RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SISTEM RATOON TERHADAP TINGGI PEMANGKASAN DAN DOSIS PEMBERIAN MIKORIZA PADA FASE VEGETATIF.

RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SISTEM RATOON TERHADAP
TINGGI PEMANGKASAN DAN DOSIS PEMBERIAN MIKORIZA
PADA FASE VEGETATIF
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional
“ Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :
NYOTO WASIS
NPM : 1025010036

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SISTEM RATOON TERHADAP
TINGGI PEMANGKASAN DAN DOSIS PEMBERIAN MIKORIZA
PADA FASE VEGETATIF
Dipersiapkan dan Disusun oleh :
NYOTO WASIS
NPM : 1025010036
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional
“ Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 20 Januari 2014
Telah disetujui oleh :
Menyetujui,
Tim Dosen Penguji,

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Juli Santoso P, MP
NIP. 195907091988031001

1. Dr. Ir. Juli Santoso P, MP


Pembimbing Pendamping

2. Ir. Hadi Suhardjono, MTP

Ir. Hadi Suhardjono, MTP
NIP. 196312021990031002

3.

Ir. Mulyadi, MS.

4. Ir. Djarwatiningsih MP.
Mengetahui,

Dekan
Fakultas Tertanian

Ketua Program Studi
Agroteknologi


Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS.
NIP 19620205 198703 1005

Ir. Mulyadi, MS.
NIP 19530503 198503 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SISTEM RATOON TERHADAP
TINGGI PEMANGKASAN DAN DOSIS PEMBERIAN MIKORIZA
PADA FASE VEGETATIF
Dipersiapkan dan Disusun oleh :
NYOTO WASIS
NPM : 1025010036

Tanggal : ............................ 2014

Telah direvisi oleh :


Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Juli Santoso P, MP
NIP. 195907091988031001

Ir. Hadi Suhardjono, MTP
NIP. 196312021990031002

Mengetahui :
Ketua Program Studi
Agroteknologi

Ir. Mulyadi, MS.
NIP 19530503 198503 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis serta shalawat dan salam semoga
terlimpah atas junjungan kita nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan
Tanaman

Padi

(Oryza

Proposal penelitian

sativa

L.)

Sistem


yang

Ratoon

berjudul “Respon
Terhadap

Tinggi

Pemangkasan dan Pemberian Dosis Mkoiza’’.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar

sarjana

Jurusan

Agroteknologi

Fakultas


Pertanian

Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dan selesai dengan baik tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, melalui tulisan ini
penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:

1. Dr. Ir. Juli Santoso P, MP selaku Dosen Pembimbing Utama dan Ir, Hadi
Suhardjono, MTP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan
segala bimbingan, perhatian dan kesabaran mulai dari awal hingga akhir
dalam penyusunan proposal ini.

2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Mulyadi. MS , Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ayah dan Ibu serta kakak dan adiku tercinta yang telah susah payah
mendidik penulis hingga sekarang dan memberikan dukungan baik moril

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

maupun spirituil untuk menyelesaikan penyusunan proposal ini dengan
baik.

5. Teman-teman seangkatan yang selalu membantu dan saling memberikan
pengarahan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

6. Semua pihak yang sengaja ataupun tidak sengaja memberikan bantuan
dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan, limpahan, berkah,
rahmat dan karunia-Nya, Amien.

Surabaya, Januari 2014.


Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SURAT PERNYATAAN

Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
Permendiknas No. 17 tahun 2010 Pasal 1 Ayat 1 tentang Plagiatisme.
Maka saya sebagai penulis skripsi dengan judul:
Respon Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Sistem Ratoon Terhadap Tinggi
Pemangkasan dan Pemberian Dosis Mkoiza
Menyatakan bahwa skripsi tersebut diatas bebas dari Plagiatisme.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
saya

sanggup

mempertanggungjawabkan


sesuai

dengan

hukum

dan

perundangan yang berlaku.

Surabaya, Februari 2014
Yang membuat pernyataan

Nyoto Wasis
NPM. 1025010036

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .........................................................................................

i

DAFTAR TABEL ..................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

v

I. PENDAHULUAN...............................................................................

1

A. Latar Belakang ...........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................

3

C. Tujuan Penelitian........................................................................

3

D. Manfaat Penelitian......................................................................

4

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

5

A. Klasifikasi Tanaman Padi ...........................................................

5

B. Deskripsi Tanaman Padi.............................................................

5

C. Tanaman Padi Ratoon/Salibu ....................................................

6

D. Tinggi Pemangkasan ..................................................................

8

E. Fungi Mikoriza ............................................................................

9

F. Proses Infeksi Mikoriza ...............................................................

11

G. Hipotesis ....................................................................................

12

III. METODOLOGI ...............................................................................

13

A. Waktu dan Tempat .....................................................................

14

B. Alat dan Bahan ...........................................................................

14

C. Metode Penelitian ....................................................................

14

D. Pelaksanaan ..............................................................................

16

E. Pengamatan ..............................................................................

17

F. Analisa Data ...............................................................................

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................

19

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

A. Hasil ...........................................................................................

19

1. Jumlah Anakan.......................................................................

19

2. Panjang Tanaman ..................................................................

22

3. Berat Kering Tanaman ...........................................................

24

B. Pembahasan ..............................................................................

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

30

A. Kesimpulan .................................................................................

30

B. Saran ..........................................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

31

LAMPIRAN ..........................................................................................

33

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) SISTEM RATOON TERHADAP
TINGGI PEMANGKASAN DAN DOSIS PEMBERIAN MIKORIZA PADA FASE
VEGETATIF
Nyoto Wasis. NPM 1025010036. Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Juli Santoso P.,
MP dan Ir. Hadi Suhardjono, MTP. Fakultas Pertanian UPN “ VETERAN” Jawa
Timur
ABSTRAK
Pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat dan tidak
diimbangi dengan bertambahnya lahan pertanian untuk meningkatkan kebutuhan
akan pangan, maka dapat dipastikan kebutuhan akan pangan untuk masyarakat
khususnya beras yang berasal dari tanaman padi ini akan berbanding terbalik
dengan luasnya lahan yang semakin berkurang sehingga dibutuhkan suatu
inovasi teknologi untuk dapat menunjang akan kebutuhan pangan yang semakin
meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti respon tanaman padi (Oryza
sativa) salibu/ratoon terhadap tinggi pemangkasan dan dosis pemberian mikoriza
pada fase vegetatif. Interaksi antara perlakuan pemangkasan dan pemberian
dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang, berat kering,
dan kadar air tanaman tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada
minggu ke empat pada pemangkasan 1 cm dengan pemberian mikoriza dengan
dosis tertinggi 7,5 gram memberikan hasil yang lebih baik. Tinggi pemangkasan
sangat mempengaruhi dalam budidaya padi sistem ratoon khususnya pada fase
vegetatif, semakin tinggi pemangkasan maka jumlah anakan maka semakin
sedikit akan tetapi pertumbuhan sangat cepat dan kemungkinan besar masa
panen akan lebih cepat dengan jumlah anakan yang tidak banyak. Pada
perlakuan P1 dengan pemangkasan 1 cm menunjukan hasil yang paling tinggi
pada beberapa parameter. Mikoriza berpengaruh nyata terhadap semua
parameter perlakuan yang ada, perlakuan M3 dengan dosis mikoriza 7,5 gram
per rumpun merupakan hasil terbaik dari semua perlakuan dosis mikoriza dan
dimungkinkan perlakuan dosis mikoriza dapat ditingkatkan karena bersifat linier
terhadap semua parameter pengamatan. Dalam budidaya tanaman padi sistem
ratoon, sebaiknya tanaman dipangkas 1cm dari permukaan tanah dan untuk
dosis pemberian mikoriza sebaiknya dengan dosis 7,5 gram, dosis tersebut
masih bersifat linier dan dimungkinkan untuk dilakukan penambahan dosis dan
perlu dilakukan penelitian dengan meningkatkan dosis mikoriza.

Kat a Kunnci: Sist em Rat oon, M ikoriza, Tanaman Padi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Padi (Oryza

sativa L.) merupakan

tanaman

yang

sangat

penting

keberadaannya di Indonesia karena beras yang dihasilkan merupakan sumber
makanan pokok dan bahkan bagi separoh penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta
jiwa dari 3 milyar penduduk Asia termasuk 200 juta penduduk Indonesia,
menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara di Afrika dan
Amerika Latin yang berpenduduk sekitar 1,2 milyar, 100 juta diantaranya pun
hidup dari beras. Oleh karena itu, di Negara-negara Asia beras memiliki nilai
ekonomis sangat berarti. Oleh karena itu padi dapat mempengaruhi kestabilan
politik, ekonomi dan pertanian negara, serta mempengaruhi biaya kerja dan
harga bahan lainnya (Andoko, 2010).
Padi merupakan komponen utama dalam sistem ketahanan pangan
nasional. Rata-rata peningkatan produksi padi nasional beberapa tahun terakhir
masih rendah, yaitu 2.2 - 2.3 persen per tahun. Berdasarkan angka ramalan III
bulan November 2010, produksi padi nasional tahun 2010 meningkat hingga 2.5
persen dan diprediksi mencapai 65.9 juta ton gabah kering giling (GKG), atau
setara dengan beras sebanyak 36.9 juta ton (Suswono 2010). Berdasarkan
angka tetap tahun 2009 produktivitas padi nasional 4.99 t/ha GKG (BPS 2010).
Padahal dengan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1.49% dan laju
konsumsi beras nasional 1.34% per tahun, rata-rata produktivitas padi nasional
seharusnya minimal 6.0 t/ha (Makarim dan Suhartatik 2006; Suswono 2010,
dalam Susilowati, 2011).
Pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat dan tidak
diimbangi dengan bertambahnya lahan pertanian untuk meningkatkan kebutuhan
akan pangan, maka dapat dipastikan kebutuhan akan pangan untuk masyarakat

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

khususnya beras yang berasal dari tanaman padi ini akan berbanding terbalik
dengan luasnya lahan yang semakin berkurang sehingga dibutuhkan suatu
inovasi teknologi untuk dapat menunjang akan kebutuhan pangan yang semakin
meningkat.
Di tengah rumitnya upaya peningkatan produksi padi ternyata di
Kabupaten Tanah Datar ada suatu inovasi teknologi sejak tahun 2007 telah
dikembangkan oleh masyarakat dan sangat mudah dilaksanakan. Inovasi
tersebut adalah Teknologi Padi Salibu atau ratoon dengan teknik yang sudah
diperbaharui

dari

system

ratoon

sebelumnya,

namun

yang

menjadi

permasalahan bahwa kebanyakan petani masih belum mau menerapkan
teknologi tersebut karena petani masih percaya dengan teknologi tradisional
(cara lama) yang selalu dilakukan setiap periode tanam, sehingga para penyuluh
pertanian maupun badan pertanian setempat sulit untuk memberikan sosialisasi
mengenai padi salibu ini. Padi salibu merupakan sebutan oleh masyarakat
Minangkabau terhadap tunas padi yang tumbuh setelah batangnya dipotong
ketika dipanen. Di daerah lain orang menyebutnya padi suli, padi berlanjut, ratun
atau singgang (Jawa) atau turiang(Sunda) dan lain-lain sesuai bahasa daerah
masing-masing. Selama ini padi salibu hanya dijadikan hijauan makananan
ternak, karena gabah yang dihasilkan tidak menguntungkan secara ekonomis
(Juliadi, 2013).
Budidaya padi salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu
produktivitas/ peningkatan produksi. Pada budidaya padi salibu ada beberapa
faktor yang berpengaruh antara lain; 1) tinggi pemotongan batang sisa panen, 2)
varietas, 3) kondisi air tanah setelah panen, dan 4) pemupukan (Edirman, 2012).
Berdasarkan penelitian Alfandi (2006) menyimpulkan ratoon padi sawah cukup
potensial untuk meningkatkan produksi padi khususnya pada daerah yang
ketersediaan airnya terbatas dan pemangkasan batang padi setinggi 5 cm dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

permukaan tanah dapat dilakukan pada budidaya padi ratoon akan tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut pada musim yang berbeda dan terutama tinggi
pemangkasan lebih rendah dari 5 cm, karena hubunganya masih bersifat linier.
Keberadaan cendawan dalam tanah ada yang bermanfaat, juga tidak
bermanfaat, bahkan menjadi masalah pada tanaman. Dalam lingkungan tumbuh
tanaman (Rhizosfer) terdapat komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
seperti cendawan, bakteri, dan nematoda, ada yang dapat dimanfaatkan untuk
pengendalian tanaman, juga untuk membantu penyerapan unsur hara dan air,
dalam tanah. Salah satunya adalah cendawan mikoriza, yang diketahui dapat
berassosiasi dengan akar tanaman, sehingga dapat membantu dalam hal
penyerapan unsur hara dan air (Talanca dan Adnan, 2005).
Usaha meningkatkan kemampuan tanaman agar lebih dapat beradaptasi
terhadap lingkungannya dapat dilakukan dengan pemberian mikoriza pada awal
penanaman. Mikoriza berpotensi sebagai salah satu alternatif teknologi untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian mikoriza mampu meningkatkan kemampuan
tanaman dalam beradaptasi terhadap lingkungan, baik dalam bentuk penyerapan
air maupun unsur hara karena mikoriza mampu meningkatkan kapasitas
penyerapan unsur hara serta berfungsi untuk meningkatkan produktivitas
tanaman. Mikoriza akan tumbuh pada akar tanaman selama tanaman tersebut
hidup, sehingga pemberiannya cukup satu kali seumur hidup tanaman
(Anggraini, 2012).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahanya dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apakah dengan pemangkasan di bawah 5 cm pada batang tanaman
mempengaruhi pertumbuhan padi ratoon?
2. Apakah

pemberian

mikoriza

dengan

berbagai

dosis

mempengaruhi

pertumbuhan pada tanaman padi ratoon?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti respon tanaman padi (Oryza sativa)
salibu/ratoon terhadap tinggi pemangkasan dan dosis pemberian mikoriza pada
fase vegetatif.
D. Manfaat Penelitian
Melalui

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan

pengetahuan dalam mempelajari pertumbuhan tanaman padi menggunakan
metode salibu/ ratoon dengan tinggi pemangkasan yang terbaik dan optimal
serta bagamana mikoriza memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman,
sehingga dari penelitian ini memungkinkan untuk mendapatkan pertumbuhan
yang terbaik pada tanaman padi dan pada akhirnya akan meningkatakan dan
memperkaya pengetahuan akan teknologi dalam upaya peningkatan kebutuhan
akan pangan di indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Padi
Klasifikasi dari tanaman Padi Berdasarkan ilmu sistematis tumbuhtumbuhan (taksonomi). diklasifikasikan sebagi berikut (Steenis, 2005) :
Divisio

: Spermatophyta

Sub divisio

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae,

Ordo

: Poales,

Famili

: Graminae

Genus

: Oryza Linn

Species

: Oryza sativa L.

B. Deskripsi tanaman padi
Tanaman padi (Oryza sativa) termasuk keluarga padi-padian atau
Poaceae. Tanaman ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : batangnya beruasruas yang didalamnya berongga, tingginya 1 sampai 1,5 meter. Pada tiap buku
batang tumbuh daun yang berbentuk pita dan berpelepah, tulang daun sejajar,
helaian daun berbentuk garis, panjang 15-80 cm, kebanyakan dengan tepi kasar,
akarnya serabut. Malai panjang 15-40 cm, tumbuh ke atas ujung menggantung,
cabang malai kasar. Anak bulir sangat aneka ragam; tidak 5 berjarum, berjarum
pendek atau panjang, berjarum licin atau kasar, hijau ataucoklat, gundul atau
berambut; panjang 7-10 mm. Bunga majemuk dengan satuan bunga berupa
floret, floret tersusun dalam spikelet. Buah dan biji sulit dibedakan karena
merupakan bulir atau kariopsis. Pada waktu masak buah kuning rontok atau
tidak. Buah berbeda, kadang-kadang kaya pati, kadang-kadang kaya perekat

5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

(ketan). Dipelihara atau liar ; kebanyakan di tempat yang

basah atau rawa

(Steenis, 2005).
C. Tanaman Padi Ratoon/Salibu
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang
sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada didalam
tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi
tergantung pada batang lama, tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti
padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya
sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama. Padi salibu berbeda dengan
padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa
dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas,
suplay hara tetap dari batang lama. Bila dilihat dari sisi perbedaan antara
budidaya system ratoon dengan system konvensional (Tabel 1) terlihat
perbedaan yang sangat signifikan (Edirman, 2012).
Tabel 1. Perbandingan Budidaya Sistem Ratoon dengan Sistem Konvensional
(Erdiman, 2012).
Parameter
Panan sebelumnya
Persiapan Lahan

Pengolahan Tanah
Persemaian
Tanam
Pemupukan
Penjarangan Penyisipan
Penyiangan
Pemeliharaan
Umur Panen

Ratoon
Lebih awal 10 hari
Penyemprotan Gulma
Penggenangan 2-3 hri
Pemotongan batang sisa
panen (7 hsp)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Rekomendasi dan
ditingkatkan N 25-50%
Penjarangan/ penyisipan
umur 20 hari
Lebih awal
Standart OPT
Lebih awal 20% dari
umur biasa

Tanam Pindah
Biasa
Pembersihan jerami sisa
panen

Di bajak 2 kali
Ada
Tanam pindah
Sesuai rekomendasi
Ada, umur 25-30 hari
Standar OPT
Standar OPT
Biasa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Pertumbuhan

tunas

setelah

dipotong

sangat

dipengaruhi

oleh

ketesrsedian air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam
keadaan kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada
masa pertumbuhan anakan padi salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama
hara nitrogen (Surowinoto, 1980 dalam Edirman, 2012). Unsur nitrogen
merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan
pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel.
Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau
tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik, unsur nitrogen adalah faktor
penting untuk produktivitas tanaman (Tisdale dan Nelson, 1990 dalam Edirman,
2012).
Menurut Susilowati (2011) Ratoon merupakan rumpun tanaman padi
yang tumbuh kembali menghasilkan anakan baru yang dapat dipanen jika
menghasilkan malai berisi. Keunggulan ratun ialah memberikan tambahan
produksi padi per musim tanam, hemat input produksi, biaya, tenaga, dan waktu
persiapan tanam. Varietas-varietas hibrida dan padi tipe baru (PTB) memiliki
keunggulan secara morfologi, fisiologi dan hasil. Kemampuan tunggul bekas
panen dalam menghasilkan tunas-tunas baru ratun perlu dievaluasi dari
genotipe-genotipe tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan
memperoleh genotipe padi dengan potensi ratun tinggi, sekaligus mendapatkan
paket teknologi pengelolaan ratoon dengan produksi tinggi.
Hasil

penelitian

Susilowati

(2011)

menunjukkan

kemampuan

menghasilkan ratoon berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman
sebelum panen. Varietas padi tipe baru memiliki pertumbuhan vegetatif yang
lebih baik dan menghasilkan ratoon lebih tinggi dibandingkan galur-galur PTB
lainnya. Tunas-tunas ratoon mulai berkembang 2-7 hari setelah panen, dengan
jumlah 2-4 daun per batang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

D. Tinggi Pemangkasan
Menurut Chaunchan, (1985) dalam Alfandi (2006) Tinggi pemangkasan
batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang,
maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan ratoon
berbeda-beda. Percobaan pada padi PB 5 dan PB 8 kurang lebih 4 ruas dari
tanah, mata tunas akan tumbuh secara potensial. Disamping karena regenerasi
terjadi paling awal akan tumbuh lebih cepat dan akan masak lebih awal. Varietas
CH 10 menghasilkan gabah lebih banyak bila dipangkas 15 cm dari pada
dipangkas 30 cm atau tidak dipangkas.
Ketika batang padi dipotong waktu melakukan panen, maka kurang lebih
tiga hari kemudian pada ruas terdekat dari bekas pemotongan batang biasanya
akan muncul tunas baru. Munculnya tunas tersebut dipengaruhi oleh keadaan
suatu zat hormon dalam tubuh tanaman yang disebut dengan auksin. Zat yang
cenderung selalu bergerak menuju ke arah bagian ujung atau pucuk tanaman,
karena bagian ujungnya telah terpotong maka hormon tersebut tertumpuk pada
bagian luka bekas pemotongan dan merangsang pertumbuhan tunas baru
disekitar luka. Pergerakan air dari akar ke bagian ujung tanaman mengalami
proses berlawanan terhadap gaya grafitasi melalui pipa kapiler yang terdapat
di dalam batang dengan proses kapilaritas sehingga tunas yang baru terbentuk
di bagian ujung batang memperoleh air dan zat makanan lainnya dari akar,
sehingga tunas yang baru muncul menjadi lebih kerdil dibanding yang
di bawahnya (Harminto, 2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Tabel 2. Pengaruh Tinggi Pemangkasan Batang Padi dan Dosis Pupuk Urea
Terhadap Panjang Malai (cm), Jumlah Malai per Rumpun (buah),
Jumlah Gabah Bernas Per Malai (butir) dan Jumlah Butir Hijau per
Malai (butir) (Alfandi, 2006).
Perlakuan

PMR
(cm)

JMR
(buah)

GB
(butir)

BH
(butir)

Tinggi pemngkasan
P1 (pemangkasan 5 cm)
66,4 a
461,9 b
20,9 b
20,3 d
P2 (pemangkasan 10 cm)
58,1 a
445,2 b
19,8 b
19,6 c
P3 (pemangkasan 15 cm)
57,0 a
343,9 a
17,o a
18,2 b
P4 (pemangkasan 20 cm)
59,4 a
361,1 a
17,0 a
17,6 a
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada
taraf 5%.
PMR: Rata-rata panjang malai per rumpun
GB: Rata-rata jumlah gabah bernas per malai
BH: Rata-rata jumlah butir hijau per malai
JMR: Rata-rata jumlah malai per rumpun
Hasil penelitian Alfandi (2006) menunjukkan bahwa semakin tinggi ratoon
(dari permukaan tanah) maka semakin pendek malai dan semakin sedikit jumlah
malai yang dihasilkan (Tabel 2), demikian pila jumlah gabah bernas semakin
sedikit. Hal ini disebabkan pada pemangkasan batang terpanjang menyebabkan
pertumbuhan yang lebih cepat untuk mencapai masa generatif sehingga
menghasilkan malai yang pendek dan jumlah malai yang sedikit. Tetapi
sebaliknya pemangkasan yang terpendek (sisa 5 cm dari permukaan tanah)
menghasilkan panjang dan jumlah malai serta jumlah gabah bernas yang lebih
banyak dibandingkan dengan pemangkasan yang terpanjang. Hal ini disebabkan
tunas/anakan yang keluar berasal dari buku pertama dan ketiga sehingga
pertumbuhan vegetatifnya lebih optimum dan menghasilkan pertumbuhan
generatif lebih sempurna.
E. Fungi Mikoriza
Mikoriza adalah simbiosis antara fungi tanah dengan akar tanaman yang
memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah membantu meningkatkan status

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit,
dan kondisi tidak menguntungkan lainnya. Terdapat dua macam mikoriza, yaitu
ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jamurnya menyelubungi
masing-masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa. Hifa-hifa itu hanya
menembus

antarsel

korteks

akar.

Pada

endomikoriza,

jamurnya

tidak

membentuk suatu selubung luar tetapi hidup di dalam sel-sel akar (intraseluler)
dan membentuk hubungan langsung antar sel akar dan tanah sekitarnya (Rao,
1994).
Mikoriza pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Frank pada
tanggal 17 April 1885. Tanggal ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai
titik awal sejarah mikoriza. Nuhamara (1993) mengatakan bahwa mikoriza adalah
suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang
saling menguntungkan antara suatu autobion/tumbuhan tertentu dengan satu
atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu. Struktur yang terbentuk dari
asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang
sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun
penyebaranya. Mikoriza tersebar dari artictundra sampai ke daerah tropis dan
dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan yang melibatkan 80% jenis
tumbuhan yang ada.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Musfal (2010), banyak manfaat
yang diberikan oleh Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA), antara lain
meningkatkan serapan P oleh tanaman, bobot kering tanaman, dan hasil pipilan
kering jagung. Aplikasi CMA juga dapat mengefisienkan penggunaan pupuk
hingga 50%. Penggunaan CMA tidak mencemari lingkungan, bahkan dalam
jangka panjang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta berguna
sebagai bioremediasi lingkungan. CMA berpotensi untuk dikembangkan karena
ketersediaannya di alam cukup banyak serta perbanyakan dan aplikasinya di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

lapangan sangat mudah dilakukan oleh petani tanpa perlu tanaman inang dan
perlakuan yang khusus.
Tabel 3. Pengaruh Mikoriza Terhadap Komponen Hasil (Syamsiyah, 2008).

Perlakuan
Tanpa
M ikoriza
M ikoriza

Anakan
Produktif

Panjang
M alai

Jm lah Gabah/ M alai

10,50 b

23,30 b

Isi
110,03 b

12,24 a

24,70 a

129,23 a

Gabah
Ham pa

hampa
80,98

t ot al
190,32

39,70

69,67

199,56

35,00

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%.
Hasil penelitian Syamsiyah (2008) Inokulasi mikoriza secara nyata
meningkatkan jumlah anakan produktif sebesar 16,49%, panjang malai sebesar
6,92%, jumlah gabah isi sebesar 17,45% (Tabel 3).
F. Proses Infeksi Mikoriza
Menurut Talanca dan Adnan (2005), terjadinya infeksi mikoriza pada akar
tanaman melalui beberapa tahap, yakni :
1. Pra infeksi. Spora dari mikoriza benrkecambah membentuk appressoria.
2. Infeksi. Dengan alat apressoria melakukan penetrasi pada akar tanaman.
3. Pasca infeksi. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa tumbuh secara intra
selluler, arbuskula terbentuk didalam sel saat setelah penetrasi. Arbuskula
percabangannya lebih kuat dari hifa setelah penetrasi pada dinding sel.
Arbuskula hidup hanya 4-15 hari, kemudian mengalami degenerasi dan
pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula, beberapa
cendawan mikoriza membentuk vesikel pada bagian interselluler, dimana
vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar dan
hifa.
4. Perluasan infeksi cendawan mikoriza dalam akar terdapat tiga fase:
a. Fase awal dimana saat infeksi primer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

b. Fase exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam
akar lebih cepat .
c. Fase setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
5. Setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari
akar dan di dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur cendawan disebut
hifa eksternal yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah,
dan sebagai alat transportasi nutrisi ke akar, hifa eksternal tidak bersepta dan
membentuk percabangan dikotom.
Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokan menjadi Ektomikoriza (jamur yang menginfeksi tidak masuk ke
dalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel jaringan
korteks, akar yang terinfeksi membesar dan bercabang), Endomikoriza (Jamur
yang menginfeksi masuk ke dalam jaringan sel korteks dan akar yang terinfeksi
tidak membesar) (Rao, 1994). Peranan penting mikoriza dalam pertumbuhan
tanaman adalah kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro
maupun mikro. Selain itu akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur
hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal
pada mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah
menjadi senyawa polifosfat (Intan, 2007).
G. Hipotesis
-

Diduga terdapat interaksi kombinasi antara perlakuan pemangkasan 1 cm
dengan pemberian mikoriza 7,5 gram yang signifikan dalam fase
vegetatif.

-

Diduga perlakuan pemangkasan pada sistem padi ratoon pada tinggi
pemangkasan 1 cm dari permukaan tanah memperoleh hasil yang paling
optimal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

-

Diduga dalam perlakuan dosis pemberian mikoriza, dosis tertinggi dengan
pemberian 7,5 gram akan memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap padi sistem ratoon.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di lahan petani yang terletak di Desa Ganung Kidul,
Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk dengan ketinggian tempat 300 m dpl.
Penelitian dilaksanakan mulai November 2013 sampai dengan Januari 2014.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu cangkul, sabit, mesin
pompa air, selang plastik, timbangan, plastik dan ember,. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah bekas panen padi Ciherang, KCl, mikoriza.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor dan diulang 3 kali
(Gambar 1).
Faktor I, tinggi pemangkasan (P) terdiri dari 3 level:
-

P1: dipangkas dengan tinggi 1 cm dari permukaan tanah

-

P2: dipangkas dengan tinggi 3 cm dari permukaan tanah

-

P3: dipangkas dengan tinggi 5 cm dari permukaan tanah

Faktor II, dosis mikoriza (M) terdiri dari 4 level:
-

M0: tanpa pemberian mikoriza

-

M1: pemberian mikoriza dengan dosis 2,5 gram per rumpun

-

M2: pemberian mikoriza dengan dosis 5 gram per rumpun

-

M3: pemberian mikoriza dengan dosis 7,5 gram per rumpun

Terdapat 12 perlakuan kombinasi yaitu:
P1M0

P1M2

P2M0

P2M2

P3M0

P3M2

P1M1

P1M3

P2M1

P2M3

P3M1

P3M3

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

D. Pelaksanaan
1. Menjaga Kelembaban Tanah
Pada kondisi lahan sawah yang terlalu kering, segera setelah padi di
panen lahan digenangi air setinggi ± 5 cm selama 2-3 hari, kemudian saluran
pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembapan
tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati
kekeringan.
2. Pemangkasan Batang Jerami
Sebelum melakukan pemangkasan batang, pupuk kandang diberikan
pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha. Pemangkasan dilakukan
dengan tinggi yang berbeda sesuai perlakuan yaitu 1 cm dari permukaan tanah,
3 cm dari permukaan tanah, 5 cm dari permukaan tanah. Selanjutnya
pemangkasan dilakukan pada pangkal batang menggunakan sabit dengan
ketinggian sesuai dengan perlakuan yang direncanakan yaitu 1cm dari
permukaan tanah, 3 cm dari permukaan tanah, dan 5 cm dari permukaan tanah.
Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa
pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata di permukaan
lahan. Tunggul padi tidak ada yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu
terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh.
3. Pemberian Mikoriza
Pemberian mikoriza dilakukan pada saat sehari setelah pemangkasan
sudah selesai dengan dosis perlakuan yang sudah ditentukan yaitu tanpa
pemberian mikoriza. 2,5 gram perumpun, 5 grm perumpun, 7,5 gram perumpun.
Mikoriza ditaburkan pada merata pada sekitar tanaman sesuai dengan
perlakuan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

4. Pemupukan
Pemupkan ditujukan untuk merangsang pertumbuhan maka kurang lebih
dua minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar
tunas muncul ke permukaan maka dilakukan pemupukan dengan cara
menaburkan pupuk Urea diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/
ha. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi
air di permukaan lahan dalam keadaan lembab tidak tergenang.
5. Pengairan
Penelitian ini pelaksanaanya pada waktu musim kemarau sehingga
mengairi lahan setiap hari untuk menjaga kebutuhan air dari tanaman itu sendiri
akan tetapi tidak sampai menggenang.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tidak ada masa berat antara satu daur
hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya
padi ratoon akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama
dan penyakit.
E. Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu pengamatan vegetatif
yang meliputi:
1. Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur dari permukaan tanah sampai bagian tanaman
terpanjang, mulai diukur seminggu setelah pemangkasan dengan interval 7 hari
setelah pemangkasan selama 30 hari setelah pemangkasan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2. Jumlah Tanaman per Rumpun
Penghitungan jumlah tanaman per rumpun, melihat pada bagian sekitar
atau dekat dengan tunggul atau tanaman yang sudah tumbuh bila terlihat
munculnya tunas anakan baru yang di tandai munculnya 1-2 daun pada sela-sela
tanaman.
3. Berat Kering Tanaman (g)
Mengukur berat kering dengan mengambil tanaman dari lahan percobaan
untuk selanjutnya di oven pada suhu 80°C selama 2 hari (48 jam) sampai
mendapatkan berat yang konstan. Tanaman yang sudah kering diukur dengan
timbangan digital.
F. Analisa Data
Analisa

data

menggunakan

Anova

(Analisa

variansi)

ganda

(Sastrosupadi, 2000) dengan kriteria pengujian yaitu:
F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak
F hitung ≤ F tabel, mako Ho diterima
Jika hasil analisa menunjukan F hitung > tabel dianjurkan uji perbandingan ratarata hasil dengan uji ( BNJ ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Jumlah Tanaman Per Rumpun
Interaksi antara perlakuan tinggi pemangkasan dan dosis mikoriza
menunjukan perlakuan kombinasi P1M3 lebih banyak jumlah tanaman per
rumpunya dibandingkan dengan kombinasi lainya.
Interaksi perlakuan tinggi pemangkasan dan dosis pemberian mikoriza
dengan rata-rata sebagai berikut (Tabel 4):
Tabel 4. Interaksi Antara Pemangkasan dan Dosis Mikoriza Terhadap Jumlah
Tanaman Per Rumpun 4 MSP (Minggu Setelah Pemangkasan)
Perlakuan

Rat a-rata

P1M 0 (pemangkasan 1 cm dan tanpa mikoriza)

10,8

ef

P1M 1 (pemangkasan 1 cm dan 2,5 g mikoriza)

12,1

fg

P1M 2 (pemangkasan 1 cm dan 5 g mikoriza)

13,9

h

P1M 3 (pemangkasan 1 cm dan 7,5 g mikoriza)

17,1

i

P2M 0 (pemangkasan 3 cm dan tanpa mikoriza)

9,2

P2M 1 (pemangkasan 3 cm dan 2,5 g mikoriza)

10,8

ef

P2M 2 (pemangkasan 3 cm dan 5 g mikoriza)

11,2

ef

P2M 3 (pemangkasan 3 cm dan 7,5 g mikoriza)

12,6

efg

P3M 0 (pemangkasan 5 cm dan tanpa mikoriza)

7,1

a

P3M 1 (pemangkasan 5 cm dan 2,5 g mikoriza)

8,9

b

P3M 2 (pemangkasan 5 cm dan 5 g mikoriza)

9,1

bc

P3M 3 (pemangkasan 5 cm dan 7,5 mikoriza)

10,5

cde

BNJ 5%

1, 44

Keterangan

bcd

: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata dan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNJ α=0,05.
tn = Tidak Nyata

Pemangkasan

secara

keseluruhan

berpengaruh

nyata

terhadap

peningkatan jumlah tanaman per rumpun (Tabel lampiran 1). Penerapan
pemangkasan yaitu (P1, P2, P3) pada penelitian ini meningkatkan jumlah
tanaman per rumpun pada tiap minggunya, pada pengamatan minggu jumlah
tanaman per rumpun pada setiap perlakuan belum terjadi interaksi sama sekali

19
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

sehingga pada pengamatan awal minggu pertama tidak berpengaruh nyata, akan
tetapi mulai dari minggu kedua sampai minggu keempat terjadi interaksi yang
cukup berbeda nyata dari setiap perlakuan pemangkasan, hasilnya P1
mempunyai jumlah tanaman per rumpun paling banyak dari P2 yaitu dengan
jumlah tanaman per rumpun minggu terakhir rata-rata 13,5 sedangkan P2
mempunyai rata-rata jumlah tanaman pr rumpun pada minggu terakhir 10,95
yang dimana jumlah jumlah tanaman per rumpun dari P2 ini lebih besar dari P3
yaitu dengan jumlah rata-rata tanaman per rumpun 8,88 (Gambar 2).

Gambar 2: Pengaruh Tinggi Pemangkasan terhadap Jumlah Tanaman per
Rumpun.
Mikoriza

secara

keseluruhan

berpengaruh

nyata

terhadap

peningkatan jumlah tanaman per rumpun (Tabel lampiran 4). Penerapan
pemangkasan yaitu (M0, M1, M2, M3) pada penelitian ini meningkatkan jumlah
anakan pada tiap minggunya, pada pengamatan minggu jumlah tanaman per
rumpun pada setiap perlakuan belum terjadi interaksi sama sekali sehingga pada
pengamatan awal minggu pertama tidak berpengaruh nyata, akan tetapi mulai
dari minggu kedua sampai minggu keempat terjadi interaksi yang cukup berbeda
nyata dari setiap perlakuan pemangkasan, hasilnya M3 mempunyai jumlah
tanaman per rumpun paling banyak dari M2 yaitu dengan jumlah tanaman per
rumpun minggu terakhir rata-rata 13,4 sedangkan M2 mempunyai rata-rata
jumlah tanaman per rumpun pada minggu terakhir 11,42 yang dimana jumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

tanaman per rumpun dari M2 ini lebih besar dari M1 yaitu dengan jumlah ratarata anakan 10,6 dan lebih besar dari M0 9,02 (Gambar 3).

Gambar 3: Pengaruh Dosis Pemberian Mikoriza
Perlakuan tinggi pemangkasan dan dosis pemberian mikoriza dengan
rata-rata jumlah tanaman per rumpun sebagai berikut (Tabel 5):
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Tanaman per rumpun pada Umur 1 - 3 Minggu
Setelah Pemangkasan, Pengaruh Perlakuan Pemankasan (P) dan
Dosis Pemberian Mikoriza (M).
Perlakuan
1 MSP
2 MSP
3 MSP
Pemangkasan
P1 (pemangkasan 1 cm)
5,82
8,83
ab
12,15
c
P2 (pemangkasan 3 cm)
6,28
8,28
ab
10,28
b
P3 (pemangkasan 5 cm)
5,37
6,33
a
7,60
a
BNJ 5%
tn
1,44
1,18
Dosis Mikoriza
M0 (tanpa mikoriza)
4,89
6,11
a
7,98
a
M1 (dosis mikoriza 2,5 g)
6,36
8,18
b
9,73
b
M2 (dosis mikoriza 5 g)
6,51
8,31
bc
10,73
bc
M3 (dosis mikoriza 7,5 g)
5,53
8,67
bc
11,60
c
BNJ 5%
tn
1,84
1,51
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata dan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNJ α=0,05.
tn = Tidak Nyata
MSP = Minggu Setelah Pemangkasan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2. Panjang Tanaman
Perlakuan tinggi pemangkasan dan dosis mikoriza menunjukan tidak ada
interaksi antar perlakuan kombinasi.
Pemangkasan

secara

keseluruhan

berpengaruh

nyata

terhadap

peningkatan panjang tanaman (Tabel lampiran 1-4). Penerapan pemangkasan
yaitu (P1, P2, P3) pada penelitian ini meningkatkan Panjang tanaman pada tiap
minggunya, hasilnya P3 mempunyai panjang tanaman paling banyak dari P2
yaitu dengan jumlah anakan minggu terakhir rata-rata 36,7 sedangkan P2
mempunyai rata-rata jumlah anakan pada minggu terakhir 31,83 yang dimana
jumlah anakan dari P2 ini lebih besar dari P1 yaitu dengan panjang rata-rata
tanaman 29,27.
Mikoriza secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap peningkatan
panjang tanaman (Tabel lampiran). Penerapan Mikoriza yaitu (M0, M1, M2, M3)
pada penelitian ini meningkatkan Panjang tanaman pada tiap minggunya,
hasilnya M3 mempunyai panjang tanaman paling banyak dari M2 yaitu dengan
panjang tanaman minggu terakhir rata-rata 36 cm sedangkan M2 mempunyai
rata-rata jumlah anakan pada minggu terakhir 34,2 cm yang dimana jumlah
anakan dari M2 ini lebih besar dari M1 yaitu dengan panjang rata-rata tanaman
32,73 cm dan M1 lebih besar dari M0 yaitu dengan rata-rata 27,47 cm.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Tabel 6.

Rata-rata Panjang Tanaman (cm) pada Umur 1 - 4 Minggu Setelah
Pemangkasan oleh Pengaruh Perlakuan Pemankasan (P) dan Dosis
Pemberian Mikoriza (M).

Perlakuan
Pemangkasan
P1 (pemangkasan 1 cm)
P2 (pemangkasan 3 cm)
P3 (pemangkasan 5 cm)
BNJ 5%
Dosis Mikoriza
M0 (tanpa mikoriza)
M1 (dosis mikoriza 2,5 g)
M2 (dosis mikoriza 5 g)
M3 (dosis mikoriza 7,5 g)

1 MSP

2 MSP

3 MSP

4 MSP

14,43
16,70
23,90
2,03

a
b
c

20,43
23,83
31,63
1,63

a
b
c

25,65
28,70
34,65
2,40

a
b
c

29,27
31,83
36,70
2,50

a
b
c

15,64
18,33
19,80
19,60

a
b
b

20,44
25,11
27,27
28,38

a
b
c
c

24,27
30,00
31,53
32,87

a
b
bc
bc

27,47
32,73
34,20
36,00

a
b
c
c

b
BNJ 5%
Keterangan

2,59
2,08
3,05
3,19
: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata dan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNJ α=0,05.
tn = Tidak Nyata
MSP = Minggu Setelah Pemangkasan

3. Berat Kering Tanaman
Pemangkasan berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman seperti
yang dapat dilihat dari lampiran tabel. Pada pemangkasan P1 menunjukan
bahwa berat kering tanaman dengan rata-rata 7,39 gram per rumpun, lebih berat
dari P2 dengan berat 6,51 gram per rumpun dan rata-rata P2 lebih berat dengan
P3 yaitu dengan rata-rata 5,99 gram per rumpun.
Pemberian dosis mikoriza berpengaruh nyata terhadap berat kering
tanaman berdasarkan pada (Tabel 7). Dosis pemberian mikoriza M3 mempunyai
berat kering tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan M2 yaitu dengan
rata-rata 7,78 gram per rumpun, M2 memiliki berat kering rata-rata 6, 86 gram
per rumpun dan lebih berat dengan M1 yaitu dengan rata-rata 6,43 gram per
rumpun sedangkan M0 dengan berat rata-rata 5,45 gram per rumpun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Tabel

7. Rata-rata berat kering (gram) pada Umur 1 - 4 Minggu Setelah
Pemangkasan oleh Pengaruh Perlakuan Pemankasan (P) dan Dosis
Pemberian Mikoriza.

Perlakuan
Rata-rata
Pemangkasan
P1 (pemangkasan 1 cm)
7,39 c
P2 (pemangkasan 3 cm)
6,51 b
P3 (pemangkasan 5 cm)
5,99 a
BNJ 5%
0,34
Dosis Mikoriza
M0 (tanpa mikoriza)
5,45 a
M1 (dosis mikoriza 2,5 g)
6,43 b
M2 (dosis mikoriza 5 g)
6,86 c
M3 (dosis mikoriza 7,5 g)
7,78 d
BNJ 5%
0,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata dan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNJ α=0,05.
tn = Tidak Nyata
B. Pembahasan
Interaksi antara pemangkasan dan dosis pemberian mikoriza sebagian
besar dari perlakuan tidak menunjukan hasil adanya interaksi akan tetapi pada
parameter jumlah tanaman per rumpun di minggu ke empat menunjukan adanya
interaksi (Tabel Lampiran 4).
Jumlah tanaman per rumpun pada hasil percobaan menunjukan berbeda
nyata dilihat dari uji

sidik ragam dan Pemangkasan pada sistem ratoon ini

memberikan kontribusi besar dalam tumbuhnya jumlah tanaman pada setiap
rumpun, dari hasil menunjukan pemangkasan dengan tinggi 1 cm memperoleh
jumlah tanaman per rumpun yang cukup besar dibandingkan dengan 3 cm dan 5
cm, ini disebabkan tunas yang tumbuh dari buku-buku batang pada P1 sudah
menyentuh tanah sehingga akar dapat cepat keluar dari ruas batang tersebut
sehingga tidak hanya mendapatkan unsur hara dari perakaran lama akan tetapi
dari perakaran baru yang dapat terus berkembang, sehingga jumlah tanaman per

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

rumpun lebih banyak dibandingkan perlakuan P2 dan P3. Perlakuan dengan
pemangkasan semakin tinggi, tunas yang tumbuh dari buku batang sulit
mencapai permukaan tanah (Gambar 4).
16,00
14,00
12,00
10,00
p1
8,00

p2

6,00

p3

4,00
2,00
0,00
mgg1

mm g2

mgg3

mgg4

Gambar 4: Pengaruh Pemangkasan Terhadap Jumlah Tanaman
Akan tetapi pertumbuhan dan panjang tanaman pada perlakuan P3
mengalami percepatan pertumbuhan yang lebih cepat dari perlakuan lainya,
jumlah unsur hara yang terambil oleh tanaman hanya diserap oleh beberapa
anakan sehingga pertumbuhan anakan yang sedikit itu mendapatakan asupan
hara yang tinggi, selain itu oleh ini masih adanya pengaruh dari tanaman
sebelumnya dan beregenerasi sehingga pertumbuhannya lebih cepat dari P1
(Gambar 5).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

40,00
35,00
30,00
25,00
p1
20,00

p2

15,00

p3

10,00
5,00
0,00
mgg1

mm g2

mgg3

mgg4

Gambar 5: Pengaruh Pemangkasan Terhadap Panjang Tanaman
8
7

Berat Kering (g)

6
y = -0,35x + 7,68
R² = 0,9784

5
4
3
2
1
0
0

1

2

3

4

5

6

Tinggi Pangkasan (cm)

Gambar 6: Pengaruh Pemangkasan Terhadap Berat Kering
Tingginya batang yang dipotong menentukan jumlah tunas yang akan
tumbuh, ini merupakan efek dari tingginya pemotongan batang padi dan jumlah
ruas/buku karena padi ratoon tergantung pada tunas batang jerami yang tidak
aktif agar tetap dapat hidup. Pada IR 5 dan IR 8 setiap 4 ruas dari atas tanah
memiliki tunas dengan pertumbuhan kembali yang potensial. Tanaman dari ruas
yang lebih tinggi akan beregenerasi lebih cepat, tumbuh lebih awal dan panen
labih awal (Prashar, 1970 dalam Alfandi, 2006).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Pemangkasan batang untuk merangsang tumbuhnya tunas dan akar baru
sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun
tanaman. Menghilangkan batang dan daun tua berarti menghilangkan sumber
auksin dan dengan demikian pertumbuhan tunas baru akan terbentuk begitu juga
akarnya, mengingat fungsi auksin dapat menghambat pertumbuhan tunas dan
dapat menstimulir pertumbuhan akar baik panjang maupun jumlahnya (Zaenal,
1993).
Mikoriza secara keseluruhan berdasarkan hasil uj