BUDAYA ORGANISASI DITINJAU DARI EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Budaya Organisasi Ditinjau dari Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

BUDAYA ORGANISASI DITINJAU DARI EFEKTIVITAS
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
ADI PRASETYA KUSUMA
F 100 090 170

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

0

ABSTRACT

Organizational Culture Viewed from the Effectiveness of Headmaster's
Leadership

School as an organization that runs education has many dimensions that are

interrelated each other. In line with the development of era, leadership in the
educational organization, especially Headmaster, is hoped to be able to adapt to the
existing development, moreover, related to the latest issues in the educational world
in the school level. In this case, the Headmaster's effectiveness has not been
maximum. It happens because the Headmaster is not effective enough in his/her
leadership, therefore, it influences the teachers' performance which is also not
maximum enough and the quality of school is getting lower. In another hand, the
organizational culture in the school environment in the forms of rules and norms
have not been fully implemented by the teachers and the Headmaster.
This research aims at knowing: 1) The correlation between the effectiveness
of Headmaster's leadership and the organizational culture. 2) The role of
organizational culture on the effectiveness of Headmaster's leadership. 3) The level
of the effectiveness of Headmaster's leadership and of the organizational culture.
Population in this research is Headmasters of elementary school in
Sukoharjo Regency consisting of 12 Sub-districts. Sample in this research is all
Headmasters in the Sub-districts of Sukoharjo as many as 44 people, the technique
of sample taking used cluster random sampling. The methods of data collection in
this research are two methods: scale and documentation. The difference capacity of
item is an analysis on the questions including analysis on the difficulty level and the
difference capacity of the questions. The technique of reliability used the formula of

Cronsbach Alpha through the program aid of SPSS 15.00 for windows. The
technique used in this research is the correlation of product moment.
The conclusions of this research are: (1) There is a positively significant
correlation between the effectiveness of Headmaster's leadership and the
organizational culture. It means that the higher the effectiveness independence of
Headmaster's leadership and the dependant variable of the organizational culture,
the higher the organizational culture will be. In contrary, the lower the effectiveness
of Headmaster's leadership, the lower the organizational culture will be. (2) The role
of the effectiveness of Headmaster's leadership on the organizational culture is as
much as 0.239 or 23,9%. It means that there are other variables influence the
organizational culture as much as 76.1% outside the variable of the effectiveness of
Headmaster's leadership. (3) The effectiveness level of Headmaster's leadership is
categorized as very high and the result of category of organizational culture is very
high.
Keywords: Organizational Culture, Effectiveness of Headmaster's Leadership.

3

BUDAYA ORGANISASI DITINJAU DARI EFEKTIVITAS
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Adi Prasetya Kusuma
Partini
cozzim.vortex@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi
Sekolah sebagai sebuah organisasi penyelenggara pendidikan memiliki
berbagai dimensi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sejalan
dengan perkembangan jaman, kepemimpinan dalam organisasi pendidikan,
khususnya kepala sekolah, diharapkan mampu untuk beradaptasi dengan
perkembangan yang ada, terlebih yang berkaitan dengan isu-isu terkini dalam dunia
pendidikan di tingkat sekolah. Dalam hal ini efektivitas kepala sekolah belum
maksimal. Hal ini terjadi karena kepala sekolah kurang efektif dalam
kepemimpinannya, sehingga mempengaruhi kinerja guru yang kurang maksimal
pula dan kualitas sekolah menjadi rendah. Di sisi lain, budaya organisasi di
lingkungan sekolah yang berupa peraturan-peraturan dan norma belum sepenuhnya
dilakukan oleh guru dan kepala Sekolah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Hubungan antara efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah dengan budaya organisasi. 2) Peran budaya organisasi
terhadap efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. 3) Tingkat efektivitas

kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten
Sukoharjo yang terdiri dari 12 Kecamatan. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh Kepala Sekolah di Kecamatan Sukoharjo yang berjumlah 44 orang, teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala dan dokumentasi. Daya beda aitem
merupakan analisis butir soal yang mencakup analisis tingkat kesukaran dan daya
beda butir soal. Teknik reliabilitas menggunakan rumus Cronsbach Alpha dengan
bantuan program SPSS 15.00 for windows. Tehnik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kolerasi product moment.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu : (1) Ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dengan budaya
organisasi. Maksudnya, semakin tinggi bebasnya efektivitas kepemimpinan kepala
sekolah dan variabel tergantungnya budaya organisasi, maka semakin tinggi budaya
organisasi. Sebaliknya, semakin rendah efektivitas kepemimpinan kepala maka
semakin rendah pula budaya organisasi. (2) Peran efektivitas kepemimpinan kepala
sekolah terhadap budaya organisasi sebesar 0,239 atau 23,9%. Hal ini berarti masih
terdapat beberapa variabel lain yang mempengaruhi budaya organisasi sebesar
76,1% diluar variabel efektivitas kepemimpinan kepala sekolah. (3) Tingkat
efektivitas kepemimpinan kepala sekolah tergolong sangat tinggi dan hasil kategori

budaya organisasi tergolong sangat tinggi.
Kata Kunci : Budaya organisasi, Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah

3

pendidikan tersebut, sedangkan faktor

PENDAHULUAN
Tujuan Pendidikan Nasional
yakni

mencerdaskan

ekternal meliputi pihak-pihak yang

kehidupan

berkepentingan

(stakeholder),


bangsa dan mengembangkan manusia

lingkungan sekolah, dan hukuman

seutuhnya maka sangat dibutuhkan

(punishment) pencitraan masyarakat

peran

terhadap

pendidik

Sesuai

yang

dengan


profesional.

Undang-Undang

tentang

Nasional,

Sistem

Budaya

Pendidikan

guru

itu

organisasi


dalam

penelitian ini merupakan budaya kerja

sebagai

di lingkungan pendidikan atau budaya

jabatan

sekolah. Catalin (2011) menyatakan

profesional. Untuk itu profesionalisme

bahwa setiap organisasi (sekolah)

guru dituntut agar terus berkembang

mempunyai budayanya sendiri, berupa


sesuai dengan perkembangan jaman,

serangkaian

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

moral, dan kebiasaan, yang telah

kebutuhan

termasuk

membentuk perilaku dan hubungan-

kebutuhan sumber daya manusia yang

hubungan yang terjadi di dalamnya.

berkualitas dan memiliki kapabilitas


Budaya

untuk mampu bersaing baik di forum

berpengaruh

regional,

maupun

kegiatan warga sekolah, tetapi juga

internasional. Untuk mencapai tujuan

motivasi dan semangat kerja. Budaya

pendidikan

yang


sekolah dibentuk dalam jaringan yang

guru tidaklah

sifatnya formal. Serangkaian nilai,

sederhana, karena ditentukan oleh

norma, dan aturan ditentukan dan

berbagai faktor baik internal maupun

ditetapkan

ekternal.

panduan bagi warga sekolah dalam

pendidik

jabatan

pendidikan

sendiri.

Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003

lembaga

merupakan

masyarakat

nasional

tersebut

dibebankan kepada

Faktor

tugas

internal

meliputi

nilai,

organisasi
tidak

pihak

individu guru itu sendiri, lingkungan

berfikir,

bersikap,

tempat berlangsungnya proses belajar

Budaya

sekolah

mengajar

merupakan

yaitu

sekolah,

teman

norma,

sekolah
hanya

sekolah

dan

pada

sebagai

bertindak.

yang

nilai-nilai

aturan

efektif

kepercayaan

sejawat, kepemimpinan, dan budaya

dan

organisasi

kesepakatan bersama yang melahirkan

dalam

sub

sistem

1

tindakan

sebagai

hasil

komitmen seluruh personel untuk

(pemimpin), kepala sekolah sebagai

melaksanakannya secara konsekuen

innovator. Adapun tugas-tugas kepala

dan konsisten. Budaya sekolah yang

sekolah yaitu: menyusun perencanaan,

kuat

mengorganisasikan

kegiatan,

meningkatkan semangat kerja dan

mengarahkan

kegiatan,

motivasi

mengkoordinasikan

kegiatan,

dan

kondusif

akan

berprestasi

dapat

guru

dalam

mensukseskan pembelajaran.
Pada

melaksanakan

kenyataannya

tidak

pengawasan,

melakukan evaluasi terhadap kegiatan,

semua sekolah memiliki budaya yang

menentukan

kuat dan kondusif. Hasil penelitian

mengadakan

yang dilakukan oleh Kusnawan, dkk.,

keputusan,

(2012) diperoleh hasil observasi pada

dan

tahun 2011 di 5 wilayah SMAN

masyarakat.

Kabupaten Bogor terhadap 257 orang

menyelenggarakan administrasi antara

guru PNS, diperoleh data rata-rata

lain

kehadiran untuk yaitu 88, 20 %, dan

pengorganisasian,

pengarahan

yang

keuangan,

kurikulum,

tidak

hadir

11,80

%.

kebijaksanaan,
rapat,

mengambil

mengatur

pembelajaran

mengadakan

hubungan

Selain

itu

menyusun

tugas

perencanaan,

penyusunan

Berdasarkan fakta tersebut masih

penanganan

terdapat

prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.

dalam

guru-guru

yang mangkir

melaksanankan

tugas

dan

sarana

Tugas pemimpin tersebut akan

tanggung jawabnya.
Sagala

kesiswaan,

berhasil dengan baik apabila setiap
menjelaskan

pemimpin memahami akan tugas yang

kepemimpinan

harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu

sekolah penting untuk diperhatikan

kepemimpinan akan tampak dalam

mengingat fungsi kepala sekolah ada

proses kepemimpinan kepala sekolah

berbagai

dalam

bahwa

(2008)

perilaku

macam,

yaitu:

kepala

merencanakan,

mengatur

sekolah sebagai educator (pendidik),

organisasi

kepala

manajer,

membimbing, mempengaruhi dan atau

kepala sekolah sebagai administrator,

menguasai pikiran-pikiran, perasaan-

kepala sekolah sebagai supervisor,

perasaan atau tingkah laku orang lain,

leader

dan melakukan pengontrolan berjalan

kepala

sekolah

sekolah

sebagai

sebagai

2

sekolah,

mengarahkan,

efektif. Untuk menciptakan sekolah

aspeknya

yang efektif dan efisien, kepala

Yudhaningsih (2011), yaitu aturan-

sekolah sebagai manajer pendidikan di

aturan perilaku, norma, nilai-nilai

tingkatan sekolah dan ujung tombak

dominan,

utama dalam mengelola pendidikan

peraturan, dan iklim organisasi.

diharapkan mampu memegang tugas

berdasarkan

filosofi,

Budaya

pendapat

peraturan-

organisasi

yang

dan bertanggung jawab memegang

terbentuk banyak ditentukan oleh

peran aktif dalam memajukan sekolah

beberapa faktor, yaitu: (a) Lingkungan

atau lembaga pendidikan (Landrito

usaha; lingkungan dimana perusahaan

dan Sarros, 2013).

itu beroperasi akan menentukan apa

Budaya

organisasi

adalah

yang

harus

dikerjakan

oleh

sistem yang mengarahkan perilaku

perusahaan tersebut untuk mencapai

individu agar searah dengan tujuan

keberhasilan. (b) Nilai-nilai (values);

organisasi.

merupakan

Dalam

hal

mengubah

konsep

dasar

dan

budaya maka pimpinan harus mampu

keyakinan dari suatu organisasi. (c)

mengubah dirinya terlebih dahulu.

Panutan/keteladanan;

Pimpinan

yang menjadi panutan atau teladan

organisasi

harus

mau

orang-orang

menerima tanggung jawab dalam

karyawan

rangka perubahan budaya. Perubahan

keberhasilannya. (d) Upacara-upacara

budaya

dilakukan

(riset dan ritual); acara-acara rutin

dalam sekejap waktu tetapi secara

yang diselenggarakan oleh perusahaan

bertahap dan memerlukan waktu.

dalam

Pemimpin jangan membuat suatu

penghargaan pada karyawannya. (e)

kesalahan dalam tahapan pelaksanaan

Network;

program budaya kerja, karena bila hal

informal didalam perusahaan yang

tersebut

dapat menjadi sarana penyebaran

tidak

mungkin

terjadi

melemahkan

maka

dapat

semangat

dan

jaringan

memberikan

komunikasi

Sudirman (2013) berpendapat

terhadap pimpinan (Robbins, 2003).
organisasi

rangka

karena

nilai-nilai dari budaya perusahaan.

menurunkan kepercayaan bawahan

Budaya

lainnya

bahwa efektivitas adalah setiap proses

diukur

kegiatan

dengan alat skala dengan aspek-

dan

pengembangan

diarahkan untuk menghasilkan sesuatu

3

yang

benar-benar

sesuai

dengan

juga produktivitas dan semangat kerja

kebutuhan melalui pemanfaatan yang

guru tergantung kepala sekolah dalam

sebaik-baiknya dari berbagai sumber-

arti

sumber yang tersedia. Ditegaskan pula

sekolah

bahwa dalam hal penetapan tujuan

kegairahan kerja dan sejauh mana

sangat penting ketepatannya sesuai

kepala sekolah mampu mendorong

dengan

kebutuhan-kebutuhan

atau

bawahannya untuk bekerja sesuai

harapan

apa saja

yang memang

dengan kebijaksanaan dan program

sampai sejauh

mana kepala

mampu

menciptakan

dibutuhkan dalam hal pencapaian

yang

efektivitas

secara

produktivitas kerja guru tinggi dan

Sehingga

dibutuhkan

keseluruhan.
adanya

telah

digariskan

sehingga

hasil belajar siswa meningkat.

perencanaan-perencanaan yang tepat

Kepemimpinan yang efektif

pula, agar semakin efektifnya suatu

menurut Mustiningsih (2013) adalah

kegiatan atau proses yang dilakukan

kepemimpinan

pada suatu organisasi. Efektivitas

menumbuhkan,

berkaitan dengan pencapaian target

mengembangkan usaha dan iklim

yang

yang kooperatif dalam kehidupan

berkaitan

dengan

kualitas,

kuantitas dan waktu.

mampu

memelihara,

dan

organisasional, dan yang tercermin

Berkaitan
kepemimpinan

yang

dengan

kecekatannya

mengambil

sekolah,

keputusan. Artinya, pemimpin harus

Rusyan (2000) menyatakan bahwa

mampu menerobos lack of urgency

kepemimpinan

dan lack of momentum. Pendapat

memberikan

kepala

dalam

kepala
motivasi

sekolah
kerja

bagi

tersebut

diperkuat

peningkatan produktivitas kerja guru

(2011)

yang

dan

siswa.

pemimpin harus seorang yang mampu

Kepemimpinan kepala sekolah harus

menumbuhkan dan mengembangkan

benar-benar

segala yang terbaik dalam diri para

hasil

belajar

dipertanggungjawabkan,

dapat
karena

menyebut

Maccoby
bahwa

bawahannya.

tanggung jawab kepala sekolah sangat
penting dan menentukan

oleh

Efektivitas

tinggi

kepala

sekolah

diukur dengan menggunakan skala,

rendahnya hasil belajar para siswa,

dengan

4

indikator

berdasarkan

pendapat

Dukhri

(2008),

kepemimpinan

dengan

guru

akan

Hipotesis dalam penelitian ini

tujuan dan jadwal penyelesaian, (2)
terhadap

efektif

mampu meningkatkan kinerja guru.

aspek-aspeknya adalah (1) kejelasan

perhatian

yang

yaitu ada hubungan positif antara

dengan

indikator keramahan dukungan dalam

efektivitas

kepemimpinan

melaksanakan tugas, (3) kerja sama

sekolah dengan budaya organisasi.

terhadap guru dengan indikator kerja

Artinya

sama dalam penyelesaian tugas, (4)

lingkungan budaya organisasi, maka

pengarahan terhadap guru dengan

efektivitas

indikator pengarahan dalam tugas, (5)

sekolah juga semakin tinggi.

semakin

kepala

tinggi

skor

kepemimpinan

kepala

pengawasan terhadap guru dengan
indikator pengawasan terhadap tugas

METODE PENELITIAN

yang diberikan, dan (6) pengambilan
keputusan

terhadap

indikator

proses

guru

Populasi dalam penelitian ini

dengan

adalah Kepala Sekolah Dasar di

pengambilan

Kabupaten Sukoharjo yang terdiri

keputusan. Semakin tinggi skor yang

dari 12 Kecamatan.

diperoleh subjek, maka efektivitas
kepemimpinan

kepala

Sampel

sekolah

dari

semakin tinggi atau sebaliknya.

faktor

menentukan

yang

keberhasilan

bagi populasi. Pendapat tersebut
dipertegas

menciptakan
sekolah

yang

budaya

Arikunto

wakil dari populasi

guru

(2010)

yang teliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah

organisasi

kondusif

oleh

bahwa sampel adalah bagian atau

perilaku kepemimpinan yang efektif
memotivasi

mengandung

dan merupakan duplikat yang cermat

sekolah

sebagai lembaga kependidikan, karena

mampu

yang

sampel harus mencerminkan populasi

sangat

dalam mewujudkan visi dan misinya

akan

populasi

bagian

semua karakteristik populasi, artinya

Faktor perilaku kepemimpinan
merupakan

merupakan

seluruh

untuk

Kecamatan

mencapai pelaksanaan kerja yang

Kepala

Sekolah

Sukoharjo

di
yang

berjumlah 42 orang.

terbaik. Dengan kata lain perilaku

Pemilihan

subjek

ini

menggunakan teknik cluster random
5

sampling, artinya subjek penelitian

Adanya

perkembangan

mempunyai kesempatan yang sama

rnasyarakat dan tuntutan terhadap

untuk dijadikan sampel penelitian.

kinerja

Metode

pengumpulan

data

sekolah

agar

memiliki

keluaran yang baik, maka sekolah

dalam penelitian ini yaitu skala

perlu

efektivitas

organisasi sekolah yang mendukung

kepemimpinan

kepala

sekolah dan skala budaya organisasi.

mengembangkan

budaya

pencapaian tujuan sekolah. Dengan

Tehnik yang digunakan dalam

demikian

sekolah

harus

lebih

penelitian ini adalah kolerasi product

profesional

moment. Alasan menggunakan teknik

produktivitas

yang

korelasi product moment karena di

pengelolaan

kegiatan-kegiatannya.

dalam penelitian ini hanya ada dua

Yang menjadi tanggung jawab kepala

variabel yang terlibat yaitu efektivitas

sekolah. Kepala sekolah merupakan

kepemimpinan kepala sekolah dan

orang yang memiliki kemampuan

budaya

profesional yang bekerja berdasarkan

organisasi

yang

masing-

dan

memiliki
tinggi

dalam

masing bergejala interval dan ingin

pola

dicari korelasi antara kedua variabel.

disepakati bersama untuk memberi

kinerja

kemudahan

profesional

dan

yang

mendukung

keberhasilan pembelajaran. Seorang

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diperoleh hasil

pemimpin

yang

efektif

harus

r sebesar 0,489 dengan p = 0,000 (p ≤

memperhatikan dengan baik orang

0.01) yang berarti ada hubungan

maupun produksi. Ini berarti bahwa ia

positif yang sangat signifikan antara

harus menciptakan iklim agar orang

efektivitas

dapat

kepemimpinan

kepala

bekerja

sama

untuk

sekolah dengan budaya organisasi.

mendapatkan

Maksudnya, semakin tinggi variabel

sehingga

bebasnya efektivitas kepemimpinan

kepuasan dalam bekerja (Mulyasa,

kepala

2009).

sekolah

tergantungnya
maka

dan

budaya

semakin

tinggi

variabel
organisasi,

hasil

yang bermutu

akan

memunculkan

Kepemimpinan

budaya

berkaitan

organisasi.

sekolah

6

efektif

dengan

masalah kepala

dalam

meningkatkan

kesempatan

untuk

mengadakan

sebagai

penyedia

sumber

daya,

kemampuan

dan

pertemuan secara efektif dengan para

menunjukkan

guru dalam situasi kondusif. Perilaku

manajemen waktu dan sumber daya

kepala

yang secara efektif, menunjukkan

sekolah

harus

dapat

mendorong kinerja para guru dengan

kondisi

menunjukkan rasa bersahabat, dekat

pengubah, dan mampu mengenal dan

dan penuh pertimbangan terhadap

memotivasi anggota staf sekolah.

guru, baik sebagai individu maupun

Kedua, sebagai sumber instruksional

sebagai kelompok.

terlihat dan memajukan kondisi kelas

Perilaku

pemimpin

yang

kelas

sebagai

master

yang efektif untuk menunjang hasil

positif dapat mendorong kelompok

belajar,

dalam mengarahkan dan memotivasi

untuk menggunakan berbagai macam

individu untuk bekerjasama dalam

materi pengajaran dan strategi belajar

kelompok dalam rangka mencapai

mengajar, memberikan perhatian dan

tujuan sekolah/institusi. Tugas utama

mampu

yang diemban oleh seorang kepala

inovatif. Ketiga sebagai komunikator,

sekolah adalah memimpin jalannya

menyampaikan visi sekolah secara

proses belajar mengajar di sekolah

jelas, memahami tujuan sekolah serta

menuju pencapaian hasil belajar yang

mampu

maksimal.

hubungan

Sebagai

pemimpin

mendorong

staf

mengembangkan

menerjamahkan,
yang

pengajar

gagasan

membina

efektif

dengan

sekolah

stakeholders,

bertanggung jawab atas prestasi atau

menyampaian

hasil belajar siswa di sekolah yang

maupun

dipimpinnya. Dalam kajian mengenai

kehadirannya

sekolah yang efektif, tanggung jawab

berinteraksi

langsung

seluruh lingkungan sekolah (guru,

pembelajaran,

untuk

meningkatkan

kepala

memajukan

dan

pembelajaran

di

baik

bermakna,
dan

lisan

Keempat,

tulisan.

Keberhasilan

Keberhasilan kepala sekolah
sebagai

sesuatu

dalam

mampu

mempengaruhi

staf, siswa dan petugas lainnya).

sekolah adalah kepala sekolah.

efektif

jelas

suatu

sekolah

pada hakikatnya terletak pada efisiensi

pemimpin

dan efektivitas kepemimpinan seorang

pembelajaran antara lain; Pertama,

kepala sekolah. Sedangkan sekolah

7

sebagai lembaga pendidikan bertugas

kekhasan sesuai dengan core bisnis

menyelenggarakan proses pendidikan

yang dijalankan, yaitu pembelajaran.

dan proses belajar mengajar dalam

Budaya

usaha untuk mencerdaskan kehidupan

menunjukkan kapabilitas yang sesuai

bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah

dengan tuntutan pembelajaran, yaitu

sebagai seseorang yang diberi tugas

menumbuhkembangkan peserta didik

untuk memimpin sekolah, kepala

sesuai

sekolah

kemanusiaan.

bertanggung

jawab

atas

tercapainya tujuan sekolah. Kepala
sekolah

diharapkan

sekolah

dengan

semestinya

prinsip-prinsip

Semua organisasi mempunyai

menjadi

satu budaya dimana budaya tersebut

pemimpin dan inovator di sekolah.

mempunyai pengaruh yang bermakna

Oleh

kualitas

pada sikap dan perilaku anggota-

kepemimpinan kepala sekolah adalah

anggota organisasi. Budaya organisasi

signifikan bagi keberhasilan sekolah

berkaitan

(Depdikbud, 2013).

terhadap

sebab

Sekolah
memiliki

itu,

sebagai

budaya

organisasi

lingkungannya,

dengan

persepsi

nilai-nilai

dan

lalu

persepsi

itu

yang

melahirkan makna dan pandangan

dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-

hidup yang akan mempengaruhi sikap

nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan,

dan tingkah laku

kebijakan-kebijakan pendidikan, dan

manajemen dalam bekerja. Setiap

perilaku orang-orang yang berada di

karyawan dan manajemen seharusnya

dalamnya. Dengan demikian budaya

memiliki

organisasi

pemahaman yang sama tentang makna

persepsi,

tersendiri

erat

sekolah

merupakan

pikiran-pikiran,

sudut

karyawan

pandang

dan

atau

ide-ide,

budaya organisasi sehingga efektivitas

perilaku, kebiasaan dan norma-norma

kerja dalam rangka mencapai tujuan

serta

organisasi dapat tercapai. Budaya

peraturan-peraturan

yang

diyakini dan dijadikan pedoman bagi

dalam

warga sekolah dalam menentukan

sangat beragam. Bisa dalam bentuk

arah

dedikasi/loyalitas, tanggung jawab,

dalam

mencapai

tujuan

organisasi

diaktualisasikan

pendidikan di sekolah. Sebagai suatu

kerjasama,

organisasi

ketekunan, semangat, mutu kerja,

sekolah

menunjukkan

8

kedisiplinan,

kejujuran,

keadilan, dan integritas kepribadian

kepemimpinan

(Yudhaningsih, 2011).

terhadap budaya organisasi sebesar

kepala

sekolah

Kelemahan penelitian in yaitu

0,239 atau 23,9%. Hal ini berarti

skala efektivitas kepemimpinan diisi

masih terdapat beberapa variabel lain

oleh Kepala Sekolah, sehingga hasil

yang

penelitian

organisasi

kurang

objektif.

Hal

mempengaruhi
sebesar

budaya

76,1%

diluar

tersebut dapat dimaklumi mengingat

variabel

seiap Kepala Sekolah akan lebih

kepala sekolah. (3) Tingkat efektivitas

memilih kepemimpinannya baik dan

kepemimpinan

efektif.

tergolong sangat tinggi dan hasil

efektivitas

kepemimpinan

kepala

sekolah

kategori budaya organisasi tergolong
sangat tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian

tentang hubungan antara efektivitas

tersebut, maka dapat diajukan saran

kepemimpinan kepala sekolah dengan

kepada siswa dan peneliti selanjutnya,

budaya organisasi pada kepala sekolah

sebagai berikut:

di Sekolah dasar Sukoharjo, diperoleh

Pertama, bagi kepala sekolah

kesimpulan, sebagai berikut: (1) Ada

di

hubungan

mempertimbangkan

signifikan

positif

yang

antara

sangat

efektivitas

Sukoharjo

hendaknya
aspek

budaya

organisasi pada saat menerapkan gaya

kepemimpinan kepala sekolah dengan

kepemimpinan

budaya

Maksudnya,

tugas. Saran ini didasarkan atas

semakin tinggi variabel bebasnya

temuan penelitian bahwa efektivitas

efektivitas

kepemipinan kepala sekolah memiliki

organisasi.

kepemimpinan

kepala

dalam

menjalankan

sekolah dan variabel tergantungnya

hubungan

budaya organisasi, maka semakin

terhadap budaya organisasi.

tinggi budaya organisasi. Sebaliknya,
semakin

rendah

yang

Kedua,

efektivitas

positif

signifikan

hendaknya

kepala

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

kepemimpinan kepala sekolah maka

Sukoharjo

semakin

efektivitas gaya kepemimpinannya,

organisasi.

rendah
(2)

pula
Peran

budaya
efektivitas

dengan

9

mempertahankan

cara:

(a)

meningkatkan

kemampuan kepemimpinannya dan

dalam pengisian instumen penelitian

(b) memupuk dengan “reward” bagi

hendaknya

Kepala Sekolah yang telah memiliki

karena instrumen yang dijawab oleh

kecerdasan

Kepala Sekolah cenderung bersifat

intelektual

(IQ)

dan

kecerdasan

spiritual

(SQ)

kepemimpinan

yang

atau

tinggi

dilakukan

oleh

guru,

subjektif.
Bagi

peneliti

yang

ingin

optimal. Kesempatan tersebut bisa

melakukan penelitian dengan topik

dilakukan melalui pendidikan formal

yang sama tentang budaya organisasi

atau studi lanjutan maupun melalui

untuk

training sesuai dengan bidang dengan

seperti

proses dan hasil yang terkontrol oleh

antarpersonal, motivasi kerja, atau

kepala

dan

lingkungan kerja. Selain itu, unruk

kepala

efektivitas secara ideal lebih tepat

SMA di kota Batu yang tingkat

yang mengisi skala adalah yang

kecerdasan intelektual (IQ).

dipimpin supaya hasil penelitian lebih

Dinas

Kebudayaan.

Pendidikan

Ketiga,

para

Mengingat hasil penelitian ini

memperhatikan
factor

faktor

lain

komunikasi

efektif.

masih ada kelemahan yaitu dalam
pembuatan skala karena keterbatasan
pengetahuan

peneliti

pengumpulan

data

dan
yang

DAFTAR PUSTAKA

saat
Arikunto, S. 2010. Metode Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rhineka Cipta.

tidak

ditunggui oleh peneliti. Oleh sebab
itu,

bagi

peneliti

selanjutnya

Catalin, T. 2011. International
Scientific
Conferenc
Organizational
Culture.
Vol.02. No.03. Hal. 62-67.

disarankan untuk memahami terlebih
dahulu teori-teori yang digunakan,
sehingga

memudahkan

peneliti
Depdikbud. 2013. Manajemen dan
Kepemimpinan
Sekolah.
Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah.

selanjutnya dalam pembuatan skala.
Selain

itu,

penelitian

selanjutnya

disarankan untuk menunggui saat
pengumpulan data, sehingga data

Dukhri. 2008. Hubungan Efektivitas
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah dan Kebijakan Karier
dengan Motivasi Berprestasi

yang diperoleh dapat lebih akurat.
Selain itu, bagi peneliti selanjutnya

10

Robbins, Stephen, P. 2003. Perilaku
Organisasi–Konsep,
Kontroversi dan Aplikasi. alih
bahasa H. Pujaatmaka, edisi
Kedelapan.
Jakarta:
Prenhallindo.

Guru
SMA
Negeri
di
Kabupaten Pemalang. Tesis
(tidak diterbitkan). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Landrito, L., and Sarros J.C. 2013.
Effective
Leadership
and
Workplace
Diversity.
International
Leadership
Journal. Vol. 3. No. 4. Hal. 321.

Sagala,

S. 2008.
Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan.
Bandung:
Alfabeta.

Sudirman,
Firmansyah.
2013.
Pemberian Motivasi dalam
Upaya
Meningkatkan
Efektifitas Kerja Pegawai pada
Kantor Kecamatan Kuaro
Kabupaten Paser. eJournal
Ilmu Pemerintahan, 1 (1): 4656).
Yudhaningsih,
Resi.
2011.
Peningkatan Efektivitas Kerja
Melalui Komitmen, Perubahan
dan
Budaya
Organisasi.
Semarang: Politeknik Negeri
Semarang.

Kusnawan, E., Sunaryo, W., dan
Yusuf, A. 2012. Hubungan
Antara Budaya Organisasi dan
Motivasi Berprestasi dengan
Kepuasan Kerja Guru Sekolah
Menengah Atas Negeri Di
Lingkungan Kabupaten Bogor.
Jurnal Penabur. Vol. 5 No. 3.
Hal. 12-25.
Maccoby, O. 2011. Relationship
between
Distributed
Leadership and Sustainable
School Improvement. Int J
Edu Sci, 5(1): 69-74.
Mulyasa, E. 2009. Manajemen dan
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Mustiningsih. 2013. Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Dasar
Berbasis Sekolah. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Rusyan, B. 2000. Konstruk Teoritis
dan
Pengukuran
Kepemimpinan
Profetik.
Jurnal Psikologi. Volume 33,
No. 2, 133 – 146

11

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI, TERHADAP KEUNGGULAN SUATU SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR KABUPATEN BLORA

1 12 173

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 13

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KEPUASAN KERJA G

0 1 20

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KEPUASAN KERJA G

0 1 19

BUDAYA ORGANISASI DITINJAU DARI EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Budaya Organisasi Ditinjau dari Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

0 3 15

PENDAHULUAN Budaya Organisasi Ditinjau dari Efektifitas Kepemimpinan Kepala Sekolah.

0 2 6

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SMAN KOTA BINJAI.

0 1 12

PRODUKTIVITAS SEKOLAH(Ditinjau dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah Produktivitas Sekolah (Ditinjau dari Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan Motivasi Kerja di MTs Negeri Kabupaten Pati).

0 1 15

KINERJA GURU DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH - Unika Repository

0 0 14