PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

(1)

PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

MIA KHAERUNNISA 0902044

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA

Oleh Mia Khaerunnisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Mia Khaerunnisa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA

Oleh: Mia Khaerunnisa

NIM.0902044

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dra. Heni Rusnayati, M.Si NIP. 196102021989012001

Pembimbing II,

Winny Liliawati, S.Pd, M.Si. NIP. 197812182001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 1968070311992032001


(4)

Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) untuk Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep

Siswa SMA

Mia Khaerunnisa, NIM. 0902044, Pembimbing I: Dra. Heni Rusnayati, M.Si., Pembimbing II: Winny Liliawati, S.Pd, M.Si., Jurusan Pendidikan Fisika

FPMIPA UPI

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penguasaan konsep yang masih rendah, dimana nilai ulangan harian siswa dibawah KKM dan dalam proses pembelajaran tidak melatihkan keterampilan proses sains. Sehingga dilakukan penelitian untuk memperoleh profil keterampilan proses sains dan mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa. Desain penelitian adalah One Group Pretest-Posttest Design menggunakan pembelajaran dengan metode Experimenting and Discussion (ED). Sampel penelitian adalah salah satu kelas X pada SMA di Cimahi yang berjumlah 35 siswa. Pengambilan data pada penelitian ini melalui lembar observasi keterampilan proses sains dengan delapan aspek keterampilan proses sains, tes keterampilan proses sains berupa soal pilihan ganda 12 soal dengan tiga aspek keterampilan proses sains untuk post-test, tes penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda 28 soal untuk pre-test dan post-test. Setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED) diperoleh persentase rata-rata keterampilan proses sains berdasarkan lembar observasi sebesar 76,35%, berdasarkan tes keterampilan proses sains sebesar 79,43% dan rata-rata gain ternormalisasi penguasaan konsep siswa sebesar 0,66. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dapat memperoleh profil keterampilan proses sains dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Kata Kunci : Experimenting and Discussion, Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep


(5)

Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) untuk Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep

Siswa SMA

Mia Khaerunnisa, NIM. 0902044, Pembimbing I: Dra. Heni Rusnayati, M.Si., Pembimbing II: Winny Liliawati, S.Pd, M.Si., Jurusan Pendidikan Fisika

FPMIPA UPI

ABSTRACT

This research was suggested by the low level of mastery of concepts, where the value of daily students test score under KKM and the students learning process was not trained well with science process skills. So, the research was conducted to gain of the science process skills profile and to knowing gain students mastery of concepts. Research design was One Group Pretest and Posttest Design that teaching and learning processes used Experimenting and Disscussion (ED) method. Sample of this research was one of grade X in Senior High School in Cimahi with 35 students. The data in this study was retrieved through observation sheets of science process skills with eight aspects of science process skills, science process skills test in the form of questions about multiple choice of 12 question with three aspects of science process skills for post-test and test mastery of concepts in the form of questions about multiple choice 28 question for pretest-posttest. After the method of Experimenting and Discussion (ED) was applied, obtained an average percentage of science process skills based on observation sheet at 76.35%, based on science process skills test at 79.43 %, and average normalized gain student’s mastery of concepts at 0,66. Thus, it can be concluded that the application of Experimenting and Disscussion (ED)’s method can discover profile of science process skills, and gain student’s mastery of concepts. Keywords: Experimenting and Discussion, Science Process Skill, Mastery of


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Metode Experimenting and Discussion (ED) ... 8

B. Keterampilan Proses Sains ... 13

C. Penguasaan Konsep ... 15

D. Hubungan antara Metode Experimenting and Discussion (ED) dan Keterampilan Proses Sains ... 18

E. Kerangka Pemikiran ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

D. Instrumen Penelitian... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Prosedur Penelitian... 27

G. Teknik Analisis Instrumen Tes ... 31

H. Teknik Pengolahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dipelajari dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Agar suatu proses penemuan dapat dilaksanakan dengan baik, hendaknya proses pembelajaran dapat melatihkan berbagai keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran Fisika ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menyatakan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan sarana mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Selanjutnya, mata pelajaran Fisika sebagai sarana menguasai konsep dan prinsip Fisika serta keterampilan dan sikap ilmiah (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Selain itu, pada tahun 2013 ini, mulai dikembangkan kurikulum untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Dari uraian tersebut tampak bahwa penyelenggaran mata pelajaran Fisika di SMA tidak hanya memperhatikan hasil akhirnya saja, tetapi dilihat juga pada saat proses pembelajaran berlangsung. Apabila proses pembelajaran baik, maka akan didapatkan hasil akhir yang baik pula. Proses pembelajaran yang baik yaitu proses pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman kepada siswa untuk melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains pada keterampilan memprediksi, keterampilan mengukur, keterampilan mengamati, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan berkomunikasi, keterampilan membuat grafik dan keterampilan


(8)

mendefinisikan secara operasional agar siswa dapat menguasai konsep dan prinsip Fisika serta mengembangkan pengetahuannya.

Namun fakta dilapangan, berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi proses pembelajaran dan wawancara yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Cimahi didapatkan bahwa secara umum proses pembelajaran Fisika masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran hanya mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa (teacher center), dimana siswa lebih banyak mendengar dan menulis informasi yang disampaikan oleh guru sehingga keterampilan proses sains yang ada dalam diri siswa tidak terlatihkan.

Selain itu, berdasarkan nilai ulangan harian didapatkan bahwa masih banyak siswa yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mata pelajaran Fisika untuk kelas X di sekolah tersebut yaitu 70. Pada ulangan harian pertama dimana proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen terdapat 20 siswa yang nilainya dibawah nilai KKM dengan persentase 54,05%. Pada nilai ulangan harian kedua, ketiga dan keempat yang menggunakan metode ceramah secara berturut-turut yaitu terdapat 25 siswa dengan persentase 67,56%, terdapat 25 siswa dengan persentase 67,56% dan terdapat 23 siswa dengan persentase 62,16% yang nilainya dibawah nilai KKM. Dari data ulangan harian tersebut menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa masih rendah.

Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan proses sains dan meningkatkan penguasaan konsep siswa. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode Experimenting and Discussion (ED). Metode Experimenting and Discussion (ED) merupakan penggabungan dari dua metode yaitu metode eksperimen dan metode diskusi. Langkah-langkah metode Experimenting and Discussion (ED) pada penelitian ini, yaitu: guru mengawali pertemuan dengan melakukan percobaan didepan kelas, siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaan dan mencatatnya, siswa memberikan penjelasan dari prediksi hasil percobaan dan siswa dikelompokkan berdasarkan prediksinya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan prediksinya, siswa mengamati percobaan yang


(9)

dilakukan dan mencatat hasil percobaan, siswa menyusun laporan percobaan, siswa mempresentasikan laporan percobaan, kemudian berdiskusi antar kelompok.

Metode Experimenting and Disscussion (ED) pernah diterapkan di suatu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kroasia selama satu semester penuh pada siswa kelas XII. Dari hasil penerapan metode tersebut, terdapat perubahan pada sikap dan keyakinan siswa. Diharapkan metode ini juga dapat melatihkan keterampilan proses sains yang ada dalam diri siswa dan adanya peningkatan penguasaan konsep siswa SMA di Indonesia.

Dari uraian latar belakang diatas, penulis mengambil judul pada penelitian ini adalah “Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) untuk

Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:Bagaimana profil keterampilan proses sains dan peningkatkan penguasaan konsep siswa SMA setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED)?”

Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah diatas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana profil keterampilan proses sains siswa SMA setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED)?

b. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa SMA setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED)?

2. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:


(10)

a. Profil keterampilan proses sains dalam penelitian ini mengacu pada teori Karen L. Ostlund pada level tiga. Profil keterampilan proses sains dilihat melalui lembar observasi dan tes keterampilan proses sains. Pada lembar observasi, profil keterampilan proses sains yang dilihat ada delapan aspek yaitu keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mengukur, keterampilan mengamati, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan membuat grafik dan keterampilan mendefinisikan secara operasional sedangkan pada tes keterampilan proses sains yang dilihat hanya ada tiga aspek yaitu keterampilan berkomunikasi, keterampilan menginterpretasi data dan keterampilan mendefinisikan secara operasional.

b. Peningkatan penguasaan konsep yang dimaksud adalah adanya peningkatan skor penguasaan konsep antara skor pre-test sebelum diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED) dan skor post-test setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED). Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif menurut Anderson pada aspek C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis).

3. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu metode Experimenting and Discussion (ED) sedangkan variabel terikat pada penelitian ini yaitu keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa.

4. Definisi Operasional

a. Metode Experimenting and Discussion (ED)

Metode Experimenting and Discussion (ED) merupakan suatu metode pembelajaran yang menggabungkan antara metode experimenting (eksperimen) dan metode discussion (diskusi). Langkah Experimenting and Discussion (ED) yaitu guru mengawali pertemuan dengan melakukan percobaan didepan kelas kemudian siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaan dan mencatatnya. Setelah itu, siswa diminta


(11)

untuk memberikan penjelasan dari prediksinya kemudian dikelompokkan berdasarkan prediksinya. Untuk membuktikan prediksinya, siswa melakukan percobaan, kemudian mengamati percoban dan menuliskan data hasil percbaan. Setelah percobaan selesai, kemudian siswa menyusun laporan percobaan dan mempresentasikan laporan percobaan, dan terjadi diskusi antar kelompok. Instrumen metode Experimenting and Discussion (ED) menggunakan format lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dengan melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa. Hasil dari lembar observasi ini berupa skor yang diolah untuk mengetahui persentase keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED).

b. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah keterampilan ilmiah yang mencakup keterampilan intelektual, manual dan sosial yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan fakta, konsep dan prinsip IPA. Profil keterampilan proses sains dalam penelitian ini mengacu pada teori Karen L. Ostlund pada level tiga. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains yaitu dengan menggunakan lembar observasi dan tes keterampilan proses sains. Pada lembar observasi terdapat tiga aspek keterampilan proses sains yang dilihat langsung oleh observer selama proses pembelajaran menggunakan metode Experimenting and Discussion (ED) yaitu keterampilan mengamati, keterampilan mengukur dan keterampilan berkomunikasi sedangkan lima aspek keterampilan proses sains yang lainnya dilihat dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yaitu keterampilan memprediksi, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan membuat grafik, dan keterampilan mendefinisikan secara operasional. Hasil dari lembar observasi ini berupa skor yang diolah untuk mengetahui profil keterampilan proses sains siswa. Tes keterampilan proses sains yang diukur yaitu pada keterampilan berkomunikasi,


(12)

keterampilan menginterpretasi data dan keterampilan mendefinisikan secara operasional. Tes ini dilakukan pada saat post-test saja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil keterampilan proses sains setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED).

c. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang tidak hanya sekedar mengetahui atau menghapal konsep-konsep, melainkan juga benar-benar memahaminya dengan baik, serta mampu menerapkannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep yang digunakan yaitu kemampuan kognitif menurut Anderson. Instrumen yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa melalui tes dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 28 soal pada aspek C1 (pengetahuan) dengan indikator mendefinisikan, C2 (pemahaman) dengan indikator menentukan dan membandingkan, C3 (penerapan) dengan indikator menentukan dan menerapkan, C4 (analisis) dengan indikator menganalisis, menentukan dan mengelompokkan. Instrumen ini diberikan sebanyak dua kali yaitu pada saat pre-test dan post-test. Peningkatan penguasaan konsep dilihat dari skor pre-test dan skor post-test.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Memperoleh gambaran profil keterampilan proses sains siswa. 2. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dengan penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) ini diharapkan dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran alternatif dalam mengetahui profil keterampilan proses sains dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(13)

E. Struktur Organisasi

Pada bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Pada bab II kajian pustaka terdiri dari metode Experimenting and Discussion (ED), keterampilan proses sains, penguasaan konsep, hubungan antara metode Experimenting and Discussion (ED) dan keterampilan proses sains serta kerangka pemikiran. Pada bab III metodologi penelitian terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, teknik analisis instrumen tes dan teknik pengolahan data. Pada bab IV hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis hasil temuan. Pada bab V kesimpulan dan saran terdiri dari kesimpulan terhadap hasil analisis temuan penelitian, saran atau rekomendasi untuk penelitian yang telah dilakukan.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010:203). Pendapat yang selaras dikemukakan oleh Sukmadinata (2011:52) menyatakan bahwa

“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental. Metode Pre-Experimental bertujuan untuk memperoleh data dengan memanipulasi variabel-variabel yang sulit dikontrol. Penelitian yang dilakukan didalam kelas tidak memungkinkan mengontrol semua variabel yang relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat, dimana hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode Quasi Experiment, dimana metode ini menggunakan rancangan yang memungkinkan dapat mengendalikan situasi yang ada.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Pada desain ini, penelitian dilakukan pada satu kelas saja sebagai kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding. Tes penguasaan konsep dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan post-test, sehingga diharapkan akan terlihat pengaruh perlakuan (treatment) terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.

Sebelum perlakuan (treatment), siswa terlebih dahulu mengerjakan pre-test berupa soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Setelah itu, siswa diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan metode


(15)

Experimenting and Discussion (ED). Selama diberi perlakuan (treatment) metode Experimenting and Discussion (ED) dilihat bagaimana keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. Lalu setelah pembelajaran berakhir, siswa diberi post-test berupa soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep siswa dan tes keterampilan proses sains. Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1

One Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2013:111) Keterangan:

O1 = Pre-test (tes awal) dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan.

X = Treatment (perlakuan) yaitu penerapan metode Experimenting and Discussion (ED).

O2 = Post-test (tes akhir) dilakukan setelah diberi perlakuan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013:117).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kota Cimahi tahun ajaran 2012/2013 yang tersebar dalam sepuluh kelas.

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut” (Sugiyono, 2013:118). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. “Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel” (Sugiyono, 2013:122). Jenis nonprobability sampling yang digunakan yaitu sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Hal ini berdasarkan


(16)

pertimbangan dari peneliti sendiri dan saran guru mata pelajaran Fisika di sekolah tersebut. Selain itu, dipertimbangkan pula jadwal pembelajaran Fisika yang sesuai dengan peneliti, maka menetapkan kelas X-3 sebagai sampel penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Menurut Arikunto (2010:193) mengungkapkan

bahwa “Instrumen penelitian secara garis besar digolongkan menjadi dua macam, yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes”. Instrumen yang bersifat tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa dan keterampilan proses sains siswa sedangkan instrumen non-tes digunakan untuk keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dan mengetahui profil keterampilan proses sains. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah materi kalor. Perangkat pembelajaran untuk penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Penelitian dilakukan selama tiga kali pertemuan.

1. Instrumen Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”

(Arikunto, 2010:193). Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa dan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan soal objektif berupa tes pilihan berganda sebanyak 28 soal dengan lima pilihan jawaban. Tes penguasaan konsep ini dilakukan dua kali yaitu pre-test dan post-test sedangkan tes keterampilan proses sains hanya dilakukan satu kali pada saat post-test saja.

Langkah-langkah untuk menyusun instrumen tes, yaitu:

a. Menyusun kisi-kisi untuk penyusunan instrumen penelitian, dalam hal ini soal mata pelajaran Fisika SMA kelas X, materi kalor.


(17)

c. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat kepada dua orang dosen dan satu orang guru Fisika.

d. Melakukan revisi dan melakukan judgment ulang.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa yang memiliki kesamaan dengan kelas sampel penelitian.

f. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada hasil uji coba instrumen.

2. Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dan mengetahui profil keterampilan proses sains. Instrumen non-tes yang

digunakan berbentuk format observasi. “Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2011:220). Berdasarkan pengertiannya, maka observasi dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan observer. Jenis observasi yang digunakan yaitu observasi sistematis, yang dilakukan oleh observer dengan menggunakan pedoman pengamatan. Pengisian lembar observasi dengan metode check-list (√).

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep merupakan tes yang berbentuk pilihan berganda yang berjumlah 28 soal dengan lima pilihan jawaban. Tes Penguasaan konsep yang digunakan yaitu kemampuan kognitif menurut Anderson pada aspek C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis). Soal ini terdiri dari tiga soal pada aspek C1 (pengetahuan) dengan


(18)

indikator mendefinisikan, sebelas soal pada aspek C2 (pemahaman) dengan indikator menentukan dan membandingkan, delapan soal pada aspek C3 (penerapan) dengan indikator menentukan dan menerapkan, dan enam soal pada aspek C4 (analisis) dengan indikator menganalisis, menentukan dan mengelompokkan. Tes penguasaan konsep dilakukan sebanyak dua kali yaitu pre-test dan post-test. Hal ini dilakukan agar terlihat adanya peningkatan penguasaan konsep siswa.

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes keterampilan proses sains merupakan tes yang berbentuk pilihan berganda yang berjumlah 12 soal dengan lima pilihan jawaban. Soal ini terdiri atas dua soal pada keterampilan berkomunikasi, tujuh soal pada keterampilan menginterpretasi data dan tiga soal pada keterampilan mendefinisikan secara operasional. Tes ini dilakukan satu kali pada saat post-test saja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil keterampilan proses sains setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED).

3. Observasi Keterlaksanaan Metode Experimenting and Discussion (ED)

Format lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dengan melihat aktivitas guru dan siswa. Pengisian lembar observasi dengan metode check-list (√). Dalam lembar ini juga terdapat kolom keterangan untuk memuat saran-saran observer terhadap kekurangan-kekurangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi ini kemudian dikoordinasikan kepada observer.

4. Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

Format lembar observasi keterampilan proses sains siswa berisi aspek-aspek keterampilan proses sains yang mengacu pada teori Karen L. Ostlund pada level tiga. Aspek keterampilan yang diukur yaitu keterampilan mengamati, keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan mengukur, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan membuat grafik dan keterampilan mendefinisikan secara operasional. Selain itu, berisi petunjuk pengisian berupa rubrik penilaian keterampilan proses sains untuk masing-masing


(19)

aspekyang diukur atas empat kriteria pencapaian, mulai dari skor satu yang menandakan tidak tercapai (teramati) keterampilan yang diukur sampai dengan skor empat yang menandakan teramatinya ketercapaian ideal dari keterampilan yang diukur. Pengisian lembar observasi dengan metode check-list (√). Pada pengisian lembar observasi ini ada tiga aspek keterampilan proses sains yang dilihat langsung oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung yaitu keterampilan mengamati, keterampilan mengukur dan keterampilan berkomunikasi sedangkan lima keterampilan proses sains yang lainnya dilihat dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yaitu keterampilan memprediksi, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan membuat grafik, dan keterampilan mendefinisikan secara operasional. Lembar observasi ini kemudian dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap isi dari lembar observasi tersebut.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa hal, yaitu:

a. Melakukan pengkajian dan penelaahan teori-teori terkait penelitian agar penelitian berdasarkan teori yang kuat (studi pustaka). Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai metode Experimenting and Discussion (ED), keterampilan proses sains dan penguasaan konsep sesuai dengan masalah yang dikaji.

b. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi observasi langsung proses kegiatan pembelajaran Fisika di kelas, melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran Fisika, menyebarkan angket pada siswa, menganalisis nilai ulangan harian Fisika. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan proses pembelajaran yang terjadi.


(20)

c. Melakukan studi kurikulum SK dan KD mata pelajaran Fisika mengenai materi yang akan dijadikan penelitian.

d. Menyusun perangkat pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan bimbingan dari dosen pembimbing.

e. Menyusun instrumen penelitian seperti format observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED), format observasi keterampilan proses sains, soal penguasaan konsep dan soal keterampilan proses sains, dengan bimbingan dari dosen pembimbing.

f. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat untuk melaksanakan penelitian dan membuat surat ijin penelitian.

g. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.

h. Menyerahkan soal penguasaan konsep, soal keterampilan proses sains dan lembar observasi keterampilan proses sains kepada dua orang dosen dan guru mata pelajaran Fisika untuk di judgment.

i. Melakukan uji coba soal penguasaan konsep dan soal keterampilan proses sains yang telah mendapatkan judgment.

j. Menganalisis hasil uji coba penguasaan konsep dan soal keterampilan proses sains meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai untuk pre-test dan post-test.

l. Memilih dan berkoordinasi dengan observer, supaya penelitian berjalan dengan lancar.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan beberapa hal, yaitu:

a. Memberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai penguasaan konsep.

b. Memberikan treatment (perlakuan) dengan menggunakan metode Experimenting and Discussion (ED).

c. Melakukan pengamatan keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dan pengamatan keterampilan proses sains siswa oleh


(21)

observer selama treatment (perlakuan) metode Experimenting and Discussion (ED).

d. Memberikan post-test pada sampel penelitian mengenai penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dengan instrumen yang sama dengan pre-test.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini dilakukan beberapa hal, yaitu:

a. Mengolah data hasil pre-test dan post-test mengenai penguasaan konsep, data hasil post-test mengenai keterampilan proses sains, lembar observasi keterampilan proses sains (berdasarkan observasi langsung dan LKS) dan lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED).

b. Menentukan profil keterampilan proses sains siswa dilihat dari lembar observasi dan hasil post-test.

c. Menentukan peningkatan penguasaan konsep siswa. d. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.

f. Mengevaluasi hasil penelitian untuk melihat kekurangan dan hambatannya, serta memberikan saran untuk penelitian yang lebih baik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut:


(22)

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

dan KD Fisika

Judgment Instrumen

Pre-test

Post-test

Pengolahan dan Analisis Studi Pendahuluan

Studi Literatur

Uji Coba Instrumen

Penyusunan Laporan

Kesimpulan

Menyusun Perangkat Pembelajaran Menyusun

Instrumen Penelitian Sampel

Penelitian

Analisis Uji Coba Instrumen


(23)

G. Teknik Analisis Instrumen Tes

Instrumen penelitian tes bisa digunakan dalam penelitian jika sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji coba instrumen. Uji coba instrumen diberikan kepada kelas yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelas sampel penelitian. Setelah diujicobakan, instrumen ini dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

1. Validitas

“Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen” (Arikunto, 2010:211). Apabila dilihat dari cara pengujiannya didasarkan pada validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian butir soal dengan instrumen secara keseluruhan. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan Pearson’s Product Moment dengan angka kasar, sebagai berikut:

=

... (Persamaan 3.1)

(Arikunto, 2009:72) Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y X = Jumlah benar per item

Y = Jumlah skor total

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan validitas soal digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal

Nilai rxy Kriteria

0,81 - 1,00 Sangat tinggi 0,61 - 0,80 Tinggi 0,41 - 0,60 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat Rendah


(24)

2. Reliabilitas

“Reliabilitas menunjukkan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2010:221). Reliabilitas dapat diartikan ketetapan suatu tes atau soal. Suatu tes memiliki ketetapan apabila hasilnya tetap bila digunakan untuk mengukur hal yang sama walaupun waktu dan subyeknya berlainan. Indikator suatu tes reliabilitas yaitu hasil ukur konsisten, benar apa yang diukur dan nilai ketetapan tinggi. Untuk menghitung tingkat reliabilitas instrumen dapat dilakukan menggunakan rumus K-R.20, sebagai berikut:

=

... (Persamaan 3.2)

(Arikunto, 2009:100) Keterangan:

11

r = Koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan p = Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q = Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

∑ pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan reliabilitas soal digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Tingkat Reliabilitas

Nilai r11 Kriteria

0,81 - 1,00 Sangat tinggi 0,61 - 0,80 Tinggi 0,41 - 0,60 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat Rendah


(25)

3. Daya Pembeda

“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2009:211). Daya pembeda butir soal dapat dihitung dengan persamaan, sebagai berikut:

D

=

... (Persamaan 3.3)

(Arikunto, 2009:213) Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda, digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda

Nilai Kategori

0,00 – 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik sekali

Negatif Semua tidak baik

(Arikunto, 2009:218)

4. Tingkat Kesukaran

“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar” (Arikunto, 2009:207). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

JS

B

P ... (Persamaan 3.4)


(26)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran soal digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Tingkat Kesukaran

Nilai Kategori

0,00 – 0,25 Sukar 0,26 – 0,75 Sedang 0,76 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009:207)

5. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa yang memiliki karakteristik yang sama dengan siswa yang menjadi sampel penelitian. Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan pada hari sabtu tanggal 27 April 2013 kepada siswa SMA kelas XI IPA di sekolah yang sama dengan sampel penelitian. Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Sehingga diperoleh instrumen tes yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

No Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,054 Sangat Rendah 0,625 Sedang 0,15 Jelek Dibuang 2 0,369 Rendah 0,575 Sedang 0,45 Baik Dipakai 3 0,538 Cukup 0,65 Sedang 0,5 Baik Dipakai 4 0,441 Cukup 0,825 Mudah 0,35 Cukup Dipakai 5 0,423 Cukup 0,575 Sedang 0,35 Cukup Dipakai 6 0,326 Rendah 0,775 Mudah 0,35 Cukup Dipakai 7 0,232 Rendah 0,475 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 8 0,606 Tinggi 0,575 Sedang 0,55 Baik Dipakai 9 0,488 Cukup 0,475 Sedang 0,45 Baik Dipakai


(27)

No Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

10 0,481 Cukup 0,45 Sedang 0,3 Cukup Dipakai 11 0,745 Tinggi 0,45 Sedang 0,7 Baik

Sekali Dipakai 12 0,234 Rendah 0,725 Sedang 0,15 Jelek Dibuang 13 0,537 Cukup 0,3 Sedang 0,4 Baik Dipakai 14 0,632 Tinggi 0,65 Sedang 0,6 Baik Dipakai 15 0,353 Rendah 0,425 Sedang 0,35 Cukup Dibuang 16 0,646 Tinggi 0,475 Sedang 0,55 Baik Dipakai 17 0,328 Rendah 0,6 Sedang 0,3 Cukup Dipakai 18 0,360 Rendah 0,725 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 19 0,534 Cukup 0,5 Sedang 0,5 Baik Dipakai 20 0,611 Tinggi 0,525 Sedang 0,55 Baik Dipakai 21 0,347 Rendah 0,25 Sukar 0,3 Cukup Dipakai 22 0,535 Cukup 0,425 Sedang 0,45 Baik Dipakai 23 0,573 Cukup 0,675 Sedang 0,45 Baik Dipakai 24 0,619 Tinggi 0,225 Sukar 0,35 Cukup Dipakai 25 0 Sangat Rendah 0 Sukar 0 Jelek Dibuang 26 0,054 Sangat Rendah 0,375 Sedang 0,05 Jelek Dibuang 27 0,333 Rendah 0,7 Sedang 0,3 Cukup Dipakai 28 0,473 Cukup 0,475 Sedang 0,45 Baik Dipakai 29 0,436 Cukup 0,6 Sedang 0,4 Baik Dipakai 30 0,086 Sangat Rendah 0,425 Sedang 0,15 Jelek Dibuang 31 0,438 Cukup 0,525 Sedang 0,45 Baik Dipakai 32 0,310 Rendah 0,525 Sedang 0,35 Cukup Dipakai 33 0,484 Cukup 0,575 Sedang 0,55 Baik Dipakai 34 0,261 Rendah 0,65 Sedang 0,3 Cukup Dipakai

Realibilitas 0,854

Kriteria Sangat Tinggi

Dari data hasil uji coba instrumen pada Tabel 3.6, yaitu: a. Validitas

 4 soal termasuk kriteria sangat rendah dengan persentase 11,76%.

 11 soal termasuk kriteria rendah dengan persentase 32,35%.

 13 soal termasuk kriteria cukup dengan persentase 38,23%.

 6 soal termasuk kriteria tinggi dengan persentase 17,65%.


(28)

b. Tingkat Kesukaran

2 soal termasuk kriteria mudah dengan persentase 5,88%.

29 soal termasuk kriteria sedang dengan persentase 85,29%.

3 soal termasuk kriteria sukar dengan persentase 8,82%. c. Daya Pembeda

5 soal termasuk kriteria jelek dengan persentase 14,71%.

13 soal termasuk kriteria cukup dengan persentase 38,24%.

15 soal termasuk kriteria baik dengan persentase 44,11%.

1 soal termasuk kriteria baik sekali dengan persentase 2,94%. d. Reliabilitas

Nilai reliabilitas soal adalah 0,854 yang termasuk kriteria sangat tinggi. Berdasarkan data diatas, dari 34 soal yang diujicobakan terdapat enam soal yang dibuang dan 28 soal yang dipakai. Soal yang dibuang diantaranya empat soal yang memiliki kriteria validitas yang sangat rendah dan memiliki kriteria daya pembeda jelek, satu soal yang memiliki kriteria validitas rendah dan memiliki kriteria daya pembeda jelek, satu soal yang memiliki kriteria validitas rendah dan daya pembeda cukup. Soal yang dipakai untuk penelitian yaitu pada aspek C1 (pengetahuan) sebanyak tiga soal, C2 (pemahaman) sebanyak sebelas soal, C3 (penerapan) sebanyak delapan soal, dan C4 (analisis) sebanyak enam soal.

H. Teknik Pengolahan Data 1. Tes Penguasaan Konsep

Dalam penelitian ini, data skor tes digunakan untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep siswa. Skor tes ini berasal dari nilai pre-test dan post-test. Pengolahan data-datanya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemberian Skor

Semua jawaban pre-test dan post-test siswa diberi skor. Skor yang diberikan untuk jawaban yang benar adalah satu, sedangkan untuk


(29)

jawaban yang salah adalah nol. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.

b. Menghitung Rata-rata Skor Pre-test dan Post-test

Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pre-test maupun post-test dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

N X X 

... (Persamaan 3.5) Keterangan:

X = Nilai rata-rata skor pre-test maupun post-test X = Skor yang diperoleh setiap siswa

N = Jumlah siswa

c. Menghitung Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi

Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998), yaitu sebagai berikut:

... (Persamaan 3.6) Keterangan:

<g> = Rata-rata gain yang dinormalisasi Sf = Skor post-test

Si = Skor pre-test

Nilai <g> yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.7

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Klasifikasi <g> ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah


(30)

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Dalam penelitian ini, data skor tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengetahui profil keterampilan proses sains. Skor tes ini berasal dari nilai post-test. Pengolahan data-datanya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap aspek keterampilan proses sains.

b. Menghitung persentase pencapaian keterampilan proses sains dengan membandingkan jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa dengan skor maksimum untuk setiap aspek keterampilan proses sains, kemudian mengubah dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

... (Persamaan 3.7)

Keterangan:

IPK = Indeks prestasi kelompok Mean = Skor yang diperoleh SMI = Skor maksimum ideal

c. Menginterpretasi hasil perhitungan berdasarkan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.8

Interpretasi Persentase IPK

Persentase (%) Kategori

90 – 100 Sangat terampil 75 – 89 Terampil 55 – 74 Cukup terampil 31 – 54 Kurang terampil

0 – 30 Sangat kurang terampil

(Panggabean, 1996:32)

3. Observasi Keterlaksanaan Metode Experimenting and Discussion (ED) Teknik pengolahan data observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED), yaitu sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah checklist ya pada lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED).


(31)

b. Menghitung persentase keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dengan menggunakan persamaan:

... (Persamaan 3.8)

c. Menginterpretasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion. Tabel 3.9

Kriteria Persentase Keterlaksanaan Metode

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < KM ≤ 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM ≤ 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75< KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

Budiarti (Dirgantara, 2009) Keterangan: KM = Persentase keterlaksanaan metode

4. Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

Teknik pengolahan data observasi untuk mengetahui profil keterampilan proses sains yang dimiliki siswa selama diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED), yaitu sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap aspek keterampilan proses sains.

b. Menghitung persentase pencapaian keterampilan proses sains dengan membandingkan jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa dengan skor maksimum untuk setiap aspek keterampilan proses sains, kemudian mengubah dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

... (Persamaan 3.9)

Keterangan:

IPK = Indeks prestasi kelompok Mean = Skor yang diperoleh SMI = Skor maksimum ideal


(32)

c. Menginterpretasi hasil perhitungan berdasarkan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.10

Interpretasi Persentase IPK

Persentase (%) Kategori

90 – 100 Sangat terampil 75 – 89 Terampil 55 – 74 Cukup terampil 31 – 54 Kurang terampil

0 – 30 Sangat kurang terampil


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X dengan menerapkan metode Experimenting and Discussion (ED) dapat ditarik kesimpulan secara umum profil keterampilan proses sains berdasarkan lembar observasi memiliki rata-rata 76,35% sedangkan berdasarkan tes keterampilan proses sains memiliki rata-rata 79,43% dan mengalami peningkatan penguasaan konsep dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,66. Bila dijabarkan kesimpulannya sebagai berikut: 1. Profil keterampilan proses sains yang diperoleh berdasarkan rata-rata

keterampilan proses sains hasil observasi sebesar 76,35% yang termasuk kriteria terampil. Apabila dilihat dari aspek keterampilan proses sains terdapat satu keterampilan yang termasuk kriteria sangat terampil yaitu keterampilan mengumpulkan data dengan persentase 91,50%, empat keterampilan yang termasuk kriteria terampil yaitu keterampilan mengamati dengan persentase 87,31%, keterampilan membuat grafik dengan persentase 80,02%, keterampilan menginterpretasi data dengan persentase 79,84% dan keterampilan mengukur dengan persentase 75,75%, serta terdapat tiga keterampilan yang termasuk kriteria cukup terampil yaitu keterampilan memprediksi dengan persentase 72,36%, keterampilan mendefinisikan secara operasional dengan persentase 67,01% dan keterampilan berkomunikasi dengan persentase 57,34%. Profil keterampilan proses sains yang diperoleh berdasarkan rata-rata tes keterampilan proses sains sebesar 79,43% yang termasuk kriteria terampil yaitu keterampilan mendefinisikan secara operasional dengan persentase 80,00%, keterampilan menginterpretasi data dengan persentase 79,59% dan keterampilan berkomunikasi dengan persentase 75,71%.

2. Penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Peningkatan penguasaan konsep ini dilihat dari


(34)

rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,66 yang termasuk kriteria sedang. Peningkatan penguasaan konsep yang paling tinggi yaitu pada aspek C3 (penerapan) dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,70 yang termasuk kriteria tinggi sedangkan aspek C1 (pengetahuan) mengalami peningkatan yang paling rendah dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,58 yang termasuk kriteria sedang.

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Sebaiknya siswa diberi bahan bacaan mengenai fungsi dari alat-alat yang akan digunakan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan eksperimen.

2. Memerlukan persediaan alat dan bahan yang cukup banyak, untuk mengantisipasi banyaknya kelompok yang terbentuk pada saat pembelajaran.

3. Untuk keterampilan berkomunikasi, guru perlu memotivasi siswa dalam menyampaikan pendapat secara tertulis maupun lisan.

4. Dalam proses pembelajaran aspek keterampilan proses sains yang akan diteliti disesuaikan dengan materi pembelajaran.

5. Dalam pembuatan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) aspek keterampilan proses sains disesuaikan dengan tingkatan siswa dan level siswa dalam bereksperimen.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan kesembilan, Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dirgantara, Y. (2009). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. [Online]. Tersedia: ydgfis.blogspot.com/2009/03/model-latihan-inkuiri.html [12 Januari 2013] Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement Versus Traditional Methods: A

six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses . Am. J. Phys. 66, (1).

Ostlund, K. L. (1992). Science Process Skills. Amerika: Addison-Weley Publishing Company.

Marusic, Mirko. et al. (2012). “Effect of Two Different Types of Physics Learning on The Result of CLASS Test”. Physics Education Research. 8, (010107). [Online]. Tersedia: http://prst-per.aps.org/abstract/PRSTPER/v8/i1/e010107 [13 September 2012]

Narbuko, C & Achmadi A. (2009). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Panggabean, L. P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika

FPMIPA UPI.

Panggabean, L. P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(36)

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Proses Sains. Jakarta: Gramedia. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2011). “Penerapan Metode Eksperimen-Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-B SMA Negeri 1 Stabat”. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika. 3 (1), 21-26. [Online]. Tersedia: http://jurnalagfi.org/penerapan-metode-eksperimen-diskusi-untuk-

meningkatkan-aktivitas-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-kelas-x-b-sma-negeri-1-stabat/ [1 September 2013]

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, W. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Tarsito. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV. Cakra.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.


(1)

b. Menghitung persentase keterlaksanaan metode Experimenting and

Discussion (ED) dengan menggunakan persamaan:

... (Persamaan 3.8) c. Menginterpretasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion.

Tabel 3.9

Kriteria Persentase Keterlaksanaan Metode

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < KM ≤ 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM ≤ 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75< KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

Budiarti (Dirgantara, 2009) Keterangan: KM = Persentase keterlaksanaan metode

4. Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

Teknik pengolahan data observasi untuk mengetahui profil keterampilan proses sains yang dimiliki siswa selama diterapkan metode Experimenting

and Discussion (ED), yaitu sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap aspek keterampilan proses sains.

b. Menghitung persentase pencapaian keterampilan proses sains dengan membandingkan jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa dengan skor maksimum untuk setiap aspek keterampilan proses sains, kemudian mengubah dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan rumus


(2)

c. Menginterpretasi hasil perhitungan berdasarkan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.10

Interpretasi Persentase IPK Persentase (%) Kategori

90 – 100 Sangat terampil 75 – 89 Terampil 55 – 74 Cukup terampil 31 – 54 Kurang terampil

0 – 30 Sangat kurang terampil


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X dengan menerapkan metode Experimenting and Discussion (ED) dapat ditarik kesimpulan secara umum profil keterampilan proses sains berdasarkan lembar observasi memiliki rata-rata 76,35% sedangkan berdasarkan tes keterampilan proses sains memiliki rata-rata 79,43% dan mengalami peningkatan penguasaan konsep dengan rata-rata gain

ternormalisasi sebesar 0,66. Bila dijabarkan kesimpulannya sebagai berikut: 1. Profil keterampilan proses sains yang diperoleh berdasarkan rata-rata

keterampilan proses sains hasil observasi sebesar 76,35% yang termasuk kriteria terampil. Apabila dilihat dari aspek keterampilan proses sains terdapat satu keterampilan yang termasuk kriteria sangat terampil yaitu keterampilan mengumpulkan data dengan persentase 91,50%, empat keterampilan yang termasuk kriteria terampil yaitu keterampilan mengamati dengan persentase 87,31%, keterampilan membuat grafik dengan persentase 80,02%, keterampilan menginterpretasi data dengan persentase 79,84% dan keterampilan mengukur dengan persentase 75,75%, serta terdapat tiga keterampilan yang termasuk kriteria cukup terampil yaitu keterampilan memprediksi dengan persentase 72,36%, keterampilan mendefinisikan secara operasional dengan persentase 67,01% dan keterampilan berkomunikasi dengan persentase 57,34%. Profil keterampilan proses sains


(4)

rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,66 yang termasuk kriteria sedang. Peningkatan penguasaan konsep yang paling tinggi yaitu pada aspek C3 (penerapan) dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,70 yang termasuk kriteria tinggi sedangkan aspek C1 (pengetahuan) mengalami peningkatan yang paling rendah dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,58 yang termasuk kriteria sedang.

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Sebaiknya siswa diberi bahan bacaan mengenai fungsi dari alat-alat yang akan digunakan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan eksperimen.

2. Memerlukan persediaan alat dan bahan yang cukup banyak, untuk mengantisipasi banyaknya kelompok yang terbentuk pada saat pembelajaran.

3. Untuk keterampilan berkomunikasi, guru perlu memotivasi siswa dalam menyampaikan pendapat secara tertulis maupun lisan.

4. Dalam proses pembelajaran aspek keterampilan proses sains yang akan diteliti disesuaikan dengan materi pembelajaran.

5. Dalam pembuatan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) aspek keterampilan proses sains disesuaikan dengan tingkatan siswa dan level siswa dalam bereksperimen.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan

kesembilan, Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dirgantara, Y. (2009). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. [Online]. Tersedia: ydgfis.blogspot.com/2009/03/model-latihan-inkuiri.html [12 Januari 2013] Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement Versus Traditional Methods: A

six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses . Am. J. Phys. 66, (1).

Ostlund, K. L. (1992). Science Process Skills. Amerika: Addison-Weley Publishing Company.

Marusic, Mirko. et al. (2012). “Effect of Two Different Types of Physics Learning on The Result of CLASS Test”. Physics Education Research. 8,

(010107). [Online]. Tersedia:

http://prst-per.aps.org/abstract/PRSTPER/v8/i1/e010107 [13 September 2012]


(6)

Semiawan, C. (1986). Pendekatan Proses Sains. Jakarta: Gramedia. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2011). “Penerapan Metode Eksperimen-Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-B SMA Negeri 1 Stabat”.

Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika. 3 (1), 21-26. [Online]. Tersedia: http://jurnalagfi.org/penerapan-metode-eksperimen-diskusi-untuk-

meningkatkan-aktivitas-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-kelas-x-b-sma-negeri-1-stabat/ [1 September 2013]

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, W. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Tarsito. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV. Cakra.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

0 3 45

PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 46

PENGARUH PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED) DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP.

0 2 41

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 0 45

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA.

0 0 39

PEMBELAJARAN KOLOID BERBASIS LEARNING CYCLE 7E DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

0 1 39

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS X PADA KONSEP INSEKTA.

0 3 38

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR HIPOTETIKAL DEDUKTIF 7E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA KONSEP PEMBIASAN CAHAYA.

0 8 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA - repository UPI S FIS 1002387 Title

0 1 3