PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus.

PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon
Aren (Arenga pinnata) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)” yang
disusun oleh Listya Minarti, NIM 12308144029 ini telah disetujui oleh pembimbing
untuk diujikan.

Yogyakarta, …………….2016
Pembimbing II

Pembimbing I

Ir. Suhandoyo, M.Si
NIP.196112211986011001

Ir. Ciptono, M.Si
NIP.196211151988031002

ii

PENGESAHAN


Skripsi yang berjudul berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji
Batang Pohon Aren (Arenga pinnata) dan Rumput Manila (Zoysia matrella)
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus)” yang disusun oleh Listya Minarti, NIM 12308144029 ini telah
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal ………….………..dan
dinyatakan lulus.
Dewan Penguji
Nama

Jabatan

Tanda Tangan

Tanggal

Ir. Suhandoyo, M.Si. Ketua Penguji

……………..


……….

Ir. Ciptono, M.Si.

Sekretaris Penguji

……………..

……….

Tri Harjana, M.P.

Penguji I (Utama)

……………..

……….

Dr. Tien Aminatun


Penguji II (Pendamping)

……………..

……….

Yogyakarta ………………… 2017
Fakultas MIPA
Dekan,

Dr. Hartono, M.Si.
NIP. 196203291987021002

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
ditebitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan kaya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika
tidak asli, saya siap meneima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta,27 Desember 2016
Yang menyatakan,

Listya Minarti
12308144029

iv

MOTTO

Hanya kepada Engkau lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau lah kami
memohon pertolongan (QS. Al Fatihah : 5)

Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran “ (QS. Az-Zumar : 9)

v

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk :
 Bapak (alm) terima kasih untuk semua harapan yang bapak wariskan, semoga
Tya terus bisa jadi kebanggaan buat bapak di surga, Amin
 Ibu tercinta terima kasih untuk segala pengorbanan, kesabaran, perjuangan,
pengertian, kasih sayang dan doa ibu buat Tya.
 Mbak Harni tersayang terima kasih untuk semangat, motivasi dan
dukungannya.
 Dedek Loka tersayang terima kasih sudah menjadi penghibur, penyemangat
dengan semua kelucuannya.
 Mas Arif terima kasih untuk bantuannya mulai dari penelitian sampai
mengolah data dan terima kasih sudah membantu sampai akhir.
 Teman seperjuanganku gadis-gadis cantik Fury, Arin, Lutfi, Lulu, Hilda, Sofi
terima kasih untuk doa dan semangat kalian.
 Seluruh teman mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Swadana 2012


vi

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON
AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus
rubellus)

Oleh
Listya Minarti
NIM 12308144029

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi serbuk gergaji
batang pohon aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi kokon
cacing tanah (Lumbricus rubellus).
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Subjek dari penelitian ini
adalah cacing tanah (Lumbricus rubellus), yang dipelihara di dalam 5 media yang
berbeda. Kelima macam media sebagai perlakuan yaitu 100% serbuk gergaji aren,
25% serbuk gergaji kelapa + 75% rumput manila, 50% serbuk gergaji aren + 50%

rumput manila, 75% serbuk gergaji aren + 25% rumput manila dan 100% rumput
manila. Setiap media dilakukan 5 kali ulangan dengan masing-masing media di beri 35
gram cacing menggunakan bak berukuran 35 x 30 x 10 cm. penelitian dilakukan 2
bulan dan pengambilan data dilakukan 2 kali pada akhir bulan. Parameter yang diukur
pada penelitian ini pertambahan biomassa cacing, jumlah kokon, bobot kokon dan
indeks kokon. Data pertambahan biomassa cacing, bobot kokon dan indeks kokon di
analisis menggunakan One Way Anova dan data jumlah kokon dianalisis menggunakan
Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari kombinasi
media serbuk gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi
kokon cacing Lumbricus rubellus. Media yang terbaik adalah kombinasi serbuk
gergaji batang pohon aren 75% dan rumput manila 25%.

Kata kunci : Lumbricus rubellus, serbuk gergaji aren, rumput manila, pertumbuhan,
produksi kokon

vii

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila
(Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah (Lumbricus
rubellus)” ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat penyelesaian studi
Strata-1 (S-1) di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Yogyakarta
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu
dalam hal perijinan.

2.

Ketua Program Studi Biologi yang telah membantu penulis dalam hal perijinan.

3.


Ir. Suhandoyo, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan,
masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penulis demi kesempurnaan
Tugas Akhir Skripsi ini.

4.

Ir. Ciptono, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan,
masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penulis demi kesempurnaan
Tugas Akhir Skripsi ini.

5.

Segenap dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis kuliah di Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.

viii

6.


Seluruh keluarga terutama kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan
dan do’a.

7.

Rekan-rekan mahasiswa Biologi Angkatan 2012 seperjuangan.

8.

Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu selama proses
penelitian maupun penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Namun penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat
bagi yang membaca.

Yogyakarta, 27 Desember 2016

Penulis


ix

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
PERSETUJUAN ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ iii
MOTTO .................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................................ 4
D. Rumusan Maslah ........................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
F.

Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

G. Definisi Istilah / Operasional ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)............................................................... 8
1. Anatomi Cacing Tanah ............................................................................. 10
2. Kandungan Cacing Tanah ......................................................................... 12
x

3. Sistem Pencernaan Makanan ..................................................................... 12
4. Sistem Sirkulasi ......................................................................................... 14
5. Sistem Ekskresi ......................................................................................... 16
6. Sistem Respirasi ........................................................................................ 17
7. Sistem Reproduksi .................................................................................... 18
8. Habitat ....................................................................................................... 19
a. Habitat Alami ........................................................................................ 20
b. Habitat Buatan ...................................................................................... 22
9. Perkembangbiakan Cacing tanah .............................................................. 23
10. Siklus Hidup Cacing tanah ...................................................................... 25
11. Sarana Budidaya Cacing tanah ................................................................ 25
a. Menyiapkan bibit untuk ditebar .......................................................... 26
1). Pemilihan jenis cacing tanah yang digunakan ................................ 26
2). Seleksi bibit cacing tanah unggulan ............................................... 26
3). Alternatif pengadaan bibit .............................................................. 27
4). Menyiapkan media pemeliharaan ................................................... 27
a). Jenis cacing tanah untuk dijadikan media pemeliharaan ........... 27
b). Syarat media pemeliharaan ........................................................ 28
c). Syarat kandang ........................................................................... 29
d). Pembuatan wadah pemeliharaan ................................................ 30
e). Penebaran bibit cacing tanah ..................................................... 31
f). Perawatan ................................................................................... 31
B. Pohon Aren (Arenga pinnata Merr.) ............................................................. 33

xi

1. Klasifikasi Tanaman Aren ....................................................................... 34
2. Morfologi Tanaman Aren ....................................................................... 35
a. Biji ..................................................................................................... 35
b. Batang ................................................................................................ 35
c. Akar ................................................................................................... 36
d. Daun .................................................................................................. 36
e. Bunga ................................................................................................. 36
f. Buah ................................................................................................... 37
3. Kandungan Serbuk Gergaji Aren ............................................................ 37
4. Penyebaran Tanaman Aren ..................................................................... 38
C. Rumput Manila (Zoysia matrella) ................................................................. 39
1. Rumput Zoysia ........................................................................................ 39
2. Deskripsi Tanaman .................................................................................. 39
3. Adaptasi ................................................................................................... 40
4. Kandungan Zoysia matrella .................................................................... 41
D. Ampas Tahu .................................................................................................. 40
1. Definisi Ampas tahu ................................................................................ 41
2. Kandungan Gizi Ampas tahu .................................................................. 42
E. Lingkungan Bagi Hewan sebagai kondisi dan sumber daya ......................... 43
F.

Pengelola Sampah dan Penghasil Kascing .................................................... 45

G. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 46
H. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 46

xii

BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................... 48
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 48
C. Waktu dan tempat penelitian ......................................................................... 49
D. Objek penelitian ............................................................................................ 49
E. Variabel Penelitian ........................................................................................ 49
F.

Alat dan bahan ............................................................................................... 50

G. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 50
H. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 51
I.

Teknik analisis Data ...................................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 54
1. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap
pertumbuhan bobot cacing tanah Lumbricus rubellus .............................. 54
2. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap jumlah
kokon cacing tanah Lumbricus rubellus .................................................... 56
3. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap bobot
kokon cacing tanah Lumbricus rubellus .................................................... 58
4. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap indeks
kokon cacing tanah Lumbricus rubellus .................................................. 60
5. Keadaan suhu media pertumbuhan cacing tanah Lumbricus rubellus ..... 61
6. Keadaan pH media pertumbuhan cacing tanah Lumbricus rubellus ........ 62
7. Keadaan kelembaban media cacing tanah Lumbricus rubellus ............... 62

xiii

8. Kadar C/N ............................................................................................... 63
B. Pembahasan ................................................................................................... 64
1.

Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap
pertumbuhan bobot Cacing Tanah Lumbricus rubellus .......................... 64

2.

Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap
jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ..................................... 67

3.

Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap
bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ....................................... 69

4.

Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap
indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ...................................... 70

5.

Keadaan Temperatur Media (Suhu) ....................................................... 71

6.

Keadaan Kelembaban Media ................................................................. 72

7.

Keadaan Kemasaman Media .................................................................. 73

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................................... 75
B. Saran .............................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Cacing Tanah ......................................................................... 10
Gambar 2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah .............................................................. 17
Gambar 3. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 1 ...................................................... 18
Gambar 4. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 2 ........................................................ 18
Gambar 5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah ........................................................ 19
Gambar 6. Kerangka Pikir ...................................................................................... 46
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ....................... 64
Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus .......... 67
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ............ 70
Gambar 10. Grafik rata-rata suhu media penelitian cacing tanah ........................... 71
Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban media penelitian cacing tanah ............... 72
Gambar 12. Grafik rata-rata pH media penelitian cacing tanah ............................ 74

xv

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel kandungan serbuk gergaji aren ..........................................................38
Tabel 2. Tabel karakteristik rumput Zoysia matrella ................................................40
Tabel 3. Tabel kandungan nutrisi rumput Zoysia matrella .......................................41
Tabel 4. Komposisi Nutrisi ampas tahu ....................................................................43
Tabel 5. Rata-rata pertambahan bobot massa cacing tanah Lumbricus rubellus
Pada bulan ke-1 dan bulan ke-2 .............................................................. 54
Tabel 6. Uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila
terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ................ 55
Tabel 7. Rata-rata jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus pada bulan ke-1
dan bulan ke-2 ............................................................................................ 57
Tabel 8. Hasil uji Kruskal-Wallis jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus. 58
Tabel 9. Rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus pada Bulan ke-1
dan bulan ke-2 ............................................................................................ 58
Tabel 10. Hasil uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila
terhadap rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ............. 59
Tabel 11. Hasil Uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila
terhadap rata-rata indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus .......... 60
Tabel 12. Tabel Rata-rata suhu media (0C) dalam berbagai perlakuan media .......... 60
Tabel 13. Tabel Rata-rata pH media dalam berbagai perlakuan media ..................... 61
Tabel 14. Tabel Rata-rata kelembaban media dalam berbagai perlakuan media ...... 62
Tabel 15. Tabel Hasil pengukuran kadar C/N media pertumbuhan Cacing
tanah Lumbricus rubellus .......................................................................... 63

xvi

xvii

BABBI
PENDAHULUAN

A.

LatarBBelakangB
Cacing tanah Lumbricus rubellus adalah hewan tingkat rendah
karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi
biologi, cacing tanah termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas.
Cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan kelompok cacing tanah yang
tinggal di atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada
tumpukan sampah (Sugiantoro, 2012: 14-15).
Banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari cacing
tanah Lumbricus rubellus seperti dapat menyuburkan tanah, sebagai pakan
ternak, dan sebagai obat. Adanya manfaat ini memperlihatkan terjadi
peningkatkan budidaya cacing tanah ke arah komersial sebagai salah satu
cabang usaha yang menguntungkan.
Pada budidaya cacing tanah, media mempunyai peran yang penting
yaitu sebagai tempat hidup sekaligus makanan bagi cacing tanah. Biasanya
media yang digunakan berupa bahan-bahan organik. Bahan organik yang
dapat dipakai sebagai media antara lain daun-daun yang gugur, jerami,
bekatul dan serbuk gergaji. Salah satu media yang dapat digunakan yaitu
serbuk gergaji, serbuk gergaji adalah butiran-butiran halus yang terbuang saat
kayu dipotong dengan menggunakan alat gergaji. Serbuk gergaji kayu yang
digunakan sebagai media biasanya seperti serbuk gergaji kayu pohon kelapa,

1

serbuk gergaji kayu pohon mangga dan serbuk gergaji kayu pohon aren
(Rahmat Rukmana, 1999). Diketahui media yang berbeda akan dapat
berpengauh terhadap pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah. Persoalan
mencari media yang baik untuk mengetahui pertumbuhan dan reproduksi
sangat diperlukan guna budidaya cacing tanah yang baik.
Pada penelitian ini digunakan serbuk gergaji batang pohon aren
(Arenga pinnata) sebagai media, pohon aren adalah jenis tumbuhan palma
yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang (Sapari,
1994).dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan dasar dan
tepung, limbah hasil pembuatan ini yang digunakan sebagai media, selain itu
serbuk gergaji pohon aren juga mengandung zat-zat seperti protein,selulosa,
lemak dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi
kokon cacing tanah.
Rumput manila termasuk subfamily chlorisoidae yang mempunyai
pertumbuhan optimum pada suhu 25 – 35 0C dan beradaptasi di daerah tropis
dan subtropik. Rumput manila memiliki batang dan daun yang kaku dan
keras sehingga relatif sulit di potong. Rumput ini digunakan di lapangan
sepak bola UNY dan biasanya setiap satu bulan sekali lapangan tersebut
dipangkas rumputnya, hasil pangkasan rumput tersebut yang digunakan
peneliti sebagai media, selain itu serbuk gergaji pohon aren juga mengandung
zat-zat seperti protein,selulosa, lemak dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah. Rumput Zoysia matrella
yaitu jenis termasuk dalam family Poaccae (Graminae), Ordo Poales Subklas

2

Glumiflora,

Kelas

Monocotyledon,

cabang Angiospermae,

subdivisi

Phanaerogama, Divisi Embryophyta dan Kingdom Plantae (Beard, 1973).
Selain menggunakan gergaji dan rumput sebagai media pertumbuhan,
cacing juga memerlukan makan untuk mendukung perkembanganya, maka
dari itu peneliti menggunakan ampas tahu sebagai bahan pakan bagi cacing.
Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses
pembuatan tahu dari kedelai, ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu
dapat digunakan sebagai sumber pakan bagi cacing. Ampas tahu banyak
dijumpai di pabrik – pabrik rumahan penghasil tahu, yang nantinya ampas
tahu ini hanya akan dibuang dan menjadi limbah maka dari itu peneliti
menggunakan ampas tahu sebagai bahan pakan untuk cacing (Masturi et al.,
1992 dan Mahfudz et al., 2000).
B.

IdentifikasiBMasalah
1. Apakah penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) terhadap

pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
2. Apakah penggunaan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan

dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
3. Apakah pengaruh pemberian kombinasi dosis serbuk gergaji aren (Arenga

pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) pada pertumbuhan dan
produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
4. Apakah penggunaan kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga

pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) berpengaruh terhadap daya
tetas kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ?

3

5. Apakah kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput

manila (Zoysia matrella) berpengaruh terhadap pertambahan berat
Klitelum ?
C.

BatasanBMasalahB
Batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh
kombinasi pemberian dosis gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila
(Zoysia matrella) terhadap pertambahan biomasa cacing, jumlah kokon,
bobot kokon dan kualitas cacing.

D.

RumusanBMasalah
1. Apa pengaruh penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata)

dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan cacing tanah
(Lumbricus rubellus) ?
2. Apa pengaruh penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata)

dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap produksi kokon cacing
tanah (Lumbricus rubellus) ?
E.

TujuanBPenelitian
1. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga

pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan
bobot cacing tanah (Lumbricus rubellus).
2. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga

pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) tehadap produksi kokon
cacing tanah (Lumbricus rubellus).

4

F.

ManfaatBPenelitian
Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Bagi Akademika

Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan informasi dan
referensi tentang pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga
pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan
cacing tanah (Lumbricus rubellus) bagi kalangan akademika.
2. Bagi Peneliti

Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya mengenai kombinasi
pengunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila
(Zoysia matrella).
3. Bagi Masyarakat

Masyarakat diberikan informasi oleh peneliti tentang manfaat
penggunaan serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila
(Zoysia matrella) sebagai media pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus
rubellus).
G. DefinisiBIstilahB/BOperasional
1. Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya massa, bobot dan jumlah

sel. Dalam penelitian ini indikator pertumbuhan adalah pertambahan bobot
massa cacing. Pertambahan biomassa cacing tanah di timbang setiap 1
bulan sekali.
2. Poduksi kokon adalah jumlah kokon yang dihasilkan cacing Lumbricus

rubellus selama 2 bulan, Dalam penelitian ini indikator produksi kokon

5

adalah jumlah kokon, berat kokon, dan indeks kokon yang hasilkan pada
masing-masing bak perlakuan di akhir penelitian selama 2 bulan.
3. Cacing tanah yang digunakan adalah jenis cacing tanah Lumbricus rubellus

yang berasal dari kelas Oligochaeta dengan berat rata-rata untuk satu bak
perlakuan 35 gram. Cacing tanah ini berasal dari peternak cacing tanah di
daerah Godean, Sleman, Yogyakarta.
4. Media dalam penelitian ini adalah bahan yang dimasukkan ke dalam bak

yang digunakan untuk media pemeliharaan cacing Lumbricus rubellus.
Media yang digunakan adalah serbuk gergaji aren dan rumput manila.
5. Serbuk gergaji aren adalah limbah penggergajian batang pohon aren.

Serbuk gergaji aren yang digunakan di dapatkan dari pohon aren warga di
sekitar Waduk Sermo, Kulon Progo, Yogyakarta. Serbuk gergaju aren
kemudian didiamkan selama 1 bulan agar gergaji lembab dan siap di
gunakan.
6. Rumput manila (Zoysia matrella) adalah rumput yang biasa digunakan

pada lapangan sepak bola, dalam penelitian ini rumput berasal dari limbah
pemotongan rumput lapangan sepak bola Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah disimpan selama 1 bulan.

6

BABBII
KAJIANBTEORI

A.

CacingBTanahB(Lumbricus rubellus)
Klasifikasi Cacing Lumbricus rubellus
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Annelida

Kelas

: Oligochaeta

Ordo

: Haplotaxida

Famili

: Lumbricidae

Genus

: Lumbricus

Spesies

: Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 24)

Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati bagian
permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah
termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas atau bergelang-gelang.
Cirinya yaitu tubuh simetris bilateral, silindris memanjang, bersegmen-segmen
(sekitar 115-200 segmen), dan pada bagian permukaan tubuh terdapat sederetan
sekat atau dinding tipis (Sugiantoro, 2012: 13).
Filum Annelida, terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan
Oligochaeta. Polychaeta merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak seta
atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola. Sedangkan contoh
dari kelompok Hirudinea adalah lintah dan pacet (Hirudo medicinalis dan

1

Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta
dimana cacing tanah termasuk di dalamnya lantaran jumlah seta (rambut
berukuran pendek) pada tubuh cacing tanah sangat sedikit (Sugiantoro, 2012: 14).
Cacing tanah juga bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu epigeic,
endogeic, dan anecic. Perbedaan pada ketiganya adalah ukuran dan warna
tubuh.Cacing tanah epigeic merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di
atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada tumpukan
sampah.Contoh dari cacing tanah jenis ini adalah Lumbricus rubellus,
Dendobraena octaendra. Cacing tanah jenis endogeic merupakan kelompok
cacing tanah yang tinggal di dalam tanah bermineral, namun sesekali naik ke atas
permukaan tanah bilamana tanah permukaan atas sedang basah terkena air, seperti
pada saat musim penghujan. Contoh cacing tanah jenis ini adalah Aporrectodea
caliginosa. Sedangkan cacing tanah jenis anecic merupakan kelompok cacing
tanah yang tinggal pada liang tanah yang dalam hingga kedalaman 2 meter.
Contoh dari jenis ini adalah Lumbricus terrestris (Sugiantoro, 2012: 14-15).
Selain itu, cacing tanah oleh beberapa kalangan juga dikelompokkan
berdasarkan warnanya, yakni kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok
merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red worm), L. terrestris (the
night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Daendroboena, Perethima
dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field
worm) dan Octolasium (Sugiantoro, 2012: 15).

2

1. AnatomiBBCacingBTanahB(Lumbricus rubellus)

GambarB1.Bagian-bagian tubuh Cacing Tanah
(Sumber : Rahmat Rukmana, 2008: 16)
Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain di tubuhnya terdapat segmen luar
dan dalam, berambut, tidak mempunyai kerangka luar, tubuhnya dilindungi oleh
kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan
binatang, dan tidak memiliki mata. Untuk dapat bergerak, cacing tanah harus
menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari
tubuhnya. Adanya lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis
dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat dan kasar.
Lendir itupun dapat memperlicin tubuhnya dalam membuat lubang di tanah
sehingga cacing dapat dengan mudah keluar masuk lubang. Selain fungsi tersebut,
lendir pun dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena tubuhnya
licin, cacing tanah sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya
Pada tubuhnya, terdapat organ yang disebut seta.Seta yang terdapat pada
setiap segmen ini berupa rambut yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya
lekat organ ini sangat kuat sehingga cacing dapat melekat erat pada permukaan

3

benda. Daya lekat ini akan melemah saat cacing akan bergerak maju. Seta ini pun
dapat membantu cacing tanah saat melakukan perkawinan.
Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi di tubuhnya terdapat prostomium.
Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk seperti bibir.Organ
ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium
terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing
tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya.Itulah sebabnya cacing tanah
dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak
memiliki mata.
Anus digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang
dimakannya. Kotoran yang keluar dari anus tersebut sangat berguna bagi tanaman
karena sangat kaya dengan unsur hara.Kotoran tersebut dikenal dengan istilah
kascing.
Cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya untuk bernafas karena tidak
memiliki alat pernapasan. Oksigen yang digunakan untuk proses metabolisme
tubuh diambil dari udara dengan bantuan pembuluh darah yang terdapat di bagian
bawah kutikula. Pembuluh darah itu pun dapat berfungsi melepaskan
karbondioksida (CO2) sebagai sisa hasil metabolisme. Namun, agar proses
bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung dengan baik, kelembaban
lingkungannya harus cukup tinggi.
Cacing tanah dewasa memiliki klitelum yang merupakan alat yang dapat
membantu perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang
menebal dan warnanya lebih terang dari warna tubuhnya. Pada cacing yang masih

4

muda, organ ini belum tampak karena hanya terbentuk saat cacing mencapai
dewasa kelamin, sekitar 2-3 bulan (Yusuf Kastawi, 2001: 28)
2. KandunganBCacingBTanah

Cacing tanah mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama
protein yang mencapai 64-76%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 7-10%,
kalsium 0,55%, fosfor 1% dan serat kasar 1,08%. Selain itu, cacing tanah
mengandung auxin yang merupakan zat perangsang tumbuh untuk tanaman.
Selain itu cacing tanah mengandung asam arhidonat yang dapat menurunkan
panas tubuh akibat infeksi. Cacing tanah dapat membantu proses daur ulang
limbah karena sebagai binatang pengurasi atau perombak bahan organik
(Palungkun, 1999: 18).
3. SistemBPencernaanBMakananB

Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah
lengkap dan terpisah dari sistem cardiovasculare. Saluran pencernaan ini terdiri
atas : mulut, pharinx, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestin, dan anus.
Mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris atau rongga
bucacale.Pharynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculer dan
berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terleatk di ujung
pharynx memanjang dari segmen ke-6 sampai segmen ke-14.Proventriculus
merupakan bagian ujung esophagus yang membesar dan di bagian ini makanan
disimpan; dinding proventriculus tipis.Ventriculus merupakan lanjutan ke arah
belakang dari proventriculus, terletak di dalam segmen ke-17 dan ke-18, bersifat
musculer dan berguna untuk mencernakan makanan. Intestin adalah merupakan

5

lanjutan ke ujung dari ventriculus. Dinding intestin bagian dorsal melekuk ke
dalam lumen intestin dan bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadilah
bangunan sebagai kantong. Bangunan ini disebut typhlosole.Typhlosole ini
berguna untuk memperluas permukaan intestin, sehingga dapat mengabsorbsi sarisari makanan lebih banyak.
Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman. Cacing –
cacing tanah itu mencari makanannya di luar liang; pada saat malam hari.
Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercamput
dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada
dinding esophagus itu.Cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat
belum diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang bersifat
asam. Dari esophagus, makan terus masuk ke dalam proventriculus yang
merupakan tempat penyimpanan makanan yang bersifat sementara.
Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan
dicernakan menjadi partikel-partikel halus. Dari ventriculus, kemudain partikelpartikel makanan ini masuk ke dalam intestin. Di dalam intestin, partikel-partikel
makanan akan dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-substansi yang
lebih kecil, yang dapat di absorbsi oleh dinding intestin tersebut. Dinding intestin
mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim.Karena pengaruh
enzim-enzim

ini,

partikel-partikel

makanan

tadi

dicernakan

menjadi

monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk
diabsorbsi. Senyawa-senyawa inilah yang diabsorbsi oleh dinding intestin dan
selanjutnya bersama-sama dengan sirkulasi darah diangkut ke seluruh bagian-

6

bagian tubuh.Pada saat cacing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut
juga termakan sejumlah partikel-partikel tanah, kemudian sisa-sisa makanan
beserta partikel-partikel tadi dikeluarkan melalui anus dan diletakkan di atas
permukaan tanah di dekat lubang dari luang tempat cacing itu berada. Sisa-sisa ini
berbentuk kelompok-kelompok kecil dari partikel-partikel tanah (Yusuf Kastawi,
2001).
4.

SistemBSirkulasiB
Sistem sirkulasi (peredaran darah/cardiovasculer) cacing tanah adalah

sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem cardiovasculer meliputi : (a) benda
yang diedarkan, yaitu darah; (b) saluran yang dilalui darah ialah pembuluhpembuluh darah; (c) peredaran darah; (d) fungsi darah; dan (e) Lympha.
Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula.Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung
hemoglobin (haima = darah; globus = butir); yang mempunyai kemampuan
mengikat oksigen. Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas : aorta dorsalis, aorta
ventralis.
Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah
terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit
transparan. Di daerah esophagus 5 pasang cabang-cabang aorta dorsalis membesar
dan berfungsi sama dengan cor (jantung) pada hewan-hewan tinggi. Jantung
cacing ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis, yang
terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan di sebelah dorsal truncus
nervosus. Dikedua aorta tersebut masih ada 3 pembuluh darah, ialah 2 pembuluh

7

yang masing-masing terletak di lateral truncus nervosus dan 1 pembuluh di
sebelah ventral truncus itu. Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak
cabang-cabang dan beberapa rongga lympha membentuk sistem cardiovasculare
cacing tanah.
Darah dalam aorta dorsalis terdorong ke anterior oleh kontrkasi dinding
aorta itu. Di dalam aorta ini terrdapat valvula yang berfungsi untuk mencegah
mengalirnya kembali darah itu dari jantung anterior. Dari aorta dorsalis darah
mengalir ke dalam cor (jantung), kemudian ke aorta ventralis. Di dalam jantung
juga terdapat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta
ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing
tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO2 dikeluarkan dan
O2 diambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit dari
dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk ke
dalam aorta dorsalis.
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa
metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada saat darah mengalir menuju ke
kulit hemoglobin mengikat CO2.CO2 keluar melalui kulit sedangkan O2 dari udara
masuk ke dalam tubuh acing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan
hemoglobin, membentuk oxyhemo-globin. Dalam proses respirasi, jaringanjaringan memerlukan adanya O2. Darah mengalir dari dinding tubuh ke kapilerkapiler dalam jaringan-jaringan.Pertukaran zat-zat di antara darah dan jaringan
terjadi di dalam rongga-rongga lympha yang sangat kecil. Darah juga mengangkut
substansi-substansi lain, seperti : sekresi kelenjar-kelenjar.

8

Plasma darah dan beberapa corpuscula membentuk lympha, yang keluar
dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan.Lympha
mengangkut O2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO 0 dan sisa-sisa
metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah
(Yusuf Kastawi, 2001: 153).
5.

SistemBekskresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,

nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi
yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.
Nefrotor merupakanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Kecuali tiga segmen yang pertama
dan segmen yang terakhir tidak ada (Yusuf kastawi,2001;154).
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong,
disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.
Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom).Rongga tubuh
ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada
saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang
berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan
bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong)
yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk
ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah
panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan
ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus

9

sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di
nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti
penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang
berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung
substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang
kurang toksik, yaitu ureum.

GambarB2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah
(Sumber :Rahmat Rukmana, 2008: 25)
Inilah salah satu alasan mengapa cacing tanah memiliki habitat di
lingkungan yang lembab karena cacing tanah mendifusikan sisa amoniaknya pada
tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.
6.

SistemBRespirasi
Cacing bernafas menggunakan kulit. Tubuh cacing tertutup oleh selaput

bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah.
Melalui selaput inilah terjadi difusi oksigen dan CO2 yang kemudian diteruskan
kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi.
Karena ternyata dibawah kulit itu terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui
kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan

10

oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam
darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh. Maka Cara respirasi cacing ini
berbeda dengan serangga karena pada serangga oksigen bisa langsung menuju ke
sel-sel tubuh, Sedang pada cacing harus masuk ke pembuluh darah sehingga
pengangkutan oksigen secara tertutup mengingat peredarannya oksigen berada di
dalam pembuluh darah , Kulit yang digunakan untuk proses difusi yaitu bagian
dorsal / sisi punggung.

Gambar3.BSistem Pernafasan Cacing Tanah 1
(Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 28)

7.

11

Gambar4.BSistem Pernafasan Cacing Tanah 2
(Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 29)
SistemBReproduksi

Cacing tanah bereproduksi secara seksual dan bersifat hermafrodit, tetapi
cacing tidak melakukan pembuahan sendiri melainkan secara silang. Sebagai
ilustrasi: 2 cacing yang melakukan kawin silang menempelkan tubuhnya dengan
ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima
oleh klitelium cacing pasangannya. Pada saat bersamaan klitelium mengeluarkan
mukosa kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina
dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovarium akan
dibuahi oleh sperma. Setelah itu, ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon.
Telur bersama kokon akan keluar dari tubuh cacing dan menjadi individu yang
baru. Telur menetas setelah tiga minggu dan dapat menghasilkan 2-20 lebih secara
sekaligus anak cacing.

GambarB5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah
Sumber : (HendraDwi Prasetyo, 2015)
8. Habitat

Habitat alaminya, cacing tanah hidup dan berkembangbiak di dalam tanah
yang lembab dengan suhu sekitar 15-25oC. Cacing tanah merupakan hewan
nokturnal yakni aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada
siang harinya istirahat.Cacing tanah juga hewan fototaksis negatif artinya cacing
tanah selalu menghindar setiap ada cahaya, dan segera menutup lubang sarang.

12

Tindakan ini bertujuan untuk menghalangi masuknya udara dingin dan air ke
dalam lubang, dan sekaligus menyamarkan keberadaannya di dalam tanah dari
pemangsa.
Cacing tanah senang tinggal di tanah lembab, namun cacing tanah tidak
suka tinggal di tempat yang terlalu banyak air karena ketersediaan oksigen di
dalamnya sangat sedikit (anaerob). Karena itulah, di saat curah hujan sedang
tinggi, cacing tanah akan banyak berada di lapisan tanah paling atas.
Cacing tanah pada keadaan yang sangat dingin atau sangat kering mereka
akan masuk ke dalam liang, seringkali sampai sedalam 8 kaki, dan dalam keadaan
ini beberapa cacing seringkali terdapat melingkar bersama – sama, dengan di
atasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendir.
Cacing tanah hidup pada habitat alami dan habitat buatan manusia.Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya (Agus
Dharmawan, 2005: 21).
a. HabitatBAlami

Di habitat alami, cacing tanah hidup dan berkembang baik dalam
tanah.Menurut Rukmana (1999), Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
cacing tanah dihabitat alami adalah sebagai berikut.
1)

Suhu (Temperatur)
Suhu atau temperature tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah
dan penetasan kokonya berkisar antara 15oC – 25oC.suhu tanah yang lebih
tinggi dari 25oC masih cocok untk cacing tanah, tetapi harus diimbangi
dengan kelembaban yang memadai dan naungan yang cukup. Oleh karena

13

itu, cacing tanah biasanya ditemukan hidup dibawah pepohonan atau
tumpukan bahan organic.
2)

Kelembaban (rH)
Kelembaban tanah mempengaruhi pertumbuhan dan daya reproduksi
cacing tanah.Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara
15%-50%

namun

kelembaban

optimumnya

pada

rH

42%-

60%.Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat
menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya
bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera masuk ke
dalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya akan mati.
3)

Keasaman Tanah (pH)
Cacing tanah tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada tanah yang
bereaksi sedikit asam sampai netral. Keasaman tanah (pH) yang ideal
untuk cacing tanah adalah pH 6 -7,2.
Tanah pertanian di Indonesia umumnya bermasalah karena pH-nya asam.
Tanah yang pH-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan daya
berkembang biak cacing tanah, karena ketersediaan bahan organic dan
unsure hara (pakan) cacing tanah relative terbatas. Disamping itu, tanah
yang ber pH asam kurang mendukung percepatan proses pembuskan
(fermentasi) bahan-bahan organic. Oleh karena itu, anah tanah pertanian
yang mendapat perlakuan perlakuan pengapuran sering banyak dihuni

14

cacing tanah.Pengapuran berfungsi meningkatkan pH tanah sampai
mendekati pH netral.
4)

Ketersediaan Bahan Organik
Bahan organik umumnya mengandung protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral, sehingga merupakan bahan utama makanan cacing
tanah.Bahan organik tanah dapat berupa kotoran ternak, sersah atau daundaun yang gugur dan melapuk dan hewan-hewan yang mati.Makin kaya
kandungan

organik

dalam

tanah,

makin

banyak

dihuni

oleh

mikroorganisme tanah, termasuk cacing tanah.
Cacing tanah dapat mencerna bahan organik seberat badannya, bahkan
mampu memusnahkan bahan organic 2 kali lipat berat badannya selama 24
jam.Oleh karena itu cacing tanah yang hidup dalam tanah yang kaya bahan
organik dapat berfungsi sebagai pemusnah bahan organik (decomposer)
dan kascingnya berguna untuk pupuk organik penyubur tanah.
b.

HabitatBBuatan
Habitat buatan adalah lingkingan hidup yang dimodifikasi untuk
budidaya cacing tanah.Pada prinsipnya cacing tanah dapat dibudidayakan
dengan mudah apabila persyaratan hidupnya terpenuhi.
Habitat buatan untuk budidaya cacing tanah dapat dilakukan dalam
ruangan atau bangunan yang dilengkapi pelindung. Hal yang penting
diperhatikan dalam menciptakan (modifikasi) habitat untuk hal budidaya

15

cacing tanah adalah : terlindung dari sinar matahari langsung, terlindung dari
curahan air hujan secara langsung, tempat harus strategis atau mudah dalam
pemeliharaan, dan terjaga dari keamanan serta gangguan terhadap cacing
tanah.
Tempat budidaya cacing tanah biasanya berupa kandang yang
dilengkapi atap pelindung.Bahan-bahan pembuatan kandang dapat disiapkan
yang harganya murah dan sederhana sampai yang mahal, tergantung pada
tujuan dan kondisi keuangan. Fasilitas budidaya cacing tanah terdiri atas rakrak atau tempat penempatan wadah pemeliharaan, medium tumbuh, pakan, dan
perangkat wadah pemeliharaan berupa bak, kotak plastik, kotak kayu, kotak
anyaman bambu, dan lain-lain.
Dasar-dasar yang harus diperhatikan dalam menyiapkan habitat buatan
untuk budi daya cacing tanah sebagai berikut :
1) Lingkungan teduh dan nyaman
2) Keadaan suhu tanah dan suhu udara antara 15oC – 25oC
3) Kelembaban tanah dan kelembaban udara antara 15% - 30%
4) Keasaman medium hidup ber-pH 6,0 – 7,2
5) Tersedia bahan organic untuk pakan cacing tanah dalam jumlah yang

memadai(Rahmat Rukmana, 1999).
9. PerkembangbiakanBCacingBTanahB

16

Hewan ini bersifat hermafrodit atau biseksual.Artinya, pada tubuhnya
terdapat dua alat kelamin, yaitu jantan dan betina. Namun, untuk pembuahan
cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi harus dilakukan oleh
sepasang cacing tanah. Dari perkawinan tersebut, masing-masing cacing tanah
dapat menghasilkan satu kokon yang di dalamnya terdapat beberapa butir telur.
Cacing tanah berkembang mulai dari telur yang disimpa

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24