Hubungan tingkat rasa percaya diri dengan hasil belajar

(1)

HUBUNGAN TINGKAT RASA PERCAYA DIRI DENGAN HASIL

BELAJAR

(Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Oleh :

SITI NUR DEVA RACHMAN

NIM : 105015000652

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Allah berfirman; “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda

ini”. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda ini, Allah berfirman;

“Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku

mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan

apa yang kamu sembunyikan.


(3)

Dengan

segenap

cinta

dan

buktiku,

kupersembahkan karya kecilku ini untuk

orang-orang tercinta,

Ayahanda, Agus Tjik Rachman dan Ibunda Seony Yusrini,


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT. serta limpahan rahmat karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar (Studi Mata Pelajaran IPS di SMP Fatahillah Jakarta Selatan)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, waktu, wawasan dan kemampuan penulis dalam hal analisis.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, penulis ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik moril maupun materil serta do’a sehingga skripsi ini dapat selesai, yaitu :

1. Yth. Bapak Didin Syafruddin, MA. dan Bapak Iwan Purwanto, MPd. yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menyusun skripsi ini.

2. Seluruh civitas akademika di lingkungan FITK, Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Kajur Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan seluruh dosen di lingkungan FITK khususnya Sosiologi-Antropologi yang telah mencurahkan ilmunya selama penulis kuliah. Juga kepada para staf perpustakaan dan staf Biro Pendidikan FITK di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kepada Bapak/Ibu Guru SMP Fatahillah Jakarta Selatan yang telah mendukung penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, serta siswa-siswi yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket selama penelitian berlangsung.

4. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Agus Tjik Rachman dan Seony Yusrini Yasin yang telah memberikan kasih sayang, cinta, pengertian, dan bantuan berupa moril


(5)

dan materil yang tak putus-putus, semua itu tak akan pernah bisa terbalas. Semoga Allah SWT. selalu memberkati kalian berdua.

5. Kepada abangku, Arief Rachman, Lona, Tomy, dan saudara perempuanku, Kak Moulin, Teni dan Uyung yang sangat membantu segala keperluan penulis, serta adikku, Ayu Agustina, yang menyemangati penulis. Terima kasih atas pengertian kalian selama ini.

6. Kepada orang terkasih sekaligus sahabat sepermainan penulis : MI dan SR. Utami Dewi yang sangat setia menemani saat suka maupun duka hingga saat dimana penulis jatuh dan lemah mental kalian selalu tulus mengiringi langkahku (aku sangat menyayangi kalian). Juga untuk sahabat penulis sejak SMA yang telah memilih jalurnya masing-masing, Dania, Debby, Dotty dan Icha. Semoga sukses selalu menyertai kalian.

7. Kepada keluarga besar Pramana yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dan menganggap penulis adalah bagian dari keluarga kalian.

8. Kepada rekan-rekan angkatan FITK 2005, juga kepada teman baik penulis (The Sapta) Siva, Mela, Putri,Yuni dan Nuni (agar tak terjadi salah pengertian perlu dijelaskan bahwa urutan di atas berdasarkan umur) yang telah menciptakan pertemanan yang indah dan telah membuat hari-hari penulis penuh dengan canda dan haru. Terima kasih atas dukungan yang telah dicurahkan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga pertemanan kita akan terus abadi.

9. Rekan-rekan PPKT 2009 Ria, Maria, Adinda, Fety , Mochtar, Karyadi yang telah memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi ini.

10. Tak luput juga rekan-rekan seprofesi sebagai pengajar di SMK MABAD 69, khususnya Bapak Rochiyat Sitopang, selaku kepala sekolah, yang memberikan motivasi kepada penulis agar cepat selesai.

11. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan, dapat tergantikan oleh pahala dan rezeki berupa apapun dari Allah SWT.


(6)

Walaupun demikian, isi dan penulisan skripsi ini adalah tanggung jawab penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini akan menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Jakarta, 28 Januari 2010


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI……….. ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR ISTILAH... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN…….………1

A. Latar Belakang Masalah ... 2

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 3

F. Sistematika Penyusunan... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Deskripsi Teori ... 5

1. Pengertian Belajar ... 5


(8)

b. Tipe-tipe Belajar ... 8

2. Pengertian Rasa Percaya Diri ... 9

a. Percaya Kepada Diri Sendiri ... 10

b. Cara Mendapatkan Rasa Percaya Diri... 10

c. Ciri-ciri Percaya Diri ... 14

d. Perkembangan Percaya Diri... 15

e. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 15

3. Pengertian Hasil Belajar ... 18

4. Hubungan Rasa Percaya Diri dan Hasil Belajar... 20

5. Teori Pendidikan Yang Menumbuhkan Rasa Percaya Diri ………. 24

B. Kerangka Pikir……….29

C. Hipotesa... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat, Waktu dan Sumber Data Penelitian ... 31

B. Teknik Pengumpulan Data ... 32

C. Variabel Penelitian... 32

D. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi... 33

2. Sampel ... 33


(9)

F. Kisi-kisi Instrumen ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

A. Profil Sekolah ... 39

1. Sejarah Berdirinya ... 39

2. Visi dan Misi ... 39

3. Komponen Pendidikan ... 40

a. Guru ... 40

b. Siswa ... 41

c. Kurikulum dan Pembelajaran... 42

d. Sarana dan Prasarana ... 44

B. Pengumpulan Data... 44

1. Persiapan Penelitian... 44

2. Pelaksanaan penelitian ... 45

C. Deskriptif dan Analisis Data ... 45

1. Tabulasi Korelasi ... 47

a. Variabel X (Rasa percaya diri)... 47

b. Variabel Y (Hasil belajar)... 59

2. Analisis Korelasi Variabel X (Rasa percaya diri) dan Variabel Y (Hasil belajar)... 66


(10)

4. Uji Signifikan... 78

E. Hasil Penelitian... 79

1. Prestasi Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS... 79

2. Hubungan Tingkat Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar... 80

3. Hasil Pengamatan ... 81

BAB V ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Daftar Tenaga Pengajar Tahun Ajaran 2009/2010... 40

Tabel 2 Daftar Keadaan Siswa-siswi kelas VII 2009/2010 ... 41

Tabel 3 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri………... 47

Tabel 4 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 48

Tabel 5 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 48

Tabel 6 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri... 49

Tabel 7 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 49

Tabel 8 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 50

Tabel 9 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri... 50

Tabel 10 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 51

Tabel 11 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 51

Tabel 12 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 52

Tabel 13 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 52

Tabel 14 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri. ... 53

Tabel 15 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 54

Tabel 16 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 54

Tabel 17 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 55


(12)

Tabel 19 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri... 56

Tabel 20 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 56

Tabel 21 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri ... 57

Tabel 22 Pernyataan Tingkat Rasa Percaya Diri. ... 57

Tabel 23 Perhitungan Variabel X (Rasa Percaya Diri)... 67

Tabel 24 Perhitungan (Variable Y (Hasil Belajar)... 68

Tabel 25 Skor Variabel X dan Y………..70

Tabel 26 Perhitungan Untuk Mendapatkan Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y………73


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu pembelajaran yang menciptakan interaksi sosial antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah. Seorang pendidik berkewajiban untuk memberikan, menanamkan, menumbuhkan nilai-nilai positif pada peserta didik untuk menumbuhkembangkan sendiri nilai-nilai yang ada pada dirinya dilingkungan sekolah.1

Pada usia sekolah sampai usia remaja, seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dan proses perubahan merupakan hal yang dialami oleh setiap anak. Karena dalam proses kematangan kepribadiannya, remaja secara bertahap memunculkan sifat-sifat yang saling berbenturan dengan rangsangan dari lingkungan sekitar.2

Dalam menumbuhkan rasa percaya diri, orang tua sebagai keluarga inti harus memperhatikan hal-hal penting, diantaranya adalah dengan mendorong anak untuk selalu berupaya, menerima kelebihan dan kekurangannya, memberikannya pujian dan reward pada setiap aktifitas anak yang mengarah pada kepercayaan diri dan rasa hormat dirinya tersebut.3

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya.

A. Latar Belakang Masalah

“Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dari UU Sisdiknas Pasal 3 Ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap warga Negara usia wajib belajar berhak mendapat pelayanan program wajib belajar yang bermutu tanpa dipungut biaya. Hal ini merupakan usaha dasar yang terencana dalam pendidikan ( UU NO.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1) untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik aktif dan

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 3, h. 3.

2

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 71, 74

3

Ira Petranto, “Rasa Percaya Diri adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tua”,dalam


(14)

memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan ketrampilan untuk dirinya di lingkungan masyarakat”.4

Pendidikan pada dasarnya memiliki peranan penting demi terciptanya individu atau anak didik yang cerdas dan kreatif. Salah satu indikator dari percaya diri, yaitu kreatifitas anak didik.

Rasa percaya diri sangat mempengaruhi kreatifitas anak, oleh sebab itu sebagai orang tua maupun pendidik jangan pernah mematikan rasa percaya diri pada seorang anak. Menurut Jack Canfield, apabila seorang anak jika dalam sehari menerima 3- 6 kali komentar negatif dari komentar positif. Hal ini menyebabkan seseorang memiliki rasa percaya diri yang rendah akan kemampuan yang dimilikinya.5 Seringkali kita melihat banyak orang yang memberikan julukan, cap atau label pada orang tertentu karena kebiasaannya ataupun karena hal yang lainnya baik hal yang baik maupun hal yang buruk, namun lebih banyak julukan atau label tersebut dikarenakan hal-hal yang buruk. Seperti contohnya labeling karena seseorang itu pernah membolos atau mungkin sesuatu yang lain maka orang itu dicap sebagai pembolos dan lain sebagainya.

Tahukah anda bahwa sebenarnya labeling pada seseorang itu akan dapat berdampak buruk bagi orang tersebut untuk jangka panjangnya. Dalam sosiologi ada sebuah teori penyimpangan yakni teori labeling yang dikemukakan oleh Edwin M. Lemert yang menyatakan bahwa seseorang menjadi menyimpang karena proses labeling yang berupa julukan etiket dan merk yang diberikan oleh masyarakat.6

Maka dari itu penting sekali rasa percaya diri seseorang bisa terbentuk apabila menerima penghargaan yang didapat dari lingkungan sekitarnya, bukan hanya komentar negatif yang diterimanya, melainkan uang terpenting untuk menumbuhkan rasa percaya diri yaitu komentar-komentar positif..

4

Depdiknas, “Peraturan Pelaksanaan”, dalam http://duniaesai.com,Jakarta 23 Juli 2003. 5

Bobbi Deporte, ”Quantum Learning”, dalam http://jackcanfield.com, 22 Maret 2000. 6

Riyanto Sanjaya, “Labeling”, dalam http://r-yand-t.blogspot.com/2007_09_01_archive.html, Jakarta 28 September 2007.


(15)

Dalam proses pembelajaran, rasa percaya diri merupakan salah satu faktor intern pendukung keberhasilan siswa akan potensi yang dimilikinya, rasa percaya diri sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap siswa, karena kurangnya rasa percaya diri bisa menyebabkan kegagalan siswa dalam melaksanakan tugas di sekolah maupun saat proses belajar di sekolah.7 Hal tersebut didasari oleh ketidakpercayaan akan kemampuan dirinya dan berdampak pada prestasi hasil belajar yang rendah. Sehingga dengan demikian rasa percaya diri harus ditumbuhkan agar memotivasi siswa menjadi berprestasi.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimana kepercayaan diri siswa? 2. Bagaimana hasil belajar IPS siswa?

3. Apakah terdapat hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil belajar IPS? 4. Bagaimana hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil belajar IPS?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian membatasi permasalahan hanya pada :

1. Hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan hasil belajar (studi pada mata pelajaran IPS).

2. Hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Fatahillah Jakarta Selatan

Untuk lebih terarah dalam melakukan penelitian ini diberikan batasan-batasan penelitian yaitu populasi jumlah yang diambil adalah 42 item.

D. Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini terarah maka penulis merumuskan permasalahan yaitu apakah terdapat hubungan tingkat rasa percaya diri dengan hasil belajar IPS siswa SMP Fatahillah Jakarta Selatan.

7


(16)

E. Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari hasil penelitian tersebut, diantaranya :

1. Guru : hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu hasil belajar siswa.

2. Siswa : hasil penelitian dapat memotivasi dan menyadarkan akan pentingnya rasa percaya diri agar dapat meningkatkan potensi dirinya dalam belajar.

3. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : hasil penelitian sebagai upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa pada umumnya.

F. Sistematika Penyusunan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, penulis menguraikan sistematika penulisan secara garis besar dalam beberapa BAB yang tersusun sebagai berikut :

BAB I : Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini berisi pengertian (belajar, hasil belajar dan rasa percaya diri), teori mengenai hubungan hasil belajar dan rasa percaya diri, teori

pendidikan yang menumbuhkan rasa percaya diri, kerangka berpikir dan hipotesa

BAB III: Berisi tempat,waktu dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik analisis data, kisi-kisi instrumen penelitian.

BAB IV: Berisi Gambaran umum sekolah, Pengumpulan data. Analisis data. Analisis dan Interpretasi data. Hasil penelitian.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Belajar

“Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagi hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.8

“Sikap dan perilaku yang berbeda ini bersumber dari positif atau negatifnya self-concept yang dia miliki”.9 Belajar adalah key term, istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pedidikan, misalnya psikologi pedidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan medalam mengenai proses perubahan manusia.

Selanjutnya, sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efesien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 6 sebagai berikut.

Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa Diny adalah siswa yang juga efisien ditinjau dari prestasi yang dicapai, karena ia menunjukkan perbandingan yang terbaik dari sudut hasil. Dalam hal ini, meskipun usaha belajar Diny sama besarnya dengan usaha Dina dan Dino (lihat kotak usaha belajar), ia telah memperoleh prestasi yang optimal atau lebih tinggi dari pada prestasi Dina dan Dino.

8

H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Cet. 1, h. 118.

9


(18)

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3) faktor approach to learning (pendekatan belajar), yakni jenis upaya belajar siswa

yang meliputi siswa strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.10

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar.

Menurut Johnson dan Smith, belajar adalah suatu proses pribadi dan juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama.11 “Freire dan Piaget, menyatakan belajar adalah proses pembentukan makna dari bahan pelajaran dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut”.12 Aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar merupakan suatu upaya

10

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), Cet. 4, h. 133.

11

Johnson dan Smith, “Makna Belajar”, dalam http://scribd.com/doc/17069449/null, 2002.

12

Johson-Johnson, “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif”, dalam digilib.unnes.ac.id/library, 1989.


(19)

mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi. Di mana siswa harus aktif menemukan informasi-informasi yang guru bahas dalam materi pembelajaran dan guru harus menjadi makna dari informasi yang diperoleh dalam pelajaran yang dikaji bersama dan dibahas bersama.

Menurut Freire dan Piaget, belajar adalah suatu proses pribadi juga proses pembentukan dalam lingkungan sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan perubahan seluruh aspek tingkah laku.13

a. Unsur-unsur Belajar 1. Tujuan.

2. Kesiapan. 3. Situasi. 4. Interpretasi. 5. Respons. 6. Konsekuensi.

7. Reaksi terhadap kegagalan. b. Tipe-tipe Belajar

1) Belajar tanda-tanda atau signal learning.

2) Belajar perangsang jawaban atau stimulus-respons learning. 3) Rantai perbuatan atau chaining.

4) Hubungan verbal atau verbal association.

5) Belajar membedakan atau discrimination learning. 6) Belajar konsep atau concept learning.

7) Belajar aturan-aturan atau rule learning.

8) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning.14

Keberhasilan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah,

13

Freire dan Piaget. “Learning Memories”, dalam darsanaguru.blogspot.com, 25 Maret 2008.

14


(20)

mengerjakan tugas dan lain-lain.15Inti dari pengertian belajar adalah “change” atau sebuah proses menuju perubahan. Oleh karena itu jika seseorang melakukan aktifitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pengalaman baru, maka individu itu dapat dikatakan telah belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar, yaitu perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional (terarah), perubahan bersifat positif dan aktif PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif kreatif dan menyenangkan) perubahan terus menerus dan bukan bersifat sementara. Perubahan terarah dan bertujuan yang mencakup segala aspek tingkah laku.

“IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.”16 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu pelajaran yang berupaya membekali siswa dengan berbagai kemampuan dasar tentang perhubungan dengan masyarakat dan apa saja yang terjadi dalam suatu masyarakat secara mendalam. Saat ini kesejahteraan bangsa bukan hanya bersumber pada sumber modal yang bersifat fisik, tetapi juga berdasarkan sumber modal intelektual, kepercayaan yang tidak kalah pentingnya yaitu sosial, untuk itu tuntutan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi suatu keharusan. Karena perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Maka bangsa yang besar adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu dan sosial yang tinggi. Maka pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep Ilmu Pendidikan Sosial dan saling keterkaitannya, sehingga mampu untuk memecahkan masalah yang dihadapi disekitar lingkungan masyarakat dan menyadari bahwa peran serta kita dalam bersosialisasi hidup bermasyarakat sangat penting dan berperan besar.

2. Pengertian Rasa Percaya Diri

“Menurut Carl Rogers, sebelum mengetahui arti dari rasa percaya diri, kita harus mengawali dari Istilah self yang dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan

15

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 3, h. 155.

16

Trianto, ModelPembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 124.


(21)

perasaan seseorang erhadap dirinya sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri”.17

Self yaitu faktor yang mendasar dalam pembentukan kepribadian dan penentuan perilaku diri yang meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita baik yang disadari atau yang tidak disadari individu terhadap dirinya. Konsep diri

merupakan pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri yang bersumber dari kesan orang lain terhadap dirinya, pengalaman berinteraksi dengan orang lain dan persepsi tentang dirinya. 18

Kehidupan sosial pada jenjang sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan tentang dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Pada diri seorang remaja mereka sering berada dalam kebimbangan, tidak begitu percaya pada diri sendiri, dan selalu cemas untuk melakukan sesuatu yang benar dan yang bisa diterima dalam hubungan mereka dengan orang lain.19

Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri. Ia mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas.

a. Percaya Kepada Diri sendiri

Seseorang boleh sangsi kepada siapapun juga, tapi jangan sekali-kali sangsi kepada diri sendiri. Presiden Soekarno selalu menganjurkan, percayalah kepada dirimu sendiri. Dan beliau telah memimpin bangsanya, berjuang untuk bangsanya atas dasar percaya kepada diri sendiri. Dan hasilnya Revolusi tahun 1945 telah berhasil membebaskan Indonesia dari penjajah asing, karena bangsa Indonesia percaya kepada diri sendiri. Bangsa Indonesia harus tetap percaya kepada diri sendiri apabila hendak

17

Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 248.

18

Herry Priyono, “Hubungan Antara Konsep Diri, Sikap Terhadap Fisika Dasar”, dalam

http://unisosdem.org/kumtul, 2001.

19


(22)

menduduki tempat yang terkemuka di dunia ini. Setiap pekerjaan tidak akan berhasil dengan gemilang, apabila kita tidak percaya kepada diri sendiri.

b. Cara Mendapatkan Rasa Percaya Diri Sendiri

Percaya kepada diri sendiri membangkitkan kekuatan. Dengan bangkitnya kekuatan-kekuatan itu, keparcayaan kepada diri sendiri menjadi bertambah. Jadi ada pengaruh timbal baliknya. Percaya kepada diri sendiri bisa dibesarkan, bisa diperhebat kepada orang yang kepercayaannya ada, namun kurang percaya diri.

Seorang penulis terkenal, Grenville Kleiser, mendapatkan cara bagaimana kita bisa menanam dan menumbuhkan kepercayaan dalam diri kita, yakni sebagai berikut : 1. Percayalah akan kemampuan yang dimiliki

2. Percayalah kepada keberhasilan dimasa depan

3. Bergaulah kepada orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi 4. Percayalah bahwa kebodohan bisa dilenyapkan oleh rasa percaya diri

Bahwasannya rasa percaya diri membuat seseorang berani memandang sesamanya dengan pandangan yang jernih dan jujur, karena dengan rasa percaya diri menimbulkan kesan baik kepada orang lain.20

Ada salah satu penenun Skotlandia mempunyai kebiasaan setiap hari berdoa, minta kepada Tuhan supaya ia tambah bangga akan dirinya sendiri. Mengapa tidak, karena baginya apakah orang lain bisa menghargai diri kita, kalau kita sendiri tidak menghargai diri sendiri. Orang Tionghoa juga mengatakan, bahwa tidak ada gunanya menghormati orang yang tidak mampu menghormati dirinya sendiri.

Dunia mempunyai hak untuk mengetahui, betapa tinggi anggapan anda terhadap diri sendiri. Apabila anda untuk pertama kali terjun ke dalam masyarakat, maka semua orang melihat wajah dan mata anda dengan cermat untuk mengetahui betapa tinggi anggapan anda terhadap diri sendiri. Jika mereka tidak melihat adanya rasa percaya diri sendiri pada mata anda, maka tentunya mereka tidak usah bertanya-tanya kepada diri sendiri terlalu rendah. Mereka tahu, bahwa selayaknya anda menilai diri anda lebih tepat daripada orang lain. Apa yang terlihat dari orang lain adalah penjelmaan dari

20


(23)

kepercayaannya untuk mencapai sesuatu. Orang-orang besar biasanya percaya pada diri sendiri. Oleh karena itu rasa percaya diri sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang ingin memperoleh sesuatu dari hidupnya.21

Kepercayaan diri merupakan salah satu variabel psikologi dan dalam proses pembelajaran dalam sekolah perilaku percaya diri perlu tumbuh kembangkan agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara optimal sesuai dengan kemapuan yang dimiliki oleh siswa. Menurut Thalib, percaya diri adalah suatu unsur kepribadian yang menerangkan perilaku dan bagaimana mengarahkan perilaku dengan penuh keyakinan untuk mencapai kesuksesan.22 Untuk meningkatkan rasa percaya diri dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan konsep diri yang sehat dan pemeliharaan harga diri yang baik karena salah satu karakter konsep diri adalah “ rasa harga diri”.

Menurut Rogers: 1961, Kepercayaan diri sebagai kesadaran, kepercayaan seseorang pada kemampuan sendiri dan dapat memanfaatkan secara tepat. Kepercayaan diri merupakan untuk membuat keputusan dan penilaian-penilaian tanpa harus bergantung pada orang lain. Percaya diri merupakan aspek penting kepribadian. Sedangkan menurut Nurhati: 2002, Kepercayaan diri merupakan landasan bagi setiap individu dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Lain halnya dengan Maslow, ia mengatakan bahwa percaya diri adalah suatu modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan diri) dengan percaya diri. Jika individu yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Maslow dalam bukunya yang berjudul “The Third Forces: 1971” yang menyebutkan ciri-ciri orang percaya diri yaitu orang yang memiliki kemerdekaan psikologis, yaitu kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga berdasarkan keyakinan pada kemampuan dirinya untuk melakukan hal-hal yang produktif.

21

Orison Swett Marden, Pola Kehidupan Dan Perjuangan, (Jakarta: Gunung Jati, 1978), h. 120.

22

Thalib Syamsil Bahri, “Hubungan Percaya Diri dan Harga Diri dengan Kemampuan Bergaul”, dalam


(24)

Secara awam istilah kepercayaan diri sering dikatakan dengan keberanian seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Bukan hanya yang membawa resiko fisik, tetapi juga resiko sosial. Seseorang dikatakan tidak memiliki rasa percaya diri apabila seseorang tersebut tidak berani mengungkapkan ide dalam suatu rapat, tidak berani bicara di depan umum. Tidak berani berkenalan dengan lawan jenis dan lain-lain.

Ilustrasi Percaya Diri Quabein

Gambaran diri positif dan kuat Bersikap mandiri

Memiliki sikap korelasi

Konsentrasi dalam mencapai tujuan Berani menghadapi tantangan Tenang dalam berbicara dan bersikap Tidak takut gagal dan tidak mudah bimbang

Peter Lautser Tidak mementingkan diri sendiri Mampu menghadapi berbagai situasi Ambisi normal dalam mencapai tujuan Optimis dan mandiri

Mampu bekerjasama secara efektif Bertanggung jawab

Tidak mengeluh dan terlihat gembira

Sumber : Sunatan Fitriah. 2005.

Menurut Derry dkk,seseorang dikatakan percaya diri jika memiliki :

a. Menyadari kemampuan yang ada pada dirinya baik itu bakat, keterampilan bahkan kemahiran pada diri sendiri.

b. Merasa mampu melakukan sesuatu karena pengalaman. Mampu memetik hikmah dari berbagai pengalaman yang pernah dilalui, rasa percaya diri yang ada di dalam dirinya bisa berkembang secara perlahan-lahan.

c. Self esteem (rasa menghargai diri sendiri). Apabila didalam pikiran ada rasa menghargai diri sendiri sehingga menciptakan kesan yang baik, maka percaya diri akan tumbuh. Kesan yang baik tersebut berhubungan dengan kondisi diri, fisik, ataupun dengan status sosialnya.

d. Kemampuan dalam beraktualisasi. Seseorang yang percaya diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya karena dengan adanya


(25)

rasa percaya diri yang cukup tinggi seseorang akan terdorong untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

e. Prestasi. Hal ini cukup jelas mendukung seseorang untuk berkembang menjadi orang yang percaya diri. Semakin banyak merebut prestasi, semakin terdorong dirinya untuk menunjukan kemampuan dalam dirinya. Sama halnya seperti komentar dan pujian yang positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.

f. Realistik. Mampu melihat kenyataan yang ada pada dirinya sehingga tidak akan berusaha menjangkau sebuah tujuan yang terlampau tinggi serta tidak sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimilikinya.

Konsep diri yang baik memang dapat melahirkan harga diri. Harga diri yang baik dan positif selanjutnya melahirkan kepercayaan diri pada seseorang.

Maslow mengemukakan setiap manusia memiliki 2 kebutuhan akan perhargaan, yakni harga diri dan penghargaan orang lain. Harga diri mencakup kebutuhan kepercayaan diri, perasaan edukatif, kemandirian dan kebebasan pribadi. Adapun penghargaan orang lain meliputi prestise, kedudukan dan nama baik seseorang dengan harga diri yang baik akan lebih percaya diri, lebih mampu dan produktif.

Harga diri merupakan suatu wilayah dalam jiwa seseorang yang terjaga dengan baik. Harga diri adalah cara bersikap seseorang dewasa yang menghargai dirinya sendiri. Sekarang adalah waktunya untuk bertindak dengan kebaikan dan harga diri. Semakin kita dapat menampilkan betapa kita menyukai diri sendiri. Semakin kita membuat diri semakin menarik. Jangan lupa: tampil percaya diri adalah hal yang paling seksi yang dapat kita lakukan. Ingatlah orang-orang yang percaya diri tetap bisa merasakan terluka, sedih atau marah. Mereka mempraktikan definisi diri tegas, tetapi tidak menyerang atau membuat orang lain bertanggung jawab untuk hidup mereka.23

Individu dengan harga diri rendah akan mengalami sebaliknya, lebih lanjut diungkapkan bahwa hambatan dari usaha-usaha mencapai aktualisasi diri berasal dari kepercayaan dan keraguan individu pada kemampuan sendiri dan mengakibatkan kemampuan dan potensi diri tidak terungkap.

c. Ciri-ciri Percaya Diri

Orang yang memiliki rasa percaya diri terkadang reflek dan tanpa disadari “Leman” menyebutkan ciri-ciri percaya diri yaitu, Independen bertanggung jawab, menghargai

23

Julian Short, Anatomi Hidup Bahagia, Terj. Dari, Cara Cerdas Mengoptimalkan Hubungan, Cinta Kasih, Kepribadian dan Rasa Percaya Diri, (Jakarta: TransMedia, 2006), Cet. 1, h. 208, 317, 332.


(26)

diri, dan usahanya sediri, tidak mudah frustasi suka menerima tantangan, emosi hidup namun dalam keadaan stabil mudah berkomunikasi, dan membantu orang lain. Hal seperti itu akan selalu membawa keberhasilan pada setiap individu.24

Adapun ciri-ciri lain percaya diri, antara lain, mencintai dan memahami diri sendiri, memiliki tujuan jelas, cara berfikir positif dan memiliki motivasi tinggi, yaitu motivasi diri yang dapat membuat seseorang berhasil dalam belajar. Jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, motivasi untuk hasil dalam belajar bersumber pada rasa ingin tahu, prestasi dan kepercayaan yang tinggi, diantaranya jika seseorang memiliki motivasi keberhasilan tinggi :

a. Mempunyai kepercayaan dan motivasi dasar untuk mencapai sukses. b. Mempunyai tingkat kebutuhan dan aspirasi.

c. Mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas.

d. Ulet atau gigih dalam melaksanakan tugas, punya optimisme memandang masa depan.

e. Tidak suka membuang-buang waktu, menetapkan pilihan sesuai kemampuan. f. Menetapkan hasil kerja yang maksimal dan mau menerima pendapat orang lain.25 d. Perkembangan Percaya diri

Menurut Martin Leman, orang tua adalah sebagai pemegang peran utama yang menentukan perkembangan rasa percaya diri anak. Cara mengembangkan rasa percaya diri anak yakni memberikan pujian mengungkapkan perasaan bangga terhadap anak menghindari kritik yang bersifat mempermalukan anak, mengajari anak untuk membuat keputusan yang bijak.

e. Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri

Faktor yang mempengaruhi percaya diri yakni faktor lingkungan “pola asuh, jenis kelamin (dahulu pria dan wanita dibedakan dari segi prestasi karena pria lebih diunggulkan dibandingkan wanita dari situlah pria dapat menjadi lebih percaya diri

24

Martin Leman, “Membangun Rasa Percaya Diri Anak”, dalam leman.or.id/anakku/percaya-diri.html, 23 Agustus 2000.

25

. Veithzal Rival, “Prestasi Hasil belajar Peserta Progam MM”, dalam http://docstoc.com, 12 Oktober 2009.


(27)

dibandingkan wanita kebanyakan). Dari pengertian ciri-ciri percaya diri telah dikemukakan untuk dijadikan indikator dalam instrumen percaya diri yaitu:

1. Memiliki keyakinan pada kemampuan sendiri. 2. Optimis, mandiri, memiliki sikap tenang.

3. Berpikir positif, berani mencoba, tidak takut gagal 4. Mencintai dan menghargai diri sendiri

5. Suka berkomunikasi dan bertanggung jawab.26

Menurut Koentjaraningrat , salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Afiatin dkk, terhadap siswa SMTA di Kodia Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.

Martin Leman:1974, melakukan penelitian tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah.

Kloosterman: 1988, meneliti pada pelajar School in South-Central Indiana dengan jumlah 266 wanita dan 233 pria. Ia meneliti tentang rasa percaya diri pada pelajar. Ternyata rasa percaya diri sangat penting bagi pelajar untuk berhasil dalam belajar matematika. Dengan adanya rasa percaya diri, maka akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika, sehingga pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi lebih berhasil dalam belajar matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Gandamana: 2000, tentang hubungan rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di panti asuhan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja. Penelitian terhadap remaja di panti asuhan anak yatim Mabarrot Sunan Giri Malang ini menunjukkan bahwa semakin positif atau tinggi rasa percaya diri akan diikuti semakin positif atau tinggi penyesuaian sosial yang dialami individu.

26


(28)

Naution: 2001, Rasa percaya diri merupakan faktor yang dapat menyembuhkan stres seseorang dari hasil penelitian yang dilakukan pada pelajar SLTP/ SMUN Ragunan menunjukkan bahwa salah satu sumber stres yang dialami oleh atlet pelajar adalah kurangnya rasa percaya diri dan adanya pikiran negatif..

Johnson: 1999, meneliti pada 363 pelajar di 3 sekolah dasar umum dengan 174 wanita dan 189 pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin mengakibatkan perbedaan rasa percaya diri pada pelajar.

Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri mempunyai hubungan dengan prestasi, motivasi belajar, perilaku konsumtif, perilaku sex, kegiatan merokok, mempermudah proses persalinan, stress pada individu, komunikasi individu dan penyesuaian sosial. Rasa percaya diri ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, kebudayaan, wawasan dan pola pikir yang luas, perceraian orang tua serta penampilan fisik seseorang.27 Sedangkan mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan memilki kepekaan sosial yang tinggi, lebih berperilaku assertif, memiliki motif belajar yang bagus, berprestasi, memiliki sikap yang positif pada kepemimpinan wanita dalam politik. Berdasarkan kesimpulan ini peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dengan rasa percaya diri.

Seseorang yang memiliki rasa percaya diri biasanya mereka memilih untuk menjadi dirinya sendiri dan memiliki pribadi yang lebih efektif. Siapa lagi yang diperuntukan bagi diriku selain diriku sendiri. Bila aku hanya bagi diriku sendiri. Karena mengenali diri sendiri merupakan tugas pertama. Konsep dasar kursus adalah gagasan akan pengendalian diri sendiri. Pengendalian berarti bahwa Anda dapat menjadi perilaku aktif dalam pemenuhan kebutuhan sendiri, dapat membuat keputusan-keputusan dan berbuat untuk mencapai cita-cita yang diinginkan, khususnya pada saat ketika apa yang kita butuhkan tidak tergantung pada kerjasama atau partisipasi orang lain.28

27

Wahidin, “Kumpulan Makalah Pendidikan”,

dalam makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/01/ 16 Januari 2009.

28

Thomas Gordon, Jadilah Diri Sendiri, Terj. Dari Be Your Best, (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), Cet. 2, h. 11.


(29)

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di

sekolah yang dinyatakan dengan nilai atau angka berdasarkan tes hasil belajar, dalam hal ini rapor merupakan salah satu bentuk laporan prestasi hasil belajar yang

dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai yang meliputi tiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotorik. Gagne dan Briggs menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ada dalam pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu yang bertujuan terhadap prstasi hasil belajarnya. Menurut Bloom, hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.29

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.30

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penelitian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Hasil belajar sesungguhnya akan menumbuhkan pengetahuan dan pengertian dalam diri seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dan bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya serta orang yang berhasil. Dalam belajar biasanya dipengaruhii oleh rasa percaya diri akan kemampuan.

29

Taruh Eros, “Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi Dalam Kaitannya Dengan Hasil Belajar”, dalam

http://rakasmuda.com, 11 Desember 2000.

30

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 10, h. 22


(30)

Menurut Muhibin Syah, Faktor yang mempengarui hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Faktor dalam ( kondisi jasmani dan rohani ) 2. faktor luar ( kondisi lingkungan sekitar siswa )

3. faktor pendekatan pelajar (upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi belajar).31

Suatu usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi dapat menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dari kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapi tujuan tertentu. Bagi seorang manajer, tujuan motivasi ialah untuk menggerakan pegawai atau bawahan dalam usaha meningkatkan prestasi kerjanya sehingga tercapai tujuan organisasi yang dipimpinnya. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tecapai tujuan pendidikan sesuai yang di harapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan naluri yaitu: - dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,

- dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan

- dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.32

Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu

31

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), Cet. 4, h. 61.

32


(31)

dikembangkan. Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu di beri motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).

4. Hubungan Rasa Percaya Diri dan Hasil Belajar

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya.

Menurut Viktor Frankl, kembali dari pengetahuan yang lahir dari pengalaman yang merupakan sumber langsung dari mana manusia dalam beberapa atau semua situasi memiliki pilihan atas tindakan-tindakannya. Dia belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental, kebebasan untuk memilih, suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memilih cara kita sendiri. Dalam mencapai spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab, semua itu tergantung pada diri sendiri. Tanpa ketiganya tidak mungkin menemukan arti dan maksud dalam kehidupan. Pilihan-pilihan benar-benar tergantung hanya pada diri sendiri.33

Jason T.Abbit dan Mitchell D.Klett melakukan penelitian yang berjudul “Identifying influences on attitudes and self-efficacy beliefs toward technology integration among pre-sevice educators”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara rasa percaya diri kedalam pelajaran dengan sikap guru terhadap teknologi dalam pendidikan selama dalam penelitian pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.34

Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan terhadap kemampuan untuk mengelola dan melaksakan pencapaian yang diharapkan dari suatu pelatihan pembelajaran.

33

Duane Schultz, Model Frank, Psikologi Pertumbuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), Cet. 10, h. 145.

34


(32)

Penelitian ini menemukan bahwa persepsi kenyamanan terhadap pemanfaatan pembelajaran menjadi faktor yang signifikan berpengaruh terhadap rasa percaya diri untuk memanfaatkan teknis dalam pembelajaran, sedangkan persepsi daya manfaat tidak berpengaruhsignifikan terhadap rasa percaya diri untuk memanfaatkan teknis dalam pembelajaran.

Pada usia sekolah sampai usia puber. Biasanya pada usia remaja, anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya (sekolah dan lingkungan lainnya). Sedang dalam menggunakan istilah self esteem (harga diri), merujuk pada anak-anak pada usia sekolah, puber, dan remaja, dapat diketahui dewasa ini bahwa persoalan anak adalah persoalan orang tua juga, dan persoalan keluarga. Anak yang bermasalah akan mempengaruhi keseluruhan sistem keluarga juga dapat berkontribusi terhadap persoalan pada anak.

Pada dasarnya seorang anak perlu diajarkan untuk memiliki self confidence (rasa pecaya diri) yaitu mempunyai perasaan yang teguh pada pendiriannya, tabah apabila menghadapi masalah, kreatif dalam mencari jalan keluar dan ambisi dalam mencari jalan keluar dan ambisi dalam mencapai sesuatu. Ia juga perlu diajarkan untuk mempunyai self respect (hormat pada diri sendiri), yaitu mempunyai perasaan yang konstruktif, hormat pada orang lain, dan bersyukur pada apa yang dimilikinya.35 Berbagai cara dapat diupayakan untuk menumbuhkan rasa percaya diri serta rasa hormat diri pada anak ini oleh orang tua. Diantaranya adalah dengan mendorongnya untuk selalu berupaya, menerima kelebihan dan kekurangannya, dan memberikannya pujian dan hadiah pada perilakunya yang mengarah pada rasa percaya diri dan rasa hormat dirinya tersebut.

Pendidikan hendaknya mengembangkan kreatifitas siswa dan yang lebih penting lagi guru harus selalu berusaha memperhitungkan siswa, dan mengkondisikan bahwa siswa itu penting menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri siswa. Akhirnya kita perlu menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan

35

Ira Petranto, “Rasa Percaya Diri adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tua”,dalam


(33)

berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.

Maslow pernah mengemukakan mengenai teori motivasi manusia yang membedakan antara kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) dengan meta kebutuhan (meta needs). Ia mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih lengkap dan luas tentang manusia atau kelompok orang yang mengaktualisasikan diri. Yang membedakan mereka dari orang-orang biasa ialah

1. Mereka berorientasi secara realistik.

2. Mereka menerima diri mereka sendiri, orang lain, dunia kodrati apa adanya. 3. Mereka sangat spontan.

4. Mereka memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri mereka sendiri. 5. Mereka mampu membuat jarak dan memiliki kebutuhan akan privasi. 6. Mereka adalah pribadi yang indenpenden atau berdiri sendiri.

7. Apresiasi mereka terhadap orang-orang dan benda adalah positif, bukan penuh prasangka.

8. Mereka memiliki hubungan yang mendalam antar sesama manusia. 9. Nilai dan sikap mereka adalah demokratis

10. Mereka bersikap balance/seimbang

11. Perasaan humor mereka, bukan humor yang menimbulkan permusuhan. 12. Mereka sangat kreatif

13. Mereka menentang konformitas kebudayaan.

14. Mereka mengatasi lingkungan, bukan hanya menghadapi.36

Dari ciri-ciri tersebut, bahwa seseorang yang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Rasa percaya diri harus ditumbuhkembangkan sejak dini, karena dengan adanya rasa percaya diri akan mempengaruhi motivasi seseorang.

36

A. Supratiknya, Psikologi Kepribadian 2, Terj. dari Teori-teori Holistik, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), Cet. 12, h. 109.


(34)

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok, yang disebut juga naluri, yakni:

1. Naluri mempertahankan diri 2. Naluri mengembangkan diri 3. Naluri mempertahankan jenis

Oleh karena itu untuk motivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Sebagai contoh : seorang pelajar sangat tekun dan rajin belajar meskipun sebenarnya ia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya. Yang menjadi pertanyaan adalah hal apakah yang menggerakan pelajar itu tekun dan rajin belajar. Mungkin jawabannya karena ia ingin meningkatkan karier pekerjaannya sehingga dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya kelak.

Jika seseorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendengarkan atas naluri dan juga apa saja yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Untuk mengembangkan motivasi yang baik bagi anak-anak didik, kita harus dapat mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah yang memungkinkan persaingan dan kompetensi yang yang sehat antar anak didik kita. Salah satu ciri seseorang yang memiliki rasa percaya diri, adalah berani bersaing secara sehat dan tidak cepat patah semangat.

Dalam hal membangkitkan self competition, yakni dengan membiasakan anak didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-masing untuk memperkuat motivasi mereka.37 Kita sebagai pendidik harus menunjukkan pada mereka dengan contoh-contoh kongret sehari-hari dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau tidaknya suatu maksud atau tujuan sangat bergantung pada motivasi apa yang mendorongnya untuk mencapai maksud atau tujuan itu.

Oleh karena itu bukanlah motivasi dalam diri anak-anak didik kita, apabila anak belajar dan bekerja hanya karena takut dimarahi, dihukum, mendapat angka-angka merah, atau tidak lulus dalam ujian. Karena hal semacam itu hanya akan membuatnya memiliki rasa percaya diri yang rendah.

37


(35)

5. Teori Pendidikan Yang Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progresivisme” yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran itu sendiri. Maka munculah “child centered curriculum” dan “child centered school”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam artikelnya “My Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi aplikasi ide Dewey adalah anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik dulu, kemudian rasa minat.

Kepercayaan akan diri sendiri, dalam pelaksanaan kurikulum kita tidak hanya

mempertimbangkan apa yang harus diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, akan tetapi juga tujuan yang akan dicapai dan faktor anak itu sendiri. Untuk itu perlu diusahakan memupuk suasana intelektual di sekolah agar memberi motivasi belajar kepada murid-murid.38

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.

1. Evaluasi diri secara obyektif belajar menilai diri secara obyektif dan jujur.

Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri anda, seperti pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (strengths, weaknesses, obstacles and threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.

2. Beri penghargaan yang jujur terhadap diri.

Sadari dan hargailah sekecil apa pun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi

38

S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), Cet. 4, h. 13.


(36)

diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan, seperti ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.

3. Positive thinking.

Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan tidak masalah bagiku jika membuat kesalahan. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar masa depan anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.

4. Gunakan self-affirmation.

Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri.

Contohnya: • Saya pasti bisa

• Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri.

• Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan.

• Sayalah yang memegang kendali hidup ini dan saya bangga pada diri sendiri.

Seandainya setiap anak yang baru lahir tidak memiliki keberanian untuk mencoba, niscaya tak ada yang dapat mereka lakukan. Seandainya seorang balita takut menghadapi kegagalan, niscaya mereka tak bisa berjalan hingga kini. Sebab, sekedar


(37)

untuk berjalan saja, banyak kesulitan yang harus mereka hadapi dan tak sedikit rasa sakit yang harus mereka tanggung. Hidung mungkin sudah lebih dari sepuluh kali tersungkur ke tanah hanya karena mereka belajar merangkak. Tetapi anak-anak tak pernah putus asa. Anak-anak senantiasa bersemangat sampai orang tua memadamkannya dengan alasan kasih sayang.

Percaya diri terkadang bisa tumbuh dari benda yang kita banggakan. Seseorang tampil dengan sangat meyakinkan manakala ia membawa handphone, sepeda motor, minyak wangi ( deodoran) atau yang lainnya. Inilah yang disebut percaya diri semu ketika lupa tidak memakai deodoran, mereka akan bersembunyi seperti tikus kesiram air. Industri sangat berkepentingan memelihara percaya diri semu ini agar produknya tetap laris. “Hari gini ga punya henpon” bunyi iklan produk yang merusak rasa percaya diri merupakan sifat dari percaya diri semu ini tidaklah bertahan lama dan sangat rapuh.39

Pada dasarnya kita menjadi takut karena kita berkata pada diri sendiri sampai kita percaya bahwa karena sesuatu itu membahayakan atau menakutkan, maka kita harus terus menerus memikirkannya, memusatkan perhatian atasnya, merenungkannya, dan mencemaskannya.40 Seorang remaja akan memberontak kalau diperlakukan sebagai anak kecil. Bukanlah ia sudah ingin bebas, ingin dipandang dan diperlakukan sebagai orang dewasa, bukankah hak-hak dan harga dirinya ingin dihormati dan dihargai, Baik buruknya dan tinggi rendahnya kadar pengertian tergantung pada kedewasaan dan kemauan kita memahami remaja dan masalahnya.41Seorang anak pada dasarnya membutuhkan bantuan pihak orang tua, dalam hal ini remaja pada umunya tidak suka dalam berbagai larangan, jangan begini dan jangan begitu. Seorang anak yang sudah pasti merasa aman di rumah karena ia merasa dirinya dicintai, dihargai dan dipahami. Dan juga si remaja merasa aman kalau ibu dan ayahnya hidup rukun, dan saling mencintai satu sama lain.42Jadilah contoh buat anak. Anak biasanya mengamati dan belajar dari perilaku

39

Fauzi Rachmanto, “Jangan Terjebak Pada Percaya Diri Yang Semu”, dalam Zauzi.blogspot.com,

1 Mei 2008.

40

Paul Hauck, Mengapa Harus Takut, (Jakarta: ARCAN, 1992), Cet. 4, h. 59.

41

E.H. Tambunan, Remaja Sahabat Kita, (Bandung: Indonesian Publishing house, 1981), h. 41.

42


(38)

orangtuanya sendiri.43 Untuk itu, orangtua tidak hanya mendorong anak untuk percaya diri, tetapi juga menjadi model dari perilaku percaya diri.

Keberhasilan seorang anak dalam lingkungan sosial belum tentu dicapai oleh anak-anak kebanyakan, dan keberhasilan yang mereka miliki merupakan sikap akan penerimaan diri mereka sendiri. Sebagai salah satu pokok dari penyesuaian diri adalah hasil pendidikan yang terjadi dalam lingkup kelompok-kelompok anak di sekolah. Adapun peran penting sekolah dalam pertumbuhan pada usia remaja (12-18) tahun.

1. Penerimaan manusia terhadap dirinya dan peranannya yang dibebankan oleh jenisnya. Dalam hal ini sekolah membantu individu untuk menerima dengan senang hati tubuhnya atau sekurang-kurangnya dapat menerimanya dan menerima peran laki-laki atau perempuan yang disukai oleh masyarakat.

2. Pembentukan hubungan baru yang matang dengan teman dari dua jenis. Dalam hal ini sekolah membantu para siswa untu belajar memandang teman-temannya yang wanita sebagai wanita. Dan menolong mereka untuk menjadi laki-laki di antara laki-laki. Belajar bekerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama, dengan mengenyampingkan perasaan-perasaan pribadi. Karena sekolah merupakan bengkel untuk mempelajari semua keterampilan sosial.

3. Kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Dalam hal ini sekolah terlepas dari mengikuti dan ketergantungan kepada orang tua. Belajar menyayangi dan menghormati orang tua tanpa bergantung kepada mereka.

4. Pemilihan pekerjaan dan bersiap untuk itu. Dalam hal ini sekolah menolong siswa untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dan sesuai pula dengan nilai-nilai sosial, merupakan tugas terpenting dari sekolah menengah. 5. Persiapan untuk berkeluarga dan kehidupan keluarga. Dalam hal ini sekolah

membentuk sikap positif terhadap kehidupan keluarga dan memperoleh anak. Bagi wanita memperoleh pengetahuan khusus tentang rumah tangga dan pendidikan anak-anak.

6. Pembentukan keterampilan dan pengertian yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini sekolah pembentukan

43


(39)

pengertian tentang peraturan perundangan pemerintah, ekonomi, geografi dan kodrat manusia.

7. Mengetahui tindak sosial yang diterima oleh masyarakat, yaitu yang didasarkan atas tanggung jawab: berperan serta dalam kehidupan masyarakat sebagai seseorang dewasa, baik masyaraka itu kecil, yang hidup di desa atau di kota.

8. Memperoleh nilai-nilai pilihan yang sesuai dengan gambaran ilmiah obyektif dalam alam tempat kita hidup: membentuk seperangkat angan-angan, akan tetapi yang dapat dilaksanakan serta menumbuhkan kemauan untuk melaksanakannya.44

Seseorang dapat dikatakan bahwa ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi apabila orang tersebut kreatif. menurut kamus kreatif merupakan daya kemampuan untuk mencipta dan menghasilkan sesuatu. Seorang yang kreatif biasanya selalu dihadapkan dengan tantangan. Tantangan keuangan, tantangan prestasi, tantangan hati nurani dan masih banyak lagi. Singkatnya, cakrawala masa depan orang yang berjiwa kreatif sangat luas. Sebaliknya, orang-orang yang tidak kreatif, baik karena malas, bodoh atau dipaksa keadaan, akan sulit meraih prestasi dan masa depan yang baik. Maka dari itu jadilah seseorang yang memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, raihlah cakrawala luas dibawah langit kreatifitas.45 Pada dasarnya kreatifitas itu berkisar pada daya temu dan penemu hal-hal baru yang menyimpang atau berbeda dari gagasan lama.46 Oleh karena itu dengan kreatifitas seseorang akan merasa memiliki banyak manfaat akan keberhasilan yang dicapainya. Karenanya seorang guru diwajibkan juga dalam melaksanakan pembelajaran harus dapat menunjukkan keteladanannya sebagai sosok yang kreatif untuk dapat menguasai berbagai teknik yang dapat menstimulasi rasa keingintahuan sekaligus dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri (self esteem) setiap siswanya.

44

Musthafa Fahmy, Penyesuaian Diri, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 45, 71, 125.

45

Nestor Rico Tambunan, Remaja Mandiri, (Jakarta: Arcan, 1992), Cet. 5, h. 4.

46


(40)

™ Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang kreatif dapat dihasilkan melalui guru yang kreatif. Siswa yang kreatif dan memupuk rasa percaya diri merupakan aset yang sangat berharga bagi kehidupan diri pribadinya maupun orang lain.

B. Kerangka Berpikir

Hasil belajar sosial merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar mengajar pada Ilmu Pengetahuan Sosial yang dinyatakan oleh nilai pula mata pelajaran tersebut. Pada kenyataan yang terjadi sekarang bahwa untuk siswa seringkali tidak menunjukan prestasi akademik, ini disebabkan karena ia tidak yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keyakinan diri juga sangat perlu bagi siswa karena dapat menguatkan kepada pilihan tindakan pengarahan usaha serta keuletan.

Perkembangan kepercayaan diri :

Suasana mendukung dan bersahabat Rangsangan : Bayi - Lingkungan

Suasana tidak mendukung dan tidak bersahabat - Keluarga, masyarakat - Lingkungan kerja - Sekolah,dll.

Positif Negatif

Baik Konsep diri Harga diri


(41)

Buruk Percaya diri Tidak percaya diri

Sumber : Sunatan Fitriah. 2005. Dengan demikian diduga bahwa terdapat korelasi antara hasil belajar dengan tingkat rasa percaya diri. Artinya semakin tinggi tingkatan rasa kepercayaan diri akan menghasilkan pula keberhasilan yang memuaskan dalam belajar siswa dan sebaliknya.

C. Hipotesa

Untuk menguji apakah benar ada hubungan rasa percaya diri dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Maka diperlukan pengujian hipotesa. Untuk menguji, rumusnya sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antarta variabel X (Rasa percaya diri) dan variabel Y (Hasil belajar)

Ha : terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X variabel X (Rasa percayadiri) dan variabel Y (Hasil belajar)

Teknik analisis data product moment untuk mengetahui nilai koefisien korelasi antara rasa percaya diri dengan hasil belajar IPS siswa SMP Fatahillah Jakarta Selatan. Instrumen pernyataan angket rasa percaya diri dibuat berdasarkan ciri-ciri seseorang yang memiliki rasa percaya diriyang dikemukakan oleh para ahli, yaitu :

1. Yakin pada kemampuan sendiri. 2. Optimis


(42)

3. Mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. 4. Memiliki ketenangan sikap

5. Berfikir positif

6. Mudah berkomunikasi

7. Berani mencoba dan tidak takut gagal. 8. Mencintai, menghargai diri sendiri 9. Bertanggung jawab.


(43)

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Tempat , Waktu dan Sumber Data Penelitian

1. Tempat Penelitian

SMP Fatahillah, Jakarta Selatan 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan sejak bulan Juni - September 2009. 3. Sumber Data Penelitian.

Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber untuk menjadi landasan serta bantuan untuk memudahkan penulis, yaitu dengan :

a. Data Primer

Membutuhkan data dari sumber pertama yaitu responden dengan mengisi angket pernyataan,sedangkan sumber informasi data berupa hasil rapor.

b. Data Sekunder

Menggunakan studi kepustakaan, yaitu berupa buku dan jurnal.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui secara empiris

mengenai hubungan tingkat rasa percaya diri siswa dengan

hasil belajar dan seberapa besar pengaruh dari kekuatan

rasa percaya diri terhadap prestasinya.

B. Teknik pengumpulan data

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis setiap data yang diperoleh kemudian dilaporkan sebagaimana adanya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan cara :


(44)

1. Observasi adalah pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang, dilengkapi dengan instrumen tertentu. Observasi dapat dikatakan pula proses pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung ke lokasi untuk mencari data yang relevan.47

2. Angket adalah cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Angket merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Kuesioner yang akan diajukan yaitu pertanyaan yang variasi jawabannya sedah ditentukan terlebih dahulu sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih kecuali yang sudah ditentukan.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebagai variabel bebas dan variabel tingkat rasa percaya diri variabel terikat.

Variabel tingkat rasa percaya diri siswa merupakan variabel X yang meliputi bentuk dari rasa kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki guna mencapai hasil prestasi belajar siswa. Adapun variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS merupakan variabel Y yang meliputi materi pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang akan diukur melalui hasil rapor semseter ganjil dan genap. Adapun

D.

Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam suatu wilayah maka penelitian penelitiannya

47

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 151-156.


(45)

merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Fatahillah Jakarta Selatan.

2. Sampel merupakan sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari.. Sampel yang diteliti yaitu 42 siswa.

E.

Teknik Analisis Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui angket, kemudian diproses melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Editing yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, dirumuskan pengelompokannya guna memperoleh data yang benar-benar sempurna dan meneliti kembali catatan data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.48

2. Skoring yaitu setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Untuk menentukan skoring, semua pertanyan angket akan pditabulasi dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban dengan huruf akan diubah menjadi angka, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk jawaban SS, diberi nilai 5 b. Untuk jawaban S, diberi nilai 4 c. Untuk jawaban RR, diberi nilai 3 d. Untuk jawaban TS, diberi nilai 2 e. Untuk jawaban STS, diberi nilai 1

4. Tabulasi yaitu mentabulasi data jawaban responden yang berhasil dikumpulkan ke dalam

48


(46)

tabel-tabel yang telah disediakan dan untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, digunakan skala likert yang mengkorelasikan skala keseluruhan untuk semua dari responden dengan skor pokok untuk semua responden (satu per satu).49

3. Rumus yaitu dengan penggunaan teknik analisis data dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi. Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan dua variabel. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Product Moment, secara operasional analisis data yang dilakukan melalui tahap berikut :

1. Analisis satu variabel dengan menggunakan rumus

F

P = X 100 %

N

Keterangan : P : Persentase

F : Frekuensi jawaban responden N: : Jumlah responden

2. Mencari angka korelasi, dengan rumus Rumusnya :

Keterangan :

r = koefisien korelasi Pearson x = variabel bebas

y = variable terikat

3. Memberi interpretasi terhadap rxy, yaitu :

49

Danniel J. Mueller, Mengukur Sikap-sikap Sosial, (Bandung: LEMLIT Press Universitas Pasundan, 1998), h. 21.

nΣxy – (Σx)(Σy) r =


(47)

1) Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi ”r” Product Moment seperti di bawah ini :

Besarnya ”r” Product

Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sanngat lemah atau sangat rendah

0,20-0,40 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang lemah

0,40-0,70 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang sedang

0,70-0,90 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang kuat

0,90-1,00 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang sangat kuat dan tinggi

2) Interpretasi terhadap angka indeks korelasi ”r” Pruduct Moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai ”r” Product Moment.

Apabila cara akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nilai (Ho).

b. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya ”r” Product Moment dengan besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel nilai (rt), terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees of Freedomny (df) yang rumusnya:

Keterangan :

DF : Degrees of Freedom N : Number of case


(48)

nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan

3) Untuk mengatahui besarnya kadar kontribusi variabel X terhadap variabel Y, maka

digunakan perhitungan koefisien korelasi dengan determinasi ”R” dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

KD: kontribusi variabel X terhadap variabel Y

R : koefisienkorelasi antara variabel X dan variabel Y

F.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif bentuk pernyataan kuesioner angket skala rasa percaya diri : berjumlah 20 item pernyataan, masing-masing 10 item pernyataan untuk pernyataan ( + ) dan ( - ).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel : a. Variabel bebas (X) : Rasa percaya Diri. b. Variabel Terikat (Y) : Hasil Belajar. 1. Angket Skala Rasa Percaya Diri

Penskoran nilai terhadap pernyataan dibagi dalam 5 kategori, yaitu : 1 = sangat tidak setuju

2 = tidak setuju 3 = ragu-ragu 4 = setuju 5 = sangat setuju

KISI (VARIABEL) SKALA RASA PERCAYA DIRI KD: r ² x 100 %


(49)

2. Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai rapor terdahulu kelas VII yang berjumlah 42 siswa/i. Dimana nilai-nilai yang ditekankan adalah nilai-nilai yang dalam hasil rapor semester ganjil/genap, dan untuk pembatasan masalah, penulis menekankan pada hasil belajar IPS.

Favorable (+)

Unfavorable (-) 1. Self actualization Mampu berkreasi.

Mampu mengekspresikan diri.

17 19

18 20

4

2. Esteem needs Mampu berprestasi dengan baik.

5 6 2

3. Kecerdasan emosi (Social skill)

Mampu menjalin hubungan dengan orang lain.

Mampu menyesuaikan dengan lingkungan baru. Asertif/penerimaan diri. 11 13 15 14 12 16 6

4. Motivasi Mampu memecahkan masalah. Mampu berfikir positif dan optimisme. 7 9 8 10 4 5. Karakteristik extrovert

Mampu keluar dari rasa khawatir.

Mampu berbicara lancar.

1

3

4

2


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah

1. Sejarah Berdirinya

Sekolah SMP Fatahillah merupakan sebuah lembaga pendidikan swasta yang bernaung dibawah sebuah yayasan Al-Akbar yang terletak di Pondok Pinang Jakarta Selatan. Sekolah ini yang berdiri pada tahun 1986 mempunyai tujuan yang didasari oleh kepedulian remaja dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar terhadap pendidikan Islam dan juga terhadap masyarakat ekonomi lemah terutama dalam hal pendidikan putra-putrinya. Hal ini terlihat pada salah satu tujuan didirikannya SMP Fatahillah Jakarta yakni untuk menolong masyarakat menengah ke bawah agar dapat melanjutkan pendidikan putra-putrinya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Yayasan Islam Al-Akbar juga menyelanggarakan progam pendidikan jenjang SMK yang tidak ingin tertinggal dengan beberapa sekolah yang lebih dulu menunjukan kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari usaha yang terus menerus dalam memperbaiki mutu layanan pendidikan bagi penggunaan jasa pendidikan. Mulai dari usaha meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru sebagai penyempurna sistem pendidikan.

2. Visi dan Misi

Dalam upaya mempertahankan eksistensi, Yayasan Al-akbar mengembangkan aspek-aspek yang termasuk dalam ruang lingkup pendidikan. Yayasan Al-Akbar memiliki visi dan misi sebagai berikut :

a. Visi

• Membentuk siswa-siswi berprestasi dan berakhlakul kharimah b. Misi

• Melaksanakan KBM secara efektif, kreatif dan inovatif


(51)

• Mengembangkan potensi nilai-nilai keagamaan siswa

• Menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan Ukhuwah Islamiyah.

3. Komponen Pendidikan a. Guru

SMP Fatahillah Jakarta Selatan memiliki tenaga pengajar dan tenaga

Kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan maupun pendidikan seperti tebel berikut :

Tabel 150

NO NAMA GURU JENJANG JABATAN BIDANG STUDI

1 Dra. Lilis Nurhayati S1 Kepala Sekolah Bahasa Indonesia PLKJ 2 Idrus Syafuddin S. Ag S1 Wakil Kepsek Agama

BTA 3 Hamilah, BA D3 Guru Bahasa Indonesia

PLKJ 4 Drs. Abdul Haris S1 Guru Penjas 5 Misani, S. Pd S1 Guru IPA 6 Nurmaningsih. S. Pd S1 Guru IPA IPS 7 Sartiningsih, S.Pd S1 Guru Bahasa Inggris 8 Eko Zulham, SH S1 Guru Komputer/TIK 9 Sumiyati S1 Guru IPS

PLKJ/Seni Budaya 10 Tuti Sarmaini P, S. Ag S1 Guru Agama

BK 11 Imas Masriysh S. Sos.I S1 Guru PKN

50


(52)

12 Ainul Wardah. M. Pd S2 Guru Seni Budaya 13 Drs. Ruhiyat Sitopang S1 Guru Matematika 14 Umi kulsum SMA Kepala TU 15 Yoyo SMA Karyawan - 16 Sulaiman SMA Karyawan -

b. Siswa

Keadaan siswa-siswi yang ada di SMP Fatahillah bervariatif, artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang cukup mulai dari kelas VII, VIII.1, VIII.2, dan kelas IX, seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Keadaan siswa-siswi SMP Fatahillah Jakarta Selatan51

c. Kurikulum dan Pembelajaran

Kurikulum yang dipergunakan ialah kurikulum Departemen Agama (DEPAG) dan Departemen Pendidikan Nasional (DIKNAS), serta muatan lokal dan pengembangan diri.

- Muatan lokal : Tahfidz, Tadarus Al-Qur’an. - Pengembangan diri : Muhadhoroh.

Ciri-ciri pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa52

51

SMP Fatahillah Jakarta Selatan, Tahun ajaran 2009/2010.

52Tate, “Pembelajaran yang berpusat pada siswa”, dalam

http://www.google.co.id/ciri+pembelajaran+yang+berpusat+pada+siswa, 1993.

Kelas Jumlah VII 35 VIII.1 20 VIII.2 22

IX 40


(53)

Pengajaran berpusat pada guru Pembelajaran berpusat pada siswa Fokus pada materi dan penekanan pada

mengetahui apa.

Siswa bekerja secara individual, sering kali berk ompetisi satu sama lain.

Siswa bergantung (dependen) pada guru. Tujuan belajar ditentukan oleh guru. Penilaian dengan ujian tertulis.

Pengetahuan ditransfer dari guru ke siswa. Ceramah dominan dalam penyampaian materi. Guru berperan sebagai pakar.

Fokus pada proses dan penekanan pada mengetahui bagaimana.

Siswa bekerja dalam kelompok/tim secara kolektif dan kolaboratif.

Siswa bekerja secara independen.

Tujuan belajar dinegosiasikan dengan siswa. Penilaian dengan berbagai cara.

Siswa aktif membangun dan mensintesa pe ngetahuan dari banyak sumber.

Kegiatan belajar fleksibel dan tak selalu di dalam kelas.

Guru berperan sebagai fasilitator, narasu mber, dan mitra bagi siswa

Pembelajaran di SMP Fatahillah metode sepenuhnya pembelajaran yang diperankan oleh guru, sedangkan murid di sekolah tersebut cenderung hanya menerima materi dari seorang guru. Waktu untuk berdiskusi lebih banyak habis terbuang dengan kebiasaan buruk siswa untuk mengobrol dan tidak tentu arah dalam melaksanakan dan merencanakan pembelajaran di kelas. Saat pembelajaran segera dilaksanakan, terlebih dahulu guru memulai dengan mengajak siswa untuk bertadarus dan guru mulai memimpin pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an, kemudian setelah selesai guru memberikan apersepsi materi yang sebelumnya dan mengingatkan siswa untuk selalu bertanya mengenai materi sebelumnya apakah masih ada yang mengingatnya. Setelah apersepsi selesai dibahas, guru mulai menyiapkan meteri baru dengan harapan sebelumnya murid-murid sudah membaca materi tersebut dengan tujuan agar guru lebih mudah untuk menjelaskan, dan kenyataannya hampir 90% siswa tidak ada yang memiliki


(54)

buku paket dan pembelajaran kembali berpusat pada guru serta penguasaan penuh materi disampaikan oleh guru tanpa jalinan kerjasama antara guru dengan siswa seperti Tanya jawab. Setelah proses belajar mengajar selesai pada waktu yang ditetapkan, masing-masing wali kelas mendatangi kelas untuk menyuruh siswa agar menunaikan ibadah shalat berjama’ah di mushola. dan seperti biasanya siswa di SMP Fatahillah terlebih dahulu harus selalu diberikan aba-aba atau pemberitahuan.

Penulis menyimpulkan bahwa peran guru sangat besar sebagai pengajar, peran siswa sangat kurang untuk bertanya, mengemukakan gagasan, merancang (membuat sesuatu), kurangnya media pembelajaran yang digunakan di sekolah dan lingkungan siswa, minat yang kurang bagi siswa untuk mengikuti pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan yang dilaksanakan oleh guru kelas masing-masing.

d. Sarana dan Prasarana

SMP Fatahillah memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar mulai dari ruang sekolah yang memadai maupun sarana lain seperti berikut :

• Laboratorium IPA

• Perpustakaan

• Laboratorium Komputer

• Mushola, toilet

• Lapangan Olah raga

G. Pengumpulan Data


(1)

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) FATAHILAH JAKARTA

TERAKREDITASI “B”

Jl. Ciputat Raya No. 5, Pondok Pinang 12310 Kebayoran lama – Jakarta

Selatan Telp. 7650979

Jakarta, Juni 2009

SURAT PERNYATAAN

NAMA : SITI NUR DEVA RACHMAN

NIM : 105015000652

SEMESTER : IX (SEMBILAN)

JURUSAN : PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS : ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Dinyatakan bahwa mahasiswi tersebut telah melaksanakan penelitian yang diperlukan

untuk menulis skripsi dengan judul “HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN HASIL

BELAJAR (STUDI MATA PELAJARAN IPS DI SMP FATAHILLAH JAKARTA

SELATAN)”.

Kepala Sekolah

Dosen Pembimbing


(2)

)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DA FTA R RIW A YA T

HIDUP

D A T A P R I B A D I

Nama : Siti Nur Deva Rachman

Alamat : Reni Jaya Lama Jl. Bima RT. 004/05. No. 51 Pondok Benda-Pamulang

No. Telp : 021-92009886

Hand phone : 0813-16700512

E-mail :

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Oktober 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi Badan : 160 cm


(3)

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Hobi : Bersosialisasi, Mendengarkan Musik, Membaca

Kebangsaan : Warga Negara Indonesia

™ Penguasaan Bahasa Inggris

™ Mampu mengoperasikan Ms. Office dan Photoshop

L A T A R B E L A K A N G P E N D I D I K A N

Ting ka ta n Te m p a t Ta hun

Perguruan Tinggi : S1 IPS (Sosiologi-Antropologi) Universitas Islam Negeri Jakarta

2005 - 2010

SMU : SMU Muhammadiyah 25, Pamulang 2001 - 2004

SLTP : SMP Negeri 240, Jaksel 1998 - 2001

SD : SD Ariya Larista, Jaksel 1992 -1998


(4)

™ Mampu bekerja dalam tim dan mampu bekerja dibawah tekanan

™ Pelatihan Komputer bersertifikat.

™ Pelatihan Designer Fashion, Make Up and Hair Stylist.

™ Group Garisminor.INC graphic designer.

“Rapih dan selalu ingin terlihat cantik luar dalam. Senang sekali mengasah kreatifitas dan mengagumi segala bentuk hasil karya original yang memiliki nilai estetika, karena aku seorang yang selalu berusaha untuk menciptakan hal-hal baru dan memiliki keinginan agar suatu saat nanti dengan segala pengalaman yang kuperoleh untuk menciptakan lahan pekerjaan yang positif. “go with the flow” adalah motto, karena kuyakin segala sesuatu yang dijalani dengan apa adanya, teliti dan bersyukur. Cepat atau lambat akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan baik bagi orang sekitar dan keluargaku tercinta. “Sebagai seorang hamba aku bukanlah manusia sempurna, punya pribadi yang sederhana, senang berbagi dengan siapa saja, penuh kasih, dan sangat menjunjung tinggi kejujuran, karena dari situlah awal kehidupan yang luar biasa dan bermakna”.

Menjadikan pengalaman sebagai Guru terbaik dalam hidup adalah motto kami, 5 orang sahabat (Saya, Mella, Putri, Yuni, Nuni dan Syifa), karena kami meyakini bahwa setiap manusia tidaklah sempurna, dan melalui persahabatan kami membuatnya menjadi sempurna dengan saling mengisi kekurangan dengan kelebihan satu sama lain. Berselisih dan berbeda pendapat tidak membuat hubungan kami merenggang, namun sebaliknya dengan perselisihan membuat kami menyadari

P E L A T I H A N

G A M BA RA N DIRI


(5)

bahwa kami saling membutuhkan. Tidak ada kata terlambat untuk mengucap kata maaf dan memperbaiki segalanya. Karena itu yang membuat kami merasa semakin erat.

Banyak hal yang tidak pernah terlupa, saat perkuliahan habis waktunya kumpul di SC layaknya model foto, ngobrol, makan bahkan sampai buka forum sambil mengisi waktu kosong menunggu jemputan masing-masing datang^_^. Kami selalu terlihat ceria tanpa beban sks yang menumpuk. Namun kami sangat bangga karena mampu membuktikan lulus secara bersamaan dan tepat waktu alias tidak berlarut-larut, jika dibandingkan teman seperjuangan yang lain, kita termasuk unggul plus beruntung lulus dengan nilai amat baik dan selangkah lebih dulu. Amin!

Masa penantian menuju hari kelulusan dengan mengenakan toga membuat kenangan 4 tahun silam kembali tumbuh menyeruak dan berkembang dalam memori kami, walau terbesit kerinduan mendalam akan masa-masa suka-duka menjadi seorang mahasiswi, memori manis itu tidak luput membuat masa penantian ini menjadi masa menyakitkan, sebaliknya, kami optimis bahwa pengalaman indah masa kuliah merupakan pupuk kompos keberhasilan kami dalam kehidupan dunia kerja yang siap tumbuh menyongsong mentari kedewasaan.


(6)