PERSEPSI KELUARGA PRA SEJAHTERA TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN MOBILITAS SOSIAL VERTIKAL : studi kasus di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya.

(1)

PERSEPSI KELUARGA PRA SEJAHTERA TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN MOBILITAS SOSIAL VERTIKAL

(Studi Kasus di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh Mirna Nurhayati

1105365

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

PERSEPSI KELUARGA PRA SEJAHTERA TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN MOBILITAS SOSIAL VERTIKAL

(Studi kasus di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya)

Oleh Mirna Nurhayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

© Mirna Nurhayati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataupun sebagian, dengan dicetak ulang, di foto kopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

PERSEPSI KELUARGA PRA SEJAHTERA TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN MOBILITAS SOSIAL VERTIKAL

(Studi Kasus di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya)

PEMBIMBING 1: Dr. Yadi Ruyadi, M.Si PEMBIMBING 2: Dra. Wilodati, M.Si

OLEH : MIRNA NURHAYATI (1105365)

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan di dalam kehidupan yang prosesnya berlangsung seumur hidup. Lembaga pendidikan dianggap sebagai salah satu saluran resmi untuk melakukan mobilitas sosial vertikal. Namun, kenyataannya tidak semua orang mampu mengenyam pendidikan dan tidak semua orang tua mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Keterbatasan ekonomi terkadang memaksa anak-anak untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai persepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian studi kasus. Pendekatan dan metode ini digunakan untuk mendapatkan simpulan dari beberapa informasi dan data yang diperoleh mengenai persepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Berdasarkan hasil penelitian terhadap empat keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah, secara umum mereka memiliki persepsi bahwa lembaga pendidikan berperan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Namun, di lain sisi mereka juga memiliki persepsi yang berbeda mengenai peranan lembaga pendidikan. Perbedaan persepsi tersebut menghasilkan perbedaan sikap dan tindakan orang tua keluarga pra sejahtera dalam menyekolahkan anak dan mempengaruhi niat dan minat anak untuk bersekolah.


(5)

THE PERCEPTION OF PRE PROSPER FAMILY TO THE ROLE OF

EDUCATIONAL INSTITUTION IN CREATING VERTICAL SOCIAL MOBILITY (Case Study in Kudang Uyah Village, Cipedes Sub, Tasikmalaya City)

SUPERVISOR 1: Dr. Yadi Ruyadi, M.Si SUPERVISOR 2: Dra. Wilodati, M.Si

Mirna Nurhayati (1105365)

ABSTRACT

Education is one of the necessities in life that the process lasts a lifetime. Educational institution is considered as one of the official channel to create vertical social mobility. However, the fact is not everyone is able to gain education and not every parents are able to afford to pay for education their children. The limitation of the economy sometimes forcing children to quit school and prefer to work. This research aims to describe and explain about the perception of pre prosper family to the role of educational institution in creating vertical social mobility. This research uses qualitative approach and case study method of research. These approach and method are used to obtain the conclusion from some of the information and data acquired about the perception of pre prosper family to the role of educational institution in creating vertical social mobility. Based on the result of this research in Kudang Uyah Village, in general they have the perception that educational institution has a role in creating vertical social mobility. However, in the other side they have different perception about the role of educational institution. That difference of perception produces a different way in the act of taking decision of the parent to send their children to school and produces a different intention and interest of children to attend school.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Persepsi ... 7

2.2 Konsep Keluarga ... 8

2.2.1 Pengertian Keluarga ... 8

2.2.2 Fungsi Keluarga ... 11

2.2.3 Peranan Keluarga ... 13

2.2.4 Keluarga Pra Sejahtera ... 16

2.3 Konsep Pendidikan ... 19

2.3.1 Pengertian Pendidikan ... 19

2.3.2 Fungsi Pendidikan ... 20

2.3.3 Macam-macam Pendidikan ... 21

2.4 Konsep Mobilitas Sosial ... 23

2.4.1 Jenis Mobilitas Sosial ... 25

2.4.2 Saluran Mobilitas Sosial Vertikal ... 26


(7)

2.5 Konsep Sistem Nilai Budaya ... 31

2.5.1 Pengertian Sistem Nilai Budaya ... 31

2.5.2 Teori Orientasi Nilai Budaya ... 31

2.6 Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODE PENELITIAN……… . 38

3.1 Desain Penelitian ... 38

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... 39

3.3 Instrumen Penelitian ... 41

3.4 Prosedur Penelitian ... 41

3.5 Pengumpulan Data ... 42

3.6 Analisis Data ... 45

3.7 Uji Keberhasilan Data ... 46

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 48

4.1.1 Peta Lokasi Penelitian ... 48

4.1.2 Kondisi Wilayah Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes ... 48

4.1.3 Kondisi Penduduk Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes ... 49

4.2 Temuan Penelitian ... 54

4.2.1 Keadaan Pendidikan anak-anak keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya ... 54

4.2.2 Persepsi keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal ... 57

4.2.3 Faktor-faktor yang menjadi kendala orang tua keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya dalam memenuhi pendidikan bagi anak ... 68


(8)

4.2.4 Peranan sistem nilai budaya terhadap persepsi keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang

Uyah dalam memenuhi pendidikan bagi anak ... 75

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

4.3.1 Mobilitas Keluarga Pra Sejahtera ... 80

4.3.2 Persepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal ... 81

4.3.3 Faktor-faktor yang menjadi kendala orang tua Keluarga pra sejahtera dalam memenuhi pendidikan bagi anak ... 90

4.3.4 Peranan sistem nilai budaya terhadap persepsi keluarga pra sejahtera dalam memenuhi pendidikan bagi anak ... 94

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 98

5.1 Simpulan ... 98

5.2 Implikasi ... 100

5.3 Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi seperti sekarang, pendidikan tidak hanya dapat dinikmati oleh golongan yang mampu saja tetapi pendidikan juga harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Idi (2011, hlm.161)

mengemukakan bahwa “pendidikan sebagai pranata sosial memiliki peranan signifikan dalam merencakan, melaksanakan, menciptakan SDM yang

dicita-citakan.”

“Pendidikan merupakan suatu proses yang memberikan manusia berbagai

macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri” (Soyomukti, 2010, hlm 459).

Pendidikan berkaitan dengan perkembangan dan perubahan, selain itu pendidikan juga merupakan suatu proses belajar dan mengajar mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pola kelakuan manusia agar sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang prosesnya berlangsung seumur hidup. Pelaksanaan pendidikan terwujud dalam tiga bentuk yaitu pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung di dalam kehidupan keluarga dan lingkungan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga di luar sekolah. Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Oleh karena itu, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Sebagaimana diungkapkan Idi (2011, hlm. 168) bahwa “pendidikan merupakan

salah satu fungsi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah secara terpadu untuk mengembangkan fungsi

pendidikan”.

Banyak orang berlomba-lomba untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk mengubah kedudukannya di masyarakat. Tetapi di sisi lain ada sebagian orang yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak,


(10)

2

baik dari mulai tingkat dasar sampai jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, ada sebagian orang yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhinya putus sekolah juga. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan sebagian orang tersebut tidak dapat mengenyam pendidikan atau putus sekolah, seperti keterbatasan dana pendidikan yang dimiliki atau mengalami kesulitan ekonomi, kurangnya niat dan minat seseorang untuk mengenyam pendidikan, dan dapat pula disebabkan oleh faktor lingkungan.

Keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi digolongkan ke dalam keluarga pra sejahtera. Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya atau belum sepenuhnya terpenuhi. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang kekurangan dalam hal harta benda atau materi dalam mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Keterbatasan ekonomi orang tua untuk membiayai pendidikan formal anak menyebabkan anak-anak usia sekolah terpaksa harus bekerja membantu orang tuanya. Hal ini menyebabkan terjadinya benturan antara kepentingan belajar di sekolah dengan kepentingan mencari uang dikalangan anak-anak dari keluarga pra sejahtera tersebut. Akibatnya, banyak anak-anak dari golongan keluarga pra sejahtera ini cenderung cepat tumbuh menjadi dewasa karena beban ekonomi.

Di dalam keluarga, orang tua memiliki tugas dan kewajiban yang sangat besar sekali dalam memenuhi seluruh kebutuhan anak. Tinggi rendahnya status sosial ekonomi yang dimiliki orang tua tentunya akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan anak, termasuk di dalamnya kebutuhan akan pendidikan. Keadaan sosial ekonomi orang tua tanpa disadari memiliki peranan yang cukup penting terhadap proses perkembangan anak. Adanya perbedaan sumber pendapatan juga ternyata dapat berpengaruh terhadap harapan orang tua tentang pendidikan anaknya, terutama dalam hal pendidikan formal. Orang tua yang berada pada golongan keluarga sejahtera cenderung mengharapkan anaknya agar kelak nanti dapat memasuki perguruan tinggi. Anak dari golongan keluarga sejahtera ini akan mempunyai banyak kesempatan untuk mendapatkan berbagai macam fasilitas yang dapat menunjangnya dalam pendidikan. Namun, berbeda halnya dengan orang tua yang berada pada golongan pra sejahtera. Kebanyakan dari mereka tidak begitu mengharapkan pendidikan yang demikian tinggi bagi


(11)

3

anak-anaknya. Anaknya menyelesaikan sekolah dasar atau sekolah menengah dirasa sudah cukup bagi mereka. Anak dari golongan keluarga pra sejahtera mungkin tidak dapat dengan leluasa memperoleh fasilitas-fasilitas yang dapat menunjangnya dalam pendidikan. Kebanyakan dari mereka yang berlatar belakang dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi itu akan memilih untuk bekerja agar dapat membantu orang tua mereka.

Pendidikan bagi anak merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Lembaga pendidikan dianggap sebagai salah satu alat untuk melakukan pergerakan dari kedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak studi yang menyatakan bahwa pendidikan yang diperoleh seseorang digunakan sebagai penentu kedudukan sosialnya di masyarakat. Disadari atau tidak, memang terdapat hubungan yang tinggi antara kedudukan sosial seseorang

dengan tingkat pendidikan yang telah diperoleh. “Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi” (Nasution, 2009, hlm. 30). Sebagaimana dikemukakan oleh Soyomukti (2010, hlm. 375)

bahwa “seseorang yang berpendidikan tinggi dan meraih gelar kesarjanaan atau

yang memiliki keahlian dipandang berkedudukan lebih tinggi dibandingkan orang

yang berpendidikan rendah”.

Di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya terdapat anak-anak dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Adanya perbedaan keadaan sosial ekonomi tersebut mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendidikan formal anak-anak di Kampung Kudang Uyah. Keadaan sosial ekonomi yang dimiliki orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang pendidikan bagi anak. Tidak sedikit diantara mereka yang mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi, dengan memberikan berbagai fasilitas yang mampu menunjang kebutuhan anaknya. Namun, tidak sedikit pula diantara mereka yang tidak mampu dan merasa pesimis dalam menyekolahkan anaknya. Jangankan untuk memberikan berbagai fasilitas yang baik bagi anak-anaknya, terkadang anak-anaknya pun terpaksa harus ikut bekerja demi menambah keuangan keluarga. Ketiadaan biaya menanamkan sikap pesimis bagi mereka dan


(12)

4

membuat orang tua ini tidak mampu sepenuhnya menjalankan perannya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak.

Namun walaupun kondisi mereka yang kekurangan dari segi materi, seharusnya orang tua dari golongan pra sejahtera tetap menanamkan sikap optimis bagi dirinya ataupun bagi anak-anaknya. Tidak berhasilnya orang tua dalam mendidik, membimbing, dan memenuhi kebutuhan anak salah satunya disebabkan oleh sikap pesimis yang dimiliki orang tua dalam mengahadapi hidup. Banyak orang tua dari golongan ini cenderung memiliki anggapan bahwa anak dari orang miskin akan tetap miskin. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah benar. Kenyataan yang seringkali luput dari pandangan mereka bahwa lembaga pendidikan adalah salah satu cara penting dalam melakukan mobilitas sosial vertikal. Lembaga pendidikan dianggap sebagai alat yang mampu melakukan pergerakan dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Karena dalam pendidikan, seseorang dididik, diajarkan, dan diarahkan untuk menyiapkan diri dengan diberikannya pengetahuan, keterampilan, dan wawasan yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, kedudukan, dan jabatan yang ada di dalam masyarakat. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi di dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul “PERSEPSI KELUARGA PRA SEJAHTERA

TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM

MEWUJUDKAN MOBILITAS SOSIAL VERTIKAL”


(13)

5

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan pendidikan anak-anak keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya?

2. Bagaimana persepsi keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi kendala orang tua pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya dalam memenuhi pendidikan bagi anak?

4. Bagaimana peranan sistem nilai budaya terhadap persepsi keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya dalam memenuhi pendidikan bagi anak?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran mengenai keadaan pendidikan anak-anak di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya.

2. Mendapatkan gambaran mengenai persepsi keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala orang tua keluarga pra

sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya dalam memenuhi pendidikan bagi anak.

4. Mendapatkan gambaran mengenai peranan sistem nilai budaya terhadap persepsi keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya dalam memenuhi pendidikan bagi anak.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam Pendidikan Sosiologi yang berkenaan dengan


(14)

konsep-6

konsep dalam mata kuliah Sosiologi Pendidikan, khususnya yang menyangkut tentang mobilitas sosial dan pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa maupun masyarakat luas mengenai ilmu sosiologi yang berkenaan dengan peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal.

b. Penelitian ini dapat menambah wawasan serta meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan anak guna memperbaiki keadaan sosial ekonominya.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian baik secara teoretis maupun secara praktis.

BAB II: Kajian pustaka berisi tentang teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian.

BAB III: Metode penelitian berisi desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan uji keberhasilan data.

BAB IV: Temuan dan pembahasan berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan peneliti terhadap hasil penelitian tersebut.

BAB V: Simpulan, implikasi, dan rekomendasi berisi mengenai kesimpulan-kesimpulan dari penelitian atau pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, implikasi, serta berisi rekomendasi yang diberikan oleh peneliti.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai persepsi keluarga pra sejahtera terhadap peran lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Guba (dalam Suharsaputra, 2012, hlm. 181)

mengemukakan “penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati”. Pendekatan kualitatif menurut

Satori dan Komariah (2013, hlm. 23) adalah “pendekatan penelitian yang

mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data

yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah”. Sedangkan menurut

Denzin dan Lincoln (dalam Satori dan Komariah, 2013, hlm. 23) bahwa

“penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda

dengan penelitian kuantitatif”.

Dari beberapa pengertian yang dipaparkan menurut para ahli, dapat dipahami bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menggunakan latar alamiah dan pendekatan yang mendeskripsikan fenomena tertentu secara benar dan sesuai dengan situasi sosial yang ada.

Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif ialah sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2012, hlm.13), yaitu:

a. Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagaimana lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci.

b. Penelitian Kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.


(16)

39

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah karena permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkenaan dengan persepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan makna yang terjadi pada objek yang sedang diteliti secara lebih mendalam.

Selain itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Ary (dalam Idrus, 2009, hlm. 57) bahwa ”studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang seorang individu, namun studi kasus terkadang dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok ”geng” anak muda”. Dalam metode ini biasanya peneliti akan meneliti satu individu atau satu unit sosial tertentu secara lebih mendalam. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dinyatakan alasan penulis menggunakan metode studi kasus karena penulis akan meneliti beberapa keluarga pra sejahtera yang ada di Kampung Kudang Uyah. Selain itu, peneliti tidak menguji hipotesis melainkan mencari simpulan dari beberapa informasi dan data yang diperoleh mengenai persepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal.

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah beberapa orang di Kampung Kudang Uyah yang bersangkutan dengan objek penelitian dan orang-orang yang dianggap mampu memberikan informasi tambahan mengenai penelitian yang dilakukan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah informan pokok dan informan pangkal dalam mengklasifikasikan subjek penelitian. Informan pokok adalah informan yang utama dalam penelitian ini. Orang tua keluarga pra sejahtera dalam penelitian ini menjadi informan pokok. Sedangkan dari informan pangkal, penulis akan mendapatkan informasi dan data-data pendukung yang berkaitan dengan informan pokok. Informan pangkal dalam penelitian ini, yaitu


(17)

40

anak dari keluarga pra sejahtera, tokoh masyarakat Kampung Kudang Uyah seperti Lurah, dan Ketua RW.

Pemilihan orang tua yang dijadikan subjek penelitian adalah berdasarkan indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu orang tua yang tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera. Hal ini berkaitan dengan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik purposive sampling dan snowball sampling.

Menurut Wibisono (2013, hlm. 90) menyatakan bahwa “purposive yaitu menggali

informasi dari sumber yang tepat. Sumber informasi yang tepat ini, diantaranya adalah anggota masyarakat yang dipandang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan atau hanya mereka yang dirasa dapat memberikan informasi yang kita

butuhkan”. Sedangkan Sugiyono (2006, hlm.95) mengungkapkan bahwa “teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan dengan pertimbangan tertentu”. Purposive sampling digunakan pada saat penentuan informan pokok dan

pangkal menjadi subjek penelitian berdasarkan indikator.

Teknik sampling yang selanjutnya adalah snowball sampling. “Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar” (Sugiyono, 2006, hlm. 95). Ketika pemilihan informan

pokok telah ditentukan melalui teknik purposive sampling, kemudian informasi tambahan yang berkaitan dengan penelitian akan diperoleh melalui warga Kudang Uyah lainnya yang nantinya akan dijadikan sebagai informan juga oleh peneliti, sehingga data yang diperoleh oleh peneliti sudah sampai pada titik jenuh data artinya peneliti tidak menemukan informasi yang baru lagi yang berkaitan dengan penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya, peneliti memilih lokasi dikarenakan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut antara lain: banyak penduduk yang tergolong keluarga pra sejahtera, di lokasi ini masih banyak anak-anak dari keluarga pra sejahtera yang tidak melanjutkan sekolah, dan keterjangkauan peneliti terhadap lokasi.


(18)

41

3.3 Instrumen Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri” (Sugiyono, 2012, hlm. 222). Kemudian menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 223) mengungkapkan bahwa

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.

Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan yang akan dijadikan sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, kemudian yang terakhir adalah membuat kesimpulan dari penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Namun, setelah masalahnya telah jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen sederhana yang diharpkan mampu melengkapi data.

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap diantaranya:

1. Tahap pra-penelitian

Pada tahap ini, peneliti mengurus berbagai surat ijin yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Setelah itu, peneliti mendatangi lokasi penelitian kemudian setelah mendapat ijin peneliti pun melakukan wawancara terhadap beberapa sumber yang berkaitan dengan penelitian untuk mendapatkan informasi. Pada tahap pra-penelitian ini, peneliti mendatangi Kantor Kelurahan Cipedes, untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan di Kampung Kudang Uyah.


(19)

42

2. Tahap Penelitian

Pada tahap ini peneliti mulai mencari data untuk menjawab berbagai rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti.

3. Tahap Penyusunan

Pada tahap ini peneliti menyusun hasil analisis data yang ada dalam bentuk laporan ilmiah.

3.5 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah salah satu langkah yang terdapat di dalam sebuah penelitian, karena pada dasarnya tujuan dari penelitian adalah untuk

memperoleh data. Sugiyono (2012, hlm. 225) mengungkapkan bahwa “dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in

depth interiview) dan dokumentasi”.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partipasi pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

1. Observasi

Nasution (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 226) mengungkapkan bahwa

“obsevasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi”. Selanjutnya Marshall (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 226) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Wibisono (2013, hlm. 135)

mengungkapkan bahwa “observasi ilmiah merupakan suatu proses pencatatan

yang sistematis terhadap pola perilaku orang, objek, dan kejadian-kejadian tanpa

bertanya atau berkomunikasi dengan orang, objek, atau kejadian tersebut”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dipahami bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang di dasarkan pada hasil pengamatan peneliti. Teknik observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat segala peristiwa maupun fenomena mengenai persepsi


(20)

43

keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 227) bahwa:

Dalam penelitian observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Observasi partisipatif ini dapat digolongkan menjadi empat. Sugiyono (2012, hlm. 227) menjelaskan ke empat golongan observasi partisipatif sebagai berikut:

a. Partisipasi pasif (passive participation): means the research is present

at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam

hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Partisipasi moderat (moderate participation): means that the researcher

maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam

observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi patisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. c. Partisipasi aktif (active participation): means that researcher generally

does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut

melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap (complete participation): means the researcher is a

natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam

melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasanya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan tersebut dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif yaitu dimana peneliti datang di tempat penelitian, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan orang-oarng yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh berkaitan dengan persepsi. Jadi, peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang tentunya berkaitan dan mendukung terhadap informasi atau data yang ingin didapatkan oleh peneliti.


(21)

44

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpul data apabila peneliti itu sendiri ingin melakukaan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, namun wawancara juga dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui informasi lebih dalam terhadap subjek penelitian. Esterberg (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 231) mengungkapkan interview adalah “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Sedangkan menurut Beg (dalam Satori dan Komariah, 2013.hlm. 123)

mengungkapkan bahwa “wawancara sebagai suatu percakapan dengan suatu

tujuan khusunya tujuan untuk mengumpulkan informasi’.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat dipahami bahwa wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan percakapan atau tatap muka langsung guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam yang berkaitan dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan pertanyaan secara mendalam kepada informan pokok dan informan pangkal berkaitan dengan permasalahan yang ingin diteliti. Hal ini karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan persepsi atau pandangan sehingga peneliti lebih bisa mendapatkan banyak informasi melalui teknik wawancara secara mendalam.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2012, hlm. 240) mengungkapkan bahwa “dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Sedangkan menurut Satori dan Komariah (2013, hlm. 149) bahwa:

Mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan peneliti lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.


(22)

45

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif dokumentasi merupakan teknik pengumpul data pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara. Dokumentasi ini sangat diperlukan oleh peneliti, selain sebagai pelengkap dokumentasi juga dapat menguatkan data yang sudah didapat melalui obseravsi dan wawancara.

4. Triangulasi

Teknik pengumpulan data yang terakhir, peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan. Menurut Sugiyono (2012, hlm.241) bahwa “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Dalam proses triangulasi

sumber, peneliti turut mewawancarai orang tua dan anak keluarga pra sejahtera, Lurah Cipedes, Ketua RW dan Ketua RT Kudang Uyah. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kesamaan informasi antara informan satu dengan yang lainnya. Kemudian dalam proses triangulasi teknik, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dan untuk proses triangulasi waktu, dalam hal ini peneliti mewawancarai dan mengamati partisipan penelitian dalam dua suasana yang berbeda yaitu, pada saat partisipan berada di sekeliling keluarganya dan pada saat partisipan hanya berdua bersama peneliti.

3.6 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman

mengungkapkan (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 246) bahwa “aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Dalam model ini aktivitas

dalam analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu: 1. Reduksi Data

Pada tahap reduksi data, berbagai informasi yang telah diperoleh peneliti ketika di lapangan akan dirangkum sehingga dapat ditemukan hal-hal yang


(23)

46

penting dalam penelitian. “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya” (Sugiyono, 2012, hlm. 247).

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah peneliti melakukan

display data. Display data berfungsi “…memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami

tersebut” (Sugiyono, 2012, hlm. 249). Dalam penelitian ini display data yang

digunakan berbentuk tabel. 3. Verifikasi Data

Tahap terkahir dalam model ini adalah verifikasi data. Tahap ini merupakan tahap pengambilan kesimpulan penelitian, kesimpulan dalam tahap ini dapat berupa jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan semula atau bahkan berbeda. Hal itu tergantung hasil temuan peneliti di lapangan.

3.7 Uji Kebehasilan Data

Dalam penelitian kualitatif uji kredibiltas data sangat diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mengecek kebenaran data yang telah diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji kredibilitas data melalui beberapa langkah. Diantaranya sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan mengharuskan peneliti berada lebih lama di lapangan, melakukan pengamatan lagi, dan berkomunikasi kembali dengan sumber data yang pernah ditemui maupun sumber data yang baru. Hal ini bermanfaat karena akan meningkatkan keakraban peneliti dengan narasumber dan juga akan menumbuhkan sikap saling percaya sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.

2. Meningkatkan Ketekunan

Langkah ini mengharuskan peneliti lebih fokus dan lebih cermat dalam melakukan pengamatan. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti akan


(24)

47

dapat memberikan gambaran atau penjelasan data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamatinya .

3. Memberchek

Langkah ini merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara peneliti menemui kembali ke subjek penelitian dan menanyakan kembali beberapa pertanyaan yang telah ditanyakan sebelumnya kemudian peneliti mengecek apa masih terdapat kesamaan jawaban subjek penelitian dengan jawaban yang telah ia berikan sebelumnya.

4. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi dalam langkah ini adalah adanya data pendukung untuk membuktikan data yang telah ditentukan oleh peneliti. Dalam langkah ini, peneliti menggunakan alat bantu seperti alat perekam suara yang dapat digunakan untuk merekam proses wawancara, dan juga kamera yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan beberapa peristiwa yang berkaitan dengan penelitian.


(25)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan

Berikut ini simpulan dari seluruh hasil penelitian terhadap empat keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya mengenai persepsi mereka terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal:

1. Berdasarkan informasi yang diperoleh jika dilihat dari segi pendidikan dan melihat kenyataan yang ada di Kampung Kudang Uyah, tidak semua anak-anak keluarga pra sejahtera mengenyam pendidikan. Untuk pendidikan dasar sudah hampir semua terpenuhi. Pada umumnya pendidikan tertinggi anak-anak keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah adalah SMP. Layanan pendidikan yang tersedia di Kampung Uyah diantaranya adalah SDN Kudang Uyah 1,2, dan 3, SMPN 5 Tasikmalaya, kemudian SMEA MB atau SMK MB. Jarak tempuh dari rumah ke layanan pendidikan tersebut relatif dekat, bisa ditempuh dengan jalan kaki atau dengan menggunakan angkutan kota. Selain itu, berdasarkan data sekunder dari Kantor Kelurahan Cipedes bahwa jumlah penduduk yang tamat Perguruan Tinggi adalah sebanyak 691 jiwa, penduduk yang tamat SMA sebanyak 3.187 jiwa, penduduk yang tamat SMP sebanyak 3.083 jiwa.

2. Persepsi akan menghasilkan sikap dan tindakan pada seseorang. Seseorang akan memiliki persepsi yang berbeda akan sesuatu hal yang pada dasarnya sama. Persepsi yang berbeda terhadap pendidikan akan menghasilkan perbedaan pula dalam tindakan pengambilan keputusan terhadap pendidikan anaknya. Perbedaan persepsi itu dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri pelaku persepsi. Orang tua keluarga pra sejahtera yang memutuskan untuk tidak melanjutkan menyekolahkan anaknya, memiliki persepsi bahwa pendidikan tinggi itu tidak penting bagi anaknya. Menurut mereka pendidikan tinggi hanya untuk orang-orang yang memiliki uang banyak. Sehingga, orang tua cenderung bersikap membiarkan ketika anaknya memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Bagi mereka memiliki anak lulusan SMP pun dirasa


(26)

99

sudah cukup karena yang terpenting adalah anaknya bisa membaca dan menulis. Sedangkan orang tua keluarga pra sejahtera yang memiliki persepsi bahwa pendidikan tinggi itu penting bagi anaknya, mereka berusaha untuk tetap menyekolahkan anaknya. Mereka menyadari bahwa pendidikan memiliki peran dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal dan pendidikan tinggi dianggap mampu memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengubah kedudukannya di masyarakat.

3. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala keluarga pra sejahtera dalam memenuhi pendidikan bagi anaknya. Diantaranya, yang pertama adalah faktor ekonomi, keterbatasan ekonomi diakui menjadi kendala utama keluarga pra sejahtera dalam memenuhi pendidikan anaknya. Selanjutnya, adalah faktor niat dan minat anak terhadap pendidikan. Anak yang memiliki minat kurang terhadap pendidikan, akan menjadi penghambat orang tua dalam memenuhi pendidikan anak. Karena bagi orang tua yang menganggap lembaga pendidikan itu tidak penting, jika memaksa anak untuk melanjutkan sekolah dikhawatirkan mereka tidak akan bersungguh-sungguh dan biaya pendidikan yang telah mereka keluarkan akan dirasa sia-sia. Berbeda halnya dengan orang tua yang memiliki anak dengan niat dan minat tinggi terhadap pendidikan. Hal tersebut akan membuat orang tua pun termotivasi untuk tetap berusaha menyekolahkan anaknya hingga Perguruan Tinggi. Kemudian yang terakhir adalah faktor lingkungan, lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap persepsi, minat, dan keputusan keluarga pra sejahtera terhadap pendidikan.

4. Sikap dan perilaku manusia merupakan perwujudan dari sistem nilai budaya yang ada pada masyarakat. Terdapat beberapa masalah dasar dalam sistem nilai budaya, yaitu tentang bagaimana persepsi keluarga pra sejahtera mengenai hakikat hidupnya, pandangan mereka tentang waktu, dan yang terakhir adalah pandangan mereka tentang hubungan dengan sesamanya. Secara umum, empat keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah memandang kehidupan mereka pada hakikatnya buruk, namun kehidupannya yang buruk itu bisa mereka usahakan menjadi lebih baik. Keluarga pra sejahtera memiliki cara yang berbeda dalam mengubah kehidupannya


(27)

100

menjadi lebih baik. Keluarga yang memandang pendidikan tinggi itu tidak penting akan memilih bekerja dan tidak melanjutkan sekolahnya. Karena dengan bekerja akan mendapatkan uang untuk menambah keuangan keluarga. Berbeda dengan keluarga yang memandang pendidikan tinggi itu penting, mereka akan memilih untuk tetap menyekolah anaknya. Karena mereka yakin bahwa kelak anaknya akan merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kemudian pandangan mereka tentang waktu, keluarga pra sejahtera yang menjadikan masa lalu sebagai pedomannya di masa sekarang akan memilih untuk membiarkan anaknya berhenti sekolah dan membiarkan mereka untuk bekerja. Karena orang tuanya dulu pun mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami anak-anaknya saat ini. Berbeda halnya dengan keluarga pra sejahtera yang memandang pendidikan tinggi itu penting, mereka akan menjadikan pengalamannya di masa lalu sebagai pelajaran di masa sekarang. Orang tua tidak ingin anaknya memiliki nasib yang sama dengan orang tuanya dulu, sehingga orang tua pun memilih untuk terus berusaha memenuhi pendidikan anaknya agar anak memiliki masa depan yang lebih baik. Dan yang terakhir adalah hubungan keluarga pra sejahtera dengan sesamanya akan berpengaruh terhadap persepsi, sikap dan tindakan mereka akan sesuatu hal. Pada dasarnya sistem nilai budaya berkaitan erat dengan masyarakat. Perilaku itu sendiri dapat dilihat dari kepribadian seseorang karena pada dasarnya kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang terdapat di dalam diri seorang individu. Artinya, sistem nilai budaya berperan terhadap perilaku, pola pikir, dan kepribadian seorang individu.

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pesepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Maka adapun implikasi dari penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa maupun masyarakat luas mengenai ilmu sosiologi yang berkenaan dengan konsep-konsep dalam mata kuliah Sosiologi Pendidikan, khususnya yang menyangkut tentang mobilitas sosial dan pendidikan.


(28)

101

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pesepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Maka adapun rekomendasi dari penulis yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa pendidikan sosiologi hendaknya memahami permasalahan mengenai persepsi keluarga pra sejahtera terhadap lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah referensi bagi kajian keilmuan sosiologi terutama berkenaan dengan materi mengenai pendidikan dan mobilitas sosial.

2. Bagi Orang Tua Keluarga Pra Sejahtera

Bagi orang tua diharapkan lebih memiliki kesadaran dan keinginan untuk menyekolahkan anaknya hingga Perguruan Tinggi guna memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang.

3. Bagi Anak Keluarga Pra Sejahtera

Bagi anak diharapkan memiliki kesadaran dan keinginan untuk mendapatkan pendidikan tinggi agar mampu tumbuh menjadi individu yang berkualitas dan berpendidikan.

4. Bagi Masyarakat Umum

Masyarakat diharapkan lebih memiliki kesadaran dalam pendidikan. Karena dengan pendidikan tinggi akan menghasilkan individu yang berkualitas, berkarakter, dan menjadi individu yang mampu bersaing di dunia global. 5. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan kajian mengenai keluarga pra sejahtera yang memfokuskan kepada pengaruh pola asuh di keluarga pra sejahtera terhadap perilaku menyimpang anak di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya, karena menurut informasi yang diperoleh penulis dari tokoh masyarakat setempat yaitu banyaknya anak-anak keluarga pra sejahtera yang melakukan perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, anggota geng motor, dan lain sebagainya.


(29)

102

6. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Kampung Kudang Uyah diharapkan untuk lebih berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan agar mampu melahirkan generasi-generasi yang berpendidikan, berkualitas dan berkarakter guna pembangunan Kampung Kudang Uyah sendiri.


(30)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Ahmadi, Abu. (2003). Ilmu Sosial Dasar: Mata Kuliah Dasar Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Broom, Leonardo dan Selznick, Philip. (1957). Sociology. Jakarta: Rineka Cipta. Elmubarok, Z. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, danPendidikan. Jakarta :Rajagrafindo Persada.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Ihromi, T. (2004). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Raja Garfindo.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Nasution. (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Narwoko, D. dan Suyanto, B. (2011). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Ranjabar. J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rivai,V. dan Mulyadi, D. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Saripudin, D. dan Ahmad, A.R. Masyarakat dan Pendidikan: Perspektif

Sosiologi. (2008). Malaysia: Yayasan Istana Abdulaziz.

Sarwono, S.W. dan Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Selemba Humanika.

Satori, D. & Komariah, A. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


(31)

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama.

Setiadi, E. M dan Kolip, U. (2011). Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Soeleman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, S. (2009). Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan

Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Soyomukti, N. (2010). Pengantar Sosiologi : Dasar Analisis, Teori, &Pendekatan

Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial,& Kajian-Kajian Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibisono, D. (2013). Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis & Disertasi. Yogyakarta: ANDI.

2. Skripsi

Irianto, R. D. (2014). Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Etnik Jawa di Desa

Margahayu Selatan Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. (Skripsi).

Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Nusantara, A.S.P. (2014). Sistem Nilai Orang Tua yang Mempengaruhi

Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

(Skripsi). Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyono, T. (2010). Keputusan Orang Tua dalam Menentukan Pendidikan

Tinggi Bagi Anak Perempuan di Desa Kedungsono Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. (Skripsi). Sosiologi, Universitas Sebelas Maret.


(32)

3. Jurnal

Ardlin, F. (2013). Forma Mobilitas Sosial dalam Kapitalisme Pendidikan. Jurnal Diskursur Islam, 1 (3), hlm. 437-448.

Budi, E.A & Sidemen, I. G. (2013). Kendala-kendala yang Dihadapi Masyarakat

Miskin dalam Mengakses Pendidikan Formal (Studi pada Keluarga Pemulung di Kelurahan Sulah Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung). Jurnal Sosiologi, 15 (1), hlm. 63-71.

Huba, R.K., Bahari. Y., & Rustiyarso. (2014). Analisis Faktor Penyebab Anak.

Tidak Menlanjutkan Pendidikan ke Jenjang Perguruan Tinggi pada Keluarga Petani. Jurnal Untan: Jurnal Pendidikan dan Pembelanjaran, 3 (1),

hlm. 1-14.

4. Web

Bkkbn. (2012). Indikator dan Kriteria Keluarga. Tersedia di:

www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indikasi.htm. [24 Juni 2015 pukul 11.43 WIB]

Hudri. (2013).Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. Tersedia di:

http://expresisastra.blogspot.com/2013/11-pengertian-pendidikan-menurut-ahli.html?m=. [20 Maret 2015pukul 04.22 WIB]

Komaruzaman, Relly. (2014). Pendidikan. Tersedia di:

http://id.me.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. [20 Maret 2015 pukul 04.22

WIB]

Rayani. (2013). Keluarga Sejahtera. Tersedia di:

http://rayanakepns.blogspot.com/2013/05/keluarga-sejahtera.html/m=1. [20


(1)

100

menjadi lebih baik. Keluarga yang memandang pendidikan tinggi itu tidak penting akan memilih bekerja dan tidak melanjutkan sekolahnya. Karena dengan bekerja akan mendapatkan uang untuk menambah keuangan keluarga. Berbeda dengan keluarga yang memandang pendidikan tinggi itu penting, mereka akan memilih untuk tetap menyekolah anaknya. Karena mereka yakin bahwa kelak anaknya akan merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kemudian pandangan mereka tentang waktu, keluarga pra sejahtera yang menjadikan masa lalu sebagai pedomannya di masa sekarang akan memilih untuk membiarkan anaknya berhenti sekolah dan membiarkan mereka untuk bekerja. Karena orang tuanya dulu pun mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami anak-anaknya saat ini. Berbeda halnya dengan keluarga pra sejahtera yang memandang pendidikan tinggi itu penting, mereka akan menjadikan pengalamannya di masa lalu sebagai pelajaran di masa sekarang. Orang tua tidak ingin anaknya memiliki nasib yang sama dengan orang tuanya dulu, sehingga orang tua pun memilih untuk terus berusaha memenuhi pendidikan anaknya agar anak memiliki masa depan yang lebih baik. Dan yang terakhir adalah hubungan keluarga pra sejahtera dengan sesamanya akan berpengaruh terhadap persepsi, sikap dan tindakan mereka akan sesuatu hal. Pada dasarnya sistem nilai budaya berkaitan erat dengan masyarakat. Perilaku itu sendiri dapat dilihat dari kepribadian seseorang karena pada dasarnya kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang terdapat di dalam diri seorang individu. Artinya, sistem nilai budaya berperan terhadap perilaku, pola pikir, dan kepribadian seorang individu.

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pesepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Maka adapun implikasi dari penelitian ini yaitu penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa maupun masyarakat luas mengenai ilmu sosiologi yang berkenaan dengan konsep-konsep dalam mata kuliah Sosiologi Pendidikan, khususnya yang menyangkut tentang mobilitas sosial dan pendidikan.


(2)

101

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pesepsi keluarga pra sejahtera terhadap peranan lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Maka adapun rekomendasi dari penulis yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa pendidikan sosiologi hendaknya memahami permasalahan mengenai persepsi keluarga pra sejahtera terhadap lembaga pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial vertikal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah referensi bagi kajian keilmuan sosiologi terutama berkenaan dengan materi mengenai pendidikan dan mobilitas sosial.

2. Bagi Orang Tua Keluarga Pra Sejahtera

Bagi orang tua diharapkan lebih memiliki kesadaran dan keinginan untuk menyekolahkan anaknya hingga Perguruan Tinggi guna memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang.

3. Bagi Anak Keluarga Pra Sejahtera

Bagi anak diharapkan memiliki kesadaran dan keinginan untuk mendapatkan pendidikan tinggi agar mampu tumbuh menjadi individu yang berkualitas dan berpendidikan.

4. Bagi Masyarakat Umum

Masyarakat diharapkan lebih memiliki kesadaran dalam pendidikan. Karena dengan pendidikan tinggi akan menghasilkan individu yang berkualitas, berkarakter, dan menjadi individu yang mampu bersaing di dunia global. 5. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan kajian mengenai keluarga pra sejahtera yang memfokuskan kepada pengaruh pola asuh di keluarga pra sejahtera terhadap perilaku menyimpang anak di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya, karena menurut informasi yang diperoleh penulis dari tokoh masyarakat setempat yaitu banyaknya anak-anak keluarga pra sejahtera yang melakukan perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, anggota geng motor, dan lain sebagainya.


(3)

102

6. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Kampung Kudang Uyah diharapkan untuk lebih berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan agar mampu melahirkan generasi-generasi yang berpendidikan, berkualitas dan berkarakter guna pembangunan Kampung Kudang Uyah sendiri.


(4)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Ahmadi, Abu. (2003). Ilmu Sosial Dasar: Mata Kuliah Dasar Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Broom, Leonardo dan Selznick, Philip. (1957). Sociology. Jakarta: Rineka Cipta. Elmubarok, Z. (2009). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, danPendidikan. Jakarta :Rajagrafindo Persada.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Ihromi, T. (2004). Sosiologi Keluarga. Jakarta: Raja Garfindo.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Nasution. (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Narwoko, D. dan Suyanto, B. (2011). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Ranjabar. J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rivai,V. dan Mulyadi, D. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Saripudin, D. dan Ahmad, A.R. Masyarakat dan Pendidikan: Perspektif Sosiologi. (2008). Malaysia: Yayasan Istana Abdulaziz.

Sarwono, S.W. dan Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Selemba Humanika.

Satori, D. & Komariah, A. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


(5)

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama.

Setiadi, E. M dan Kolip, U. (2011). Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.

Soeleman, M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Soekanto, S. (2009). Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Soyomukti, N. (2010). Pengantar Sosiologi : Dasar Analisis, Teori, &Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial,& Kajian-Kajian Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibisono, D. (2013). Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis & Disertasi. Yogyakarta: ANDI.

2. Skripsi

Irianto, R. D. (2014). Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Etnik Jawa di Desa Margahayu Selatan Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. (Skripsi). Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Nusantara, A.S.P. (2014). Sistem Nilai Orang Tua yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. (Skripsi). Pendidikan Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyono, T. (2010). Keputusan Orang Tua dalam Menentukan Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan di Desa Kedungsono Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. (Skripsi). Sosiologi, Universitas Sebelas Maret.


(6)

3. Jurnal

Ardlin, F. (2013). Forma Mobilitas Sosial dalam Kapitalisme Pendidikan. Jurnal Diskursur Islam, 1 (3), hlm. 437-448.

Budi, E.A & Sidemen, I. G. (2013). Kendala-kendala yang Dihadapi Masyarakat Miskin dalam Mengakses Pendidikan Formal (Studi pada Keluarga Pemulung di Kelurahan Sulah Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung). Jurnal Sosiologi, 15 (1), hlm. 63-71.

Huba, R.K., Bahari. Y., & Rustiyarso. (2014). Analisis Faktor Penyebab Anak. Tidak Menlanjutkan Pendidikan ke Jenjang Perguruan Tinggi pada Keluarga Petani. Jurnal Untan: Jurnal Pendidikan dan Pembelanjaran, 3 (1), hlm. 1-14.

4. Web

Bkkbn. (2012). Indikator dan Kriteria Keluarga. Tersedia di: www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/indikasi.htm. [24 Juni 2015 pukul 11.43 WIB] Hudri. (2013).Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. Tersedia di:

http://expresisastra.blogspot.com/2013/11-pengertian-pendidikan-menurut-ahli.html?m=. [20 Maret 2015pukul 04.22 WIB]

Komaruzaman, Relly. (2014). Pendidikan. Tersedia di:

http://id.me.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. [20 Maret 2015 pukul 04.22 WIB]

Rayani. (2013). Keluarga Sejahtera. Tersedia di:

http://rayanakepns.blogspot.com/2013/05/keluarga-sejahtera.html/m=1. [20 Maret 2015 pukul 05.49 WIB]