Uji Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi Dengan Produksi Gabah

UJI STABILITAS VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN
SALIN DAN SULFAT MASAM MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI
DAN SIDIK LINTAS KOMPONEN PRODUKSI DENGAN PRODUKSI

TESIS

Oleh:
MUHAMMAD SYAHRIL LUBIS
097001014/AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH PASCA SARJANA
FAKULAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

UJI STABILITAS VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN
SALIN DAN SULFAT MASAM MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI
DAN SIDIK LINTAS KOMPONEN PRODUKSI DENGAN PRODUKSI


TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Dalam Program Studi
Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Oleh:
MUHAMMAD SYAHRIL LUBIS
097001014/AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH PASCA SARJANA
FAKULAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : UJI STABILITAS VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)

PADA

LAHAN

SALIN

DAN

SULFAT

MASAM

MENGGUNAKAN ANALISIS AMMI DAN SIDIK
LINTAS

KOMPONEN

PRODUKSI

DENGAN


PRODUKSI
Nama

: Muhammad Syahril Lubis

NIM

:097001014

Program Study

: Agroekoteknologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS.
Ketua


Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Tanggal lulus: 16 April 2012

Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.
Anggota

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

Telah diuji pada:

Tanggal

: 16 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS.

Anggota

: Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.
Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Dr. Deni Elfiati, SP. MP.

ABSTRAK

Muhammad Syahril Lubis, Uji Stabilitas Beberapa Varietas Padi (Oryza
sativa L.) menggunakan analisis AMMI dan sidik lintas komponen produksi
dengan produksi gabah (dibimbing oleh Rosmayati dan Lollie Agustina. P. Putri).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas spesifik lokasi dan
varietas yang stabil disemua lokasi yang diuji dan untuk mendapatkan parameter
untuk seleksi secara tidak langsung pada lingkungan spesifik berdasarkan nilai
pengaruh langsung dan tidak langsung komponen hasil terhadap daya hasil.
Pelaksanaan dilakukan di tiga lokasi dengan kondisi tanah yaitu optimal, sulfat

masam dan salin. Pada penelitian ini digunakan 18 varietas untuk masing-masing
lokasi, pada lahan optimal 18 varietas dapat bertahan hidup, pada lahan sulfat
masam 12 varetas dapat bertahan hidup dan pada lahan salin 5 varietas dapat
bertahan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan varietas Hipa 8 Pioner, Bernas Hipa 7dan
Margasari sesuai untuk di kembangkan pada kondisi optimal, varietas Punggur,
Lambur sesuai untuk di kembangkan pada kondisi pada lokasi sulfat masam,
Martapura spesifik untuk lokasi optimal dan salin sedangkan varietas Siak Raya
spesifik untuk lokasi optimal dan sulfat masam, varietas Banyuasin dan Dendang
dapat direkomendasikan untuk ketiga jenis lokasi yang diuji.
Sidik lintas menunjukkan parameter seleksi tidak langsung pada kondisi
optimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah gabah per malai, jumlah
anakan dan panjang malai. Parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan
sulfat masam yaitu empat karakter yaitu tinggi tanaman,jumlah anakan produktif,
jumlah gabah permalai dan % gabah berisi. Parameter untuk seleksi tidak
langsung pada lahan yaitu karakter umur panen dan jumlah anakan produktif .
Kata Kunci: Uji Stabilitas, Analisis AMMI, dan Analisis Lintas

i


ABSTRACT

Muhammad Syahril Lubis, Stability Test of Rice Varieties (Oryza sativa
L.) using AMMI analysis and path analysis of yield component with yield
(Supervised by Rosmayati and Lollie Agustina. P. Putri).
The aims of the research are to obtain specific location varieties and
varieties are stability in all locations tested and to get the parameters for indirect
selection in specific location based on the value of direct and indirect effeft from
path anlysis. The reserch was conducted at three location with soil conditions are
optimal, acid sulfate and saline. Used 18 varieties for each location, at optimal
location 18 varieties can survive, at acid sulfat location 12 varieties can survive
and saline location only 5 varieties can survive.
The results showed varieties Hipa 8 Pioner, Bernas, Hipa 7 and Margasari
rekommended at location with optimal conditions, varieties Punggur and Lambur
recommended at acid sulfate location, Martapura specific for the optimal location
and salin while Siak Raya specific for optimal location and acid sulfate soil, and
Banyuasin and Dendang can be recommended for all three types of locations that
were tested.
Path analysis showed an indirect selection parameters on optimal
conditions among others are number of productive tillers and grain number per

panicle, number of tillers and panicle length. Parameters for indirect selection on
acid sulfate soil that is four characters namely plant height, number of productive
tillers, grain number per panicle and % of the grains per panicle. Parameters for
indirect selection on saline land are character age and number of tillers productive
.
Keywords: Stability Test, AMMI Analysis, and Path Analysis

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis dan
program studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu
Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi sebagai anggota komisi pembimbing. Dan
juga kepada ibu Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan
Ibu Dr. Deni Elfiati, SP. MP sebagai komisi penguji yang telah banyak

memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda yang
telah menanamkan semangat dan dukungan moril kepada penulis untuk
menyelesaikan studi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Prof. Dr. Ir. Jenimar, MS yang telah memberikan dukungan kepada penulis
untuk

menyelesaikan

studi

ini

serta

kepada

Bapak


Luthfi A. Mahmud Siregar, SP. MSc. Ph.D yang telah memberikan banyak
dukungan kepada penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor

Universitas Sumatera

Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K).,
Direktur Pascasarjana USU Bapak Prof . Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.,
Dekan Fakultas Pertanian USU Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan kepada
iii

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP serta
segenap dosen Agroekoteknologi dan staf tata usaha.
Tidak

lupa

juga

penulis


ucapkan

terima

kasih

kepada

bapak

Dr. Agus Purwoko, S.Hut, MSi karena telah banyak memberikan motivasi dan
semangat

kepada

penulis.

Serta

kepada

kawan-kawan

program

studi

Agroekoteknologi angkatan 2009 dan kawan-kawan di BKM al-Mukhlisin
Fakultas Pertanian USU.

Medan , April 2012

Penulis

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas
kehendakNYA penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Uji
Stabilitas Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Lahan Salin dan Sulfat
Masam Menggunakan Analisis AMMI dan Sidik Lintas Komponen Produksi
Dengan Produksi Gabah” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar magister pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan Tesis ini
yaitu kepada Ibu. Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS. sebagai ketua komisi pembimbing
dan kepada Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina. P. Putri, MSi. sebagai anggota komisi
pembimbing.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga tulisan ini
dapat bermanfaat.

Medan, April 2012

v

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Syahril

Lubis dilahirkan pada tanggal 01 November 1986 di

Kotanopan Madina Sumatera Utara Bapak bernaman Murroh Lubis dan Ibu
bernama Nur Jannah.Merupakan anak kelima dari 6 bersaudara.
Tamat SD 142649 Desa Lumban Pasir pada tahun 1999, tamat SMP N6
Kotanopan pada tahun 2002, dan tamat SMA N1. Kotanopan pada tahun 2005.
Tamat dari Program Studi Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian USU pada
tahun 2009. Pada bulan September 2009 tercatat sebagai mahasiswa S2 pada
Sekolah Pascasarjan Fakultas Pertanian USU.

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................1
Perumusan Masalah ...................................................................................4
Tujuan Penelitian .......................................................................................6
Hipotesis Penelitian....................................................................................6
Kegunaan Penelitian ..................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................8
Tanaman Padi .............................................................................................8
Pemuliaan Tanaman Padi di Indonesia ......................................................9
Stabilitas Genotipe ...................................................................................14
Analisis AMMI ........................................................................................15
Analisis Lintas..........................................................................................18
BAHAN DAN METODE .....................................................................................20
Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................20
Bahan dan Alat .........................................................................................21
Metode Penelitian ....................................................................................22
Tahapan Penelitian ...................................................................................22
Pelaksanaan Penelitian .............................................................................23
Persiapan Lahan .........................................................................23
Persemaian .................................................................................23
Pengelolaan Tanaman ................................................................23
Pemupukan .................................................................................24
Pemanenan .................................................................................24
Pengamatan Parameter .............................................................................24
Tinggi Tanaman (cm) .................................................................24
Jumlah Anakan (batang) ............................................................25
Umur Keluar Malai (hari) ..........................................................25
Jumlah Anakan Produkif (batang) .............................................25
Panjang Malai (cm) ....................................................................25
vii

Umur Panen (hari) ......................................................................25
Jumlah Gabah (butir.malai-1) .....................................................25
Persentase Gabah Berisi dan Hampa (%)...................................25
Bobot 1000 Butir Gabah (g).......................................................26
Produksi Gabah (g) ....................................................................26
Jumlah stomata ...........................................................................26
Kadar klorofil a, b dan total .......................................................26
Analisi Data..............................................................................................27
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................31
Interaksi Genetik dan Lingkungan ...........................................................31
Analisis AMMI ........................................................................................40
Analisis Lintas .........................................................................................43
Lahan optimal ............................................................................43
Lahan Sulfat Masam ..................................................................45
Lahan Salin ................................................................................47
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................51
Kesimpulan ..............................................................................................51
Saran ........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................53

viii

DAFTAR TABEL

No

Hal

1.

Karakteristik Lahan Penelitian ...................................................................... ....21

2.

Nilai heritabilitas pada setiap lokasi ............................................................. ....31

2. Penampilan karakter setiap varietas pada lokasi optimal, sulfat masam dan
salin ................................................................................................................ ....32
3. Jumlah stomata, klorofil a, b dn total pada 3 lokasi yang diuji....................... ....36
4. Nilai koefisien, simpangan regresi dan rataan 5 varietas padi ........................ ....38
5.

Hasil analisis ragam model AMMI ................................................................ ....41

6. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter
yang diamati pada lahan optimal..................................................................... ....44
7. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter
yang diamati pada lahan sulfat masam............................................................ ....46
8. Pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari karakter
yang diamati pada lahan salin ......................................................................... ....48

ix

DAFTAR GAMBAR

No

Hal.

1. Peta lokasi penelitian ...........................................................................................20
2. Hubungan kausal diagram lintas antara peubah bebas dan peubah tak bebas
untuk komponen hasil ...........................................................................................29
3. Interpretasi produksi dengan koefisien regresi ......................................................39
4. Biplot pengaruh interaksi Model AMMI 2 untuk data produksi (kesesuaian
model 89,5%) ........................................................................................................42

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Hal

1. Deskripsi Varietas Banyuasin .......................................................................... 56
2. Deskripsi Varietas Batanghari .......................................................................... 57
3. Deskripsi Varietas Dendang.............................................................................. 58
4. Deskripsi Varietas Indragiri .............................................................................. 59
5. Deskripsi Varietas Punggur .............................................................................. 60
6. Deskripsi Varietas Martapura ........................................................................... 61
7. Deskripsi Varietas Margasari ............................................................................ 62
8. Deskripsi Varietas Siak Raya ............................................................................ 63
9. Deskripsi Varietas Air Tenggulang................................................................... 64
10. Deskripsi Varietas Lambur ............................................................................ 65
11. Deskripsi Varietas Mendawak ........................................................................ 66
12. Deskripsi Varietas IR64 ................................................................................. 67
13. Deskripsi Varietas Ciherang .......................................................................... 68
14. Deskripsi Varietas Hipa 7 ............................................................................... 69
15. Deskripsi Varietas Hipa 8 Pioneer .................................................................. 70
16. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) lokasi optimal .................................... 71
17. Data pengamatan jumlah anakan lokasi optimal ............................................. 72
18. Data pengamatan jumlah anakan produktif .................................................... 73
19. Data pengamatan umur keluar malai............................................................... 74
20. Data pengamatan umur panen ......................................................................... 75
21. Data pengamatan panjang malai (cm) ............................................................. 76
xi

22. Data pengamatan jumlah gabah per malai (butir) ........................................... 77
23. Data pengamatan % gabah hampa pada lokasi optimal .................................. 78
24. Data pengamatan % berisi hampa pada lokasi optimal .................................. 79
25. Data pengamatan bobot 1000 butir (g)........................................................... 80
26. Data pengamatan produksi (kg) ...................................................................... 81
27. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada lokasi sulfat masam .................. 82
28. Data pengamatan jumlah anakan pada lokasi sulfat masam ........................... 83
29. Data pengamatan jumlah anakan produktif pada lokasi sulfat masam ........... 84
30. Data pengamatan umur keluar malai (hari) pad lokasi sulfat masam ............. 85
31. Data pengamatan umur panen (hari) pada lokasi sulfat masam ...................... 86
32. Data Pengamatan panjang malai (cm) pada lokasi sulfat masam ................... 87
33. Data pengamatan jumlah gabah per malai (butir) pada lokasi sulfat masam .. 88
34. Data pengamatan % gabah hampa per malai pada lokasi sulfat masam ......... 89
35. Data pengamatan % gabah berisi per malai pada lokasi sulfat masam ........... 90
36. Data pengamatan bobot 1000 butir (g) pada lokasi sulfat masam .................. 91
37. Data pengamatan produsi (kg) pada lokasi sulfat masam ............................... 92
38. Data pengamatan tinggi tanaman (cm) pada lokasi salin ................................ 93
39. Data pengamatan jumlah anakan pada lokasi salin ......................................... 93
40. Data pengamatan jumlah anakan produktif..................................................... 94
41. Data pengamatan umur keluar malai (hari) pada lokasi salin ......................... 94
42. Data pengamatan umur panen (hari) pada lokasi salin ................................... 95
43. Data pengamatan panjang malai (cm) pada lokasi salin ................................. 95
44. Data pengamatan jumlah gabah per malai (butir) pada lokasi salin ............... 96
45. Data pengamatan % gabah hampa pada lokasi salin ....................................... 96

xii

46. Data pengamatan % gabah berisi pada lokasi salin ........................................ 97
47. Data pengamatan bobot 1000 butir (g) pada lokasi salin ................................ 97
48. Data pengamatan produksi (kg) pada lokasi salin........................................... 98
49. Data pengamatan kerapatan stomata pada lokasi salin ................................... 99
50. Data pengamatan kerapatan stomata pada lokasi sulfat masam...................... 99
51. Data pengamatan kerapatan stomata pada lokasi optimal............................... 100
52. Data pengamatan klorofil a pada lokasi salin ................................................. 100
53. Data pengamatan klorofil b pada lokasi salin ................................................. 101
54. Program untuk analisis ragam ......................................................................... 102
55. Program untuk penguraian pengaruh interaksi dengan analisis AMMI.......... 102

xiii

ABSTRAK

Muhammad Syahril Lubis, Uji Stabilitas Beberapa Varietas Padi (Oryza
sativa L.) menggunakan analisis AMMI dan sidik lintas komponen produksi
dengan produksi gabah (dibimbing oleh Rosmayati dan Lollie Agustina. P. Putri).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas spesifik lokasi dan
varietas yang stabil disemua lokasi yang diuji dan untuk mendapatkan parameter
untuk seleksi secara tidak langsung pada lingkungan spesifik berdasarkan nilai
pengaruh langsung dan tidak langsung komponen hasil terhadap daya hasil.
Pelaksanaan dilakukan di tiga lokasi dengan kondisi tanah yaitu optimal, sulfat
masam dan salin. Pada penelitian ini digunakan 18 varietas untuk masing-masing
lokasi, pada lahan optimal 18 varietas dapat bertahan hidup, pada lahan sulfat
masam 12 varetas dapat bertahan hidup dan pada lahan salin 5 varietas dapat
bertahan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan varietas Hipa 8 Pioner, Bernas Hipa 7dan
Margasari sesuai untuk di kembangkan pada kondisi optimal, varietas Punggur,
Lambur sesuai untuk di kembangkan pada kondisi pada lokasi sulfat masam,
Martapura spesifik untuk lokasi optimal dan salin sedangkan varietas Siak Raya
spesifik untuk lokasi optimal dan sulfat masam, varietas Banyuasin dan Dendang
dapat direkomendasikan untuk ketiga jenis lokasi yang diuji.
Sidik lintas menunjukkan parameter seleksi tidak langsung pada kondisi
optimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah gabah per malai, jumlah
anakan dan panjang malai. Parameter untuk seleksi tidak langsung pada lahan
sulfat masam yaitu empat karakter yaitu tinggi tanaman,jumlah anakan produktif,
jumlah gabah permalai dan % gabah berisi. Parameter untuk seleksi tidak
langsung pada lahan yaitu karakter umur panen dan jumlah anakan produktif .
Kata Kunci: Uji Stabilitas, Analisis AMMI, dan Analisis Lintas

i

ABSTRACT

Muhammad Syahril Lubis, Stability Test of Rice Varieties (Oryza sativa
L.) using AMMI analysis and path analysis of yield component with yield
(Supervised by Rosmayati and Lollie Agustina. P. Putri).
The aims of the research are to obtain specific location varieties and
varieties are stability in all locations tested and to get the parameters for indirect
selection in specific location based on the value of direct and indirect effeft from
path anlysis. The reserch was conducted at three location with soil conditions are
optimal, acid sulfate and saline. Used 18 varieties for each location, at optimal
location 18 varieties can survive, at acid sulfat location 12 varieties can survive
and saline location only 5 varieties can survive.
The results showed varieties Hipa 8 Pioner, Bernas, Hipa 7 and Margasari
rekommended at location with optimal conditions, varieties Punggur and Lambur
recommended at acid sulfate location, Martapura specific for the optimal location
and salin while Siak Raya specific for optimal location and acid sulfate soil, and
Banyuasin and Dendang can be recommended for all three types of locations that
were tested.
Path analysis showed an indirect selection parameters on optimal
conditions among others are number of productive tillers and grain number per
panicle, number of tillers and panicle length. Parameters for indirect selection on
acid sulfate soil that is four characters namely plant height, number of productive
tillers, grain number per panicle and % of the grains per panicle. Parameters for
indirect selection on saline land are character age and number of tillers productive
.
Keywords: Stability Test, AMMI Analysis, and Path Analysis

ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah

satu

upaya

yang

dapat

ditempuh

untuk meningkatkan

produktivitas padi adalah melalui program pemuliaan tanaman. Program yang
dilakukan bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan
dapat diterima masyarakat serta tidak hanya berproduksi tinggi pada lokasi
tertentu tetapi diharapkan dapat juga berproduksi dengan baik pada berbagai
lokasi dengan kondisi lingkungan yang beragam. Salah satu tahapan sebelum
suatu varietas dilepas adalah uji multilokasi. Dari hasil uji multilokasi diharapkan
diperoleh varietas-varietas yang beradaptasi baik pada lingkungan tertentu
dan memiliki stabilitas yang baik pada lingkungan tertentu atau pada berbagai
lingkungan, sehingga genotipe tersebut dapat dilepas sebagai varietas baru atau
varietas dengan adaptabilitas yang baik.
Rekomendasi terhadap genotipe sebagai jenis/varietas/klon tanaman
baru untuk tujuan komersial memerlukan prediksi yang reliabel dan akurat
terhadap

rataan

produksi

dari

setiap

jenis/varietas/klon

pada berbagai

lingkungan serta pengetahuan yang memadai tentang interaksi genotipe dan
lingkungan. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa percobaan atau
sering disebut Multi Environment Trial (MET). Percobaan lingkungan ganda
merupakan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian pemuliaan tanaman
yaitu untuk mengkaji interaksi genotipe-lingkungan (genotype environmental
interaction). Salah satu cara untuk mengkaji interaksi genotipe-lingkungan adalah
dengan melakukan percobaan uji daya hasil. Kajian ini penting dalam pemuliaan

tanaman karena hasilnya dapat digunakan untuk menduga dan menyeleksi
genotipe-genotipe yang berpenampilan stabil (stability of genotypes) pada
berbagai lingkungan berbeda atau beradaptasi pada suatu lingkungan spesifik
(adaptation of genotypes to specific environment).
Khusus pada tanaman padi, sebagai bahan makanan pokok untuk
Indonesia, maka areal penanaman padi akan selalu ditemui baik pada daerahdaerah pantai yang umumnya didominasi oleh tanah-tanah salin atau rawa yang
sering dijadikan tambak yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian yang subur tetapi butuh usaha dalam pengelolaannya. Beberapa masalah
diantaranya berupa tanah yang terlalu masam atau keracunan Na pada tanah salin.
Khairullah dkk., (2003) menyatakan bahwa tanaman bisa menunjukkan berbagai
model toleransi terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
tersebut. Sehingga, tanaman-tanaman dengan sifat tersebut dapat dimanfaatkan di
daerah/lahan dengan kondisi yang mirip dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
plasma nutfah untuk program pemuliaan tanaman.
Analisis statistika yang biasa diterapkan pada percobaan uji daya hasil
adalah analisis ragam (ANOVA) dan analisis komponen utama (AKU). Analisis
ini kurang memadai dalam menganalisis keefektifan struktur data yang kompleks.
Analisis ragam merupakan suatu model aditif yang hanya menerangkan
keefektifan pengaruh utama. Anova mampu menguji interaksi tetapi tidak mampu
menentukan pola genotipe atau lingkungan untuk meningkatkan interaksi.
Sedangkan pada analisis komponen utama hanya efektif menjelaskan pengaruh
interaksi tanpa menerangkan pengaruh utamanya (Mattjik, 1998).

Finlay dan Wilkinson (1963) berdasarkan analisis regresi mendefinisikan
varietas yang beradaptasi umum adalah varietas yang memiliki rata-rata hasil
yang tinggi pada lintas lingkungan, varietas dengan stabilitas diatas rata-rata
beradaptasi pada lingkungan suboptimal dan varietas dengan stabilitas dibawah
rata-rata beradaptasi pada lingkungan yang optimal.Eberhart dan Russel (1966)
mengemukakan bahwa varietas yang stabil adalah yang memiliki koefisian regresi
sama dengan satu dan simpangan regresinya tidak berbeda dengan nol. Varietas
yang

stabil

kira-kira

sama

dengan

yang

beradaptasi

umum

menurut

Finlay dan Wilkinson (1963). Kelemahan metode Eberhart dan Russel adalah
kemungkinan

tereliminasinya

varietas-varietas

yang

responsif

terhadap

lingkungan produktif (koefisien regresinya >1) sedangkan produksinya di atas
rata-rata.
Untuk memperoleh gambaran secara luas dari struktur data faktorial atau
pola hubungan antara lingkungan dan genotipe dengan mengeliminasi kelemahankelemahan yang terdapat pada sidik ragam (ANOVA) dan analisis komponen
utama (AKU) maka diperlukan pendekatan lain. Pendekatan tersebut dikenal
dengan nama Pengaruh Utama Aditif dan Interaksi Ganda atau AMMI (Additive
Main Effects and Multiplicative Interaction) (Mattjik, 1998).
Pendekatan AMMI masih diterapkan pada respon tunggal yaitu pada
tingkat produksi. Padahal daya hasil merupakan karakter kuantitatif yang
sangat dipengaruhi oleh karakter komponen hasil maupun karakter agronomi
lain yang terkait dengan daya hasil. Keeratan hubungan antara karakter daya
hasil dengan karakter lain

yang mempengaruhi daya hasil dapat diduga

dengan menghitung nilai koefisien korelasi antara kedua karakter. Kelemahan

analisis korelasi adalah sering menimbulkan salah penafsiran karena adanya
efek multikolinearitas antar karakter. Hal ini disebabkan karena antar komponenkomponen hasil saling berkorelasi dan pengaruh tidak langsung melalui
komponen hasil dapat lebih berperan dari pada pengaruh langsung. Dengan
analisis lintas (path analisys) masalah ini dapat diatasi, karena masing-masing
sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan
tidak langsung.
Analisis sidik lintas merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengembangkan kriteria seleksi. Guna melakukan seleksi secara tidak
langsung maka karakter yang digunakan sebagai kriteria seleksi harus diwariskan
dan berkorelasi positif dengan karakter yang akan diseleksi.
Berdasarkan penjelasan, penulis ingin menerapkan suatu metode yang
relatif lebih singkat dalam program pemuliaan tanaman khususnya tanaman padi
yaitu dengan melakukan penelitian dengan penerapan metode AMMI. Varietas
yang dianggap stabil dari analisis AMMI kemudian diamati seluruh karakter yang
mempengaruhi komponen hasil dan kemudian dianalisis pengaruhnya secara
langsung maupun tidak langsung terhadap produksi, sehingga didapat karakter
yang bisa dijadikan parameter untuk seleksi.

Perumusan masalah
Genotipe baik berupa

jenis/varietas/klon yang berproduksi baik pada

suatu lokasi ternyata belum tentu berproduksi dengan baik pada lokasi yang
berbeda. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan.
Adanya interaksi antara genetik dan lingkungan ini memungkinkan timbulnya
kerugian di tingkat petani karena potensi hasil mungkin tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Oleh karena itu perlu didapatkan rekomendasi varietas yang bersifat
spesifik lokasi, dan untuk mendapatkan ini perlu dilakukan uji multilokasi pada
lokasi-lokasi yang menjadi tujuan pengembangan varietas tersebut.
Pada penelitian multilokasi digunakan anova yang hanya mampu menguji
interaksi tetapi tidak mampu menentukan pola genotipe atau lingkungan untuk
meningkatkan interaksi. Sedangkan pada analisis komponen utama hanya efektif
menjelaskan pengaruh interaksi tanpa menerangkan pengaruh utamanya. Untuk
mengetahui stabilitas suatu galur atau varietas digunakan nilai koefisien regresi.
Dengan metode ini terdapat kelemahan yaitu ketika suatu galur atau varietas
dengan produksi diatas rata-rata tetapi dengan koefisien regresi lebih besar dari
satu, kemungkinan galur atau varietas ini akan tereliminasi. Untuk mengatasi
masalah ini penulis menerapkan metode AMMI yang dengan metode ini akan
didapatkan di daerah mana galur atau varietas tersebut dapat berproduksi secara
optimal.
Galur atau varietas hasil persilangan yang memiliki daya hasil yang baik
tidak bisa secara langsung diseleksi dari karakter tersebut, karena daya hasil
merupakan

karakter

kuantitatif

yang sangat

dipengaruhi

oleh

karakter

komponen hasil maupun karakter agronomi lain yang terkait dengan daya
hasil. Sementara itu komponen hasil bisa berpengaruh secara langsung dan tidak
langsung terhadap daya hasil dan tidak menutup kemungkinan bahwa pengaruh
tidak langsung bisa lebih berpengaruh terhadap daya hasil. Oleh sebab itu penulis,
ingin menerapkan metode analisis lintas untuk melihat pengaruh langsung dan
tidak langsung dari berbagai karakter yang paling berpengaruh dalam menentukan
produksi gabah pada tanaman padi.

Tujuan Penelitian
1.

Untuk menguji stabilitas produksi beberapa varietas padi yang berpotensi
untuk ditanam pada lahan salin dan sulfat masam.

2.

Untuk melihat keefektifan analisis AMMI dibandingkan dengan penggunaan
koefisien regresi dalam penelitian uji miltilokasi.

3.

Untuk mendapatkan komponen-komponen yang berpengaruh secara positif
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil gabah yang akan
dijadikan sebagai parameter untuk seleksi pada lahan optimal, salin dan sulfat
masam.
Hipotesis Penelitian

1.

Terdapat interaksi antara genotipe dan lingkungan, sehingga setiap genotipe
memiliki lingkungan yang sesuai untuk berproduksi secara optimal.

2.

Analisis AMMI lebih efektif digunakan dalam uji multilokasi dibandingkan
dengan penggunaan koefisien regresi.

3.

Adanya hubungan yang dapat dijadikan parameter seleksi antara komponen
hasil dengan hasil gabah pada lahan optimal, salin dan sulfat masam.

Kegunaan Penelitian
Berdasarkan kondisi dari lahan/daerah yang diuji, diharapkan dapat ditarik
kesimpulan pada kondisi lahan yang bagaimana suatu varietas/galur dapat tumbuh
dengan optimal. Sehingga dapat dijadikan rekomendasi awal sebelum pengujian
lebih lanjut kepada petani yang berada pada daerah tersebut varietas mana yang
sesuai untuk ditanam pada lahan salin dan sulfat masam. Selain itu, dengan
didapatkannya komponen hasil yang mempengaruhi daya hasil pada tanaman

padi, dimungkinkan dapat dijadikan sebagai parameter seleksi oleh pemulia
tanaman padi untuk daerah-daerah dengan kondisi lahan yang sama.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi
Tanaman padi menurut Steenis (1978) termasuk dalam suku padi-padian
atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae), merupakan terna semusim,
berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari
rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah
tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun
sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk,
tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet
yang duduk pada panikula. Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Padi
adalah tanaman diploid, setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel
seksual).
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara
massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari
Afrika Barat. Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies,
indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang,
postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing.
awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya,
berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau hanya
pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota
subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi.
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap

reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari
palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman
berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur
tanaman yang sama (Daradjat dkk., (2001).

Pemuliaan Tanaman Padi di Indonesia

Usaha peningkatan produksi tanaman padi sering mengalami kendala baik
yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotik. Kendala biotik dapat berupa
serangan hama penyakit seperti misalnya serangan hama wereng. Sedangkan
kendala abiotik dapat berupa tekanan dari lingkungan seperi misalnya cekaman
air, kekurangan unsur hara atau tekan lingkungan lainnya. Jonharnas (2009)
menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan hasil per satuan luas
dapat ditempuh dengan menanam varietas unggul padi sawah dengan potensi hasil
tinggi dan didukung oleh karakteristik low input, tahan terhadap cekaman biotik
dan abiotik dan berkualitas baik.
Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan
varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai dengan kondisi ekosistem, sosial,
budaya, serta minat masyarakat. Sejalan dengan berkembangnya kondisi sosial
ekonomi masyarakat, permintaan akan tipe varietas yang dihasilkan juga berbedabeda. Daradjat dkk., (2001) menggolongkan varietas padi sawah ke dalam empat
tipe, yaitu tipe Bengawan (1943-1967), tipe PB5 (1967-1985), tipe IRxx (Multiple
Resistance, 1977 – ...), serta tipe IR64 (1986-...) yang tahan hama dan penyakit
utama serta bermutu baik.

Menurut Harahap dkk., (1972), dalam Susanto dkk., (2003) persilangan
padi di Indonesia dimulai pada tahun 1920-an dengan memanfaatkan gene pool
yang dibangun melalui introduksi tanaman. Sampai dengan tahun 1960-an,
pemuliaan padi diarahkan pada lahan dengan pemupukan yang rendah, atau
tanaman kurang responsif terhadap pemupukan. Telah dilaporkan bahwa
pelepasan varietas padi pertama kali dilakukan pada tahun 1943, yaitu varietas
Bengawan. Varietas tipe Bengawan memiliki latar belakang genetik yang
merupakan perbaikan dari varietas Cina yang berasal dari Cina, Latisail dari India,
dan Benong dari Indonesia (Hargrove dkk., (1979) dalam Susanto dkk., (2003)).
Karakteristik padi sawah tipe Bengawan menurut Daradjat dkk., (2001) adalah
umur 140−155 hari setelah sebar (HSS), tinggi tanaman 145
−165 cm, tidak
responsif terhadap pemupukan, rasa nasi pada umumnya enak, dan daya hasil
sekitar 3,50−4 t/ha. Contoh varietas tipe Bengawan antar lain adalah Bengawan
(1943), Jelita (1955), Dara (1960), Sinta (1963), Bathara (1965), dan Dewi Ratih
(1969).
Pada tahun 1967 dilepas dua varietas introduksi, yaitu PB8 (1967) dan B5
(1968) dengan potensi hasil 4,50
−5,50 t/ha. Selain dilepas langsung sebagai
varietas unggul baru, varietas-varietas introduksi juga merupakan sumber gen
untuk memperbaiki sifat-sifat varietas yang sudah ada. Persilangan varietas PB5
dengan Sinta menghasilkan Pelita I-1 dan Pelita I-2. Dari dua varietas yang
disebut terakhir selanjutnya berkembang lagi sejumlah varietas baru seperti
Cisadane dan Sintanur (Susanto dkk., 2003).

Menurut Daradjat dkk., (2001), varietas tipe PB5 memiliki karakteristik
umur sedang (135
−145 HSS), postur tanaman pendek -sedang (100−130 cm),
bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, jumlah anakan sedang (15−20), panjang
malai sedang (75−125 butir/malai), responsif terhadap pemupukan , tahan rebah,
daya hasil rata-rata sedang (4-5 t/ ha), serta rasa nasi antara pera sampai pulen.
Contoh varietas tipe PB5 adalah Pelita I-1 (1971), Pelita I-2 (1971), Cisadane
(1980), Cimandiri (1980), Ayung (1980), dan Krueng Aceh (1981).
Pemuliaan Padi Sawah Tipe IRxx (Multiple Resistance) (1977 – ...)
mengarah pada peningkatan ketahanan tanaman padi terhadap cekaman biotik dan
abiotik. Varietas tipe IRxx menurut Daradjat dkk., (2001) memiliki karakteristik
umur sedang (115−125 HSS), postur tanaman pendek sampai sedang (95-115 cm),
bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, jumlah anakan sedang (15-20), panjang
malai sedang (75-125 butir/malai), responsif terhadap pemupukan, daya hasil
sedang (4-5 t/ha), tahan hama dan penyakit utama serta cekaman abiotik, serta
rasa nasi antara pera sampai pulen. Contoh varietas/galur tipe IRxx untuk tahan
wereng coklat biotipe 1 adalah IR26, IR28, IR29, IR30, IR34; tahan wereng
coklat biotipe 2 adalah IR32, IR36, IR42, Kencana Bali, Kelara, Babawee, PTb
33; dan tahan wereng coklat biotipe 3 yaitu IR70, IR68, Bahbutong, Barumun,
dan Memberamo (Baehaki dan Rifki 1998; Soewito dkk., 2000).
Varietas IR64 diintroduksi dan dilepas sebagai varietas unggul di
Indonesia pada tahun 1986. Varietas ini sangat digemari oleh petani dan
konsumen, terutama karena rasa nasi yang enak, umur genjah, dan hasil relatif
tinggi. Karakteristik varietas tipe IR64 menurut Daradjat dkk., (2001) antara lain
adalah umur sedang (100−125 HSS), postur tanaman pendek sampai sedang

(95−115 cm), bentuk tanaman tegak, posisi daun tegak, jumlah anakan sedang
(20−25 anakan/rumpun, dengan anakan produktif 15−16 anakan/rumpun), panjang
malai sedang, responsif terhadap pemupukan, tahan rebah, daya hasil agak tinggi
(5−6 t/ha), tahan hama dan penyakit utama, mutu giling baik, dan rasa nasi enak.
Contoh varietas tipe IR64 adalah Way Apo Buru (1988), Widas (1999), Ciherang
(2000), Tukad Unda (2000), dan Konawe (2001).
Nugraha dkk., (2005) menyatakan bahwa saat ini di Indonesia mulai
menerapkan teknologi padi hibrida secara komersial. Padi hibrida yang
berkembang di Indonesia berasal dari galur-galur tetua hasil introduksi. Dengan
demikian perlu dirakit varietas padi hibrida dengan menggunakan galur padi hasil
pemuliaan Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) yang telah beradaptasi baik di
Indonesia. Galur-galur tersebut perlu diidentifikasi sebelum digunakan sebagai
tetua padi hibrida dengan cara diuji silang.
Di Indonesia padi hibrida yang berkembang berasal dari galur-galur tetua
introduksi baik yang dihasilkan oleh institusi pemerintah maupun swasta. Secara
umum varietas atau galur introduksi lebih peka terhadap perubahan kondisi
lingkungan terutama hama penyakit sehingga hasilnya lebih berfluktuasi dan tidak
stabil. Dengan demikian perlu dirakit varietas padi hibrida yang lebih sesuai
dengan kondisi lingkungan di Indonesia. Hal dapat dilakukan dengan
menggunakan varietas atau galur yang telah beradapsi di Indonesia sebagai bahan
genetik. Bahan genetik tersebut berupa varietas unggul dan galur-galur yang
dihasilkan dalam program pemuliaan padi konvensional (inbrida). Contoh padi
hibrida antara lain Maro, Rokan, Hipa 3, Hipa 4, hipa7 dan Hipa 8 Pioner
Daradjat dkk., (2001).

Selain padi hibrida saat ini dikembangkan padi tipe baru (PTB) yang
dihasilkan melalui persilangan antara padi jenis indica dengan japonica. Potensi
hasil PTB 10-25% tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada
saat ini (Las dkk., 2003). Karakteristik padi tipe baru menurut Peng dkk., (1994)
dalam Khush (1996) adalah potensi hasil tinggi, malai lebat (± 250 butir
gabah/malai), jumlah anakan produktif lebih dari 10 dengan pertumbuhan yang
serempak, tanaman pendek (± 90 cm), bentuk daun lebih efisien, hijau tua,
senescence lambat, tahan rebah, perakaran kuat, batang lurus, tegak, besar, dan
berwarna hijau gelap, sterilitas gabah rendah, berumur genjah (100
−130 hari),
beradaptasi tinggi pada kondisi musim yang berbeda, IP mencapai 0,60, efektif
dalam translokasi fotosintat dari source ke sink (biji), responsif terhadap
pemupukan berat, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Contoh padi tipe baru
adalah Cimilati, Gilirang dan Fatmawati.
Subandi dkk., (1979) dalam Aryana (2009) menegaskan bahwa dalam
pembentukan varietas unggul perlu diperhatikan stabilitas hasil secara sistematis
dan kontinyu mulai dari pembentukan populasi dasar sampai pengujian varietas.
Dalam hal ini hasil merupakan kriteria penting dalam mengevaluasi daya adaptasi
dan stabilitas hasil suatu genotipe. Pengukuran stabilitas relatif dari suatu genotipe
pada rentang wilayah yang luas penting untuk menentukan efisiensi pemuliaan
Pengujian pada berbagai lingkungan perlu dilakukan karena di Indonesia
lingkungan tumbuh padi sangat beragam baik dari tipe lahan yang digunakan,
jenis tanah, cara budidaya, pola tanam maupun musim tanam. Sutami (2004)
mengemukakan bahwa keragaman lingkungan tumbuh tersebut akan berpengaruh
terhadap hasil gabah persatuan luas. Dengan adanya fenomena interaksi genotipe

dengan lingkungan, dengan hasil suatu genotipe sering tidak konsisten dari satu
lingkungan ke lingkungan yang lain. Hal ini menyulitkan pemulia dalam memilih
genotipe terbaik. Besarnya interaksi genotipe dengan lingkungan perlu
diperhatikan untuk menghindari kehilangan genotipe unggul.
Suatu genotipe yang stabil dan berdaya hasil tinggi sangat diperlukan oleh
para petani yang berlahan sempit untuk mengurangi resiko kegagalan panen
akibat perubahan faktor lingkungan yang tidak dapat diperkirakan.

Stabilitas Genotipe

Pengujian varietas/galur pada berbagai
fenomena

interaksi

kompleksnya kondisi

galur/varietas dengan
lingkungan. Secara

lingkungan sering menjumpai
lingkungan, sebagai akibat dari

sederhana

interaksi genotipe x

lingkungan dapat dibedakan ke dalam: (a) perbedaan respon antara dua atau
lebih

genotipe (galur/varietas) berubah/berbeda dari suatu lingkungan ke

lingkungan yang lain, dan fenomena ini tidak mengubah urutan (ranking)
genotipe-genotipe dari suatu

lingkungan ke

lingkungan

lainnya, dan (b)

perbedaan respon dua/lebih genotipe dari suatu lingkungan ke lingkungan
yang lain diikuti oleh perubahan urutan

genotipe-genotipe

tersebut.

Pada

kondisi pertama, hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap program pemuliaan,
tetapi pada kondisi kedua sangat berpengaruh karena fenomena

ini akan

mengeliminasi peluang untuk mendapatkan suatu genotipe yang unggul pada
semua lingkungan (Miller, 1989).
Becker (1981) dalam Kang

(2002) mengemukakan bahwa kestabilan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kestabilan statis dan kestabilan dinamis. Suatu

genotipe dikatakan stabil statis jika respon genotipe tersebut stabil antar
lingkungan dan tidak ada keragaman respon antar lingkungan. Konsep kestabilan
ini sering disebut konsep kestabilan biologi. Sedangkan genotipe yang dikatakan
stabil dinamis adalah genotipe yang merespon kondisi lingkungan paralel dengan
rata-rata respon seluruh genotipe yang diuji. Konsep kestabilan ini sering disebut
konsep kestabilan agronomis.
Lin dkk., (1986) dalam Sumertajaya (2005) mengklasifikasikan kestabilan
menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Tipe pertama
Suatu genotipe dianggap stabil apabila keragaman respon antara lingkungan yang
satu dengan lingkungan yang lain kecil.
2. Tipe kedua
Suatu genotipe dianggap stabil apabila responnya terhadap lingkungan sama
dengan rata-rata respon semua genotipe.
3. Tipe ketiga
Suatu genotipe dianggap stabil apabila kuadrat tengah sisaan dari model regresi
terhadap indeks lingkungan kecil.
Dari ketiga tipe kestabilan di atas, konsep kestabilan statis sama dengan
kestabilan tipe pertama, sedangkan konsep kestabilan dinamis sama dengan
kestabilan tipe kedua.

Analisis AMMI

Pada percobaan lokasi ganda, rancangan perlakuan yang biasa digunakan
adalah rancangan faktorial dua faktor, dengan faktor pertama adalah genotipe dan

faktor kedua adalah lingkungan. Uji ini dilakukan seperti halnya rancangan
percobaan biasa, perbedaannya yaitu blok disarangkan ke dalam lingkungan.
Analisis ini sering disebut analisis ragam gabungan dengan model linier sebagai
berikut:
Ybgi=µ+βb+Gg+Li+GLgi+εbgi…………………..…………………………………..1
Analisis AMMI adalah suatu teknik analisis

data dengan dua faktor

perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh
interaksi dimodelkan dengan model bilinier ganda. Analisis ini menggabungkan
analisis ragam aditif bagi pengaruh utama perlakuan dengan analisis komponen
utama ganda dengan pemodelan linier pada pengaruh interaksi (Zobel dkk., 1988).
Zobel and Gauch (1988) mengemukakan bahwa dalam model AMMI
pengaruh

interaksi genotipe x lingkungan diuraikan dengan model bilinier,

sehingga kesesuaian lingkungan bagi genotipe dipetakan secara simultan dengan
menggunakan biplot. Metode ini merupakan gabungan dari pengaruh aditif pada
analisis ragam dan pengaruh multiplikasi pada analisis komponen utama. Tujuan
terpenting dari penggunaan analisis AMMI adalah: (a) menjelaskan interaksi
genotipe x lingkungan, di mana AMMI dengan biplot meringkas pola hubungan
antar genotipe, antar lingkungan, dan interaksi genotipe x lingkungan; dan (b)
meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi genotipe x lingkungan.
Gauch (1992) mengemukakan tiga tujuan penggunaan analisis AMMI.
Pertama analisis AMMI dapat digunakan sebagai analisis pendahuluan untuk
mencari model yang lebih tepat. Jika tidak ada satupun komponen yang nyata
maka pemodelan cukup dengan model aditif saja. Sebaliknya jika hanya pengaruh
ganda saja yang yang nyata maka pemodelan sepenuhnya ganda berarti analisis

yang tepat hanyalah analisis komponen utama saja. Sedangkan jika semua
komponen interaksi nyata berarti pengaruh interaksi benar-benar sangat kompleks,
tidak memungkinkan dilakukannya tanpa kehilangan informasi penting. Kegunaan
kedua dari analisis AMMI adalah untuk menjelaskan interaksi galur x lokasi.
AMMI dengan biplotnya meringkas pola hubungan antar galur, antar lokasi dan
antara galur dan lokasi. Kegunaan ketiga adala