PENGARUH MUATAN LOKAL PENCAK SILAT TERHADAP RESPEK DAN PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SUKABUMI.

(1)

(Studi Eksperimen Pada Siswa SMP Negeri Kalapanunggal Sukabumi)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh: Hardadedali

1202096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENGARUH MUATAN LOKAL PENCAK SILAT TERHADAP RESPEK DAN PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SUKABUMI

HARDADEDALI, S.Pd. UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana

© Hardadedali 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Adang Suherman, MA Pembimbing II

Dr. Mulyana, M.Pd.

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga


(4)

PENGARUH MUATAN LOKAL PENCAK SILAT TERHADAP RESPEK DAN PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SUKABUMI

ABSTRAK : Tujuan penelitian ini adalah untuk Memperoleh gambaran respect dan percaya diri siswa yang mengikuti program muatan lokal pencak silat berorientasi pada aspek seni. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan desain

Randomized Control Group Pre-Tes Post-Test Design. Penelitian dilaksanakan di

SMPN Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi. Siswa yang terlibat sebagai partisipan sebanyak 30 siswa kelompok eksperimen dan 30 orang kelompok kontrol. Dari seluruh jumlah keseluruhan siswa kelas tujuh dari SMPN 1 Kalapanunggal sebagai kelompok eksperiman dan SMPN 2 Kalapanunggal,sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan simple random sampling. Penelitian dilakukan dengan frekuensi 3 kali per minggu selama enam minggu dengan durasi setiap pertemuan 2 x 40 menit. Dilakukan dari tangga1 November – 15 Desember 2014. Instrumen yang digunakan untuk mengukur respek dan percaya diri adalah angket. Teknik analisis data menggunakan Paired Sample Test dan Independen T Tes. Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Terdapat peningkatan skor yang signifikan antara skor pre test dan post test pada sikap respek siswa SMPN 1 Kalapanunggal; 2) Terdapat peningkatan skor yang signifikan antara skor pre test dan post test pada sikap percaya diri siswa SMPN 1 Kalapanunggal; 3) Terdapat perbedaan sikap respek siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti muatan local yang berorientasi pada aspek seni; 4) Terdapat perbedaan sikap percaya diri siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti muatan local yang berorientasi pada aspek seni


(5)

THE INFLUENCE OF A PROGRAM LOCAL PENCAK SILAT AGAINTS THE ATTITUDE OF RESPECT AND SELF CONFIDENCE STUDENTS

JUNIOR HIGH SCHOOL SUKABUMI

Abstract: The research of this study is to obtain respect and self confidence the students who take the program local pencak silat oriented on the art aspect. The method used was experiment design Randomized Control Group pre test post test design.the research is executed at the state jounior high school kalapanunggal sukabumi regensi. The students are inkalued as the participant as many as thirty students of the experiment group and thirty persons of the control group. From all totals the seventh class students from the state junior high school kalapanunggal as the the experiment group and state high school two kalapanunggal as the control group with using simple random sampling. The research is done by the frequency three in aweek during six weeks by duration time everymeething twice fourty five minutes.its done the first November till the fifteenth of December instrument to get using for sicing resfect and self confidance as angket. The analyses data use paired sample test and independen tes. The research result put down that the first it’s the score significant branching up between pretest score and postes on attitude the students respect of junior one kalapanunggal. The second it’s the score gain which is significant between pretest score and postets on the student self confidance attitude state junior high school one kalapanunggal. The third not tobe gained the fetest and fostes diference result of the students resfect attitude who were not joining the local pencak silat exercise which is the art oriented aspect. The fourth its nit goinned the fretest and fastest diference resuit of students self confidance attitude resfect who were not joining the local pencak silat exercise which is oriented on the art aspect. Keyword: the program local pencak silat, respect, self confidance


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK INGGRIS... i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH...iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah... 7

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian... 9

E.Manfaat Penelitian... 9

F.Struktur Organisasi Tesis ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

1. State of the Art ...12

A. Kajian Teori Etika ...12

B. Kajian Teori Moral ...15

C. Pengertian Respek ...23

D. Pengertian Percaya Diri ...25

E. Pencak Silat... 34

a. Hakikat Pencak Silat ... 34

b. Pendidikan Pencak Silat ... 38

c. Pencak Silat Aspek Seni... 42

d. kurikulum muatan lokal Pencak Silat ... 43

2. Penelitian yang Relevan ... 46


(7)

4. Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A.Metode, Desain Penelitian dan tempat penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel ... 52

C. Devinisi Variabel Penelitian... 54

D.Instrumen Penelitian ... 55

E. Prosedur penelitian... 62

F.Teknik pengolahan dan Analisis Data . ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A.Deskripsi Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen... 66

1. Deskripsi data sikap respek ... 66

2. Deskripsi data percaya diri ... 68

3. Syarat Uji Kelompok Eksperimen ... 69

B. Deskripsi Hasil Penelitian Kelompok Kontrol ... 71

1.Deskripsi data sikap respek ... 71

2. Deskripsi data percaya diri ... 72

3. Syarat Uji Kelompok Kontrol ... 73

C. Uji Hipotesis ... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A.Kesimpulan ... 86

B.Saran ... 86


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Teori Dua Tahap Perkembangan Moral Piaget... 17

3.1 Jenis penelitian dan jumlah sampel... 53

3.2 Skala likert ... 56

3.3 Variabel, Sub variabel dan Indikator respek ... 57

3.4 Variabel, Sub variabel dan Indikator percaya diri ... 57

3.5 Kegiatan Perlakuan ... 61

4.1 Deskripsi data hasil skor pre-tes post-tes sikap respek eksperimen ... 67

4.2 Deskripsi data hasil skor pre-tes post-tes sikap percaya diri eksperimen ... 68

4.3 Hasil penghitungan Uji Normalitas eksperimen ... 69

4.4 Hasil penghitungan Uji Homogenitas eksperimen ... 70

4.5 Deskripsi data hasil skor pre-tes post-tes sikap respek kontrol ... 71

4.6 Deskripsi data hasil skor pre-tes post-tes sikap percaya diri kontrol ... 72

4.7 Hasil penghitungan Uji Normalitas kontrol ... 74

4.8 Hasil penghitungan Uji Homogenitas kontrol ... 75

4.9 Hasil penghitungan Uji Hipotesis 1 sikap respek ... 76

4.10 Hasil penghitungan Uji Hipotesis 2 sikap percaya diri... 77

4.11 Pengujian Hipotesis Perbedaan Sikap Respek ... 79


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Gambal Desain Penelitian ... 51 3.1 Bagan langkah-langkah prosedur penelitian ... 64


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Model perlakuan ... 93

2. Instrumen percaya diri dan respek ... 150

3. Data uji coba angket respek ... 157

4. Data uji coba angket percaya diri... 158

5. Hasil uji coba angket respek dan percaya diri... 161

6. Hasil pretest respek eksperimen... 163

7. Hasil postest respek eksperimen ... 164

8. Hasil pretest respek kontrol... 165

9. Hasil postest respek kontrol ... 166

10. Hasil pretest percaya diri eksperimen ... 166

11. Hasil postest percaya diri eksperimen... 167

12. Hasil pretest percaya diri kontrol ... 168

13. Hasil postest percaya diri kontrol ... 169

14. Hasil hitungan deskripsi data respek kelompok eksperimen ... 170

15. Hasil hitungan deskripsi data percaya diri kelompok eksperimen... 171

16. Hasil hitungan deskripsi data respek kelompok kontrol ... 172

17. Hasil hitungan deskripsi data percaya diri kelompok kontrol ... 173

18. Hasil hitungan spss ... 174

19. Surat Keterangan tesis... 192

20. Surat keterangan Bupati pelaksanaan muatan lokal pencak silat... 192

21. Surat ijin penelitian ... 194

22. Surat keterangan telah melakukan penelitian... 195


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya membentuk karakter harus memperhatikan perkembangan moral anak, yang dipengaruhi oleh aspek yang berasal dari dalam diri sendiri dan berasal dari luar seperti lingkungan. Soekanto (2004) menyebutkan bahwa manusia umumnya terdiri dari tiga aspek yaitu, rasionya atau aspek kognitif, emosinya atau aspek afektif, dan yang ketiga merupakan hasil penyerasian antara aspek afektif atau yang disebut aspek konatif atau kehendak manusia.

Perilaku menyimpang yang melanda masyarakat, termasuk juga kalangan siswa umumnya dipengaruhi oleh aspek di atas. Pada dasarnya perilaku menyimpang disebabkan oleh proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil. Proses sosialisasi ini tidak berhasil karena seseorang mengalami kesulitan dalam komunikasi ketika bersosialisasi. Artinya, individu tersebut tidak mampu mendalami norma-norma masyarakat yang berlaku, adanya ketidakpercayaan diri, tidak adanya sikap hormat terhadap orang lain, pengaruh lingkungan tempat tinggal yang buruk dan karena ia tidak memiliki kemampuan untuk bersosialisasi.

Umasih (2007) menyebutkan bahwa seseorang yang tidak berhasil dalam proses sosialisasi umumnya tidak memiliki perasaan bersalah atas penyimpangan yang dilakukannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pendidikan dalam keluarga tidak berhasil menanamkan norma-norma yang berlaku dimasyarakat seperti berbudi pekerti luhur, sopan dalam bersikap, santun dalam berucap, percaya terhadap diri sendiri, hormat terhadap orang lain, disiplin, dan lain sebagainya. Karena pendidikan dalam keluarga sangatlah penting untuk mengatasi perilaku penyimpangan anak.

Terbentuknya perilaku menyimpang juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan yang menyimpang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, Individu, termasuk mereka yang tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Misalnya seorang pencopet, ketika ditanya alasannya mengapa ia


(12)

2

mencopet, maka jawabannya adalah karena untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Perilaku menyimpang siswa pada dasarnya lahir dari ekspresi sikap kenakalan yang muncul dari lingkungannya. Secara fonomenologis gejala kenakalan timbul dalam masa pubertas, Gunawan (2000) menyebutkan bahwa ketika jiwa dalam keadaan labil, sangat mudah terseret oleh lingkungan yang tidak baik. Seorang anak tidak tiba-tiba menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah dibentuk oleh lingkungan yang tidak baik.

Seseorang siswa yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis cenderung akan mempunyai perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya seseorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar, ia bisa melarikan dirinya pada penggunaan obat-obatan atau narkoba karena ia tidak tahan melihat pertengkaran orang tuanya. Begitu juga halnya apabila seseorang siswa tidak mampu menerima aspek-aspek pendidikan yang ia terima di sekolah, maka tindakan-tindakan yang menyimpang dari tujuan pendidikan yang sebenarnya dapat muncul.

Pergaulan individu siswa yang berhubungan dengan teman-temannya yang diperoleh dari lingkungan masyarakat juga akan membentuk perilakunya. Jika pergaulan dengan temannya itu bersifat positif, perilaku pun akan bersifat positif, sebaliknya jika pergaulannya bersifat negatif, maka perilakunya pun akan membawa pengaruh negatif pula.

Lahirnya perilaku menyimpang secara umum disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian secara positif dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah sehingga seorang individu dapat menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang dan pada akhirnya menunjukkan perilaku yang menyimpang.

Beberapa bentuk penyimpangan perilaku terutama di kalangan pelajar sebagaimana, dikemukakan oleh Gunawan (2000, hlm 92) sebagai berikut: (a) Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul, majalah, dan cerita porno yang merusak moral anak, sampai peredaran obat-obatan perangsang nafsu seksual, kontrasepsi, dan sebagainya. (b) Ngebut,


(13)

yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang ditetapkan sehingga mengganggu dan membahayakan pemakai jalan yang lain. (c) Membentuk kelompok atau gang dengan norma yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, dan sebagainya. (d) Suka membuat pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain, seperti mencuri, membuat coretan-coretan yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase. (e) Senang melihat orang lain celaka akibat ulah dan perbuatannya seperti membuat lubang, mentaburkan kerikil, menyiram oli dijalankan, sehingga kendaraan jatuh dan cedera karenanya. (f) Menggangu atau mengejek orang yang lewat di depannya dan kalau marah sedikit saja dianggapnya mencari permasalahan.

Pakar pendidikan nilai, Kosasih Djahiri (1995) berpendapat bahwa pendidikan dan pengajaran yang merupakan upaya pembermaknaan seluruh potensi kognitif, afektif dan psikomotor, belum menyentuh dunia hati/ qolbu, sehingga hasil didikannya berupa anak-anak yang pintar, cerdas dan berhasil dalam hidupnya, namun afeksinya tumpul, hatinya hitam kelam, hanya otaknya yang padat dengan ilmu dan teori serta mahir akan seni dalam hidup modern ini.

Hal tersebut digambarkan oleh Thomas Lickona (1992), bahwa terdapat tanda-tanda perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu : (1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; (2) Ketidakjujuran yang membudaya; (3) Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figur pemimpin; (4) pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan; (5) Meningkatnya kecurigaan dan kebencian; (6) Penggunaan bahasa yang memburuk; (7) penurunan etos kerja; (8) Menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; (9) Meningginya perilaku merusak diri; (10) Semakin kaburnya pedoman moral.

Selain respek karakter yang mengkhawatirkan di Kabupaten Sukabumi salahsatunya kepercayaan diri. Individu tidak dapat menjalani hidup dengan baik tanpa kepercayaan diri. Setiap individu akan membutuhkan kepercayaan diri setiap harinya dalam berbagai hal, termasuk siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan


(14)

4

pengambilan keputusan dan melancarkan jalan untuk mendapatkan teman, membangun hubungan, dan membantu individu mempertahankan kesuksesan.

Individu yang mempunyai kepercayaan diri memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Individu yang mempunyai kepercayaan diri bukanlah individu yang hanya merasa mampu tetapi sebetulnya tidak mampu melainkan adalah individu yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Individu yang percaya diri merasa yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Selain itu percaya diri mampu menjadi stimulus yang mendorong individu untuk mampu bertindak tanpa ragu.

Begitu besar fungsi dan peranan kepercayaan diri pada kehidupan individu. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa individu, pesimisme dan rasa rendah diri akan dengan mudah menguasai dirinya. Tanpa dibekali kepercayaan diri yang mantap sejak dini, maka individu akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah.

Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Kepercayaan diri seseorang sangat dipengaruhi oleh masa perkembangan yang sedang dilaluinya terutama bagi remaja, kepercayaan diri ini akan mudah berubah. Siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini tergolong usia remaja awal yang berada pada masa puber yaitu suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.

Menurut Charlotte Buhler (dalam Hurlock, 1980, hlm 185) “menamakan masa puber sebagai fase negatif. Istilah fase menunjukkan periode yang


(15)

berlangsung singkat; negatif berarti bahwa individu mengambil sikap „anti‟ terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang”. Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan. Hal ini terjadi karena daya tahan fisik menurun dan adanya kritik yang datang bertubi-tubi dari orang tua dan teman-temannya. Individu yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, hal ini menyebabkab individu sering menutup diri mereka terhadap dunia luar yang lebih luas.

Tanpa kepercayaan diri individu memiliki resiko kegagalan ataupun kurang optimal dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Berbanding terbalik dengan individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi, mereka cenderung berani tampil bahkan tanpa persiapan apapun dan tanpa memikirkan hasilnya Individu yang kurang memiliki kepercayaan diri menilai bahwa dirinya kurang memiliki kemampuan. Penilaian negatif mengenai kemampuannya tersebut dapat menghambat usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Pandangan dan penilaian negatif tersebut menyebabkan individu tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Padahal mungkin sebenarnya kemampuan tersebut dimilikinya. Tidak semua individu memiliki rasa percaya diri yang cukup. Perasaan minder, malu, sungkan menjadi kendala bagi siswa dalam menjalani proses belajarnya disekolah maupun di lingkungannya. Individu yang selalu beranggapan bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan, merasa dirinya tidak berharga, merupakan gambaran dari orang yang mempunyai masalah kepercayaan diri. Hal ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau menyimpang, misal: rendah diri, terisolir, prestasi belajar rendah.

Tanda-tanda yang di kemukakan pada pembahasan awal oleh para ahli sekarang ini telah terlihat di Sukabumi seperti tawuran antar pelajar, tidak jujur, kurangnya rasa hormat terhadap yang tua, berpakaian dan berpenampilan yang tidak mencirikan seperti seorang pelajar. Menurut Mulyana (2013, hlm.104) “Respect merupakan sikap yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Persoalan sosial yang terjadi di Sukabumi disebabkan oleh individu tidak


(16)

6

mempunyai respect terhadap sesama”. Di Sekolah juga memungkinkan siswa memiliki konflik dengan teman, guru, atau lainnya, sehingga perlu diajari bagaimana menghargai teman, guru, dan aturan sekolah. Apabila siswa tidak memiliki sikap respect terhadap sesama teman, guru dan lingkungan masyarakat maka akan terjadi konflik yang tidak ada hentinya sehingga kehidupan sosial anak-anak kita dimasa yang akan datang akan hancur.

Selain itu tingkat kepercayaan diri siswa di sukabumi ditinjau masih rendah hal ini ditandai dengan komentar beberapa guru mata pelajaran lain dan guru olahraga bahwa pada umumnya siswa malu untuk bertanya dan tampil kedepan disaat ditunjuk olah guru kedepan kelas baik itu memperagakan gerakan maupun mengungkapkan pendapat. Serta kurang mampu untuk mempertahankan diri sendiri disaat diganggu oleh oarng lain dan berani disaat bersama-sama dengan teman yang lain. Melalui muatan lokal pencak silat diharapkan siswa mampu tampil kedepan dalam peragaan gerakan sehingga dapat menumbuhkan sikap percaya diri siswa.

Fenomena penyimpangan perilaku remaja terjadi di masyarakat Sukabumi, sehingga perlu perbaikan terhadap sikap dimulai dari lingkungan keluarga, pendidikan sampai dengan lingkungan masyarakat. Peran Orang Tua dan Pendidik sangat diperlukan dalam perubahan sikap anak-anak kita. Pembelajaran pencak silat di Kabupaten Sukabumi yang sudah menjadi mata pelajaran muatan lokal diharapkan selain menyalurkan minat dan bakat siswa pencak silat juga dapat merubah perilaku negatif siswa-siswa khususnya di Kabupaten Sukabumi. Upaya pemerintahan daerah Kabupaten Sukabumi dalam rangka pembangunan berkelanjutan melalui program muatan lokal pencak silat di bidang pendidikan telah dilakukan, melalui Peraturan Bupati NOMOR: 426/ Kep. 796 -Disdik/ 2012 tentang pelaksanaan muatan lokal pencak silat di Kabupaten Sukabumi, Mata pelajaran muatan lokal pencak silat dijadikan pelajaran yang diberikan pada semua tingkat satuan pendidikan.

Keluarnya peraturan Bupati tersebut di atas merupakan jawaban dari kekhawatiran warga Kabupaten Sukabumi terhadap perilaku menyimpang yang di perlihatkan oleh siswa sekolah akhir-akhir ini. Perhatian yang besar dari


(17)

pemerintahan daerah Kabupaten Sukabumi terhadap pengembangan program muatan lokal pencak silat untuk membantu memecahkan masalah pendidikan terutama dari karakter siswa. Muatan lokal pencak silat sesungguhnya dapat mengatasi masalah krusial seperti penurunan moral anak-anak dan kurangnya penghargaan akan budaya Bangsa. Harapannya dengan mempelajari pencak silat mereka bisa mengembangkan potensi individu baik dalam olahraga maupun mengembangkan seni gerak, dan pada akhirnya dapat membentuk karakter, menghargai antara yang tua dan muda serta munculnya rasa percaya diri.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Penelitian ini berkenaan dengan perihal implementasi program mata pelajaran muatan lokal pencak silat terhadap pembentukan karakter dikembangkan dan dijalankan di Kabupaten Sukabumi, Terutama mengungkapkan tentang sikap respect dan percaya diri siswa.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti sebagai guru mata pelajaran muatan lokal pencak silat, serta catatan anekdot kesiswaan hampir mencapai 60 % bahwa kasus kenakalakan siswa di SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi, diketahui mengalami masalah kurang respect dan percaya diri Dwi Jatmiko (2014). Perilaku siswa yang terlihat antara lain kurangnya rasa hormat terhadap guru dan aparatur sekolah (seperti tata usaha, kebersihan dan satpam) rendah, cenderung berkelompok, grogi saat tampil untuk mempraktekkan pembelajaran di depan kelas, siswa memiliki rasa malu yang berlebihan ketika menjadi pusat perhatian, siswa memiliki perasaan tidak pantas ketika mendapat pujian, merasa dirinya selalu memiliki kekurangan sehingga selalu berusaha untuk menjadi seperti orang lain dan tidak berani mempertahankan diri, bahkan sering terjadi tawuran serta pemalakan yang dilakukan oleh kakak kelas

Masalah kurang respect dan percaya diri merupakan masalah yang masih serius di SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi. Apabila masalah ini tidak mendapatkan perhatian secara khusus dan mendapatkan penanganan segera dari guru, maka akan menghambat perkembangan siswa dan dikhawatirkan akan


(18)

8

mengganggu siswa dalam meraih prestasi yang optimal. Untuk mengatasi masalah ini perlu diupayakan kegiatan yang mengarah pada peningkatan respect dan kepercayaan diri siswa.

Berdasarkan informasi tersebut maka, peneliti tertarik untuk meningkatkan respect dan kepercayaan diri siswa melalui pembelajaran muatan lokal pencak silat, yang berorientasi penanaman aspek moral melalui seni pencak silat. Sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki, menyelesaikan masalah yang dihadapi, mampu menyusun rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dalam membentuk perilaku yang lebih efektif. Melalui pembelajaran muatan lokal pencak silat siswa dapat mengembangkan sikap dan membentuk perilaku yang lebih baik, mampu mengembangkan keterampilan sosialnya dalam dinamika kelompok seperti saling bekerja sama, saling memahami satu sama lain, mampu menyampaikan pendapatnya, mampu menghargai dan menerima pendapat anggota kelompok dan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok lainnya.

Melalui penyelenggaraan program pencak silat aspek seni ini, diharapkan merubah karakter siswa khususnya respect dan percaya diri di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni terhadap pengembangan sikap respek siswa SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi?

2. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni terhadap pengembangan sikap percaya diri siswa SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi?

3. Apakah terdapat perbedaan sikap respek siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni?


(19)

4. Apakah terdapat perbedaan sikap percaya diri siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni?

D. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini secara garis besar untuk mendapatkan deskripsi yang signifikan mengenai pengembangan program mata pelajaran muatan lokal pencak silat ,tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan dan menganalisa untuk kemudian dapat :

1. Untuk mengetahui pengaruh respek siswa yang mengikuti program muatan lokal pencak silat berorientasi pada aspek seni SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi.

2. Untuk mengetahui pengaruh percaya diri siswa yang mengikuti program muatan lokal pencak silat berorientasi pada aspek seni di SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi

3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan sikap respek siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni?

4. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan sikap percaya diri siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni?

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya perbaikan sikap siswa melalui penyelenggaraan program muatan lokal pencak silat. Implementasi program mata pelajaran muatan lokal pencak silat yang sesuai dengan potensi perkembangan perilaku sosial anak dan melestarikan kebudayaan daerah. Dalam rangka memiliki keterampilan gerak dan sikap kesesuaian dengan karakteristik daerah.


(20)

10

Hasil penelitian bermuara pada tujuan yang ingin dicapai, yakni untuk mengembangkan program mata pelajaran pencak silat, betapa pentingnya melestarikan budaya daerah dan ilmu beladiri disaat kita terancam keselamatannya serta pembentukan karakter siswa.

Secara teoritis, apabila pesilat mampu mengamalkan dan mengaplikasikan ajaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam pencak silat, maka pembelajaran pencak silat dapat dimanfaatkan secara luas sebagai alat pendidikan. Pencak silat yang mengandung falsafah budi pekerti luhur akan mampu menciptakan manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan secara komprehensif, yaitu fisik dan mental, mengembangkan aspek moral, sosial, dan emosional.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat dapat memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait dengan menganalisis dan menemukan , antara lain

1. Bagi pihak dinas pendidikan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dalam mengembangkan kebijakan pendidikan untuk meningkatkan pengembangan program mata pelajaran mulok disekolah dalam memperbaiki karakter siswa.

2. Bagi sekolah-sekolah dapat menjadi pertimbangan kebijakan dan memberikan masukan yang berharga khususnya bagi guru untuk dapat mengembangkan program muatan lokal pencak silat.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai pengembangan program muatan lokal pencak silat ini.

F. Struktur Organisasi Tesis

Bab I memfokuskan pengkajian pada uraian tentang: (A) Latar Belakang Penelitian, (B) Identifikasi Masalah Penelitian, (C) Rumusan Masalah Penelitian, (D) Tujuan Penelitian, (E) Manfaat Penelitian dan (F) Struktur Organisasi Tesis.


(21)

Bab II memfokuskan pengkajian pada uraian teoritis tentang: (A) Program muatan lokal,(B) Kompetensi guru/ pelatih pencak silat,(C) Pengertian pencak silat Pembelajaran pencak silat berbasis kebutuhan daerah dan karakteristik lingkungan

Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian yaitu mulai dari persiapan hingga akhir penelitian serta instrument yang digunakan dan unsur-unsur yang terlihat dalam pelaksanaannya. Untuk memudahkan dalam memahami bab ini maka dalam penyajiannya akan dikelompokkan dalam beberapa sub bab, yaitu; (A) metode penelitian;teknik pengumpulan data; (B) subyek penelitian; (C) Instrument Penelitian; dan (D) Validitas internal dan eksternal; (E) analisis data


(22)

51

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode, Desain Penelitian, dan Lokasi penelitian

1. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experiment, Desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model True Experimental

Design dengan desain Randomized Control Group Pretest-Posttest Design.

Menurut Ali Maksum (2012, hlm.98) Desain ini relative mendekati sempurna, mengingat ada kelompok kontrol, ada perlakuan, subjek ditempatkan secara acak, dan adanya pretest dan posttest untuk memastikan efektifitas perlakuan yang diberikan. .

True Experimental Design Control Group Pretest-Posttest Design Model

dalam bentuk bagan dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Sampel Pre-Test Treatment Post-Test

T1 X T2

T1 ~ T2

Gambar 3.1

True Experimental Design Control Group Pretest-Posttest Design

Keterangan:

T1 : Kelompok Perlakuan Sebelum Diberikan pembelajaran pencak silat serta nilai yang terkandung (Tes awal).

T2 : Kelompok Perlakuan Setelah Diberikan pembelajaran pencak silat serta nilai yang terkandung (Tes akhir).

X1 : Diberikan Perlakuan Pembelajaran muatan lokal pencak silat pada aspek seni.

~ : Tanpa Diberikan Perlakuan Siswa SMPN 1

Kalapanunggal Siswa SMPN 2 Kalapanunggal


(23)

2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah SMP negeri di Kecamatan kalapanunggal yaitu SMPN 1 Kalapanunggal sebagai kelompok eksperimen dan SMPN 2 Kalapanunggal sebagai kelompok kontrol jarak antara sekolah tidak begitu jauh kurang lebih satu kilometer yang berada di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Pemberian perlakuan (treatment) dilaksanakan selama dua bulan (November-Desember) Sebanyak 16 kali pertemuan. Jadwal pelaksanaan penelitian dalam setiap minggu 3 kali sesi pembelajaran, sehingga bulan pertama jumlah pertemuan 12 kali dan bulan ke dua 4 kali pertemuan. Lama waktu tatap muka setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran 2x40 menit yaitu 80 menit. Dengan demikian jumlah pertemuan seluruhnya 16 kali pertemuan disesuaikan dengan jumlah jam efektif dalam semester.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sugiyono (2006,hlm.55) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dua sekolah SMP negeri di Kecamatan kalapanunggal yaitu SMPN 1 Kalapanunggal sebagai kelompok eksperimen dan SMPN 2 Kalapanunggal sebagai kelompok kontrol.

SMP Negeri 1 Kalapanunggal Sukabumi ditetapkan sebagai populasi penelitian kelompok eksperimen karena beberapa alasan Antara lain : (1) Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal pencak silat disekolah berjalan dengan baik karena diajarkan oleh guru atau pelatih pencak silat. (2) Pelaksanaan muatan lokal diawali mulai dari tahun 2012 dan merupakan sekolah percontohan pelaksaan muatan local disekolah (3) Karakteristik siswa SMP berada pada fase

golden rule yaitu fase dimana siswa sudah mengerti moral baik dan buruk, bisa


(24)

53

(Mulyana, 2012,hlm.108). (4) Siswa belum pernah belajar pencak silat sebelumnya, (5) Berusia 12-13 tahun.

SMP Negeri 2 Kalapanunggal Sukabumi ditetapkan sebagai populasi penelitian kelompok kontrol karena beberapa alasan Antara lain : (1) Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal pencak silat disekolah tidak diajarkan dikarenakan kebijakan kepala sekolah yang belum menerapkan pembelajaran muatan lokal pencak silat dengan alasan belum adanya tenaga pengajar. (2) Merupakan bukan sekolah percontohan pelaksanaan muatan lokal di tingkat Kabupaten Sukabumi (3) Karakteristik siswa SMP cenderung sama dengan kelompok eksperimen. (4) Siswa belum pernah belajar pencak silat sebelumnya, (5) Berusia 12-13 tahun. Dengan demikian kedua alasan di atas SMPN 1 dan SMPN 2 Kalapanunggal tersebut dipandang cukup memadai dalam menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Sampel

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability

Sampling. merupakan teknik sampling yang memungkinkan setiap anggota

populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel, Ali maksum (2012, Hal.55). Dalam menentukan jumlah sampel, tidak ada satu kaidah pun yang dapat digunakan secara mayakinkan (Cochran, 1991) dalam (Mulyana, 2012,hlm.128). Menurut Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Ali Maksum (2012, Hal.62) mereka berpendapat, tidak ada ukuran yang pasti berapa jumlah sampel yang representatif itu.meskipun demikian mereka merekomendasikan sejumlah petunjuk sebagai berikut.

Tabel. 3.1

No Jenis Penelitian Minimal Jumlah Sampel 1 Deskriptif/Survei 100 Subjek

2 Korelasi 50 Subjek

3 Eksperimen/ Kausal-Komparatif 30 Subjek atau 15 subjek dengan kontrol sangat ketat


(25)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple

Random Sampling, merupakan sebuah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi individu yang menjadi anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Kriteria sampel ditentukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang di himpun didapatkan dari kelas 7 SMP Negeri 1 Kalapanunggal sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah populasi keseluruhan 175 siswa dan SMP Negeri 2 Kalapanunggal sebagai kelompok kontrol dengan jumlah populasi 100 siswa. Peneliti mengambil sampel eksperimen sebanyak 30 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 30 siswa yang diperoleh dari hasil secara undian (dikocok) serta merujuk pada rekomendasi penentuan jumlah sampel di atas.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah ciri dari individu, obyek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Sugiyono (2009,hlm.38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang sebenarnya. Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat atau variabel yang mempengaruhinya. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah program muatan lokal pencak silat berorientasi pada aspek seni. Sedangkan variabel terikatnya adalah Respect dan Percaya diri.

Variabel bebas pertama (X) adalah pendekatan pembinaan pencak silat yang berorientasi seni yaitu pencak silat yang menampilkan peragaan keindahan


(26)

55

jurus dan kekayaan teknik secara etis, efektif, estetis, dengan tangan kosong yang diiringi oleh music kendang pencak dilakukan secara individu maupun beregu.

Variabel terikat pertama (Y1) adalah respect yaitu sikap yang menaruh perhatian kepada orang lain dan memperlakukannya secara hormat. Sikap respect Antara lain dicirikan dengan memperlakukan orang lain sebagaimana seseorang memperlakukan dirinya sendiri; berbicara dengan sopan dengan siapapun; menghormati aturan yang ada adalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Variabel terikat kedua (Y2) adalah self confident atau percaya diri yaitu suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. “Kepercayaan diri ditujukan pada keyakinan bahwa seseorang dapat menyebabkan sesuatu terjadi sesuai harapan-harapannya”.

D. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:128). Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan intrumen yang berupa angket untuk menjawab pertanyaan peneliti. Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990:184) sebagai berikut :

Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. a. Mengajukan pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh responden,

pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif. b. Sifat pernyataan harus netral dan objektif

c. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.


(27)

d. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala sikap (Perubahan karakter siswa) Skala sikap digunakan untuk menjaring pendapat anak terhadap sikap respek dan percaya diri dalam keseharian mereka dengan menggunakan angket yang sudah dikembangkan dalam penelitian sebelumnya. berupa skala Likert, dengan menggunakan empat kategori respon yaitu: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya pada Tabel 3.2 :

Tabel 3.2 Skala Likert

Jawaban Skor

Selalu 4

Sering 3

Jarang 2

Tidak pernah 1

Instrumen skala sikap di atas mengukur mengukur respect dan percaya diri pada siswa SMP kelas tujuh. Data yang dihasilkan berupa data interval dari skala Likert skornya 1 (satu) sampai dengan 4 (empat).

Berikut rumusan variabel, sub variabel dan indicator sikap hormat (respect) dan percaya diri terlihat pada Tabel 3.3 dan 3.4.


(28)

57

Tabel 3.3

Variabel, Sub Variabel dan Indikator Respect Di kembangkan oleh (Mulyana 2012, hlm 132)

Variabel Sub Variabel Indikator Bentuk Pertanyaan Respect Hormat terhadap

diri 

Bertutur kata dengan sopan  Berperilaku

santun  Rendah hati

Pertanyaan mengenai sikap hormat terhadap diri sendiri Hormat terhadap

orang lain 

Menghargai perbedaan  Menunjukkan

sikap simpati terhadap orang lain  Menghargai

atau peduli terhadap kepemilikan orang lain

Pernyataan sikap hormat terhadap orang lain dan memperlakukan orang lain sama dengan diri sendiri

Hormat terhadap lingkungan

 Taat pada aturan dan tradisi dalam masyarakat atau dalam olahraga  Menghargai arti kemenangan dan kekalahan Pernyataan mengenai kepedulian terhadap

lingkungan sekitar

Tabel 3.4

Variabel, Sub Variabel dan Indikator Percaya Diri Di kembangkan oleh (Septri Rahayu 2013, hlm.136) Variabel Sub Variabel Indikator Bentuk

Pertanyaan Percaya Diri Komunikasi  Mendengarkan orang

lain dengan tepat,

Pernyataan tentang


(29)

tenang dan penuh perhatian

 Berkomunikasi dengan orang lain tanpa memandang usia dan latar belakang.  Berbicara di depan

umum dengan jelas/fasih dan tanpa rasa takut.

 Terampil dalam berkomunikasi (tahu kapan harus

mengganti pokok pembicaraan)

kumunikasi dengan orang lain

Ketegasan  Terampil dalam berkomunikasi (tahu kapan harus

mengganti pokok pembicaraan)  Berani mengusulkan

dan menerima kritik yang membangun.  Mampu memberikan

dan menerima pujian secara tegas dan penuh kepekaan

Pernyataan tentang ketegasan diri sendiri

Penampilan

Diri 

Berpakaian sopan dan rapi

 Penampilan diri yang mendapat pengakuan.  Menyadari dampak

dari gaya hidupnya.

Pernyataan tentang

berpenampilan diri sendiri

Pengendalian Perasaan

 Mampu

mengendalikan diri rohaninya sendiri.  Berani menghadapi

tantangan dan resiko.

Pernyataan mengenai pengendalian perasaan Cinta diri  Menghargai

kebutuhan jasmani dan.

 Berusaha untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri  Bangga terhadap

Pernyataan tentang sikap terhadap diri sendiri


(30)

59

Sebagai langkah awal peneliti merancang suatu skala psikologis yang dimulai dari identifikasi konsep dan mengenali teori yang mendasari konstruk psikologis atribut yang hendak diukur. Selanjutnya peneliti membatasi domain berdasarkan konsruk yang didefinisikan oleh teori yang bersangkutan. Pembatasan ini diperjelas dengan menguraikan komponen-komponen yang terdapat dalam atribut respect dan percaya diri, dengan mengenali batasan konseptual yang jelas.

Selanjutnya konsep mengenai respect dan percaya diri dioperasionalkan ke dalam bentuk yang lebih konkrit, sehingga dapat dipilih bentuk respon yang harus diungkap dari subjek. Operasionalisasi ini dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator perilaku.

Sebelum penulisan butir skala, perlu ditetapkan bentuk atau format stimulusnya. Format stimulus ini erat kaitannya dengan metode penskalaan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, karena dipandang lebih cocok dengan kondisi subjek penelitian. Penulisan butir dilakukan berdasarkan indikator-indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Komponen-komponen atribut dan indikator-indikator perilaku disajikan sebagai bagian dari blue print skala. Blue print ini penting sebagai acuan dalam menuliskan butir tes. Pada tahap awal penelitian butir tes dibuat dalam jumlah yang banyak. Untuk skala respect jumlahnya 45 butir, sedangkan untuk skala Percaya diri jumlahnya 50 butir.

Langkah selanjutnya adalah me-review butir yang dilakukan penulis sendiri, yaitu dengan selalu memeriksa ulang butir yang baru ditulis, apakah telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak

dirinya sendiri. Pemahaman

Diri 

Menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

 Mampu menerima diri.

Pernyataan tentang

pemahaman diri sendiri

Berpikir

Positif 

Mampu berpikir positif dalam

 menghadapi suatu hal.  Mampu bersyukur

Pernyataan tentang berpikir secara positif


(31)

keluar dari pedoman penulisan butir. Selanjutnya review dilakukan oleh pembimbing 1, dan pembimbing 2 tesis.

Kumpulan butir yang telah melewati proses review dan analisis kualitatif selanjutnya diujicobakan. Ujicoba dilakukan kepada siswa SMPN 1 dan 2 Kalapanunggal 60 orang yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Tujuan ujicoba ini adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam butir tes mudah dipahami oleh siswa SMP sebagaimana yang diinginkan. Ujicoba dijadikan salah satu cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari responden yang akan digunakan untuk penskalaan atau evaluasi kualitas butir secara statistik.

Analisis butir merupakan proses pengujian paramter-parameter butir guna mengetahui apakah butir memenuhi persyaratan psikkometrik atau tidak. Hasil analisis butir menjadi dasar dalam seleksi butir. Butir-butir yang tidak memenuhi persyaratan psikometrik akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Sedangkan butir yangtelah memenuhi akan langsung digunakan dalam skala.

Proses berikutnya adalah pengujian reliabilitas terhadap kumpulan butir-butir terpilih yang banyaknya disesuaikan dengan jumlah yang telah dispesifikasikan. Apabila koefisien reliabilitasnya belum memuaskan, maka penyusunan skala dapat kembali ke langkah komplilasi dan merakit ulang skala dengan lebih mengutamakan butir-butir yang memiliki daya beda tinggi.

Proses validasi pada hakikatnya merupakan proses berkelanjutan. Pada skala-skala yang akan digunakan secara terbatas pada umumnya dilakukan pengujian validitas berdasarkan kriteria. Langkah pembuatan skala dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk akhir skala ini dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan, dengan mempertimbangkan beberapahal misalnya ukuran kertas, ukuran huruf dan lain-lain sehingga responden tidak kehilangan motivasinya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Berikut ini merupakan kegiatan perlakuan mutan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni dengan materi atau bahan ajar jurus paleredan pancer opat sukabumian.


(32)

61

Taber 3.5 Kegiatan Perlakuan

No Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan

1. Sabtu,

1 November 2014

12.00-13.30 Uji coba skala kepercayaan diri pada siswa kelas VII

2. Selasa,

4 November 2014

12.00-13.30 Pre-Test respek dan percaya diri siswa dengan menggunakan skala Likert (penjaringan subjek) kelas VII

3. Kamis,

6 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 1 materi sejarah dan nilai- nilai karakter dalam pencak silat

4 Sabtu,

8 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 2 materi dasar kuda-kuda

5. Selasa,

11 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 3 materi dasar pola langkah

6. Kamis,

13 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 4 materi rangkaian gerak dasar kuda-kuda dan pola langkah pasangan nasional

7 Sabtu,

15 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 5 materi dasar serangan tangan

8. Selasa,

18 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 6 materi dasar serangan tungkai

9. Kamis,

20 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 7 materi rangkaian gerak dasar serangan-Bela

10 Sabtu,

22 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 8 materi paleredan sukabumian jurus 1-3 sebanyak 17 gerakan

11. Selasa,

25 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 9 materi paleredan sukabumian jurus 4-5 sebanyak 14 gerakan

12. Kamis,

27 November 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 10 materi paleredan sukabumian jurus 6-7 sebanyak 14 gerakan


(33)

29 November 2014 pertemuan 11 paleredan sukabumian gerakan tepak tilu 14. Selasa,

2 Desember 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 12 materi paleredan sukabumian gerakan tepak tilu 16. Kamis,

4 Desember 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 13 materi paleredan sukabumian gerakan padungdung 17. Jumat,

5 Desember 2014

14.00-15.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 14 materi rangkaian gerak paleredan pancer opat sukabumian tanpa music dan menggunakan musik

18. Selasa,

9 Desember 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 15 materi rangkaian gerak paleredan pancer opat sukabumian dengan membentuk formasi dengan pola regu dan diiringi musik

19. Kamis,

11 Desember 2014

12.00-13.30 Pelaksanaan model perlakuan pertemuan 16 materi rangkaian gerak paleredan pancer opat sukabumian dengan membentuk formasi dengan pola regu dan diiringi musik

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakuakn denagn cara mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Mencari informasi dan memilih sekolah SMP di Kab. Sukabumi yang menyelenggarakan muatan lokal pencak silat

b. Memilih dan menentukan SMPN 1 dan 2 Kalapanunggal sebagai tempat penelitian

c. Mendata jumlah siswa kelas VII yang mengikuti muatan lokal pencak silat di SMP tersebut

d. Mengambil siswa-siswi pada kelas VII yang keluar sebagai sampel sebanyak siswa yang ada di kelas umumnya 40 orang


(34)

63

e. Menentukan metode dan desain penelitian yang akan dilakukan

f. Menyusun instrument penelitian termasuk rencana pelaksanaan eksperimen

g. Menyiapkan alat dan media pembelajaranyang sesuai dengan topic penelitian yang akan dilakukan

h. Mengadakan diklat pada guru yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan dalam perlakuan, utuk mempermudah pelaksanaan proses perlakuan

2. Tahap Proses Pemberian Perlakuan

a. Melakukan tes awal kepada seluruh sampel penelitian terkait dengan skala respect dan skala percaya diri

b. Melaksanakan penelitian secara intensif berdasarkan kompetensi atau bahan ajar yang tersedia, selanjutnya dilakukan asesmen secara langsung, perlakuan dilaksanakan pada bulan november s/d desember 2014 sebanyak 16 kali pertemuan

c. Mengamati keterampilan gerak dan perilaku siswa dalam setiap tugas yang diberikan.

3. Tahap akhir

a. Melakukan tes akhir untuk mengetahui perubahan sikap baik sikap respect maupun sikap percaya diri setelah diberikan perlakuan

b. Mengolah data hasil tes awal dan akhir untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah diadakan perlakukan terhadap kelompok sampel

4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

a. Mencari dan menyiapkan teori-teori untuk mendukung hasil temuan dalam penelitian

b. penyusunan laporan penelitian secara lengkap berdasarkan sistematika yang telah ditetapkan oleh UPI


(35)

Agar lebih jelas langkah-langkah dalam prosedur penelitin ini, dapat dilihat pada bagan 3.1

Memilih sekolah Menentukan kelompok sampel Menentukan metode dan desain penelitikan

Menyusun instrument penelitian Menyiapkan alat dan media untuk perlakukan

Tahap Persiapan

TAHAP PROSES PERLAKUAN

Melakukan tes awal

Melakukan penelitian secara intensif Pengamatan perilaku dan keterampilan gerak

TAHAP AKHIR

Melakukan tes akhir

Mengolah data hasil tes awal dan tes akhir

TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN

Mencari dan menyiapkan teori pendukung Penyusunan laporan penelitian secara lengkap


(36)

65

F. Teknik pengolahan dan Analisis Data

Data hasil pengukuran yang terkumpul dari kelompok sampel, selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode statistika. Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis meliputi :

Pengolahan dan analisis data menggunakan rumus statistik yang oleh Sudjana (2001), langkah- langkah yang ditempuh adalah sebgai berikut :

1. Tabulasi data

2. Menghitung nilai rata-rata dari masing- masing butir tes. 3. Mencari nilai standar deviasi (s) dari masing- masing butir tes. 4. Membuat skor standar

5. Menguji normalitas

6. Menguji homogenitas data dari setiap kelompok

7. Hasil uji beda skor prestes dan posttest sikap tanggung jawab siswa dengan menggunakan uji t.

Untuk mempelancar dan mempermudah pengolahan data peneliti akan menggunakan program SPSS.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pengolahan dan analisis data diperoleh jawaban kedua rumusan masalah penelitian yang telah diajukan. Berikut merupakan jawaban sekaligus kesimpulan dari penelitian tentang pengaruh pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni terhadap sikap respek dan percaya diri siswa sekolah SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi:

1. Pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni dapat mengembangkan sikap respek siswa sekolah SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi.

2. Pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni dapat mengembangkan sikap percaya diri siswa sekolah SMPN 1 Kalapanunggal Sukabumi.

3. Terdapat perbedaan sikap respek siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni?

4. Terdapat perbedaan sikap percaya diri siswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni?

B. Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran muatan lokal pencak silat di sekolah melalui pendekatan aspek seni dapat mengembangkan sikap respek dan percaya diri siswa.

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, penulis mengajukan saran bagi praktisi pencak silat maupun guru


(38)

87

penjas dalam rangka meningkatkan sikap respek dan percaya diri siswa sebagai berikut :

1. Pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni hendaknya selalu disertai dengan penerapan sikap respek dan percaya diri siwa yang dilakukan secara konsisten pada setiap siswa, sehingga siswa akan merasa mempunyai respek dan sikap percaya diri baik terhadap orang lain maupun diri sendiri dalam belajar maupun sosial di masyarakat.

2. Pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni tidak hanya dapat dilihat dari rangkaian gerak saja akan tetapi dapat mengembangkan sikap respek dan percaya diri sehingga anak akan jauh peduli terhadap lingkunga atau meningkatnya rasa percaya diri siswa, serta banyak kesempatan bagi siswa dalam menanamkan moral dan menerapkan pendidikan karakter dari dini.

3. Pembelajaran pencak silat tidak hanya dari aspek seni harapan peneliti

selanjutnya penelitian bisa dilanjutkan dengan aspek tanding sehingga aspek seni dan tanding dapat digabungkan dalam rangka pendidikan karakter siswa dalam pencak silat.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti, M. (1990). Rahasia membangun kepercayaan diri.yogyakarta : sigma alpha

Angelis, M. 1997. Psikologi Remaja Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung: pustaka Setia

Angelis, Barbara. D. (2005). Confidence (Percaya Diri) Sumber Sukses dan

Kemandirian. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Edisi kelima. Jakarta Rineka Cipta.

Aziz, Abdul. (1974). Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/ Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Bandura. (1977). Social Learning Theory. New Jersey: Prentice-Hall,Inc. Bartens, K. (2000). Pengatar Etika. Jakarta: Garamedia Pustaka

Bernard, H. W dan Huckins, W.C. (1978). Dynamic of personal Adjustment. New York: Houghton Mufflin Company.

Buhler, Charlotte. (1980). Practishe Kinder Psychologie, Boston: Hougton Mifflin,Co.

Burn, R.B (1993). Konsep Diri : teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Calhoun,J.F.dan,.Acocella.(1990). Psychology of Adjusment and Human Relationship. New York: McGraw-Hill.

Centi,P.J.(1993). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta:karnisius

Depdiknas. (2006). Program 2006 standar kompetensi Sekolah Menengah

Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Pasal 38 Tentang Pelaksanaan Muatan


(40)

89

Depdikbud. (1992). Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor: 226/C/Kep/0/1992. Jakarta : Depdikbud

Djahiri, A. Kosasih.(1995). Dasar Umum Metodologi Pengajaran Pendidikan

Nilai Moral. Bandung: Lab.Pengajaran

Doolittle, P.E.(1999). Counstructivism The Career and Technical Education

Perspektif,Kick Sworstel (Ed): Journal Of Vocation and Technical

Education. Volume 16. Number 1.

Feinberg. (1975). Phylosopy of Law, Wadmorth Publishing Co.,Belmont California

Gunawan, A. H.(2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hambly, K. (1995). Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Jakarta: Balai Pustaka

Indati (1991) Sikap Seseorang Terhadap Kondisi Kerja.Yogyakarta: BPPS-UGM Instone, D. Mayor (1983). Gender, Self Confidece a Social Influence Strategies :

An Organization Simulation, Journal of Personality and social

Pshycology.

Jatmiko, Dwi.(2014). Buku Anekdot Kesiswaan SMPN 1 Kalapanunggal. Sukabumi: Wakasek Kesiswaan

Kumara.(1988). Psikologi Sosial. Jakarta: Kanisius. Lauster,P.(1978). The Personal Test, London: Pan Books.

Lickona, T. (1992), Educating For Character. How Our schools can Teach

Respect and Responsibility. New York: Bantam Book

Lugo, J.O. dan Hersey, G.L. (1981). Living Psychology.Edition . New York, NY: The Macmillan Co.

Maksum, Ali. 2012. Metodelogi Penelitian Dalam Olahraga . Surabaya: Unesa Grafity Press.


(41)

Marcus,J,.dan Wuff,J.(1987). Machanical Behavior. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Marten, R. (2004). Successful Coaching. USA : Human Kinetic

Maryono, Oong. (1998). Pencak Silat Merentang Waktu. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Martini, W., Adiyanti.(1990). Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri

Remaja.Jurnal Psikologi.

Maslow,A.H.(1970). Motivation and Personality, Jakarta: PT. Pustaka Binaman. Mastuti, I. 2008. 50 Kiat Percaya Diri. Jakarta : Hi-Fest Publishing

McClelland (1971) .Human Motivation. New York: Cambrige University press. Mc.Kinney, F.(1950).Psychology of Personal Adjusment. London: John Wiley

and Sons,Inc.

Mulyana. (2013). Pendidikan pencak silat membangun jati diri bangsa. Bandung: Remaja Rosdakarya

Notosoejitno, (1994). Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV Sagung Seto

PERBUP, No: 426/Kep.796-Disdik/2012. Muatan Lokal Pencak Silat. Sukabumi: DISDIK

Piaget, Jean (1988). Antara Tindakan dan Pikiran, Jakarta:Pt. Gramedia Pusaka Utama.

Rakhmat,J.(1985).Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Robinson, J.P dan Shaver Shaver P.R. (1973). Measure of Social Psychologycal

Attitude, Michigan: Institude of Social Research The University of

Michigan.PB IPSI. (1997) Gema Pencak Silat Edisi ke dua. Jakarta: Buletin


(42)

91

Rokhisah, E. (1991). Hubungan Antara jumlah anak dalam keluarga, kedemokratisan dan kemandirian. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:Fakultas Psikologi.

Sadli, (1988). Dimensi Manusia Dalam Perubahan Social.Pidato Ilmiah pada Upacara Diesnatalis UI XXXIX, Depok.

Saleh, Moch. (1997). Pencak Silat: Sejarah Perkembangan, Empat Aspek,

Pembentukan Sikap dan Gerak. Bandung : IKIP

Sarason, I.G. (1967). Abnormal Psychology, Tokyo : McGraw-Hill

Secord, P.F.dan Backmen C.W. (1984). Social Psychology, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusa.

Seokanto, S. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Sucipto. (2001) Pendekatan Taktis Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam

Pembelajaran Pencak Silat di Sekolah Menengah Atas. Upi.Edu/direktori

Bandung.

Suryobroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

________. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

Suherman, Adang, (2011). Statistik untuk Ilmu Keolahragaan. Bandung: Jurusan Ilmu Keolahragaan


(43)

Thaibsyah, M.I. (1991). Pengaruh Sistem Latihan Beladiri Takeda Indonesia Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

Umasih. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta: Ganeca Exact

Walgito. (1980). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

________. (1993). Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepercayaan Diri:

Suatu Pendekatan Humanistik.Yogyakarta:UGM

Waterman, AS.(1988). Historic Document. Washington DC: Congressional Quartelly.

Wiranegara, C. (2010). Total Self-Confidence. Yogyakarta : New Diglossi.

Wood, J.(1999). Organizational Behavior: A Global Perspective. Australia: John Wiley and Sons.Ltd.


(1)

penjas dalam rangka meningkatkan sikap respek dan percaya diri siswa sebagai berikut :

1. Pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni

hendaknya selalu disertai dengan penerapan sikap respek dan percaya diri siwa yang dilakukan secara konsisten pada setiap siswa, sehingga siswa akan merasa mempunyai respek dan sikap percaya diri baik terhadap orang lain maupun diri sendiri dalam belajar maupun sosial di masyarakat.

2. Pembelajaran muatan lokal pencak silat yang berorientasi pada aspek seni

tidak hanya dapat dilihat dari rangkaian gerak saja akan tetapi dapat mengembangkan sikap respek dan percaya diri sehingga anak akan jauh peduli terhadap lingkunga atau meningkatnya rasa percaya diri siswa, serta banyak kesempatan bagi siswa dalam menanamkan moral dan menerapkan pendidikan karakter dari dini.

3. Pembelajaran pencak silat tidak hanya dari aspek seni harapan peneliti

selanjutnya penelitian bisa dilanjutkan dengan aspek tanding sehingga aspek seni dan tanding dapat digabungkan dalam rangka pendidikan karakter siswa dalam pencak silat.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti, M. (1990). Rahasia membangun kepercayaan diri.yogyakarta : sigma alpha

Angelis, M. 1997. Psikologi Remaja Petunjuk bagi Guru dan Orangtua. Bandung: pustaka Setia

Angelis, Barbara. D. (2005). Confidence (Percaya Diri) Sumber Sukses dan

Kemandirian. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Edisi kelima. Jakarta Rineka Cipta.

Aziz, Abdul. (1974). Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/ Mental. Jakarta: Bulan Bintang.

Bandura. (1977). Social Learning Theory. New Jersey: Prentice-Hall,Inc. Bartens, K. (2000). Pengatar Etika. Jakarta: Garamedia Pustaka

Bernard, H. W dan Huckins, W.C. (1978). Dynamic of personal Adjustment. New York: Houghton Mufflin Company.

Buhler, Charlotte. (1980). Practishe Kinder Psychologie, Boston: Hougton Mifflin,Co.

Burn, R.B (1993). Konsep Diri : teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Calhoun,J.F.dan,.Acocella.(1990). Psychology of Adjusment and Human

Relationship. New York: McGraw-Hill.

Centi,P.J.(1993). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta:karnisius

Depdiknas. (2006). Program 2006 standar kompetensi Sekolah Menengah

Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Pasal 38 Tentang Pelaksanaan Muatan


(3)

Depdikbud. (1992). Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor: 226/C/Kep/0/1992. Jakarta : Depdikbud

Djahiri, A. Kosasih.(1995). Dasar Umum Metodologi Pengajaran Pendidikan

Nilai Moral. Bandung: Lab.Pengajaran

Doolittle, P.E.(1999). Counstructivism The Career and Technical Education

Perspektif,Kick Sworstel (Ed): Journal Of Vocation and Technical

Education. Volume 16. Number 1.

Feinberg. (1975). Phylosopy of Law, Wadmorth Publishing Co.,Belmont California

Gunawan, A. H.(2000). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Hambly, K. (1995). Bagaimana Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Jakarta: Balai Pustaka

Indati (1991) Sikap Seseorang Terhadap Kondisi Kerja.Yogyakarta: BPPS-UGM Instone, D. Mayor (1983). Gender, Self Confidece a Social Influence Strategies :

An Organization Simulation, Journal of Personality and social

Pshycology.

Jatmiko, Dwi.(2014). Buku Anekdot Kesiswaan SMPN 1 Kalapanunggal. Sukabumi: Wakasek Kesiswaan

Kumara.(1988). Psikologi Sosial. Jakarta: Kanisius. Lauster,P.(1978). The Personal Test, London: Pan Books.

Lickona, T. (1992), Educating For Character. How Our schools can Teach

Respect and Responsibility. New York: Bantam Book

Lugo, J.O. dan Hersey, G.L. (1981). Living Psychology.Edition . New York, NY: The Macmillan Co.

Maksum, Ali. 2012. Metodelogi Penelitian Dalam Olahraga . Surabaya: Unesa Grafity Press.


(4)

Marcus,J,.dan Wuff,J.(1987). Machanical Behavior. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Marten, R. (2004). Successful Coaching. USA : Human Kinetic

Maryono, Oong. (1998). Pencak Silat Merentang Waktu. Cetakan Pertama, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Martini, W., Adiyanti.(1990). Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri

Remaja.Jurnal Psikologi.

Maslow,A.H.(1970). Motivation and Personality, Jakarta: PT. Pustaka Binaman. Mastuti, I. 2008. 50 Kiat Percaya Diri. Jakarta : Hi-Fest Publishing

McClelland (1971) .Human Motivation. New York: Cambrige University press. Mc.Kinney, F.(1950).Psychology of Personal Adjusment. London: John Wiley

and Sons,Inc.

Mulyana. (2013). Pendidikan pencak silat membangun jati diri bangsa. Bandung: Remaja Rosdakarya

Notosoejitno, (1994). Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV Sagung Seto

PERBUP, No: 426/Kep.796-Disdik/2012. Muatan Lokal Pencak Silat. Sukabumi: DISDIK

Piaget, Jean (1988). Antara Tindakan dan Pikiran, Jakarta:Pt. Gramedia Pusaka Utama.

Rakhmat,J.(1985).Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Robinson, J.P dan Shaver Shaver P.R. (1973). Measure of Social Psychologycal

Attitude, Michigan: Institude of Social Research The University of

Michigan.PB IPSI. (1997) Gema Pencak Silat Edisi ke dua. Jakarta: Buletin


(5)

Rokhisah, E. (1991). Hubungan Antara jumlah anak dalam keluarga,

kedemokratisan dan kemandirian. Skripsi (tidak diterbitkan).

Yogyakarta:Fakultas Psikologi.

Sadli, (1988). Dimensi Manusia Dalam Perubahan Social.Pidato Ilmiah pada Upacara Diesnatalis UI XXXIX, Depok.

Saleh, Moch. (1997). Pencak Silat: Sejarah Perkembangan, Empat Aspek,

Pembentukan Sikap dan Gerak. Bandung : IKIP

Sarason, I.G. (1967). Abnormal Psychology, Tokyo : McGraw-Hill

Secord, P.F.dan Backmen C.W. (1984). Social Psychology, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusa.

Seokanto, S. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Sucipto. (2001) Pendekatan Taktis Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam

Pembelajaran Pencak Silat di Sekolah Menengah Atas. Upi.Edu/direktori

Bandung.

Suryobroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

________. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabetha.

Suherman, Adang, (2011). Statistik untuk Ilmu Keolahragaan. Bandung: Jurusan Ilmu Keolahragaan


(6)

Thaibsyah, M.I. (1991). Pengaruh Sistem Latihan Beladiri Takeda Indonesia Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa. Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.

Umasih. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta: Ganeca Exact

Walgito. (1980). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

________. (1993). Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepercayaan Diri:

Suatu Pendekatan Humanistik.Yogyakarta:UGM

Waterman, AS.(1988). Historic Document. Washington DC: Congressional Quartelly.

Wiranegara, C. (2010). Total Self-Confidence. Yogyakarta : New Diglossi.

Wood, J.(1999). Organizational Behavior: A Global Perspective. Australia: John Wiley and Sons.Ltd.