DAMPAK PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA: Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung.
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAMPAK PEMBELAJARAN PENCAK SILAT
TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA
(Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SINGGIH PRATOMO 0808562
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu LEMBAR HAK CIPTA
DAMPAK PEMBELAJARAN PENCAK SILAT
TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA
(Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Oleh Singgih Pratomo
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Singgih Pratomo 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
DAMPAK PEMBELAJARAN PENCAK SILAT TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA
(Studi Deskrptif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung) Oleh
Singgih Pratomo
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Drs. Sucipto, M.Kes Nip: 196106121987031002
Pembimbing II
Alit Rahmat. M.Pd Nip: 19720828200501001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Mudjihartono. M.Pd Nip: 196508171990011001
(4)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
(5)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK
Singgih Pratomo. 0808562. Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa. (Studi Deskriptif Pada Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Pencak Silat di Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung). Pembimbing 1 Drs. Sucipto, M.Kes. Pembimbing 2 Alit Rahmat, M.Pd. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Jurusan Pendidikan 0lahraga. FPOK-UPI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perilaku sosial siswa yang mengikuti pembelajaran pencak silat di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah sisiwa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung sejumlah 25. Instrumen alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik korelasi sederhana yang diuji pada taraf kepercayaan 5%. nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1 + n2 – 2 maka dapat dinilai
t-tabel menunjukkan harga 1.71. Hasil uji validitas dan realibilitas yang diperoleh 0,793. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perilaku sosial siswa yang signifikan bagi siswa yang mengikuti kegiatan beladiri pencak silat di SMA Pasundan 1 bandung. Dari hasil analisa data diketahui bahwa perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung dilihat dari nilai rata-rata serta prosentase yang dicapai siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung dari setiap komponen perilaku sosial yaitu 82,2% yang termasuk kategori baik.
(6)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRACT Singgih Pratomo. 0808562. the impact of learning On the social behavior of Pencak Silat student. (A descriptive Study On students who Attend Extracurricular Pencak Silat at the high school of Pasundan Bandung 1). Supervisor 1 Drs. Sucipto, M.Kes. Supervising 2 Alit Rahmat, M.Pd. Courses of physical education health and recreation. Department of Education Sport. FPOK-UPI.
This research aims to know the level of the social behavior of students who follow learning pencak silat at school. This research uses descriptive method. The population in this research is student the following extracurricular activities pencak silat Pasundan Bandung 1 high school a number of 25 people. Balonggede Street no. 28. data collecting tool Instrument used in this research is now closed. Data analysis technique used is a simple correlation technique that was tested at the 5% confidence level. Value t-hitung with nilai t-tabel insecurity real level of trust 0.05 or with 95 %. This research instrument having a degree of freedom n2 n1 + 2 and can be assessed t-tabel indicating the 1.71. Test the validity and realibilitas obtained 0,793. Research shows that there is significant social behavior siswa for students who follows the sport fighter martial arts high school pasundan 1 bandung. The result of social behavior data analysis find that students in the martial arts high school extracurricular pasundan 1 bandung reviewed in terms of discipline having 85 %, behavior having 78 %, bold behavior cooperate 83 %, behavior mengahargai 80,5 %, 85 % share the behavior. behavior like helping 80.5%. From the results of the data processing, can be seen from the average value and the percentage reached students who attend extracurricular pencak silat Pasundan Bandung 1 high school of each sub component of social behavior that the categories include 82,2% good, meaning it can be concluded that the social behavior of students who made this sample. So study pencak silat affect social behavior improvement high school students of Pasundan Bandung 1.
(7)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Pembatasan Penelitian ... 9
F. Penjelasan Istilah ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 11
A. Pembelajaran ... 11
B. Pencak Silat ... 15
1. Sejarah dan Perkembangan Pencak Silat ... 15
2. Aspek-Aspek Dalam Olahraga Bela Diri Pencak Silat ... 17
3. Pencak Silat dan Seni Beladiri ... 19
4. Asal Mula Ibing Penca ... 20
5. Jurus Yang Terdapat Dalam Ibing Penca ... 21
6. Musik Pengiring Ibing Penca ... 23
7. Hakikat Paleredan ... 25
C. Perilaku Sosial Siswa ... 31
1. Pengertian ... 31
2. Faktor Yang Membentuk Perilaku Sosial ... 32
3. Bentuk dan jenis perilaku sosial ... 34
D. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 37
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 38
2. Ciri-ciri Ekstrakurikuler ... 38
3. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler ... 39
4. Program Ekstrakurikuler Di SMA Pasundan 1 Bandung ... 39
5. Keterkaitan Kegiatan Ekstrakurikuler Dengan Perilaku Sosial ... 40
E. Kerangka Pemikiran ... 41
(8)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Lokasi, subjek populasi dan sampel penelitian ... 45
1. lokasi ... 45
2. Subjek Populasi ... 45
3. Sampel Penelitian ... 45
B. Desain Penelitian ... 46
C. Metode Penelitian ... 48
D. Devinisi Operasioanal Variabel ... 49
1. Pembelajaran ... 49
2. Pencak silat ... 49
3. Perilaku Sosial Siswa ... 49
4. Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa ... 50
E. Instrument Penelitian ... 50
F. Proses Pengembangan Instrument ... 57
1. Uji Validitas ... 57
2. Uji Reabilitas ... 61
G. Teknik Pengumpulan Data ... 62
H. Teknik Analisa Data... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66
A.Deskripsi Data ... 66
B.Analisis Pembahasan Hasil Penelitian ... 71
C.Diskusi penemuan ... 73
BAB V KESIMPULAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B.Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
(10)
1
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan dan proses belajar mengajar, tujuan dari pembelajaran atau pendidikan telah tercantum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional, di sebutkan :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah sebagai pendidikan formal memiliki tingkatan atau jenjang yang teratur, yaitu mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat atas meliputi sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtida’iyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah (MA). Masing-masing jenjang mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda-beda, namun mengacu pada tujuan yang sama yaitu tujuan pendidikan nasional.
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan individu yang sedang mengalami masa transisi terutama dalam perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan psikologis dan sosial. Masa ini ini tergolong pada masa remaja, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Masa ini merupakan masa yang terbaik untuk diberdayakan melalui aktivitas-aktivitas jasmani, karena tingkat pertumbuhan dan perkembangannya
(11)
2
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada masa ini relatif tinggi. Hal ini diperjelas oleh pendapat Samsunuwiyati
Mar’at (2006:190) bahwa : “Adolesen atau remaja telah digunakan untuk menunujukan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja antara 12 hingga 18 tahun”.
Pada proses pembelajaran di sekolah setiap siswa di berikan kesempatan untuk berperan secara aktif dalam berinteraksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungannya. perkembangan ilmu pengetahuan dan pesatnya kemajuan teknologi serta semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi siswa dilingkungan sekolah semakin pesat pula kebutuhan siswa akan sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan perilaku sosial pada siswa. Berdasarkan fakta-fakta dilapangan ketika peneliti mengajar disekolah SMA Pasundan 1 Bandung masalah yang sering timbul dalam segi perilaku sosial yaitu siswa sering melakukan perilaku atau perbuatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti berkata-kata kotor atau kasar, kurang sopan kepada teman atau guru, tidak mentaati perintah guru, bahkan melawan guru, individualis, saling bermusuhan antar teman, bahkan sampai ada yang berkelahi dengan temannya sendiri.
Mengatasi perilaku sosial siwa tersebut perlu adanya suatu aktivitas atau kegiatan yang dinamakan kegiatan ekstrakurikuler agar dapat memberikan kesempatan kepada anak mengembangkan kreativitasnya serta meminimalisir anak dari kegiatan–kegiatan negatif.Aktivitas atau kegiatan yang terjadi di sekolah merupakan kegiatan pendidikan yang dapat dibedakan menjadi kegiatan intrakurikuler, kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut diselenggarakan sedemikian rupa mengacu pada kebijakan-kebijakan institusi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan baik nasional, institusional maupun instruksional.
Program kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh setiap sekolah berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada ketersediaan fasilitas, tujuan
(12)
3
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kegiatan serta potensi, minat dan bakat siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, Depdikbud (1994:2), menjelaskan bahwa:
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keaadan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ini berupa kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Mengingat terbatasnya jumlah jam pelajaran setiap minggu yang tersedia dalam program kurikuler, perlu disusun program ekstrakurikuler yang dilaksankan diluar jam pelajaran.
Beberapa bentuk program kegiatan yang diselenggarakan oleh siswa SMA Pasundan 1 Bandung adalah bentuk kegiatan yang meliputi OSIS, Paskibra, Pramuka, PMR, Futsal, Bolavoli, Bolabasket, dan Pencak Silat.Tujuan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler tersebut berlaku bagi siswa dilingkungan sekolah. Berdasarkan beberapa jenis ekstrakurikuler yang diadakan di SMA Pasundan 1 Bandung, peneliti memilih kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat sebagai variabel penelitian. Kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat dipilih karena dalam proses pembelajaran Pencak Silat, selain aspek kognitif dan psikomotor, siswa juga belajar mengenai aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan perilaku dan sikap. Dari segi afektif ini banyak tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat diantaranya sikap sportif, saling menghargai/ menghormati sesama teman latih-tanding, disiplin, rendah hati sesuai dengan falsafah pencak silat. Oleh karena, program ekstrakurikuler pencak silat merupakan suatu kegiatan mendidik melalui aktivitas jasmani yang memiliki tujuan untuk memberdayakan siswa atau anak didik mencapai kedewasaanya dan mengalami perubahan periaku sosial secara positif.
Olahraga Pencak Silat sebagai olahraga beladiri besar manfaat dan faedahnya dalam pembentukan diri dan pribadi. “Diri melihat dari bentuk fisik, yang artinya kondisi fisik sehat, sedangkan pribadi, dilihat dari segi penampilan,
(13)
4
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sikap budi, yang lebih cenderung disebut : sikap mental dan moral”. ( Muhammad Fajar Sidik, 2012:4). Maka, dengan mengikuti program ekstrakurikuler perilaku sosial siswa diharapkan dapat menunjang terbentuknya perilaku sosial siswa yang baik.
Pencak Silat merupakan salah satu budaya nenek moyang bangsa indonesia yang perlu dilestarikan dan disebarluaskan keberadaanya. Pencak Silat merupakan cara membela diri dari segala bentuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi alam sekitarnya. pencak silat berkembang dari zaman prasejarah sampai pada zaman setelah kemedekan.
Beladiri Pencak silat merupakan salah satu bela diri asli indonesia yang tumbuh subur dan berkembang di indonesia hingga mancanegara. Hal ini di buktikan dengan banyaknya berdiri perguruan pencak silat. Perguruan-perguruan yang mengajarkan pencak dan silat asal indonesia di berbagai negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat.
Menurut Sucipto (2009:20) Pencak silat adalah “Salah satu budaya nenek moyang bangsa indonesia yang perlu dilestarikan dan disebarluaskan keberadaannya. Pencak silat merupakan cara membela diri dari segala bentuk ancaman baik dari binatang maupun manusia itu sendiri”.
Menurut Notosoejitno(1997:54) secara substansi pencak silat mempunyai 4 aspek atau 4 rupa (appearance) sebagai satu kesatuan, yakni aspek mental-spritual, beladiri, seni dan olahraga. Aspek-aspek tersebut tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dapat dibedakan berdasarkan sifat dan tujuannya.Dalam kaitan itu, secara katerogis dapat dikatakan bahwa:
1. Aspek mental-spiritual menggambarkan sifat dan tujuan pembentukan atau pengkondisian sikap mental manusia Pencak Silat. aspek ini merupakan kristalisasi dan esensi dari ajaran falsafah budi pekerti luhur dalam wujud kesanggupan berkusisilaan dan pekerti luhur dalam wujud kesanggupan berkesusilaan dan mengendalikan diri. Karena itu, aspek ini dapat disebut juga sebagai aspek kesusilaan, aspek susila atau aspek pengendalian diri.
(14)
5
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Aspek beladiri menggambarkan sifat dan tujuan pertahanan atau pembelaan diri dengan menggunakan teknik dan atau jurus beladiri khas Pencak Silat.
3. Aspek Seni menggambarkan sifat dan tujuan menampilkan keindahan teknik dan atau jurus Pencak Silat.
4. Aspek olahraga menggambarkan sifat dan tujuan keolahragaan Pencak Silat, yakni kebugaran, ketangkasan, dan ketahanan jasmani.
Berdasarkan keempat aspek diatas, dapat disimpulkan bahwa sifat serta tujuan aspek mental-spiritual dan aspek beladiri berkaitan dengan kebutuhan akan keamanan, sedangkan sifat serta tujuan aspek seni dan aspek olahraga berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan. Perpaduan serasi, selaras, dan seimbang yang dinamis antara aspek yang berkaitan dengan keamanan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan kesejahteraan itu mewujudkan ketahanan Pencak Silat.
Dalam proses kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat terdapat aspek mental-spiritual, beladiri, seni, dan olahraga. Semua aspek tersebut dapat membentuk perilaku sosial siswa menjadi lebih baik karena dalam seni beladiri pencak silat menekankan pada pendidikan falsafah budi pekerti luhur, Sehingga siswa sebagai makhluk hidup dan makhluk pribadi wajib meningkatkan dan mengembangkan kualitas pribadinya untuk mencapai kepribadian yang luhur. Seperti sifat teguh dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian terpuji, mampu mengendalikan diri, mempunyai rasa tanggungjawab, menghormati sesama manusia terutama orangtua sendiri dan guru, mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, selalu rendah hati, ramah dan sopan dalam berbicara dan berbuat maupun dalam pergaulan sosial.
Pengertian tersebut menempatkan pencak silat sebagai sarana dan prasarana untuk membentuk manusia seutuhnya, yang Pancasilais, Sehat, Kuat, Terampil, Trengginas, Tangkas, Tenang, Sabar bersifat Kesatria dan Percaya pada diri sendiri.Selain itu pihak sekolah juga mempunyai visi dan misi tersendiri dalam mengadakan. Program ekstrakurikiler yaitu guna memajukan atau
(15)
6
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memperkenalkan sekolahnya agar diakui oleh lembaga–lembaga lain yang terkait maupun oleh masyarakat umum.
Hal tersebut tidak luput dari keterkaitan pihak lembaga–lembaga pendidikan yaitu sekolah yang dalam salah satu program kegiatan diluar proses pembelajaran pihak sekolah mengadakan atau membentuk wadah kegiatan bagi para siswanya, yaitu program kegiatan ekstrakurikuler beladiri pencak silat, program ekstrakuikuler tersebut banyak diminati oleh kalangan siswa yang usianya masih tingkat remaja. Tujuan sekolah mengadakan wadah kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada anak mengembangkan kreativitasnya serta meminimalisir anak dari kegiatan–kegiatan negatif.
Pembinaan dan pembibitan atlet sesuai dengan visi dan misi Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada butir ke lima yang
berbunyi “Mengembangkan sumber daya manusia dibidang olahraga melalui
pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi yang dilandasi oleh ilmu
pengetahuan dn teknologi”. menurut Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia, “Jenjang pembinaan olahraga prestasi belajar salah satunya adalah program kegiatan ekstrakurikuler”.
Olahraga pendidikan, ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran biasa yang sifatnya mendidik, menurut UURI tentang sistem keolahragaan nasional BAB 1 ketentuan umum (pasal 1 ayat 2) :
Olahraga pendidikan adalah Pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang tentu dan berkelanjutan untuk memperoleh pngetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani.
Dari uraian undang–undang diatas dapat dipastikan bahwa kegiatan olahraga selain untuk tujuan prestasi dapat pula memberikan pengetahuan, kepribadian, kesehatan dan kebugaran jamani.
(16)
7
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kegiatan beladiri merupakan bagian penting dalam proses tumbuh kembangnya usia anak, dilihat dari segi psikologisnya pendidikan beladiri bagi seorang anak mengandung 4 makna yaitu pemenuhan untuk begerak, sebagai komunikasi, pengembangan diri. dan transisi pada dunia.
Tujuan latihan sendiri atas pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional sosial, dan mental spiritual, jadi selain dari segi fisik latihan Pencak Silat bermanfat bagi aspek psikologis. Menurut Lutan (1991:40 ) mengutip pendapat Scot (1960) menjelaskan bahwa :
...ditinjau dari aspek kejiwaan sumbangan yang bermanfaat dari kegiatan fisik yaitu: a) Perubahan sikap mental yang poitif. b) Perbaikan efisiensi sosial. c) Perbaikan persepsi sensoris dan reaksi berangkai. d) Pembinaan perasaan sejahtera dan sehat. e) Peningkatan relaksasi yang lebih baik. f) Keringanan dalam masalah pikosomatik. g) Perolehan keterampilan yang mendalam.
Dalam kegiatan olahraga, setiap siswa biasanya memilki karakteristik perilaku yang yang berbeda-beda, perilaku itu dapat terwujud apabila seseorang melakukan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pernyatan Ballachey dalam
http://teoriperiakusosialmnusia.blogspot.commenyatakan bahwa “perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang. Perilaku itu dinyatakan
dalam hubungan timbal balik antar pribadi.” Sedangkan sosial merupakan
kehidupan masyarakat dimana masyarakat itu selalu memerlukan bantuan dari orang lain dan mereka tidak bisa hidup berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa perilaku sosial merupakan aktivitas untuk mecapai tujuan yang diinginkan, untuk memperoleh tujuan tersebut dibutuhkan suatu kerja sama atau interaksi antar individu, sehingga timbul sebuah reaksi atau respon dari individu lain. Reaksi yang timbul menandakan individu tersebut memperhatikan orang yang memberi stimulus.
Perilaku sosial siswa selalu bervariasi baik di sekolah, keluarga atau pun masyarakat. terlebih lagi disekolah, terkadang mereka berperilaku baik, terkadang
(17)
8
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
juga berubah menjadi jelek . perubahan perilaku ini disebabkan karena adanya unsur yang mempengaruhi kepribadian individu. Pergaulan siswa merupakan hal yang dapat mempengaruhi keperibadian individu, jika individu atau siswa bergaul dengan teman yang baik, maka siswa tersebut akan memilki keperibadian yang baik pula, bahkan bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. seperti peribahasa jika kita berteman dengan penjual parfum maka kita akan tercium wanginya. Tetapi jika individu berteman dengan individu yang tidak memiliki keperibadian yang baik maka individu tersebut akan memiliki keperibadian yang tidak baik.
Jika kita amati perilaku siswa yang mengikuti ekstrakurikuler Pencak Silat di sekolah cenderung memiliki perilaku sosial yang lebih baik dari pada siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini cenderung memilki perilaku disiplin, bertanggung jawab, selalu menghargai teman dan lain sebagainya. Berbeda dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, siswa tersebut cenderung memilki sikap dan peribadi yang negatif seperti tidak disiplin, berkata-kata kasar atau kotor, kurang menghargai teman dan lain sebagainya. Maka dari itu diharapkan dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti olahraga pencak silat, perilaku sosial siswa dapat terarahkan yang lebih baik.
Bertitik tolak pada uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “ Dampak pembelajaran pencak silat terhadap perilaku sosial
siswa”.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis diatas dapat di simpulkan bahwa program ekstrakurikuler pencak silat merupakan suatu kegiatan mendidik melalui aktivitas jasmani yang memiliki tujuan untuk memberdayakan siswa atau anak didik mencapai kedewasaanya dan mengalami perubahan perilaku sosial secara positif. Maka penulis memperoleh pertanyaan penelitian, yaitu: “Bagaimana
(18)
9
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
gambaran umum perilaku sosial siswa yang mengikuti pembelajaran pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung?”
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pegangan peneliti dalam melakukan proses penelitian sehingga dapat berjalan dengan jalur dalam masalah yang sudah
ditentukan. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010:9) Menyatakan bahwa”
Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan
kegunaan yang langsung bersifat praktis”.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran umum perilaku sosial siswa yang mengikuti pembelajaran pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung.
D.Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi bagi instansi dan lembaga pendidikan atau sekolah, guru pendidikan jasmani orang tua murid dan masyarkat umum mengenai manfaat tentang kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yang berdampak terhadap peningkatan perilaku sosial siswa.
2. Secara praktis dapat dapat dijadikan acuan oleh para pendidik dan guru pendidikan jasmani dalam memberikan aktivitas olahraga kepada siswa melalui berbagai bentuk program ekstrakurikuler olahraga pencak silat sebagai media pencapaian tujuan pendidikan nasional.
E.Pembatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu luas. Maka permasalahan penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
(19)
10
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Pencak Silat. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku sosial.
3. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat SMA Pasundan 1 Bandung.
4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
F. Penjelasan Istilah
Guna menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi beberapa istilah yang digunakan sebagai beikut:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Syaiful Sagala (2005:62)
2. Menurut Rusli ibrahim (dalamDidin Budiman 2010:17) Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia.
3. Pencak silat merupakan salah satu budaya nenek moyang bangsa indonesia yang perlu dilestarikan dan disebarluaskan keberadaannya. Pencak silat merupakan cara membela diri dari segala bentuk ancaman baik dari binatang maupun manusia itu sendiri. Sucipto (2009:20)
(20)
45
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi
Penulis mengambil lokasi penelitian ini di tepatnya di SMA Pasundan 1 Bandung yang beralamat di Jl. Balong Gede Kota Bandung.
2. SubjekPopulasi
Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperkuat serta memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah: siswa-siswi kelas X, XI, XIIyang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat yang berjumlah 25 orang tahun ajaran 2012/2013.
Menurut sugiyono (2008:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat. Populasi siswa SMA pasundan 1 Bandung.
3. Sampel Penelitian
Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) “ Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono (2010:118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik dan sifat yang mewakili seluruh populasi yang ada. Dikarenakan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan eksrakurikuler
(21)
46
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung kurang dari seratus yaitu berjumlah 25orang , maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil sejumlah populasi yaitu 25 orang siswa.
Dengan demikian teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut sugiyono (2010:124) mengatakan bahwa “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.
B. Desain penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai alur dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Desain penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas yaitu kegiatan ekstrakurikuler pencak silat dan variabel terikat yaitu perilaku sosial. Sebagaimana dapat kita lihat dalam bagan dibawah ini :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Adapun langkah- langkah penelitian untuk memberikan gambaran langkah penelitian yang dilakukan maka diperlukan langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian penulis jelaskan sebagai berikut:
Pembelajaran Pencak Silat
(22)
47
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Populasi
Sampel
Penyebaran angket
Pengumpulan data
Pengolahan data
hasil
(23)
48
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C.Metode penelitian
Dalam suatu penelitian, perlu menerapkan suatu metode yang sesuai serta dapat membantu untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keberhasilan dalam suatu penelitian menggunakan metode yang tepat serta sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dengan tujuan yang ingin dicapai, oleh karena itu peneliti harus terampil dalam memilih metode yang tepat dengan masalah yag diteliti.
Mengenai bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian tersebut. Disamping itu, penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode harus dilihat dari efektivitasnya, efisiennya, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan afektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif atau disebut juga noneksperimen. Menurut (Best, 1982:119) yang dikutip Sukardi (2003:157) Penelitian deskriptif merupakan: “Metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanaya”.
Menurut Nazir dalam Tuti Retno (2002:8) “Metode deskriptif merupakan salah satu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi ataupun satu kelas peristiwa pada masa sekarang secara faktual dan akurat”. Tentang metode deskriptif dijelaskan Sumanto (1995: 75) sebagai berikut:
(24)
49
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu.penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada, bisa mengenai kondisi dan hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang.
Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan survey terhadap perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikler beladiri pencak silat. merujuk pada pendapat diatas peneliti menggunakan metode deskriptif dikarenakan penelitian ini bertujuan meneliti kelompok tertentu. Oleh karena itu, peneliti akan menggali tentang perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat.
D.Definisi Operasional Variabel
a. Pembelajaran : “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Syaiful Sagala (2005:62). Menurut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses hubungan atau interaksi peserta dididk dengan pendidik dan sumber belajar yang dilakukan secara sengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mendapatkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baikk akibat adanya suat pengalaman belajar.
b. Pencak silat: “ Pencak adalah olahraga berinti beladiri yang memiliki irama dan keindahan, sedangkan Silat adalah olahraga berinti beladiri tanpa irama dan keindahan”. R.M.S. Dirjoatmojo (dalam Notosoejitno
(25)
50
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1997:34).Selanjutnya pencak silat menurut Atok Iskandar ( dalam Muharnanto 1993:3) adalah, „Gerak beladiri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan, sehingga merupakan penguasaan gerak yang efektif dan terkendali serta sering digunakan dalam latihan sabung atau pertandingan‟. c. Perilaku sosial : “Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan
yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia”. Rusli ibrahim (dalam Didin Budiman 2010:17). Selanjutnya menurut Ballachey dalam http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.com (diakses 4 Desember 2012) yang menyatakan bahwa: “Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang Perilaku itu dinyatakan dalam hubungan timbal balik antar pribadi.‟‟ Berdasarkan pada pendapat para ahli diatas tentang perilaku sosial penulis mengemukakan bahwa perilaku sosial merupakan aktivitas untuk mecapai tujuan yang diinginkan, untuk memperoleh tujuan tersebut dibutuhkan suatu kerja sama atau interaksi antar individu, sehingga timbul sebuah reaksi atau respon dari individu lain.
d. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keaadan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ini berupa kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Mengingat terbatasnya jumlah jam pelajaran setiap minggu yang tersedia dalam program kurikuler, perlu disusun program ekstrakurikuler yang dilaksankan diluar jam pelajaran. Depdikbud (1994:2).
E.Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku sosial siswa sekolah menengah atas di SMA Pasundan 1 Bandung dengan menyebarkan angket sebagai instrumen penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, Triatno (2010:263) mengemukakan bahwa “Instrumen
(26)
51
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalan kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”.
Jenis instrumen dalan angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup dan terbuka. Instumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat pertanyaan tertulis yang disertai dengan alternatif jawaban yang sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih alternatif yang tersedia. Sedangkan instrumen yang bersifat terbuka yaitu seperangkat daftar pertanyaan dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang diketahui dan dilakukannya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis instrumen yang bersifat tertutup.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sifat, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2005 : 104). Adapun ketentuan skor dan alternatif jawaban digambarkan dengan tabel 3.3
Tabel 3.1
Skor dan Alternatif Jawaban
No Pertanyaan Skor
Positif
Skor Negatif
1 Selalu (SS) 5 1
2 Sering (S) 4 2
3 Kadang-kadang(R) 3 3
4 Pernah (TS) 2 4
5 Tidak Pernah (STS) 1 5
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator terlebih dahulu, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan. Kuesioner dan skala Likert yang penulis pilih sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu tentang apakah
(27)
52
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran pencak silat dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku sosial siswa. Dalam pelaksanaannya, populasi yang telah terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler pencak silat diberikan angket perilaku sosial.
Perilaku sosial dalam penelitian ini adalah mengacu pada teori Helm & turner (1984) yang di kutip Irma Ruhimawati (2011:24) bahwa jenis perilaku sosial dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
...1) Disiplin. 2) Mampu Bekerjasama (cooperating) dengan orang lain. 3) Mampu Menghargai (altruism) baik dalam menghargai milik pendapat, hasil karya orang lain, serta kondisi-kondisi yang ada pada orang lain. 4) Mampu Berbagi (sharing) orang lain. 5) Membantu (helping others) orang lain.
Mengenai pembuatan soal yang mengacu pada sub komponen, Surakhmad (1989:184) mengemukakan sebagai berikut :
Rumuskan setiap pertanyaan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh
responden, pernyataan mana yang menimbulkan kesan agresif. Sifat pernyataan harusbersifat netral dan objektif
Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Dengan pernyataan diatas, maka penulis menyusun butir-butir pertanyaan dan pernyataan dalam angket, maka peneliti menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi ini merupakan konsep pokok yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun konsep pokok yang akan diteliti, kisi-kisi angket bisa dilihat dalam tabel 3.4:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Indikator Angket Perilaku Sosial Siswa
(28)
53
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Variabel Sub
Variabel
Indikator Pernyataan No
soal
V/ T
Perilaku sosial
1. Disiplin a. Patuh pada aturan
Saya selalu memakai PSAS lengkap dengan atributnya.
Saya selalu memberitahukan secara tertulis (surat) ke sekolah apabila tidak hadir
Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru
Saya selalu datang terlambat ke sekolah
Saya tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 4 11 35 26 45 V V V V V 5V b. Tanggu ng jawab
Saya selalu memakai pakaian yang sekolah tetapkan
Saya selalu membereskan peralatan yang telah dipakai
Saya melaksanakan tugas piket dengan penuh tanggung
Saya lalai mengembalikan barang milik sekolah
Saya selalu menjaga fasilitas sekolah, tidak mencoret-coret tembok dilingkungan sekolah 1 30 58 21 39 V V V V V 5V
2. Berani a. Percaya diri
Saya selalu percaya diri di lingkungan sekolah
Saya selalu yakin dan optimis dengan segala keputusan yang saya buat apabila sedang melaksanakan ujian
Saya tidak terlalu
6 16 22 V V V 5V
(29)
54
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berani untuk
memberikan pendapat ketika diskusi
Saya kurang yakin kepada setiap keputusan yang saya buat pada saat ujian
Ketika mengambil keputusan dalam diskusi saya selalu meminta persetujuan teman 41 51 V V b. Tampil lebih dulu
Setiap pendapat teman yang tidak tepat saya selalu terdepan memberikan solusinya
Saya selalu percaya diri apabila melakukan olahraga
Saya menyampaikan pendapat tanpa harus berpikir lama-lama
Apabila guru memberikan
pertanyaan saya yang selalu menjawab paling terdepan
Saya selalu kedepan mengerjakan soal di papan tulis yang di berikan guru 53 42 32 23 50 V V V V T 4V 3.Kerjasam a
a. Tidak egois
Saya bersedia membantu apabila diminta pertolongan oleh siapa saja
Meskipun ada teman yang tidak faham dengan pelajaran saya bersikap acuh saja
Saya selalu berbagi ilmu kepada sesama agar orang lain menambah ilmu
Saya mempersilahkan teman yang mau menyampaikan pendapat 2 8 18 36 V V V T 4V
(30)
55
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Saya memotong pembicaraan teman yang sedang menyampaikan pendapat
43 V
b. Mengut amakan kebersa man
Saya selalu bekerjasama agar tugas kelompok menjadi ringan
Saya menghindari bekerjasama dengan teman yang tidak pandai
Saya selalu bermuyawarah kepada teman untuk mencapai mufakat
Saya selalu mementingkan diri sendiri apabila ada teman yang tidak mengerti dalam materi pelajaran
Saya mengutamakan tugas kelompok dulu sebelum tugas sendiri
40 54 33 55 25 V V V V T 4V 4. Mengha rgai a. Mengha rgai pekerja an orang lain
Saya selalu menerima dan
mempertimbangkan pendapat dari siapa saja jika itu baik
Saya sering
mengganggu teman saya pada saat belajar di kelas
Saya menghargai setiap pekerjaan yang diselsaikan oleh teman saya
Saya mendukung teman pada saat memberikan saran
Saya selalu membuat gaduh, mengganggu proses KBM atau pada saat upacara 34 27 12 37 46 V V V V V 5V
(31)
56
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Mengha rgai pikiran orang lain
Meskipun pendapat seseorang kurang bagus saya tetap menghargainya
Saya selalu mengolok-olok pendapat teman yang pendapatnya tidak bagus
Jika ada yang memberi kritik saya menerima dengan lapang dada
Saya menerima saran dengan hati yang terbuka
Saya menolak pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan saya
3 9 19 24 28 V V V V V 5V 5.Berbagi rasa
a. Sharing Saya sering tidak langsung menerima saran dari guru walaupun saya salah
Jika ada teman yang meminta pendapat saya selalu berusaha menjelaskannya
Saya tidak mau membahas pelajaran di luar jam pelajaran
Saya selalu berdiskusi dengan teman
mengenai materi pelajaran
Saya merasa senang jika ada yang memberi saran kepada saya
31 47 44 48 20 V V V V V 5V b. Menden garkan penjelas an guru
Saya selalu mendengarkan penjelasan dari guru dengan respon yang baik
Saya selalu berusaha 60
10
V
V 4V
(32)
57
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memperbaiki apabila ada kesalahan dari saya
Saya selalu acuh jika mendengarkan penjelasan dari guru yang tidak saya sukai
Saya bertanya kepada guru ketika saya tidak memahami materi pelajaran
Saya merasa
tersinggung jika guru memberikan saran kepada saya 59 7 14 V V T 6. Memba ntu a. Menolo ng orang lain
Siapapun yang membutuhkan pertolongan saya siap membantunya
Saya enggan membantu jika ada orang yang
membutuhkan pertolongan
Saya mau menolong Orang walaupun baru saya kenal
Saya akan membantu apabila diminta pertolongan oeh orang lain
Saya membantu guru menyiapkan peralatan olahraga 49 52 57 13 38 V V V V V 5V
(33)
58
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b.
Menolo ng teman
Saya selalu membantu teman walaupun pekerjaanya berat
Saya sering acuh jika ada teman yang kurang mengerti dalam pelajaran.
Saya mengabaikan teman yang membutuhkan pertolongan
Saya menolong teman yang membutuhkan pertolongan
Saya hanya menolong teman jika pekerjaannya ringan 17 15 29 5 56 V T V V V 4V
F. Proses pengembangan instrumen a. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2006: 168) menjelaskan definisi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur ini mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun daya beda butir juga dihitung dari hubungan atau korelasi item tes terhadap skor total tes. Untuk menentukan daya beda butir dapat dilakukan dengan digunakanrumus korelasi Product Moment dari Pearson. Rumus korelasi Product Moment tersebut adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2006: 170).
2 2 2 2 -Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :rxy : koefisien korelasi antara x dan y X : skor butir
(34)
59
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Y : skor total N : ukuran data
Nilairxy yang diperoleh akan kemudian dilanjutkan taraf signifikasi
korelasi dengan menggunakan t student yaitu,
√
√
(Suharsimi Arikunto,2002:263)
Keterangan:
t : nilai t-hitung yang dicari r : koefisien seluruh tes
n – 2 : Jumlah soal/pernyataan dikurangi dua
Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1 + n2 – 2 maka dapat dinilai t-tabel menunjukkan
harga 1.71.
Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikansi, yaitu jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (valid), tetapi jika sebaliknya, jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data (tidak valid). Adapun hasil uji validitas angket dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:
(35)
60
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.3
Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Perilaku Sosial Siswa
No T- Tabel T- Hitung Keterangan
1 1.71 2,66 valid
2 1.71 3,57 valid
3 1.71 7,21 valid
4 1.71 2,53 valid
5 1.71 2,94 valid
6 1.71 3,30 valid
7 1.71 2,67 valid
8 1.71 1,90 valid
9 1.71 4,37 valid
10 1.71 2,08 valid
11 1.71 3,13 valid
12 1.71 3,07 valid
13 1.71 1,84 valid
14 1.71 -0,18 Tidak valid
15 1.71 1,70 Tidak valid
16 1.71 3,13 valid
17 1.71 2,21 valid
18 1.71 2,14 valid
19 1.71 2,82 valid
20 1.71 3,51 valid
21 1.71 1,91 valid
22 1.71 3,10 valid
23 1.71 1,89 valid
24 1.71 3,16 valid
(36)
61
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26 1.71 1,97 valid
27 1.71 2,37 valid
28 1.71 4,02 valid
29 1.71 4,31 valid
30 1.71 3,63 valid
31 1.71 4,12 valid
32 1.71 4,01 valid
33 1.71 4,34 valid
34 1.71 3,23 valid
35 1.71 3,30 valid
36 1.71 1,50 Tidak valid
37 1.71 3,46 valid
38 1.71 4,01 valid
39 1.71 3,23 valid
40 1.71 3,23 valid
41 1.71 3,80 valid
42 1.71 4,48 valid
43 1.71 7,21 valid
44 1.71 2,77 valid
45 1.71 2,49 valid
46 1.71 4,01 valid
47 1.71 3,16 valid
48 1.71 7,21 valid
49 1.71 3,00 valid
50 1.71 -0,41 Tidak valid
51 1.71 2,58 valid
52 1.71 1,94 valid
(37)
62
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54 1.71 3,23 valid
55 1.71 1,92 valid
56 1.71 1,73 valid
57 1.71 7,21 valid
58 1.71 3,01 valid
59 1.71 1,91 valid
60 1.71 2,72 valid
Berdasarkan perhitungan validitas terhadap perilaku sosial siswa angket yang berjumlah 60 butir pertanyaan setelah diolah ternyata terdapat 55 butir pertanyaan tersebut memenuhi syarat untuk digunakan atau mampu mengukur apa yang hendak diukur.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk kepada keajegan pengukuran. Keajegan suatu hasil tes adalah apabila dengan tes yang sama diberikan kepada kelompok siswa yang berbeda, atau tes yang berbeda diberikan pada kelompok yang sama akan memberikan hasil yang sama. Jadi, berapa kalipun dilakukan tes dengan instrumen yang reliabel akan memberikan data yang sama. Untuk memperoleh reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006: 178-196):
r11 =
22 1 1 t b k k Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2b
= Jumlah variansi skor butir soal ke-i i = 1, 2, 3, 4, …n
(38)
63
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
t
= Variansi total
Nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach kemudian akan dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan = 0,05 dan dk = N-2 (N = banyaknya siswa). Bila rhit> rtab maka instrumen dinyatakan
reliabel. Sedangkan untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen digunakan kategori sebagai berikut (Sutrisno Hadi,1999:216):
1. 0,800 – 1,000 : sangat tinggi 2. 0,600 – 0,799 : tinggi
3. 0,400 – 0,599 : cukup 4. 0,200 – 0,399 : rendah 5. 0,000 – 0,199 : sangat rendah
Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan program excel diperoleh rhitung = 0,719>0,423 = rtabeldengan = 0,05 dan dk = 23. Dalam
hal ini koefisien reliabilitas instrumen termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi.
G. Teknik pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket dengan menngunakan skala Likert, Menurut Sugiyono (2010:134) menyatakan bahwa: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Mengenai penjelasan angket/kuesioner, Arikunto (2010: 194) menjelaskan bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.
Jenis-jenis angket/kuesioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpul data dijelaskan oleh Arikunto (2010:195) adalah sebagai berikut:
(39)
64
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kuesioner dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis,tergantung pada sudut pandangnya:
a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
1) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
2) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. 2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang
orang lain.
c. Dipandang dari bentuknya, maka ada:
1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup.
2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.
4) Rating-scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Penggunaan angket dalam hal ini memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2010:195) adalah sebagai berikut:
Keuntungan kuesioner:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden
4) Dapat dibuat terstandar sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Pengambilan data dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup yaitu angket yang sudah tersedia
(40)
65
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket tersebut berisikan tentang jenis-jenis perilaku sosial 1) Disiplin. 2) Mampu Bekerjasama (cooperating) dengan orang lain. 3) Mampu Menghargai (altruism) baik dalam menghargai milik pendapat, hasil karya orang lain, serta kondisi-kondisi yang ada pada orang lain. 4) Mampu Berbagi (sharing) orang lain. 5) Membantu (helping others) orang lain.
H. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut: i. Menyeleksi data. Setelah angket terkumpul dari para sampel sebagai
sumber data, kemudian diseleksi unuk memeriksa keabsahan pengisiaan angket. Setelah itu, angket yang kurang lengkap dibuang.
ii. Memberikan perolehan nilai pada tiap butir angket.
a. Untuk pertanyaan positif: SS = 5, S = 4 , R = 3, TS = 2 dan STS = 1 b. Untuk pertanyaan negatif: SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4dan STS = 5 c. Mengelompokan setiap butir pertanyaaan
d. Menjumlahkan nilai seluruh pertnyaaan untuk tiap butir pertanyaan
e. Menganalisis data, yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipecaya.
f. Melakukan persentase data dalam penelitian ini adalah merekapitulasi hasil jawaban angket yang diisi oleh respon berdasakan kategori pilihan jawaban sehingga dapat melihat berapa masing- masing jumlah pilihan yang telah didapat
g. Selanjutnya menghitung prosentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:
Jumlah Pilihan
x 100% Jumlah skor ideal
(41)
66
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berikut ini adalah untuk mengukur perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung, tingkat perilaku tersebut dapat disimpulkan, dalam hal ini memilih parameter yang dikemukan oleh Nurhasan dan Cholil (2007:429), dengan menafsirkan kriteria penilaian prosentase sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Kriteria frekuensi prosentase
Rentang Nilai Kriteria
81 – 100% Baik sekali
66 - 79% Baik
56 - 65% Cukup
41 - 55% Kurang
(42)
76
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka kesimpilan secara umum dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran pencak silat berdampak positif terhadap peningkatan perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung. Sedangkan kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung termasuk dalam kategori baik, yaitu terlihat dari hasil prosentase nilai rata-rata yang mencapai 82,2%.
B. SARAN
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pimpinan lembaga pendidikan dalam hal ini kepala sekolah dan stafnya agar lebih memperhatikan pengadaan perlengkapan agar kegiatan pembelajaran pencak silat berjalan dengan baik.
2. Bagi orangtua siswa agar mengarahkan dan memberi dukungan kepada anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, khususnya ekstrakurikuler pencak silat yang telah terbukti dapat mempengaruhi perilaku sosial siswa kearah yang lebih baik.
3. Bagi pelatih ekstrakurikuler agar lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi kondisi sarana dan prasarana yang relative kurang
(43)
77
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendukung sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
4. Bagi siswa agar mengisi waktu luang sesuadah pulang sekolah dengan kegiatan yang positif, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
(44)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ai faridah. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperatif Learning Terhadap Hasil Pembelajaran Pencak Silat Seni Palaredan di Sma IT AS SYIFA Boarding School Subang.
Bandung : Universitas pendidikan indonesia
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Budiman, Didin. (2010) Psikologi Anak Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK UPI Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud (1994). Kurikulum Sekolah Landasan Program dan Pengembangan. GBPP. Jakarta
Desminta. (2006). Psikologi Perkembangan.Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Fajar Sidik, Muhamad. (2012). Pengaruh Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SDN Tanjung Karya 4 Kabupaten Garut. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hidayatiningsih, Gustia. (2011). Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Pencak Silat Dengan Menggunakan Media Audio Visual Dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Penampilan Pencak Silat Seni Pada Siswa SDN Sariwangi Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Universitas pendidikan indonesia.
Lutan, Rusli. (1991). Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK/IKIP Bandung.
Murhananto. (1993). Menyelami Pencak Silat. Jakarta: PT Puspa Swara Pusta Pembangunan Swadaya Nusantara.
Notosoejitno. (1997). Khazanah Pencak Silat. Jakarta: CV Infomedika
Nurhasan; Cholil, Hasanudin. (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Rasyidin, Waini. Dkk (2009). Landasan Pendidikan. MKDP UPI Bandung
Riduwan dan Kuncoro, EA. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
(45)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sucipto. (2009) Modul Pembelajaran Pencak Silat. Bandung : FPOK UPI
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sujana. (2001) . Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sukardi. ( 2003 ). Metodologi Penelitian pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara
Surakhmad. D. Winarno. (1982). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Tarsito
....(2007). Undang- undang RI No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Kementerian.Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
Sumber dari internet:
http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.coms
(1)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket tersebut berisikan tentang jenis-jenis perilaku sosial 1) Disiplin. 2) Mampu Bekerjasama (cooperating) dengan orang lain. 3) Mampu Menghargai (altruism) baik dalam menghargai milik pendapat, hasil karya orang lain, serta kondisi-kondisi yang ada pada orang lain. 4) Mampu Berbagi (sharing) orang lain. 5) Membantu (helping others) orang lain.
H. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut: i. Menyeleksi data. Setelah angket terkumpul dari para sampel sebagai
sumber data, kemudian diseleksi unuk memeriksa keabsahan pengisiaan angket. Setelah itu, angket yang kurang lengkap dibuang.
ii. Memberikan perolehan nilai pada tiap butir angket.
a. Untuk pertanyaan positif: SS = 5, S = 4 , R = 3, TS = 2 dan STS = 1 b. Untuk pertanyaan negatif: SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4dan STS = 5 c. Mengelompokan setiap butir pertanyaaan
d. Menjumlahkan nilai seluruh pertnyaaan untuk tiap butir pertanyaan
e. Menganalisis data, yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipecaya.
f. Melakukan persentase data dalam penelitian ini adalah merekapitulasi hasil jawaban angket yang diisi oleh respon berdasakan kategori pilihan jawaban sehingga dapat melihat berapa masing- masing jumlah pilihan yang telah didapat
g. Selanjutnya menghitung prosentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:
Jumlah Pilihan
x 100% Jumlah skor ideal
(2)
66
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berikut ini adalah untuk mengukur perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung, tingkat perilaku tersebut dapat disimpulkan, dalam hal ini memilih parameter yang dikemukan oleh Nurhasan dan Cholil (2007:429), dengan menafsirkan kriteria penilaian prosentase sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Kriteria frekuensi prosentase
Rentang Nilai Kriteria
81 – 100% Baik sekali
66 - 79% Baik
56 - 65% Cukup
41 - 55% Kurang
(3)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka kesimpilan secara umum dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran pencak silat berdampak positif terhadap peningkatan perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung. Sedangkan kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perilaku sosial siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pencak silat di SMA Pasundan 1 Bandung termasuk dalam kategori baik, yaitu terlihat dari hasil prosentase nilai rata-rata yang mencapai 82,2%.
B. SARAN
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pimpinan lembaga pendidikan dalam hal ini kepala sekolah dan stafnya agar lebih memperhatikan pengadaan perlengkapan agar kegiatan pembelajaran pencak silat berjalan dengan baik.
2. Bagi orangtua siswa agar mengarahkan dan memberi dukungan kepada anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, khususnya ekstrakurikuler pencak silat yang telah terbukti dapat mempengaruhi perilaku sosial siswa kearah yang lebih baik.
3. Bagi pelatih ekstrakurikuler agar lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi kondisi sarana dan prasarana yang relative kurang
(4)
77
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendukung sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
4. Bagi siswa agar mengisi waktu luang sesuadah pulang sekolah dengan kegiatan yang positif, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
(5)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Pembelajaran Pencak Silat Seni Palaredan di Sma IT AS SYIFA Boarding School Subang.
Bandung : Universitas pendidikan indonesia
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Budiman, Didin. (2010) Psikologi Anak Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK UPI Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud (1994). Kurikulum Sekolah Landasan Program dan Pengembangan. GBPP. Jakarta
Desminta. (2006). Psikologi Perkembangan.Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Fajar Sidik, Muhamad. (2012). Pengaruh Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SDN Tanjung Karya 4 Kabupaten Garut. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hidayatiningsih, Gustia. (2011). Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Pencak Silat Dengan Menggunakan Media Audio Visual Dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Penampilan Pencak Silat Seni Pada Siswa SDN Sariwangi Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Universitas pendidikan indonesia.
Lutan, Rusli. (1991). Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK/IKIP Bandung.
Murhananto. (1993). Menyelami Pencak Silat. Jakarta: PT Puspa Swara Pusta Pembangunan Swadaya Nusantara.
Notosoejitno. (1997). Khazanah Pencak Silat. Jakarta: CV Infomedika
Nurhasan; Cholil, Hasanudin. (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Rasyidin, Waini. Dkk (2009). Landasan Pendidikan. MKDP UPI Bandung
Riduwan dan Kuncoro, EA. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
(6)
Singgih Pratomo, 2013
Dampak Pembelajaran Pencak Silat Terhadap Perilaku Sosial Siswa (Studi Deskrpitif Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sucipto. (2009) Modul Pembelajaran Pencak Silat. Bandung : FPOK UPI
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sujana. (2001) . Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sukardi. ( 2003 ). Metodologi Penelitian pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara
Surakhmad. D. Winarno. (1982). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Tarsito
....(2007). Undang- undang RI No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementerian.Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
Sumber dari internet:
http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.coms