STUDI DESKRIPTIF HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DENGAN RASA PERCAYA DIRI WASIT BOLA BASKET.

(1)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

|

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bola basket adalah olahraga yang cukup populer. Penggemarnya yang berasal dari segala usia membuktikan bahwa bola basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan menyehatkan. Bola basket dimainkan oleh dua (2) tim yang masing-masing terdiri dari lima (5) pemain. Tujuan dari masing-masing tim adalah untuk mencetak angka ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya dan berusaha mencegah tim lawan mencetak angka. Meskipun permainan 5 lawan 5 adalah bentuk permainan bola basket yang paling populer, selama ini telah berkembang berbagai permainan dan pertandingan menghibur yang berkaitan dengan bola basket untuk membantu penggemarnya mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar mereka. Jenis permainan atau pertandingan yang dimainkan tergantung pada peralatan yang tersedia, tingkat keterampilan pemain, dan jumlah peserta. Apakah untuk tujuan bersenang-senang atau bertanding, bermain bola basket bisa membuat hidup lebih bermakna dan memberikan kenikmatan sepanjang hayat bagi para penggemar yang memilih

“membulatkan tekad” dan memainkan olahraga ini. Pertandingan bola basket

dikontrol oleh wasit, petugas meja dan commissioner.

Pertandingan bola basket sering menimbulkan body contact untuk memperebutkan bola dan mencetak point, oleh karena itu dibutuhkan peran seorang wasit untuk memimpin pertandingan supaya tercipta pertandingan yang adil dan kompetitif.

Wasit didalam olahraga bola basket terdiri dari 3 orang wasit yang ada didalam lapangan yang terdiri dari dari refree, umpire1, dan umpire 2 dan setiap wasit mempunyai tugas masing-masing didalam lapangan basket. Pada umumnya pertandingan-pertandingan bola basket tingkat nasional dan resmi menggunakan 3 orang wasit dan untuk pertandingan antar sekolah pada umumnya hanya menggunakan 2 wasit yaitu refree dan umpire.


(2)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

Mekanicourt diperlukan wasit basket supaya pergerakan atau mobilitas

refree dan umpire menjadi teratur serta dapat melihat kejadian foul atau kesalahan dari sudut yang tepat seperti yang dijelaskan di atas kebutuhan pentingnya kebugaran jasmani, hal ini merupakan modal utama bagi wasit dalam memimpin pertandingan supaya pertandingan basket menjadi seru dan kompetitif.

Wewenang seorang wasit antara lain Wasit akan mempunyai wewenang untuk membuat keputusan pada suatu penyimpangan peraturan yang dilakukan oleh pemain baik di dalam atau di luar garis batas termasuk meja pertandingan, bangku cadangan dan daerah dekat garis belakang, wasit meniupkan peluitnya ketika terjadi suatu penyimpangan peraturan, suatu periode berakhir atau wasit menemukan sesuatu yang dianggap perlu untuk menghentikan pertandingan.

Ketika wasit memutuskan suatu persinggungan perorangan atau pelanggaran pada setiap kejadian, memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar menurut PERBASI dalam laws of the games (2010, hlm. 29) berikut:

1. Semangat dan tujuan dari peraturan dan kebutuhan untuk menjunjung tinggi integritas pertandingan.

2. Konsisten dalam menerapkan konsep‟advantage/diadvantage‟, dengan jalan wasit tidak akan mencari-cari untuk menghentikan jalannya pertandingan yang tidak perlu untuk menghukum persinggungan perorangan yang tidak sengaja dan tidak memberikan keuntungan bagi pemain tersebut ataupun menempatkan lawannya dalam suatu kerugian. 3. Konsisten dalam menerapkan akal sehat pada tiap pertandingan, mengingat

kemauan tentang pemain dan sikap serta tingkah laku mereka selama pertandingan.

4. Konsisten dalam menjaga keseimbangan antara penguasaan pertandingan

dan jalannya pertandingan, mempunyai „kepekaan‟ atas apa yang sedang

diusahakan untuk dilakukan oleh peserta dan memutuskan apa yang benar untuk pertandingan.

Seorang wasit dituntut untuk cepat, tanggap dan tepat dalam mengambil keputusan dalam berbagai situasi. Terutama situasi yang membutuhkan mobilitas yang cepat seperti peraturan 8 detik dan strategi fast break oleh karena itu seorang wasit bola basket membutuhkan kebugaran jasmani yang baik di setiap pertandingan bola basket yang dipimpinnya.

Weinberg (dalam Rusli Ibrahim dan Komarudin, 2007, hlm. 81) mengemukakan bahwa “Confidence as the belief that you can successfully


(3)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

|

perfrom a desaired behavior”. Esensi Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Percaya diri merupakan penentu kritis pada penampilan, hubungan antara percaya diri dengan penampilan ditunjukan oleh bentuk kurva ”U” terbalik. Apabila percaya diri rendah prestasi rendah, apabila percaya diri mencapai titik optimal penampilanaka penampilan akan bagus, apabila percaya diri melebihi titik optimal maka penampilan akan turun. Sifat percaya diri sangat diperlukan untuk memotivasi wasit untuk tampil secara all out dalam memimpin pertandingan bola basket.

Seringkali intervensi pemain dan pelatih dapat mempengaruhi penampilan seorang wasit dalam memimpin pertandingan dan membuat mental wasit menjadi down dan itu berakibat pada pengambilan keputusan yang salah atau mekanicourt yang kacau.

Sebagai induk organisasi olahraga bola basket, PERBASI setiap tahunnya mengadakan penataran wasit di setiap wilayah atau pun nasional. Dan disetiap kurikulum penataran pasti disertakan tes kebugaran jasmani untuk wasit yang akan mendapatkan lisensi supaya bisa memimpin pertandingan. Untuk menjaga kebugaran jasmani para wasit, PERBASI mengadakan tes kebugaran sebelum event bola basket untuk mengetahui apakah wasit tersebut layak atau tidak memimpin pertandingan bola basket.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan smenjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan sebagai berikut :

1. Kenapa wasit sering terlambat pergerakannya saat mengamati pergerakan pemain ?

2. Mengapa wasit tidak fokus dalam mengamati kejadian yang terjadi dilapangan ?


(4)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

3. Kenapa wasit sering salah dalam mengambil keputusan pada saat dalam keadaan yang penting ?

C. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah :

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani wasit bola basket? 2. Bagaimana profil percaya diri wasit bola basket?

3. Apakah tingkat kebugaran jasmani wasit bola basket berpengaruh dengan rasa percaya diri?

D. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan tersebut, penulis merumuskan tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri wasit bola basket

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi keilmuan bagi seorang wasit bola basket untuk mengetahui hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri dalam memimpin pertandingan .

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis khususnya, para wasit pada umumnya dalam meningkatkan kebugaran jasmani dan rasa percaya diri dan dalam memimpin pertandingan bola basket.


(5)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

|

F. Struktur Organisasi Skripsi

Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2011) maka sistematika penulisan laporan penelitian (Skripsi) yang akan disusun adalah sebagai berikut.

Bagian awal, berisi tentang halaman judul, pernyataan keaslian tulisan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori, membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi yang merupakan kerangka teoritis yang diterapkan dalam skripsi, serta posisi teoritik peneliti. Pada bab ini berisi tentang konsep diri dan konsep interaksi sosial.

Bab III Metode Penelitian, bab ini berisis penjabaran rinci mengenai metode penelitian yang digunakan, termasuk komponen seperti lokasi penelitian, subjek penelitian, desain , dan prosedur penelitian, serta teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

Bab V Penutup, bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian.

Bagian akhir, berisi daftar pustaka serta lampiran–lampiran yang mendukung.


(6)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya, hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Adapun yang dimaksud dengan metode yang tepat ini sendiri seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1989, hlm.31)

“metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

misalnya untuk menguji hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”.

Dari kutipan diatas, dapat diartikan kembali bahwa metode merupakan suatu cara yang dipergunakan teknik dan alat-alat tertentu sehingga memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode. Metode dalam penelitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengumpulan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat noneksperimen atau penelitian setelah terjadi fakta dengan tingkat ekplanasi asosiatif, penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) telah ada pada saat penelitian dilakukan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menurut Sugiono (2012 ,hlm.

177) yang menyatakan “penelitian yang hanya melibatkan hubungan satu variabel

pada satu kelompok tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan kelompok lain”.

Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena yang dapat berupa suatu bentuk aktifitas


(7)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

karakteristik perubahan hubungan kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian tidak akan lepas dari objek yang akan di teliti karena melalui objek yang di teliti tersebut akan diperoleh variabel-variabel yang merupakan permasalahan dalam penelitian dan diperoleh suatu pemecahan masalah yang akan menunjang keberhasilan penelitian, Menurut Sugiyono (2012 ,hlm.80) ‟‟populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari, sehingga dapat di tarik kesimpulannya”. Maka dari penjelasan para ahli tersebut, penulis menetapkan populasi dalam penelitian ini adalah wasit bola basket PERBASI Jawa Barat yang berlisensi B.

2. Sampel Penelitian

Penarikan atau pembuatan sampel dari populasi untuk mewakili populasi disebabkan untuk mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi, Menurut Sugiyono (2012 ,hlm.82) „‟sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut di sebut penelitian sampel, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, di namakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisirkan penelitian sampel.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik random sampling, mengenai hal ini Hamid darmadi (2012 ,hal.48),

menyatakan bahwa “random sampling merupakan teknik penentuan sampel acak

adalah dimana elemen sampel nya ditentukan berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya dilakukan secara acak, sampel yang diperolehdengan random sampling disebut random sampel. Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 (tiga puluh) orang wasit bola basket.


(8)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

C. Desain Penelitian

Desain penelitian berfungsi untuk mempermudah langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian dan juga dapat dijadikan sebagai suatu pegangan agar tidak keluar dari ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Desain penelitian yang dibuat harus sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung di dalamnya. Dalam suatu penelitian perlu terdapat suatu desain penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian untuk diuji kebenarannya. Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian pada gambar 3.1.

r = hubungan

Gambar 3.1 Desain penelitian

Ket:

X = Kebugaran jasmani Y = Percaya diri

Jadi disini menggambarkan bahwa apakah x (kebugaran jasmani) hubungan terhadap Y (percaya diri) pada wasit bola basket PERBASI Jabar .

Adapun langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut: a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.

b. Uji coba alat ukur.

c. Mengumpulkan data dan pelaksanaan tes.

Kebugaran Jasmani X

Percaya diri Y


(9)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

d. Mengolah data. e. Menganalisis data. f. Menetapkan kesimpulan.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas : kebugaran jasmani (X)

2. Variabel terikat (terpengaruh) : kepercayaan diri (Y)

Desain penelitian merupakan proses yang dilakukan dalam merencanaan proses penelitian, dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya pengumpulan dan analisa data. Dalam desain penelitian terdapat beberapa proses yang tercakup didalamnya, yaitu sebagai berikut:

a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.

b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.

c. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkauan (scope), dan hipotesis untuk diuji.

d. Membangun penyelidikan atau percobaan.

e. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran variabel-veriabel. f. Memilih prosedur serta teknik sampling yang digunakan.

g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

h. Membuat coding, serta mengadakan editing dan prosesing data.

i. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi secara inferensi statistik.

j. Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi, serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, maka langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu, pada Gambar 3.2.


(10)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

Gambar 3.2.

Langkah-Langkah Penelitian (sumber : Arikunto, 2002, hlm.125)

D. Instrumen Penelitian

Untuk pengumpul data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes kebugaran jasmani yaitu tes lari multi tahap dan angket sebagai alat pengumpul datanya.

1. Tes lari multi tahap

Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni: 1) kebugaran statis dalam arti kata keadaan seseorang yang bebas dari penyakit, 2) kebugaran dinamis dalam arti kemampuan untuk bekerja efisien yang tidak memerlukan keterampilan, misalnya berjalan, mengangkat, dan lain-lain, 3) kebugaran motoris dalam arti kemampuan untuk melakukan kerja dengan keterampilan tinggi dan efisien.

populasi

sampel

instrumen

Pengolahan dan analisis data

kesimpulan

Angket kepercayaan diri

Kebugaran jasmani (bleep


(11)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

Bleep Test atau lari multi tahap yang bertujuan untuk mengukur tingkat efesiensi fungsi jantung dan paru-paru, yang ditunjukan melalui pengukuran pengambilan oksigen maksimum (maksimum oksigen uptake). Menurut artikel yang diambil pada halaman www.penjasorkes.com yang ditulis oleh Nazhif Ghifari M,Pd. bleep test merupakan salah satu item untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani

Pengukuran kebugaaran jasmani dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu Bleep Test sebagai indikator kebugaran tubuh. Test ini meliputi berlari terus menerus di antara dua garis yang berjarak 20 m selama terdengar suara

beep yang sudah direkam sebelumnya. Itulah sebabnya test ini sering juga

disebut bleep test. Bleep test akan menjadi ukuran kebugaran tubuh. Upaya meningkatkan kebugaran jasmani, perlu dilakukan kegiatan yang dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu olahraga secara teratur dan pengukurannya dapat dilakukan dengan bleep test.

Tes ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada permulaannya kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir. Agar hasil nya cukup valid, peserta tes harus mengerahkan kerja maksimal sewaktu menjalani tes ini, oleh karena itu peserta tes harus berusaha mencapai tahap setinggi mungkin sebelum menghentikan tes. Ini berpengaruh pada kebugaran saat memimpin pertandingan yang seru dan imbang sehingga membutuhkan stamina yang bagus. Kenapa penulis menggunakan test lari multi tahap untuk mengukur jebugaran jasmani wasit? Menurut peraturan FIBA yang dikutip dari www. FIBA.com mengenai kebugaran jasmani wasit.

the test is the FIBA official physical fitness for referee

-two parallel lines 20 metres apart from each other must be clearly visible on the running surface.

-the participants must touch the line at the sounding of the signal (neither earlier or later)

-male participants must run strictly following the signal the equivalent distance as registered against 9.3 mins (76 laps x 20m)

-female participants must run strictly following the signal 1320m (66laps x 20 m)


(12)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

Menurut kurikulum nasional wasit yang dirancang oleh PB PERBASI wasit basket menggunakan lari tes multi tahap/bleep test untuk mengukur kebugaran jasmani sebelum memulai kompetisi pertandingan. Standar yang digunakan adalah untuk laki-laki harus mencapai level 7 baliakan ke 6 dan untuk perempuan level 6 balikan ke 8.

2. Angket

Sehubungan angket atau kuesioner dijelaskan oleh Arikunto (2002, hlm. 124)

yang menyatakan bahwa “kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yang dijabarkan melalui variabel, aspek dan indikator butir pertanyaan yang dibuat merupakan gambaran mengenai hubungan kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri wasit bola basket. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.

Untuk memudahkan dalam penyusunan butiran-butiran pertanyaan angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau berdasarkan apa yang dialami oleh responden itu sendiri. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada persepsi tentang hubungan kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri wasit bola basket . Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Spesifikasi Data

Dilakukan untuk menjabarkan luang lingkup masalah yang akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut.Dalam melakukan tes angket kepercayaan diri wasit bola basket penulis menggunakan tes kepercayaan diri. Konsep nya adalah untuk menilai tugas-tugas wasit diatas lapangan, sikap-sikap wasit diatas lapangan dan keputusan-keputusan wasit pada saat situasi yang kurang mendukung. Disini penulis menggunakan instrument tes kepercayaan diri menurut Vealey (Trait Sport Confidence Investory/TSCI) dalam skripsi Ima Frahmawati (2014), untuk menilai kepercayaan diri wasit bola basket dengan rincian indikator table 3.1


(13)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

Tabel 3.1.

Indikator Tingkat Percaya Diri Wasit Bola Basket 1 Keterampilan-Keterampilan

2 Keputusan selama pertandingan 3 Keputusan menyikapi tekanan 4 Kemampuan menjalankan strategi 5 Konsentrasi

6 Beradaptasi 7 Tujuan 8 Keberhasilan 9 Respon 10 Tantangan 11 Sikap

12 Kepercayaan diri

Angket yang telah disusun harus diuji validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpulan data dalam penelitian ini.

Uji coba angket ini diberikan pada wasit bola basket yang berjumlah 30 (tiga puluh) orang. peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya. Untuk meminimalisir kesalahan dalam penelitian khususnya pengambilan data atau pengumpulan data maka perlu diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut:

Dalam analisis dan pengolahan data ada kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terjadi seperti:

a. Pengisian angket yang tidak benar, misalnya karena kondisi objek penelitian atau sampel tidak mengisi dengan benar atau sungguh-sungguh.

b. Adanya kesalahan dalam memasukan data-data kedalam proses analisis data yang tidak disengaja atau disadari oleh peneliti.

c. Serta adanya kesalahan atau bisa yang lain yang mungkin terjadi selama penelitian ini.

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk memperoleh kesahihan dan keajegan dari tiap butir soal, perlu dilakukannya uji coba angket. Dari uji coba tersebut diharapkan dapat diketahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Sebelum instrumen digunakan


(14)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

dilakukan uji coba terlebih dahulu kepada 30 (tiga puluh) orang wasit bola baket lain, yang tidak diikutkan dalam penelitian yang sebenarnya.

E. Uji Coba Instrumen

Apabila kita telah mengetahui hasil dari uji coba angket dan telah melakukan pengujian mengenai angket sementara, maka langkah selanjutnya yaitu pengadaan mengenai uji coba pengolahan data. Adapun sebelum melakukan uji coba pengolahan data yang harus diperhatikan adalah metode mengenai pengadaan instrumen. Menurut Arikunto (2002, hlm.166) mengenai metode pengadaan instrumen yaitu sebagai berikut.

Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menetukan variabel, kategorisasi variabel, Penulisan butir soal atau item kuesioner, penyusunan skala, Penyutingan yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang diperlukan, Uji coba angket, Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran, Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan mendasarkan diri pada yang diperoleh.

Sesuai dengan pernyataan di atas maka angket yang telah disusun kemudian diuji cobakan kepada responden untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Karena apabila kita melakukan sebuah penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012 ,hlm. 173) bahwa:

“Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.”

Selanjutnya Penulis menguji cobakan angket kepercayaan diri wasit bola basket dalam memimpin pertandingan yang memiliki karakteristik yang sama


(15)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

pada sampel angket, yaitu wasit basket sebanyak 20 (dua puluh) orang yang sering terlibat dalam berbagai kegiatan bola basket

1. Uji Validitas Instrumen

Setelah pelaksanaan uji coba instrumen, selanjutnya penulis menentukan tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari responden. Menurut Arikunto (2002 ,hlm.168):

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu Instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

Mengenai validitas ini pula Arikunto (2002 ,hlm.145) mengemukakan bahwa:

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.

b. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.

c. Merangking skor responden dari skor yang tertinggi sampai yang terendah. d. Menetapkan 50% responden kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor

tinggi).

e. Menetapkan 50% responden kelompok bawah (kelompok yang memperoleh skor rendah).

f. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:


(16)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Σ X = Jumlah skor

n = Jumlah sampel

g. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan baik untuk kelompok atas maupun untuk kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

√∑

Keterangan:

S = Simpangan baku X = Skor rata-rata n = Jumlah sampel

h. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( ) 2

) 1 ( )

1 (

2 1

2 2 2

2 1 1

 

 

n n

s n

s n

Sgab

Keterangan:

Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya responden kelompok atas n2 = Banyaknya responden kelompok bawah S1 = Simpangan baku kelompok atas

S2 = Simpangan baku kelompok bawah

i. Mencari nilai t-hitung untuk tiap butir pernyataan dengan menggunakan rumus


(17)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

2 1

2 1

1

1

n

n

Sgab

X

X

Keterangan :

t = Nilai t-hitung setiap butir tes

1

X = Nilai rata-rata kelompok atas

2

X = Nilai rata-rata kelompok bawah Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya responden kelompok atas n2 = Banyaknya responden kelompok bawah

j. Penentuan nilai t tabel dalam taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2

k. Menetukan kriteria yaitu t hitung lebih besar dari pada t tabel maka valid.

2. Uji Reliabilitas Angket

Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil dan soal yang bernomor genap.

b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ( ∑ ∑ ) Keterangan:


(18)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

rxy = koefisien kolerasi yang dicari XY = jumlah perkalian skor X dan skor Y

∑X = Jumlah skor X

∑Y = Jumlah skor Y

n = jumlah banyaknya soal

d. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

Keterangan:

rii = koefisien yang dicari 2.rxy = dua kali koefisien korelasi 1+rxy = satu tambah koefisien korelasi

e. Menentukan r-tabel dengan pendekatan Product Moment sehingga diketahui kriteria penentuan kesimpulan r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukan instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah uji coba angket dilakukan maka langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data.Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan rumus-rumus statistik dari Nurhasan (2007). Sesuai dengan rumusan masalah, hipotesis dan jumlah variabel yang akan diteliti, maka teknik pengolahan data yang akan digunakan adalah teknik korelasi dengan skor berpasangan dan korelasi ganda. Sesuai pendapat Nurhasan (2007, hlm. 50) bahwa korelasi adalah

“hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya”. Sebelum teknik pengolahan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan uji Liliefors Nurhasan (2007, hlm.105-106) dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(19)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor yaitu:

Z = S

X

X

dengan S =

1 )

( 2

 

n X X

Keterangan:

Z = Nilai Z yang dicari

X = Skor yang diperoleh seseorang X = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku

Σ = Menerangkan jumlah n = Jumlah sampel

c. Untuk setiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 - luas daerah disribusi Z pada tabel.

d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e. Menghitung selisih antara F(Zi) – S(Zi) dan tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar di antara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.

g. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. h. Membandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima

atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria: Terima Ho jika Lo < Lα = Normal dan Terima Hi jika Lo > Lα = Tidak Normal

2. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dengan ketentuan yang telah disahkan pada saat pengajuan penelitian bahwa untuk menguji hipotesis menggunakan uji hipotesis dengan uji tehnik penghitungan korelasi dengan skor berpasangan adalah sebagai berikut:


(20)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola

a. Menentukan pasangan hipotesis yang akan diuji dengan syarat: 1. Distribusi Normal

2. Variansi Homogen

b. Menentukan tehnik korelasi yang digunakan yaitu dengan tehnik korelasi skor berpasangan dengan pendekatan statistik adalah sebagai berikut:

  

2 1 2 1

1 1

Y X

Y X

xy

Keterangan:

xy

 = korelasi antara variabel (x) dan variabel (y)

X1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (x) Y1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (y)

c. Menentukan Uji Kebermaknaan Koefisien Korelasi, peneliti menggunakan uji kebermaknaan korelasi tunggal dengan pendekatan statistik sebagai berikut:

1 2 2

r n r thitung

 

d. Menentukan koefisien korelasi dengan syarat adalah sebagai berikut:

1. Hasil penghitungan korelasi yang diperoleh dalam bentuk desimal berkisar antara -1,00 atau +1,00. Makin dekat angka yang diperoleh dengan -1,00 atau +1,00 maka makin kuat korelasi tersebut. Angka positif menunjukkan hubungan positif dan angka negatif menunjukkan tidak adanya korelasi. 2. Interpretasi angka korelasi.

3. Kriteria pengujian signifikansi korelasi adalah jika –ttabel≤ thitung≤ +ttabel, maka H0 diterima atau korelasinya tidak signifikan, sedangkan apabila thitung berada di luar daerah penerimaan H0, maka H0 ditolak atau korelasinya signifikan. Seperti dalam Gambar 3.3.


(21)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

1/2α Daerah Penerimaan H0 1/2 α

Gambar 3.3. Uji Dua Pihak

(sumber : Sugiono, 2012, hlm.229)

e. Menentukan kesimpulan berdasarkan hasilhitung yang telah didapat dengan nilai tabel korelasi menurut Sugiono (2012: 184) yang terdapat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.2

Kategori Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Makna

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,200-0,399 Rendah

0,400-0,599 Sedang

0,600-0,799 Kuat

0,800-1,00 Sangat Kuat

f. Menghitung besarnya presentase pengaruh variabel x dengan variabel y menggunakan rumus determinan yaitu:

D = r2 x 100%


(22)

Hernawan Rosyadi, 2015

Studi Deskriptif Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Basket

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian teoritis dan hasil pengolahan data terdapat hasil kesimpulan bahwa tingkat kebugaran wasit bola basket PERBASI Jawa Barat berada dalam kategori baik dengan presentase 89%. Sedangkan profil kepercayaan diri wasit bola basket PERBASI Jawa Barat dikatagorikan baik dengan presentase sebesar 79%.

Tingkat kebugaran jasmani berpengaruh terhadap rasa percaya diri hal ini ditandai dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,79 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan atau kuat kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri wasit bola basket PERBASI Jawa barat.

B. Saran-saran

1. Untuk PERBASI Jawa Barat agar dapat menjadi bahan acuan untuk menugaskan seorang wasit yang baik dalam memimpin pertandingan.

2. Untuk Wasit basket PERBASI Jawa Barat agar dapat mempertahankan serta meningkatkan tingkat kebugaran jasmani wasit dengan rasa percaya diri yang tinggi dalam memimpin pertandingan bola basket guna meningkatkan kualitasnya dalam memimpin pertandingan.

3. Untuk PERBASI daerah Jawa Barat, khususnya komisi wasit agar dapat menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai dasar dalam penentuan dan penugasan wasit untuk setiap pertandingan atau kompetisi yang dilaksanakan. 4. Untuk penelitian yang akan datang, penulis mengharapkan agar mencoba

melakukan penelitian dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, dan berguna untuk peningkatan kualitas wasit tersebut.


(1)

2 1

2 1

1

1

n

n

Sgab

X

X

Keterangan :

t = Nilai t-hitung setiap butir tes 1

X = Nilai rata-rata kelompok atas 2

X = Nilai rata-rata kelompok bawah Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya responden kelompok atas n2 = Banyaknya responden kelompok bawah

j. Penentuan nilai t tabel dalam taraf signifikansi 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2

k. Menetukan kriteria yaitu t hitung lebih besar dari pada t tabel maka valid.

2. Uji Reliabilitas Angket

Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil dan soal yang bernomor genap.

b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ( ∑ ∑ )


(2)

rxy = koefisien kolerasi yang dicari XY = jumlah perkalian skor X dan skor Y

∑X = Jumlah skor X

∑Y = Jumlah skor Y

n = jumlah banyaknya soal

d. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

Keterangan:

rii = koefisien yang dicari 2.rxy = dua kali koefisien korelasi 1+rxy = satu tambah koefisien korelasi

e. Menentukan r-tabel dengan pendekatan Product Moment sehingga diketahui kriteria penentuan kesimpulan r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukan instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah uji coba angket dilakukan maka langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data.Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan rumus-rumus statistik dari Nurhasan (2007). Sesuai dengan rumusan masalah, hipotesis dan jumlah variabel yang akan diteliti, maka teknik pengolahan data yang akan digunakan adalah teknik korelasi dengan skor berpasangan dan korelasi ganda. Sesuai pendapat Nurhasan (2007, hlm. 50) bahwa korelasi adalah

“hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya”. Sebelum teknik pengolahan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan uji Liliefors Nurhasan (2007, hlm.105-106) dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(3)

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor yaitu:

Z = S

X X

dengan S =

1 )

( 2

 

n X X

Keterangan:

Z = Nilai Z yang dicari

X = Skor yang diperoleh seseorang

X = Nilai rata-rata S = Simpangan baku

Σ = Menerangkan jumlah n = Jumlah sampel

c. Untuk setiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan: jika nilai Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5 - luas daerah disribusi Z pada tabel.

d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e. Menghitung selisih antara F(Zi) – S(Zi) dan tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar di antara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.

g. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukan nilai L. h. Membandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima

atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria: Terima Ho jika Lo < Lα = Normal dan Terima Hi jika Lo > Lα = Tidak Normal

2. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dengan ketentuan yang telah disahkan pada saat pengajuan penelitian bahwa untuk menguji hipotesis menggunakan uji hipotesis dengan uji tehnik penghitungan korelasi dengan skor berpasangan adalah sebagai berikut:


(4)

a. Menentukan pasangan hipotesis yang akan diuji dengan syarat: 1. Distribusi Normal

2. Variansi Homogen

b. Menentukan tehnik korelasi yang digunakan yaitu dengan tehnik korelasi skor berpasangan dengan pendekatan statistik adalah sebagai berikut:

  

2 1 2 1

1 1

Y X

Y X

xy

Keterangan:

xy

 = korelasi antara variabel (x) dan variabel (y)

X1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (x) Y1 = Perbedaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel (y)

c. Menentukan Uji Kebermaknaan Koefisien Korelasi, peneliti menggunakan uji kebermaknaan korelasi tunggal dengan pendekatan statistik sebagai berikut:

1 2

2

r n r thitung

 

d. Menentukan koefisien korelasi dengan syarat adalah sebagai berikut:

1. Hasil penghitungan korelasi yang diperoleh dalam bentuk desimal berkisar antara -1,00 atau +1,00. Makin dekat angka yang diperoleh dengan -1,00 atau +1,00 maka makin kuat korelasi tersebut. Angka positif menunjukkan hubungan positif dan angka negatif menunjukkan tidak adanya korelasi. 2. Interpretasi angka korelasi.

3. Kriteria pengujian signifikansi korelasi adalah jika –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel, maka H0 diterima atau korelasinya tidak signifikan, sedangkan apabila thitung berada di luar daerah penerimaan H0, maka H0 ditolak atau korelasinya signifikan. Seperti dalam Gambar 3.3.


(5)

1/2α Daerah Penerimaan H0 1/2 α

Gambar 3.3. Uji Dua Pihak

(sumber : Sugiono, 2012, hlm.229)

e. Menentukan kesimpulan berdasarkan hasilhitung yang telah didapat dengan nilai tabel korelasi menurut Sugiono (2012: 184) yang terdapat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.2

Kategori Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Makna

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,200-0,399 Rendah

0,400-0,599 Sedang

0,600-0,799 Kuat

0,800-1,00 Sangat Kuat

f. Menghitung besarnya presentase pengaruh variabel x dengan variabel y menggunakan rumus determinan yaitu:

D = r2 x 100%


(6)

Hernawan Rosyadi, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian teoritis dan hasil pengolahan data terdapat hasil kesimpulan bahwa tingkat kebugaran wasit bola basket PERBASI Jawa Barat berada dalam kategori baik dengan presentase 89%. Sedangkan profil kepercayaan diri wasit bola basket PERBASI Jawa Barat dikatagorikan baik dengan presentase sebesar 79%.

Tingkat kebugaran jasmani berpengaruh terhadap rasa percaya diri hal ini ditandai dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,79 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan atau kuat kebugaran jasmani dengan rasa percaya diri wasit bola basket PERBASI Jawa barat.

B. Saran-saran

1. Untuk PERBASI Jawa Barat agar dapat menjadi bahan acuan untuk menugaskan seorang wasit yang baik dalam memimpin pertandingan.

2. Untuk Wasit basket PERBASI Jawa Barat agar dapat mempertahankan serta meningkatkan tingkat kebugaran jasmani wasit dengan rasa percaya diri yang tinggi dalam memimpin pertandingan bola basket guna meningkatkan kualitasnya dalam memimpin pertandingan.

3. Untuk PERBASI daerah Jawa Barat, khususnya komisi wasit agar dapat menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai dasar dalam penentuan dan penugasan wasit untuk setiap pertandingan atau kompetisi yang dilaksanakan. 4. Untuk penelitian yang akan datang, penulis mengharapkan agar mencoba

melakukan penelitian dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih banyak dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, dan berguna untuk peningkatan kualitas wasit tersebut.