Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

(1)

PENETAPAN KADAR SIMVASTATIN DALAM

SEDIAAN TABLET SECARA KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI DENGAN FASE GERAK

METANOL-AIR

SKRIPSI

OLEH:

AYU SARI ANASTASIA

NIM 111524039

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR SIMVASTATIN DALAM

SEDIAAN TABLET SECARA KROMATOGRAFI

CAIR KINERJA TINGGI DENGAN FASE GERAK

METANOL-AIR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

AYU SARI ANASTASIA

NIM 111524039

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR SIMVASTATIN DALAM SEDIAAN

TABLET SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

TINGGI DENGAN FASE GERAK METANOL-AIR

OLEH:

AYU SARI ANASTASIA NIM 111524039

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 12 Oktober 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. rer. nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt. Prof. Dr. Siti M. Sinaga, M.Sc., Apt. NIP 195306191983031001 NIP 195008281976032002

Pembimbing II, Prof. Dr. rer. nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt. NIP 195306191983031001

Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP 195201041980031002 NIP 195006071979031001

Drs. Syafruddin, M.S., Apt. NIP 194811111976031003 Medan, Oktober 2013

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian, kepada Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., dan Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada aProf. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., dan Drs. Syafruddin, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini serta kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama masa pendidikan.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada orang tua tersayang Ayahanda Alm. Ir.


(5)

Sorinaik Batubara, M.T., dan Ibunda Hj. Dra. Wieke Widiaty atas doa dan dukungan baik moril maupun materil, kakak tersayang, kerabat-kerabat, dan sahabat-sahabat di Fakultas Farmasi USU semua atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

Ayu Sari Anastasia NIM 111524039


(6)

PENETAPAN KADAR SIMVASTATIN DALAM SEDIAAN TABLET SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DENGAN

FASE GERAK METANOL-AIR ABSTRAK

Simvastatin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan statin yang digunakan sebagai penurun kadar kolesterol bagi pasien hiperkolesterolemia. Obat ini merupakan obat semisintetik yang bekerja dengan cara menginhibisi 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase serta menurunkan kadar LDL. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar simvastatin dalam tablet generik dan dagang.

Penetapan kadar dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) dengan fase gerak metanol-air (80:20), sistem elusi isokratik pada suhu 40oC, laju alir 1,5 ml/menit pada panjang gelombang 238 nm. Untuk menguji validitas metode ini, dilakukan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi, batas deteksi, dan batas kuantitasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kadar tablet simvastatin generik yaitu: PT. Hexpharm Jaya 99,18 ± 0,41%, PT. Kimia Farma 105,26 ± 0,64%, PT. Novell 93,71 ± 0,30%, PT. Bernofarm 104,85 ± 0,36%. Sedangkan untuk tablet dengan nama dagang berturut-turut untuk Zocor® (PT. Merck Sharp & Dohme) 99,06 ± 0,27%, Normofat® (PT. Soho) 104,55 ± 0,25%, Simbado® (PT. Lapi) 105,58 ± 0,41%, Lesvatin® (PT. Gracia Pharmindo) 104,55 ± 0,19%. Semua tablet yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam United State Pharmacopeia (USP) edisi 32 tahun 2009 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hasil uji validasi dari metode ini diperoleh persen recovery 100,95% dengan RSD 0,65%, ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik dengan limit deteksi 2,5597 µg/ml dan limit kuantitasi 8,5326 µg/ml.


(7)

DETERMINATION OF SIMVASTATIN IN TABLET BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY WITH MOBILE

PHASE METHANOL-WATER ABSTRACT

Simvastatin is a drug belonging to the class of statins used as lowering cholesterol levels for patients with hypercholesterolemia. It is a semisynthetic drug that works in a way inhibition 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-Coenzyme A (HMG-CoA) reductase and lowering LDL. The purpose of this study was to establish the rate of simvastatin in tablet with generic and trading name.

Determination is done using by High Performance Liquid Chromatography column TC-C18 5 m (4.6 × 150 mm), by mobile phase methanol-water (80:20) with isocratic elution system at a temperature of 40oC, flow rate of 1.5 ml/min at 238 nm. To test the validity of this method, experiments performed with parameter validation accuracy, precision, limit of detection, and the limit of quantitation

Results obtained from this research showed that the levels of simvastatin with generic names are : PT. Hexpharm Jaya 99.18 ± 0.41%, PT. Kimia Farma 105.26 ± 0.64%, PT. Novell 93.71 ± 0.30%, PT. Bernofarm 104.85 ± 0.36%. As for the tablet with consecutive trading name for Zocor® (PT. Merck Sharp & Dohme) 99.06 ± 0.27%, Normofat® (PT. Soho) 104.55 ± 0.25%, Simbado® (PT. Lapi) 105.58 ± 0.41%, Lesvatin® (PT. Gracia Pharmindo) 104.55 ± 0.19%. All the analyzed simvastatin tablets meet the requirements levels specified in United State Pharmacopeia (USP) 32 edition 2009, which contains not less than 90.0 percent and not more than 110.0 percent simvastatin of the labeled amount. Validation test results obtained from this method percent recovery of 100.95% with RSD 0.65%, indicating that this method has good accuracy and precision in detection limit 2.5597 µg/ml and a quantitation limit 8.5326 µg/ml.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Simvastatin ... 5

2.1.1 Uraian Bahan ... 5

2.1.2 Farmakologi ... 6

2.1.3 Efek Samping ... 6

2.1.4 Dosis ... 6


(9)

2.2.1 Klasifikasi Kromatografi ... 7

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 8

2.4 Cara Kerja KCKT ... 9

2.5 Jenis Pemisahan KCKT ... 9

2.6 Komponen KCKT ... 10

2.6.1 Wadah Fase Gerak ... 10

2.6.2 Pompa ... 11

2.6.3 Injektor ... 11

2.6.4 Kolom ... 12

2.6.5 Fase Diam ... 13

2.6.6 Detektor ... 14

2.6.7 Pengolah Data ... 14

2.6.8 Fase Gerak ... 15

2.6.9 Elusi Gradien dan Isokratik ... 16

2.7 Penentuan Kadar Simvastatin dengan Metode KCKT ... 16

2.8 Validasi Metode ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Alat-alat ... 19

3.3 Bahan-bahan ... 19

3.4 Pengambilan Sampel ... 20

3.5 Prosedur Penelitian ... 21

3.5.1 Penyiapan Bahan ... 21

3.5.1.1 Pembuatan Fase Gerak Metanol-Air ... 21


(10)

3.5.1.3 Pembuatan Larutan Induk Baku Simvastatin

BPFI ... 21

3.5.2 Prosedur Analisis ... 21

3.5.2.1 Penyiapan Alat KCKT ... 21

3.5.2.2 Penentuan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum ... 22

3.5.3 Analisis Kualitatif Menggunakan KCKT ... 23

3.5.3.1 Uji Identifikasi Simvasatatin Menggunakan KCKT ... 23

3.5.4 Analisis Kuantitatif ... 23

3.5.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Simvastatin ... 23

3.5.4.2 Penetapan Kadar Sampel ... 24

3.5.4.3 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik ... 24

3.5.5 Validasi Metode ... 25

3.5.5.1 Kecermatan (Akurasi) ... 25

3.5.5.2 Keseksamaan (Presisi) ... 26

3.5.5.3 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Optimasi Komposisi Fase Gerak Metanol:Air ... 28

4.2 Analisis Kualitatif ... 32

4.3 Penentuan Kurva Kalibrasi ... 34

4.4 Kadar Simvastatin dalam Sampel ... 35

4.5 Hasil Uji Validasi ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN ... 42


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan fase gerak terhadap retention time dan area

dari hasil optimasi ... 32

Tabel 2. Perbandingan retention time, area, height, dan USP tailing dari hasil spiking ... 34

Tabel 3. Kadar simvastatin dalam sediaan tablet ... 35

Tabel 4. Data hasil uji validasi tablet generik (PT. Hexpharm Jaya) ... 37

Tabel 5. Data hasil validasi ... 91

Tabel 6. Analisis data statistik persen perolehan kembali simvastatin pada sediaan tablet ... 93


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Simvastatin ... 5

Gambar 2. Diagram Skematik Alat KCKT ... 10

Gambar 3. Tipe Injektor Katup Putaran ... 12

Gambar 4. Kromatogram menggunakan kolom TC-C18 (4,6 x 150 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (70:30) laju alir 1,5 ml/menit ... 29

Gambar 5. Kromatogram menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (80:20) laju alir 1,5 ml/menit ... 29

Gambar 6. Kromatogram menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (85:15) laju alir 1,5 ml/menit ... 30

Gambar 7. Kromatogram menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (80:20) laju alir 1,0 ml/menit ... 30

Gambar 8. Kromatogram menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (85:15) laju alir 1,0 ml/menit ... 31

Gambar 9. Kromatogram menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) Perbandingan Fase Gerak Metanol:Air (70:30) laju alir 1,7 ml/menit ... 31

Gambar 10. Kromatogram tablet simvastatin sebelum penambahan baku secara KCKT menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) ... 33

Gambar 11. Kromatogram tablet simvastatin sesudah penambahan baku hasil spike secara KCKT menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) ... 33

Gambar 12. Kurva kalibrasi Simvastatin BPFI secara KCKT menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) ... 34

Gambar 13. Alat KCKT (Agilent) ... 96

Gambar 14. Wadah Fase Gerak ... 96


(14)

Gambar 16. Degasser ... 96


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kromatogram penyuntikan simvastatin baku pada

pembuatan kurva kalibrasi ... 42

Lampiran 2. Perhitungan persamaan regresi simvastatin ... 44

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas kuantitasi (LOQ)

simvastatin ... 46

Lampiran 4. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin generik (PT

Hexpharm Jaya) ... 47

Lampiran 5. Perhitungan kadar simvastatin generik (PT Hexpharm

Jaya) ... 48

Lampiran 6. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin generik (PT

Kimia Farma) ... 50

Lampiran 7. Perhitungan kadar simvastatin generik (PT Kimia Farma) ... 51

Lampiran 8. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin generik (PT

Novell) ... 53

Lampiran 9. Perhitungan kadar simvastatin generik (PT Novell) ... 54

Lampiran 10. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin generik (PT

Bernofarm) ... 56

Lampiran 11. Perhitungan kadar simvastatin generik ( PT Bernofarm) ... 57

Lampiran12. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin merek Zocor®

(PT Merck Sharp & Dohme) ... 59

Lampiran 13. Perhitungan kadar simvastatin merek Zocor® (PT Merck

Sharp & Dohme) ... 60

Lampiran14. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin merek

Normofat® (PT Soho) ... 62

Lampiran 15. Perhitungan kadar simvastatin merek Normofat® (PT Soho) ... 63

Lampiran16. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin merek


(16)

Lampiran 17. Perhitungan kadar simvastatin merek Simbado® (PT Lapi) ... 66

Lampiran 18. Kromatogram hasil penyuntikan simvastatin merek Lesvatin® (PT Gracia Pharmindo) ... 68

Lampiran 19. Perhitungan kadar simvastatin merek Lesvatin® (PT Gracia Pharmindo) ... 69

Lampiran 20. Contoh perhitungan penimbangan sampel ... 72

Lampiran 21. Contoh perhitungan untuk mencari kadar tablet simvastatin generik (PT Hexpharm Jaya) ... 73

Lampiran 22. Hasil pengolahan data penetapan kadar simvastatin tablet ... 74

Lampiran 23. Kromatogram hasil penyuntikan dari simvastatin tablet dan bahan baku pada persen perolehan kembali pada rentang 80%, 100% dan 120% ... 78

Lampiran 24. Perhitungan recovery dengan metode adisi standar ... 87

Lampiran 25. Sertifikat Analisis Simvastatin BPFI ... 94

Lampiran 26. Tabel Nilai Distribusi t ... 95

Lampiran 27. Gambar alat KCKT, wadah fase gerak, vialautosampler, degasser dan timbangan analitik ... 96


(17)

PENETAPAN KADAR SIMVASTATIN DALAM SEDIAAN TABLET SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DENGAN

FASE GERAK METANOL-AIR ABSTRAK

Simvastatin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan statin yang digunakan sebagai penurun kadar kolesterol bagi pasien hiperkolesterolemia. Obat ini merupakan obat semisintetik yang bekerja dengan cara menginhibisi 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase serta menurunkan kadar LDL. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar simvastatin dalam tablet generik dan dagang.

Penetapan kadar dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) dengan fase gerak metanol-air (80:20), sistem elusi isokratik pada suhu 40oC, laju alir 1,5 ml/menit pada panjang gelombang 238 nm. Untuk menguji validitas metode ini, dilakukan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi, batas deteksi, dan batas kuantitasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kadar tablet simvastatin generik yaitu: PT. Hexpharm Jaya 99,18 ± 0,41%, PT. Kimia Farma 105,26 ± 0,64%, PT. Novell 93,71 ± 0,30%, PT. Bernofarm 104,85 ± 0,36%. Sedangkan untuk tablet dengan nama dagang berturut-turut untuk Zocor® (PT. Merck Sharp & Dohme) 99,06 ± 0,27%, Normofat® (PT. Soho) 104,55 ± 0,25%, Simbado® (PT. Lapi) 105,58 ± 0,41%, Lesvatin® (PT. Gracia Pharmindo) 104,55 ± 0,19%. Semua tablet yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam United State Pharmacopeia (USP) edisi 32 tahun 2009 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hasil uji validasi dari metode ini diperoleh persen recovery 100,95% dengan RSD 0,65%, ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik dengan limit deteksi 2,5597 µg/ml dan limit kuantitasi 8,5326 µg/ml.


(18)

DETERMINATION OF SIMVASTATIN IN TABLET BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY WITH MOBILE

PHASE METHANOL-WATER ABSTRACT

Simvastatin is a drug belonging to the class of statins used as lowering cholesterol levels for patients with hypercholesterolemia. It is a semisynthetic drug that works in a way inhibition 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-Coenzyme A (HMG-CoA) reductase and lowering LDL. The purpose of this study was to establish the rate of simvastatin in tablet with generic and trading name.

Determination is done using by High Performance Liquid Chromatography column TC-C18 5 m (4.6 × 150 mm), by mobile phase methanol-water (80:20) with isocratic elution system at a temperature of 40oC, flow rate of 1.5 ml/min at 238 nm. To test the validity of this method, experiments performed with parameter validation accuracy, precision, limit of detection, and the limit of quantitation

Results obtained from this research showed that the levels of simvastatin with generic names are : PT. Hexpharm Jaya 99.18 ± 0.41%, PT. Kimia Farma 105.26 ± 0.64%, PT. Novell 93.71 ± 0.30%, PT. Bernofarm 104.85 ± 0.36%. As for the tablet with consecutive trading name for Zocor® (PT. Merck Sharp & Dohme) 99.06 ± 0.27%, Normofat® (PT. Soho) 104.55 ± 0.25%, Simbado® (PT. Lapi) 105.58 ± 0.41%, Lesvatin® (PT. Gracia Pharmindo) 104.55 ± 0.19%. All the analyzed simvastatin tablets meet the requirements levels specified in United State Pharmacopeia (USP) 32 edition 2009, which contains not less than 90.0 percent and not more than 110.0 percent simvastatin of the labeled amount. Validation test results obtained from this method percent recovery of 100.95% with RSD 0.65%, indicating that this method has good accuracy and precision in detection limit 2.5597 µg/ml and a quantitation limit 8.5326 µg/ml.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Simvastatin merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan statin yang digunakan sebagai penurun kadar kolesterol bagi pasien hiperkolesterolemia. Obat ini merupakan obat semisintetik yang bekerja dengan cara menginhibisi 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase serta menurunkan kadar LDL (Abu-Nameh, et al., 2006).

Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas suatu sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan. Obat dengan nama generik merupakan obat yang harganya murah dibandingkan obat merek dagang. Masyarakat menganggap obat generik yang harganya murah tidak memiliki mutu sebaik obat merek dagang yang harganya jauh lebih mahal (Widjajanti, 2002; Puspitasari, 2006).

Pada Farmakope Indonesia edisi IV (1995) tidak ditemukan monografi dari sediaan simvastatin tablet. Pada beberapa literatur penetapan kadar simvastatin dapat dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Dalam USP 32 (2009), menggunakan kolom tipe L1 (25 cm × 4,6 mm) dengan fase gerak acetonitril-larutan buffer pH 4,5 (65:35) pada aju alir 1,5 ml/menit dan di deteksi pada panjang gelombang 238 nm. Sedangkan menurut Guzik, et al (2010), menggunakan kolom Hypersil ODS (250 mm × 4,6 mm) dengan fase gerak metanol-air (70:30) pada menit ke 0 dan metanol-air (97:3) pada menit


(20)

ke 15 pada suhu 40oC pada laju alir 1,5 ml/menit dan deteksi dilakukan pada panjang gelombang 238 nm.

Selain dengan metode KCKT, simvastatin dapat juga ditetapkan kadarnya dengan beberapa metode. Raju, et al., (2012), melakukan penatapan kadar dengan spektrofotometer UV menggunakan pelarut metanol pada panjang gelombang 236 nm, dan dengan pelarut 2-propanol pada panjang gelombang 240 nm. Menurut Moffat, et al., (2004), baku simvastatin dapat diidentifikasi dengan spektrofotometer UV dengan pelarut asetonitril pada panjang gelombang 231, 238 dan 247 nm sehingga kemungkinan kadarnya dalam tablet dapat diukur dengan spektrofotometer UV. Selain itu dengan kromatografi gas menggunakan kolom metil silikon, gas pembawa helium pada temperatur 280oC, dan laju alir 0,9 ml/menit.

Metode KCKT memiliki banyak keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisa suatu zat dalam jumlah kecil, waktu analisisnya relatif singkat, cukup sensitif dan selektif serta mudah dalam interpretasi yang diperoleh (Gandjar dan Rohman, 2007).

Dari uraian di atas peneliti tertarik menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) dengan fase gerak metanol-air dengan perbandingan tertentu untuk menetapkan kadar simvastatin dalam sediaan tablet dengan nama generik dan nama dagang yang beredar di pasaran.


(21)

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah metode KCKT menggunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) dengan fase gerak metanol-air dapat digunakan pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet dan memberikan uji validasi metode yang memenuhi syarat?

2. Apakah kadar simvastatin dalam sediaan tablet nama dagang dan nama generik yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan dalam United Stated Pharmacopeia (USP) 32 tahun 2009?

1.3 Hipotesis

1. Metode KCKT menggunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) fase gerak metanol-air dapat digunakan pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan uji validasi metode. 2. Kadar simvastatin dalam sediaan tablet nama dagang dan nama

generik yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan dalam United Stated Pharmacopeia (USP) 32 tahun 2009?

1.4 Tujuan penelitian

1. Menerapkan metode KCKT menggunakan fase gerak metanol-air pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet dan menguji validitas metode tersebut.


(22)

2. Untuk mengetahui kesesuaian kadar simvastatin dalam sediaan tablet nama dagang dan nama generik yang beredar di pasaran dengan persyaratan kadar menurut United Stated Pharmacopeia (USP) 32 tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai metode analisis kuantitatif baru bagi industri farmasi pada penetapan kadar simvastatin pada tablet dengan metode KCKT. 2. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat

mengenai kadar zat aktif yang terkandung dalam obat simvastatin dalam sediaan tablet baik dari nama dagang maupun generik.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simvastatin

2.1.1 Uraian Bahan

Menurut Moffat, et al., (2004), sifat fisiko kimia simvastatin adalah sebagai berikut:

Rumus struktur:

Gambar 1. Struktur Simvastatin Rumus Molekul : C25H38O5

Berat Molekul : 418,6

Titik Lebur : 135o sampai 138oC Pemerian : Serbuk kristal putih

Kelarutan : Tidak larut dalam air, n-heksana, dan asam klorida; larut dalam kloroform, dimetil sulfoksida, metanol, etanol, polietilen glikol, NaOH, dan propilen glikol.


(24)

2.1.2 Farmakologi

Statin merupakan kelompok dari 3-hydroxy-3-methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-CoA) inhibitor reduktase yang digunakan untuk hiperkolesteramia dan hiperlipidemia. Simvastatin, lovastatin dan atorvastatin adalah yang paling sering digunakan, namun hanya yang pertama yang merupakan prodrug. Bentuk prodrug lebih baik di absorbsi dibandingkan dengan bentuk non-modifikasi (Guzik, et al., 2010).

Simvastatin berdaya menurunkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan kolesterol total dalam 2-4 minggu. Kadar VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan TG juga dapat diturunkan, sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) dinaikkan sedikit. Digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan damar. Khasiat menurunkan LDL-nya kuat, tetapi lebih lemah daripada atorvastatin (Tan dan Rahardja, 2007).

2.1.3 Efek Samping

Pada umumnya ringan, antara lain nyeri otot reversibel, yang adakalanya menjadi gangguan otot parah yang disebut rhabdomyolysis. Wanita hamil tidak boleh menggunakannya karena statin berdaya teratogen (mengakibatkan cacat pada bayi), lagipula kolesterol mutlak dibutuhkan bagi pengembangan janin (Tan dan Rahardja, 2007).

2.1.4 Dosis

Permulaan 10 mg pada malam hari, bila perlu dinaikkan dengan interval 4 minggu sampai maksimal 40 mg (Tan dan Rahardja, 2007).


(25)

2.2 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).

Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.2.1 Klasifikasi Kromatografi

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam, tergantung pada pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi : (a) kromatografi adsorbsi; (b) kromatografi partisi; (c) kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion (e) kromatografi eksklusi ukuran dan (f) kromatografi afinitas. Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis, yang kedua sering disebut kromatografi planar; (c)


(26)

kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan (d) kromatografi gas (KG) (Rohman, 2009).

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi memisahkan komponen campuran senyawa kimia terlarut dengan sistem adsorpsi pada fase diam padat atau sistem partisi di antara fase diam cair yang terikat pada penyangga padat, dan fase gerak cair. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat memisahkan makromolekul, ion, bahan alam yang tidak stabil, polimer dan berbagai gugus polifungsi dengan berat molekul tinggi. Berbeda dengan kromatografi gas, pemisahan pada KCKT adalah hasil antaraksi spesifik antara molekul senyawa dengan fase diam dan fase gerak (Satiadarma, dkk., 2004).

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen POM, 1995).

KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain: farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan (Munson, 1984).


(27)

2.4 Cara Kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman, 2009).

Pemisahan analit dalam kolom kromatografi berdasarkan pada aliran fase gerak yang membawa campuran analit melalui fase diam dan perbedaan interaksi analit dengan permukaan fase diam sehingga terjadi perbedaan waktu perpindahan setiap komponen dalam campuran (Meyer, 2010).

2.5 Jenis Pemisahan KCKT

Dari kedua fase, yaitu fase diam dan fase gerak, salah satu di antaranya selalu harus lebih polar daripada yang lainnya. Misalnya, heksana yang dipakai pada kolom silika kepolarannya jauh lebih rendah daripada permukaan silika. Jika fase yang lebih polar itu fase diam, ini disebut kromatografi normal. Jika fase yang kepolarannya lebih rendah ialah fase diam, ini dikenal sebagai kromatografi fase balik (Gritter, dkk., 1991).

Kromatografi fase balik menggunakan fase diam dari silika yang dimodifikasi secara kimiawi. Fase diam yang paling popular digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) yang relatif non polar sedangkan fase geraknya


(28)

relatif lebih polar daripada fase diam. Kondisi kepolaran kedua fase ini merupakan kebalikan dari kromatografi fase normal sehingga disebut kromatografi fase balik (Meyer, 2010).

2.6 Komponen KCKT

Instrumentasi KCKT terdiri atas wadah fase gerak, pompa, injektor, kolom, detektor, dan pengolah data. Diagram skematik alat KCKT ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Skematik Alat KCKT (Rohman, 2009). 2.6.1 Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab dengan adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak, maka akan sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, buffer, dan reagen dengan


(29)

kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan berderajat KCKT (HPLC grade). Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada sistem kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat berkumpul dalam kolom atau dalam tabung sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.6.2 Pompa

Ada dua jenis pompa yang digunakan: tekanan-tetap dan pendesakan-tetap. Pompa pendesakan tetap dapat dibagi lagi menjadi pompa torak dan pompa semprit. Pompa torak menghasilkan aliran yang berdenyut, jadi memerlukan peredam denyut atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis alas detektor yang stabil jika detektor peka terhadap aliran. Kelebihan utamanya ialah tandonnya tidak terbatas. Pompa semprit menghasilkan aliran yang tak berdenyut, tetapi tandonnya terbatas (Jhonson dan Stevenson, 1978). 2.6.3 Injektor

Menurut Jhonson dan Stevenson (1978), ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan, yaitu:

a. Aliran henti: Aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atmosfir; sistem ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi (biasanya sistem aliran utama tetap berada dalam tekanan kerja). Cara ini dapat dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil, jadi umumnya daya pisah tidak dipengaruhi; b. Septum: Ini adalah injektor langsung pada aliran, yang sama dengan


(30)

dipakai pada tekanan sampai sekitar 60 - 70 atmosfer. Sayang sekali, septum tidak dapat dipakai untuk semua pelarut KC. Selain itu, partikel kecil terlepas dari septum dan cenderung menyumbat;

c. Katup jalan-kitar: jenis injektor ini, biasanya dipakai untuk menyuntikkan volum lebih besar dari pada 10 µl dan sekarang dipakai dalam sistem yang diotomatkan. (volume yang lebih kecil dapat disuntikkan secara manual memakai adaptor khusus). Pada kedudukan mengisi, jalan-kitar cuplikan diisi pada tekanan atmosfir. Jika katup dijalankan (dibuka), cuplikan di dalam jalan-kitar teralirkan ke dalam kolom. Katup jalan-kitar secara skematik ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Tipe Injektor Katup Putaran (De Lux Putra, 2007). 2.6.4 Kolom

Kolom merupakan jantung kromatografi. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pemilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Menurut Johnson dan Stevenson (1978), kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok:


(31)

a. Kolom analitik: garis tengah dalam 2 – 6 nm. Panjang bergantung pada jenis kemasan,untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50 – 100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, biasanya 10 – 30 cm;

b. Kolom preparatif: umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 – 100 cm.

Kolom hampir selalu terbuat dari baja nirkarat. Kolom biasanya dipakai pada suhu kamar, tetapi suhu yang lebih tinggi dapat juga dipakai, terutama dalam kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Kemasan bergantung pada ragam KCKT yang dilakukan.

2.6.5 Fase Diam

Fase diam dapat berupa permukaan zat padat yang berfungsi sebagai medium yang menjerap, atau permukaan zat cair yang terdapat pada sejenis zat padat. Banyak sistem fase diam baru telah dikembangkan untuk KCKT, dan pemakaian bahan tersebut sangat meningkatkan keefisienan dan kemampuan metode itu. Sebagian besar bahan itu didasarkan pada silika (Gritter, dkk., 1991).

Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang maupun tinggi (Gandjar dan Rohman, 2009).


(32)

Sekarang ini, gel silika ODS atau fase-fase sejenis seperti gel silika oktil digunakan untuk >80% analisis farmasi namun fase-fase lain hanya digunakan jika diperlukan selektivitas khusus, misalnya untuk senyawa-senyawa yang sangat mudah larut dalam air atau untuk pemisahan bioanalisis yang menjadi penting karena matriks sampel tersebut menghasilkan banyak puncak yang mengganggu (Watson, 2005).

2.6.6 Detektor

Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrofotometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, elektrokimia. Idealnya, suatu detektor mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusible; (2) mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil; (3) stabil dalam pengoperasiannya, dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2009).

2.6.7 Pengolah Data

Alat pengumpul data seperti komputer, integrator, dan rekorder dihubungkan ke detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor dan memplotkannya sebagai suatu kromatogram yang selanjutnya dievaluasi oleh seorang analis (Gandjar dan Rohman, 2009).


(33)

2.6.8 Fase Gerak

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel (Gandjar dan Rohman, 2009).

Pada KCKT, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi proses pemisahan. Berbagai macam pelarut dipakai dalam semua jenis KCKT, tetapi ada beberapa syarat fase gerak yang digunakan dalam KCKT. Menurut Jhonson dan Stevenson (1978), kriteria fase gerak yang ideal adalah sebagai berikut:

(a) Murni, tanpa cemaran;

(b) Tidak bereaksi dengan kemasan; (c) Sesuai dengan detektor;

(d) Dapat melarutkan cuplikan; (e) Mempunyai viskositas rendah;

(f) Memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah, jika diperlukan;

(g) Harganya wajar.

Pada umumnya, pelarut dibuang setelah digunakan karena tata kerja pemurniannya memakan waktu dan mahal. Dari semua persyaratan di atas, 4 persyaratan pertama merupakan yang paling penting (Jhonson dan Stevenson (1978).


(34)

2.6.9 Elusi Gradien dan Isokratik

Menurut Gritter, dkk., (1991), elusi pada kromatografi cair kinerja tinggi dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu:

1. Sistem elusi isokratik

Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi). 2. Sistem elusi gradien

Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi).

Elusi gradien digunakan pada situasi yang membutuhkan pemprograman temperatur dalam GC, dan ini dibutuhkan ketika range dari waktu retensi dari pelarut dalam kolom besar sehingga tidak dapat terlarut dan elusi dalam waktu tertentu menggunakan saju jenis atau campuran pelarut (Lindsay, 1987).

2.7 Validasi Metode

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) tahun 2012 dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik,


(35)

reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah dalam analisis. Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, spesifikasi, linieritas dan rentang, kekasaran (Ruggedness) dan ketahanan (Robutness).

Akurasi/kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery). Presisi/keseksamaan adalah ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel yang sama. Presisi dinyatakan dengan Relatif Standar Deviasi (RSD) (Harmita, 2004).

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) dapat dihitung secara statistik melaljui garis regresi linier dari kurva kalibrasi (Harmita, 2004).

Batas deteksi (limit of detection, LOD) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantitasi. Batas kuantitasi (limit of quantitation,


(36)

LOQ) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan kecermatan dan keseksamaan yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2009).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei-Juni 2013.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat instrumen KCKT lengkap (Agilent) dengan pompa (G4290C), injektor (G4290C), oven (G4290C), UV (G4290C), kolom Agilent TC-C18 (4,6 × 150 mm), vial autosampler, degasser (Kudos), sonifikator (Branson 1510), pompa vakum (Gast DOA – P604-BN), neraca analitik (Boeco-Germany), pemurni air (Purelab UHQ), membran penyaring Poli Tetra Fluoro Etilen (PTFE) 0,45 µm, membran penyaring nitrat selulosa 0,45 µm, membran penyaring whatman PTFE 0,2 µm (Gambar alat dapat dilihat pada Lampiran 27).

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol gradient grade for liquid chromatography (E. Merck), aquabidestilata (PT. Ikapharmindo Putramas), simvastatin Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI) dan simvastatin sediaan tablet 10 mg dengan nama dagang dan generik (Sertifikat analisis simvastatin BPFI dapat dilihat pada Lampiran 25).


(38)

3.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel secara purposif yaitu tanpa membandingkan antara satu tempat dengan tempat lain, karena tempat pengambilan sampel dianggap homogen (Sudjana, 2001). Proses sampling dilakukan dengan menggunakan rumus:

1   N n Keterangan:

n = jumlah sampel yang diteliti

N = jumlah sampel dalam populasi (Torbeck, 2009).

Dari survey yang dilakukan, terdapat 4 nama generik dan 9 nama dagang tablet simvastatin. Karena hanya terdapat 4 nama generik, maka semuanya diteliti, sedangkan untuk sampel nama dagang, jumlah yang diteliti:

1 9   n

n = 4 sampel

Sehingga sampel yang diteliti berjumlah 8 sampel yaitu 4 nama generik dan 4 nama dagang yang diambil secara acak di 6 lokasi yaitu, Apotik Sepakat, Apotik Bona, Apotik Setia Farma, Apotik Medinova, Apotik K24, dan Apotik Matahari.


(39)

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Penyiapan Bahan

3.5.1.1 Pembuatan Fase Gerak Metanol – Air

Metanol 500 ml disaring dengan menggunakan penyaring PTFE 0,45 µm dan diawaudarakan selama 30 menit.

Akuabidestilata 500 ml disaring dengan menggunakan penyaring nitrat selulosa 0,45 µm. dan diawaudarakan selama 30 menit.

3.5.1.2 Pembuatan Pelarut

Metanol disaring dengan menggunakan membran filter PTFE 0,45 µm dan diawaudarakan selama 30 menit.

3.5.1.3 Pembuatan Larutan Induk Baku Simvastatin BPFI

Ditimbang seksama sejumlah 10 mg serbuk simvastatin BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan dengan pelarut, disonikasi selama 30 menit untuk melarutkan hingga sempurna, kemudian dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut dan dikocok sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml (LIB I). Dipipet 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut dan dikocok sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 µg/ml (LIB II).

3.5.2 Prosedur Analisis

3.5.2.1 Penyiapan Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Diatur masing-masing unit, kolom yang digunakan TC-C18 (4,6 × 150 mm), detektor UV pada panjang gelombang 238 nm, suhu 40oC. Pompa


(40)

menggunakan mode aliran 1,5 ml/menit dengan sistem elusi isokratik. Setelah alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan mengalir selama 30-60 menit sampai diperoleh garis alas yang datar, menandakan sistem tersebut telah stabil.

3.5.2.2 Penentuan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum untuk Analisis

Ditimbang 5 tablet simvastatin, diserbukkan, ditimbang seksama setara 10 mg simvastatin. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml pelarut, disonikasi selama 30 menit untuk melarutkan hingga sempurna. Dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 200 µg/ml. Disaring dengan menggunakan kertas saring. Dipipet 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 20 µg/ml. Dimasukkan ke dalam vial autosampler menggunakan spuit dan disaring menggunakan penyaring whatman PTFE 0,2 µm. Kemudian diinjeksikan ke dalam sistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 20 µl, menggunakan fase gerak metanol – air, dengan perbandingan (70 : 30) pada laju alir 1,5 dan 1,7 ml/menit, perbandingan (80:20) pada laju alir 1,0 dan 1,5 ml/menit dan perbandingan (85:15) pada laju alir 1,0 dan 1,5 ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada panjang gelombang 238 nm.


(41)

3.5.3 Analisis Kualitatif Menggunakan KCKT

3.5.3.1 Uji Identifikasi Simvastatin dalam Sampel Menggunakan KCKT Sampel dan bahan baku simvastatin masing-masing dengan konsentrasi 20 µg/ml diinjeksikan sebanyak 20 µl, dianalisis pada kondisi KCKT dengan perbandingan fase gerak yang diperoleh. Sampel dinyatakan mengandung simvastatin dengan membandingkan waktu retensi bahan baku simvastatin dan waktu retensi sampel. Selanjutnya pada larutan sampel simvastatin ditambahkan sedikit larutan baku simvastatin (spiking) kemudian diinjeksikan dan dianalisa kembali pada kondisi KCKT yang sama.

3.5.4 Analisis Kuantitatif

3.5.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Simvastatin Baku

Dipipet larutan induk baku II (LIB II) dengan konsentrasi 100 µg/ml (0,5; 1; 2; 3 dan 5) ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda, dikocok sampai homogen sehingga diperoleh konsentrasi (5, 10, 20, 30, dan 50) µg/ml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan penyaring whatman PTFE 0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 20 µl menggunakan fase gerak metanol-air, dengan perbandingan (80:20), laju alir 1,5 ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada panjang gelombang 238 nm. Selanjutnya dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi, dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.


(42)

3.5.4.2 Penetapan Kadar dalam Sampel

Ditimbang 20 tablet, kemudian diserbukkan, dari serbuk ini ditimbang setara 10 mg simvastatin. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan 30 ml pelarut, disonikasi selama 30 menit untuk melarutkan hingga sempurna. Dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 200 µg/ml. Disaring dengan menggunakan kertas saring. Dipipet 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi perolehan 20 µg/ml. Dimasukkan ke dalam vial autosampler menggunakan spuit dan disaring menggunakan penyaring whatman 0,2 µm. Kemudian diinjeksikan ke dalam sistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 20 µl, menggunakan fase gerak metanol-air, dengan perbandingan (80:20), laju alir 1,5 ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada panjang gelombang 238 nm. Dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan untuk setiap sampel tablet generik dan paten. Konsentrasi sampel yang diukur dari penyuntikan dapat dihitung dengan mensubtitusikan luas area sampel pada Y dari persamaan regresi: Y = aX + b.

3.5.4.3 Analisis Data Secara Statistik

Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Menurut Harmita (2004), rumus yang digunakan untuk menghitung Standar Deviasi (SD) adalah:


(43)

1 ) ( 2   

n X X SD

SD = Standard deviasi

X = Kadar dalam satu perlakuan X = Kadar rata-rata dalam satu sampel n = Jumlah perlakuan

Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:

t hitung n SD X X /  

Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel

Untuk mencari kadar sebenarnya, dapat digunakan rumus:

µ =

X ± t (1-1/2α) dk n SD

Keterangan:

µ = Kadar sebenarnya X = Kadar sampel n = Jumlah perlakuan

t = Suatu harga tergantung pada derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan

dk = Derajat kebebasan 3.5.5 Metode Validasi

3.5.5.1 Kecermatan (accuracy)

Menurut Harmita (2004), akurasi/kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Ditimbang 20 tablet kemudian ditentukan pada rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% terhadap berat yang sama seperti pada penetapan kadar sampel yaitu setara 10 mg simvastatin. Misalnya untuk rentang 80% ditimbang


(44)

serbuk yang mengandung 70% analit yaitu sebanyak 5,6 mg. Lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan kadar sampel. Ditimbang lagi serbuk yang mengandung 70% analit dan 30% bahan baku yaitu sebanyak 2,4 mg lalu dilakukan prosedur yang sama seperti pada penetapan kadar sampel. Dilakukan 3 kali replikasi untuk masing-masing rentang spesifik tersebut. Hasil dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery). Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:

% Perolehan kembali =

A * C

A F C C

x 100 % Keterangan:

CF = konsentrasi analit yang diperoleh setelah penambahan bahan baku (µg/ml)

CA = konsentrasi analit sebelum penambahan bahan baku (µg/ml) C*A = konsentrasi bahan baku yang ditambahkan ke dalam sampel

(µg/ml)

3.5.5.2 Keseksamaan (precision)

Menurut Rohman (2009), presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama. Untuk menguji data presisi (RSD), diambil data-data dari data-data % perolehan kembali (9 × replikasi), kemudian dihitung standar deviasi. Setelah itu, dihitung % RSD dengan cara standar deviasi dibagi rata-rata dari % perolehan kembali kemudian dikali 100%. Presisi seringkali diekspresikan dengan SD atau Relatif Standar Deviasi (RSD) dari serangkaian data. Nilai RSD dirumuskan dengan:

% 100 x X SD RSD Keterangan:


(45)

SD = Standar deviasi

X = Kadar rata-rata sampel Nilai SD dihitung dengan:

SD =

2 1  

n X X Dimana:

X = nilai dari masing-masing pengukuran X = rata-rata (mean) dari pengukuran n = banyaknya data

3.5.5.3 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Menurut Harmita (2004), batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon sigiunifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sy/x =

2 2  

n Yi Y Slope x Sy x LOD3 /

Slope x Sy x LOQ10 /

Keterangan:

Sy/x = Simpangan Baku Slope = Derajat Kemiringan


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Kondisi Kromatografi untuk Mendapatkan Hasil Analisis yang Optimum

Penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet ditentukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Dalam USP 32 (3009), penetapan kadar dilakukan menggunakan kolom tipe L1 (25 cm × 4,6 mm) dengan fase gerak acetonitril-larutan buffer (65:35) sedangkan pada penelitian ini digunakan kolom TC-C18 (4,6 × 150 mm) dengan metanol-air sebagai fase gerak. Adapun alasan menggunakan fase gerak tersebut dikarenakan harganya relatif lebih murah dibandingkan acetonitril, dan penggunaan buffer yang dapat merusak kolom.

Penatapan kadar simvasattin secara KCKT telah dilaporkan oleh Guzik (2010), menggunakan sistem elusi gradien sedangkan pada penelitian ini menggunakan sistem elusi isokratik, dikarenakan instrument yang tersedia hanya dapat menggunakan sistem elusi isokratik. Untuk mendapatkan hasil yang baik, terlebih dahulu ditentukan kondisi kromatografi yang optimum meliputi perbandingan fase gerak dan laju alir.

Orientasi dilakukan dengan variasi perbandingan fase gerak metanol-air yaitu perbandingan (70 : 30) pada laju alir 1,5 dan 1,7 ml/menit, perbandingan (80:20) pada laju alir 1,0 dan 1,5 ml/menit dan perbandingan (85:15) dengan laju alir 1,0 dan 1,5 ml/menit, suhu 40oC dan dideteksi pada panjang


(47)

gelombang 238 nm. Hasil kromatogram yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4 sampai 9.

Gambar 4 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (70:30) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

Gambar 5 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150


(48)

Gambar 6 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (85:15) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

Gambar 7 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150


(49)

Gambar 8 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (85:15) v/v, laju alir 1,0 ml/menit.

Gambar 9 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (70:30) v/v, laju alir 1,7 ml/menit.


(50)

Hasil orientasi perbandingan fase gerak terhadap retention time dan luas area dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan fase gerak terhadap retention time dan area dari hasil optimasi.

No Perbandingan fase gerak

Laju Alir (ml/menit)

Retention time (menit)

Area Theoritical Plate

1 (70:30) 1,5 14,679 618,0 3590

2 (80:20) 1,5 4,605 777,7 2288

3 (85:15) 1,5 2,908 762,8 1791

4 (80:20) 1,0 7,055 1148,0 2169

5 (85:15) 1,0 4,450 1353,7 1582

6 (70:30) 1,7 13,170 598,6 3028

Dari kromatogram tersebut, diperoleh perbandingan fase gerak yang paling optimal menggunakan kolom Agilent TC-C18 (4,6 x 150 mm) yaitu pada perbandingan fase gerak metanol-air (80:20) dengan laju alir 1,5 ml/menit. Pemilihan fase gerak ini didasarkan pada waktu retensi lebih singkat, serta theoritical plate yang memenuhi syarat dimana nilai theoretical plate lebih besar dari 2000.

4.2 Analisis Kualitatif Simvastatin Menggunakan KCKT

Untuk mempertegas identifikasi analisa sampel dari simvastatin sediaan tablet, maka ditambahkan sedikit larutan baku simvastatin baku ke dalam larutan sampel (spiking), lalu dianalisis pada kondisi KCKT yang sama. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas dan tinggi pada puncak simvastatin yang diamati sebelumnya pada waktu retensi yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa puncak yang diamati dalam larutan sampel adalah benar


(51)

merupakan puncak simvastatin. Hasil kromatogram yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11.

Gambar 10 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml) sebelum penambahan baku secara KCKT, fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

Gambar 11 Kromatogram simvastatin (20 µg/ml) sesudah penambahan baku hasil Spike secara KCKT, fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

Hasil analisa kualitatif dari sediaan table simvastatin dengan metode penambahan baku (spike) dapat dilihat pada Tabel 2.


(52)

Tabel 2. Perbandingan retention time, area, height, dan USP tailing dari hasil spiking.

No Retention time (menit) Area Height USP Tailing

1 4.594 515.67297 30.77221 1.52963

2 4.499 695.60773 40.37679 1.50000

Dari kromatogram diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas area dan tinggi puncak pada kromatogram setelah penambahan baku dibandingkan dengan sebelum penambahan bahan baku maka dapat diambil kesimpulan sampel mengandung simvastatin (Johnson dan Stevenson, 1978).

4.3 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Simvastatin Baku

Penentuan linieritas kurva kalibrasi simvastatin BPFI ditentukan berdasarkan luas puncak pada konsentrasi 5;10;20;30;50µg/ml, diperoleh hubungan yang linier dengan koefisien korelasi (r) = 0,99927 dan persamaan regresi Y45,4265X 46,7731. Kurva kalibrasi simvastatin dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Kurva kalibrasi simvastatin BPFI (Konsentrasi Vs Area).

y = 45,4265 x - 46,7731 r = 0.99927

‐500 0 500 1000 1500 2000 2500

0 10 20 30 40 50 60

A

rea


(53)

(Kromatogram dan perhitungan persamaan regresi dan koefisien korelasi dapat dilihat pada Lampiran 2)

4.4 Kadar Simvastatin dalam Sediaan Tablet

Setelah diperoleh kadar simvastatin pada setiap perlakuan dalam masing-masing sampel, data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan uji t untuk memperoleh kadar sebenarnya. Hasil penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet dengan nama generik dan nama dagang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar rata-rata simvastatin dalam sediaan tablet

No Merek Nama produsen

Kadar rata-rata dibandingkan dengan etiket

(%)

Kadar Sebenarnya

(%) 1 Simvastatin

generik

PT. Hexpharm Jaya 99,18 99,18 ± 0,41 2 Simvastatin

generik

PT. Kimia Farma 105,26 105,26 ± 0,64 3 Simvastatin

generik

PT. Novell 93,71 93,71 ± 0,30 4 Simvastatin

generik

PT. Bernofarm 104,85 104,85 ± 0,36 5 Zocor® PT. Merck Sharp &

Dohme

99,06 99,06 ± 0,27 6 Normofat® PT. Soho 104,55 104,55 ± 0,25 7 Simbado® PT. Lapi 105,58 105,58 ± 0,41 8 Lesvatin® PT. Gracia Pharmindo 104,55 104,55 ± 0,19

Pada perdagangan, sediaan tablet simvastatin dengan nama dagang mempunyai harga bisa 5 sampai 10 kali lebih mahal dibandingkan dengan nama generik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar sediaan simvastatin tablet baik nama generik maupun nama dagang yang ditentukan berdasarkan


(54)

luas area, keseluruhannya memenuhi persyaratan USP edisi 32 tahun 2009 yaitu mengandung simvastatin tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

4.5 Hasil Uji Validasi

Uji validasi dilakukan dengan metode penambahan bahan baku (standar addition method) terhadap sampel tablet simvastatin (PT. Hexpharm Jaya) yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (% recovery), uji presisi dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD), Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ).

Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dengan persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3 konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80%, 100%, dan 120%. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 24. Hasil uji validasi dapat dilihat pada Tabel 4.


(55)

Tabel 4. Data hasil uji validasi tablet generik (PT. Hexpharm Jaya) Rentang spesifik (%) Persen perolehan kembali

(%) 80%

101,24 100,16 99,82 100%

101,53 100,94 100,44 120%

101,61 101,46 101,39

Rata-rata (% recovery) 100,95

Standar Deviasi (SD) 0,65

Relatif Standar Deviasi (RSD) (%) 0,65

LOD (µg/ml) 2,5597

LOQ (µg/ml) 8,5326

Dari data pada Tabel 4 di atas diperoleh persen perolehan kembali Simvastatin 100,95%. Hasil ini dapat diterima karena memenuhi syarat uji akurasi, bahwa rentang rata-rata % recovery ialah 98-102%. Maka dapat disimpulkan bahwa metode ini mempunyai akurasi yang baik (Epshtein, 2004).

Hasil uji presisi dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD) diperoleh 0,65%. persyaratan nilai RSD yang ditentukan adalah < 2%. Maka dapat disimpulkan bahwa metode analisis mempunyai presisi yang baik (Harmita, 2004).


(56)

Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dalam kurva kalibrasi. Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 2,5597 µg/ml dan 8,5326 µg/ml. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Metode ini memberikan uji validasi dengan parameter akurasi dan presisi yang memenuhi persyaratan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prosedur analisis yang dikerjakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet nama dagang dan nama generik.

2. Kadar simvastatin dalam sediaan tablet nama generik yaitu: PT. Hexpharm Jaya 99,18 ± 0,41%, PT. Kimia Farma 105,26 ± 0,64%, PT. Novell 93,71 ± 0,30%, PT. Bernofarm 104,85 ± 0,36%. Sedangkan untuk tablet dengan nama dagang berturut-turut untuk Zocor® (PT. Merck Sharp & Dohme) 99,06 ± 0,27%, Normofat® (PT. Soho) 104,55 ± 0,25%, Simbado® (PT. Lapi) 105,58 ± 0,41%, Lesvatin® (PT. Gracia Pharmindo) 104,55 ± 0,19%, memenuhi persyaratan kadar tablet menurut United State Pharmacopeia (USP) edisi 32 tahun 2009 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan kadar simvastatin dengan menggunakan larutan fase gerak yang berbeda.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Nameh, E.S.M., Shawabkeh, R.A., dan Ali, A. (2006). High-Performance Liquid Chromatographic Determination of Simvastatin in Medical Drugs. Journal of Analytical Chemistry. 61(1): 63.

De Lux Putra, E. (2007). Dasar-Dasar Kromatografi Gas & Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Halaman 82-91. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1009.

Epshtein, N.A. (2004). Validation of HPLC Techniques for Pharmaceutical Analysis. Pharmaceutical Chemistry Journal. 38(4): 212 – 228.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 378-381, 385-388, 393-394.

Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Schwarting, A.E. (1991). Pengantar Kromatografi. Edisi Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 197. Guzik, L., Mrozik, W., dan Kamysz, W. (2010). Determination of Simvastatin

in Phamceutical Dosage Forms by Optimized and Validated Method Using HPLC/UV. Croatica Chemica Acta. 83: 371.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-119.

Johnson, E.L., dan Stevenson, R. (1978). Basic Liquid Chromatography. Terjemahan Kosasih Padmawinata (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 4-8.

Lindsay, S. (1987). High Performance Liquid Chromatography. London: John Wiley & Sons. Halaman 3.

Meyer, V.R. (2010). Practical High-Performance Liquid Chromatography. Edisi ke-5. Chichester: John Wiley and Sons Inc. Hal. 19-42.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis Of Drug and Poisons. Edisi Ketiga. London: Phamaceutical Press. Halaman 1561.

Munson, J.W. (1984). Pharmaceutical Analysis Modern Methods. Penerjemah: Harjana. (1991). Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya: Airlanggga University Press. Halaman 14-15.


(59)

Puspitasari, I. (2006). Cerdas Mengenali Penyakit dan Obat. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Halaman 4-5.

Raju, K.N., Babu. I.S., Jyothi, R., dan Prathyusha, S. (2012). Spectrofotometric Methods for Estimation of Simvastatin in Bulk Drug and Its Dosage. International Journal of Pharmaceutical, Chemical, and Biological Sciences. 2(1): 124.

Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 1-2, 111-112.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H., dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 201.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 168. Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting. Edisi Ke Enam.

Jakarta: Penerbit PT. Elek Media Komputindo. Halaman 575-576, 580. Torbeck, L.D. (2009). Statistical Solution: Square Root of (n)+1 Sampling

Plan. Pharmaceutical Technology. 33(10): 128.

USP. (2009). The National Formulary. Edisi ke-32. Rockville: The United State Pharmacopeia Convention. Halaman 3558.

Watson, D.G. (2005). Pharmaceutical Analysis.Terjemahan Winny R. Syarief. (2007). Analisis Farmasi: Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. Jakarta: EGC. Halaman 325.

Widjajanti, V.N. (2002). Obat-obatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 28.


(60)

Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Simvastatin Baku pada Pembuatan Kurva kalibrasi

Kromatogram Simvastatin (5 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

Kromatogram Simvastatin (10 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.


(61)

Kromatogram Simvastatin (20 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

Kromatogram Simvastatin (30 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.


(62)

Kromatogram Simvastatin (50 µg/ml), fase diam TC-C18 (4,6 x 150 mm), fase gerak metanol-air (80:20) v/v, laju alir 1,5 ml/menit.

No Konsentrasi (µg/ml)

Retention time (menit)

Area Height USP Tailing

1 5 4,623 201,1 11,82 1,3333

2 10 4,584 408,8 23,87 1,5240

3 20 4,595 893,1 50,92 1,5202

4 30 4,558 1356,1 76,87 1,5915

5 50 4,613 2043,2 121,27 1,5453

Catatan: Luas area merupakan rata-rata dari 3 × replikasi. Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi Simvastatin

No

Konsentrasi

(µg/ml) Luas Area X2 Y2 XY

X Y

1 0 0 0 0 0

2 5 203,1868 25 41284,8797 1015,9340

3 10 417,6224 100 174408,4773 4176,2241

4 20 843,7825 400 711968,9579 16875,6506

5 30 1271,3642 900 1616367,082 38140,9278 6 50 2254,2307 2500 5081556,094 112711,5355

∑ 115 4990,1867 3925 7625585,491 172920,2721


(63)

b aX Y 

   

 

X

 

X n n Y X XY a / / 2 2  

     

  

3925

  

115 /6

6 / 1867 , 4990 115 2721 , 172920 2    a 1280 9775 , 58145  4265 , 45  aX Y b 

45,4265

 

23 0373 , 998   7731 , 46  

Maka persamaan regresinya adalah : Y45,4265X 46,7731

   

 

X X n

 

Y

 

Y n

n Y X XY r / / / 2 2 2

2     

     

  

  

3925 115 /6

7625585,491

 

4990,1867

/6

6 / 1867 , 4990 115 2721 , 172920 2 2    r 0294 , 58188 9775 , 58145  r 99927 , 0  r


(64)

Lampiran 3. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) Simvastatin

Persamaan regresi Y  45,4265X 46,7731 No Konsentrasi

(µg/ml)

Luas area Luas area regresi

Y-Yi (Y-Yi)2

X Y Yi

1 0 0 -46,7731 46,7731 2187,7228

2 5 203,1868 180,3594 22,8274 521,0906

3 10 417,6224 407,4919 10,1305 102,6272

4 20 843,7825 861,7569 -17,9743 323,0779 5 30 1271,3642 1316,0219 -44,6576 1994,3048 6 50 2254,2307 2224,5519 29,6788 880,8317

∑(Y-Yi)2 6009,655

2 ) ( 2   

n Yi Y aku SimpanganB

38,7609

Slope x Sy x si

BatasDetek 3 /

45,4265 7609 , 38 3x

2,5597 µg/ml 2 6 ) 655 , 6009 ( 2  


(65)

Slope x Sy x itasi

Bataskuant 10 /

45,4265 7609 , 38 10x

8,5326 µg/ml

Lampiran 4. Kromatogram Hasil Penyuntikan Simvastatin Generik (PT. Hexpharm Jaya)

No Retention time Area Height USP Tailing

1 4,595 856,34387 52,02876 1,33186

2 4,605 857,08301 54,74155 1,32150

3 4,550 860,04279 53,00026 1,31218

4 4,605 853,08301 50,37900 1,33392

5 4,585 855,49912 52,19956 1,31481


(66)

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Simvastatin Generik (PT. Hexpharm Jaya)

Y = aX + b

Y = 45,4265X – 46,7731 X

a b Y 

Y = luas area, X = konsentrasi (µg/ml) 856,34387 = 45,4265X – 46,7731 X =

45,4265

46,7731 g/ml

856,3438 

= 19,8808 µg/ml % Kadar =

g/ml 20

99,76% x

g/ml 19,8808

 

= 99,16 %

No Berat (mg) Area (Y) % Kadar Sampel

1 169,1 856,34387 99,16

2 169,2 857,08301 99,24

3 169,3 860,04279 99,57

4 169,0 853,08301 98,80

5 169,1 855,49912 99,07


(67)

Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan simvastatin secara KCKT

No % Kadar (X)

X X

2

X X

1 99,16 -0,0222 0,0004

2 99,24 0,0591 0,0034

3 99,57 0,3838 0,1473

4 98,80 -0,3804 0,1447

5 99,07 -0,115 0,0132

6 99,26 0,075 0,0056

X = 595,12

2

X

X= 0,3146 X= 99,18

1 ) ( 2   

n X X SD 5 0,3146

 = 0,2508

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321. Data ditolak jika t hitung≥ t tabel.

t hitung =

n SD X X / 

t hitung (1) =

6 / 0,2508 0,0222 -= 0,2170

t hitung (2) =

6 / 0,2508

0,0591

= 0,5777

t hitung (3) =

6 / 0,2508

0,3838

= 3,7517

t hitung (4) =

6 / 0,2508 0,3804 -= 3,7184


(68)

t hitung (5) =

6 / 0,2508

0,115

-= 1,1241

t hitung (6) =

6 / 0,2508

0,075

= 0,7331

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = X (t – 1/2α) dk ×

µ = 99,18 4,0321 × 6 0,2508

µ = (99,18 0,41)%

Lampiran 6. Kromatogram Hasil Penyuntikan Simvastatin Generik (PT. Kimia Farma)

No Retention time Area Heigh USP Tailing

1 4,659 917,64648 59,14268 1,22917


(69)

3 4,608 911,20186 57,61439 1,23754

4 4,605 909,53292 55,72168 1,20394

5 4,585 912,77539 58,49834 1,22290

6 4,608 907,23153 57,83221 1,22340

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Simvastatin Generik (PT. Kimia Farma) Y = aX + b

Y = 45,4265X – 46,7731 X

a b Y 

Y = luas area, X = konsentrasi (µg/ml) 917,64648 = 45,4265X – 46,7731 X =

45,4265

46,7731

-g/ml 917,6464

= 21,2303 µg/ml % Kadar =

g/ml 20

99,76% x

g/ml 21,2303

 

= 105,89 %

No Berat Area % Kadar Sampel

1 99,5 917,64648 105,89

2 99,4 913,17506 105,40

3 99,3 911,20186 105,18

4 99,2 909,53292 105,00

5 99,3 912,77539 105,36


(70)

Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan simvastatin secara KCKT

No % Kadar (X)

X X

2

X X

1 105,89 0,6282 0,3946

2 105,40 0,1369 0,0187

3 105,18 -0,0796 0,0063

4 105,00 -0,2627 0,0690

5 105,36 0,093 0,0086

6 104,75 -0,5156 0,2658

X = 631,61

2

X

X= 0,763 X= 105,26

1 ) ( 2   

n X X SD 5 0,763

 = 0,3906

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321. Data ditolak jika t hitung≥ t tabel.

t hitung =

n SD X X / 

t hitung (1) =

6 / 0,3906

0,6282

= 3,9410

t hitung (2) =

6 / 0,3906

0,1369

= 0,8588

t hitung (3) =

6 / 0,3906 0,0796 -= 0,4993

t hitung (4) =

6 / 0,3906 0,2627 -= 1,6480


(71)

t hitung (5) =

6 / 0,3906

0,093

= 0,5834

t hitung (6) =

6 / 0,3906

0,5156

-= 3,2346

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara

µ = X ±(t – 1/2α) dk × n SD

µ = 105,26±4,0321 × 6 0,3906

µ = (105,26±0,64)%

Lampiran 8. Kromatogram Hasil Penyuntikan Simvastatin Generik (PT. Novell)


(72)

No Retention time

Area Heigh USP Tailing

1 4,595 806,34387 59,16194 1,51571

2 4,598 805,19116 58,43068 1,50629

3 4,522 804,99255 56,40141 1,51896

4 4,525 809,11310 56,38760 1,51032

5 4,525 806,11719 52,77653 1,52642

6 4,568 808,29275 53,57017 1,50783

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Simvastatin Generik (PT. Novell) Y = aX + b

Y = 45,4265X – 46,7731 X

a b Y 

Y = luas area, X = konsentrasi (µg/ml) 806,34387 = 45,4265X – 46,7731 X =

45,4265 46,7731 -g/ml 806,3438

= 18,7801 µg/ml % Kadar =

g/ml 20 99,76% x g/ml 18,7801  

= 93,67%

No Berat (mg) Area % Kadar Sampel

1 134,1 806,34387 93,67

2 134,2 805,19116 93,54

3 134,1 804,99255 93,52

4 134,3 809,11310 93,97

5 134,1 806,11719 93,65


(73)

Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan simvastatin secara KCKT

No % Kadar (X)

X X

2

X X

1 93,67 -0,0364 0,0013

2 93,54 -0,1631 0,0266

3 93,52 -0,1846 0,0340

4 93,97 0,2679 0,0717

5 93,65 -0,0614 0,0037

6 93,88 0,1776 0,0315

X = 562,26

2

X

X= 0,1688 X = 93,71

1 ) ( 2   

n X X SD 5 0,1688

 = 0,1837

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321. Data ditolak jika t hitung≥ t tabel.

t hitung =

n SD X X / 

t hitung (1) =

6 / 0,1837 0,0364 -= 0,4859

t hitung (2) =

6 / 0,1837 0,1631 -= 2,1775

t hitung (3) =

6 / 0,1837 0,1846 -= 2,4646

t hitung (4) =

6 / 0,1837

0,2679

= 3,5767

t hitung (5) =

6 / 0,1837 0,0614 -= 0,8197


(74)

t hitung (6) =

6 / 0,1837

0,1776

= 2,3711

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = X (t – 1/2α) dk ×

µ = 93,71 4,0321 × 6 0,1837

µ = (93,71 0,30)%

Lampiran 10. Kromatogram Hasil Penyuntikan Simvastatin Generik (PT. Bernofarm)

No Retention time


(75)

1 4,560 908,89191 106,27146 1,30612

2 4,612 906,30054 101,00679 1,29439

3 4,601 905,26172 110,32944 1,30021

4 4,612 910,14039 107,91985 1,28571

5 4,569 910,19152 106,33011 1,29645

6 4,560 908,35376 112,25930 1,30714

Lampiran 11. Perhitungan Kadar Simvastatin Generik (PT. Bernofarm) Y = aX + b

Y = 45,4265X – 46,7731 X

a b Y 

Y = luas area, X = konsentrasi (µg/ml) 908,89191 = 45,4265X – 46,7731 X =

45,4265

46,7731

-g/ml 908,8919

= 21,0376 µg/ml % Kadar =

g/ml 20

99,76% x

g/ml 21,0376

 

= 104,93%

No Berat (mg) Area % Kadar Sampel

1 128,3 908,89191 104,93

2 128,4 906,30054 104,65

3 128,3 905,26172 104,53

4 128,5 910,14039 105,07

5 128,7 910,19152 105,07


(76)

Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan simvastatin secara KCKT

No % Kadar (X)

X X

2

X X

1 104,93 0,0773 0,0059

2 104,65 -0,2075 0,0430

3 104,53 -0,3217 0,1034

4 105,07 0,214 0,0457

5 105,07 0,22 0,0484

6 104,87 0,0179 0,0003

X = 629,14

2

X

X= 0,2467 X = 104,85

1 ) ( 2   

n X X SD 5 0,2467

 = 0,2221

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321. Data ditolak jika t hitung≥ t tabel.

t hitung =

n SD X X / 

t hitung (1) =

6 / 0,2221

0,0773

= 0,8532

t hitung (2) =

6 / 0,2221 0,2075 -= 2,2902

t hitung (3) =

6 / 0,2221 0,3217 -= 3,5507

t hitung (4) =

6 / 0,2221

0,2614

= 2,3620

t hitung (5) =

6 / 0,2221

0,22


(77)

t hitung (6) =

6 / 0,2221

0,0179

= 0,1975

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = X (t – 1/2α) dk ×

µ = 104,85 4,0321 × 6 0,2221

µ = (104,85 0,36)%

Lampiran 12. Kromatogram Hasil Penyuntikan Simvastatin Merek Zocor (PT. Merck Sharp & Dohme)


(78)

No Retention time

Area Heigh USP Tailing

1 4,630 856,72052 95,65537 1,33500

2 4,584 854,64795 94,51862 1,36306

3 4,584 857,39044 99,30569 1,36791

4 4,569 855,38354 89,64847 1,33594

5 4,623 855,48657 98,21785 1,35473

6 4,630 853,05634 95,05634 1,35977

Lampiran 13. Perhitungan Kadar Simvastatin Merek Zocor (PT. Merck Sharp & Dohme)

Y = aX + b

Y = 45,4265X – 46,7731 X

a b Y 

Y = luas area, X = konsentrasi (µg/ml) 856,7205 = 45,4265X – 46,7731 X =

45,4265 46,7731 -g/ml 856,7205

= 19,8891 µg/ml % Kadar =

g/ml 20 99,76% x g/ml 19,8891  

= 99,20%

No Berat (mg) Area % Kadar Sampel

1 103,8 856,72052 99,20

2 103,8 854,64795 98,97

3 103,9 857,39044 99,28

4 103,8 855,38354 99,05

5 103,8 855,48657 99,07


(79)

Analisis data statistik untuk mencari kadar sebenarnya dari penyuntikan larutan simvastatin secara KCKT

No % Kadar (X)

X X

2

X X

1 99,20 0,14 0,0196

2 98,97 -0,0875 0,0076

3 99,28 0,2133 0,0454

4 99,05 -0,0072 0,00005

5 99,07 0,0043 0,00002

6 98,80 -0,2626 0,0689

X = 594,40

2

X

X= 0,1415 X = 99,06

1 ) ( 2   

n X X SD 5 0,1415

 = 0,1682

Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n – 1 = 6 – 1 = 5 Diperoleh t tabel = 4,0321. Data ditolak jika t hitung≥ t tabel.

t hitung =

n SD X X / 

t hitung (1) =

6 / 0,1682

0,14

= 2,0408

t hitung (2) =

6 / 0,1682 0,0875 -= 1,2755

t hitung (3) =

6 / 0,1682

0,2133

= 3,1093

t hitung (4) =

6 / 0,1682 0,0072 -= 0,1049

t hitung (5) =

6 / 0,1682

0,0043


(80)

t hitung (6) =

6 / 0,1682

0,2626

-= 3,8279

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = X (t – 1/2α) dk ×

µ = 99,06 4,0321 × 6 0,1682

µ = (99,06 0,276%

Lampiran 14. Kromatogram Hasil Penyuntikan Simvastatin Merek Normofat (PT. Soho)


(1)

dimasukkan ke dalam labu 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 7,2 µg/ml. Dikocok 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm. Diinjeksikan sebanyak 20 µl ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 238 nm dengan perbandingan fase gerak metanol-air (80:20), laju alir 1,5 ml/menit. Dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan.

Tabel 5. Data hasil penyuntikan simvastatin tablet sebelum dan sesudah penambahan

Analit.

No

Konsentrasi (%)

Konsentrasi Analit yang ditambahkan (µg/ml) Sebelum penambahan analit (µg/ml) Sesudah penambahan analit (µg/ml) 1 80%

12,5065 17,3544 4,7884

2 12,6525 17,4486 4,7884

3 12,6113 17,3911 4,7884

1 100%

15,0900 21,1675 5,9856

2 17,4858 23,5280 5,9856

3 15,1815 21,1940 5,9856

1 120%

20,1924 27,4910 7,1827

2 20,1732 27,4609 7,1827

3 20,1963 27,4795 7,1827

Contoh Perhitungan % Recovery dengan Metode Adisi Standar

% Perolehan kembali =

A * C A F C C

x 100 %

Keterangan:

CF = konsentrasi analit yang diperoleh setelah penambahan bahan

baku (µg/ml)

CA = konsentrasi analit sebelum penambahan bahan baku (µg/ml)

C*A = konsentrasi bahan baku yang ditambahkan ke dalam sampel (µg/ml)


(2)

80%

% Recovery = x 100% g/ml 4,7884 g/ml 12,5065 -g/ml 17,3544    = 101,24%

% Recovery = x 100% g/ml 4,7884 g/ml 12,6525 -g/ml 17,4486    = 100,16%

% Recovery = x 100% g/ml 4,7884 g/ml 12,6113 -g/ml 17,3911    = 99,82% 100%

% Recovery = x 100% g/ml 5,9856 g/ml 15,0900 -g/ml 21,1675    = 101,53%

% Recovery = x 100% g/ml 5,9856 g/ml 17,4858 -g/ml 23,5280    = 100,94%

% Recovery = x 100% g/ml 5,9856 g/ml 15,1815 -g/ml 21,1940    = 100,44% 120%

% Recovery = x 100% g/ml 7,1827 g/ml 20,1924 -g/ml 27,4910    = 101,61%

% Recovery = x 100% g/ml 7,1827 g/ml 20,1732 -g/ml 27,4609    = 101,46%

% Recovery = x 100% g/ml 7,1827 g/ml 20,1963 -g/ml 27,4795    = 101,39%


(3)

Tabel 6. Analisis Data Statistik Persen Perolehan Kembali Simvastatin pada Sediaan

Tablet.

No X

1 101,24 0,2838 0,0805

2 100,16 -0,7979 0,6366

3 99,82 -1,1384 1,2959

4 101,53 0,5766 0,3324

5 100,94 -0,0131 0,0001

6 100,44 -0,5093 0,2593

7 101,61 0,6548 0,4287

8 101,46 0,5031 0,2531

9 101,39 0,4404 0,1939

∑ 908,62 ∑ 2 = 3,4805

100,95

= = = 0,6595


(4)

(5)

(6)

Lampiran 27. Gambar alat KCKT, wadah fase gerak, vial autosampler, degasser dan timbangan analitik

Gambar 13. Alat KCKT (Agilent) Gambar 14. Wadah Fase Gerak

Gambar 15. Vial Autosampler Gambar 16. Degasser