Pemanfaatan pupuk fosfat alam dan fungi Mikoriza arbuskula dalam mempercepat pembentukan kayu pada bibit Maesopsis eminii Engl dan Swietenia macrophylla King

\Y 7/12/zoo8
.

PEMANFAATAN PUPUK FOSFAT ALAM DAN FUNGI
MIKORIZA ARBUSKULA DALAM MEMPERCEPAT
PEMBENTUKAN KAYU PADA BIBIT
Maesopsis eminii Engl DAN Swietenia macrophylla King

Oleh:
RINA BOGIDARMANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRACT
RINA BOGIDARMANTI. Utilization of Natural Phosphate Fertilizer and Arbuscular
Mycorrhizal Fungi for Encouragement of Wood Formation on the Seedlings of
Maesopsis enzit~ii Engl. and Swietetzia uzncroplzylln King. (Supervised by SRI
WILARSO BUD1 R and IMAM WAHYUDI).
The rate of deforestation in Indonesia has reached vulnerable level ( 2 million

hectares per year). To deal with the problem, the Government of Indonesia through the
Ministry of Forestry formulates a National Forest and Land Rehabilitation Movement
called GNRHL or GERHAN. This program requires of avsiilability seedlings appropriately
to be transplanted to the field indicated by wood formation at their base stem. The wood
development can be enhanced by means do inoculation with Arbuscular Mycorrhizal Fungi
and apply natural phosphate fertilizer. This research is airned to observe the influence of
naturtal phosphates fertilizer (NPF) and arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) usage to
support the growth and wood formation of those seedlings. This experiment was carried out
in double Factorial-Randomized Completely design with kind of natural phosphates
fertilizer and arbuscular mycorrhizal fungi as a main factor, while dosage of NPF ( 0,5 and
1,O g) and AMF (2,5 and 5,g). Each treatment was conducted in 30 replications with polybag
as treatment unit. Those were compared to the withoul. treatment as a control. The
improvements were assessed by measure growth and vigour of seedlings. Besides that, the
improvement of their wood formation is also observed. The result showed that NPF combine
with AMF gave a best response on growth and wood development of both Maesopsis eminii
Engl. and Swietenia macrophylla King. Seedlings. The most crucial information showed that
that the wood formation was initiated in the lothweek. It is suggested that NPF and AMF
can be further developed as a fertilizer to support succeed of GERHAN movement.
Keywords : natural phosphates fertilizer, arbuscular mycorrhizal fungi, wood formation,
Maesopsis eminii Engl, Swietenia macrophylla King.


RINGKASAN
RlNA BOGIDARMANTI. Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alam Dan Fungi Mikoriza
Arbuskula Dalam Mempercepat Pembentukan Kayu Pada Bibit Maesopsis eminii Engl. dan
Swietenia macrophylla King. (Di bawah bimbingan Sri Wilarso Budi R dan Imam
Wahyudi).
Laju deforestasi atau kerusakan hutan di Indonesia yang sudah mencapai 1.6 - 2.0 juta hektar
per tahun, maka Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan
Lahan (GNRHL atau GERHAN). Guna menunjang kegiatan tersebut diperlukan bibit yang
berkualitas dalam ha1 ini harus memenuhi salah satu kriteria antara lain pangkal batang
sudah berkayu,. I~lformasi~nengenai waktu terbentuknya ltayu pada bagian pangkal batang
bibit serta aspek silvikultur apa yang dapat mempengaruhinya saat ini masih kurang,
sehingga diperlukan penelitian mengenai ha1 tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pupuk fosfat alam dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) dalarn
mempercepat pertumbuhan dan masa pembentukan kayu pada bibit Maesopsis eminii Engl
dan Swietenia macrophylla King.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Faktorial Acak Lengkap 3 X 3 dengan
ulangan sebanyak 30 polybag sebagai unit percobaan. Perlakuan yang diberikan yaitu FMA
dengan dosis 2,5 g dan 5,O g dan pupuk fosfat alam dengan dosis 0,5 g dan 1,O g,
dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa FMA dan pupuk fosfat alam). Parameter

yang diamati yaitu parameter pertuimbuhan meliputi tinggi, diameter, berat kering total,
nisbah pucuk akar, nilai kekokohan bibit, persen infeksi akar, kadar serapan hara makro dan
mikro, index mutu bibit, dan masa pembentukan kayu pada anakan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada anakan Maesopsis eminii Engl, perlakuan
yang diberikan berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, nisbah pucuk akar dan nilai
kekokohan bibit. Pada anakan Swietenia macrophylla King pemberian kedua perlakuan
tersebut berpengaruh nyata pada diameter.. Indeks mutu bibit jenis Swietenia macrophylla
King lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Maesopsis eminii Engl. Sedangkan nilai
relative field mycorrhizal dependency (RFMD) anakan Manii lebih tinggi dibandingkan
dengan anakan Mahoni. Aplikasi pemberian pupuk fosfat alam dan FMA cenderung
meningkatkan serapan hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) dan juga hara mikro (Fe, Cu, Zn dan
Mn). Hasil pengamatan anatoini batang anakan Manii dabn Mahoni menunjukkan bahwa
kedua jenis anakan mengawali pembentukan kayunya pada saat umur 10 MST pada
pemberian perlakuan FMA (2,5-5,O g) dikombinasikan dengan pupuk fosfat alam (0,5-1,O g),
sedangkan pada kontrol terjadi pada umur 12 MST.
Kata kunci: pupuk fosfat alam, fungi mikorioza arbuskula nasa pembentukan kayu,
Maesopsis erninii Engl., Swietenia macrophylla Icing

PEMANFAATAN PUPUK FOSFAT ALAM DAN FUNGI MIKORIZA
ARBUSKULA DALAM MEMPERCEPAT PEMBENTUKAN KAYU

PADA BIBIT Maesopsis etninii Engl. DAN Swieterzia mncrophylln King.

OIeh
RINA BOGIDARMANTI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PROGRAM STUD1 ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul

: Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alam dan Fungi Milcoriza

Arbuskula Dalam Mempercepat Pembentukan Kayu pada

Bibit Maesopsis entinii Engl. Dan Swietenia macropltylla King.
Nama

: N N A BOGIDARMANTI

NRP

: E. 051040141

Program Studi

: ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN

Menyetujui
1. Komisi Pembimbing

Mengetahui

2. Ketua Program Studi


-I

V

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc

Tanggal Ujian : 24 November 2007

Tanggal Lulus : 1 3 FEB 2008

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

PEMANFAATAN PUPUK FOSFAT ALAM DAN FUNGI MIKORIZA
ARBUSKULA DALAM MEMPERCEPAT PEMBENTUKAN KAYU
PADA BIBIT Maesopsis ernitzii Engl. DAN Swietenia nzacropllylla King.

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan arahan Komisi
Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditujukan rujukannya. Semua data dan

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas.

Bogor,

Januari 2008

Yang Membuat Pernyataan,

Rina Bogidarmanti

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 29 April 1964 yang merupakan
anak pertalna dari tiga bersaudara pasangan keluarga Bapak Maryoto Martohardjono (Alm)
dengan Ibu Mieke Suharti.
Pada tahun 1976 penulis lulus dari Sekolah Dasar Pengadilan I1 Bogor, tahun 1979
lulus Sekolah Menengah Pertanla Negeri I1 Bogor dan tahun 1982 lulus Sekolah Menengah
Atas Negeri I1 Bogor. Pada tahun 1982, penulis diteriina di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Tes Perintis I. Pada tahun 1987 penulis rnenyelesaikan pendidikan di Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Pada tahun 1988 penulis bekerja sebagai Staf peneliti di Kelompok Peneliti

Pemuliaan Pohon, Pusat Litbang Hutan, Bogor. Pada tahun 1996 menjadi Staf peneliti di
Kelompok Peneliti Silvikultur, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor. Pada
tahun 2005, penulis menjadi Staf peneliti di Kelompok Peneliti Silvikultur, Pusat Litbang
Hutan Tanaman, Bogor.
Pada tahun 2004, penulis mengikuti pendidikan Pascasarjana pada Program Studi
Ilmu Pengetahuan Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan mendapat status 1-iin Belajar

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah Ynag Maha Kuasa yang telah
senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan

tesis

yang

berjudul Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alan1 dan Fungi Mikoriza Arbuskula Dalam
Melnpercepat Pembentukan Kayu pada Bibit Maesopsis etninii Engl. Dan Swierenia

macvophylla King. dapat diselesaikan.
Dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

selnua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi hingga
terselesaikannya penyusunan tesis ini. Secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1.

Bapak Dr.Ir. Sri Wilarso Budi R, MS dan Bapak Dr. lr Imam Wahyudi, MS, selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, lnasukan dan arahan selama
penyusunan tesis ini.

2.

Bapak Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen, MSc, selaku dosen Penguji yang telah memberikan
banyak masukan pada penyempurnaan tesis ini.

3.

Bapak Dr. Ir. Hany Santoso, selaku Kepala Pusat Litbang Hutan Tanaman yang telah
memberikan ijin belajar kepada penulis.

4.


Peneliti dan staf teknisi Kelti Silvikultur dan Perlindungan Hutan, yang telah memberi
bantuan sarana dan prasarana selama penelitian berlangsung.

4.

Kelompok Peneliti Mikrobiologi Hutan, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam,
atas bantuan dan bimbingan selama penelitian berlangsung.

5.

Bapak Yadi, staf Laboratorium Silvikultur, BIOTROP, atas bantuannya selama
penelitian berlangsung.

6.

Bapak Dr. Ir. Budi Suharjo (suami) beserta ananda tercinta, Fajrianza Adi Nugrahanto,
Aulia Ratnadianti, dan Shafira Rahmadianti atas dukungan moril dan materil serta
pengertiannya selama penelitian dan penyusunan tesis ini.


7.

Ayahanda (Alm), Ibunda, serta Adinda atas segala doa dan semangat yang diberikan
dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini.

Akhir kata penulis nlengharapkan rnasukan dan saran yang membangun guna
pnyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor,

Januari 2008

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR IS1 ......................................................................................
DAFTAR TABEL ..............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................
.
..........................................
PENDAHULUAN ................................
...........................................
Latar Belakang .................................................................................
Rumusan Masalah .................................... ......................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Hipotesis ..........................................................................................
..
Kerangka Penelltlan .......................................................................
..
Manfaat Penelltlan ...........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ......................
.
............................................
Tinjauan Umum Tentang Kayu ....................................................
Struktur Kayu ..................................................................................
. .
Komponen Klmla sel-sel kayu ........................................................
Peranan Unsur Hara Dalam Pembentukan Kayu .............................
Pertumbuhan Pohon .......................................................................
Produksi Kayu dan Kulit ...............................................................
Pertumbuhan Primer dan Sekunder Batang .................................
Kambium Vaskuler .........................................................................
Pembelahan Kambium ....................................................................
Mikoriza ..........................................................................................
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) ................................................
Peranan FMA dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman .........
Pemupukan .......................................................................................
Fosfat Alam .....................................................................................
Pengaruh Pemupukan terhadap Simbiosis FMA .............................
Tinjauan Tentang Muesopsis etninii Engl.......................................
Tinjauan Tentang Swiefenia nzucrophylla King .............................

X

...

Xlll

xiv
xvii

Halaman

METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................
Tempat dan Waktu Penelitian............... .
.
......................................
Bahan dan Alat ..................................................................................
..
Metode Penel~tlan..........................................................................
..
Rancangan Penelit~an.......................................................................
Pelaksanaan Percobaan ......................................................................
Inokulasi Bahan Tanaman .................................................................
Pemeriksaan Anatomi Jaringan Batang Anakan ................................
Pengukuran dan Pengamatan Parameter ............................................
Analisis Data ...................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................
.
.....................................
HASIL PENELITIAN ...........................................................................
Tinggi Batang ....................................................................................
..
Tinggi Batang Man11 ........................................ ..................................
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Manii ...........................................
Tinggi Batang Mahoni .......................................................................
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Mahoni .......................................
Diameter .Batang ................................................................................
..
Diameter Batang Man11 ......................................................................
Pola Pertumbuhan Diameter Batang Manii ........................................
Diameter Batang Mahoni ..................................................................
Pola Pertumbuhan Diameter Batang Mahoni .....................................
Berat Kering Total (BKT) ................................................................
..
Berat Kering Total Man11 ...................................................................
Berat Kering Total Mahoni ...............................................................
Nisbah Pucuk Akar (NPA) .................................................................
Nisbah Pucuk Akar Manii .................................................................
Nisbah Pucuk Akar Mahoni .............................................................
. .
Nilai Kekokohan Blblt ......................................................................
Nilai Kekokohan Bibit Manii ............................................................
Nilai Kekokohan Bibit Mahoni .........................................................
Persen Infeksi Akar ...........................................................................
Persen Infeksi Akar Anakan Manii ....................................................
Persen Infeksi Akar Anakan Mahoni .................................................
Indeks Mutu Bibit (IMB) ...............................................................
..
Indeks Mutu Bibit Man11 ........................
.......
..............................
Indeks Mutu Bibit Mahoni ................................................................
Relative Field Mycorrhizal Dependency (RFMD) ...........................

Halaman
Pengamatan Anatomi Jaringan Batang Anakan ...............................
Pengamatan Anatomi Jaringan Batang Anakan Manii ....................
Rasio Pertumbuhan Xilem dan Floem Anaka11Manii .....................
Pengamatan Anatomi Jaringall Batang Anakan Mahoni .................
Rasio Pertumbuhan Xileln dan Floeln Anakan Mahoni ..................
Serapan Hara Makro dan Mikro ..................................................
PEMBAHASAN .................................................................................
Pertumbuhan Tanaman .................................................................
Pengamatan Anatomi Jaringan Batang Kayu Anakan Manii dan
Mahoni ..........................................................................................
SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Simpulan .................................... ... .................................................
Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................ .
.
.............................................

...............................................................
LAMPIRAN ........................
.

DAFTAR TABEL
Halaman
Parameter yang Diamati serta Waktu Pengamatan ................................................
Hasil Analisis Ragam Tinggi Batang Analtan Manii ..............................................
Hasil Analisis Ragam Tinggi Batang Anakan Mahoni ............................................
Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Manii Umur 16 MST ...............................
Hasil Analsis Ragarn Diameter Mahoni Umur 16 MST ......................................
Hasil Uji Nilai Tengah Diameter Mahoni Perlakuan Fosfat ......................
.
........
Rataan Berat Kering Total Anakan Manii dan Mahoni Umur 16 MST .................
Hasil Analisis Ragam Berat Kering Total Manii Umur 16 MST ............................
Hasil Analisis Ragam Berat Kering Total Mahoni Umur 16 MST .......................
Nilai Ratan NPA Anakan Mahoni Dan Manii Umur 16 MST ............................ ..
Hasil Analisis Ragam NPA Manii U~nur16 MST .............................................
Hasil Analisis Ragam NPA Anakan Mahoni Umur 16 MST .................................
Rataan Nilai Kekokohan Bibit Mahoni Dan Manii Umur 16 MST .........................
Hasil Analisis Ragarn Kekokohan Bibit Anakan Manii Umur 16 MST .................
Hasil Analisis Ragam Kekokohan Bibit Anakan Mahoni Umur 16 MST ...............
Rataan Persen Infeksi Akar Anakan Manii Umur 2-1 6 MST ................................
Hasil Analisis Ragam Infeksi Akar Anakan Manii .................................................
Rataan Persen Infeksi Akar Anakan Mahoni Umur 2-16 MST ..............................
Hasil Analisis Ragam Infeksi Akar Anakan Mahoni ..............................................
Nilai Rata-rata Indeks Mutu Bibit Anakan Manii dan Mahoni Umur 16 MST........
..
RFMD Anakan Mann ..............................................................................................
RFMD Anakan Mahoni ...........................................................................................
Proporsi Empulur Anakan Manii sampai Umur 16 MST ......................................
Proporsi Xilem Anakan Manii Sampai Umur 16 MST ...........................................
Proporsi Floem Anakan Manii Sampai U~nur16 MST ...........................................
Proporsi Kambium Anakan Manii Sanpai Umur 16 MST......................................
Simpangan Baku Rasio Pertumbuhan Anakan Manii .............................................
Proporsi Empulur Anakan Mahoni Sampai Umur 16 MST ...................................
Proporsi Xilem Anakan Mahoni Sampai Umur 16 MST .......................................
Proporsi Floem Anakan Manii Sampai Umur 16 MST .........................................
Proporsi Kambium Anakan Manii Sampai Umur 16 MST ...................................
Simpangan Baku Rasio Pertumbuhan Anakan Mahoni ..........................................
Serapan Hara Makro dan Mikro Anakan Manii ......................................................
Persentase Serapan Hara Makro dan Mikro Oleh Anakan Manii ............................
Serapan Hara Makro dan Mikro Anakan Mahoni ...................................................
Peningkatan Serapan Hara Makro dan Mikro Oleh Anakan Mahoni ......................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................................
Proses Penjernihan Contoh Uji .....................................................................
Pola Rataan Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii ............................
Boxplot Respon Tinggi Anakan Manii Umur 16 MST ................................
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan MOP0 ..............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan MI PO...............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan MOP1 ..............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan M l P l ..............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan MOP2 ..............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan M1P2 ..............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan M2PO...............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan M2P1 ..............
Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Manii Perlakuan M2P2 ..............
Pola Rataan Pertumbuhan Tinggi Batang Anakan Mahoni ..........................
Boxplot Respon TinggiAnakan Mahoni Umur 16 MST ...............................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan MOP0 .......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan MlPO .......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan MOPl .......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan M l P l .......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan MOP2 ......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan M1P2 .......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan M2PO .......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan M2P1 ......................
Pola Pertumbuhan Tinggi Anakan Mahoni Perlakuan M2P2 .......................
Pola Rataan Pertumbuhan Diameter Batang Anakan Manii .........................
PolaPertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan MOPO .......................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan MlPO ......................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan MOPl .....................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan M l P l .....................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan MOP2 .....................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan M1P2 .....................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan M2PO ......................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan M2P1 ......................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Manii Perlakuan M2P2 ......................
....
Boxplot Respon Diameter Batang Manii Umur 16 MST ......................
Pertumbuhan Diameter Batang Mahoni Umur 2-16 MST ............................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan MOPO ...................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan MlPO ...................
Pola Pertumbuhan Dianleter Anakan Mahoni Perlakuan MOPl ...................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan M l P l ...................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan MOP2 ...................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan M1P2 ...................

Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan M2PO ...................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan M2P1 ..................
Pola Pertumbuhan Diameter Anakan Mahoni Perlakuan M2P2 ..................
Boxplot Respon Diameter Anakan MahoniUmur 16 MST ...........................
Boxplot Respon Berat Kering Total Anakan Manii Umur 18 MST .............
Boxplot Respon Berat Kering Total Anakan Mahoni Umur 16 MST .........
Boxplot Respon NPA Anakan Manii Umur 16 MST ..................................
Boxplot NPA Anakan Mahoni Umur 16 MST .............................................
Boxplot Kekokohan Bibit Anakan Manii Umur 16 MST .............................
Boxplot Kekokohan Bibit Anakan Mahoni Umur 16 MST ..........................
Boxplot Infeksi Akar Analtan Manii Umur 16 MST ....................................
Hifa Pada Akar Anakan Manii Umur 16 MST ............................................
Arbuskula Pada Akar Anakan Manii Umur 16 MST ....................................
Boxplot Infeksi Akar Anakan Mahoni Umur 16 MST .................................
Boxplot IMB Anakan Manii Umur 16 MST ................................................
Boxplot IMB Anakan Mahoni Umur 16 MST .............................................
Rasio Pertumbuhan Xilem dan Floem Anakan Manii ..................................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 2 Minggu ...................
...
Anatomi Jaringan batang Manii (MOPO) Umur 4 Minggu ............................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 6 Minggu ...........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 8 Minggu ...........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 10 Minggu ........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 12 Minggu .........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 14 Minggu .........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MOPO) Umur 16 Minggu .........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 2 Minggu ...........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 4 Minggu ...........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 6 Minggu ...........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 8 Minggu ...........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 10 Minggu .......................
Anatomi Jaringan Batang Manii (M 1P2) Umur 12 Minggu .........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 14 Minggu ........................
Anatomi Jaringan Batang Manii (MlP2) Umur 16 Minggu .........................
Rasio Pertumbuhan Xilem Dan Floem Anakan Mahoni ..............................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 2 Minggu .....................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 4 Minggu ......................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 6 Minggu .......................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 8 Minggu ........................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 10 Minggu ......................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 12 Minggu .....................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 14 Minggu ......................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MOPO) Umur 16 Minggu ......................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur 2 Minggu ........................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur 4 Minggu ........................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur 6 Minggu .......................
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur 8 Minggu .......................

32e.
32f.
32g .
32h .

Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (M 1P2) Umur
Anatomi Jaringan Batang Mahoni (MlP2) Umur

10 Minggu .....................
12 Minggu .....................
14 Minggu ......................
16 Minggu .....................

76
76
76
76

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Hasil Analisis Laboratorium Serapan Unsur Hara Makro dan Mikro
pada Berbagai Perlakuan Terhadap Anakan Manii dan Mahoni ..........

93

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Deforestasi atau kerusakan hutan di Indonesia saat ini sudah sangat memprihatinkan,
Menurut Badan Planologi Kehutanan (2005), selama lima tahun terakhir laju kemsakan
hutan tersebut mencapai 1,6-2,O juta hektar per tahun, sementara kemampuan
pemerintah dalam merehabilitasi hutan dan lahan baru mencapai 700,000 hektar
(Departemen Kehutanan, 2004). Dengan tingginya tingkat deforestasi tanpa diimbangi
dengan kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan yang memadai, maka ha1 ini akan
mengakibatkan kemsakan hutan menjadi semakin parah.

Salah satu usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya deforestasi
yang lebih luas, adalah dengan mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (GNRHL). Kegiatan yang telah dimulai sejak tahun 2003 tersebut temtama
dititikberatkan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang terdegradasi
(Departemen Kehutanan, 2004). Kegiatan ini diharapkan dapat memulihkan fungsi
kedua kawasan tersebut baik sebagai pelindung sistem penyangga hidrologis, pengatur
tata air yang secara tidak langsung dapat mendukung kelestarian produksi dan kualitas
sumberdaya hutan, maupun memperbaiki iklim mikro serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan.
Dalam program GNRHL jenis tanaman yang digunakan disarankan mempakan jenis
tanaman andalan setempat.

Hal ini secara logis dapat dimengerti, karena tanaman

tersebut secara alami mempakan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi lingkungan
setempat. Hal lain yang disarankan berkaitan dengan pemilihan jenis tanaman adalah
penggunaan jenis serbaguna dan tanaman introduksi yang telah beradaptasi dengan
kondisi agroklimat setempat. Untuk daerah Jawa Barat misalnya, Manii (Maesopsis
eminii Engl.) dan Mahoni (Switenia macrophylla King) yang telah banyak ditanam ole11
masyarakat. Kayu yang dihasilkan memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai kayu

konstruksi, bahan baku pembuatan kotak dan tiang (Balai Besar Teknologi Perbenihan,
2000).
Untuk menunjang keberhasilan program GNRHL, salah satu faktor yang sangat penting
adalah penggunaan bibit tanaman yang berkualitas, yaitu yang sehat atau bebas dari
penyakit, berbatang tunggal, pangkal batang berkayu dan tinggi minimal 30 cm
(Departernen Kehutanan, 2004). Pentingnya syarat pangkal batang bibit harus berkayu
pada dasarnya ditujukan agar bibit memiliki kekuatan secara fisiologis untuk dapat
hidup pada kondisi lingkungan yang kurang mendukung (lingkungan marjinal)
sekalipun.
Berkaitan dengan salah ciri bibit tanaman berkualitas yaitu pangkal batang berkayu,
secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong berbagai pihak terkait untuk
mengetahui kapan atau pada usia berapa bibit suatu jenis tanaman dapat memiliki
karakteristik tersebut. Hal ini menjadi sangat penting, pertama setiap jenis tanaman
memiliki karakteristik morfologis dan fisiologis yang berbeda satu dengan lainnya,
akibatnya bisa diduga usia bibit antar jenis tanaman yang memenuhi kriteria tersebut
akan berbeda satu dengan lainnya. Kedua adalah diperlukannya suatu usaha silvikultur
yang dapat mempercepat proses pembentukan kayu pada setiap jenis bibit tanaman
yang akan diusahakan. Hal ini akan berdampak pada proses percepatan penyediaan bibit
tanaman yang berkualitas pada saat diperlukan.
Secara umum usaha silvikultur yang dapat dilakukan untuk menunjang pengadaan bibit
yang bennutu adalah melalui kegiatan pemupukan. Dengan pemupukan ketersediaan
unsur hara yang diperlukan akan terjamin. Berkaitan dengan ha1 tersebut, pupuk fosfat
alam merupakan salah satu jenis bahan penyubur tanaman yang sudah lama dikenal di
Indonesia. Pupuk jenis ini banyak digunakan terutama untuk meningkatkan produksi
pada perkebunan karet, kelapa sawit, teh, tanaman pangan dan buah-buahan (Kusartuti,

1989). Selain pemupukan, penggunaan mikroorganisme seperti mikoriza dapat pula
meningkatkan kualitas bibit yang dihasilkan. Penggunaan mikoriza pada dasarnya
ditujukan untuk membantu tanaman dalam penyerapan unsur-unsur hara dari dalam

tanall. Jenis mikoriza yang dapat berasosiasi dengan jenis tanaman Manii dan Mahoni
adalah jenis yang termasuk endomikoriza FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula).
Meski penggunaan pupuk fosfat alam dan mikoriza telah dikenal baik sebagai sumber
penyedia dan membantu dalam penyerapan unsur hara, namun seberapa besar peran dari
kedua faktor tersebut dalam pembentukan kayu masih belum banyak diketahui. Bahkan
secara lcbih rinci apakah penggunaan kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi
percepatan proses pembentukan kayu pada bibit tanaman. hingga saat ini belum banyak
diketahui. Penelitian mengenai saat terbentuknya kayu pada bibit tanaman hutan barn
dilakukan pada beberapa jenis tanaman, antara lain Gmelina arborea dan nangka
(Artocarpus hete~ophylus)(Rizkiana, 2005) serta jati (Tectona grandis) (Tavita, 2000).
Akan tetapi penelitian-penelitian tersebut dilakukan hanya sebatas pada pengamatan
terhadap waktu terbentuknya kayu secara alami,

tidak berkaitan dengan upaya

mempercepat proses pembentukan kayu, yang mungkin dapat dilakukan melalui suatu
perlakuan tertentu.
Oleh karena itu dalam upaya menunjang program GNRHL isu penting yang perlu
dicarikan jalan keluahya adalah tidak saja pada kemampuan penyediaan bibit
berkualitas, namun lebih jauh adalah upaya percepatan pembentukan kayunya. Dimana
salah satu isu krusial yang berkaitan dengan ha1 ini adalah perlunya suatu teknologi yang
mampu mempercepat proses pembentukan kayu pada bibit tanaman, khususnya pada
jenis Manii dan Mahoni.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana di atas, maka beberapa pertanyaan yang
ditujukan sebagai rangkuman dalam perurnusan masalah adalah:
a. Pada umur berapakah pembentukan kayu pada bibit tanaman Manii dan Mahoni
dalam keadaan normal, dalam artian tidak dilakukan perlakuan secara khusus?
b. Pemberian pupuk fosfat alarn dan FMA baik secara terpisah maupun dalam bentuk
kombinasinya dapat memperbaiki mutu bibit, namun apakah kedua perlakuan ini
secara umum terbukti mempercepat proses pembentukan kayu. Bila terbukti

signifikan, berapa besar dosis yang marnpu memberikan dampak percepatan yang
paling optimal pada kedua jenis tanaman tersebut?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk fosfat alam dan FMA
terlladap pertumbuhan dan masa pembentukan kayu pada bibit Manii dan Mahoni.
Hipotesis
a. Penggunaan pupuk fosfat alam dapat memprcepat pertumbuhan dan masa
pembentukan kayu pada bibit Manii dan Mahoni.
b. Penggunaan FMA dapat mempercepat pertu~nbuhan dan masa pembentukan kayu
pada bibit Manii dan Mahoni.
c. Interaksi antara pupuk fosfat alam dan FMA dapat mepercepat pertumbuhan dan
masa pembentukan kayu pada bibit Manii dan Mahoni
Kerangka Penelitian
Kebutuhan akau bibit yang bermutu untuk
meningkat

-.---.----GNRHL semakin

!

1
I

+

1

Bibit Sehat

+
I

1
Berbatang
Tunggal

Pangkal
Batang
Berkayu

-

Informasi waktu pembentukan
kayu masih belum lengkap untuk
masing-masing jenis tanaman

L

_ _ ._ _ _ -

mempercepat proses
pernbentukau kayu (Phospat

-

1
Tinggi Minimal
30 cm

Tolok ukur batang sudah
berkayu atau belum, masih
bersifat subyektif

obyektif guna mengetahui
kisaran usia bibit mulai

Gambar 1. Kerangka penlikiran penelitian

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian mengenai peng&uh kombinasi penggunaan pupuk fosfat alam dan

fungi mikoriza arbuskula ini diharapkan dapat memperkaya kasanah pengetahuan dan
memberikan masukan kepada masyarakat kehutanan umumnya, serta kepada para
peneliti dalam bidang pembibitan khususnya, dalam rnenentukan standar mutu bibit
yang berkualitas. Disisi lain informasi dari hasil penelitian ini lebih jauh dapat
memberikan masukan guna peningkatan mutu bibit khususnya jenis Manii dan Mahoni,
kaitannya dalam mempercepat terbentuknya kayu pada kedua jenis tanaman tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Kayu
Struktur Kayu
Secara umum yang dimaksud dengan struktur kayu adalah kumpulan massa atau
elemen-elemen sel yang tersusun sedemikian rupa berdasarkan perbedaan bentuk,
ukuran serta fungsinya yang disebabkan oleh aktifitas kambium ke arah dalam batang
selama masa pertumbuhan (Wangaard, 1981).
Pengamatan terhadap struktur atau pun

komponen sel-sel penyusun kayu dapat

dilakukan secara makroskopis, mikroskopis dan submikroskopis. Struktur yang dapat
diamati secara makroskopis adalah warna kayu, kayu teras, kayu gubal dan iingkaran
tumbuh. Karakter fisik lainnya yang clapat diamati meliputi rasa, bau, tekstur, kilau dan
serat. Pengamatan mikroskopis dapat dilakukan terhadap seluruh elemen penyusun kayu
beserta dimensinya serta saluran interseluler. Sedangkan pengamatan secara
submikroskopis dapat dilakukan pada struktur renik pada dinding sel kayu yaitu berupa
mikrofibril dan makrofibril (Haygreen & Bowyer, 1982).
Komponen Kimia Sel-sel Kayu
Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar (hardwood) dan kayu daun jarurn
(sofiwood) terdiri dari tiga fraksi (Dirjen Kehutanan, 1976),

yaitu : (1) fraksi

karbohidrat (holoselulosa) terdiri dari selulosa dan hemiselulosa , (2) fraksi non
karbohidrat yaitu lignin dan (3) fraksi yang diendapkan dalam kayu selama masa
pertumbuhan yang dinamakan zat ekstraktif. Haygreen dan Bowyer (1982) menyatakan
bahwa komponen penyusun unsur-unsur kimia dalam kayu terdiri dari karbon (50 %),
hidrogen (6 %), nitrogen (0,04 - 0,10%), dan abn (0,20

-

0,40%). Sisanya adalah

oksigen. Abu mengandung unsur-unsur seperti kalsium, kalium, magnesium, mangan
dan silikon.

Peranan Unsur Hara dalam Pembentukan Kayu Tropis
Kandungan mineral pada kayu ternyata sangat rendah, yaitu hanya berkisar antara 0,2 1,0% (Larcher, 1980). Unsur kalsium (Ca) dan Kalium (K) merupakan unsur yang
paling banyak dijumpai pada abu kayu, yaitu hampir mencapai 50 % (Larcher, 1980)
Unsur lain yang juga merupakan komponen abu terbanyak adalah unsur P dan sisanya
merupakan unsur mikronutrien lainnya (Kramer & Kozlowski, 1960).
Organ-organ tumbuhan
1980).

memiliki kandungan nutrien yang berbeda-beda (Larcher,

Daun memiliki kandungan mineral terbanyak karena garam-garam hasil

evapotranspirasi terkonsentrasi pada organ tersebut. Cabang atau ranting yang kecil
memiliki kandungan mineral lebih banyak dibandingkan kayu yang sudah tua. Daerah
kambium diduga juga memiliki kandungan mineral yang tinggi namun belum ada data
yang mengungkapkan besarnya konsentrasi mineral pada organ tersebut (Kramer &
Kozlowski, 1960; Larcher, 1980).

. .

Pertumbuhan Pohon
Produksi Kayu dan Kulit
Kayu (xilem) terdapat di sebelah dalam selubung kulit yang terdiri dari lapisan dalam
(floem) dan lapisan pelindung kulit luar (kulit).

Selama pohon tumbuh, pohon

menambahkan kayu yang baru sehingga memperbesar diameter batang dan cabang.
Selain itu pula kulit juga ditambahkan untuk mengganti kulit yang pecah dan
mengelupas ketika batang tumbuh membesar (Haygreen & Bowyer, 1982).
Pertumbuhan Primer dan Sekunder Batang
Pertumbuhan pohon dapat terjadi dalam dua arah, yaitu petumbuhan tinggi
(pertumbuhan vertikal) dan pertumbuhan diameter (pertumbuhan horizontal) (Harada &
Cote, 1984). Pertumbuhan meninggi dihasilkan oleh jaringan yang terdapat di pucuk
apikal dimana jaringan tersebut bersifat meristematik, yaitu akan terus membelah secara
berulang membentuk sel-sel baru. Jaringan tersebut dikenal sebagai meristem apikal
yang akan menghasilkan jaringari primer (Harada & Cote, 1984). Daerah pucuk apikal
yang merupakan daerah dimana awal terjadinya proses pertumbuhan terbagi menjadi

dua daerah yaitu tunika dan korpus. Bidang tunika membelah secara antiklinal (tegak
lurus permukaan) sedangkan bidang pembelahan korpus ke segala arah (Mauseth, 1988).
Pertumbuhan diameter atau pertumbuhan sekunder berasal dari hasil kegiatan meristenl
lateral, yaitu yang disebut kambium vaskuler.

Jaringan-jaringan yang dihasilkan

merupakan jaringan sekunder (Harada & Cote, 11984). Haygreen dan Bowyer (1982)
menyatakan bahwa prokambium merupakan satu jaringan primer yang berdiferensiasi
menjadi berkas-berkas vaskuler primer yang &an membentuk xilem primer dan floem
primer. Sebagian dari prokambium yang terletak di antara xiIem dan floem primer akan
berdiferensiasi menjadi kambium vaskuler. Proses selanjutnya merupakan pembentukan
kambium intervaskuler yang merupakan gabungan dari kambium vaskuler untuk
membentuk jaringan xilem dan floem sekunder.

Kambium Vaskuler
Kambium vaskuler terdiri dari suatu cincin selebar satu sampai beberapa sel
meristematik. Sel-sel penyusunnya terdiri dari dua macam, yaitu sel-sel yang panjang
dan ramping yang disebut inisial ksiform dan sel-sel yang pendek dan membulat yang
disebut inisial jari-jari.

Sel-sel inisial fusiform akan membelah berulang-ulang

membentuk inisial kambium yang baru atau sel-sel xilem dan floe111 yang baru,
sementara inisial jari-jari akan membentuk jari-jari xilem atau floem atau pun inisial
jari-jari yang baru (Panshin & de Zeeuw, 1980).
Pembentukan xilem dan floem baru merupakan pembelahan secara periklinal, yaitu
pembelahan sejajar permukaan batang pada bidang tangensial. Sedangkan pembentukan
sel-sel inisial baru melalui pembelahan secara radial disebut sebagai pembelahan
antiklinal (Panshin & de Zeeuw, 1980).

Pembelahan Kambium
Sel-sel yang membelah secara periklinal &an membentuk dua macam sel, dimana satu
diantaranya masih tetap bersifat meristematik dan menjadi bagian dari kambium. Sel
yang lainnya akan menjadi sel induk xilem dan floem. Sel-sel tersebut kemudian akan

berkembang ke arah radial dan mungkin akan membelah satu atau beberapa kali
sebelum berkembang menjadi elemen xilem atau floem dewasa. Pendewasaan sel-sel
meliputi pertambahan diameter dan panjang, serta pertumbuhan yang diikuti dengan
penebalan dinding sel dan akhirnya diikuti dengan proses lignifikasi. Disamping itu
pula, sel-sel inisial fusiform akan membelah secara antiklinal yaitu menurut bidang yang
tegak lurus dengan permukaan radial atau membelah secara miring menurut bidang
lintang dalam rangka pembesaran kambium (Harada & Cote, 1982; Fahn, 1995).
Pertambahan diameter batang pohon dapat terjadi akibat adanya pembelahan sel-sel
kambium ke arah dalam (xilem sekunder). Pertambahan diameter ini harus diimbangi
pula dengan adanya pertambahan keliling kambium. Faktor-faktor yang menentukan
terjadinya pengembangan keliling kambium antara lain adalah pertumbuhan diameter
inisial fusiform dan inisial jari-jari serta pertambahan jumlah sel-sel inisial jari-jari
(Haygreen & Bowyer, 1982).

Mikoriza
Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara asosiasi fungi
(nyces) dan perakaran (rhyza) tumbuhan tingkat tinggi. Dalam hubungan ini cendawan

tidak merusak atau membunuh tanaman inangnya, tetapi memberikan sesuatu
keuntungan kepada tanaman inang (host) dan sebaliknya cendawan dapat memperoleh
karbohidrat dan faktor pertumbuhan laimya dari tanaman inangnya (Setiadi, 1992).
Manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dengan adanya mikoriza ini antara lain:
meningkatnya penyerapan unsur hara, meningkatnya ketahanan terhadap kekeringan,
dan tahan terhadap serangan patogen akar (Fakuara, 1988). Selain itu pula mikoriza
dapat menghasilkan hormon dan zat pengatur tumbuh (Setiadi, 1992).
Mikoriza dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan besar berdasarkan struktur tubuh
dan infeksinya terhadap tanaman inang yaitu ektomikoriza, endomikoriza yang biasa
dikenal dengan nama Fungi Mikoriza Arbuskula dan ektendomikoriza (Setiadi, 1989).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Berdasarkan taksonominya, FMA termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, ordo
Glomales yang terbagi ke dalam 5 (lima) famili yaitu : Gigasporaceae, Glomaceae
Acaulosporaceae, Paraglomaceae, dan Archaeosporaceae

Selanjutnya FMA ini

diklasifikasikan menjadi 8 (delapan) genus yaitu: Archaeospora, Glomus, Sclerocystis,

Acaulospora, Entrophospora, Paraglomus, Gigaspora, dun Scutellospora (INVAM,
ZOOS).
Karakteristik yang dimiliki oleh FMA yaitu dijumpai adanya 2 (dua) organ khusus di
dalam jaringan akar yang terinfeksi yaitu arbuskula dan vesikel. Menurut Setiadi
(1992), arbuskula diduga berperan sebagai pemindah unsur hara, yaitu yang terjadi dari
lingkungan luar ke cendawan dan selanjutnya baru ke dalam sistem perakaran Yesikel
berbentuk oval dan menggelembung yang terdapat pada hifa. Struktur khusus ini
mengandung minyak dan kadang-kadang berbentuk globul tunggal yang besar dan pada
akar yang tua juga berfungsi sebagai spora istirahat.
Secara umum proses infeksi FMA pada akar tanaman terjadi melalui empat tahap yaitu

1) induksi perkecambahan spora dan pertumbuhan hifa, 2) kontak antara hifa dan
permukaan akar yang menyebabkan terjadinya pengenalan dan pembentukan
apresorium, 3) penetrasi hifa ke dalam akar, dan 4) perkembangan struktur arbuskula
internal dan kemudian akan diikuti dengan proses simbiosis yang fungsional (Bonfante
& Perotto, 1995).

Peranan FMA dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman
Simbiosis antara tanaman dan FMA bersifat saling menguntungkan, dimana tanaman
mengirimkan 10-20% hasil fotosintesis untuk kegiatan pembentukan, pemeliharaan dan
pengaktifan struktur mikoriza dan sebaliknya tanaman memperoleh bantuan dalam
penyerapan unsur hara, terutama jika kondisi persediaan fosfor di tanah terbatas, maka
tanaman yang diinfeksi oleh FMA dapat menyerap lebih banyak P dibandingkan
tanaman yang tidak diinfeksi (Jakobsen & Rosendah, 1990 dala~nPrematuri, 1998).

Setiadi (1998) menyatakan bahwa FMA mempunyai kemampuan untuk berasosiasi
dengan hainpir 90% jenis tanarnan, sehingga dapat diaplikasikan secara luas baik pada
pertanian, hortikultura, perkebunan, kehutanan dan tanaman pakan ternak.
Biasanya tanaman yang bermikoriza mempunyai pertumbuhan yang lebili baik
dikarenakan status nutrisi tanaman tersebut dapat ditingkatkan atau diperbaiki (Setiadi,
1998 b). Adanya peningkatan pertumbuhan pada tanaman yang bermikoriza ini sering
dikaitkan dengan peningkatan serapan P pada tanaman. Bolan (1991) menyatakan
bahwa fosfor merupakan unsur hara utama yang dapat diserap oleh tanaman
bermikoriza. Selain itu pula, hifa eksternal FMA ini juga mampu mengangkut unsur
hara lain ke tanaman.

Pemupukan
Secara umum pemupukan dapat diartikan sebagai penambahan zat hara ke dalam tanah
(Hardjowigeno, 1989). Dengan adanya penambahan hara tersebut ke dalam tanah maka
dapat memberikan pengaruh yang baik pada pertukaran ion, memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan pertumbuhan dan juga daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit
(Sosrosoedarjo dan Rifai, 1982). Kegiatan pemupukan di persemaian dapat digunakan
untuk menghasilkan bibit yang berkualitas untuk ditanam di lapang.
Selanjutnya dalam kegiatan pemupukan, beberapa ha1 yang perlu diperhatikan adalah:
jenis tanaman, jenis tanah, jenis pupuk, dosis pupuk, waktu dan cara pemupukan
(Hardjowigeno, 1989).
Fosfat Alam
Fosfat alam dikenal juga dengan nama rock phosphate. Umumnya dijumpai dalam
bentuk flour apatit dengan formula 3Ca(P04)2.CaF2dan memiliki sejumlah komponen
minor seperti klorida, silika, bahan organik dan garam-garam metal seperti besi,
aluminium, magnesium dan lain-lain (Ayyer dan Akolkar, 2000).

Fosfat alam

inerupakan sumber hara P dan bersifat dapat melepaskan fosfat secara lambat (slow

release) dan kelarutan P-nya akan makin tinggi dengan meningkatnya kernasaman tanah.

Menurut Harjanto (1986), sumber fosfat di Indonesia terdiri dari fosfat gua dan batu
kapur terfosfatisasi yang umumnya dijumpai pada lokasi tertentu pada pegunungan
gamping atau dolomitik. Deposit yang sekarang mulai diusahakan dalam skala kecil
banyak dijumpai di Pulau Jawa, seperti di Jawa Barat (sekitar Bogor, Ciamis dan
Tasikmalaya), Jawa Tengah (daerah Kebumen dan Pati), Jawa Timur (sekitar Surabaya,
Lamongan, Tuban, Sampang, pulau-pulau sekitar Madura), Kalimantan (Banjarmasin),
Kepulauan Flores dan Papua dengan kandungan P205 berkisar antara 1% sampai 36%
(Kusartuti, 1987).
Kualitas pupuk fosfat alam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat mineralogi,
kelarutan, besar butir, kadar karbonat bebas, kadar PzOs total dan jenis deposit batuan
fosfat. Efektivitas penggunaan fosfat alam sangat ditentukan oleh reaksi kimia, ukuran
butir, sifat-sifat tanah, waktu dan cara aplikasi, takaran fosfat alam, jenis tanaman dan
pola tanam (Rajan et al, 1996). Penggunaan fosfat alam secara Iangsung tergantung dari
jenis atau sumber fosfat alam dan jenis tanah. Menurut Mursidi (!987) berdasarkan
kelarutan mineral fosfat dan sifat tanah, maka Ca-P harus digunakan pada tanah masam,
sedangkan A1-P dan Fe-P atau (Ca, Al, Fe)- P harus digunakan pada tanah netral atau
basa. Disamping itu pula faktor lain yang mempengaruhi efektivitas dari fosfat alam
ini menumt %a dan Guissou (1996) dalam Muin (2003) adalab status mikoriza pada
tanaman. Tanaman yang diinokulasi dengan FMA akan memanfaatkan lebih banyak
fosfor larut yang berasal dari fosfat alam daripada tanaman yang tidak bermikoriza
(Antunes dan Cardoso, 1991).

Pengaruh Pemupukan Terhadap Simbiosis FMA
Pengaruh pemupukan terhadap perkembangan FMA sangat bervariasi tergantung pada
bermacam-macam faktor diantaranya kandungan bahan organik tanah, tingkat
kesuburan awal tanah, ketergantungan tanaman inang terhadap simbiosis FMA serta
jenis FMA yang digunakan (Sukarno, 1998).

Setiadi (1998) menyatakan bahwa pemberian pupuk fosfat dalam bentuk mudah larut
sering memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan FMA, sedangkan sebaliknya jika
menggunakan pupuk yang tidak mudah larut seperti batuan fosfat mempunyai efek yang
positif. Namun tidak semua penelitian menunjukkan hasil yang demikian.
Faktor keseimbangan nutrisi dalam pupuk (pupuk seimbang) ternyata dapat
mempengaruhi respon tanaman terhadap FMA. Sukarno (1998) menyebutkan bahwa
pemberian pupuk N dan P yang tinggi secara individu kepada tanaman dapat berakibat
negatif terhadap pertumbuhan FMA.

Namun jika diberikan dalam bentuk pupuk

seimbang (N-P-K) pada konsentrasi yang sama memberikan pengaruh yang lebih baik
dibandingkanjika aplikasinya secara individu.
Tinjauan tentang Maesopsis enzirrii Engl.
Maesopsis eminii Engl. termasuk ke dalam famili Rhamnaceae dan dikenal dalam dunia

perdagangan sebagai Kayu Manii. Jenis ini tumbuh tersebar secara alami di daerah
tropika timur Afrika. Tanaman ini di Indonesia diintroduksi pertama kali di daerah
Jawa Barat (Badan Litbang Kehutanan Dan Perkebunan, 2000).
Jenis ini tumbuh baik pada ketinggian 100 - 1500 m di atas permukaan laut, dengan
curah hujan 1400 - 3600 mmltahun. Tumbuh baik pada solum tanah yang dalam, subur,
bebas genangan air, dan juga toleran terhadap tanah yang tidak subur, tanah berpasir dan
asam.
Bentuk pohon meranggas, tinggi men