Perempuan Pramuniaga (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan Di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)

(1)

PEREMPUAN PRAMUNIAGA

Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

Disusun oleh

:

NAMA : OKTARINA JUWITA LUBIS

NIM : 020905022

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : OKTARINA JUWITA LUBIS NIM : 020905022

DEPARTEMEN : ANTROPOLOGI

JUDUL : PEREMPUAN PRAMUNIAGA

(Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)

Medan, 5 Mei 2008

PEMBIMBING SKRIPSI KETUA DEPARTEMEN

(Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc) (Drs. Zulkifli Lubis, MA) NIP : 131674460 NIP :131882278

DEKAN FISIP USU

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) NIP : 131757010


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul ”PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)”.

Laporan Skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa dari Program Sarjana S-1 Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat mutlak untuk kelulusan.

Akan sulit bagi penulis menyelesaikan Laporan Skripsi ini bila tanpa pengarahan dan bimbingan Ibu dosen pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA selaku Ketua Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, atas kebijaksanaan memberikan segala bentuk izin dan tenggang waktu bagi penulis.

3. Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc selaku dosen wali sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama proses penyusunan Laporan Skripsi ini.

4. Ayahanda Ahmad Nazar, atas segala dukungan baik moral maupun materi dan doa yang diberikan.

5. Ibunda Lelyana Kawaharai tercinta, atas segala kesabaran, dukungan baik moral maupun materi dan doa yang diberikan.

6. Adik-adik saya tercinta Rullyando, M. Faiz Reflizardi dan Reki Nurfaizi, atas segala dukungan dan doa yang diberikan.


(4)

7. Belahan jiwaku tercinta, Abdul Rahman, A.Md, atas segala dukungan dan bantuannya selama penulis menyelesaikan Laporan Skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, atas ilmu dan keterampilan yang diberikan.

9. Seluruh Staf Sekretariat Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara terutama kak Sri Handayani atas segala bantuan telah yang diberikan.

10.Seluruh teman-teman para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang telah sudi meluangkan waktunya untuk menjadi informan bagi tulisan ini. 11.Seluruh teman-teman Departemen Antropologi ’02 dan ’03. Terutama Ika dan

Nanda (friends 4ever guys...), Ecy, Lia, Luna, Adek, Ida, Ami, Endang dan lain-lain yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

12.Teman-teman penulis yang lain. Baby, Ina, Dewi, Feny dan lain-lain yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil Laporan Skripsi ini tidak luput dari kesalahan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pihak demi hasil yang lebih baik.

Semoga hasil Laporan Skripsi ini dapat menjadi masukan yang berguna dalam memperkaya Ilmu Pengetahuan khususnya di bidang Antropologi.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Medan, 5 Mei 2008 Penulis


(5)

ABSTRAK

Oktarina Juwita Lubis, 2008, Judul Skripsi : PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan), skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 136 halaman, 8 daftar tabel, dan beberapa lampiran yang terdiri dari tabel rangkuman data-data informan, peta, daftar pertanyaan dan surat penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk berusaha menggali informasi lebih dalam dan lebih rinci mengenai kehidupan para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam bidang ekonomi dan hubungan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya .

Guna menunjang penelitian ini, penulis memilih duabelas informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keduabelas informan tersebut merupakan pramuniaga perempuan yang seluruhnya bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, yang sesuai dengan beberapa kriteria yang telah penulis tentukan sebelumnya. Daerah kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dipilih penulis menjadi tempat penelitian dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan.

Dari data yang telah diperoleh di lapangan ditemukan kenyataan bahwa kemegahan toko dan “wah” nya penampilan para pramuniaga perempuan ini, ternyata berbanding terbalik dengan realitas kehidupan mereka sebenarnya. Para pramuniaga perempuan ini dengan kisaran gaji antara Rp. 750.000,- – Rp. 980.000,- tetap saja hidup serba pas-pasan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarganya secara layak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, yang semuanya terpusat pada ketidakberesannya sistem manajemen toko. Dan adanya pola hubungan vertikal antara pihak toko dan pramuniaga perempuan yang cenderung bersifat eksploitatif, sementara para pramuniaga itu sendiri kadang tidak sadar dengan keadaan tersebut. Jam kerja yang panjang, ketidakjelasan spesifik kerja, dan tidak hanya itu, adanya pandangan-pandangan negatif dari masyarakat umum semakin menambah daftar panjang permasalahan mereka, baik dalam masalah sosial dan ekonomi.

Tetapi disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesi pramuniaga sebenarnya cukup menguntungkan dan memberi peluang besar bagi para tenaga kerja perempuan. Hanya saja diperlukan beberapa pembenahan termasuk pada sistem perjanjian kerjanya, agar profesi pramuniaga perempuan ini benar-benar menjadi profesi yang menguntungkan, khususnya bagi para perempuan.


(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….…………... Abstrak………...………….... Daftar Isi ………..………...…

BAB I. PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ………...….. 1.2. Ruang Lingkup Penelitian………...… 1.3. Lokasi Penelitian……... 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………….……….... 1.5. Kajian Pustaka……….. 1.6. Metode Penelitian……….. 1.6.1. Teknik Pengambilan Data……….. 1.6.2. Sampel dan Populasi………. 1.6.3. Analisa Data………..

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……… 2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam…...……….. 2.1.1. Deskripsi Kecamatan Medan Maimun…. 2.1.2. Deskripsi Kelurahan Kampung Baru…..

2.2. Sejarah Lokasi Penelitian....………... 2.3. Pemerintahan Desa……… 2.4. Keadaan Penduduk……… 2.4.1. Jumlah Penduduk……….. 2.4.2. Komposisi Penduduk………. 2.5. Pola Pemukiman……….... 2.6. Sarana dan Prasarana………. 2.7. Sistem Kemasyarakatan……… 2.7.1. Sistem Kekerabatan……….. 2.7.2. Kesatuan Hidup Setempat……….… 2.7.3. Sistem Kepemimpinan………...

i iii iv 1 1 8 9 9 10 17 18 21 23 24 24 24 25 27 28 31 31 31 37 39 42 42 44 45


(7)

BAB III. PEREMPUAN DAN PEKERJAANNYA………..…. 3.1. Perkembangan Pekerjaan Perempuan………. 3.2. Deskripsi Umum Profesi Pramuniaga Perempuan……….. 3.3. Kehidupan Para Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kampung Baru………..

BAB IV. PEREMPUAN, PRAMUNIAGA DAN LIKA LIKU

KEHIDUPANNYA……….. 4.1. Pramuniaga Perempuan dan Kehidupannya………. 4.2. Alasan Perempuan Bekerja Sebagai Pramuniaga………....

4.3. Penghasilan Para Pramuniaga Perempuan... ….. 4.4. Pengeluaran Para Pramuniaga Perempuan...

4.5. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan Pihak Toko... 4.6. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan Rekan

Kerjanya……… 4.7. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan

Pembeli………. 4.8. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan

Lingkungan Masyarakat……….. 4.9. Pramuniaga Perempuan dan Masa Depannya...

BAB V. KESIMPULAN………. 5.1. Kesimpulan ………. 5.2. Saran ………...

Daftar Pertanyaan.……… Daftar Pustaka ………..

46 46 47 52 82 82 84 87 95 99 103 106 109 115 118 118 128 131 134


(8)

ABSTRAK

Oktarina Juwita Lubis, 2008, Judul Skripsi : PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan), skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 136 halaman, 8 daftar tabel, dan beberapa lampiran yang terdiri dari tabel rangkuman data-data informan, peta, daftar pertanyaan dan surat penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk berusaha menggali informasi lebih dalam dan lebih rinci mengenai kehidupan para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam bidang ekonomi dan hubungan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya .

Guna menunjang penelitian ini, penulis memilih duabelas informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keduabelas informan tersebut merupakan pramuniaga perempuan yang seluruhnya bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, yang sesuai dengan beberapa kriteria yang telah penulis tentukan sebelumnya. Daerah kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dipilih penulis menjadi tempat penelitian dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan.

Dari data yang telah diperoleh di lapangan ditemukan kenyataan bahwa kemegahan toko dan “wah” nya penampilan para pramuniaga perempuan ini, ternyata berbanding terbalik dengan realitas kehidupan mereka sebenarnya. Para pramuniaga perempuan ini dengan kisaran gaji antara Rp. 750.000,- – Rp. 980.000,- tetap saja hidup serba pas-pasan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarganya secara layak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, yang semuanya terpusat pada ketidakberesannya sistem manajemen toko. Dan adanya pola hubungan vertikal antara pihak toko dan pramuniaga perempuan yang cenderung bersifat eksploitatif, sementara para pramuniaga itu sendiri kadang tidak sadar dengan keadaan tersebut. Jam kerja yang panjang, ketidakjelasan spesifik kerja, dan tidak hanya itu, adanya pandangan-pandangan negatif dari masyarakat umum semakin menambah daftar panjang permasalahan mereka, baik dalam masalah sosial dan ekonomi.

Tetapi disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesi pramuniaga sebenarnya cukup menguntungkan dan memberi peluang besar bagi para tenaga kerja perempuan. Hanya saja diperlukan beberapa pembenahan termasuk pada sistem perjanjian kerjanya, agar profesi pramuniaga perempuan ini benar-benar menjadi profesi yang menguntungkan, khususnya bagi para perempuan.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat pesat. Diperkirakan pada saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah melebihi angka 200 juta jiwa (laporan BPS tahun 2004) dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Ini dapat kita amati terutama pada daerah–daerah padat penduduk yang umumnya merupakan kota– kota besar di Indonesia. Secara umum pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat akan dapat menimbulkan masalah, khususnya pada negara-negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan cepatnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang akan diikuti dengan penghamburan sumber-sumber daya alam dan kelangkaan sumber pangan (Lucas, 1984: 21). Artinya dengan bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

Walaupun demikian, pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut mempunyai kemungkinan untuk diikuti oleh bertambahnya jumlah tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan modal dalam menunjang proses pembangunan negara sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, jika tenaga kerja tersebut menjadi tidak terkendali dan tidak sebanding dengan lapangan kerja yang ada sementara kebutuhan hidup semakin meningkat, maka yang terjadi adalah hal ini malah akan menjadi penghambat pembangunan itu sendiri.


(10)

tenaga kerja yang tidak terkendali tidak lagi menjadi modal penunjang pembangunan, malah menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri, akibat jumlah tenaga kerja dengan peluang kerja tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja akan tetap menuntut perluasan peluang kerja demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat pula (Suratiyah, 1995).

Laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi tersebut akan dapat diartikan bahwa semakin tinggi pula penduduk yang masuk angkatan kerja (BPS tahun 2003). Kondisi inilah yang menyebabkan tidak hanya penduduk yang berjenis kelamin laki-laki saja yang berperan dalam kegiatan produktif, tetapi penduduk perempuanpun mulai melibatkan diri ke dalam angkatan kerja tersebut. Didorong oleh semakin mendesaknya kebutuhan hidup, maka partisipasi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi semakin menjadi suatu keharusan (Ariani, 1989: 5). Selain itu adanya peningkatan pendidikan baik pada laki-laki maupun perempuan juga mengakibatkan tingkat persaingan dalam mencari pekerjaan pun semakin tinggi, dimana sekarang ini sudah banyak kaum perempuan yang ikut dalam bursa pencarian tenaga kerja. Pada tahun 2003, tercatat sebanyak 35 persen dari seluruh angkatan kerja adalah perempuan, selebihnya angkatan kerja laki-laki (BPS tahun 2003).

Walaupun dari data dan informasi ketenagakerjaan menunjukkan masih terdapat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, tetapi terjadi peningkatan peran perempuan di lingkungan masyarakat, khususnya dalam kegiatan ekonomi. Apabila sebelumnya, perempuan hanya berperan sebagai pengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga, saat ini semakin banyak perempuan yang bekerja. Hal ini terlihat dari banyaknya partisipasi perempuan dalam pekerjaan


(11)

di luar rumah tangga dan macam-macam bidang yang di masukinya. Dalam artian bahwa jumlah perempuan yang bekerja di luar pekerjaan rumah tangga, secara kuantitatif mengalami peningkatan yang cukup berarti. Selain itu semakin banyak pula bidang-bidang pekerjaan yang dulunya sangat didominasi oleh laki-laki, kini mulai dirambah oleh tenaga kerja perempuan.

Idealnya suatu peningkatan secara kuantitatif akan lebih baik jika di ikuti dengan peningkatan secara kualitatif. Demikian pula yang seharusnya terjadi pada pekerja perempuan. Apa yang terlihat pada tenaga kerja perempuan Indonesia tidak seperti yang diharapkan. Kemajuan kuantitatif yang tampak mengembirakan, tidak didukung oleh perkembangan kualitatif yang memadai (Abdullah, 1995: 4).

Menurut BPS tahun 2003, persentase angkatan kerja perempuan berpendidikan SD jauh lebih banyak (61%) dibandingkan angkatan kerja laki-laki yang hanya sebesar 51 persen. Demikian pula persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan SMP dan SMA hanya mencapai 17 persen dibandingkan angkatan kerja laki-laki dengan jenjang pendidikan yang sama. Walaupun demikian persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan tinggi yakni Diploma dan Universitas sudah mencapai 2 dan 3 persen.

Pada umumnya hambatan dari pengembangan potensi para pekerja perempuan ini selain akibat pendidikan yang tidak mendukung profesionalisme, juga disebabkab kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, pencurahan tenaga kerja untuk mengurus rumah tangga dan mencari nafkah. Keterbatasan perempuan dibandingkan dengan laki-laki ini, nampak dengan adanya anggapan karena faktor biologis dan sosial budaya yang mengakibatkan adanya pembagian kerja berdasarkan seks.


(12)

Di sektor formal, peranan tenaga kerja perempuan biasanya jauh lebih kecil. Mayoritas para pekerja perempuan di sektor formal menduduki posisi yang kurang penting. Hal ini sering dikaitkan dengan anggapan masyarakat bahwa perempuan memiliki kemampuan yang terbatas dan stabilitas yang kurang mantap. Artinya dikarenakan pekerja perempuan biasanya (dipandang) tidak bekerja stabil karena alasan-alasan menstruasi, hamil, melahirkan, maka mereka sering terdesak kedalam pekerjaan di sektor sekunder tadi (Nasikun, 1990). Dengan alasan itu pula sebagian besar pekerja perempuan dibayar dengan gaji rendah. Dan sekali mereka masuk ke sektor sekunder, maka sulit untuk melakukan mobilitas ke sektor primer. Dengan kata lain, hampir tidak terjadi mobilitas pekerjaan antar sektor tersebut (Manning, 1979).

Alasan lain yang sering pula dikemukakan adalah bahwa perempuan hanya cocok bagi pekerjaan yang feminin atau pekerjaan yang berkaitan dengan nalurinya dalam peran sebagai ibu rumah tangga atau mitra pembantu laki-laki, misalnya guru, perawat, pelayan restoran, penjaga toko (pramuniaga), pembantu rumah tangga, buruh pabrik, juru masak, operator telepon, tellerbank, dan sejenisnya (www.pendidikannetwork).

Jadi, dapat kita lihat bahwa keterlibatan perempuan pada pekerjaan-pekerjaan seperti diatas sesungguhnya memperlihatkan adanya perluasan ketimpangan gender. Dimana dalam kehidupan nyata dapat kita amati dimana kedudukan kaum perempuan sering dilihat sebagai suatu “second class citizen”, yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki (Mardikanto, 1990: 103). Padahal bekerja merupakan hal yang mendasar dalam memperoleh penghidupan yang layak sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 88) yang menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak


(13)

bagi kemanusiaan, disamping kesetaraan gender merupakan salah satu hak azasi manusia yakni laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh penghidupan yang layak tersebut. (www.nakertrans.go.id)

Adanya pembagian kerja secara seksual ini merupakan salah satu istilah yang turut menandai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja secara seksual ini sudah berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia hidup di dalam masyarakat yang masih liar (savagery), kemudian berkembang menjadi masyarakat yang belum beradap (barbarism) dan hingga sekarang ini menjadi masyarakat yang sudah beradab (civilized society) (Arif Budiman, 1985: 17-21). Jadi, pembagian kerja yang didasarkan jenis kelamin ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, karenanya orang sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.

Ada 2 teori besar tentang pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin tersebut, yaitu :

01.Teori Nature, teori yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang sudah ada sejak manusia dilahirkan.

02.Teori Nurture, teori yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, jadi tidak dibawa sejak lahir. (www.pendidikannetwork.com)

Masyarakat Indonesia cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan perempuan sebagai hal yang alamiah, sehingga lebih dekat pada pemikiran Teori Nature. Teori inilah yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian ini. Keikutsertaan kaum perempuan untuk bekerja sama dengan kaum laki-laki menimbulkan adanya peran ganda


(14)

perempuan, di mana perempuan di satu pihak dituntut peran sertanya dalam pembangunan dan memberikan sumbangannya kepada masyarakat secara nyata, di lain pihak perempuan dituntut pula untuk menjalankan tugas utamanya di dalam rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena adanya suatu paham yang membedakan status laki-laki dan perempuan yaitu gender ideology. Ideologi gender ini telah membentuk mental masyarakat untuk merekayasa perilaku dan sikap laki-laki dan perempuan menurut kategori tertentu terhadap masing–masing jenis kelamin.

Gwartner (1977) misalnya mengungkapkan adanya spesialisasi pekerjaan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan, yaitu perempuan hanya pantas untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau reproduksi, sedangkan hanya laki-laki lah yang

pantas untuk melakukan pekerjaan nafkah atau produksi.

(www.pendidikannetwork.com)

Akan tetapi kini pembagian kerja secara seksual tidak lagi hanya terjadi antara bidang domestik dan publik. Di bidang politik pun terjadi segmentasi, subordinasi dalam stratifikasi gender menunjukkan bahwa dalam kehidupan ekonomi, perempuan berada pada posisi subordinat terhadap laki-laki (Abdullah, 1995: 4). Bahwa di dalam masyarakat telah ditunjukkan dengan jelas di mana posisi perempuan dan posisi laki-laki. Di dalam dunia kerja, keadaan ini dapat terlihat dengan jelas. Dimana semakin tinggi jenjang kepangkatan, maka semakin sedikit perempuan yang mendudukinya.

Bidang–bidang pekerjaan penting dan berupah tinggi cenderung dikerjakan laki-laki, dan kalau pun perempuan juga mengerjakan pekerjaan dengan jenis dan kemampuan yang sama, maka upah yang diterima akan lebih rendah daripada laki-laki. Perbedaan


(15)

upah/gaji yang diterima oleh laki-laki dan perempuan ini cukup mencolok, fakta ini dapat kita amati melalui data BPS tahun 2003 sebagai contoh, dimana disebutkan bahwa dalam pekerjaan industri, laki-laki akan digaji sebesar Rp.832.200,- sementara perempuan hanya akan mendapatkan gaji sekitar Rp.629.000,-.

Sehingga dapat terlihat bahwa telah terjadi ketimpangan-ketimpangan pada tenaga kerja perempuan. Diskriminasi semacam ini tidak selalu disebabkan oleh kapasitas perempuan yang terbatas (tingkat pendidikan dan keahlian yang terbatas), akan tetapi seringkali disebabkan oleh faktor ideologis (Abdullah, 1995: 5).

Dengan semakin maraknya tenaga kerja perempuan memasuki lapangan pekerjaan di luar rumah, terutama sektor perdagangan dan industri, maka semakin banyak pula jenis pekerjaan yang dimasuki oleh tenaga kerja perempuan. Salah satu jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai pramuniaga atau pelayan toko. Pekerjaan ini menjadi ladang bagi sebagian besar tenaga kerja perempuan. Hampir di setiap pertokoan, pekerjaan sebagai pramuniaga didominasi oleh para perempuan, sehingga pekerjaan ini menjadi primadona bagi para tenaga kerja perempuan tersebut.

Sekilas memang kita lihat penampilan pramuniaga perempuan yang “cantik”, seringkali telah mengaburkan pandangan kita pada realita kehidupan mereka yang sebenarnya. Tingkah laku yang harus dibuat semenarik mungkin, lengkap dengan keramahan yang ditonjolkan mereka ketika menghadapi pembeli, telah menenggelamkan kisah hidup mereka yang sebenarnya jauh dari gambaran kegermelapan toko dan penampilan mereka. Gaji yang rendah, minimnya fasilitas yang diberikan, belum lagi adanya perlakuan yang tidak adil dari pihak toko dan para pembeli yang harus mereka terima sebagai imbalan dari profesi ini. Disamping itu mereka juga harus menghadapi


(16)

respon dari masyarakat sekitar yang kadang juga yang cenderung menyudutkan para pramuniaga perempuan ini. Semua itu semakin memperpanjang daftar penderitaan mereka.

Dari sedikit penjelasan diatas dapat kita bayangkan bagaimana perjuangan para pramuniaga perempuan ini dalam menjalankan kehidupan dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk berusaha menganalisis kehidupan daripada para pramuniaga perempuan ini baik kehidupan di lingkungan pekerjaan maupun kehidupan lingkungan sosial masyarakatnya.

1. 2. Ruang Lingkup Penelitian

Sejalan dengan apa yang telah diungkapkan pada penjelasan sebelumnya, dalam penelitian ini, penulis berusaha melihat dan menganalisis kehidupan daripada para pramuniaga perempuan ini di lingkungan pekerjaan dan interaksinya dengan masyarakat di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan ini. Untuk itu, peneliti ingin menjelaskannya melalui hal-hal yang menjadi permasalahan berikut:

01.Bagaimana para pramuniaga perempuan ini melakukan pekerjaannya dan alasan mereka memilih profesi ini?

02.Bagaimana sesungguhnya kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana mereka mengatasi segala kebutuhan hidupnya?

03.Bagaimana interaksi sosial mereka dengan lingkungan pekerjaan dan masyarakat sekitar mereka tinggal?


(17)

1. 3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Alasan memilih lokasi ini dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan. Terbukti dengan banyaknya jenis-jenis toko yang ada di kawasan pasar Kampung Baru ini dan juga banyaknya tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga perempuan pada toko-toko tersebut. Toko-toko dari kawasan pasar Kampung Baru yang diambil sebagai tempat penelitian, dilatarbelakangi alasan karena toko-toko ini mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Dengan demikian diharapkan akan dapat diperoleh data dan gambaran yang lengkap mengenai kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini, sehingga pada akhirnya akan kita dapatkan suatu kesimpulan yang baik dan berguna.

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

01.Mengetahui dan memahami bagaimana para pramuniaga perempuan melaksanakan pekerjaan mereka dan tentu saja disertai dengan mengetahui alasan mereka memilih profesi tersebut.

02.Mengetahui dan memahami bagaimana sebenarnya kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini dan cara mereka mengatasi segala kebutuhan hidupnya sesuai dengan gaji yang mereka peroleh setiap bulan.

03.Mengetahui bagaimana hubungan sosial para pramuniaga perempuan ini dengan orang–orang di lingkungan pekerjaannya maupun dengan masyarakat dimana


(18)

mereka tinggal. Dengan demikian diharapkan kehidupan para pramuniaga perempuan ini dapat tergambarkan secara utuh.

Hasil dari penelitian ini kiranya dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan kepada masyarakat luas pada umumnya serta pemerintah agar dapat lebih memperhatikan masalah kesempatan kerja bagi perempuan guna meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan dan juga untuk penulis pada khususnya, sehingga nantinya dapat memberikan bahan acuan bagi peneliti lainnya.

1. 5. Kajian Pustaka

Sampai sekarang ini kita sering mendengar salah satu mitos yang berhubungan dengan kehidupan kerja bagi seorang perempuan yaitu masak (memasak), macak (mempercantik diri), dan manak (mempunyai anak), yang artinya bahwa tugas utama bagi seorang perempuan hanyalah sebatas memasak, berhias, reproduksi dan merawat anak, termasuk pula merawat suami dan keluarga secara keseluruhan.

Hal ini dikarenakan masyarakat dunia pada umumnya masih dibayangi oleh sistem patriarki, demikian juga di Indonesia. Struktur masyarakat umumnya masih bersifat patriarki dan lembaga utama dari sistem ini adalah keluarga. Sistem patriarki merupakan struktur yang mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan dimana laki-laki mendominasi perempuan. Dominasi ini terjadi karena posisi ekonomis perempuan lebih lemah dari laki-laki (Arief Budiman: 1985, 60) sehingga perempuan dalam pemenuhan kebutuhan materialnya dipandang sangat tergantung pada laki-laki. Kondisi ini merupakan implikasi dari sistem patriarki yang memisahkan peran utama antara laki-laki dan perempuan dalam


(19)

keluarga, laki-laki berperan sebagai kepala keluarga, terutama bertugas di sektor publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi laki-laki untuk memperoleh uang dari pekerjaannya, sedang perempuan sebagai "ratu rumah tangga", terutama bertugas di sektor domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak memperoleh bayaran. Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya perempuan tergantung kepada laki-laki sebagai pencari nafkah.

Pembagian peran di sektor publik untuk laki-laki dan di sektor domestik untuk perempuan ini terutama terlihat jelas di lingkungan keluarga yang berkecukupan. Karena umumnya si istri lebih diarahkan untuk mengurus suami dan keluarganya, dan suaminya lah yang bekerja mencukupi keluarganya. Sedangkan pada keluarga ekonomi rendah/bawah dikotomi pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarki mengalami perubahan. Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum perempuan dari kelas ekonomi rendah untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik.

Sebagaimana yang dikatakan Bermana (1996: 12), bekerja adalah suatu bentuk kegiatan yang dapat diterima masyarakat, serta yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan riil bagi individu yang melakukannya. Bekerja mengandung pengertian sebagai aktivitas sosial yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai waktu (Ihromi 1990: 5). Sementara itu fungsi kerja bagi manusia adalah untuk berproduksi, mencipta, mendapatkan penghargaan, serta memperoleh penghasilan.


(20)

Keputusan perempuan untuk bekerja bagi kalangan kelas menengah ke bawah, pada umumnya didasarkan pada alasan seputar kondisi sosial ekonomi (Boserup, 1984). Pendapatan suami yang tidak mencukupi (bagi perempuan yang sudah menikah), atau keadaan keluarga dengan kebutuhan semakin besar dan sulit untuk dipenuhi, sementara pendapatan orang tua kecil (bagi yang belum menikah), membuat para perempuan ini turut bekerja di luar lingkungan rumah tangga. Dengan demikian, penghasilan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup memang dapat diperoleh. Namun, membanjirnya perempuan yang berpartisipasi dalam pasar kerja akan dapat menimbulkan keadaan yang kurang menguntungkan bagi posisi tawar-menawar (bargaining position) tenaga kerja terhadap majikan. Hal ini dikarenakan banyak majikan yang selalu menginginkan gaji yang kecil yang kadangkala tidak sesuai dengan lamanya waktu kerja daripada para tenaga kerja tersebut.

Keterlibatan perempuan dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Pada dasarnya perkembangan kapitalis sangat tergantung pada akumulasi modal dengan demikian kedudukan buruh dalam sistem ini hanya merupakan komoditi yang dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas. Untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari proses produksinya maka sistem ini berupaya untuk menekan biaya proses produksi seminimal mungkin, sehingga pada prakteknya upah buruh dibayar murah, tapi buruh harus mencurahkan waktu yang panjang untuk bekerja bagi kepentingan kapitalis. Perspektif Marx menggambarkan dengan cara ini kapitalis memperoleh keuntungan yang besar sehingga bisa menjadi modal untuk mengembangkan usaha. Perkembangan usaha ini selanjutnya memerlukan penambahan jumlah tenaga kerja, karena tenaga kerja yang


(21)

tersedia sudah tidak memadai lagi, maka kekurangan tenaga kerja diambil dari keluarga buruh, yakni dengan melibatkan anggota keluarga mereka. Marx dan Engels dalam hal ini mengemukakan keluarga kelas proletar. Khususnya ekonomi individu dalam kelas buruh sedemikian memprihatinkan sehingga istri dan anak-anak mereka terpaksa bekerja berjam-jam lamanya dalam pabrik untuk mencukupi pendapatan demi kelangsungan keluarga mereka (Doyle; 1986, 137). Dalam tulisan-tulisan Marx ini, penindasan terhadap perempuan dikemukakan di dalam suatu konteks faktor-faktor ekonomi yang membentuk struktur politik dan sosial serta kehidupan perempuan didalamnya.

Memperhatikan faktor di atas terlihat bahwa keterlibatan perempuan dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari:

1. Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.

2. Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni desakan/kesulitan ekonomi keluarga.

Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi inilah yang pada hakekatnya menghantarkan kaum perempuan untuk bekerja di sektor publik (Lina Sudarwati, 2003). Apalagi ditambah pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini kurang menguntungkan bagi mereka yang mempunyai pendapatan kecil karena semakin merosotnya nilai mata uang rupiah. Harga-harga kebutuhan hidup naik, sementara pembangunan yang di harapkan dapat memberikan perbaikan-perbaikan di segala bidang kehidupan bermasyarakat, ternyata banyak membawa dampak negatif. Sehingga semakin memperberat beban yang harus dipikul oleh suatu keluarga. Dengan demikian menjadi


(22)

lebih rasional dan menjadi suatu keharusan bagi perempuan untuk ikut serta membantu perekonomian keluarga.

Tekanan-tekanan ekonomi di daerah asal kemudian menyebabkan banyak tenaga kerja perempuan dari desa mengadu nasib ke kota atau melakukan urbanisasi. Ariani (1989: 10-11) menyatakan bahwa alasan utama seseorang melakukan urbanisasi adalah alasan mencari pekerjaan. Hal ini didukung karena adanya faktor pendorong dari daerah asal seperti kesulitan ekonomi, tidak ada pekerjaan di desa, harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan memperbaiki kualitas kehidupan (Boserup: 1984; 153-156).

Turunnya daya serap sektor pertanian di desa terhadap tenaga kerja perempuan mendorong para perempuan untuk terpaksa bekerja di sektor publik terutama di sektor industri. Hal ini dimungkinkan karena pengembangan industrialisasi di Indonesia masih diorientasi pada usaha padat karya, agar sektor industri dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Berbeda dengan sektor pertanian maka di sektor industri ada hirarki jenis pekerjaan dan upah berdasarkan skill. Pada struktur kerja primer, seseorang memperoleh ganjaran yang lebih baik, adanya promosi jabatan, hanya untuk dapat memasuki sektor primer ini seseorang harus memiliki pendidikan, skill/ketrampilan khusus serta terikat pada peraturan dan disiplin kerja yang ditetapkan, terutama masalah waktu bekerja. Sedang sektor sekunder, biasanya ditandai dengan pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan khusus dan berupah rendah, kadang kala bersifat musiman.

Kondisi pada faktor pertanian dan non pertanian yang tidak mampu menyerap tenaga kerja di desa, serta kondisi tenaga kerja desa yang juga tidak mampu terserap industri di kota, di tambah lagi menumpuknya tenaga kerja kota menyebabkan timbulnya prilaku-prilaku ekonomi. Dengan demikian yang kemudian muncul adalah suatu bentuk


(23)

persaingan yang sangat ketat di kota, yang mana keputusan-keputusan ekonomi selalu di dasarkan pada usaha untuk mencari keuntungan. Untuk mengatasi persaingan tersebut, maka harus diterapkan strategi-strategi tertentu dalam setiap segi kehidupan, baik strategi dalam memperoleh keuntungan maupun strategi untuk menyikapi lingkungan sekitar.

Strategi diperlukan sebagai usaha untuk penyesuaian atau adaptasi. Manusia pada dasarnya memang harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan lingkungan yang dihadapi. Keberhasilan dalam beradaptasi ditentukan oleh sejauh mana manusia dapat bertahan dan terus hidup dalam lingkungan tersebut, baik pada lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial. (Ahimsa-Putra, 1980: 1)

Strategi adaptasi itu sendiri menurut Ahimsa-Putra (1980: 7) merupakan suatu pola–pola yang dibentuk oleh berbagai usaha yang direncanakan manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Apa yang dilontarkan oleh Ahimsa-Putra merupakan kritik dan penajaman dari apa yang dikemukakan J. W. Bennet sebelumnya. Bennet berpendapat bahwa strategi adaptasi adalah pola–pola yang dibentuk oleh berbagai penyesuaian yang direncanakan oleh manusia untuk mendapatkan dan menggunakan sumber–sumber daya dan memecahkan masalah yang langsung mereka hadapi (Ahimsa-Putra, 1980: 6). Disini Ahimsa-Putra lebih memperjelas tentang apa yang sebenarnya harus disesuaikan dan tolak ukur apa yang harus dipakai, sebagaimana yang dimaksud Bennet.

Sektor perdagangan dan jasa merupakan tumpuan utama bagi para pekerja perempuan. Dengan kata lain, secara relatif sektor perdagangan dan jasa cenderung lebih menguntungkan bagi kaum perempuan daripada laki-laki (Ariani, 1989: 7). Jika kita membandingkan antara tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dengan laki-laki


(24)

pada sektor perdagangan dan jasa, maka partisipasi perempuan akan lebih tinggi (Tinker, 1975: 39). Menurutnya perempuan lebih mudah bertukar pekerjaan daripada laki-laki, terutama pada jenis kegiatan sektor informal, salah satu pekerjaan tersebut adalah pramuniaga perempuan atau yang lebih dikenal pelayan toko. Pekerjaan pramuniaga berkaitan dengan gender dikarenakan sepertinya pekerjaan pramuniaga ini seperti dikhususkan hanya untuk perempuan saja dan tidak cocok dilakukan oleh laki-laki. Itulah sebabnya pekerjaan ini lebih banyak didominasi oleh perempuan. Dalam artian menurut pandangan masyarakat, pekerjaan seperti pramuniaga hanyalah “pekerjaan ringan” yang seharusnya hanya perempuanlah yang layak melakukannya. Sementara pekerjaan-pekerjaan penting hanya cocok dilakukan oleh laki-laki (Suratiyah, 1995).

Pekerja jasa atau pramuniaga perempuan (pelayan toko) adalah pekerjaan yang mempunyai tugas utama menyediakan layanan perseorangan dan layanan yang bersifat melindungi dan menjual barang-barang di toko dan pasar-pasar. Tugas utamanya terdiri dari menyediakan jasa yang berhubungan dengan perjalanan, pemeliharaan rumah tangga, jasa boga, perawatan perorangan, perlindungan individual, atau menjual barang-barang di toko atau di pasar

Pramuniaga perempuan sebagai pekerja di sektor perdagangan dan jasa kerap terlepas dari agenda pembicaraan dan pembahasan tentang perburuhan, sebab setiap pembicaraan perburuhan yang terlintas hanya gambaran mengenai buruh pabrik. Sementara perburuhan tidak hanya menunjuk pada sektor industri semata, akan tetapi menyangkut banyak sektor, termasuk sektor perdagangan dan jasa, yang melibatkan penggunaan tenaga kerja. (Annisa, 1994: 2)


(25)

Pengakuan terhadap hak-hak perempuan pada dasarnya merupakan penghormatan pula terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, maka perlindungan tenaga kerja perempuan yang sesuai dengan standar internasional tentu menjadi syarat mutlak yang tidak dapat ditawar lagi. Standar internasional yang dimaksud adalah konvensi-konvensi internasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi hak-hak perempuan. Nursyahbani Katjasungkana mencatat bahwa setidaknya sejak tahun 1945 lebih dari dua puluh instrumen hukum internasional telah dihasilkan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap hak-hak perempuan. (www.pendidikannetwork.com)

Jadi, pekerja di sektor ini khususnya pramuniaga perempuan sebenarnya memiliki posisi hukum yang sama dengan pekerja lain, seperti pekerja sektor industri dan sektor lainnya. Namun kita, masyarakat umum dan bahkan pramuniaga perempuan itu sendiri belum tahu posisi mereka dalam perundangan perburuhan tersebut.

1. 6. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan salah satu syarat penting yang tidak dapat diabaikan dalam penelitian ilmiah, karena baik dan buruknya suatu penelitian tergantung kepada metode penelitian yang bersangkutan. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koenjaraningrat, 1981: 30). Oleh karena itu dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kualitatif yang didasarkan pada analisis deskriptif guna mencoba menggali dan menemukan, sekaligus memahami realitas kehidupan sosial ekonomi pramuniaga perempuan yang sebenarnya yang mungkin saja masih tertutup oleh silaunya penampilan mereka dan megahnya toko.


(26)

Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya, maka penelitian ini dilakukan penelitian lapangan (Field Research) sebagai upaya untuk memperoleh data-data primer. Selain data-data primer, peneliti juga memerlukan data-data sekunder yang diperoleh melalui buku-buku, artikel-artikel serta informasi dari internet yang berkaitan dengan masalah penelitian.

I. 6. 1. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 01.Observasi

Digunakan untuk mengamati gejala–gejala terwujud dalam kehidupan sehari–hari dari masyarakat yeng diteliti. Metode ini memberi gejala–gejala (tindakan– tindakan, benda, peristiwa dan sebagainya) dan kaitan hubungan antara satu gejala dengan gejala yang lainnya yang bermakna bagi kehidupan masyarakat yang diteliti (Suparlan, 1986: 6). Metode observasi atau pengamatan dilaksanakan dengan cara berusaha mengamati secara langsung aktivitas para pramuniaga perempuan yang bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kampung Baru ini, baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Metode pengamatan terbuka dalam penelitian ini yaitu dimana pengamat; dalam hal ini penulis, mengamati secara terbuka aktivitas-aktivitas, karakteristik fisik, tingkah laku, lingkungan dalam hubungan sosial pramuniaga perempuan diluar dan didalam lingkungan kerjanya, dan pengamatan ini diketahui oleh mereka dan mereka secara sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk


(27)

melakukan pengamatan tersebut guna memperoleh data-data yang di perlukan dalam penelitian.

02.Wawancara

Yaitu teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung pada informan. Teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam masyarakat serta pendirian–pendirian mereka dalam hal–hal tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1984: 145). Dalam hal ini yang dilakukan penulis adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara yang dilakukan bersifat mendalam, untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain yang meliputi motivasi, perasaan, pandangan,harapan dan pengalaman hidup yang tidak dapat diketahui melalui pengamatan saja. Wawancara mendalam ini dilakukan secara tatap muka (face to face) sebagai sebuah dialog atau percakapan yang spontan. Sebelumnya yang akan penulis lakukan adalah berkenalan dan membina hubungan baik dengan beberapa pramuniaga perempuan dari toko-toko di sekitar kawasan pasar Kampung Baru. Membina hubungan baik ini juga dimaksudkan untuk memilih dan menentukan pramuniaga mana yang kiranya sesuai dengan kriteria yang bisa dijadikan informan, kemudian barulah dilakukan proses wawancara secara mendalam. Proses wawancara sebagian besar akan dilakukan di tempat tinggal informan dengan tujuan agar dapat terbangun suasana yang lebih bebas dan santai, dan penulis dapat memperoleh data-data yang akurat dari para informan tersebut. Data yang akan didapatkan dari metode observasi dan wawancara mendalam


(28)

(depth interview) akan menjadi data primer bagi penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Selain itu untuk menunjang akuratnya penelitian maka sebagian pertanyaan juga akan diajukan kepada beberapa orang yang merupakan warga masyarakat sekitar kawasan Kampung Baru untuk mengetahui bagaimana respon warga masyarakat terhadap para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana interaksi mereka dengan warga masyarakat sekitar yang akan dilakukan dengan mewawancarai mereka. 03. Interview guide

Yaitu catatan yang mengandung daftar dari pokok-pokok untuk dipertanyakan kepada informan atau yang disebut dengan pedoman wawancara (Koenjaraningrat, 1981: 181). Penulis dalam hal ini telah menyiapkan daftar pokok-pokok pertanyaan yang akan ditanyakan kepada para informan meliputi segala hal yang berhubungan dengan kehidupan pekerjaan dan sosial informan. Hal ini digunakan untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini.


(29)

1. 6. 2. Sampel dan Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 1984: 108). Populasi Informan adalah para pramuniaga perempuan pada rentang usia 16-24 tahun yang bekerja pada toko-toko yang ada di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Alasan memilih usia tersebut, karena mengingat pada usia 16-24 tahun adalah masa-masa efektivitas kerja bagi para perempuan dan usia mayoritas daripada para pramuniaga perempuan tersebut. Toko-toko yang diambil sebagai sarana penelitian dipilih secara acak dengan indikasi toko-toko tersebut mayoritas pekerjanya adalah perempuan.

Pengambilan informan kunci sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan beberapa kriteria, yaitu:

a. Perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga atau pelayan toko pada toko-toko yang ada di kawasan Kampung Baru yang mayoritas pekerja tokonya adalah perempuan

b. Tempat tinggal dari pada pramuniaga perempuan tersebut masih berada di sekitar lingkungan Kampung Baru

c. Perempuan usia 16-24 tahun d. Status belum menikah

e. Memiliki pendidikan terakhir SMP sampai sarjana

f. Telah bekerja sebagai pramuniaga perempuan minimal selama 1 tahun


(30)

Informan yang terpilih, adalah informan yang telah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari sekitar 70 orang pramuniaga perempuan pada toko-toko yang mayoritas pekerja tokonya adalah perempuan, di kawasan pasar Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, terpilihlah 12 orang perempuan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Jadi jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai informan kunci dalam penelitian adalah sebanyak 12 orang dari beberapa toko-toko di daerah pasar Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang warga masyarakat sekitar kawasan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang tinggal berdekatan dan merupakan tetangga dari para informan kunci. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon warga masyarakat terhadap para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana interaksi mereka dengan warga masyarakat sekitar.


(31)

1. 6. 3. Analisa data

Analisa data dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang dilakukan dalam penelitian ini. Analisa data adalah mengalokasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2. 1. Letak Geografis dan Keadaan Alam 2. 1. 1. Deskripsi Kecamatan Medan Maimun

Kecamatan Medan Maimun memiliki luas wilayah sekitar 3.345 Km2

dengan 27 meter diatas permukaan laut, terletak diantara 30 – 320 Lintang Utara

dan 980 – 390 Bujur Timur. Secara administratif Kecamatan Medan Maimun

berbatasan dengan :

- Di sebelah timur dengan Kecamatan Medan Barat;

- Di sebelah barat dengan Kecamatan Medan Polonia;

- Di sebelah selatan dengan Kecamatan Medan Johor;

- Di sebelah utara dengan Kecamatan Medan Kota.

Kecamatan Medan Maimun terdiri dari beberapa kelurahan yang membentuknya, kelurahan-kelurahan tersebut antara lain :

1. Kelurahan Sei Mati;

2. Kelurahan Aur;

3. Kelurahan Sukaraja;

4. Kelurahan Jati;

5. Kelurahan Hamdan; dan

6. Kelurahan Kampung Baru.

Yang menjadi fokus lokasi penelitian adalah Kelurahan Kampung Baru yang terletak di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang akan digambarkan secara jelas dibawah ini.


(33)

2. 1. 2. Deskripsi Kelurahan Kampung Baru

Secara geografis dan secara administratif Kelurahan Kampung Baru berbatasan dengan :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sungai Mati Kecamatan Medan

Maimun;

- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukadame Kecamatan Medan

Polonia;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Kuning Kecamatan

Medan Johor;

- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo I dan Kelurahan

Sitirejo II Kecamatan Medan Kota.

Kelurahan Kampung Baru adalah sebuah kelurahan secara administratif dan merupakan bagian dari Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Kelurahan Kampung Baru ini secara administratif dibagi menjadi 21 lingkungan, yaitu lingkungan I sampai dengan lingkungan XXI. Tiap-tiap lingkungan dikepalai oleh seorang Kepala Lingkungan atau biasa disebut Kepling. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain dapat dicapai dengan berjalan kaki. Selain itu Kelurahan Kampung Baru juga memiliki 24 RW, 51 RT dan 48 buah Blok Sensus. (Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007).


(34)

Kelurahan Kampung Baru memiliki luas wilayah 127 Ha dengan persentasi sekitar 37,97% terhadap luas Kecamatan Medan Maimun dengan perincian tanah sebagai berikut :

No.

Komposisi Luas Wilayah Kelurahan Kampung Baru

Tabel 1

Jenis penggunaan tanah

Luas (Ha) %

1 Pemukiman /toko 64,90 51,1%

2 Jalan/gang 5,10 4 %

3 Perkuburan 9,35 7,3 %

4 Lahan kosong 7,30 5,7 %

5 Lain-lain 6,25 4,9 %

Jumlah 127 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Dari tabel di atas diketahui bahwa lebih dari 50 % wilayah kelurahan Kampung Baru adalah merupakan pemukiman penduduk Kampung Baru, toko-toko dan perkantoran. Kemudian 7,3% wilayah merupakan lokasi perkuburan, 5,7 % nya adalah lahan kosong, 4 % merupakan jalan/gang dan yang lain-lain sebesar 4,9 %.

Sebagai daerah yang terletak hampir di tengah kota, kondisi geografis Kelurahan Kampung Baru dapat dikatakan cukup baik dengan terletak diantara

90 – 270 Lintang Utara dan 980 – 250 Bujur Timur. Dengan kisaran 27 meter diatas

permukaan laut, Kelurahan Kampung Baru memiliki tanah dengan kualitas yang cukup baik dengan terdiri dari banyak bebatuan. Disamping itu terdapat sungai yang melintasi Kelurahan Kampung Baru yakni bagian dari sungai Sei Deli.


(35)

Suhu udara terendah adalah 230 C dan suhu yang tertinggi adalah 280 C. Dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar terusan dari tengah kota maka lalu lintasnya cukup padat terutama pada pagi hari dan sore hari, tetapi tingkat pencemaran udara di Kelurahan Kampung Baru masih dalam tingkat yang ringan. Iklimnya juga cenderung normal. Walaupun belakangan ini cenderung tidak menentu, kadang bisa cerah sekali dan kadang bisa hujan tidak tergantung pada musim, dikarenakan cuaca yang kurang stabil.

2. 2. Sejarah Lokasi Penelitian

Menurut cerita dari para penduduk yang sudah lama sekali tinggal dan menetap di Kelurahan Kampung Baru ini, konon daerah ini sebelumnya tidak bernama. Asal mula nama Kampung Baru merupakan penamaan dari para penduduk yang dulu tinggal di daerah ini karena daerah ini dulunya merupakan suatu perkampungan, tetapi setelah banyaknya penduduk pendatang yang melakukan banyak pembangunan–pembangunan serta pembaharuaan–pembaharuan yang terjadi di perkampungan ini, sehingga para penduduk sepakat untuk menamai daerah ini dengan nama Kampung Baru. Konon pula pemilihan nama itu ada partisipasi dari Raja kerajaan Maimun yang dulu berkuasa sampai ke daerah ini sehingga akhirnya daerah ini sampai sekarang bernama Kampung Baru dan secara legitimasi menjadi wilayah administrasi kelurahan yang merupakan bagian daripada Kecamatan Medan Maimun.


(36)

2. 3. Pemerintahan Desa

Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu kelurahan yang dikepalai oleh seorang Lurah. Dalam melaksanakan tugasnya Lurah dibantu oleh perangkat-perangkat pemerintahan kelurahan dan kepala-kepala lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada susunan organisasi berikut ini :

Kaur Pemerintahan Emmiwaty NIP : 400036622

LURAH

Drs. Zainul Achmadidin. Y.MAP NIP : 400041316

SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN MEDAN MAIMUN TAHUN 2007

SEKRETARIS Kosong sejak januari 2006

Kaur Umum Rahimah NIP : 010118785

Kaur Keuangan Henny Hasibuan NIP : 400044801

Kaur Kesra Julkarnaen Nasution

NIP : 400028368

Kaur Ekbang Ramli NIP : 400028368


(37)

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB KEPALA KELURAHAN DAN PERANGKAT KELURAHAN

A. Lurah

Kedudukan Kepala Kelurahan

Kepala Kelurahan berkedudukan sebagai alat pemerintah yang berada langsung dibawah Camat.

Tugas Kepala Kelurahan

Tugas Kepala Kelurahan adalah sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan.

Fungsi Kepala Kelurahan

a. Menggerakkan partisipasi masyarakat.

b. Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya.

c. Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan kelurahan.

d. Melaksanakan tugas dibidang pembangunan dan kemasyarakatan.

e. Melaksanakan tugas-tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan

ketertiban.

Tanggung Jawab Kepala Kelurahan

Kepala Kelurahan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota Kepala Daerah Tingkat II melalui Camat.

B. Sekretaris

Kedudukan Sekretaris Kelurahan

Sekretaris Kelurahan berkedudukan sebagai staf yang membantu kelancaran pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan.

Tugas Sekretaris Kelurahan

Tugas Sekretaris Kelurahan adalah menyelenggarakan pembinaan

administrasi pemerintah kelurahan dan memberikan pelayanan staf kepada Kepala Kelurahan.

Fungsi Sekretaris Kelurahan

a. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan.


(38)

c. Melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Kelurahan apabila Kepala Kelurahan berhalangan .

Tanggung Jawab Sekretaris Kelurahan

Bertanggung Jawab kepada Kepala Kelurahan.

C. Kepala Lingkungan

Kedudukan Kepala Lingkungan

Adalah sebagai unsur pelaksana tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah kerjanya.

Tugas Kepala Lingkungan

Kepala Lingkungan mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah kerjanya

3.3 Fungsi Kepala Lingkungan

Membantu pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah kerjanya.

3.4 Tanggung Jawab Kepala Lingkungan

Bertanggung jawab kepada Kepala Kelurahan.

D. Kepala Urusan Kelurahan

Kedudukan Kepala Urusan Kelurahan

Sebagai unsur pembantu Sekretaris Kelurahan dalam bidang tugasnya.

Tugas Kepala Urusan Kelurahan

Mempunyai tugas menjalankan kegiatan Sekretaris Kelurahan dalam bidang tugasnya.

Fungsi KepalaUrusan Kelurahan

Melaksanakan kegiatan-kegiatan urusan pembangunan, kesejahteraan,

keuangan dan umum sesuai bidang tugas masing-masing.

Tanggung Jawab Kepala Urusan Kelurahan


(39)

2. 4. Keadaan Penduduk 2. 4. 1. Jumlah Penduduk

Dengan luas daerah pemukiman/kantor 64,90 Ha dan lahan kosongnya sekitar 7,30 Ha. Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah kelurahan yang cukup padat karena didiami oleh 24.824 orang penduduk dengan berbagai usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan berbagai etnis atau suku bangsa. Hal ini akan lebih dijelaskan dengan rincian-rincian yang ada di bawah ini.

2. 4. 2. Komposisi Penduduk

No

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2

Jenis Kelamin Jumlah / Orang %

1 Laki-laki 12342 49,7%

2 Perempuan 12482 50,3%

Jumlah 24824 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Kampung Baru, jumlah penduduk Kelurahan Kampung Baru pada data kantor kelurahan terakhir Juni 2007 adalah 24.824 orang yang terdiri atas 12.342 orang laki-laki dan 12.482 orang perempuan. Dapat dilihat bahwa jumlah warga perempuan pada Kelurahan Kampung Baru lebih besar dari jumlah warga laki-lakinya dengan selisih sekitar 140 orang. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana jumlah warga laki-laki pada Kelurahan Kampung Baru lebih banyak dari pada warga perempuannya.


(40)

No

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 3

Umur (tahun) Jumlah / Orang %

1 0 – 5 Tahun 1935 7,8 %

2 6 – 25 Tahun 10102 40,7%

3 25 – 64 Tahun 11328 45,6%

4 65 + keatas 1459 5,9 %

Jumlah 24824 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Menurut data dari kantor Kelurahan Kampung Baru, penduduk mayoritas Kelurahan Kampung Baru adalah penduduk pada usia produktif (15-64 tahun) yaitu berjumlah 11.328 orang. Kemudian dibawahnya adalah penduduk dengan usia sekolah (6-25 tahun) yaitu 10.102 orang, disusul usia balita (0-5 tahun) berjumlah 1.935 orang dan usia lanjut usia (65 tahun+) yang berjumlah 1.459 orang.


(41)

No.

Komposisi Penduduk berdasarkan Agama

Tabel 4

Agama Jumlah Penduduk/Orang %

1 Islam 17789 71,7%

2 Budha 4819 19,4%

3 Kristen Protestan 1861 7,5%

4 Kristen Katolik 254 1 %

5 Hindu 101 0,4%

Jumlah 24824 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Lebih dari 70% penduduk Kelurahan Kampung Baru beragama Islam yaitu berjumlah 17789 orang. Kemudian disusul penganut agama Budha yang berjumlah 4819 orang, lalu penganut agama Kristen Protestan 1861 orang, penganut agama Kristen Katolik 254 orang dan terakhir penganut agama Hindu 101 orang.


(42)

No.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Tabel 5

Jenis suku bangsa Jumlah / Orang %

1 Melayu 2798 11,3%

2 Batak 3785 15,2%

3 Karo 1779 7,1 %

4 Mandailing 3877 15,6%

5 Dairi 66 0,2 %

6 Nias 40 0,7 %

7 Minang 4128 16,6 %

8 Aceh 207 0,8 %

9 Jawa 3881 15,7%

10 WNI keturunan 4263 17,2%

11 lain lain

Jumlah

- 24824

0 % 100 %

Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Tabel diatas menunjukkan adanya keanekaragaman etnis suku bangsa para penduduk yang bermukim di Kelurahan Kampung Baru dimana mayoritas yang menjadi penduduknya adalah suku Tionghoa atau WNI keturunan yang berjumlah 4263 orang, disusul dengan yang suku Minang berjumlah 4128 orang, lalu suku Jawa berjumlah 3881 orang, suku Mandailing berjumlah 3877 orang, suku Batak/Simalungun berjumlah 3785 orang, suku Melayu berjumlah 2798 orang, suku Karo berjumlah 1779 orang, suku Aceh berjumlah 207 orang, suku Dairi berjumlah 66 orang dan yang terakhir suku Nias yang berjumlah 40 orang.


(43)

No.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 6

Pendidikan Terakhir Jumlah / Orang %

1 SD 6023 24,2%

2 SMP 6873 27,7%

3 SLTA 5723 23 %

4 S-1 437 1,8 %

5 S-2 45 0,1 %

6 S-3 13 0,1 %

Jumlah 24824 100 %

Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Menurut data terakhir kantor Kelurahan Kampung Baru 2007 mengenai pendidikan terakhir para penduduk, kebanyakan penduduk hanya berpendidikan terakhir sampai dengan tingkat SLTP/SMP yakni sebanyak 6873 orang. Kemudian 6023 orang yang hanya berpendidikan terakhir SD, 5723 orang yang berpendidikan terakhir SLTA/SMU, 437 orang yang Sarjana S1, 45 orang yang Sarjana S2 dan 13 orang yang berpendidikan terakhir sampai dengan Sarjana S3.


(44)

No.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 7

Mata Pencaharian Jumlah / Orang %

1 PNS 280 1.3%

2 TNI 35 0.1%

3 POLRI 35 0.1%

4 Guru PNS 70 0.3%

5 Guru Swasta 25 0.1%

6 Karyawan Swasta 2372 9.5%

7 Buruh 983 3.9%

8 Pedagang 1321 5.3%

Jumlah 24824 100%

Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas jenis mata pencaharian penduduk Kelurahan Kampung Baru adalah yang bekerja sebagai karyawan swasta atau wiraswasta yakni berjumlah 2372 orang. Kemudian disusul dengan pedagang 1321 orang, lalu yang bekerja sebagai buruh sebanyak 983 orang, pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 280 orang, guru PNS sebanyak 70 orang, TNI dan POLRI masing-masing sebanyak 35 orang dan yang terakhir yang bekerja sebagai guru swasta 25 orang.


(45)

2. 5. Pola Pemukiman

Kelurahan Kampung Baru terletak tidak begitu jauh dari pusat kota Medan. Daerah ini dibatasi oleh jalan-jalan raya besar, gang–gang kecil dan bangunan-bangunan pertokoan, dan rumah-rumah penduduk. Di pinggiran jalan pada umumnya yang terlihat adalah bangunan-bangunan perkantoran dan jejeran bangunan berbentuk Rumah Toko (RUKO) yang memakai corak bangunan pertokoan modern. Rumah jenis ini biasanya pemiliknya adalah penduduk Kelurahan Kampung Baru yang merupakan etnis tionghoa. Mereka lebih memilih rumah jenis ini dikarenakan alasan dengan rumah jenis ruko selain dapat dijadikan sebagai tempat tinggal juga dapat dijadikan sebagai tempat usaha misalnya untuk berdagang. Mereka inilah yang banyak membangun toko-toko di sekitar wilayah Kelurahan Kampung Baru. Rumah-rumah pemukiman penduduk lainnya biasanya terlihat apabila kita sudah masuk kedalam gang. Hal ini dikarenakan perumahan penduduk sudah banyak tertutup oleh jejeran bangunan ruko yang ada di depannya. Di belakang gedung-gedung ruko yang bertingkat ini barulah kita dapati rumah-rumah penduduk yang mengelompok cukup padat yang dihubungkan dengan gang-gang kecil. Rumah-rumah penduduk ini memiliki pola pemukiman yang berupa perumahan yang saling berhadap-hadapan dan lurus ke belakang gang dengan kontur tanah yang cukup datar. Rumah-rumah penduduk ini masing-masing memiliki pekarangan yang tidak terlalu besar, cenderung sempit, tetapi masih cukup banyak pepohonan dan antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya jaraknya cukup rapat. Rumah-rumah jenis ini biasanya didiami para penduduk Kelurahan Kampung Baru yang bersuku Mandailing, Padang, Batak dan lain-lain.


(46)

Masyarakat kawasan Kelurahan Kampung Baru pada umumnya tidak pernah memiliki kesulitan dalam mencari air bersih, rata–rata penduduk memiliki sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air, yaitu air ledeng yang diusahakan oleh PDAM Tirtanadi. Penduduk juga telah memiliki kesadaran tentang runah yang sehat dan semua rumah memiliki kamar mandi dan kakus. Aliran pembuangan dan got di kawasan ini juga cukup baik. Pengadaan listrik di daerah Kampung Baru juga cukup baik, yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Walaupun akhir–akhir ini sering sekali PLN melakukan pemadaman listrik yang cukup meresahkan warga, sehingga untuk mengatasinya banyak dari warga masyarakat yang menggunakan generator atau genset untuk sumber daya rumah tangga atau keperluan bisnis mereka apabila sedang terjadi pemadaman listrik tersebut

Masyarakat setempat (host population) Kelurahan Kampung Baru terdiri

dari berbagai macam suku bangsa tinggal berdampingan dengan masyarakat etnis tionghoa dan beberapa masyarakat lainnya. Mereka yang tinggal di Kelurahan Kampung Baru ini hidup rukun dan jarang terdengar masalah diantara masyarakat yang berbeda suku. Walaupun ada sedikit jarak diantara masyarakat etnis dengan masyarakat pribumi tetapi tidak nampak secara jelas di Kelurahan Kampung Baru ini.


(47)

2. 6. Sarana dan Prasarana

Lingkungan Kelurahan Kampung Baru ini merupakan daerah yang memiliki cukup banyak sarana kehidupan masyarakat, bisa dibilang cukup lengkap. Terutama di daerah pasarnya. Di daerah ini terdapat berbagai macam toko yang menjual bermacam–macam peralatan, pusat–pusat perbelanjaan seperti supermarket, bank-bank swasta dan bank-bank pemerintah serta berbagai sarana kehidupan kota seperti : Supermarket Suzuya, Supermarket Sun Smart, Supermarket Agung, Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Permata, Bank Sumut, BNI 46, Bank NISP,dan lain lain. Terdapat pula banyak apotik, bengkel sepeda motor dan mobil, pasar tradisional, kantor Lurah Kampung Baru, dan sebagainya.

Toko–toko yang terdapat di daerah pasar Kelurahan Kampung Baru ini pun bervariasi, ada toko yang menjual peralatan rumah tangga seperti furniture, toko yang menjual spare part sepeda motor, toko yang menjual barang–barang elektronik yang jumlahnya cukup banyak, toko roti seperti Majestik, Iseya dan Winner, berbagai optik yang menyediakan kacamata dan lain-lainnya, toko–toko kelontong, toko–toko obat cina tradisional, toko yang menjual peralatan sembahyang etnis tionghoa, toko–toko ponsel, toko-toko mas, toko jam dan reparasinya, toko yang menjual buah–buahan, toko sepatu bermerek terkenal dan toko–toko sepatu biasa lainnya, toko–toko serba lima ribu yang jumlahnya dua buah, toko yang menjual barang–barang kebutuhan wanita seperti tas, pakaian, dompet, dan toko-toko lainnya. Toko–toko ini mayoritas menggunakan tenaga kerja perempuan sebagai pramuniaga tokonya. Di samping keberadaan toko–toko tersebut, di kawasan Kelurahan Kampung Baru terdapat juga rumah–rumah makan,


(48)

warung–warung kecil, kedai kopi, rental dvd atau vcd, kios–kios penjualan vcd, dan salon–salon kecantikan yang tidak terlalu besar.

Di bidang sarana komunikasi seperti media massa dapat dikatakan sangat

baik dimana masyarakat Kelurahan Kampung Baru sudah terbiasa menggunakan media massa seperti koran dan majalah-majalah. Sedangkan media elektronik telah dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir seluruh rumah penduduk memiliki televisi, radio atau media massa elektronik lainnya. Alat komunikasi telepon bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat Kelurahan Kampung Baru apalagi di jaman yang serba canggih seperti sekarang ini. Hampir di semua rumah penduduk menggunakan sambungan telepon rumah

dari Telkom, atau menggunakan telepon genggam (Handphone) untuk sarana

bertelekomunikasinya, disamping terdapat beberapa telepon umum yang terletak di jalan-jalan dan berbagai warung telekomunikasi yang menyediakan jasa telekomunikasi yang dapat kita temui di berbagai sudut Kampung Baru.

Dalam bidang sarana kesehatan di Kampung Baru juga cukup lengkap, dapat dilihat dengan adanya dua unit rumah sakit yang salah satunya sekaligus sebagai rumah bersalin yang sudah ada sejak lama yaitu rumah sakit Wina dan adanya satu unit puskesmas yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah sakit tersebut (laporan BPS tahun 2004). Biasanya di puskesmas tersebut warga sekitar bisa mendapat pengobatan gratis hanya dengan menunjukkan kartu keluarga saja. Adapula beberapa praktek dokter umum yang letaknya di pinggir jalan utama yang setiap hari selalu ramai dikunjungi pasiennya. Selain itu juga akan kita temukan adanya praktek dokter gigi, praktek klinik kecantikan dan lain sebagainya.


(49)

Dalam bidang sarana pendidikan, Kelurahan Kampung Baru juga cukup lengkap. Sarana pendidikannya dapat kita lihat dalam tabel berikut :

No.

Sarana Pendidikan Kelurahan Kampung Baru

Tabel 8

Jenis Jumlah %

1 TK/Playgroup 4 21 %

2 SD 8 42,1%

3 SMP 5 26,3%

4 SMA/SMK 2 10,5%

5 Perguruan Tinggi - 0 %

Jumlah 19 100%

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis.

Dimana disini terdapat beberapa TK Islam maupun TK reguler yang berjumlah 4

buah, SD negeri dan swasta yeng berjumlah 8 buah, SMP negeri dan swasta yang berjumlah 5 buah, dan SMU/SMK negeri maupun swasta yang berjumlah 2 buah, Biasanya sekolah-sekolah swasta tergabung dalam suatu lembaga–lembaga pendidikan yang dalam satu wilayah terdapat semua tingkat pendidikan seperti Al–Wasliyah, W.R. Supratman, Harapan Mandiri dan lain–lain. Selain itu juga di kawasan Kelurahan Kampung Baru terdapat pula berbagai kursus–kursus keterampilan seperti kursus bahasa Inggris, kursus komputer, dan lain–lain.

Di bidang sarana peribadatan, di Kelurahan Kampung Baru terdapat 9 buah mesjid dan 12 buah langgar yang menjadi tempat ibadah warga sekitar yang mayoritas beragama Islam (laporan kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007). Walaupun mayoritas penduduk beragama Islam tetapi toleransi beragamanya masih tetap terjaga


(50)

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan-kunjungan antar umat bila ada Hari Raya, ataupun hari besar umat beragama lainnya.

Di bidang sarana pengangkutan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa daerah Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah yang lalu lintasnya cukup padat. Hal ini dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar terusan dari tengah kota. Jadi, banyak sekali kita dapati trayek angkutan umum yang melintasi daerah Kampung Baru sebagai rute perjalanannya misalnya dari daerah Padang Bulan untuk dapat mencapai ke daerah Kampung Baru, kita dapat menggunakan angkutan umum yang bernomor trayek 02 yang berwarna kuning, trayek 121 atau 120 yang berwarna merah dengan biaya perjalanan sebesar Rp. 2.500,-. Angkutan-angkutan umum lain yang melintas di Kampung Baru bervariasi, tapi yang paling banyak adalah angkutan umum yang bernomor trayek 08 dan 17 yang rute-nya juga melintasi kawasan Titi Kuning, Deli Tua, dan ke kawasan Terminal Sambu. Biaya atau ongkos yang diperlukan untuk menggunakan kedua trayek ini juga relatif sama, yaitu sebesar Rp.2.500,- – Rp.3.000,-. Jalan besar ini dilapisi aspal tebal dan untuk memisahkan jalan terdapat trotoar. Hal ini dibangun untuk memudahkan para pengguna jalan.

2. 7. Sistem Kemasyarakatan 2. 7. 1. Sistem Kekerabatan

Masyarakat Kelurahan Kampung Baru adalah masyarakat yang heterogen, dikatakan demikian, karena terdiri dari banyak suku bangsa yang hidup dan bertempat tinggal di Kelurahan Kampung Baru sejak lama seperti suku Batak, Mandailing, Padang, Nias, Dairi, Aceh, Jawa, Melayu, Karo dan etnis Tionghoa. Mereka umumnya memiliki


(51)

sistem kekerabatan patrilineal yaitu melihat garis keturunan menurut garis ayah. Dapat kita lihat pada kartu keluarga di setiap keluarga di Kelurahan Kampung Baru yang menekankan ayah sebagai kepala keluarga. Jadi dalam artian masyarakat tetap mempertahankan ikatan-ikatan kultural. Masing-masing masyarakat beraneka suku saling berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakat lainnya. Bagi masyarakat pribumi di Kelurahan Kampung Baru biasanya yang mengikat mereka adalah kesamaan agama. Mereka saling bantu-membantu apabila ada peristiwa-peristiwa penting seperti perkawinan, bencana, kematian, mendirikan rumah dan peristiwa-peristiwa lainnya. Masyarakat tionghoa biasanya juga akan ikut membantu tetapi hanya sekedarnya saja atau misalnya datang ketika ada acara perkawinan atau kematian di masyarakat pribumi.

Seperti sistem kekerabatannya, prinsip patrilineal juga mempengaruhi kelompok-kelompok kekerabatan. Kelompok kekerabatan yang terkecil di daerah ini adalah adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum kawin. Keluarga inti ini biasanya sekaligus menjadi suatu rumah tangga. Karena anak yang sudah kawin memisahkan diri dengan orangtua dan mengurus ekonomi keluarganya sendiri, sehingga sudah jarang ditemui bentuk keluarga luas. Hanya kadangkala ditemui orangtua yang tinggal bersama anaknya karena tidak mampu lagi mengurus dirinya sendiri.

Kelompok kekerabatan ada yang berupa klen besar yaitu yang terdiri dari semua keturunan sejenis ialah keturunan laki-laki maupun perempuan (Koentjaraningrat 1990 : 126). Dalam hal ini adalah keturunan laki-laki (patrilineal). Disini dijumpai kelompok kekerabatan yang berdasarkan suku bangsa, seperti pada kelompok keluarga suku Aceh, kelompok keluarga Tionghoa dan lain-lain. Tetapi kelompok-kelompok ini hanya aktif apabila ada kejadian penting dalam kehidupan anggota-anggotanya.


(52)

Disamping kelompok kekerabatan ini, di Kelurahan Kampung Baru terdapat organisasi sosial yang merupakan institusi modern dalam rangka melancarkan aktivitas hidup bermasyarakat. Organisasi sosial itu adalah organisasi keagamaan seperti pengajian ibu-ibu, perkumpulan remaja mesjid, dan lain-lainnya. Selain itu terdapat juga organisasi kepemudaan seperti organisasi pemuda pancasila (PP) dan organisasi olahraga seperti perkumpulan sepakbola, perkumpulan bulu tangkis dan lain-lain.

2. 7. 2. Kesatuan Hidup Setempat

Di Kelurahan Kampung Baru juga terdapat kesatuan hidup setempat, yang dinamakan Serikat Tolong Menolong (STM). Yang menjadi anggotanya adalah tiap-tiap kepala rumah tangga di seluruh daerah Kelurahan Kampung Baru. Aktivitas kelompok ini tampak pada saat anggotanya mengalami kejadian-kejadian penting seperti perkawinan, bencana, dan kematian. Mereka biasanya akan memberikan bantuan langsung berupa teratak, sumbangan uang, tenaga, dan perlengkapan penguburan apabila ada peristiwa kematian diantara anggota atau anggota keluarga daripada STM tersebut. Tetapi untuk memperoleh hal-hal tersebut, setiap anggota wajib memberikan iuran wajib anggota STM sebesar Rp. 2000,- perbulan dan Rp. 1000,- apabila ada anggota STM yang mendapat kemalangan.

Kesatuan hidup yang lebih luas lagi adalah kesatuan hidup satu kelurahan yang mempunyai satu lurah sebagai seorang pemimpin formal.


(53)

2. 7. 3. Sistem Kepemimpinan

Sistem kepemimpinan terdiri dari pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin informal adalah orang yang dituakan dan dianggap memiliki kemampuan agama yang lebih daripada penduduk Kampung Baru lain, yang hanya berfungsi pada saat adanya acara-acara adat. Sedangkan pemimpin formal adalah lurah, kepala-kepala lingkungan dan perangkat pemerintahan lainnya.


(54)

BAB III

PEREMPUAN DAN PEKERJAANNYA

3. 1. Perkembangan Pekerjaan Perempuan

Perkembangan ekonomi akan membawa perubahan bagi pola pekerjaan laki-laki dan perempuan. Perkembangan ini dapat dilihat sebagai gerakan berangsur-angsur dari pekerjaan bertani ke bukan bertani. Pekerjaan perdagangan pasar dianggap sebagai tangga pertengahan antara pekerjaan pertanian dan pekerjaan modern. Bila ditelusuri kembali perkembangan pola mata pencaharian hidup, kita akan melihat bagaimana lambat laun terjadi spesialisasi yang makin rumit dalam pembagian kerja. Seperti menurut Ester Boserup (1984 : 126) pada waktu pola mata pencaharian di bidang pertanian, perempuan mempunyai peranan yang besar. Perkembangan industri menyebabkan perempuan tergeser dari peranannya. Menurutnya, pada banyak negara berkembang, perdagangan industri kecil dan jasa-jasa rumah tangga menjadi lapangan kerja yang penting bagi perempuan.

Seperti dalam pekerjaan pramuniaga yang menjadi bahasan daripada tulisan ini, pekerjaan sebagai pramuniaga ini dominannya adalah perempuan. Menurut pandangan masyarakat, pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan sepele. Padahal banyak sekali permasalahan yang cukup kompleks yang harus dihadapi perempuan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dan dalam menjalani kehidupan sosialnya.

Ketika sektor industri semakin berkembang dan pertokoan semakin banyak, tentunya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang dapat melakukan pekerjaan jasa melayani pelanggan yang membeli barang-barang di toko-toko tersebut, sehingga banyak perempuan yang tertarik pada bidang pekerjaan ini. Bidang pekerjaan ini umumnya


(55)

disebut dengan sektor informal yang menjadi sektor penting bagi para perempuan untuk memperoleh penghasilan.

Dalam memahami kehidupan pramuniaga perempuan memang tidak cukup hanya dengan melihat atau sekedar mengamati aktifitas kehidupannya sehari-hari. Karena jika hanya pengamatan yang dilakukan, maka yang terlihat adalah pramuniaga perempuan merupakan profesi dan kehidupan yang enak, mudah dan tidak mempunyai masalah yang serius. Artinya bahwa pada taraf permukaan, kehidupan mereka terkesan tidak jauh dari kemeriahan toko, paras yang cantik, pakaian yang rapi dan bagus, tata riasan muka yang cantik, serta suasana ceria yang selalu ada di lingkungan kerja mereka. Kesan-kesan terhadap keadaan seperti itu dianggap sebagai milik orang-orang yang tidak memiliki masalah, senang dan telah tercukupi semua kebutuhannya. Namun kesan “mewah” yang menyelimuti kehidupan pramuniaga perempuan itulah yang sebenarnya telah menyembunyikan realitas kehidupan mereka yang sebenarnya. Kehidupan yang sebenarnya penuh dengan kerja keras dan jauh dari kemewahan itu sendiri.

3. 2. Deskripsi Umum Profesi Pramuniaga Perempuan

Ketika kita memasuki sebuah toko, kesan meriah akan langsung kita dapatkan. Apalagi setiap melangkah di dalam pertokoan tersebut, selalu disambut oleh perempuan-perempuan cantik dengan tata rias atau dandanan rapi. Perempuan-perempuan-perempuan yang berbaju rapi dan berdandan menarik itu biasa disebut sebagai pelayan toko atau pramuniaga.

Pramuniaga perempuan (pelayan toko) adalah pekerjaan yang mempunyai tugas utama menyediakan layanan perseorangan dan layanan yang bersifat melindungi dan


(56)

menjual barang-barang di toko dan pasar-pasar. Tugas utamanya terdiri dari menyediakan jasa yang berhubungan dengan perjalanan, pemeliharaan rumah tangga, jasa boga, perawatan perorangan, perlindungan individual, atau menjual barang-barang di toko atau

di pasar

Pramuniaga menjadi salah satu sebutan bagi mereka yang bekerja di toko-toko dan bertugas melayani pengunjung dan pembeli. Hal ini disebabkan sebutan tersebut terkesan lebih halus daripada sebutan “pelayan toko”.

Peran pramuniaga perempuan pada suatu pertokoan adalah sangat penting.

Mewahnya bangunan toko dan meriahnya counter-counter barang, tidak akan berarti jika

tidak ada pramuniaga perempuan. Namun, kebanyakan peran pramuniaga perempuan ini tidak tampak karena tertutup oleh kemewahan fasilitas toko. Ibaratnya dalam suatu roda perekonomian yang besar, pramuniaga perempuan ini adalah sebuah sekrup yang sangat kecil, bahkan terlalu kecil sehingga tidak kelihatan. Akan tetapi jika sekrup itu lepas atau hilang maka akibatnya juga akan besar, bahkan mungkin roda itu akan rusak dan berhenti berputar. Artinya bahwa sebenarnya pramuniaga perempuan adalah ujung tombak bisnis eceran (Annisa, 1994). Kehadiran dan tenaga mereka sebenarnya sangat dibutuhkan para pengusaha di sektor perdagangan dan jasa, dan rata-rata pemilik toko memilih perempuan sebagai pramuniaga di tokonya. Umumnya yang dipilih adalah perempuan yang masih muda dan cantik.

Tugas pramuniaga perempuan di toko selain melakukan pekerjaan sebagai “pelayan”, nampaknya juga harus “bertugas” sebagai daya tarik bagi toko tempatnya bekerja. Oleh karenanya, penampilan yang menarik dan ramah menjadi syarat yang dianggap utama bagi perempuan yang ingin menjadi pramuniaga.


(57)

Seperti yang diungkapkan oleh Ken Suratiyah (1995) bahwa dari beberapa pengamatan dan hasil penelitian yang ada, diperoleh informasi bahwa yang menjadi syarat bagi seorang perempuan untuk menjadi seorang pramuniaga toko antara lain adalah:

1. Datang melamar sendiri ke toko yang dituju

2. Memberikan foto diri yang menarik

3. Mempunyai penampilan yang menarik

4. Mempunyai kepribadian yang supel dan ramah

5. Mempunyai tingkat pendidikan tertentu

Dari beberapa syarat diatas tersebut ternyata penampilan menarik dan kepribadian ramah, merupakan faktor yang paling banyak memegang peranan yang menentukan untuk dapat diterima kerja. Pada kasus pramuniaga, tingkat pendidikan hampir tidak diperhatikan, sedangkan penampilan fisik yang menarik itu lebih menentukan, dan penilaian tersebut tergantung subjektivitas masing-masing toko.

Setelah diterima, biasanya sebelum memulai bekerja pramuniaga terlebih dahulu diberikan pengarahan oleh pihak toko, yang berkaitan dengan fungsi dan tugas mereka. Mereka mendapatkan penjelasan, yang harus disetujui, yaitu tentang peraturan tata tertib bekerja (termasuk di dalamnya peraturan untuk selalu menjaga penampilan dan prilakunya), ketentuan absensi, pembagian jam kerja, penggajian, dan sanksi bila terjadi pelanggaran (termasuk jika terjadi barang rusak ataupun hilang).

Didalam proses ekonomi, pramuniaga merupakan perantara dalam proses distribusi barang, agar barang sampai pada konsumen. Sikap dan perilaku pramuniaga dalam melayani konsumen adalah cerminan dari budaya perusahaan. Oleh karenanya


(58)

pramuniaga dituntut untuk selalu tampil segar dan ramah, dengan penampilan semenarik

mungkin, dan selalu siap melayani pengunjung dan pembeli di toko atau counter yang

mereka jaga.

Pramuniaga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pembeli. Mereka dituntut mampu menarik hasrat orang untuk membeli. Seorang pramuniaga diharuskan untuk dapat melayani pembeli sebaik mungkin, sehingga pembeli akan berkunjung kembali ke toko tersebut apabila memerlukan kebutuhannya lagi.

Pengunjung kadang tidak bermaksud membeli barang, melainkan hanya berjalan-jalan dan melihat-lihat. Menghadapi pembeli seperti ini, pramuniaga harus tetap sabar dan tetap memberikan pelayanan yang baik serta mengesankan. Sedikit saja kesan buruk

atau tidak ramah terhadap pengunjung dan pembeli, akan mempengaruhi image daripada

toko tersebut. Akan lebih buruk lagi, jika pembeli yang mendapat pelayanan buruk dari pramuniaga tersebut kemudian memprotes kepada pihak toko atau bahkan membeberkan kesan yang didapatnya di toko tersebut pada salah satu surat kabar. Jika sudah begini, maka yang rugi adalah pramuniaga itu sendiri. Karena kemungkinan besar pihak toko akan menyalahkan pramuniaga tersebut dan kemudian akan memberi sanksi, baik berupa teguran, hukuman, dan bahkan sampai kepada pemecatan.

Namun, sebenarnya tugas pramuniaga tidak hanya terbatas pada melayani pembeli saja. Dalam prakteknya, tugas pramuniaga sangat kompleks. Kadangkala pekerjaan seperti mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai,yang sebenarnya bukan tugas pramuniaga, dalam kasus-kasus tertentu ada juga pramuniaga yang diharuskan mengerjakannya.


(59)

Secara umum tugas-tugas yang biasa dikerjakan oleh pramuniaga perempuan adalah :

1. Membersihkan etalase tempat barang-barang dagangannya.

2. Melengkapi barang-barang dagangannya, termasuk mengecek barang yang

kosong dan mengisinya.

3. Membersihkan dan menata barang-barang dagangannya.

4. Memeriksa harga dan kode barang dengan teliti, apakah rusak, berubah atau salah

kemudian melaporkannya pada atasannya atau pemilik toko tersebut.

5. Menarik barang-barang yang tidak laku atau sudah rusak.

6. Mempromosikan barang-barang dagangannya agar menarik minat pembeli

7. Melayani pembeli dengan baik dan ramah.

8. Membantu keperluan pelanggan, disini pramuniaga berfungsi sebagai pemandu di

toko.

9. Menyediakan dan menyiapkan segala keperluan penjualan (seperti nota penjualan

dan lain-lainya).

10.Merubah barang-barang yang dipajang secara berkala.

Melihat tugas-tugas yang secara umum dilakukan oleh seorang pramuniaga, maka sepintas tugas pramuniaga memang sepertinya terlihat ringan dan sepele. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak tuntutan-tuntutan baik dari pihak toko maupun pembeli yang sangat membebani dan menuntut mereka selalu tampil segar, rapi, ramah dan penuh senyum ketika sedang melayani pembeli, walau bagaimanapun keadaan atau kondisi fisik maupun mental para pramuniaga perempuan ini.


(1)

131

DAFTAR PERTANYAAN

I. IDENTITAS INFORMAN

1. Nama Informan : 2. Umur Informan :

3. Pendidikan Terakhir Informan : 4. Suku Bangsa :

5. Agama yang dianut: 6. Status Informan :

7. Jenis Toko Tempat Bekerja : 8. Jam Kerja Informan :

II. INTERVIEW GUIDE

1. Apa motivasi Anda bekerja?

2. Mengapa Anda memilih bekerja sebagai pramuniaga perempuan di toko ini? 3. Bagaimana Anda bisa diterima bekerja di toko tersebut?

4. Sudah berapa lama Anda bekerja sebagai pramuniaga perempuan?

5. Pengalaman-pengalaman apa saja yang pernah dialami selama bekerja sebagai pramuniaga perempuan?

6. Bagaimanakah kondisi keluarga Anda?

7. Bagaimana tangggapan keluarga dengan pekerjaan Anda sebagai pramuniaga perempuan?

8. Berapa hari Anda libur (off) dalam sebulan?


(2)

132 9. Berapakah penghasilan Anda sekarang ini?

10.Apakah penghasilan Anda naik setelah lama bekerja di toko tersebut?

11.Apakah penghasilan Anda sekarang cukup untuk memenuhi kebutuhan anda sehari-hari?

12.Dialokasikan kemana sajakah penghasilan Anda selama ini?

13.Berapa penghasilan yang Anda sisihkan untuk membeli keperluan untuk penampilan Anda?

14.Apa yang Anda lakukan jika ada kebutuhan mendesak dalam bulan tertentu sementara anda belum memperoleh gaji?

15.Fasilitas-fasilitas apa sajakah yang diberikan pihak toko kepada Anda? 16.Bagaimanakah hubungan Anda dengan pihak toko?

17.Apakah Anda pernah mengalami masalah dengan pihak toko tempat Anda bekerja?

18.Bagaimana suasana bekerja di toko tersebut?

19.Bagaimana hubungan Anda dengan rekan seprofesi dan rekan sekerja lainnya? 20.Apakah Anda pernah mengalami masalah dengan rekan seprofesi atau rekan

sekerja lainnya?

21.Bagaimana cara Anda dalam menghadapi pembeli?

22.Apasajakah hambatan-hambatan yang Anda rasakan selama ini dalam menghadapi pembeli yang beraneka ragam?

23.Apakah ada hambatan-hambatan lain selama Anda bekerja selama ini?

24.Apakah sebelum memulai bekerja pertama kalinya pihak toko memberikan pengarahan-pengarahan khusus kepada Anda?


(3)

133

25.Apakah Anda mengetahui apa saja kewajiban Anda sebagai pramuniaga perempuan?

26.Apakah Anda mengetahui apa saja hak Anda sebagai pramuniaga perempuan? 27.Apakah antara pihak toko dan Anda memiliki perjanjian guna menjelaskan hak

dan kewajiban kedua belah pihak?

28.jikalau ada, bagaimanakah bentuk perjanjian tersebut?

29.Bagaimanakan menurut Anda pihak toko telah memberikan hak-hak Anda? 30.Apakah Anda pernah mencari pekerjaan lain dan apa alasannya?

31.Apasajakah pekerjaan tersebut dan alasannya? 32.Bagaimanakah rencana masa depan Anda?


(4)

(5)

(6)

TABEL RANGKUMAN DATA-DATA INFORMAN

NO NAMA USIA (THN)

PENDIDIKAN TERAKHIR

SUKU JENIS TOKO LAMA BEKERJA

JADWAL BEKERJA

GAJI(Rp)

1. Eva 18 SMP Padang Elektronik 1 tahun 8 bln 09.00-17.00 750.000 2. Rini 19 SMP Jawa Elektronik 1 tahun 09.00-17.00 750.000 3. Yani 17 SMP Batak Furniture 1 tahun 09.00-17.00 780.000 4. Anna 21 SMU Batak Emas 2 tahun 09.00-19.30 950.000 5. Yuli 20 SMK Melayu Kosmetik 1 tahun 10.00-17.00 800.000 6. Eka 18 SMP Mandailing Kosmetik 1 tahun 10.00-17.00 800.000 7. Nina 24 S1 Mandailing Ponsel 1 tahun 10.00-18.00 910.000 8. Tami 21 SMP Jawa Sepatu 2 tahun 09.00-15.00/

15.00-21.00

800.000

9. Lina 19 SMU Melayu Supermarket 1 tahun 09.30-15.30/ 15.30-22.00

980.000 10 Dini 19 SMU Mandailing Supermarket 1 tahun 980.000 11 Rita 23 SMK Batak Supermarket 1 tahun 980.000 12 Prima 21 D1 Melayu Supermarket 1 ½ tahun 980.000