyerap informasi dari suatu gejala, atau
kombinasi keduanya. Santri ketika lahir memiliki kemampuan dasar yang
berbeda-beda. Belum tentu semua santri yang ada di dalam pondok memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil dari temuan penelitian maka dapat
diambil suatu kesimpulan yaitu (1) peran kyai dalam membentuk karakter mandiri
santri. Peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri nampak pada
kegiatan-kegiatan yang ada di dalam pondok. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
kyai sebagai pimpinan pondok yaitu (a) kyai sebagai model kemandirian santri,
(b) kegiatan Khutbatul Arsy, dimana di dalam kegiatan Khutbatul Arsy, santri
diajarkan untuk: 1) mengurus diri sendiri, 2) kemandirian kelas: mandiri di dalam
kelas, 3) kemandirian
lingkungan:
mandiri
di
dalam lingkungan, (c)
mengikutsertakan santri ke dalam PTTI (Pesantren Tepat Teknologi Islam); (2)
karakter mandiri yang ada di dalam Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional: (a) karakter mandiri seorang pemimpin, (b) kemandirian ekonomi,
(c) kemandirian dalam kegiatan sehari-hari; (3) hambatan-hambatan yang dialami
kyai dalam membentuk karakter mandiri santri: (a) latar belakang santri, (b)
kemampuan dasar yang dimiliki santri.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut: (1) kemandirian santri yang ada di Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional selalu dievaluasi oleh Kyai maupun Ustadz dan Ustadzah sehingga
kemandirian-kemandirian tersebut tetap dimiliki oleh santri, (2) meningkatkan
kedisiplinan untuk santri sehingga santri lebih mandiri dalam menjalankan tugastugasnya sehingga kemandirian santri dapat ditingkatkan lagi, (3) untuk santri
ilmu yang telah di dapat hendaknya diamalkan dengan seungguh-sungguh dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kemandirian benar-benar terwujud, (4) untuk
jurusan hukum dan kewarganegaraan program studi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan dengan adanya skripsi ini diharapkan dirawat dengan baik
sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa yaitu menambah khasanah ilmu
pengetahuan.
DAFTAR RUJUKAN
Asaz. 2012. Mandiri Sebagai Karakter dan Kepribadian. (Online),
(http://www.wordpress.com) diakses 28 Januari 2013.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.
Milles, M. dan Hubberman, A.M. 2009. Qualitative Data Analysis : A Source
Book of new methodes. Beverly Hills: Sage Publication.
Diterjemahkan oleh Rohadi, T.R. 2009. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rivai, V. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Ziemek, M, 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.
KARAKTER MANDIRI SANTRI DI PONDOK MODERN ARRISALAH
PROGRAM INTERNASIONAL PONOROGO
Novian Ratna Nora Ardalika, Margono, Siti Awaliyah
Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran
kepemimpinan kyai dalam membentuk karakter mandiri santri. Metode
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian: Pertama,
peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri: (a) kyai sebagai
model kemandirian santri selalu mendidik dan menerapkan sifat-sifat
Rosulullah kepada santri, (b) kegiatan Khutbatul Arsy: 1) mengurus diri
sendiri, 2) imitasi bahasa, 3) kemandirian kelas, 4) kemandirian
lingkungan, (c) mengikutsertakan santri dalam PTTI (Pesantren Tepat
Teknologi Islam). Kedua, karakter mandiri yang ada di dalam pondok: (a)
karakter mandiri seorang pemimpin, (b) kemandirian ekonomi, (c)
kemandirian dalam kegiatan sehari-hari. Ketiga, hambatan: (a) latar
belakang santri, (b) kemampuan dasar santri.
Kata Kunci: kepemimpinan, kyai, karakter, mandiri
ABSTRACT: This research was conducted because the researches want to
know what is kyai’s role in shaping independent character of santri. This
research is descriptive qualitative research. The result of this research in
the first kyai role to shaping independent character of santri in all activities
is done by kyai, are: (1) educate and implement the character of Rasulullah
to santri; (2) Khutbatul Arsy Program; (3) enganged the santri in PTTI. On
Khutbatul Arsy program there are activities which have to done by santri
to supported the creation of independent character such as take care
himself, language imitation, independent class, and independent
environment. Both of them, is already in Arrisalah Islamic International
College that are: (1) independent character of leadership, (2) economic
independent, (3) independent of daily activities. Three obstacles which is
experienced by kyai to shaping independent character is (1) background of
santri, (2) basic ability who santri have.
Key words: Leadership, Kyai, Character, Independent
Pesantren merupakan tempat untuk belajar agama Islam yang sampai
sekarang masih berdiri kokoh di sejumlah tempat di Indonesia. Pesantren adalah
tempat untuk belajar pengetahuan tentang kaidah-kaidah agama Islam, Al-Quran
dan sunah Rosul. Di dalam sebuah pondok pesantren, peran kyai sangat penting
dan sangat berpengaruh di dalamnya. Kyai merupakan pemimpin tunggal yang
memegang peran hampir mutlak.
Kharisma seorang
kyai di dalam pesantren menjadikan kyai sangat
disegani dan dihormati oleh para ustadz maupun santrinya. Kelangsungan suatu
pesantren tergantung kepada seorang kyai sebagai pimpinannya. Untuk itu
seorang kyai merupakan orang yang harus memiliki kemampuan sehingga dapat
menjalankan perannya sebagai pimpinan pesantren. Berbicara mengenai peran
kyai dalam hal kepemimpinan, maka tidak akan lepas dari tugas kyai dalam
mengelola dan melakukan pengawasan (kontrol) di pesantren. Sehingga wajar
apabila pertumbuhan dan perkembangan suatu pesantren tergantung pada
kemampuan kepemimpinan pribadi kyai.
Santri merupakan salah satu unsur penting dalam pesantren selain kyai
maupun ustadz. Santri adalah orang yang belajar di dalam pesantren. Santri dalam
kehidupan sehari-harinya juga harus senantiasa menyesuaikan dengan pola dan
gaya hidup di dalam pesantren serta mengikuti apa yang dititahkan oleh seorang
kyai. Alasan mengapa santri harus patuh terhadap kyai, karena kyai merupakan
sumber ilmu pengetahuan di pesantren serta penjaga moral santri. Seorang kyai
dapat melakukan apa saja termasuk memberi hukuman kepada para santri apabila
santri tersebut melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat oleh pesantren.
Kyai dan santri memiliki hubungan yang sangat akrab di dalam
lingkungan pesantren. Seorang kyai harus bisa menjadi suri tauladan bagi para
santri di dalam pesantren.Untuk itu
kyai sangat berpengaruh dalam hal
pendidikan maupun tingkah laku, terutama dalam pembentukan sikap mandiri
santri. Terbentuknya kemandirian santri di dalam lingkungan pesantren
tergantung bagaimana peran kepemimpinan kyai di dalamnya. Keberhasilan dari
kepemimpinan kyai dalam membentuk karakter mandiri santri dipengaruhi oleh
kharisma kyai.
Pondok Modern Arrisalah Program Internasional Ponorogo adalah salah
satu pondok pesantren yang turut mewarnai dunia pendidikan di Indonesia.
Pondok Modern Arrisalah Program Internasional mengerahkan konsentrasi dan
potensinya untuk dunia pendidikan Islam. Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional terus meningkatkan peran dan eksistensinya dalam mendidik
generasi muda muslim yang berkualitas. Dimana di dalam pondok tersebut, para
santri dicetak untuk menjadi pejuang Islam yang mandiri di masyarakat.
Terbentuknya karakter mandiri santri Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional tidak lepas dari peran kepemimpinan kyai pondok tersebut. Maka
dari itu dijadikan landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
peran kepemimpinan kyai di Pondok Modern Arrisalah Program Internasional
yatu K.H. Drs. Muhammad Ma’sum Yusuf terhadap pembentukan karakter
mandiri santri. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui (1) peran kyai
dalam membentuk karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional; (2) karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah program
Internasional; (3) hambatan-hambatan yang dialami oleh kyai dalam membentuk
karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah Program Internasional.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3) metode
kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang
diteliti. Metode ini digunakan untuk mengetahui peran kepemimpinan kyai dalam
membentuk karakter mandiri santri di Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional.
Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) kata-kata yang diperoleh
peneliti dari hasil wawancara dengan informan yaitu Kyai, Ustadz/Ustadzah dan
santri di Pondok Modern Arrisalah Program Intenasional; (2) sumber tertulis yaitu
lembaran arsip yang dimiliko oleh pondok pesantren.
Prosedur pengumpulan data penelitian ini adalah: (1) wawancara,
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur. Peneliti mewawancarai kyai sebagai pimpinan pondok, ustadz/
ustadzah dan santri; (2) observasi, observasi digunakan untuk mengamati secara
langsung dan tidak langsung tentang peran kepemimpinan kyai dalam membentuk
karakter mandiri santri; (3) dokumentasi, dokumentasi digunakan untuk menggali
data mengenai peran kepemimpinan kyai dalam membentuk karakter mandiri
santri serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kemandirian yang dilakukan
oleh santri.
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
interaktif. Teknik analisis interaktif menurut Milles dan Hubberman, (2009:16)
dibagi dala tiga komponen analisis, yaitu meliputi (1) Reduksi data. Kegiatan ini
dilakukan dengan mengumpulkan data-data kasar yang diambil dari lapangan
hasil dari wawancara peneliti dengan subyek penelitian serta pengamatan yang
dilakukan langsung oleh peneliti; (2) sajian data. Menyajikan data dalam bentuk
teks narasi dimulai dari langkah awal penelitian sampai peneliti mengakhiri
kegiatan penelitian; (3) penarikan kesimpulan.
HASIL
Berdasarkan data yang diperoleh, dianalisis, dan dipaparkan terdapat hasil
penelitian sesuai dengan fokus penelitian yang ingin dicapai. Tiga temuan
penelitian berikut adalah (1) peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri
yaitu: (a) kyai sebagai model kemandirian santri selalu mendidik dan menerapkan
sifat Rosulullah kepada santri, (b) kegiatan Khutbatul Arsy, dimana di dalam
kegiatan ini santri diajarkan untuk: 1) mengurus diri sendiri: dimulai dari
membereskan tempat tidur, mencuci baju sendiri serta kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan dirinya sendiri, 2) kemandirian kelas: mandiri di dalam
kelas, 3) kemandirian lingkungan: mandiri di dalam kebersihan lingkungan, (c)
mengikutsertakan santri dalam PTTI (Pesantren Tepat Teknologi Islam):
organisasi santri yang dapat membantu terciptanya kemandirian di dalam diri
santri; (2) karakter mandiri yang ada di dalam Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional: (a) karakter mandiri seorang pemimpin, (b) kemandirian ekonomi,
(c) kemandirian dalam kegiatan sehari-hari; (3) hambatan-hambatan yang dialami
oleh kyai dalam membentuk karakter mandiri santri: (a) latar belakang santri:
santri membawa latar belakang dan sifat yang berbeda-beda dari asal tempat
tinggal mereka, (b) kemampuan dasar yang dimiliki oleh santri.
PEMBAHASAN
Peran Kyai dalam Membentuk Karakter Mandiri Santri
Kyai merupakan bagian terpenting di dalam pondok. Kepemimpinan kyai
sangat berpengaruh di dalam kehidupan suatu pondok pesantren. Kyai adalah
pimpinan sekaligus pemegang kendali dalam melaksanakan segala kegiatan yang
ada di dalam pondok. Kyai sebagai pimpinan merupakan sosok yang kuat dan
sangat disegani baik oleh Ustadz maupun santri sesuai dengan pendapat Ziemek
(1986: 138) bahwa kepemimpinan kyai juga dapat digambarkan sebagai sosok
kyai yang kuat kecakapan dan pancaran kepribadiannya sebagai seorang pimpinan
pesantren, yang hal itu menentukan kedudukan dan kaliber suatu pesantren. Sosok
kyai sebagai pimpinan pondok merupakan gambaran bagi santri dalam
melaksanakan kegiatan atau aktivitas di dalam pondok terutama dalam
membentuk karakter mandiri santri.
Kyai sebagai pimpinan pondok memiliki peranan yang sangat
besar. Kyai sebagai pimpinan harus bisa menjadi pembimbing dan suri tauladan
bagi santri dalam segala hal. Kyai merupakan orang tua maupun guru yang dapat
mendidik santri sehingga santri dapat mandiri, sesuai dengan pendapat Kartono
(2008:47)
bahwa pemimpin yang baik adalah seorang guru yang mampu
menuntun,
mendidik,
mengarahkan
dan
mendorong
(memotivir),
dan
menggerakkan anak buahnya untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian kyai
merupakan cerminan bagi santri sehingga karakter mandiri santri di dalam pondok
dapat terwujud.
Kyai dalam memimpin santri selalu memegang teguh sifat-sifat Rosulullah
sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
mencontoh dan menerapkan sifat-sifat Rosulullah kepada santri di dalam pondok.
Kyai memberikan contoh kepada santri seperti yang telah dilaksanakan oleh
Rosulullah. Dengan mendidik dan memberi contoh sifat Rosulullah, maka santri
dapat meniru dan mencontoh apa yang telah dilaksanakan oleh Kyai sebagai
pimpinan pondok sesuai dengan pendapat Bandura dalam buku Hall & Linzey
(1993:281) bahwa subjek-subjek yang dibiarkan mengamati serangkaian respon
tak lazim yang dilakukan oleh orang lain (model) cenderung melakukan responrespon yang sama ini apabila ditempatkan dalam situasi yang sama. Anak-anak
dapat mempelajari respon-respon baru hanya dengan mengamati orang lain.
Kemandirian santri di dalam pondok akan terbentuk dengan cara santri
menerapkan apa yang telah diajarkan kyai di dalam pondok
Peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri dapat ditunjukkan
pada kegiatan penyambutan santri baru. Di dalam kegiatan penyambutan santri
baru, santri akan diberi pengetahuan mengenai kehidupan dasar di pondok
pesantren seperti mandiri dalam mengurus diri sendiri sesuai dengan pendapat
Mastuhu (1994: 64) bahwa kemandirian di lingkungan pesantren tampak bahwa
sejak awal santri sudah dilatih mandiri. Santri mengatur dan bertanggung jawab
atas keperluannya sendiri, seperti mengatur uang belanja, memasak, mencuci
pakaian, merencanakan belajar dan sebagainya. Ketika menjadi santri baru, santri
akan dididik supaya mampu mengurus diri sendiri dan mandiri di dalam kegiatan
lain seperti kemandirian di dalam kelas maupun mandiri di lingkungan sekitar
pondok.
Karakter Mandiri Santri yang Ada di dalam Pondok Modern Arrisakah
Program Internasional
Karakter mandiri yang ada di dalam Pondok Modern Arrisalah Program
Intenasional yaitu, (1) karakter mandiri seorang pemimpin. Santri di pondok
Modern Arrisalah Program Internasional merupakan santri yang mandiri. Santri di
dalam pondok memiliki tanggung jawab sendiri untuk melaksanakan apa yang
menjadi kewajibannya tanpa harus diperintah seperti seorang pemimpin yang
mandiri, (2) kemandirian ekonomi, santri mandiri di dalam mengurus keuangan
yang dimilikinya, (3) kemandirian dalam kegiatan sehari-hari, kemandirian santri
dalam mengurus dirinya sendiri maupun segala kegiatan sehari-hari.
Kyai mendidik santri untuk menjadi seorang pemimpin yang bertanggung
jawab dalam segala hal di dalam pondok. Sesuai dengan perannya sebagai
pimpinan pondok sudah tidak asing lagi bahwa sosok seorang kyai memiliki
tanggung jawab yang sangat besar, hal ini berdasarkan pendapat Rivai (2006: 150)
bahwa kepemimpinan seseorang sangat besar perannya setiap pengambilan
keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin. Kyai sebagai
pemimpin di dalam Pondok selalu menerapkan jiwa tanggung jawab kepada santri
sehingga terbentuk karakter mandiri seorang pemimpin yang ada di dalam diri
santri.Dengan menerapkan sifat tanggung jawab kepada santri, santri dapat
melaksanakan kegiatan dengan mandiri tanpa menunggu perintah dari Kyai,
Ustadz maupun Ustadzahnya.
Kemandirian ekonomi terbentuk ketika santri berinteraksi di dalam
lingkungan pondok. Dari hasil proses interaksi di dalam lingkungan pondok santri
mendapatkan pengalaman mengenai kemandirian ekonomi dari hasil proses
belajar. Dalam interaksi ini, seseorang belajar secara aktif dan interatif dengan
lingkungannya sehingga lingkungan itu sendiri berubah dalam diri si pelajar
sesuai dengan pendapat Azas (2012) bahwa kemandirian merupakan suatu sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu
akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di
lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak
sendiri.
Kemandirian dalam kegiatan sehari-hari memang sudah terbentuk ketika
santri memasuki pondok. Kegiatan sehari-hari
yang dimaksud adalah segala
kegiatan yang ada di dalam pondok yang dapat dilakukan oleh santri sendiri.
Kegiatan sehari-hari ini bermula dari kemandirian santri dalam mengurus dirinya
sendiri sesuai dengan pendapat Mastuhu (1994: 64) bahwa kemandirian di
lingkungan pesantren tampak bahwa sejak awal santri sudah dilatih mandiri.
Santri mengatur dan bertanggung jawab atas keperluannya sendiri, seperti
mengatur uang belanja, memasak, mencuci pakaian, merencanakan belajar dan
sebagainya.
Kemandirian di dalam lingkungan pondok tidak akan terbentuk dengan
baik tanpa adanya peran dari kyai sebagai pimpinan dan sekaligus sebagai
monitoring dalam segala aktivitas yang dilakukan di dalam pondok. Kyai
memberikan arahan dan bimbingan kepada santri sehingga santri patuh dan
melaksanakan apa yang telah kyai lakukan sehingga kemandirian santri dapat
terwujud sesuai dengan pendapat Rivai (2006:3) bahwa kepemimpinan adalah
seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama
atau kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan
tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh Kyai dalam membentuk karakter
mandiri santri
Hambatan-hambatan yang dialami kyai dalam membentuk karakter
mandiri santri yaitu latar belakang dan kemampuan dasar santri. Latar belakang
santri yang berbeda-beda juga akan menimbulkan sifat tiap individu atau santri
berbeda-beda. Santri baru cenderung masih membawa sifat dari tempat tinggal
mereka masing-masing. Menurut Rivai (2006: 248) berpendapat bahwa pada
dasarnya tiap individu mengamati cara keluarga dan teman-teman berperilaku
dan dapat membentuk sikap dan perilaku diri sendiri agar segaris dengan mereka.
Dengan demikian latar belakang keluarga santri akan sangat berpengaruh
terhadap sifat dan perilaku santri di dalam pondok. Santri yang sudah terbiasa
dengan kehidupan yang mandiri di lingkungan tempat tinggalnya pasti akan
memiliki sifat mandiri di dalam dirinya. Sehingga akan sangat mudah dalam
pembentukan karakter mandiri santri tersebut. Berbeda pula dengan santri yang
berasal dari lingkungan keluarga yang selalu menggantungkan diri kepada orang
lain, maka santri tersebut akan kesulitan untuk hidup mandiri di dalam pondok.
Faktor penghambat dalam pembentukan karakter mandiri santri lainnya
adalah kemampuan dasar santri. Tidak jauh berbeda dengan latar belakang santri,
kemampuan dasar yang dimiliki oleh santri juga berbeda-beda sesuai dengan
pendapat Rivai (2006: 251) bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Perbedaan kemampuan ada yang dibawa sejak lahir dan ada pula
karena perbedaan kemampuannya menyerap informasi dari suatu gejala, atau
kombinasi keduanya. Santri ketika lahir memiliki kemampuan dasar yang
berbeda-beda. Belum tentu semua santri yang ada di dalam pondok memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil dari temuan penelitian maka dapat
diambil suatu kesimpulan yaitu (1) peran kyai dalam membentuk karakter mandiri
santri. Peran kyai dalam membentuk karakter mandiri santri nampak pada
kegiatan-kegiatan yang ada di dalam pondok. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
kyai sebagai pimpinan pondok yaitu (a) kyai sebagai model kemandirian santri,
(b) kegiatan Khutbatul Arsy, dimana di dalam kegiatan Khutbatul Arsy, santri
diajarkan untuk: 1) mengurus diri sendiri, 2) kemandirian kelas: mandiri di dalam
kelas, 3) kemandirian
lingkungan:
mandiri
di
dalam lingkungan, (c)
mengikutsertakan santri ke dalam PTTI (Pesantren Tepat Teknologi Islam); (2)
karakter mandiri yang ada di dalam Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional: (a) karakter mandiri seorang pemimpin, (b) kemandirian ekonomi,
(c) kemandirian dalam kegiatan sehari-hari; (3) hambatan-hambatan yang dialami
kyai dalam membentuk karakter mandiri santri: (a) latar belakang santri, (b)
kemampuan dasar yang dimiliki santri.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut: (1) kemandirian santri yang ada di Pondok Modern Arrisalah Program
Internasional selalu dievaluasi oleh Kyai maupun Ustadz dan Ustadzah sehingga
kemandirian-kemandirian tersebut tetap dimiliki oleh santri, (2) meningkatkan
kedisiplinan untuk santri sehingga santri lebih mandiri dalam menjalankan tugastugasnya sehingga kemandirian santri dapat ditingkatkan lagi, (3) untuk santri
ilmu yang telah di dapat hendaknya diamalkan dengan seungguh-sungguh dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kemandirian benar-benar terwujud, (4) untuk
jurusan hukum dan kewarganegaraan program studi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan dengan adanya skripsi ini diharapkan dirawat dengan baik
sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa yaitu menambah khasanah ilmu
pengetahuan.
DAFTAR RUJUKAN
Asaz. 2012. Mandiri Sebagai Karakter dan Kepribadian. (Online),
(http://www.wordpress.com) diakses 28 Januari 2013.
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.
Milles, M. dan Hubberman, A.M. 2009. Qualitative Data Analysis : A Source
Book of new methodes. Beverly Hills: Sage Publication.
Diterjemahkan oleh Rohadi, T.R. 2009. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rivai, V. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Ziemek, M, 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat.