Parameter Perbandingan Komposisi Fase Gerak (Metanol-Air pH 3)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui

  pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara optimum karena detektor KCKT yang digunakan untuk penelitian ini adalah detektor UV. Pada penelitian ini, hasil scanning panjang gelombang maksimum atorvastatin dalam fase gerak metanol-air pH 3 (80:20 v/v) dengan konsentrasi 100 µg/mL menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200

  • – 400 nm menunjukkan bahwa atorvastatin memiliki serapan maksimum pada 245 nm. Berdasarkan penelitian Sawant et al., (2012), panjang gelombang maksimum atorvastatin adalah 246 nm. Perbedaan panjang gelombang sebesar 1 nm masih dalam batas toleransi yang diperkenankan menurut Depkes RI (1995), yaitu lebih kurang 3 nm. Spektrum UV atorvastatin dapat dilihat pada gambar 2.

  

Gambar 2. Spektrum UV atorvastatin dalam fase gerak metanol : air pH 3 (80:20, v/v)

dengan konsentrasi 100 µg/mL.

B. Optimasi Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak

  Parameter hasil optimasi kondisi KCKT yang diamati meliputi waktu berbagai variasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak. Prioritas pertama dalam pemilihan perbandingan komposisi fase gerak adalah nilai resolusi yang dihasilkan yaitu RS > 2. Nilai ini menunjukkan puncak yang dihasilkan terpisah sempurna dengan puncak yang lain. Prioritas kedua adalah waktu retensi, semakin cepat maka akan semakin baik karena menghemat waktu analisis. Prioritas ketiga adalah

  

tailling factor dari masing-masing puncak yang dihasilkan yaitu < 2 dan nilai N

yang dihasilkan > 2000.

  Optimasi metode analisis atorvastatin dengan KCKT kondisi awal yaitu kolom Cosmosil C18, ukuran partikel 5 µm, panjang kolom 150 mm dan diameter dalam 4,6 mm, fase gerak campuran metanol-air pH 3, volume injeksi 20 µL, detektor UV 245 nm, dan kecepatan alir fase gerak 1 mL/menit. Optimasi metode analisis dilakukan dengan optimasi perbandingan komposisi fase gerak metanol-air pH 3. Hasil optimasi komposisi fase gerak dapat dilihat pada tabel 2, sedangkan kromatogram hasil optimasi perbandingan fase gerak metanol-air pH 3 dapat dilihat pada lampiran 2.

  Tabel 2. Hasil Optimasi Perbandingan Komposisi Fase Gerak Metanol-Air pH 3 Perbandingan Komposisi Fase Gerak Syarat (Metanol-Air pH 3) (Snyder Parameter et al., 2010) 70-30 75-25 80-20 85-15 90-10

  Resolusi (Rs) 1,54 0,83 3,15 1,06 3,00 > 2 Rt (menit) 6,24 4,98 3,91 3,25 2,72

  ≤ 10

  Tailing factor 1,60 0,89 0,90 0,75 1,20 < 2

  Jumlah lempeng 5784 5377 5184 4210 5980 > 2000 teoritis (N)

  Dari hasil optimasi perbandingan komposisi fase gerak yang diperoleh, dipilih perbandingan 80:20 karena menghasilkan nilai resolusi serta tailing factor yang optimal dengan waktu retensi yang cukup cepat dibandingkan dengan kromatogram pada lampiran 3, peak yang dihasilkan memberikan hasil yang baik pula.

  Selanjutnya, hasil dari optimasi perbandingan komposisi fase gerak yang dipilih yaitu metanol-air pH 3 (80:20) dilakukan optimasi kecepatan alir fase gerak. Optimasi kecepatan alir yang dilakukan yaitu pada kecepatan 0,9; 1,0 dan 1,1 mL/menit. Hasil optimasi kecepatan alir dapat dilihat pada tabel 3.

  Tabel 3. Hasil optimasi kecepatan alir fase gerak Kecepatan Alir Fase Gerak Syarat (Snyder et (mL/menit)

  Parameter al., 2010)

  0,9 1,0 1,1

  Resolusi (Rs) 3,00 3,15 2,63 > 2 Rt (menit) 4,49 3,91 3,61 ≤ 10

  Tailing factor 1,12 0,90 0,75 < 2

  Jumlah lempeng teoritis 5367 5184 5184 > 2000 (N)

  Hasil optimasi kecepatan alir yang dipilih adalah 1 mL/menit, karena menghasilkan nilai resolusi, tailing factor, nilai N, serta luas area yang optimal dengan waktu retensi yang cukup cepat dibandingkan dengan kecepatan alir yang lain.

  Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan diperoleh sistem kromatografi sebagai berikut: Fase diam : Cosmosil C18 (150 x 4,61 mm, 5 µm) Fase gerak : Metanol-air pH 3 yang diatur dengan asam fosfat (80:20) Kecepatan alir : 1 mL/menit Detektor : UV 245 Vol. Injeksi : 20 µL

C. Uji Kesesuaian Sistem

  Tujuan dilakukan uji kesesuaian sistem untuk mengetahui kesesuaian, KCKT memberikan hasil yang baik (Gandjar dan Rohman, 2012). Syarat uji kesesuaian sistem yang baik menurut Snyder et al. (2010), apabila waktu retensi menghasilkan CV

  ≤ 1,0%, luas area dan intensitas menghasilkan CV ≤ 2,0%, nilai resolusi > 2, tailing factor ≤ 2, dan nilai N > 2000. Hasil uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada tabel 4.

  

Tabel 4. Hasil uji kesesuaian sistem KCKT untuk analisis atorvastatin 120 ng/mL

dalam larutan fase gerak Syarat

  Parameter Rerata SD CV (%) (Snyder et al., 2010)

  Waktu Retensi 3,96 0,01 0,17

  CV ≤ 1,0 % Luas Area 2726465 21018,89 0,77

  CV ≤ 2,0 % Tinggi Puncak 362225 1829,41 0,51

  CV ≤ 2,0 % Resolusi

  2,45 0,05 2,02 Rs > 2

  Tailing Factor 0,88 0,01 1,67

  TF ≤ 2 Jumlah Lempeng Teoritis (N) 6055 4,19 0,07 N > 2000

  Hasil uji kesesuaian sistem terhadap kadar atorvastatin 120 ng/mL yang dianalisis dengan KCKT menunjukkan bahwa kondisi yang digunakan untuk analisis kadar atorvastatin dalam tablet memenuhi persyaratan uji kesesuaian sistem.

D. Validasi Metode Analisis 1. Penentuan Selektivitas

  Selektivitas menggambarkan kemampuan suatu metode untuk mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain. Pada penelitian ini, selektivitas metode analisis dilakukan dengan membandingkan puncak dalam kromatogram atorvastatin standar, sampel tablet atorvastatin, dan pelarut fase gerak yang dianalisis dengan KCKT pada kondisi yang optimum. Selain itu juga dilakukan perhitungan nilai resolusi dari

  A

  ATR

  B

  ATR

  C

Gambar 3. Profil kromatogram : A) standar atorvastatin, B) sampel tablet atorvastatin, C)

pelarut fase gerak

  Parameter KCKT : Fase diam : Cosmosil C18 (150 x 4,61 mm, 5 µm) Fase gerak : Metanol-air pH 3 yang diatur dengan asam fosfat (80:20) Kecepatan alir : 1 mL/menit Detektor : UV 245 Vol. Injeksi : 20 µL

  Pada penelitian ini dihasilkan kromatogram dengan puncak atorvastatin standar dan sampel tablet atorvastatin pada waktu retensi 3,9 menit, serta tidak terlihat adanya puncak pada kromatogram pelarut fase gerak. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan selektif terhadap senyawa tertentu, dan menunjukkan tablet atorvastatin dapat dianalisis mengggunakan metode ini dengan membandingkan dengan standar atorvastatin yang memiliki waktu retensi yang sama.

  Menurut Snyder et al. (2010), persyaratan uji selektivitas untuk pengembangan metode analisis apabila memiliki nilai resolusi (Rs) > 2, hasil perhitungan resolusi diperoleh dari kromatogram atorvastatin standar dengan nilai resolusi sebesar 3,1 yang berarti memenuhi persyaratan. Hasil ini menunjukkan metode KCKT yang digunakan untuk analisis atorvastatin mempunyai selektivitas yang baik. Hasil kromatogram atorvastatin standar, sampel tablet atorvastatin, dan pelarut fase gerak dapat dilihat pada gambar 3.

2. Penentuan Linearitas

  Uji linearitas dilakukan dengan cara menginjeksikan 5 seri konsentrasi atorvastatin pada sistem KCKT. Konsentrasi yang digunakan adalah 20, 40, 60, 80, 120 ng/mL. Data luas area atorvastatin yang diperoleh diplotkan dengan seri konsentrasi atorvastatin. Persamaan garis yang dihasilkan antara seri konsentrasi atorvastatin dengan luas area yang diperoleh dari kromatogram adalah y = 10742607,432x

  • – 1356494,324; koefisien korelasi (r) = 0,9995, dan

  2 koefisien determinasi (r ) = 0,9990.

  Menurut Chan et al. (2004), persyaratan linearitas untuk validasi

  2

  metode analisis bisa diterima jika nilai koefisien determinasi (r ) lebih besar

  2

  atau sama dengan 0,997. Pada penelitian ini, nilai r yang diperoleh adalah 0,9990 sehingga metode analisis yang digunakan telah memenuhi syarat linearitas yang ditetapkan. Hasil kurva hubungan luas area kromatogram terhadap konsentrasi atorvastatin pada penentuan linearitas dapat dilihat pada gambar 4.

  3000000 2500000 in

  2000000 astat rv

  1500000 y = 10.742,61x + 1.356.494,32 a Ato 2 e R = 0,999

  1000000 as Ar Lu

  500000

  20

  40

  60 80 100 120 140 Konsentrasi Atorvastatin (ng/mL)

  

Gambar 4. Kurva hubungan luas area kromatogram atorvastatin terhadap konsentrasi

atorvastatin pada penentuan linearitas

3. Penentuan Akurasi dan Presisi Salah satu syarat utama metode analisis adalah tepat dan teliti.

  Ketepatan bisa dilihat dari parameter akurasi yang dalam penelitian ini diperoleh dari nilai perolehan kembali (recovery). Ketelitian dapat dilihat dari parameter presisi yang pada penelitian ini diukur sebagai simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) (Rohman, 2009). Pada penelitian ini, uji presisi yang dilakukan adalah keterulangan (repeatability) yaitu presisi pada kondisi percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatanya, maupun waktunya (Gandjar dan Rohman, 2012).

  Penentuan presisi dan akurasi dilakukan pada 5 konsentrasi atorvastatin, dimana pengukuran pada setiap konsentrasi sebanyak 5 kali. Pada penelitian ini, uji presisi dan akurasi dilakukan pada konsentrasi atorvastatin yaitu sebesar 20, 40, 60, 80, dan 120 ng/mL. Nilai perolehan kembali dan koefisien variasi pengukuran atorvastatin hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.

  Tabel 5. Nilai Recovery dan Koefisien Variasi (CV) Konsentrasi Atorvastatin Kadar Atorvastatin Recovery Replikasi

  CV (%) diketahui terukur (ng/mL) (%) (ng/mL)

  20,22 1 101,15 20,66 2 103,32

  20 19,02 0,64 3 95,09 20,96 4 104,85 18,92 5 94,62 43,59 1 108,99 39,66 2 99,16

  40 38,49 1,38 3 96,22 37,53 4 93,84 39,72 5 99,30 58,28 1 97,14 56,15 2 93,59

  60 56,12 1,35 3 93,53 56,73 4 94,55 62,02 5 103,37 81,58 1 101,98 81,31 2 101,63

  80 73,84 1,73 3 92,31 75,04 4 93,79 78,40 5 98,01

  111,69 1 93,08 129,53 2 107,95

  120 2,82

  119,80 3 99,86 123,18 4 102,65

  5 115,25 96,05 Suatu metode analisis yang menggunakan sampel dengan konsentrasi di bawah 1000 ng/mL dikatakan memiliki akurasi yang baik apabila nilai

  recovery yang diperoleh berkisar 80

  • – 110% dari nilai sebenarnya (Gonzalez

  et al ., 2010). Pada penelitian ini, semua nilai recovery yang didapatkan berada

  pada rentang tersebut. Maka dari itu, metode analisis yang digunakan pada

  Untuk uji presisi, apabila sampel yang digunakan memiliki konsentrasi di bawah 1000 ng/mL maka syarat CV yang diterima menurut AOAC adalah kurang dari 7,3% (Gandjar dan Rohman, 2012). Dengan demikian, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan presisi.

4. Penentuan LOD (Limit Of Detection) dan LOQ (limit Of Quantifitation)

  LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan, sedangkan LOQ adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan denga presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2012).

  Pada penelitian ini, penentuan LOD digunakan dengan metode visual instrumental dengan perhitungan signal to noise ratio (Ahuja and Dong, 2005). Pengukuran dilakukan pada konsentrasi atorvastatin sebesar 0,05; 0,1; 0,2 ng/mL. Hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi atorvastatin 0,05 dan 0,1 ng/mL tidak terlihat adanya puncak atorvastatin pada waktu retensi sekitar 3,9 menit, sedangkan pada konsentrasi 0,2 ng/mL terlihat adanya puncak atorvastatin pada waktu retensi 3,96 menit. Hasil kromatogram penentuan LOD dapat dilihat pada gambar 5.

  Nilai LOD dapat dibuktikan dengan melakukan injeksi berulang konsentrasi terpilih sebanyak 6 kali, apabila CV yang diperoleh lebih besar dari

  50

  50

  = = 16,67%, maka nilai tersebut merupakan LOD (Snyder et al.,

  / 3/1

  2010). Pada penelitian ini, injeksi berulang konsentrasi 0,2 ng/mL dihasilkan CV sebesar 30,07%, dapat dilihat pada tabel 6. Oleh karena itu, dapat ditetapkan bahwa konsentrasi 0,2 ng/mL merupakan nilai LOD.

  Hasil nilai LOD digunakan dasar perhitungan nilai LOQ, dimana menurut Gandjar dan Rohman (2012), nilai LOQ diperoleh dari rumus LOQ = 10/3 LOD. Hasil dari perhitungan diperoleh nilai LOQ yaitu 0,7 ng/mL. Hasil penentuan presisi dan akurasi untuk membuktikan nilai LOQ dapat dilihat pada tabel 7. Pada hasil tersebut diperoleh presisi dan akurasi yang dapat diterima nilai recovery 80

  • – 110%. Oleh karena itu, ditetapkan konsentrasi 0,7 ng/mL merupakan nilai LOQ.

  A B C

  ATR

  

Gambar 5. Profil kromatogram atorvastatin : A) konsentrasi 0,05 ng/mL, B) konsentrasi 0,1

ng/mL, C) konsentrasi 0,2 ng/mL

  Parameter KCKT : Fase diam : Cosmosil C18 (150 mm x 4,61 D, 5 µm) Fase gerak : Metanol-air pH 3 yang diatur dengan asam fosfat (80:20) Kecepatan alir : 1 mL/menit Detektor : UV 245 Vol. Injeksi : 20 µL

  Tabel 6. Hasil Injeksi Berulang Atorvastatin 0,2 ng/mL Konsentrasi Atorvastatin (ng/mL) Luas Area Atorvastatin

Rerata Luas

Area

  101,27

   Uji Keseragaman Kadar Tablet

  101,10 E.

  5 0,71

  103,04

  4 0,72

  101,14

  3 0,71

  2 0,71

  

Atorvastatin

SD CV (%) Syarat (Snyder et al., 2010)

  100,01 0,93

  1 0,70

  0,7

  Recovery (%) CV (%)

  Tabel 7. Nilai Recovery dan Koefisien Variasi (CV) pada penentuan LOQ Konsentrasi Atorvastatin diketahui (ng/mL) Replikasi

Kadar

Atorvastatin

terukur

(ng/mL)

  16,67 38624 16123 21844 28562 35873

  2801,83 842,52 30,07 CV >

  0,2 27105

  Pada penelitian ini, sampel yang dgunakan untuk uji keseragaman kadar tablet atorvastatin adalah atorvastatin generik. Sampel ini dipilih karena atorvastatin generik paling banyak beredar di pasaran dengan harga paling murah dibandingkan merek lain. Hasil keseragaman kadar tablet atorvastatin generik dapat dilihat pada tabel 8.

  Tabel 8. Kadar Tablet Atorvastatin Generik

Tablet Kadar (%) SD CV (%)

  1 105,09 1,79 1,75 2 100,52

  3 105,82 4 102,45 5 102,55 6 101,93 7 103,60 8 100,34 9 102,09 10 101,51

  Berdasarkan data di atas menunjukkan kadar atorvastatin generik dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar menurut Aini et al. (2015) yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10.

  Uji keseragaman tablet yang dilakukan selain untuk membuktikan bahwa metode analisis dengan KCKT yang dikembangkan dapat digunakan untuk analisis tablet atorvastatin, juga digunakan untuk menjamin mutu, kualitas, serta keamanan suatu produk obat dalam sediaan tablet.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

  bahwa: 1.

  Metode analisis sederhana secara KCKT menggunakan kolom Cosmosil C18 (150 x 4,6 mm, 5 µm); menghasilkan kondisi optimum untuk penetapan kadar tablet atorvastatin dengan fase gerak campuran metanol-air pH 3 (80:20 v/v); kecepatan alir 1 mL/menit dan dideteksi dengan detektor UV 245 nm.

  2. Metode analisis sederhana yang dikembangkan telah memenuhi persyaratan validasi metode analisis meliputi selektivitas; linearitas

  2

  pada rentang 20 = 0,999; akurasi; presisi; Limit

  • – 120 ng/mL dengan r

  of Detection (LOD) sebesar 0,2 ng/mL; dan Limit of Quantitation (LOQ) sebesar 0,7 ng/mL.

B. Saran

  Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan beberapa hal seperti berikut:

  1. Perlu dilakukan validasi dengan parameter yang lain seperti robustness dan stabilitas larutan.

  2. Perlu dilakukan uji keseragaman tablet atorvastatin dengan tablet merek lain.