STRATEGI PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN MENERAPKAN MODEL PENDEKATAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 : Studi Kasus pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementerian Pendidikan Nasional.

(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO i

LEMBAR PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR. iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI . vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian 3

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

E. Definisi Operasional 8

F. Kerangka Pikir 9

G. Premis 13

H. Metode Penelitian 15

I. Lokasi dan Unit Analisis 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA 16

A. Administrasi Pendidikan 16

B. Konsep Manajemen Mutu 22

C. Konsep dan Kebijakan Penjaminan Mutu( Quality Assurance) 33

D. Konsep dan Kebijakan SMM ISO 9001: 2008 45

E. Konsep Pelayanan Prima 71

F. Total Quality Manangement dan Total Quality Services 75

G. Konsep Manajemen Stratejik 81

H. Konsep Kepemimpinan 87


(2)

vii

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 103

A. Pendekatan Penelitian 103

B. Teknik Pengumpulan Data 107

C. Sumber Data 108

D. Teknik Analisis Data 110

E. Langkah-Langkah Penelitian 112

F. Analisis Data 115

G. Keabsahan Data 117

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 119

A. Hasil Penelitian pada Pusdiklat 119

B. Pembahasan 122

1. Perencanaan Sumberdaya Dilakukan di Pusdiklat 122

2. Pelaksanaan Manajemen Mutu Diklat 166

3. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Mutu Diklat 186 4. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pusdiklat Pusdiklat Dalam Penerapan SMM ISO 90001: 2008

210

BAB V MODEL STRATEGI SISTEM MANAJEMEN DIKLAT 233

A. Premi yang Digunakan 233

B. Elemen-Elemen Konseptual Strategi Manajemen 236 C. Model Konseptual Strategi Manajemen Pusdiklat

D. Strategi dan Instrumen Pengembangan Sistem Diklat E. Validasi Strategi Pengembangan Manajemen Diklat

242 244 246 F. Implementasi Model Strategi Peningkatan Manajemen Diklat 247

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN DALIL 248

A. Kesimpulan 248

B. Implikasi 253

C. Rekomendasi 255


(3)

viii DAFTAR PUSTAKA 261 LAMPIRAN 269


(4)

ix DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Hubungan Antara 8 Prinsip Manajemen Mutu dengan ISO 9001:

2000

52 Tabel 2.2 Kebijakan Penerapan SMM ISO 9000:2000 Pada Unit Utama

Kemendiknas

70 Tabel 2.3 Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Sertifikasi ISO

9000 pada PT. AGM

96

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu 99

Tabel 4.1 Indikator Peningkatan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Memperhatikan Kelayakan Pusdiklat

123

Tabel 4.2 Indikator Peningkatan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan Memperhatikan Kelaikan Pusdiklat

124 Tabel 4.3 Hasil Rekap Analisis Kebutuhan Diklat tahun 2010 131 Tabel 4.4 Aktivitas Proses Persiapan Sampai Proses Sertifikasi SMM ISO

9001: 2000

158

Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Data Lapangan 161

Tabel 4.6 Hasil Pengolahan Data Lapangan 167

Tabel 4.7 Tanggungjawab dan Wewenang dalam Konsep PDCA dan PDCS pada Penyelenggaraan Diklat

190

Tabel 4.8 Strategi Penerapan SMM ISO 9001: 2008 194

Tabel 4.9 Hasil Pengolahan Data Jawaban Peserta Diklat Terhadap Mutu Layanan Diklat

195 Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data Penyataan Strategi Peningkatan Mutu

dengan Penerapan SMM ISO

196 Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Tanggapan Peserta Diklat Kepemimpinan

Terhadap Aspek Kekuatan dan kelemahan yang ada Selama Proses Diklat

197

Tabel 4.12 Pengolahan Data Hasil Tanggapan Peserta Diklat Teknis 200 Tabel 4.13 Hasil Pengolahan Tanggapan Peserta Diklat Tehnis Terhadap 201


(5)

x Aspek Kekuatan dan Kelemahan yang ada Selama Proses Diklat

Tabel 4.14 Hasil Analisa Lapangan Implementasi Strategi Peningkatan Mutu

204 Tabel 4.15 Hasil Analisa Lapangan Sumber Pengamatan dan Wawancara

Dengan Kapus Diklat

205 Tabel 4.16 Hasil Analisis Lapangan Sumber Data Sekunder Renstra

Pusdiklat

211 Tabel 4.17 Identifikasi Analisis Kekuatan dan Peluang Dengan Pendekatan

8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi SO

220 Tabel 4.18 Identifikasi Analisis Kekuatan dan Ancaman dengan Pendekatan

8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi ST

221 Tabel 4.19 Identifikasi Analisis Kelemahan dan Peluang Dengan

Pendekatan 8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi WO

222 Tabel 4.20 Identifikasi Analisis Kelemahan dan Ancaman Dengan

Pendekatan 8 Prinsip SMM ISO dengan Strategi WT

223 Tabel 4.21 Keterkaitan 8 Prinsip Manajemen Mutu dengan Pilihan Strategi

Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Diklat di Pusdiklat dengan Strategi SO dan ST

225

Tabel 4.22 Keterkaitan 8 Prinsip Manajemen Mutu dengan Pilihan Strategi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Diklat di Pusdiklat dengan Strategi WO dan WT


(6)

xi DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian 11

Gambar 2.1 Internal Elemen of The System 18

Gambar 2.2 Model Sistem Sosial dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan 19

Gambar 2.3 Komponen- Komponen Sistem Diklat 31

Gambar 2.4 Model Analisis Posisi Internal Organisasi 37

Gambar 2.5 Indikator Mutu Manajemen Sistem 39

Gambar 2.6 Keterkaitan Sejarah Mutu dengan Perkembangan SMM ISO 46 Gambar 2.7 Keterkaitan Sistem Manajemen Mutu dengan Konsep Mutu 46

Gambar 2.8 Perkembangan SMM ISO Seri 9000 50

Gambar 2.9 Alur Proses Pelaksanaan Audit Internal 60 Gambar 2.10 Model Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan Proses 69

Gambar 2.11 Siklus PDCA dan SDCA 69

Gambar 2.12 Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu 77

Gambar 2.13 Langkah – Langkah Penyusunan Perencanaan Strategik 83 Gambar 2.14 Penetapan Strategi Organisasi dari Hasil Analisis SWOT 85

Gambar 2.15 Proses Manajemen Strategik 87

Gambar 3.1 Sosial Setting 104

Gambar 3.2 Proses Triangulasi Sumber 110

Gambar 3.3 Proses Triangulasi Teknik 110

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pusdiklat Berdasarkan Kepmen No 23/O/2005

122 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Pusdiklat Setelah Menerapkan SMM ISO

9001:2000

140

Gambar 4.3 10 Tahap Proses Menuju Sertifikasi SMM ISO 9001:2000 160 Gambar 4.4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dalam

Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Diklat

171 Gambar 4.5 Proses Penyelenggaraan Diklat di Pusdiklat Kemdiknas 172 Gambar 4.6 Siklus PDCA pada Operasional Manajemen Pusdiklat 188 Gambar 4.7 Konsep PDCA dalam Peningkatan Manajemen Mutu 189


(7)

xii Gambar 4.8 Pandangan Terhadap Fungsi ,Tugas Inovasi dan Keizen 207

Gambar 4.9 Diagram Cartesius Analisis SWOT 214

Gambar 5.1 Konsep Model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Pusdiklat


(8)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Riwayat Hidup 269

Lampiran 3 Pedoman Pengumpulan data dan Informasi 271

Lampiran 4 Data Hasil Kepuasan Pelanggan 277

Lampiran 4.1 Lampiran 4.2 Lampiran 4.3 Lampiran 4.4

Dokumentasi Fasilitas dan Kegiatan Pusdiklat Dokumentasi Kegiatan Audit ISO

Dokumentasi Sosialisasi Implementasi ISO Sertifikat ISO 9001:2008 Pusdiklat

307 309 310 311


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era global dan perkembangan iptek yang sangat cepat, intensitas tantangan pembangunan pendidikan nasional cenderung akan semakin meningkat dan komplek. Selain itu, dampak pelaksanaan otonomi daerah merupakan tantangan tersendiri dalam pelaksanaan kebijakan nasional pendidikan. Di tengah berbagai tantangan itu, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) harus dapat meningkatkan kinerjanya dalam pemerataan dan perluasan akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta penatakelolaan yang baik, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Kemdiknas sangat menyadari bahwa perubahan, penyesuaian, dan pembaruan yang dilakukan harus tetap berfokus untuk tercapainya pendidikan yang demokratis, toleran terhadap keberagaman, memberdayakan masyarakat, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan pendidikan yang dilakukan secara sistemik diharapkan pendidikan akan menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang tinggi, sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain dalam memasuki kehidupan nyata, baik lokal maupun global. Upaya untuk membangun pendidikan agar semakin baik dan bermutu, diperlukan strategi yang komprehensif guna meningkatkan kemampuan dan mutu tenaga pendidik serta tenaga kependidikan. Pengembangan kemampuan mereka perlu terus dilaksanakan, baik bagi mereka yang bergerak dalam bidang kebijakan, maupun dalam pengelolaan kelembagaan pendidikan, baik dalam tataran institusi, manajerial, maupun pada tataran teknis operasional, karena semuanya pada akhirnya akan


(10)

2 bermuara pada meningkatnya mutu pendidikan secara nasional, yang tercermin dari output suatu lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) jelas mempunyai peran penting dalam membangun SDM pendidikan yang andal dan bermutu, sehingga dalam menjalankan perannya dapat memberi kontribusi yang signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan bangsa. Tenaga pendidik merupakan ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan dilihat dari output pendidikan suatu lembaga pendidikan, peningkatan kemampuan dan profesionalisme. Aparatur Kemendiknas ini, akan memberi dampak yang amat penting dan bermakna bagi pembangunan pendidikan. Peningkatan kemampuan dan profesionalisme tenaga pendidik akan mendorong pada peningkatan pelayanan yang makin bermutu bagi terselenggaranya proses pendidikan yang makin baik dan bermutu.

Pusdiklat yang berada di bawah Kemdiknas jelas memegang peranan yang sangat penting, karena apa yang dilakukan oleh Pusdiklat dalam meningkatkan kemampuan aparatur tenaga Kemdiknas termasuk di dalamnya pendidik dan tenaga kependidikan. Jelas akan memberi dampak yang sangat luas terhadap pembangunan pendidikan nasional.Peningkatkan kemampuan dalam mengelola organisasi dan sistem manajemen mutu akan menjadi masalah mendasar yang perlu terus diperhatikan dalam meningkatkan mutu pelayanan diklat, karena jika hal tersebut tidak dilakukan maka Pusdiklat hanya akan menjadi bagian dari rutinitas kegiatan diklat yang tidak akan mendorong pada peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

Kondisi mutu pendidikan bangsa yang diakui masih rendah jelas merupakan tantangan yang harus direspons dengan tepat oleh Pusdiklat, melalui upaya perbaikan


(11)

terus menerus dalam mengelola diklat guna menghasilkan lulusan diklat yang bermutu dan mampu mentransformasikan kemampuannya dalam tataran praktis proses pendidikan, sehingga upaya untuk membangun mutu pendidikan bangsa menjadi gerakan yang massif serta berdampak kuat bagi peningkatan mutu pendidikan.

Pusdiklat Pegawai Kemdiknas dengan mengemban tugas utama sebagai penjabaran dari Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional. Pada Bab IX pasal 19 dinyatakan bahwa mutu pendidikan ditentukan oleh 8 (delapan) standar Nasional Pendidikan. Sebagai lembaga diklat di lingkungan Kementerian yang mendapat mandat untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Pada pasal 1 ayat 1 yang tercantum dalam ketentuan umum adalah Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut diklat adalah meningkatkan kinerja PNS. Peningkatan efektifitas penyelenggaraan diklat di Pusdiklat Kemdiknas dilakukan dengan sistem manajemen diklat berbasis ISO 9001:2008.

Penerapan SMM ISO merupakan upaya peningkatan mutu dalam mengelola proses diklat bagi aparatur tenaga Kemdiknas termasuk didalamnya pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Kemdiknas untuk unit utama, institusi pusat dan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Peran pemimpin merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan profesionalisme aparatur Pusdiklat Pegawai Depdiknas, sebagai faktor pendukung bagi


(12)

4 terwujudnya peningkatan mutu sumberdaya manusia aparatur pendidikan di Indonesia. Peningkatan profesionalisme aparatur Pusdiklat Pegawai Kemdiknas dipandang sebagai bagian integral dari pembangunan pendidikan nasional yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional pada pilar pertama yaitu peningkatan mutu SDM aparatur, produktivitas dan perannya dalam mendukung Sistem Pendidikan Nasional.

Dasar hukum untuk peningkatan mutu aparatur adalah sesuai dengan peraturan pemerintah dalam peningkatan sumberdaya aparatur yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang diklat jabatan PNS. Dasar pemikiran kebijakan diklat yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 ini adalah :

1. Diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS. 2. Diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karir PNS.

3. Sistem diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi diklat.

4. Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi persyaratan jabatan yang ditentukan dan kebutuhan organisasi termasuk pengadaan kader pimpinan dan staf.

Efektifitas peningkatan profesionalisme aparatur Pusdiklat Pegawai sangat bergantung kepada penerapan sistem manajemen mutu dan kepemimpinan dalam hal ini penanggungjawab kegiatan diklat yaitu pejabat struktural dan pejabat fungsional (widyaiswara) yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan manajemen mutu diklat. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hakikat permasalahan yang dibahas, dianalisis dalam penelitian ini berfokus pada masalah berikut yaitu :


(13)

1. Bagaimana perencanaan sumberdaya dilakukan Pusdiklat Pegawai Kemendiknas dalam meningkatkan mutu pelayanan diklat dengan memperhatikan kelayakan dan kelaikannya?

2. Bagaimana pelaksanaan manajemen mutu diklat dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 dengan penerapan 8 prinsip manajemen mutu ?

3. Bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan manajemen mutu diklat dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 memberikan konstribusi terhadap peningkatan mutu diklat secara berkelanjutan?

4. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Pusdiklat dalam melaksanakan peningkatan pelayanan pendidikan dan pelatihan dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008?

5. Bagaimana model strategi peningkatan manajemen mutu Pendidikan dan Pelatihan yang dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008?

C. Tujuan Penelitian

Melalui deskripsi analisis dan pemaknaan atas studi lapangan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut :

1. Mengetahui sejauh mana kebijakan manajemen mutu yang dilakukan Pusdiklat dalam meningkatkan mutu pelayanan diklat dilaksanakan secara konsisten terhadap kelayakan dan kelaikannya.


(14)

6 2. Mengetahui sejauh mana penerapan manajemen mutu yang diwujudkan dengan pendekatan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 mampu memberikan peningkatan mutu diklat secara berkelanjutan (continual improvement).

3. Mengetahui apakah implementasi strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat yang diwujudkan dalam peningkatan pelayanan diklat dengan menggunakan pendekatan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 efektif. 4. Melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) yang

dihadapi Pusdiklat dalam melaksanakan peningkatan pelayanan Diklat dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dan merumuskan strategi organisasi berdasarkan hasil analisis SWOT.

5. Mengembangkan model strategi peningkatan manajemen mutu Diklat yang dapat mendorong peningkatan mutu pelayanan Diklat di Pusdiklat Pegawai Kemendiknas melalui sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dengan penerapan 8 (delapan) prinsip sistem manajemen mutu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan bukti-bukti empiris tentang bagaimana upaya meningkatkan mutu pelayanan dalam bidang diklat yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan melihat pada aspek strategi, implementasi serta masalah-masalah yang dihadapinya dalam meningkatkan mutu layanan diklat dalam rangka membangun peningkatan kompetensi kepemimpinan dan keterampilan teknis aparatur Kemdiknas.


(15)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berwenang atau yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan, untuk meningkatkan manajemen mutu diklat di lingkungan Kemdiknas. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara khusus adalah :

1. Penelitian ini memberikan manfaat kepada peneliti serta pejabat struktural dan pejabat fungsional (widyaiswara) di Pusdiklat untuk mengembangkan program diklat yang unggul dan mampu memberikan pelayanan yang bermutu.

2. Memberikan sumbangan pemikiran berupa model strategi peningkatan manajemen mutu diklat yang memenuhi kelayakan dan kelaikan dalam penyelenggaran diklat di Pusdiklat Pegawai Kemdiknas dengan memenuhi Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Pada pasal 1 ayat 1 yang tercantum dalam ketentuan umum adalah Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk meningkatkan kinerja PNS.

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen mutu untuk penerapan di bidang pendidikan dan pelatihan terutama dari substansi Administrasi Pendidikan dalam mengembangkan kebijakan peningkatan mutu diklat.

4. Memberikan peluang bagi para peneliti berikutnya untuk memberikan konstribusi dalam memperkaya, meningkatkan, maupun mengembangan penelitian di bidang sistem manajemen mutu dalam pengembangan: a. kebijakan pengembangan sistem manajemen mutu di Pendidikan dan pelatihan,


(16)

8 b,pengembangan teori manajemen mutu pada diklat dan c. memberikan petunjuk praktis untuk mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 pada lembaga pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

E. Definisi Operasional Penelitian

1. Manajemen Strategi Peningkatan Mutu Manajemen Diklat.

Manajemen strategi didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional akan memberikan kemampuan sebuah organisasi mencapai tujuannya(Fred.R.David:5). Strategi dirancang untuk mewujudkan misi dan dan tujuan organisasi, serta langkah-langkah untuk mencapai sasaran mutu organisasi (Pusdiklat Kemdiknas).

2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dijelaskan oleh Rudi,S (2003:3) adalah derajat/tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan, dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi memberikan produk (barang dan atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan adalah dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan (dalam pendidikan pelanggan adalah siswa, orang tua, masyarakat/dunia kerja, alumni,


(17)

pengusaha) dimana organisasi harus dapat memenuhinya dan memberikan kepuasan kepada pelanggannya.

Sistem Manajemen Mutu (SMM), mutu didefinisikan “kemampuan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan”. Kebutuhan atau harapan yang ditetapkan secara langsung/eksplisit atau tidak langsung/implisit, oleh organisasi atau perorangan yang menerima suatu produk (pelanggan) berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk.

Definisi mutu tersebut di atas merupakan jabaran identifikasi awal dari organisasi baik profit maupun non-profit untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada pelanggannya. Oleh sebab itu, organisasi harus mampu melakukan identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggannya sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh pelanggannya.

Berkaitan dengan penelitian ini yang dimaksud dengan produk adalah jasa diklat yang dilakukan oleh Pusdiklat Pegawai Kemdiknas.

3. Mutu Pendidikan dan Pelatihan

Pengertian “Mutu” merupakan suatu nilai yang dikandung dalam suatu proses untuk menghasilkan produk. Pada mula istilah mutu banyak digunakan dalam bidang ekonomi khususnya dalam organisasi industri, di mana mutu diartikan sebagai karakteristik produk atau jasa yang ditentukan oleh pihak pelanggan dan diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan secara berkesinambungan. Dalam konteks penelitian ini mutu diklat dapat diartikan kemampuan Pusdiklat Kemdiknas memberikan layanan diklat dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, mutu diklat Pusdiklat


(18)

10 adalah kemampuan untuk memenuhi harapan pihak pelanggan dan stakeholder dengan memberikan kepuasan secara nyata dan bahkan melebihinya.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Perubahan akibat globalisasi dewasa ini tampaknya memerlukan respons yang proaktif dan antisipatif dari dunia pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan seluruh sumberdaya manusia pendidikan menjadi hal yang amat menentukan bagi terlaksananya pembangunan pendidikan yang bermutu. Tantangan perubahan yang terjadi dengan cepat perlu terus dipertimbangkan untuk dijadikan dorongan bagi peningkatan kualitas diklat melalui perbaikan yang terus menerus dalam kualitas kinerjanya, sehingga dapat menghasilkan output dan outcome yang mampu mentransformasikan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik dan bermutu.

Lembaga diklat dituntut untuk creative dan inovative dalam melaksanakan tugasnya yang menunjukan keinginan untuk berubah, merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi kinerja sumberdaya manusia dalam menerapkan/mengimplementasikan pada tataran teknis operasional. Hal ini tidak terlepas dari peran Pusdiklat sebagai organisasi pusat yang memberikan diklat kepada aparatur pegawai Kemendiknas yang amat penting bagi peningkatan mutu pendidikan.

Maka itu diperlukan upaya untuk terus meningkatkan mutu manajemen Pusdiklat agar dapat memberikan layanan yang memuaskan, sehingga dampaknya akan sangat signifikan bagi peningkatan kinerja organisasi. Seiring dengan tuntutan global, serta berbagai kebijakan pendidikan yang adaptif baik dalam tataran institusi, manajerial maupun teknis. Tuntutan tersebut akan berdampak untuk berupaya secara


(19)

terus-menerus mengembangkan kemampuan Pusdiklat dalam menerima berbagai perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kebijakan pendidikan. Kondisi tersebut jelas akan berpengaruh pada bagaimana proses diklat terjadi dalam Pusdiklat, di mana perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan akan menjadari faktor penentu bagi keberhasilan pembangunan mutu pendidikan.


(20)

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian

11

! "##$%&##'

Pengaruh Lingkungan Strategis

!" ( )* • • • • ) + • • #$ ,

! "##$ -&##'

! " # $ # % & ' ( % ! $ & ' ( ! .! $ ! '

$/! 0

)* * 1 1 , )*$ *$ + $ )


(21)

Gambar 1.1, di atas yang merupakan kerangka pikir penelitian menunjukkan bahwa proses diklat terjadi melalui upaya transformasi input yakni peserta diklat serta sumberdaya lainnya yang dikelola melalui suatu manajemen diklat berbasis ISO 9001:2008 untuk menghasilkan output diklat yang bermutu serta memberi kepuasan pada lulusan diklat/alumni diklat. Pada output, adalah hasil dari penerapan 8 (delapan) prinsip sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, peserta meningkat kompetensinya, serta memperoleh kepuasan atas pelayanan dari manajemen diklat. Tingkat kompetensi yang diperoleh selama diklat akan mendorong pada peran alumni dalam mengimplementasikan berbagai kemampuan sesuai dengan perannya masing-masing sehingga gerakan membangun mutu kinerja pada unit kerjanya semakin meningkat secara signifikan.

Keterkaitannya pertanyaan penelitian dengan kerangka pikir penelitian merupakan proses untuk menjawab permasalahan pada Pusdiklat Kemdiknas yang berupaya melakukan peningkatan mutu layanan diklat dengan menerapkan manajemen mutu diklat berbasis SMM ISO 9001:2008.

Keterkaitan Pertanyaan Penelitian dengan Kerangka Pikir Penelitian

Pada gambar1.1, peneliti melakukan penelitian dengan mengkaitkan kerangka pikir penelitian pada proses yang ada pada lingkaran mutu dengan alur pikir sebagai berikut:1. pertanyaan penelitian pertama terkait dengan perencanaan sumberdaya (Plan);2. pertanyaan kedua terkait dengan pelaksanaan manajemen mutu (Do);3. pertanyaan ketiga terkait dengan hasil evaluasi pelaksanaan diklat (Check) dan konstribusi perhadap peningkatan manajemen mutu diklat (Act/Solution); Pertanyaan ke 4 (empat) Analisis SWOT dan Pertanyaan ke 5 (lima) Konsep model manajemen


(22)

13 strtategi peningkatan manajemen mutu diklat meliputi : formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi dengan pendekatan manajemen strategi yang berbasis SMM ISO 9001:2008 menghasilkan model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Diklat Pusdiklat Kemdiknas sebagai kebijakan strategis (policy strategy) untuk membangun lembaga diklat yang unggul.

G. Premis

Asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Lembaga pendidikan dan pelatihan maupun institusi pendidikan merupakan suatu model sistem terbuka (open system), dimana dalam model ini menekankan bahwa organisasi tidak hanya di pengaruhi lingkungan saja, tetapi bergantung pada lingkungannya dan organisasi mengambil input dari lingkungan kemudian melakukan trasformasi proses untuk menghasilkan output berupa produk atau jasa (Hoy, Wayne. K. 2008: 18)

2. Lembaga pendidikan merupakan model sistem sosial(sosial system model) merupakan 4 (empat) bagian elemen kunci internal, struktur, individu, iklim kondusif dan budaya, kekuasaan serta politik dan semuanya terkait dengan proses belajar dan mengajar (teaching-learning process).(Hoy, Wayne. K. 2008: 458)

3. Setiap organisasi memerlukan kompetensi utama yaitu inovasi (Peter F Drucker dalam Gaynor. 2002)

4. The purpose of educational change presumably is to help schools/educational institution accomplish their goals more effectively by replacing some structure, programs and/or practices with better one (Michael Fullan The New Meaning of educational change 1991:15)

5. Culture can have impact on behavior, productivity, and expectation of employees. It provides a benchmark of the standard of performance among


(23)

employees. It can provide clear guidance on attendance, punctuality, concern about quality, and customer service. (John M. Ivancevich, 2007:45) 6. Leadership is seen as a process which recognizes the futility of separating

people from each other and which seeks constantly to find new and effective ways of integrating human activity, releasing skills and abilities and empowering everyone to full and active leadership role (Patrick Whitaker, Managing School Change, 1995:75)

Leadership is concerned with creating condition in which all members of the organization can give of their best in a climate of commitment and challenge (Patrick Whittaker, Managing School Change, 1995:74)

7. The successful management of teaching requires a constant attention to the organizational culture and climate within which it is set. (Patrick Whittaker, Managing School Change, 1995:110)

8. Setiap orang punya kapabilitas kreatif yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan serta lingkungan yang kondusif (Philip C. Wankat, Frank S. Oreovicz,1993) Teaching engineering, 1993. John W.Gardner.1981)

9. Identifying an organization’s existing vision, mission, objectives and strategies is the logical starting point for strategic management.. Every organization has a vision, mission, objectives, and strategy, even if these elements are not consciously designed, written, or communicated. The answer to where an organization is going can be determined largely bay where the organization has been. ( Fred. R. David, 2007 :15)

10. Kebijakan mutu Pusdiklat Pegawai Kemdiknas adalah bertekad menerapkan

SMM ISO 9001:2008 untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam hal ini peserta diklat dan stakeholders. Menurut Sallis.E (2007:7) bahwa: institusi pendidikan (diklat) disebut bermutu, dalam konsep Total Quality Management, harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Secara operasional, mutu ditentukan oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya (quality in fact) dan terpenuhinya


(24)

15 spesifikasi yang diharapkan sesuai kebutuhan pelanggan/pengguna jasa diklat (quality in perception)

Sepuluh(10) premis sebagai dasar pertimbangan yang diajukan tersebut, maka peneliti menetapkan premis kebijakan strategis untuk peningkatan manajemen mutu diklat pada Pusdiklat Pegawai Kemdiknas akan dapat ditingkatkan berdasarkan model diklat dengan penerapan SMM ISO 9001:2008, apabila secara konsisten berkomitmen memenuhi 8 (delapan) prinsip manajemen mutu dengan melaksanakan kebijakan mutu (quality policy) dan sasaran mutu (quality objective) sebagai kebijakan organisasi, adanya kapasitas kepemimpinan yang andal, komitmen terhadap mutu tinggi, selalu berupaya untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan bahkan melebihi harapannya. H. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma alamiah (naturalistic paradigm) dengan metode penelitian kualitatif, dimana dalam prosedur penelitian menggunakan data deskriptif. Strategi penelitian jenis studi kasus pada Pusdiklat Kemdiknas dengan "perspektif emic", yang merupakan proses sosial setting. Penelitian kualitatif, peneliti melakukan eksploratif dan memperdalam suatu fenomena sosial yang terdiri atas pelaku, ada kejadian, ada tempat dan ada waktu (Djaman’an Satori, 2009:22).

I. Lokasi dan Unit Analisis

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Pegawai Kemendiknas, Jalan Raya Cinangka km 19 Bojongsari, Depok. Dalam penelitian ini sebagai unit analisis adalah aspek penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada Pusdiklat dengan sumber data adalah informan yang dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.


(25)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan alat untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk memperoleh kebenaran diperlukan suatu cara pendekatan pada fakta-fakta empiris agar dapat difahami dalam suatu keteraturan, adapun pendekatan yang diambil peneliti adalah melalui model yang disebut paradigma. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen(1992:32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Menurut Patton yang dikutip oleh Lincoln dan Guba (1983:15), paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah dunia nyata yang kompleks.

Penelitian ini menggunakan paradigma alamiah (naturalistic paradigm) dengan metode penelitian kualitatif. Penggunaan paradigma alamiah(naturalistic paradigm) dan pendekatan kualitatif serta strategi penelitian jenis studi kasus maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gejala-gejala dari kerangka acuan si pelaku sendiri, yakni menafsirkan kegiatan atau kejadian dari sudut pandang pelaku yang disebut "perspektif emic". Menurut Sugiyono (2008:213) penelitian kualitatif harus bersifat “perpektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan apa adanya yang terjadi dilapangan, dialami, dirasakan dan pikirkan oleh partisipan atau sumber data.


(26)

104 Menurut Djam’an Satori dan Aan K(2009:23) penelitian kualitatif adalah mengembangkan pertanyaan dasar tentang apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan terjadinya dan dimana tempat kejadiaannya. Setting sosial itu digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Sosial Setting (Djam’an Satori dan Aan.Komariah. 2009:23)

Penelitian kualitatif dibutuhkan proses untuk menggungkap kejadian tersebut dengan pengumpulan data yang sahih dengan cara melakukan wawancara mendalam, observasi partisipasi, studi dokumen dan melakukan triangulasi. Kemudian untuk mendeskripsikan data yang telah diperoleh dengan analisis data mulai dari display data, reduksi data, refleksi data, kajian emic dan etik, kemudian dlakukan pengambilan kesimpulan. Penelitian kualitatif ini, menggambarkan aktualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal sehingga dapat memberikan gambaran yang otentik tentang apa yang terjadi serta bagaimana mereka memahami kejadian-kejadian tersebut. Teknik penelitian melalui pengungkapan banyak cerita yang bersifat ideosinkratis namun penting, yang diceritakan oleh orang-orang yang ada di lapangan, tentang peristiwa-peristiwa nyata dengan cara-cara yang alamiah. Keterlibatan peneliti pada penelitian


(27)

ini, tanpa intervensi terhadap variabel-variabel proses yang sedang berlangsung apa adanya. Penelitian ini disebut pendekatan naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat "natural" atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test, penelitian ini bersifat deskriptif analitik evaluatif. Pada penelitian ini, maka apa yang terlaksana di lapangan dianalisis dan dievaluasi berdasarkan suatu kriteria tertentu sesuai dengan topik permasalah yang menjadi fokus.

Masalah penelitian merupakan fokus penelitian (Nasution 1988: 9-12), ciri-ciri dari penelitian kualitatif dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Sumber data ialah situasi wajar atau “natural setting” 2. Peneliti sebagai instrumen penelitian

3. Sangat deskriptif

4. Mementingkan proses maupun produk 5. Mencari makna

6. Mengutamakan data 7. Triangulasi

8. Menonjolkan rincian kontekstual

9. Subjek yang diteliti dipandang kedudukan sama dengan peneliti

10. Mengutamakan perspektif emic

11. Verifikasi

12.Purposif sampling

13. Menggunakan “audit trail” 14. Partisipasi tanpa mengganggu

15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian disain penelitian tampil salam proses penelitian

Menurut Patton (1990: 40-41) Ciri-ciri pokok dari penelitian kualitatif (qualitative inquiry) adalah:

1. naturalistic inquiry. 2. inductive analysis. 3. holistic perspective. 4. qualitative data

5. personal contact and insight. 6. dynamic systems.


(28)

106 8. context Sensitivity.

9. emphatic Netrality. 10.design flexibility.

Berdasarkan pendapat di atas tampak bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan kecermatan dalam pelaksanaannya, hal ini tidak lain karena setting alamiah perlu tetap terjaga agar data yang diperoleh benar-benar menunjukan kondisi lapangan yang sebenarnya. Selain itu analisis yang dilakukan bersifat induktif dari hal-hal khusus berdasarkan fakta lapangan untuk kemudian dipahami dan ditafsirkan dalam konteks keseluruhan kejadian yang bersifat holistik, serta data yang dikumpulkan merupakan data yang berkategori kualitatif.

Penelitian kualitatif juga suatu penelitian yang menunjukan penggunaan manusia sebagai alat dalam pengumpulan data dengan titik berat kepada proses ketimbang hasil dari suatu fenomena lapangan, karena apa yang terjadi di lapangan banyak yang sulit atau tidak mungkin diperkirakan sebelumnya maka desain penelitian ini bersifat fleksibel dalam arti memungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Lima(5) jenis penelitian kualitatif menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah (2009:33) yaitu: biografi, fenoma, grounded teori, ethografi dan studi kasus. Peneliti pada penelitian ini memilih jenis penelitian kualitatif dengan studi kasus.

Penelitian studi kasus, adalah suatu metode dilakukan dengan memilih kasus yang terjadi pada tempat dan waktu tertentu, materi kontektual tentang setting kasus yang diteliti. Sumber informasi dikumpulkan sebanyak mungkin dari sumber informasi yang banyak mendapatkan gambaran kasus yang detil.


(29)

B. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulkan data, pada penelitian ini memakai teknik wawancara terbuka, observasi langsung dan studi dokumen. Pengambilan data dilakukan dengan metode snowball sampling dengan proses jumlah kecil responden kemudian melibatkan pihak yang terkait dengan responden awal untuk dijadikan responden dan seterusnya sehingga menjadi semakin besar seperti bola salju (snowball)

Data yang dihasilkan melalui wawancara atau observasi dari satu subjek, setelah diinterpretasi peneliti, kemudian diperiksakan kembali kepada subjek lain, dan seterusnya sampai menemui titik kejenuhan (saturated). Sumber data yang telah dimiliki telah dipandang cukup karena tidak ada lagi diperoleh informasi baru atas data yang sudah diperoleh.

Sumber data penelitian adalah keadaan dan lingkungan objek penelitian, subjek-subjek yang terlibat kegiatan, kontak sosial maupun berbagai aspek sosial yang melingkupinya. Hal-hal tersebut diamati secara langsung, diwawancarai serta dibaca dan ditelaah hasil pikirannya, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, atau yang dipahami orang-orang sekitarnya untuk kemudian dijadikan bahan pertanyaan pada subjek tersebut. Pengambilan data bercorak simultaneous cross sectional atau membercheek (dalam arti berbagai kegiatan kelakuan subjek penelitian tidak diambil pada subjek yang sama, namun pada subjek yang berbeda), kemudian diinterpretasi berdasarkan kemampuan peneliti dengan melihat kecenderungan, pola, arah, interaksi faktor-faktor serta hal lainnya yang memacu atau menghambat perubahan untuk merumuskan hubungan baru berdasarkan unsur-unsur yang ada (Noeng Muhajir,2000:60-61). Analis data untuk mencari kebenaran yang dihasilkan tidak


(30)

108 didasarkan pada pertimbangan banyaknya individu atau rincian rerata subjek penelitian, namun pada ciri-ciri penting berbagai kategori, kemudian menghubung-hubungkannya untuk menghasilkan inti teori yang dimunculkan (Miles &Hubermen 1992:20 dalam Djam’an Satori 2009:39).

Melalui teknik pengumpulan data simultaneous cross sectional atau member cheek, diharapkan dapat diperoleh secara lebih lengkap, lebih dalam dan dan lebih dapat dipercaya, dan karenanya tujuan penelitian dapat tercapai. Hal ini dimungkinkan sebab dalam penelitian ini peneliti langsung berhadapan dengan sasaran penelitian. Sifat naturalistik, menjadikan peneliti berfungsi sebagai instrumen pengumpul data. Maka itu diperlukan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas yang tidak dapat dikerjakan oleh instrumen non-human; seperti kuesioner dan semacamnya. Pada penelitian ini peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian, diharapkan mampu menangkap makna, khususnya menghadapi nilai lokal yang berbeda dan bersifat khas. Melalui pengamatan langsung dengan instrumen penelitian peneliti sendiri, maka peneliti diharapkan mampu menangkap data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, sikap mental serta perilaku responden.

C. Sumber Data

Pada penelitian kualitalif jumlah sampel bukan kriteria utama, tetapi lebih ditekankan kepada sumber data yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data


(31)

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data utama untuk kepentingan penelitian ini adalah pejabat struktural di Pusdiklat, pihak-pihak yang berkepentingan dalam diklat aparatur yaitu pejabat di Lembaga Administrasi Negara (LAN), Widyaiswara dan pegawai lingkungan Pusdiklat Pegawai Kemendiknas, Bojongsari Depok serta peserta diklat. Sampel penelitian dengan metode ”snowball” akan berkembang seiring dengan berjalannya penelitian, disamping itu penelusuran dokumen yang diperlukan dalam memberikan pemahaman bagi tercapainya tujuan penelitian ini juga dilakukan, disamping suasana yang menjadi latar kegiatan pengawasan berjalan. Sumber data penelitian terdiri atas tiga bagian, yakni dokumen, manusia dan suasana (Sanusi Uwes,1999: 74).

Sumber data yang dikumpulkan dilakukan dengan proses observasi lapangan, melakukan studi dokumen, melakukan wawancara pada tahapan proses diklat dengan peserta diklat, pejabat struktural, Kepala Pusat dan hasil pendapat dan tanggapan terhadap objek penelitian kemudian dilakukan dengan teknik triangulasi dengan dua cara yaitu :

1. Proses Triangulasi Sumber 2. Proses Triangulasi Teknik


(32)

Gambar 3.2.

Gamba

D. Tehnik Analisis Data Pada penelitian in analisis saat memperta sectional", dan kedua m analisis corak pertama, d hasil wawancara, hasil ob

Observasi Dokumen

Wawancara

.2. Proses Triangulasi Sumber Data Penelitian

bar 3.3. Proses Triangulasi Tehnik

ini terdapat dua corak yang akan diana rtajam keabsahan data, melalui "simult melalui interpretasi pada data searah kese , dilakukan penyusunan data, yakni penyus

observasi dan dokumen-dokumen berdasarka

110

tian

analisis. Pertama ultaneous cross eseluruhan. Pada usunan kata-kata rkan kategorisasi


(33)

yang sesuai dengan masalah penelitian. Berdasarkan data yang diperoleh, dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya. Penelitian ini, data tidak dianggap sebagai error reality yang dipersalahkan oleh teori yang ada sebelumnya, tapi dianggap sebagai another reality (Stuart A. Schlegel, 1984:12). Miles dan Huberman 1992:20 (Djam’an Satori 2009:38) berpendapat ‘ dalam melakukan analis data dilakukan, 4 tahapan sebagai berikut: (1) proses memasuki lingkungan penelitian dan mengumpulkan data; (2) melakukan proses reduksi data dengan pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dari lapangan;(3) penyajian data dengan mengolah informasi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan;(4) penarikan kesimpulan atau verifikasi dari hasil data yang telah dianalisis’.

Pada penelitian ini data dicatat apa adanya, tanpa intervensi dari teori atau paradigma peneliti selama ini yang dimiliki. Situasi wajar, apa adanya (natural setting) dijadikan bahan penelitian yang dimasuki peneliti tanpa intervensi situasi, baik melalui bentuk angket, tes atau eksperimen. Namun demikian peneliti berusaha mencari makna inti dari kelakuan dan perbuatan yang terlihat. Hal ini dilakukan dalam rangka memahami kelakuan tersebut dalam konteks yang lebih luas, dipandang dari kerangka pikiran dan perasaan si pelaku. Berdasarkan hal tersebut, data yang didapat merupakan data yang langsung dari tangan pertama, tanpa melalui tes atau angket yang pada gilirannya hal tersebut justru membuat jarak dengan sumber data (Nasution, 2003:9-10).


(34)

112 Berdasarkan kategorisasi dicari makna dalam inferensi, sehingga data tidak hanya sampai digambarkan tapi juga ditafsirkan. Kegiatan penelitian ini penulis memberikan interpretasi yang bersifat inovatif yakni mengembangkan ide-ide dengan argumen yang didasarkan pada data yang ditemukan. Bertolak dari cara itu, maka penemuan pada suatu waktu merupakan pedoman untuk langkah selanjutnya. Pengumpulan data lebih didasarkan pada pengembangan analisis dari data yang ditemukan sebelumnya. Triangulasi dilakukan pada objek lain mengenai hal yang sama, untuk menghilangkan bias pemahaman antara peneliti dengan pemahaman si pelaku. Metode pengecekan dilakukan dengan bentuk pertanyaan yang berbeda atau cara pengamatan yang berlainan. Tujuan hal ini terutama adalah membandingkan informasi yang didapat dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Hal ini sekaligus mencegah subjektivitas peneliti (Nasution 2003:10). Hasil data dan analisis inilah yang kemudian dilaporkan sebagai hasil penelitian.

E. Langkah-langkah Penelitian

Berikut dikemukakan langkah-langkah penelitian yang dilakukan di lapangan, meliputi delapan tahap dari pra-survey sampai tahap pengujian kredibilitas data hasil penelitian.

1. Pra survey/orientasi

Pra-survey dilakukan melalui observasi kegiatan terkait di lapangan dan dialog dengan pimpinan Pusdiklat sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam mengimplementasikan program pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan observasi


(35)

diiringi dialog dengan informan lain yang dipandang perlu dan dapat memberikan penambahan informasi guna lebih memberikan pemahaman akan masalah yang menjadi fokus penelitian.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan melalui para pejabat yang dapat memberikan pendalaman akan masalah yang menjadi fokus penelitian. Pada tahap ini, materi wawancara bersifat umum, kemudian tahap berikutnya wawancara akan lebih diarahkan pada fokus penelitian dan langsung menghubungi sumber-sumber yang berhubungan langsung (first hand). Kemudian data hasil wawancara dikomparasikan dengan studi dokumentasi dan observasi.

3. Diskusi

Diskusi dilakukan untuk menangkap ide-ide yang dikemukakan para responden yang diwawancarai, peneliti juga melakukan diskusi secara terus menerus dengan responden yang berada di Pusdiklat. Diskusi ini sifatnya berkelanjutan, selama terjun ke lapangan dan selama penulisan. Ini dilakukan juga untuk melakukan triangulasi data.

4. Triangulasi

Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi tidak langsung ini dilaksanakan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakuan dan kejadian, yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut ditarik benang merah yang menghubungkan antara berbagai fenomena kejadian. Teknik triangulasi dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.


(36)

114 Menurut Sugiyono(2008:273), triangulasi dilakukan untuk pengujian kredibilitas dilakukan dengan berbagai cara yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu pengumpulan data.

5. Membercheck

Membercheck dilakukan pada subjek wawancara melalui cara-cara sebagai berikut: pertama langsung pada saat wawancara dalam bentuk penyampaian ide yang tertangkap peneliti saat wawancara. Kedua tidak langsung dalam bentuk penyampaian rangkuman hasil wawancara setelah peneliti mengetik dan menyusun menurut tertib masalah yang telah dirancang.

6. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dimaksudkan untuk menambah atau memperkuat apa yang terjadi, sebagai bahan untuk melakukan komparasi dengan hasil wawancara dan sejauh ada dokumentasi yang bisa diperoleh.

7. Observasi Langsung

Observasi dilakukan pertama pada seluruh aktivitas pelatihan, yang dilakukan para pejabat di Pusdiklat. Kemudian setelah observasi yang bersifat keseluruhan ini diperoleh data-data yang bersifat umum, maka peneliti akan lebih memfokuskan observasi pada kegiatan-kegiatan yang langsung terkait dengan fokus penelitian yakni pengelolaan pelatihan. Kemudian data hasil observasi dikomparasikan dengan studi dokumentasi, sebagai upaya untuk melihat konsistensi serta kesinambungan informasi yang diperoleh, sehingga layak dan dapat benar-benar menunjukan fenomena yang sebenarnya.


(37)

F. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif (Miles dan Hurberman,1992:20). Berdasarkan penulisan kembali baik dari alat rekaman maupun dari alat tulis, peneliti mengkategorisasi dan mengklasifikasi data. Pengolahan demikian dilakukan tidak secara simultan saat seluruh pendapat dari responden sudah terkumpul, tapi akan dilakukan setahap demi setahap, seiring dengan muncul dan berkembangnya masalah baru. Amat dimungkinkan subjek penelitian tidak mendapatkan materi wawancara yang sama. Hal ini berkaitan dengan pendalaman objek materi dari penelitian itu sendiri. Hasil tersebut kemudian dianalisis untuk melihat permasalahan secara mendalam.

Proses analisis data merupakan kegiatan telaah data yang terkumpul melalui observasi, wawancara mendalam maupun studi dokumen dan tertulis dalam catatan lapangan, transkrip wawancara maupun intisari dokumen untuk diketahui maknanya. Nasution (1996:126) mengemukakan, analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan, menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, tema atau kategori, sebab tanpa kategori atau klasifikasi data akan terjadi keruwetan. Secara lebih rinci Bogdan dan Biklen (1992:153) menjelaskan sebagai berikut: "Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others". Dengan demikian, analisis data merupakan pencarian dan pengaturan secara sistematis, transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut


(38)

116 agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, analisis data meliputi kegiatan mengerjakan data, menatanya, membaginya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan yang penting dan memilih apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang akan dilaporkan.

Selanjutnya analisis data penelitian dilakukan selama pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Miles dan Huberman (1992:73) menjelaskan bahwa, ana-lisis selama pengumpulan data memberikan kesempatan pada peneliti lapangan untuk berfikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru yang biasanya kualitasnya lebih baik, melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Analisis selama dan sesudah pengumpulan data, cenderung menjadi sangat bermanfaat bilamana dasar datanya sangat lengkap serta penelitian berada dalam tahapan analisis.

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengadaptasi model inter-aktif dari Miles dan Huberman (1992:20) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang berulang dan terus menerus yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Selanjutnya proses kegiatan analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut; (1) setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka seluruh data dalam bentuk catatan lapangan, memo, transkrip wawancara, dokumen-dokumen, dikumpulkan dan diberi nomor halaman berdasarkan kronologis waktu pengumpulannya, (2) peneliti mengadakan reduksi data yaitu kegiatan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pemilihan, dan transformasi data "kasar" yang


(39)

muncul dari catatan-catatan di lapangan; catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok serta difokuskan pada hai-hal yang penting, dengan perkataan lain; catatan lapangan (field note) disusun secara lebih sistematis, dicari tema-terna, (3) peneliti menelaah keseluruhan data dan mencatat kategori-kategori koding berdasarkan topik-topik atau pola-pola yang muncul secara teratur. Kategori koding ini ditulis dalam bentuk kalimat pendek. Data-data yang dicakup oleh kode tersebut diberi tanda garis bawah atau garis atas dengan Bolpoin atau pensil untuk menunjukkan satuan data yang termasuk dalam satu kategori koding, (4) setiap kategori yang ditemukan maupun satuan datanya masing-masing diberi nomor pasangan untuk memudahkan penemuannya, (5) penyajian data (display) sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian data yang ditampilkan dalam bentuk naratif, (6) setelah peneliti menemukan pola, tema, hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering muncul, maka langkah berikutnya berupa penarikan kesimpulan yaitu pemaknaan terhadap temuan penelitian, dan peneliti selalu mengadakan verifikasi secara lebih mendalam dengan cara mencari data baru agar temuan lebih terjamin validitasnya. Untuk memastikan temuan itu benar, representatif atau merupakan kesimpulan gejala umum, maka harus diperiksa melalui keabsahan data.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan(validitas) dan keandalan(reliabilitas) menurut versi "positivism" dan


(40)

118 disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri (Moleong, 1996:173). Konsep tersebut di atas (validitas, reliabilitas) lazim digunakan pada penelitian non kualitatif:

Keabsahan (validasi) data diperlukan teknik pemeriksaan, sedangkan pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Pada pe-nelitian naturalistic/kualitatif terdapat empat kriteria yang digunakan untuk validasi data yaitu dengan menetapkan derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan/kehandalan (dependability), dan kepastian (conformability), (Nasution,1996:149-151). Validitas dan keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data, untuk keperluan pengecekan, sebagai pembanding terhadap data yang sudah diperoleh.


(41)

BAB V

MODEL STRATEGI PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU DIKLAT

A. Premis yang Digunakan

Sistem manajemen pada organisasi yang unggul harus mampu melakukan perubahan, karena pengaruh lingkungan strategis yaitu faktor lingkungan internal organisasi maupun faktor lingkungan eksternal organisasi. Sweeny (2002: 397) pada bukunya yang berjudul Organization Behavior, Solution for Management, untuk melakukan perubahan yang berhasil harus mampu menerapkan: “Creating Readiness for Change”.

Proses perubahan pada organisasi harus mampu mengadopsi konsep organisasi belajar (Learning Organizations) dengan pendekatan TQM. Sweeny untuk melakukan perubahan dengan berhasil pemimpin organisasi, harus mampu mengkomunikasikan 5 (lima) dasar pemikiran sebagai berikut:

1. Menetapkan fokus pada pelanggan dan berusaha memberikan kepuasan

pelanggan

2. Pemberdayaan karyawan untuk membangun produktifitas dan mencegah

penyimpangan

3. Berkembangnya organisasi karena perubahan

4. Adanya keterbukaan komunikasi


(42)

234

Menurut asumsi yang penulis tetapkan untuk keberhasilan penerapan model stategi peningkatan manajemen mutu diklat di Pusdiklat dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO. Peneliti mengajukan asumsi yang melandasi pengajuan konsep model sebagai strategi konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, Pusdiklat Kemdiknas sebagai lembaga diklat aparatur pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, memiliki potensi yang kuat untuk mengembangkan dirinya. Hal ini terkait dengan tugas dan fungsinya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000, tentang pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Keputusan Menteri Nomor 23/O/2005 tentang organisasi dan tata kerja pusat-pusat di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, Pusdiklat berkedudukan di bawah dan bertangggungjawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Sebagai lembaga diklat yang strategis, maka perlu mengembangkan dirinya untuk menjadi lembaga diklat yang unggul

Kedua, setiap usaha pengembangan peningkatan mutu manajemen diklat memerlukan dukungan baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Kemampuan kepemimpinan merupakan faktor pendorong untuk mempercepat perubahan yang ada di Pusdiklat, untuk memantapkan perubahan secara konstruktif maka diperlukan upaya penciptaan iklim kerja yang kondusif. Komponen dari konsep dan instrumen kebijakan pengembangan yang disusun dengan mengacu kepada renstra dan kebijakan Kemdiknas, renstra Pusdiklat dan pemikiran kepala pusat dengan memberdayakan seluruh pejabat struktural dan fungsional dengan dukungan seluruh staf.


(43)

Ketiga, dari sisi kebutuhan organisasi, Pusdiklat Kemdiknas harus mampu melakukan perubahan yang mampu memberikan nilai tambah dalam peningkatan kompetensi PNS di lingkungan Kemdiknas pada unit utama, Perguruan tinggi seluruh Indonesia dan pusat-pusat. Untuk itu menuntut dikembangkannya pemberdayaan potensi Pusdiklat dengan mengadopsi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 sebagai sistem manajemen yang berstandar internasional untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang organisasi.

Keempat, dalam kerangka reformasi birokrasi di Kemdiknas, maka perbaikan dan peningkatan mutu diklat yang diselenggarakan di Pusdiklat Kemdiknas perlu mendapatkan dukungan secara penuh baik dari pengembangan sumberdaya yang meliputi: kompetensi penyelengara dan widyaiswara, pengembangan program diklat dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) dan pengembangan faslitas kampus yang mendukung peningkatan mutu pelayanan dalam pengembangan program dan fasilitas yang lebih moderen dan mampu memberikan sentuhan global.

Hasil penelitian yang dilakukan di Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan Nasional, dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, bahwa untuk membangun sistem penyelenggaraan diklat harus konsisten terhadap pedoman mutu yang telah ditetapkan, prosedur mutu, kebijakan mutu dan sasaran mutu.

Delapan prinsip manajemen mutu merupakan indikator yang dilakukan untuk menilai apakah sistem manajemen mutu yang telah diterapkan adalah efektif dengan dilakukan audit internal maupun ekternal secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.


(44)

236

Asumsi untuk mengembangkan model manajemen diklat Pusdiklat Kementerian Pendidikan Nasional dengan Indikator C-I-P-O-Oc sebagai indikator mutu ( modifikasi dari Abin Syamsudin, 2009) pada Bab II pada halaman 4. Dari hasil penelitian maka dapat di kemukakan asumsi-asumsi tersebut diatas.

B. Elemen-Elemen Konseptual Strategi Manajemen

1. Contexts dan Input

Kapasitas Kepemimpinan,

Manajemen diklat dengan mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dibutuhkan kepemimpinan visioner. Pemimpin yang visioner, dituntut harus mampu menunjukkan komitmennya terhadap pencapaian tujuan organisasi yaitu pencapaian visi dan misi.Penerapan SMM ISO 9001:2008, sesuai standar internasional mengharuskan bahwa pimpinan harus menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu.

Pada klausul 5.1, bahwa untuk memberikan arah yang jelas terhadap organisasi yang dipimpinnya, pemimpin harus mampu menunjukkan komitmen secara sungguh-sungguh dan harus diikrarkan secara internal dan eksternal yaitu harus mampu mengkomunikasikan dengan baik melalui proses secara lisan dan tertulis.

Klausul 5.1 yang dipersyaratkan oleh standar Internasional, dijelaskan: “ manajemen puncak harus memberikan bukti dari komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu dan terus-menerus meningkatkan keefektifannya” dengan :


(45)

1) berkomunikasi pada organisasi tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan dan memenuhi peraturan dan hokum yang berlaku.

2) menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu

3) memastikan sasaran mutu yang di buat efektif

4) melaksanakan tinjauan manajemen

5) memastikan tersedianya sumberdaya yang cukup.

Kapasitas kepemimpinan dengan penerapan standar Internasional SMM ISO 9001:2008 harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a) Visioner, yang dicirikan dengan context:

1) memahami tentang masa depan kebijakan pendidikan nasional, tentang

visi, misi, strategi dan standar ambang

2) mampu menghadapi tantangan global di bidang kemajuan peningkatan

mutu pendidikan .

3) melaksanakan misi Pendidikan Nasional

4) berupaya mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai yang

diamanatkan dalam renstra Pendidikan Nasional 2010-2014

b) Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan, dicirikan sebagai

1) memahami masalah yang muncul di organisasinya maupun di

lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

2) mampu mengambil keputusan secara tepat dan akurat.

3) mampu menjabarkan renstra Kemdiknas Pusdiklat menjadi program


(46)

238

4) mengembangkan strategi pengembangan dan penyelenggaraan diklat

yang inovatif dan memiliki keunggulan tertentu.

5) mampu mengimplementasikan kebijakan secara tepat.

c) Kepemimpinannya adaptable dan transformasional yang bercirikan

sebagai:

1) memiliki keterampilan menjalin hubungan komunikasi (human

relation) dengan pelanggan dan stakeholders yang memuaskan dan berhasil.

2) mampu menerapkan komunikasi yang efektif.

3) sigap menghadapi perubahan local, nasional dan global

4) proaktif dan Inovatif terhadap saran dan kritik yang disampaikan oleh

pelanggan dan stakeholders.

5) kemampuan adaptable yang tinggi, yaitu kemampuan untuk

menyesuaikan perubahan kebijakan yang bersifat nasional dengan menyesuaikan dengan kondisi organisasinya, serta mampu memenuhi tuntutan pelanggan dan stakeholders atas tugas dan tanggungjawabnya dalam pengembangan dan penyelenggaraan diklat di Pusdiklat Kemdiknas.

2. Proces

a. Mengembangkan proses produk jasa diklat yang unggul.

Untuk menghasilkan produk jasa diklat yang unggul dibutuhkan kriteria sebagai berikut :


(47)

1). Program diklat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelanggan, untuk menghasilkan program diklat yang sesuai dengan kebutuhan maka harus dilakukan penyusunan program antara lain :

a) melaksanakan Training Needs Analisys (TNA) yang efektif.

b) melakukan evaluasi penyelenggaraan diklat apakah program yang

telah dilakukan dapat memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.

c) Program diklat yang diselenggarakan merupakan proses yang

relevansi untuk peningkatan kinerja institusi/institusi peserta diklat

d) mampu memberikan penyebaran atau distribusi pelayanan yang

merata kepada unit institusi yang harus dilayani oleh Pusdiklat.

e) hasil evaluasi dampak diklat memberikan konstribusi yang positip

terhadap peningkatan kinerja institusi/organisasi karena meningkatnya kompetensi alumni peserta diklat.

2). Layanan kediklatan yang memenuhi standar

Pemberian layanan diklat yang memuaskan, maka lembaga diklat harus memiliki 3 komponen utama yaitu :

a) kurikulum (program diklat) yang mengacu kepada

perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

b) kompetensi dan kualifikasi SDM dan Widyaiswara yang memenuhi

standar dalam penyelenggaraan diklat instansi pemerintah.

c) sarana dan prasarana yang memadai dengan persyaratan yang


(48)

240

persyaratan akreditasi lembaga diklat sesuai dengan peraturan kepala LAN no2 tahun 2008 tentang pedoman akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah.

Pusdiklat Kemdiknas dalam penyelenggaraan diklat merupakan lembaga diklat di bawah Kementerian Pendidikan Nasional untuk mendapatkan penilaian “kelayakan” baik secara nasional maupun internasional, maka telah dilakukan penilaian akreditasi oleh Lembaga Administrasi Negara dan Badan Sertitifikasi SMM ISO 9001:2008.

Penilaian kelayakan sebagai lembaga diklat dilakukan oleh LAN sesuai dengan peraturan kepala LAN No 2 tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah. Sedangkan penilaian secara internasional dengan dilakukan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 oleh PT TUV Rheinland Internasional yang berpusat di negara Jerman.

3. Output

Kriteria output yang dihasilkan Pusdiklat Kemdiknas adalah :

a. Kompetensi alumni diklat

Penilaian kompetensi peserta diklat dilakukan sesuai dengan persyaratan program dan kurikulum diklat yang ditetapkan oleh Instansi pembina yaitu Lembaga Administrasi Negara berdasarkan keputusan Kepala LAN.


(49)

b. Pembinaan alumni.

Pembinaan alumni diklat Pusdiklat Kemdiknas, dilakukan dengan

mengembangkan jaringan komunikasi dengan Institusi unit utama dan pusat dilakukan dengan pengiriman program diklat secara berkala setiap awal tahun.

c. Mengembangkan jaringan alumni.

Untuk peningkatan mutu diklat di Pusdiklat, maka pengembangan jaringan alumni akan sangat membantu untuk menggali kebutuhan diklat yang diperlukan oleh stakeholders. Dengan adanya ikatan alumni yang kuat akan memberikan sumbangan pemikiran untuk penjaringan kebutuhan diklat dengan TNA yang efektif.

Jalinan komunikasi dengan alumni dilakukan dengan pembangunan website Pusdiklat sebagai sarana komunikasi untuk menginformasikan program diklat yang ditawarkan dan memberikan informasi terkini program peningkatan mutu yang di kembangkan di Pusdiklat.

4. Outcome

Mengukur outcome atau hasil pasca diklat, maka Pusdiklat setiap tahun harus melakukan evaluasi dampak diklat kepada sampel alumni diklat yang dipilih secara acak, berdasarkan jenis diklat yang di ikuti berdasarkan, dan mewakili setiap propinsi di Indonesia. Selain berdasarkan evaluasi pasca diklat untuk mengukur dampak ini setiap awal tahun di Pusdiklat dilakukan workshop analisis kebutuhan diklat prajabatan dengan lingkungan Perguruan Tinggi dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia untuk mengevaluasi hasil


(50)

242

penyelenggaraan diklat pada tahun yang lalu dan menginventarisasi permasalahan yang muncul selama pelaksanaan diklat parajabatan di daerah, sekaligus untuk mencari solusi secara bersama terhadap permasalahan yang muncul, sehingga apabila muncul permasalahan yang sama pada saat diselenggarakan kepala LPMP dapat mengatasi permasalahan dengan baik bersama mitra kerjanya Perguruan tinggi yang bersangkutan.

C. Kerangka Konseptual Model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Pusdiklat

Berdasarkan asumsi-asumsi dan elemen-elemen, maka gambaran strategi peningkatan mutu manajemen diklat dengan implementasi SMM ISO 9001:2008 di gambarkan sebagai berikut seperti pada gambar 5.1.

Pada bagan tersebut menjelaskan bahwa untuk meningkatkan manajemen mutu diklat perlu ada kemampuan kepemimpinan yang visioner yang mampu memberikan dorongan untuk melihat kekuatan dan tantangan Pusdiklat ke depan sebagai lembaga diklat yang strategis. Peningkatkan kompetensi SDM di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional dengan implementasi manajemen mutu diklat dengan indikator mutu C-I-P-O-Oc (Modifikasi dari Abin Syamsudin, 2009).

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, merupakan indikator proses implementasi manajemen mutu di organisasi dengan pendekatan TQM dan PDCA yang telah banyak diterapkan oleh organisasi dan institusi pendidikan di seluruh dunia. Kerangka model strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat seperti tertuang pada gambar 5.1


(51)

243 ! " # $ " %& '( )( *( + , -.

/ , 0

1(

2( 3 +

$ 4 #

5! !

!

'( .

)(

*( 6 7

3 7

7

!

8 ! 6

9 4 6 ! :;;'<);;= ! ! " ! ! ! 6 '( + )( *(

>(5 " 1(

2( ,

?( 3


(52)

244

D. Strategi dan Instrumen Pengembangan Sistem Manajemen

Sesuai hasil analisis SWOT terhadap Pusdiklat dengan kekuatan strategis di bidang pengembangan SDM Kemdiknas serta tantangan ke depan yang harus di hadapi, maka manajemen Pusdiklat mengimplikasikan pilihan strategi penerapan system manajemen mutu sebagai proses untuk melakukan strategi ready change dalam upaya penyelenggaraan diklat yang mampu menyusun program unggulan dan mampu memberikan pelayanan secara prima, sehingga peserta diklat yang datang ke Pusdiklat Kemdiknas memperolah peningkatan kompentensi yang dibutuhkan dan memberikan evaluasi yang memuaskan, sesuai dengan sasaran mutu yang direncanakan oleh Pusdiklat. Proses ini secara teoritik menggambarkan perubahan organisasi untuk menuju excellence organization di butuhkan transformasi sumberdaya secara menyeluruh, dengan membangun visi, misi, arah dan kebijakan organisasi. Adapun dalam merumuskan strategi dengan mengunakan konsep dan teori manajemen strategi, maka ada tiga tahapan proses dalam merumuskan suatu strategi

dalam organisasi yaitu: formulasi/perumusan strategi, implementasi/ penerapan strategi

dan evaluasi strategi dengan pendekatan manajemen strategi yang berbasis SMM ISO 9001:2008. Formulasi strategi meliputi pengembangan visi dan misi, pengembangan kebijakan mutu, identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan), identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman). Pada tahap implementasi strategi dilakukan dengan

menetapkan sasaran mutu, pemberian sosialisasi dan memotivasi karyawan,

mengalokasikan sumberdaya, sehingga formulasi strategi dapat dijalankan. Tahap evaluasi strategi merupakan tahap untuk menilai apakah penerapan strategi yang telah dilaksanakan efektif, pada tahap ini adalah melakukan peninjauan ulang apakah faktor


(53)

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) telah berubah atau tidak. Sedang dikaitkan dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 apakah sasaran mutu tercapai, apakah kepuasan pelanggan meningkat.

Ketiga Indikator ini dalam manajemen strategi sebagai bagian dari pengukuran kinerja suatu organisasi . Hasil pengukuran kinerja tersebut apabila tidak tercapai sesuai dengan sasaran mutu maka harus dilakukan tindakan koreksiatau perbaikan dan dipantau apakah proses perbaikan tersebut telah direncanakan dengan baik dan dilakukan pengukuran apakah efektif, apabila telah tercapai maka dilakukan upaya peningkatan kembali sehingga standar mutu pencapaianya lebih meningkat lagi.

Proses menghasilkan model manajemen strategi peningkatan manajemen mutu diklat Pusdiklat Kemdiknas, sebagai kebijakan strategik (strategic policy) untuk membangun lembaga diklat yang unggul. Untuk percepatan perubahan maka seluruh bagian dan unit kerja Pusdiklat, harus menstransformasikan strategi transformasi organisasi dengan mengimplementasikan SMM ISO 2001:2008 melalui proses mengintegrasikan 8 (delapan) prinsip manajemen mutu ISO 9001: 2008 ke dalam proses kegiatan diklat yang di laksanakan Pusdiklat.

Model ini merupakan upaya Pusdiklat untuk mengembangkan sumberdaya yang ada agar sebagai lembaga diklat dapat memberikan kontribusi secara nyata dalam rangka meningkatan kompetensi aparatur di lingkungan Kemdiknas melalui program diklat yang ditawarkan.


(54)

246

Model konseptual strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat, menggambarkan bahwa proses peningkatan mutu, merupakan proses jangka pendek, jangka menengah dan jangka ISO panjang sesuai dengan tahapan seperti yang direncanakan pada Renstra Pusdiklat 2010-2014. Pencapai tujuan renstra akan efektif kalau dikendalikan oleh Sistem Manajemen Mutu 9001:2008 sebagai alat penjaminan mutu (quality assurance)

E. Validitas Strategi Pengembangan Manajemen Diklat

Untuk menguji apakah model strategi pengembangan manajemen diklat Pusdiklat dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu yang dirasakan, maka peneliti melakukan proses penjaringan data dengan pemaparan konsep dengan metode Fokus Group Discussion(FGD), dan melakukan “Triangulasi “pendapat dari masukan Kepala Pusat Bapak Agus Dharma, PhD, lalu di dibandingkan dengan pendapat dari pejabat struktural, Widyaiswara dan staf Pusdiklat diperoleh hasil sebagai berikut .

Pengembangan visi dan misi yang jelas, serta penerapan SMM ISO 9001:2000 dan telah di up-grade ke versi ISO 9001:2008, telah memberikan pengalaman yang berharga bagi Pusdiklat dalam melakukan perubahan sistem manajemen dalam upaya peningkatan mutu layanan kediklatan.

Rumusan visi dan misi pusdiklat di kembangkan dalam kemasan pedonan mutu dan menjadi komitmen seluruh manajemen Pusdiklat dan staf untuk mengimplementasikan secara konsisten. Untuk membuktikan hal tersebut maka Kepala Pusat melakukan


(55)

proses soasialisasi dengan menerbitkan buku saku standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, Pusdiklat Pegawai Kementerian Pendidikan Nasional.

F. Implementasi Model Strategi Peningkatan Manajemen Mutu Diklat.

Hasil pengembangan model strategi peningkatan manajemen mutu Pusdiklat, merupakan kerangka dasar untuk membangun Pusdiklat yang unggul apabila ke empat premis yang diusulkan peneliti dapat dilaksanakan dengan baik.

Salah satu faktor pendukung yang sangat kuat adalah adanya sistem komunikasi internal yang efektif, komunikasi internal merupakan faktor yang sangat menentukan. Sistem manajemen mutu, menuntut organisasi untuk mengembangkan sistem komunikasi internal yang mudah diakses dan mudah untuk dilakukan mampu telusur apabila terjadi masalah dengan keputusan yang telah ditetapkan.

Konsep pengembangan sistem komunikasi internal dan ekternal akan sangat efektif apabila dalam prosesnya dibantu dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi berbasis web dan data base.


(1)

Murni,C.M.2008. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan Dampaknya Dalam Mutu Pelayanan Pendidikan. Tesis Pasca Sarjana UNINUS. Bandung; tidak diterbitkan

Muhadjir,N.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yokjakarta; Rake Sarasin.

Moekijat,1990. Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Perusahaan, Bandung; Penerbit Mandar Maju

Moleong.L.J.1996.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja. Rosdakarya. Nasution,S.M.A.1996.Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung; Tarsito. Nasution. S.M.A. 2003. Metode Researh.Jakarta; Bumi Aksara.

Nanang. F.2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Strategi Pemberdayaan Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung; Andira

Nawawi,H,1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta; Gajah Mada Universitas Press.

Nanus,B.1992. Kepemimpinan Visioner (alih bahasa oleh Frederik Ruma) 2001. Jakarta; Prenhallindo.

Nur Jali.2009. Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu 9001:2000 Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 1 Surabaya”. Tesis Univ Islam Surabaya: tidak diterbitkan.

PP No 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta; Depdiknas

Patton,M.Q.1990. Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.). Newbury Park,CA: Sage Publications,Inc.

Paul.D.Sweeney.2002.Organizational Behavior Solution for Management. The Mc.Graw Hill Companios

Pike and Barnes.R.1996. Total Quality Management in Action, London; Chapman & Hall.

Pidarta,M. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta; Bina Aksara

Pearce.II, J, Robinson,R.B.1996. Manajemen Strategik. Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta. Binarupa Akasara.

Philip C. Wankat, Frank,S.Oreovics. 1993. Teaching Egineering. New York; Mc – Graw-Hill


(2)

Psacharopoulos, G. 1987. Private and Public Initiatives: Working Together in Health and Education. Washington, D.C.;The World Bank.

Rangkuti,F.1999. Analisis SWOT: Tehnik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21”, Jakarta; Gramedia Pustaka Utama

Rachmat,1996. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung; Rosdakarya Rivai, V.2004. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta; Salemba Empat.

Rudi.S.2003. Sistem Manajemen Mutu ISO Penerapannya Untuk Mencapai TQM. Jakarta; PPM

Sallis,E.1993. Total Quality Management in Education.London; Kogan page Education Management Series.

Sallis,E.2003. Total Quality Manajement. London; Kogan Page. Philadelphia. Sallis,E.2006. Total Quality Manajemen in Education. Jogjakarta; IRCi SoD.

Sobana,S.2005.“Pengaruh Penerapan SMM ISO 9001:2000 dan Kapasitas Peserta Terhadap Penyelenggaraan Diklat“. Tesis.Bandung; tidak diterbitkan.

Satori, D. dan Komariah, A. 2009. Methodology Penelitian Kualitatif. Bandung; Alpabeta

Siagian, S,P. 2001. Audit Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Siagian, SP.1992. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta; Gunung Agung

Siagian, SP.1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung; Bumi Aksara

Siagian, SP.2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta; Penerbit Rineka Cipta.

Simamora,H,1997.Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta; Bagian

Penerbitan. STIE Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandun;. Alfabeta

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta.

Suhardan,D, Suharto,N, et.al. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung; Alfabeta. Susilo,W. 2003. Audit Mutu Internal. Jakarta; Vorqista Bina Mega.


(3)

Susilo,W.2006. Advenced Quality Audit. Jakarta; Vorqista Quality and Management Consultans

Sutisno,O.1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoretis untuk Praktek Propesional. Bandung; Angkasa.

Spanbauer, S.J. (1992). “A Quality System for Education, American Society for Quality Control. Standards”. ASQC Quality Press, Milwaukee, Wisconsin.

Steers RM, Porter, LW.1996. Motivation and Leadership at Work; 6 th ed New York; Mc. Graw Hill.

Sweeney,P.D,Mc.Farlin,DB.2002. Organizational Behavior Solutions for Management. New York; Mc Graw- Hill Companies,Inc.

Terry,G.R.1986. Asas–Asas Manajemen.Terjemahan Winardi, Bandung; Alumni. Tjandrasa.H.1992. Kajian Kesiapan PT. Big.Fashion Garmentama Industri Untuk

Implementasi ISO 9002.

Tjiptono,F.1997. Prinsip-Prinsip. Total Quality Service. Yogjakarta; Andi Offset. Tjiptono,F.Chandra,G.2007. Service Quality Satisfaction.Yogjakarta; Andi Offset Tjiptono,F.A dan Syakhrosa.1999. Kepemimpinan Transformational “Manajemen dan

Usahawan Indonesia” no 9, hal 5-13

The International Organization For Standardization.2000. Quality Manajemen Systems: Terms and vocabulary ISO 9000: 2000, Geneva: ISO

The International Organization For Standardization,2000. Quality Manajemen Systems: Guidelines For Performance improvement ISO 9000: 2008, Geneva: ISO. Usman,H.2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta; Bumi

Akasara.

Usman,H.2009. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta; Bumi Akasara.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakart;. Biro Hukum dan Organisasi.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009. Pelayanan Publik.


(4)

Lembaga Administrasi Negara.2008. Kajian Paradigma, Membangun Organisasi Belajar (Building Learning Organization), Jakarta

Lembaga Administrasi Negara.2008. Kajian Paradigma, Membangun Organisasi Belajar (Building Learning Organization), Jakarta

Lembaga Administrasi Negara.2004. Kajian Manajemen Stratejik. Jakarta; Bahan Ajar Diklat PIM tingkat 2.

Lofland, J. And Lofland, L.H.(1981). Analysing Sosial Setting: A Guide to Quantitative Observation and Analysis. Belmot Cal:Woodswort Publishing Company.

Veithzal, R. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta; PT.Raja Grafindo Wahyudi, B. (1990). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung; BPFE.

Wahyuni. D .E .(2003). Manajemen Kualitas. Universitas Terbuka

Wether Jr., W.B. E. Davis, Keith, I997. Human Resource And Personel! Management, Fifth Edition Mc. Graw Hill, Inc.

Whitaker,Patrick.1978. Managing Change in School. Philadelphi;.University Press Buckingham.

Whitaker James B, 1995. The Government Performance and Result Act Of 1993: A Mandate for Strategic Planning and Performance Measurement, Educational Services Institute, Arlington,Virginia

Widodo, J. 2001, Good Governance, Telaah dari Dimensi.

Yoder,D,1962. Personel Principles and Policies, Prentice Hall Inc, Maruzen Company Ltd, Second Edition.

Journal.

Boediono & Ghozali, Abbas.1999. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan: Pendekatan Fungsi Produksi Pendidikan”. Journal pendidikan dan kebudayaan (Jakarta), 020, 1999: 1-24

Cronin ,J.J.and S,S.Taylor.1992. “Measuring Service Quality: A Reexamination and EXTENSION”, Journal Of Marketing, Vol 56,pp.55-68


(5)

Cronin ,J.J.and S,S.Taylor.1994. “SERVPERF Versus SERVQUAL: Reconciling Performance- Based and Perception- Minus Expectations Measurement of service Quality”, Journal Of Marketing, Vol 58,pp.125-131

Elliot.1993. Management of Quality in Computing Systems Education: ISO 9000 series Quality Standards Applied. Journal of System Management. September, 6-11 Singh,C.D dan Sareen,K. 2006. “ Effectiveness of ISO 9000 standards in Indian

Educational Institutions: a Survey”. International Journal Services Tehnologi and Management, 07(4)

Yulius Suryo Pidekso dan Th. Agung M. Harsiwi.2001. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi ,diterbitkan oleh Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta 5(1) Parasuraman,A., V,A. Zeitham, and L,L.Berry .1988.” SERVQUAL:A Multiple- Item

Scale for Measuring Consumer Preceptions of Service Quality”. Journal of Retailing, Vol.64, Spring, pp.12-40.

Samat,N. 2008. “Do ISO Certified SME’s have Higher Quality Practices”. Internacional Journal of Bussiness and Management 3(3) School of Management Universiti Sains Malaysia. Empirical Insights from the Northern Region of Malaysia”.

Ziethaml,V.A. 2000. Service Quality. Profitability and The Economic Worth of Customers; What We know and What we need to learn. Journal of The Academic of Marketing Science,28 (1) p.67-85

Internet .

Suharsaputra. U .2010. Quality Of Education And Cost Of Education , tersedia di http://uharsputra.wordpress.com/artikel/quality-of-education/

Pawrowski ,J.M. 2007. The Quality Adaptation Modle; Adaption and Adoption Of The Quality Standar ISO/ IEC. 19796-1 for learning, education, and Training. Tersedia di www.ifets.info/journals/10.2/2.pdf.

Widodo,Astu.2009. Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada Pendidikan Dan Pelatihan di PPPPTK/VEDC Malang (Studi Kasus di PPPPTK/VEDC. Tersedia di


(6)