PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA TUNARUNGU.

PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI
TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
(Eksperimen dengan Subjek Tunggal melalui Intervensi oleh Ibu)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian ri Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh:
Joni Afriadi
1204696

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014


PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL
TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA
TUNARUNGU
(eksperimen dengan Subjek Tunggal Melalui Intervensi oleh Ibu)

Oleh
Joni Afriadi
S.Pd UNP Padang, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Joni Afriadi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


ABSTRAK
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL
TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA
TUNARUNGU
(Eksperimen Dengan Subjek Tunggal Melalui Intervensi Oleh Ibu)
JONI AFRIADI, 1204696, Prodi PKKh UPI Bandung
Hambatan pendengaran berdampak terhadap aspek perkembangan pada anak
yang mengalami ketunarunguan pralingual, salah satunya adalah perkembangan
bahasa. Aspek keterampilan bahasa yang utama adalah keterampilan menyimak yang
dapat dilakukan melalui storytelling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh storytelling dengan komunikasi total terhadap peningkatan
keterampilan menyimak siswa tunarungu. Materi storytelling diambil dari Buku Gede
(Big Book) terbitan Mizan untuk balita yang dituturkan oleh ibu mereka. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen Single Subject Research
(SSR) dengan model desain A-B. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang
siswa tunarungu berusia 8 tahun terdiri dari satu orang siswa laki-laki (SMR) yang
pernah menggunakan alat bantu dengar dan tiga orang siswa perempuan (AA, SS dan
ONR) yang belum pernah menggunakan alat bantu dengar dan duduk di kelas dua
SLB. Berdasarkan pengolahan data, subjek SMR memperoleh skor mean level fase
baseline sebesar 5,00 dan pada fase intervensi 8,77. Sedangkan pada subjek AA

diperoleh skor mean level pada fase baseline 2,71, dan fase intervensi 4,11.
Sementara pada subjek SS memperoleh skor mean level pada fase baseline 2,14 dan
fase intervensi 4,44 dan pada subjek ONR selama fase baseline memperoleh skor
2,28 dan pada fase intervensi 4,22. Maka dapat disimpulkan keterampilan menyimak
pada keempat subjek dapat ditingkatkan melalui kegiatan storytelling dengan
komunikasi total. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi orang tua agar selalu meluangkan waktu untuk membacakan buku
pada anak dan lebih baik lagi jika anak menggunakan alat bantu dengar. Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan untuk meneliti penerapan storytelling pada anak tunarungu
yang dibesarkan oleh orang tua yang juga tunarungu serta pada anak tunarungu yang
telah melakukan cangkok koklea serta mengukur dampaknya pada beberapa aspek
seperti kesadaran fonetis, kemampuan membaca dan menulis.

ii

ABSTRACT
THE INFLUENCE OF STORYTELLING WITH TOTAL
COMMUNICATION ON THE IMPROVEMENT OF LISTENING SKILLS
OF HEARING IMPAIRED CHILDREN
(Experiment With Single Subject Through Intervention by The Mother)

JONI AFRIADI, 1204696, Special Needs Education Program, Indonesia
University of Education, Bandung
Hearing impairment has an impact on the developmental aspects of
children who suffer from pre-lingual hearing impairment; one of the aspects is
language development. The ultimate aspect of language development is listening
skills that can be done through storytelling. The research aimed to find the
influence of storytelling with total communication on the improvement of
listening skills of hearing-impaired students. The materials for storytelling were
taken from the Big Book published by Mizan for toddlers told by their parents.
The method employed in this research was Single Subject Research (SSR) using
A-B design model. The subjects of the research were four eight-year-old hearingimpaired students, consisting of one male student (SMR), who had once used
hearing aid, and three female students (AA, SS, and ONR), who had never used
hearing aids and were on the second grade of a special needs school. Based on the
data processed, SMR gained a mean level score at the baseline phase as much as
5.00 and 8.77 at the intervention phase. Meanwhile, AA gained a mean level score
of 2.71 at the baseline phase, and 4.11 at the intervention phase. SS gained a mean
level score of 2.14 at the baseline phase and 4.44 at the intervention phase, while
ONR gained 2.28 at the baseline phase and 4.22 at the intervention phase,
respectively. Then, it can be concluded that the listening skills of the four subjects
could be improved through story telling activities with total communication. The

results of this research are expected to be made considerations by parents, who are
encouraged to spend their time reading books to their children, and it is even
better if the children use hearing aids. For the next researchers, they are
recommended to research the implementation of storytelling on hearing-impaired
children who have received cochlear implants and measure the impacts on some
aspects, such as phonetic awareness, reading and writing skills.

iii

KATA PENGANTAR

Menyimak merupakan keterampilan bahasa yang paling penting dalam

kehidupan manusia. Pada anak yang mengalami ketunarunguan pralingual, mereka
cenderung memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi yang timbul karena

hambatan pada fungsi pendengaran dan fungsi bahasa. Sementara, dalam proses
pembelajaran di sekolah lebih banyak memprioritaskan keterampilan berbahasa
lainnya seperti membaca dan menulis.


Salah satu aktifitas dalam meningkatkan keterampilan menyimak adalah

melalui Storytelling, yaitu kegiatan membacakan cerita melalui cara-cara tertentu. Di

beberapa negara, storytelling yang disampaikan pada anak tunarungu dengan

menggunakan bahasa isyarat baku seperti American Sign Language (ASL) maupun
English Sign Language (ESL). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
komunikasi total sebagai saluran untuk menyampaikan materi cerita kepada anak

tunarungu. Dari intervensi yang dilakukan oleh orang tua anak tunarungu yang
mendengar, diketahui dapat meningkatkan keterampilan para subjek dalam
menyimak.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengalaman peneliti.
Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan tesis ini.


Akhirnya dengan segala keterbatasan, peneliti berharap semoga tesis ini

bermanfaat para pembaca umumnya. Mudah-mudahan berkah dan hidayah senantiasa
berlimpah pada kita semua. Amiin....

Bandung, Januari 2014

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan banyak fihak, oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
2.

3.

Bapak Juang Sunanto, Ph.D selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing


Tesis.

Bapak Dr. Djadja Rahardja, M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
(Prodi PKKh SPs UPI).

Seluruh staf pengajar Prodi PKKh SPs UPI, Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata,

M.Pd., Prof. Dr. Waini Rasyidin., Dr. Zaenal Alimin, M.Ed., Dr. Endang
Rochyadi, M.Pd., Hidayat, Dipl. S.Ed, M.Si., Dr. Didi Tarsidi M.Pd., Dr. Budi

Susetyo, M.Pd., Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., Dr. Mohamad Sugiarmin, M.Pd.,

Vidi Sukmayadi, S.S, M.Si., Dr. Permanarian Somad, M.Pd., Dr. Imas Diana
Aprilia, M.Pd., Dr. Tjutju Soendari, M.Pd., dan Dr. Sri Widati, M.Pd.

4.


Dirjen P2TK Dikdas yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

5.

Kepala SLB B Negeri Pembina Palembang, Bapak Jumingan, S.Pd., dan Kepala

6.

melanjutkan studi di SPs UPI.

SLB B Karya Ibu Palembang, Ibu Tita Supitaria, S.Pd yang telah memudahkan
pengurusan ijin untuk melanjutkan studi.

Keluarga besar yang ada di Padang dan Aur Pakan Kamis yang selalu

memberikan dukungan moril dan materil. Ibunda Rosni. S dan Ayahanda
Syafrizal, Adinda Roma Zaldi dan Roni Ardiles, Mamanda Erwil, Bapanda

7.


Wirzal Sutan Bandaro, Ibunda Asni serta Kakanda dan Adinda tercinta.

Isteri tercinta, Deni Nofita dan ketiga anak-anakkku, M. Adam Thaariq, M. Al

Faatih dan M. Izzuddin Al Fathan terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya.

v

8.

9.

Kepala SLB YPLAB Lembang, Guru Kelas D. II. B SLB YPLAB Lembang

beserta majelis guru dan orang tua siswa yang telah membantu proses penelitian
yang dilakukan

Kepada seluruh rekan seperjuangan kelas kerjasama P2TK Dikdas, tetap

semangat, maju terus pantang mundur.


vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN......................................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................ii

ABSTRACT............................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv
UCAPAN TERIMAKASIH.......................................................................................v

DAFTAR TABEL......................................................................................................viii
DAFTAR GRAFIK....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah............................................................................................5
C. Batasan Masalah .................................................................................................6
D. Rumusan Masalah ...............................................................................................7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................7
BAB II KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK TUNARUNGU MELALUI
STORYTELLING

A. Hakikat Ketunarunguan ......................................................................................9

B. Komunikasi Total................................................................................................16

C. Peran Penting Ibu Dan Keluarga Dalam Perkembangan Anak Tunarungu ........19

D. Menyimak Sebagai Keterampilan Bahasa yang Paling Utama...........................21
E. Storytelling..........................................................................................................27

F. Menyimak Storytelling Pada Individu Dengan Ketunarunguan .........................31
G. Penelitian yang Relevan......................................................................................34

vii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan eksperimen .......................................................................................35

B. Lokasi dan Subjek Penelitian..............................................................................36
C. Defenisi Operasional...........................................................................................36
D. Validitas Data......................................................................................................38

E. Material Eksperimen ...........................................................................................38
F. Prosedur Eksperimen ..........................................................................................39

G. Instrumen Penelitian ...........................................................................................40
H. Analisis Data .......................................................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................................43

B. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................................52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................................55
B. Saran ...................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................57
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tunarungu............................................................................. 10

Tabel 2.2 Kegiatan Belajar Mengajar Menyimak ................................................... 25

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Skor kemampuan menyimak subjek SMR pada fese baseline dan intervensi

43

Grafik 4.2 Mean keterampilan menyimak subjek SMR

45

Grafik 4.4 Mean keterampilan menyimak subjek AA

47

Grafik 4.6 Mean keterampilan menyimak subjek SS

50

Grafik 4.8 Mean keterampilan menyimak subjek ONR

52

Grafik 4.3 Skor kemampuan menyimak subjek AA pada fese baseline dan intervensi
Grafik 4.5 Skor kemampuan menyimak subjek SS pada fese baseline dan intervensi
Grafik 4.7 Skor kemampuan menyimak subjek ONR pada fese baseline dan intervensi

x

46
48

50

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan akses informasi antara ATR dengan anak mendengar....... 15
Gambar 2.2 kerangka konseptual ............................................................................ 33

Gambar 4.1 Rancangan eksperimen A-B................................................................ 35

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengolahan data ........................................................................................61
Lampiran 2 Materi Strorytelling dan materi tes ...........................................................97

Lampiran 3 Identitas Subjek ........................................................................................110

Lampiran 4 Pernyataan kesediaan Orang Tua .............................................................117

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................................121
Lampiran 6 Foto Kegiatan Penelitian ..........................................................................122

xii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN......................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv
UCAPAN TERIMAKASIH.......................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................viii
DAFTAR GRAFIK....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................5
C. Batasan Masalah .................................................................................................6
D. Rumusan Masalah ...............................................................................................7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................7
BAB II KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK TUNARUNGU MELALUI
STORYTELLING
A. Hakikat Ketunarunguan ......................................................................................9
B. Komunikasi Total................................................................................................16
C. Peran Penting Ibu Dan Keluarga Dalam Perkembangan Anak Tunarungu ........19
D. Menyimak Sebagai Keterampilan Bahasa yang Paling Utama...........................21
E. Storytelling..........................................................................................................27
F. Menyimak Storytelling Pada Individu Dengan Ketunarunguan .........................31
G. Penelitian yang Relevan......................................................................................34
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan eksperimen .......................................................................................35
B. Lokasi dan Subjek Penelitian..............................................................................36
C. Defenisi Operasional...........................................................................................36
D. Validitas Data......................................................................................................38
E. Material Eksperimen ...........................................................................................38
F. Prosedur Eksperimen ..........................................................................................39
G. Instrumen Penelitian ...........................................................................................40
H. Analisis Data .......................................................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................43
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................................................52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................55
B. Saran ...................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK
SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tunarungu............................................................................. 10
Tabel 2.2 Kegiatan Belajar Mengajar Menyimak ................................................... 25

Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK
SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL
TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA
TUNARUNGU
(Eksperimen Dengan Subjek Tunggal Melalui Intervensi Oleh Ibu)
JONI AFRIADI, 1204696, Prodi PKKh UPI Bandung

Hambatan pendengaran berdampak terhadap aspek perkembangan pada anak
yang mengalami ketunarunguan pralingual, salah satunya adalah perkembangan
bahasa. Aspek keterampilan bahasa yang utama adalah keterampilan menyimak yang
dapat dilakukan melalui storytelling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh storytelling dengan komunikasi total terhadap peningkatan
keterampilan menyimak siswa tunarungu. Materi storytelling diambil dari Buku Gede
(Big Book) terbitan Mizan untuk balita yang dituturkan oleh ibu mereka. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen Single Subject Research
(SSR) dengan model desain A-B. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang
siswa tunarungu berusia 8 tahun terdiri dari satu orang siswa laki-laki (SMR) yang
pernah menggunakan alat bantu dengar dan tiga orang siswa perempuan (AA, SS dan
ONR) yang belum pernah menggunakan alat bantu dengar dan duduk di kelas dua
SLB. Berdasarkan pengolahan data, subjek SMR memperoleh skor mean level fase
baseline sebesar 5,00 dan pada fase intervensi 8,77. Sedangkan pada subjek AA
diperoleh skor mean level pada fase baseline 2,71, dan fase intervensi 4,11.
Sementara pada subjek SS memperoleh skor mean level pada fase baseline 2,14 dan
fase intervensi 4,44 dan pada subjek ONR selama fase baseline memperoleh skor
2,28 dan pada fase intervensi 4,22. Maka dapat disimpulkan keterampilan menyimak
pada keempat subjek dapat ditingkatkan melalui kegiatan storytelling dengan
komunikasi total. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi orang tua agar selalu meluangkan waktu untuk membacakan buku
pada anak dan lebih baik lagi jika anak menggunakan alat bantu dengar. Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan untuk meneliti penerapan storytelling pada anak tunarungu
yang dibesarkan oleh orang tua yang juga tunarungu serta pada anak tunarungu yang
telah melakukan cangkok koklea serta mengukur dampaknya pada beberapa aspek
seperti kesadaran fonetis, kemampuan membaca dan menulis.

Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK
SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT
THE INFLUENCE OF STORYTELLING WITH TOTAL
COMMUNICATION ON THE IMPROVEMENT OF LISTENING SKILLS
OF HEARING IMPAIRED CHILDREN
(Experiment With Single Subject Through Intervention by The Mother)
JONI AFRIADI, 1204696, Special Needs Education Program, Indonesia
University of Education, Bandung
Hearing impairment has an impact on the developmental aspects of
children who suffer from pre-lingual hearing impairment; one of the aspects is
language development. The ultimate aspect of language development is listening
skills that can be done through storytelling. The research aimed to find the
influence of storytelling with total communication on the improvement of
listening skills of hearing-impaired students. The materials for storytelling were
taken from the Big Book published by Mizan for toddlers told by their parents.
The method employed in this research was Single Subject Research (SSR) using
A-B design model. The subjects of the research were four eight-year-old hearingimpaired
students, consisting of one male student (SMR), who had once used
hearing aid, and three female students (AA, SS, and ONR), who had never used
hearing aids and were on the second grade of a special needs school. Based on the
data processed, SMR gained a mean level score at the baseline phase as much as
5.00 and 8.77 at the intervention phase. Meanwhile, AA gained a mean level score
of 2.71 at the baseline phase, and 4.11 at the intervention phase. SS gained a mean
level score of 2.14 at the baseline phase and 4.44 at the intervention phase, while
ONR gained 2.28 at the baseline phase and 4.22 at the intervention phase,
respectively. Then, it can be concluded that the listening skills of the four subjects
could be improved through story telling activities with total communication. The
results of this research are expected to be made considerations by parents, who are
encouraged to spend their time reading books to their children, and it is even
better if the children use hearing aids. For the next researchers, they are
recommended to research the implementation of storytelling on hearing-impaired
children who have received cochlear implants and measure the impacts on some
aspects, such as phonetic awareness, reading and writing skills.

Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK
SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk individual sekaligus makhluk sosial. Oleh
karena itu, manusia tidak bisa terlepas untuk selalu berhubungan dengan
manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut, manusia menggunakan
bahasa sebagai sarana dalam berkomunikasi. Dengan berbahasa manusia bisa
mengembangkan diri dan lingkungannya. Karena pentingnya arti bahasa
dalam kehidupan manusia, kurikulum pendidikan menempatkan Bidang Studi
Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran utama yang mencakup
empat aspek keterampilan bahasa, yaitu (a) keterampilan menyimak, (b)
keterampilan berbicara, (c) keterampilan membaca, dan (d) keterampilan
menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut sejalan dengan
tahapan perkembangan pemerolehan bahasa pada anak. Namun aspek
keterampilan menyimak masih mendapatkan perhatian yang kurang jika
dibandingkan tiga aspek keterampilan bahasa lainnya.
Melalui menyimak kita bisa menambah wawasan dan pengetahuan.
Menurut Astuti (2002:3) bahwa ”keterampilan menyimak merupakan salah
satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang
kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa
memperlancar komunikasi, karena komunikasi tidak akan berjalan dengan
lancar

jika

pesan

yang

sedang

diberikan

atau

diterima

tidak

dimengerti”.Sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak sangat
penting untuk dikuasai anak agar dapat memperoleh informasi dari bahan yang
disimak-nya.
Tanpa disadari kita lebih sering menggunakan keterampilan menyimak
dalam kehidupan sehari-hari melalui komunikasi. Sekitar 90% waktu kita
gunakan untuk mendengar dalam rangka menyerapinformasi. Dan kemampuan
untuk memahami ujaran orang lain merupakan hal yang penting dalam

1
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyimak, baik aksen, pelafalan, tata bahasa dan kosa kata si pengujar
(Anonim, 2009:154). Sehingga sebagai bahasa reseptif, kegiatan menyimak
lebih di dominasi oleh kemampuan auditoris dan berbahasa.
Salah satu bentuk kegiatan menyimak adalah melalui storytelling, yaitu
kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai pada anak melalui bahasa
tutur yang telah ada sejak dulu. Menurut Joseph Frank (Asfandiyar,2007:2),
storytelling

merupakan suatu

proses

kreatif

anak-anak

yang

dalam

perkembangannya senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual saja
tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya berfantasi, dan
imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan kemampuan otak kiri tetapi
juga otak kanan. Menurut Rogow (2005:134) ketika anak-anak mendengarkan
cerita,

mereka

menggunakan

pengetahuan

bahasanya

untuk

menginterpretasikan isi cerita. Sehingga anak menghubungkan antara apa yang
diketahuinya dengan isi cerita.
Sebagian manfaat storytelling diungkapkan oleh Jan Waterink pada tahun
1935, dalam van Wingerden, (2009:25), seorang berkebangsaan Belanda,
pemilik laboratorium dan klinik yang menangani anak-anak dengan gangguan
psikis,dan ia juga salah seorang perintis pendidikan khusus di Belanda.
Waterink bersama asistennya, Vedder, melaporkan telah berhasil mengatasi
kehilangan kemampuan bicara akibat trauma psikis pada beberapa orang anak
usia tiga sampai lima tahun. Mereka melaporkan keberhasilannya dalam
mengatasi masalah kliennya yang mengalami kehilangan kemampuan bicara
akibat truma yang disebabkan oleh suara bising pesawat udara dengan diagnosa
mengalami rasa cemas dan tidak bisa mengendalikan diri. Tahapan proses
terapi yang dilaksanakan dimulai dari bercerita tentang pesawat udara,
menunjukkan

gambar-gambar

pesawat

udara,

bermain,

dan

terakhir

mengunjungi bandara. Dengan kegiatan yang dirancang secara sistematis
tersebut kemampuan bicara anak tersebut bisa dipulihkan.
Armstrong dan Hughes (2012) melakukan penelitian pada lima orang
anak dengan autisma yang berusia tujuh dan delapan tahun tentang efektifitas
penggunaan komputer dan buku cerita dalam memahami teks bacaan melalui

2
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen dengan subjek tunggal. Baseline dilakukan dengan prosedur buku
cerita diperlihatkan pada subjek dan dipilih secara acak, peneliti menyebutkan
judul dan nama pengarang dari buku yang telah dipilih. Subjek duduk
dipangkuan peneliti dan kemudian buku diletakkan dihadapan subjek, peneliti
membacakannya sambil menunjuk apa yang sedang dibacanya, dan subjek
diminta untuk turut membaca. Sesi berakhir setelah subjek menceritakan
kembali dan menjawab pertanyaan secara lisan. Pada tahapan intervensi,
subjek membaca bacaan yang diarahkan oleh jari peneliti dan kemudian
diminta untuk menceritakannya kembali setelah selesai membacanya.
Sedangkan pada tahap kedua membaca, subjek bersama peneliti membaca
buku bersamaan dengan jari telunjuk peneliti berada pada teks yang sedang di
baca dan sesi diakhiri sama dengan tahap baseline, subjek diminta
menceritakan

kembali

dan

menjawab

pertanyaan.Intervensi

dengan

menggunakan komputer dilakukan dengan menggunakan software komputer
yang menggunakan audio dan pointer berwarna sesuai dengan suara bacaan.
Sesi diakhiri sama dengan tahap baseline, subjek diminta menceritakan
kembali dan menjawab pertanyaan. Data dianalisis berdasarkan skor jawaban
yang tepat dari subjek. Kesimpulannya adalah kedua media tersebut efektif
digunakan pada beberapa orang subjek dalam pemahaman teks bacaan.
Keterampilan membaca sangat penting, namun keterampilan menyimak
jauh lebih penting. Dari laporan Komite Nasional Membaca Amerika Serikat
(Commision on Reading) pada tahun 1985, memberikan rekomendasi agar
anak-anak dibacakan buku baik di rumah maupun di ruang kelas untuk
membangun pengetahuan yang dibutuhkan anak dalam membaca(Trelease,
2006:21). Tidak jauh berbeda, Bunanta, (2009:5) menyatakan bahwa beberapa
konsep storytelling yang ada dapat digunakan untuk mengajak anak
membaca.Disamping

itu,storytellingdapat

meningkatkan

perkembangan

keterampilan bahasa yang lain dan untuk itu hendaknya kegiatan yang
dilakukan lebih menekankan pada aspek cara bercerita agar anak tidak cepat
merasa bosan(Fakhrudin, 2009:10). Sementara bacaan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi oleh anak adalah dalam bentuk fiksi, karena dianggap paling dekat

3
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan anak dan dapat memberikan arti kehidupan paling jelas kepada anak
(Trelease, 2006:39). Dengan demikian kegiatan storytellingpada anak, terutama
sejak usia dini, merupakan aktifitas yang memberikan pengalaman dan latihan
berbahasa serta bermanfaat bagi perkembangan aspek keterampilan bahasa
anak di masa yang akan datang.
Anak dengan gangguan pendengaran memiliki keterbatasan dalam
berbahasa baik bahasa ekspresif maupun reseptif (Hernawati, 2007). Hambatan
mendengar dan keterbatasan dalam bahasa pada anak tunarungu juga memberi
imbas pada keterampilan komunikasinya (Somad, 2009). Ada dua pendekatan
untuk meningkatan keterampilan bahasa dalam berkomunikasi anak dengan
gangguan pendengaran, yaitu secara manual atau isyarat dan secara oral.
Namun masing-masing pendekatan tersebut dinilai banyak kalangan masih
terdapat kelemahan, kurang efektif dan mengandung unsur pemaksaan. Oleh
karena itu, komunikasi total dijadikan sebagai suatu strategi dalam menjalin
komunikasi yang efektif antara orang mendengar dengan anak tunarungu
melalui penggabungan pendekatan manual dan oral.
Keterbatasan berbahasa tersebuttentu saja akan menghambat proses
perkembangan anak selanjutnya, karena menurut Lev Vygotsky kemampuan
berbahasa

seseorang

sejalan

dengan

perkembangan

kecerdasannya.

Dampaknya, anak dengan gangguan pendengaran terkesan juga mengalami
gangguan dalam fungsi kognitif serta memiliki kecerdasan intelektual di bawah
anak yang mendengar. Namun menurut Furth (1973) dalam Alimin (2008)
menyatakan bahwa keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunarungu
bukan disebabkan oleh rendahnya kecerdasan atau kurangnya keterampilan
linguistik tapi karena kurangnya latihan dan pengalaman. Dengan demikian,
jika lingkungan bisa memberikan latihan dan pengalaman kebahasaan pada
anak dengan hambatan pendengaran, maka keterampilan bahasa dan
komunikasinya akan meningkat sehingga fungsi kognitif dan kecerdasan
intelektualnya-pun juga bisa dioptimalkan.
Siswa yang masih duduk di kelas dua pada umumnya masih diantar,
bahkan ditunggui oleh ibu mereka selama proses belajar mengajar di sekolah.

4
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun belum ada program khusus yang diberikan sekolah untuk
mengoptimalkan orang tua dalam mengakomodir kebutuhan khusus yang
dialami oleh anaknya. Kebanyakan orang tua dilibatkan dalam kegiatan
penyusunan program sekolah atau pembangunan fisik.
Menurut keterangan orang tua, aktifitas membacakan suatu cerita dari
suatu bacaan fiksi tidak pernah dilakukan. Menurut penuturan mereka, kegiatan
bercerita dilakukan melalui percakapan berdasarkan pengalaman yang dekat
dengan anak, misalnya percakapan mengenai aktifitas saat liburan sekolah atau
percakapan mengenai suatu peristiwa kejadian yang baru saja dialami oleh
anak. Kemampuan anak dalam memahami pelajaran di sekolah menurut
keterangan guru bervariasi, ada yang cukup baik, sedang dan rendah.
Mengingat banyaknya manfaat storytellingpada anak yang mendengar,
maka sangat menarik untuk diteliti bagaimana kemampuan anak tunarungu
dalam mamahami materi bacaan yang dituturkan oleh ibu mereka guna
memberikan pengalaman dan latihan linguistik yang memadai sesuai dengan
kebutuhan mereka.

B. Identifikasi Masalah
Keterampilan menyimak cenderung mendapatkan prioritas yang lebih
sedikit dibandingkan aspek keterampilan lain di sekolah, baik oleh guru
maupun oleh siswa.Hal ini dapat disebabkan siswa menganggap kegiatan
menyimak merupakan hal yang sulit dan mereka tidak memahami secara utuh
bahasa lisan. Disamping itu guru juga menganggap aspek keterampilan
bahasa yang lain lebih penting daripada aspek keterampilan menyimak, dan
bisa juga karena guru belum mempunyai format pembelajaran yang ideal
(Anonim, 2009:154).
Siswa dengan hambatan pendengaran juga memiliki kosa kata yang
sedikit dibandingkan dengan anak mendengar, sehingga mereka sulit untuk
memahami dan mengungkapkan kembali isi bacaan. Menurut Van Uden
(dalam Meadow, 1980, Hernawati, 2007:102) ketunarunguan bukan hanya
mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan berbicara, lebih dari itu

5
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dampak paling besar adalah terbatasnya kemampuan berbahasa. Imbasnya,
proses kognitif anak dengan gangguan pendengaran menjadi terbatas
sehingga menimbulkan kesan kecerdasan mereka berada di bawah anak
mendengar.
Storytelling merupakan suatu aktivitas yang bisa meningkatkan
keterampilan bahasa dengan memperkaya pengalaman dan latihan lingguistik
pada anak serta bisa mendukung prestasi akademik. Namun aktivitas
sederhana tersebut kurang mendapat perhatian dari orang tua di rumah
maupun guru di sekolah meskipun telah diketahui pentingnya kegiatan
tersebut. Penelitian yang dilakukan Elley (dalam Trelease, 2006) terhadap
150.000 orang siswa kelas empat menemukan bahwa siswa yang sering
dibacakan buku mendapat nilai tiga puluh kali lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang hanya sesekali dibacakan buku.

C. Batasan Masalah
1. Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis merupakan
aspek-aspek keterampilan dalam berbahasa. Aspek yang di teliti dalam
penelitian ini adalah aspek keterampilan menyimak pada anak tunarungu
pra bahasa usia 7 sampai 8 tahun.
2. Menyimak berbeda dengan mendengar meskipun dalam menyimak lebih
di dominasi oleh kemampuan pendengaran. Menyimak anak tunarungu
dalam penelitian ini ditujukan pada kemampuan anak dalam menyerap
informasi dari lingkungan dengan memusatkan perhatian pada informasi
yang ingin di peroleh melalui alat sensoris yang mereka miliki.
3. Storytellingdisampaikan dengan berbagai cara kepada audiens. Ada yang
menggunakan musik, buku cerita, benda (boneka, mainan dan
sebagainya). Begitu juga dalam menuturkannya, banyak teknik yang
digunakan. Dalam penelitian ini storytelling disampaikan dengan
menggunakan media buku yang ukurannya di perbesar menjadi ukuran
poster serta dituturkan dengan memperhatikan keterarahwajahan, mimik
wajah, gerak tubuh, dan intonasi suara.

6
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Rumusan Masalah
Rumusan

masalah

pengaruhstorytelling

dalam

dengan

penelitian

komunikasi

ini

total

adalah

bagaimana

terhadap

peningkatan

keterampilan menyimak siswa tunarungu?.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kegiatan storytelling yang dituturkan dengan komunikasi total
terhadap keterampilan menyimak siswa tunarungu.
Sedangkan

manfaat

dari

penelitian

ini

adalah

sebagai

bahan

pertimbangan bagi orang tua dan guru tentang bagaimana cara menuturkan
storytelling pada anak tunarungu sebagai bentuk dukungan dari lingkungan
dalam memperkaya pengalaman dan latihan linguistik pada anak.

7
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan subjek
tunggal guna mengetahui akibat dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan.
Menurut Kratochwill(1978) dalam Maggins, Briesch, & Chafouleas(2013:
45)Penelitian dengan subjek tunggal juga bertujuan untuk mempelajari prilaku
individu. Selanjutnya Gast (2010) dalam Maggins, Briesch, & Chafouleas(2013:
45) menjelaskan dapat juga digunakan untuk mengamati pola prilaku individu
secara teliti terhadap prilaku yang disengaja maupun yang tidak disengaja untuk
merancang dan memvalidasi program dalam bidang akademik, prilaku dan
psikologi. Sehingga desain penelitian subjek tunggal umumnya digunakan dalam
mengatasi masalah pendidikan yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus
(Maggins,Briesch, & Chafouleas,2013: 45). Penelitian dengan subjek tunggal juga
bisa digunakan untuk satu individu atau satu kelompok yang diperlakukan sebagai
satu kesatuan yang utuh (Foster, 2009 dalam Foster, 2010: 31). Dalam penelitian
ini, peneliti memanipulasi suatu perlakuan berupa aktifitas storytelling yang
dituturkan dengan komunikasi total, selanjutnya pengaruh atau akibat yang
dimanipulasi secara sengaja dan sistematis diamati (Faisal, 1982:76).

A. Rancangan Eksperimen
Desain rancangan penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan subjek tunggal (single subject research) dengan
menggunakan desain A – B.

O

O

O

O

O

X

X

X

X

X

O

O

O

O

O

Keterangan:
O = panjang kondisi/banyaknya sesi
X = intervensi yang dilakukan dalam kondisi

35
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu dari tiga Sekolah Luar Biasa
yang ada di Lembang, yaitu SLB X Lembang. Subjek penelitian ini adalah
empat orang siswa tunarungu kelas satu yang berusia antara 7 – 8 tahun. Satu
orang berjenis kelamin laki-laki yang menggunakan Alat Bantu Mendengar
(ABM) dan tiga orang perempuan yang tidak menggunakan ABM. Hanya
satu orang subjek perempuan yang memiliki hasil pengukuran pendengaran
dengan BERA dari RS. Hasan Sadikin Bandung yang menyatakan subjek
memiliki kemampuan pendengaran di 95 dB untuk telinga kanan dan 94 dB
pada telinga kiri yang dikategorikan pada jenis tunarungu berat. Sementara
tiga orang lainnya, belum diukur kemampuan pendengarannya.
Dari penjelasan guru kelas keempat subjek tersebut, kemampuan
menyimak mereka tidak sama. Dari semua siswa di kelasnya, terdapat satu
orang subjek yang agak lambat dalam merespon materi pelajaran yang
disampaikan. Menurutnya, mungkin disebabkan oleh kejadian perceraian
orang tua subjek tersebut. Sehingga ia sering melamun dan kurang
memperhatikan materi pelajaran. Terdapat dua orang siswa yang memiliki
kemampuan menyimak yang cukup baik, yaitu siwa laki-laki dan satu orang
siswa perempuan yang dinilai guru dari kemampuan mereka dalam menyerap
pelajaran. Sementara siswa perempuan yang lain dianggap guru memiliki
kemampuan menyimak yang sedang, tidak cepat atau pun lambat dalam
menyerap materi pelajaran yang ia sampaikan. Keempat subjek tersebut
diantar dan ditunggui oleh ibu mereka selama jam sekolah berlangsung dari
pukul 08.00 – 11.00 WIB.
C. Defenisi Operasional
a. Variabel bebas (intervensi atau treatment)
Variabel bebas disebut juga sebagai variabel yang mempengaruhi
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini kegiatan storytelling
dengan menggunakan komunikasi total. Storytellingyang dimaksud
adalahseni dalam menuturkan cerita dari buku fiksi yang bertujuan

36
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan latihan dan pengalaman berbahasa pada subjek. Beberapa
pertimbangan dalam menentukan media buku dan cerita yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1.

Materi cerita merupakan cerita fiksi yang mengandung unsur
imajinatif atau khayalan untuk menarik minat subjek pada buku.

2.

Mengandung kalimat yang pendek agar penutur lebih leluasa
mengekplorasi gambar yang ada dalam buku dan tidak terpaku pada
teks.

3.

Buku memiliki ukuran besar (42 cm) dan memiliki ruang yang luas
untuk gambar agar subjek mudah mengamatinya.

Sementara Komunikasi total merupakan falsafah yang digunakan saat
menuturkan cerita kepada keempat subjek penelitian yang berorientasi
agar subjek dapat memahami apa yang sampaikan penutur melalui
ekspresi wajah, intonasi suara serta mempertimbangkan komponen oral,
aural dan

manual

saat

menuturkan cerita

untuk

meingkatkan

keterampilan kompensatoris subjek seperti bahasa isyarat, ejaan jari, dan
membaca gerakan bibir. Misalnya saat menuturkan cerita, penutur
mengucapkan kata dengan intonasi dan gerak bibir yang jelas agar
mudah diamati subjek yang diiringi dengan ekspresi wajah, isyarat dan
atau ejaan jari.

b. Variabel terikat (target behavior)
Variabel terikat disebut juga variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas atau disebut juga dengan target behavior.Dalam penelitian ini yang
menjadi target

behavior

adalah keterampilan

menyimak,

yaitu

kemampuan subjek dalam menerima informasi dari penuturan cerita dan
memahami isi cerita. Untuk mengukur keterampilan menyimak pada
keempat subjek,dilakukan tes pemahaman yanng terdiri dari lima
pertanyaan pilihan ganda dan lima pertanyaan menjodohkan berdasarkan
materi cerita. Alternatif jawaban tersedia dalam instrumen tes berupa
gambar yang ada dalam buku cerita, karena keempat subjek belum bisa

37
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaca dengan baik. Saat tes, peneliti menjelaskan pertanyaan dan
pilihan yang tersedia dalam instrumen dan keempat subjek diminta untuk
memilih jawaban yang tepat. Data dianalisis berdasarkan jawaban subjek
yang tepat dalam bentuk skor.

D. Validitas Data
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunanto (2006) bahwa untuk
mendapatkan validitas penelitian yang baik pada saat melakukan eksperimen,
peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Mendefenisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara
akurat. Sehingga dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan
menyimak target behavior ini didefenisikan dari ketidakmampuanketidakmampuan.
2. Mengukur dan mengumpulkan data pada saat baseline secara kontinyu
sekurang-kurangnya 3 sampai 5 atau trend dan level data menjadi stabil.
Dalam penelitian ini fase baseline pengukuran dilakukan sebanyak 7 kali.
Bila sudah diperoleh kestabilan data, maka pengukuran langsung
dihentikan dan dilanjutkan dengan fase intervensi.
3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil. Dengan acuan
inilah peneliti mengambil langkah untuk memberikan intervensi kepada
subjek.
4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi dengan periode
waktu yang rutin sampai data menjadi stabil.

E. Material Eksperimen
Material dalam eksperimen ini menggunakan 1 set Buku Gede terbitan Mizan
yang terdiri dariempat buah cerita fiksi untuk balita, masing-masing buku
berjumlah 12 halam dengan ukuran buku sebesar 42 cm. Beberapa judul
diantaranya adalah, Raksasa Jail, Detektif Kembar, Monster Pengering
Rambut Dan Super Salsa. Daftar buku disediakan dengan mencetak semua
cover

depan

di

atas

kertas

A4

untuk

dipilih

subjek

sebelum

38
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

storytellingdimulai. Contoh cerita yang dituturkan kepada anak dapat dilihat
pada lampiran.

F. Prosedur Eksperimen
Sebelum memulai tahapan baseline, diadakan beberapa kali pertemuan
bersama empat orang tua subjek. Dalam pertemuan tersebut membahas
tentang gambaran penelitian yang akan dilakukan mencakup manfaat story
telling pada anak mendengar, dampak ketunarunguan terhadap perkembangan
bahasa dan intelegensi, menyampaikan materi cerita serta membahas cara
yang tepat dalam menuturkan cerita tersebut kepada subjek. Pada bagian
akhir untuk menutup pertemuan tersebut, peneliti meminta kesedian orang tua
agar terlibat dalam pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini diharapkan mereka
bersedia untuk menuturkan cerita kepada subjek. Masing-masing ibu dari
subjek memilih satu materi cerita yang akan mereka sampaikan. Dengan
demikian diharapkan interaksi antara orangtua dengan anak semakin baik.
Disamping itu, dengan adanya pemahaman orang tua dalam menuturkan
cerita, secara tidak langsung mereka akan memberikan stimulasi bahasa pada
anak. Pertemuan tersebut dilakukan sebanyak tiga sesi dengan masing-masing
sesi berdurasi satu jam.
Kegiatan storytelling dilakukan di ruang kelas dimana siswa belajar
dengan posisi duduk membentuk setengah lingkaran, seusai kegiatan belajar
mengajar, sekitar pukul 10.30 WIB. Setiap sesi dialokasikan waktu lebih
kurang 20 menit untuk menuturkan satu cerita kepada subjek dan 10 menit
untuk melakukan tes pemahaman. Hasil tes pemahaman dihitung berdasarkan
jawaban yang benar dari setiap siswa, dengan bentuk soal pilihan ganda dan
menjodohkan pertanyaan dengan jawaban yang benar.Masing-masing tahapan
penelitian, baseline 7 sesi dan intervensi 9 sesi.
Kegiatan awal pada sesi baseline dengan meminta salah satu subjek
untuk memilih satu cerita dari daftar gambar cover bacaan fiksi yang telah
disediakan. Penutur kemudian menyebutkan judul dan nama pengarang cerita
yang dipilih oleh subjek. Cerita dituturkan dengan intonasi suara yang

39
Joni Afriadi, 2014
PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA TUNARUNGU
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wajardisertai

dengan

ekspresi

wajah

sambil

duduk

di

hadapan

subjek.sementara buku yang ukurannya diperbesar, diletakkan di atas meja di
samping penutur. Jarak antara penutur dan gambar dengan subjek sekitar 1
meter. Sesi diakhiri dengan menjawab 10 pertanyaan pemahaman tentang
siapa, apa, dimana dan kapan sesuai isi cerita dalam bentuk pilihan ganda dan
menjodohkan antara pertanyaan dengan jawaban. Setiap soal dijelaskan oleh
penutur dan setelah semua subjek selesai mengerjakan soal, kemudian
dilanjutkan ke pertanyaan berikutnya.
Prosedur awal dalam intervensi hampir sama dengan tahapan baseline,
salah satu subjek diminta untuk memilih satu di antara lima daftar gambar
cover bacaan fiksi yang disediakan. Penutur kemudian menyebutkan judul
dan nama pengarang bacaan tersebut. Penutur berdiri di samping meja guru
dengan jarak lebih kurang satu meter dari subjek. Bacaan yang telah
diperbesar ukurannya diletakkan di meja guru. Penutur menyampaikan isi
cerita dengan memperhatikan kontak mata, mimik wajah, gerak tubuh,
intonasi suara dan isyarat alamiah sesuai dengan isi cerita. Sesi diakhiri
dengan meminta subjek untuk menjawab 10 pertanyaan pemahaman tentang
siapa, apa, dimana dan kapan sesuai is

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA SD KELAS

22 211 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MODEL PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA KELAS II SDN MANGUNSARI SEMARANG

1 14 290

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

PENGARUH STORYTELLING DENGAN KOMUNIKASI TOTAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA TUNARUNGU : Eksperimen dengan Subjek Tunggal melalui Intervensi oleh Ibu.

0 2 28

PENERAPAN METODE MULTISENSORI DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA ANAK TUNARUNGU.

0 2 40

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI METODE STORYTELLING | Sularmi | Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO) 8803 19193 1 PB

0 0 6

Pengaruh Keterampilan Menyimak dan Intelligence Quotient terhadap Prestasi Belajar Siswa

0 0 12

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR

0 2 9