PEMBUKTIAN UNSUR PAKSAAN DALAM SUATU PERJANJIAN J U A L B E L I TANAH DAN A K I B A T HUKUMNYA

PEMBUKTIAN UNSUR PAKSAAN D A L A M SUATU PERJANJIAN J U A L
B E L I TANAH DAN A K I B A T HUKUMNYA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar sarjana Hukum
Program Studi Ilmu Hukum

Oleh

Septa Barat
NIM : 502012206

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G
2016

t

i


PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
)UL

PEMBUK'I i AN UNSUR PAKSAAN D A L A M SUA! U PERJANJIAN JUAL
BELI TANAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

Nama

: Septa Barat

NIM

: 502012206

Program Kekhususan: Hukum Perdata
Pembimbing,
Helwan kasra, SH., M, Hum. (

Palembang,


•RSETUJUAN OLEH TIM PENGUJl:
rtua

nggota

April 2016

^

: H. Abdul Hamid Usman, SH.,M.Hum. (

/

^ jpffH^

: 1. H. Syaiiozi, SH. M.Hum,

2. Mh.Tho'anBasri,SH.,MH.


DISAHKAN OLEH
DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNI^BR^^^^fUHAMMAD

DR. SRI ^UATM
00060460009

LEMBAR PERSE I UJUAN PEMBIMBING

NAMA
NIM
PRODI
JUDUL

SEPTA BARAT
502012206
ILMU HUKUM
PEMBUKTIAN UNSUR PAKSAAN DALAM
SUATU PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN
AKIBAT HUKUMNYA


Disetujui Untuk Disumpaikan Kepada
Paaitta Ujian

Palembang,>^Maret 2016

Pembimbing Skripsi,

PENDATARAN UJIAN SKRIPSI

NAMA

: SEPTA BARAT

NIM

: 502012206

PRODI


: ILMU HLTCUM

JUDUL

: PEMBUKTIAN UNSUR PAKSAAN DALAM
SUATU PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN
AKIBAT HUKUMNYA

Dengan'diterimanya skripsi ini, sesudah lulus dari Ujian Komprehensif, penulis
berhak memakai gelar

SARJANA HUKUM

Diketahui

SVRXT

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang berlanda tangan di bawah ini :

Nama

: Septa Barat

Tempat / tanggal lahir

; Pendopo, 21 September 1991

Status

; Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang

Nim

: 502012206

Program Studi

: Ilmu Hukum


Program Kekhususan

: Hukum Perdata

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :
"PEMBUKTIAN UNSUR PAKSAAN DALAM SUATU PERJANJIAN
JUAL BELI TANAH DAN AKIBAT HUKUMNYA"

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian

maupun

keseluruhan, kecuali dalam betuk kutipan yang teiah saya sebut sumbernya'

Demikianlah surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benaraya dan apaila
pemyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademik.

Palembang, 26 Maret 2016
Yang Menyatakan


SEPTA BARAT

tto:

"Sungguh,

manusia

berada

dalam

kerugian,

kecuali
orang
orang
yang beriman
dan

mengerjakan kebajikan
serta saling
xnenaaehati
untuk kebenaran dan salixxg menaaehati
untuk
keaabaran",
(QS. AL'ASR)
Seiring sembah sujud kepada - mu lUahi Robbi Tuhan
semesta alantf Skripsi ini ku persembahkan kepada :
*> Ayahandaku Chairul Sasri dan Ibunda - ku Salmiyah di
Mangku Negara Kec. Penukal KakPALI
^ Keluarga Besarku Baik dari Ayah dan Ibuku di Panukal
Abab Lematang Ilir (PaH).
*> 7 Saudara Saudara kandungku :
I, Rika Epriyani
1 Edi Chandra
3. Herlin Permata
4. Septa Barat
5. Almarhum Agusta
6. Hera wad

7. David Ptttra Haisal
Kr Dosen Pembimbing Skripsi-Ku Bapak Helwan Kasra,
SHMHum
^ Dosen Penguji:
1. Ketua : H Abdul Hamid Usman, SHMHum.
2. Anggota : 1. H. Syairozi, SHM-Hum.
IMH. To'an Basri, SHMH.
3. Panitera : Hj. Yunani Hasyim, SH.JHH.
^ Sahabat - sakabat-Ku seaktivis demokrasi organisasi (HMI)
yang tercinta dan tersayang sertayang kami banggakan.

Teman - teman, sekampus UMP, FHangkatan 2012.
^ AlmamaterktL.

iv

ABSTRAK

:MBUKTIAN UNSUR PAKSAAN DALAM SUATU PERJANJIAN JUAL
T A N A H DAN A K I B A T


BELI

HUKUMNYA

Septa Barat
Tanah adalah hal yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu cara
iperoleh tanah adalah melalui jual beli. Akan tetapi dalam hal ini jual beli tanah sangat
in sekali terjadinya paksaan dan tidak jarang salah satu pihak mengancam dan memaksan
I orang lain agar menyerahkan kekuasaan tanah orang lain untiJc jatuh ketangannya
;an alasan akan ditangguhkan penahanan seseorang pemilik tanah itu dan apabila tidak
rahkan penjualan tanahnya kepada si pembeli maka ia tidak dapat dibebaskan dari
nan jeruji besi. Mak dari itu hal inilahyang menjadi permasaiahanyaitu; bagaimanakah
buktian unsur paksaan dalam suatu perjanjian jual beli tanah serta bagaimanakah akibat
urn terhadap perjanjian jual beli tanah yang memuat unsur paksaan.penelitian ini
dongkan dalam jenis penelitian Hukum Normatif Empiris yaitu dengan cara melakukan
elitian hukum kepustakaan. Metode pendekatan yang digunakan pada penulisan ini
lah pendekatan yuridis empiris.
Dari hasil penelitian ini mengenai Pembuktian unsur paksaan dalam suaPi perjanjian
, beli tanah maka haruslah dilihat / dibuktikan bahwa apakah kedua belah pihak dalam
igadakan perjanjian, berada dalam posisi yang seimbang dan apakah diantara salah satu
ak itu memiliki itikad buruk dalam melakukan perjanjian sebagaimana dijelaskan dalam
al 1338 ayat (3) Jo 1339 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata bahwa peijanjian harus
iksanakan dengan itikad baik dan kepatutan. Maka dalam hal ini untuk mem bukti kannya
ih hakim memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan pembuktian
lagaimana yang diatur dalam HIR Pasal 283 dan Rbg, Pasal 1865 BW baik itu pembuktian
erangan tertulis maupun di datangkan saksi yang mengetahui akan hai tersebut, setelah ira
-ulah hakim menelaah kasus tersebut berdasarkan bebannya yang berat yaitu hakim
inggap tabu akan hukumnya {ius curia novit) serta keyakinannya maka dari itu unsur
ksaan yang terjadi pada perjanjian jual beli tanah ini juga harus bisa dinilai oleh hakim
itu akta yang dibuat dihadapan notaris mengenai jual beli tanah yang dilaksanakan oleh
dua belah pihak itu apakah sesuai dengan prosedur yang diatur di dalam undang - undang
mor 30 tahim 2004 tentang jabatan notaris ataukah tidak serta bertentangan dengan nilailai kesusilaan dan kepatutan ataukah tidak sebagaimana yang teiah dijelaskan pada contoh
iSus sebelumnya yaitu penandatanganan akta perjanjian di dalam rutan itu kan bertentangan
;ngan pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
otaris.Akibat hukum terhadap perjanjian jual beli tanah yang memuat unsur paksaan adalah
ital demi hukum, serta si tergugat berkewajiban untuk mengembalikan sertifikat tanah yang
lah dijualkan kepadanya serta mengganti kerugian yaitu membayar biaya perkara gugatan
duruhnya, serta memenuhi permohonan ganti kerugian yang teiah ditentukan oleh
snggugat dan teiah diterima oleh hakim dalam putusannya dan apabila dalam hal ini ada
ihak ketiga yaitu notaris ikut terkait juga dalam paksaan misalnya mendampingi si pelaku
ntuk menyodorkan akta perjanjian jual beli tanah agar ditandatangani, maka notaris tersebut
apat dimintakan ganti kerugian juga.
Cata Kunci: Pembuktian, Unsur Paksaan, Jual Beli Tanah.

V

KATA PENGANTAR

ilamu'alaikum. Wr.Wb.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
b melimpahkan rahmat beserta karuniah, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi
gan Judul;
" P E M B U K T I A N UNSUR PAKSAAN D A L A M SUATU PERJANJIAN JUAL
L I T A N A H DAN A K I B A T H U K U M N Y A "
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu
syaratan guna menyelesaikan Program Saijana Strata Satu Program Studi Ilmu Hukum
la Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Penulis menyadari baliwa
ripsi ini masih jauh dari sempuma, baik dari materi maupun susunannya, dikarenakan
sih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan Penulis, namun Penulis akan selalu belajar
tuk memperdaiam lagi ilmu pengetahuan guna penyempumaan Skripsi ini. Oleh karena itu
?ala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempumaan dan perbaikan skripsi
Penulis terima dengan senang hati dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa
•ima kasih kepada:
Bapak DR. Abid

Djazuli

SE.,MM. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang.
Ibu DR. Sri Suatmiati, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

liversitas

Muhammadiyah Palembang.
Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1,11,111 dan IV Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

vi

Bapak Helmi Ibrahim. SH.,M.Hum. selaku Pembimbing Akademik Penulis yang teiah
memberikan bimbingan sdama Penulis Kuliah di Fakultas

Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang.
Bapak dan

Ibu Dosen beserta Staf Karyawan/ti Fakultas

Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang.
Ayahandaku Chairul Basri dan Ibunda - ku Salmia.
Keluarga Besarku Baik dari Ayah dan Ibuku di Panungkal Abab Lematang Ilir (Pali).
Ayuk - ku, Adik-ku dan Kakak-ku yang tersayang.
Almamaterku.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua para pihak yang teiah turut
mbantu baik dukungan moril maupun materi guna kelancaran dalam penulisan Skripsi ini.
mlis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi Penulis. Pada khususnya dan Pembaca
la umumnya.
issalamu'alaikum. Wr.Wb.
Palembang,

Maret 2016

Penulis,

Septa Barat

vii

DAFTAR ISl

Halaman

H A L A M A N JUDUL

i

L E M B A R PERSETUJUAN OAN PENGESAHAN

ii

L E M B A R PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

v

H A L A M A N M O T T O DAN PERSEMBAHAN

vi

ABSTRAK

vii

KATA PENG ANT AR

viii

DAFTAR IS!

ix

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1

B. Permasalahan

8

C. Faedah Penelilian

9

D. Tujuan Penelitian

9

E. Definisi Operasional

9

v. Metode Penelitian

11

G. Sistematika Penulisan

14

ix

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauaii Tentang Perjanjian

16

B. Tinjauan Tentang Jual Beli

19

C. Tinjaun Hukum Pembuktian dalam Hukum Perdata

22

D. Pengertian,Fungsi dan Isi Perjanjian Jual Beli Tanah

30

E. Prosedur dan Mekanisme Peralihan Hak Milik Atas Tanah
karena Jual beliPengertian Perbuatan Melawan Hukum

39

F. Pengertian perbuatan melawan hukum

46

G. Akibat Hukum Karena Perjanjian Jual Beli

51

BAB H I PEMBAHASAN

A. Pembuktian unsur paksaan dalam suatu perjanjian
jual beli tanah

59

B. Akibat hukum terhadap perjanjian jual beli tanah yang
memuatUnsur paksaan

72

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

77

B. Saran

78

ix

BABl
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Tanah adalah suatu hal yang berhubungan dengan agraris. keberadaan

tanah adalah suatu keharusan, dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia hidup
dari ekonomi yang bercorak agraris atau pertanian. Mengingat pentingnya
keberadaan tanah, tidak jarang tanah sering menjadi bahan sengketa, terutama
dalam ha! hak kepemilikan.'
Banyak sekali terjadi kasus - kasus sengketa tanah di dalam masyarakat
yang mengandung unsur melawan hukum, tidak jarang orang yang ingin
mengadakan perjanjian jual

beli tanah dengan pihak lain bukan karena

kesepakatan kedua belah pihak sebagaimana yang teiah diatur di dalam Pasal
1320 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata yaitu mengenai syarat sahnya suatu
peijanjian, melainkan disebabkan karena salah satu pihak pada dasamya tidak
menghendaki akan hal tersebut terjadi. tetapi karena berbagai macam sebab
misalnya : diancam akan diberitahukan kepada istrinya bahwa dia selingkuh
dengan perempuan lain jika dia tidak melaksanakan perjanjian jual beli tanah
tersebut, misalnya mengenai hutang piutangdapatlah kita lihat pada putusan
Mahkamah Agung Nomor 2485 K/Sip/I982 yang duduk perkaranya sebagai
berikut:

' Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, him. 1.

1

2

Penggugat berhutang kepada Tergugat sebesar Rp. 31.500.000.- dengan
jaminan tanah dan rumah karena dalam hal ini si penggugat tidak mempunyai
pilihan karena kedaaan yang memaksa maka untuk dapat dipinjamkannya uang
sebesar RP. 31.500.000,- oleh si tergugat, lalu si tergugat menyatakan secara
sepihak untuk dibuatkan AJB materia! atas tanah dan rumah dengan harga Rp.
39.770.00,-. Bersamaan dengan itu dibuat akta nolaris lagi yang menentukan
Penggugat berhak membeli kembali tanah dan rumah dalam jangka waktu 4 bulan
dengan harga Rp. 39.770.000.-. Karena dalam 4 bulan Penggugat belum bisa
membayar Rp. 39.770.000,- maka dibuat perjanjian kedua dengan jangka waktu
sama tapi harga naik menjadi Rp. 63.387.336.-. Belum lagi 4 bulan lewat temyata
Tergugat menyewakan romah sakit a quo untuk waklu sewa 48 bulan dengan
harga sewa Rp. 24.900.000,- . Karena Penggugat belum juga bisa membayar,
Tergugat memaksa minta agar Penggugat membuat pemyataan tidak akan
menggunakan haknya untuk membeli kembali tanah dan rumah a quo dengan
imbalan Rp. 10.000.000.- Tergugat kemudian membalik nama SHOB tanah
tersebut yaitu No. 151 Cilandak ke atas nama Tergugat.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka MA mengeluarkan amar putusan
yang pada pokoknya iaIah :
1. Membalalkan akta jual beli dengan hak untuk membeli kembali (keduaduanya) dan surat pemyataan tidak menggunakan hak untuk membeli
kembali;
2. Membatalkan tindakan Tergugat BPN membalik nama SHB No. 151;

3

3. Menyatakan bahwa hubungan (hukum) antara Penggugat dan Tergugat
adalah hubungan hutang pihutang dengan jaminan tanah SHGB No. 151;
4. Menghukum Tergugat untuk menerima kembali uang pinjaman Penggugat
sebesar Rp.31.500.000,- (hutang pokok) + Rp. 10.000.000,- (imbalan surat
pemyataan) -

Rp. 3.893.400,- (bunga yang sudah dibayar) - Rp.

24.900.000,- (uang sewa kontrak) - Rp. 12.707.000,- ditambali bunga 6 %
per tahun terhitung sejak gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas;^
Berdasarkan kasus tersebut dapatlah kita merujuk pada suatu asas
Kebebasan berkontrak yaitu Pasal 1338 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata,
dalam membuat suatu perjanjian tidaklah mutiak akan tetapi harus melihat kepada
kedudukan para pihak dalam. suatu perjanjian, apakah salah satu pihak itu berada
dalam keadaan yang tidak seimbang sedemikian mpa, sehingga salah satu pihak
dianggap tidak bebas dalam menyatakan kehendaknya misalnya ada unsur
paksaan atau ancaman serta penyalahgunaan

keadaan atau

penyalahgunaan

ekonomi,sehingga perjanjian atau persetujuan itu seolah-olah terjadi karena
sepihak, dengan mengingat sistem hukum perjanjian yang bersifat terbuka, maka
pada waktu perjanjian itu terjadi suatu perjanjian yang berlaku tidak hanya
berpedoman kepada Kitab Uudang-Undang Hukum Perdata dan Hukum Adat saja,
tetapi nilai-nilai hukum lainnya yang hidup dikalangan masyarakat lainnya sesuai
dengan kepatutan, keadilan, prikemanusiaan yang berlaku secara berdampingan
dan saling mengisi sehingga merupakan suatu kesatuan. Menurut Pasal 1320
Kitab Undang - Undang Hukum Perdata, untuk sahnya suatu persetujuan atau

^hUp://www.sengkelakasuspen:anahan.com.
November 2015.

Di akses Pada Hari Minggu, Tanggal 8

4

perjanjian di periukan empat syarat antara lainnya kata sepakat dari para pihak
yang mengikatkan dirinya untukterbitnya suatu persetujuan atau perjanjian yang
mereka kehendaki bersama atau dengan kata lain harus adanya kebebasan
dalamberkehendak dari para pihak tersebut.
Untuk mengetahui apakah perjanjian itu s:ih atau tidak, pertama-tama kita
harus melihat terlebih dahulu apa saja syarat sahnya suatu perjanjian. Syarat
sahnya suatu perjanjian dapat kita lihat dalam Pasal 1320Kjtab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3.

Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.^
Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif, sedangkan syarat ketiga
dan keempat adalah syarat objektif.Jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan, sedangkan jika syarat objektif yang tidak
dipenuhi, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.Apabila dikaitkan misalnya
dengan perjanjian jual beli tanah maka pertama - tama kedua belah pihak yang
mengadakan suatu perjanjian harus sepakat terlebih dahulu dan salah satu dari
kedua belah pihak yang mengandakan perjanjian tersebut harus dalam keadaan
tidak dibawah tekanan, ancaman ataupun paksaan.
Mengenai hal ini dapatlah dilihat dalam Pasal 1321 KUHPer dikatakan
bahwa tiada sepakat yang sah jika sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau

^ Subekti. Hukum Perjanjian, PT Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2007, him. 34-35.

5

diperoleh dengan paksaan atau pcnipuan. Mengenai apa yang dimaksud dengan
paksaan itu sendiri, dapat dilihat dalam Pasal 1324 dan Pasal 1325 KUHPer.
Paksaan teiah terjadi jika perbuatan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat
menakutkan

seorang

dapat menimbulkan

yang berpikiran
ketakutan

pada

sehal, dan
orang

apabila perbuatan itu

tersebut

bahwa

dirinya

ataukekayaannya terancam dengan suatu kerugian yang terang dan nyata.Paksaan
juga mengakibatkan batalnya suatu perjanjian jika paksaan itu dilakukan terhadap
suami atau istri atau sanak keluarga dalam garis ke atas maupun ke bawah."*
Mengenai paksaan ini, Subekti dalam bukunya yang berjudul PokokPokok Hukum Perdata, mengatakan bahwa paksaan terjadi jika seseorang
memberikan persetujuannya karena ia takut pada suatu ancaman. Misalnya ia akan
dianiaya atau akan dibuka rahasianya jika ia tidak menyetujui suatu perjanjian.
Yang diancamkan harus mengenai suatu perbuatan yang dilarang oleh undangundang. Jikalau yang diancamkan itu suatu perbuatan yang memang diizinkan
oleh undang-undang, misalnya ancaman akan menggugat yang bersangkutan di
depan hakim dengan penyitaan barang, itu tidak dapat dikatakan suatu paksaan.^
Pendapat serupa juga dikatakan oleh EUyErawati dan Herlien Budiono
Tentang paksaan dalam Kitab Undang - Undang Hukum Perdata adalah paksaan
secara kejiwaan atau rohani, atau suatu situasi dan kondisi di mana seseorang
secara melawan hukum mengancam orang lain dengan ancaman yang terlarang
menurut hukum sehingga orang yang berada di bawah ancaman itu berada di
bawah ketakutan dan akhimya memberikan persetujuannya dengan tidak secara

Jbid, him. 36.
'Subekti, Pokok - Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 2001, him. 135

6

bebas. Ancaman itu menimbulkan ketakutan sedemikian rupa sehingga meskipun
kehendak orang yang diancam itu betul teiah dinyatakan, kehendak tersebut
menjadi cacat hukum karena terjadi akibat adanya ancaman. Tanpa adanya
ancaman, kehendak itu tidak akan pemah terwujud. Apa yang diancamkan berupa
kerugian pada orang atau kebendaan milik orang tersebut atau kerugian terhadap
pihak ketiga atau kebendaan milik pihak ketiga.*"
Sedangkan yang dimaksud dengan unsur paksaan menurut pasal 1324
Kitab Undang - Undang Hukum Perdata adalah suatu perbuatan yang menakutkan
seseorang yang berpikiran sehat, dimana terhadap orang yang terkena paksaan tadi
timbul rasa takut baik terhadap dirinya sendiri maupun harta bendanya dari suatu
kerugian yang terang dan nyata . Menurut Kitab Undang - Undang Hukum
Perdata, agar suatu paksan dapat menjadi alasan pembatalan kontrak, maka unsur
paksaan tersebut harus memenuhi syarat:
1. Paksaaan dilakukan terhadap
a. orang yang membuat kontrak ;
b. suami atau isteri pihak yang membuat kontrak
c. sanak keluarga dalam garis ke atas atau ke bawah
2.

Paksaan tersebut dilakukan oleh :
a. salah satu pihak dalam kontrak ;
b. pihak ketiga untuk kepentingan siapa kontrak itu dibuat;

3. paksaan tersebut menakutkan seseorang ;
4. orang yang takut tersebut harus berpikiran sehat;
^Di akses di http://paksaandalampeijanjianjualbeVitanah.blogspot.com. Pada Hari Minggu,
Tanggal 8 November 2015

7

5. ketakutan tersebut berupa ketakutan terhadap diri orang tersebut dan ketakutan
terhadap harta bendanya terhadap kerugian yang nyata dan terang.
6. ketakutan bukan karena hormat dan patuh kepada orang tua atau sanak
keluarga tanpa paksaan;
Berdasarkan dari uraian diatas maka yang menjadi persoalan ialah
bagaimana cara membuktikan unsur paksaan dalam suatu perjanjian jual beli
tanah. Sedangkan dalam sistem pembuktian perdata berlaku sistem positif, yaitu
yang dicari oleh hakim adalah suatu kebenaran formal sehingga jika alat bukti
sudah mencukupi secara hukum, hakim harus memercayainya sehingga unsur
keyakinan hakim dalam sistem pembuktian perdata tidak berperan.
Seperti teiah disebutkan bahwa dalam bidang hukum perdata, karena yang
dicari oleh hakim hanyalah suatu kebenaran formal, jadi bukan kebenaran yang
sesungguhnya, babkan suatu kebenaran yang bersifat "kemungkinan" (probable)
saja

sudah

mencukupi, maka suatu kebenaran

yang sesungguhnya

sulit

diwujudkandalam praktik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Faktor sistem adversarial, yang memberikan hak seluas - luasnya kepada
para pihak untuk saling membuktikan, saling membantah, dan saling
mengajukan argumennya masing - masing.
2. Karena menggunakan sistem adversial, fungsi hakim pasif sajadalam acara
perdata, hakim tidak boleh aktif seperti dalam sistem inkuisitorial. Pada
prinsipnya, hakim perdata tidak boleh memutuskan melebihi dari hanya
yang dikemukakan dan diminta oleh para pihak yang berperkara, dan harus

8

memutuskan sesuai dengan bukti - bukti yang ada sekalipun hakim
menyangsikan kebenaran dari pembuktian tersebut.
3. Suiitnya mencari kebenaran dari suatu alat bukli disebabkan tidak adanya
keharusan

untuk menggunakan

sistem

pencarian

keadilan melalui

pemakaian metode iirniah dan teknologi, yang tingkat kebenarannya dapat
terukur. Bahkan, dimana - mana masih banyak hambatan iintuk secara
langsung menerima alat bukti sainstifik di pengadilan. Hal ini terjadi
dalam sistem pembuktian pidana, terlebih lagi dalam sistem pembuktian
perdata.^
Berdasarkan berbagai kesulitan dalam mencari dan membuktikan unsur
paksaan dalam suatu perjanjian jual beli tanah serta memahami lebih lanjut apa
akibat hukumnya maka disinilah yang menjadi ketertarikan bagi penulis untuk
mengkaji secara lebih mendalam mengenai :
"PEMBUKTIAN

UNSUR PAKSAAN

DALAM

SUATU

PERJANJIAN

J U A L B E L I TANAH DAN A K I B A T HUKUMNYA"

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi Permasalahan dalam Skripsi ini antara lain sebagai
berikut:
1.

Bagaimanakah pembuktian unsur paksaan dalam suatu perjanjian jual beli
tanah?

' Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian Pidana dan Perdata, PT. Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 2012, him. 3-4

9

2.

Bagaimanakah akibat hukum terhadap perjanjian jual beli tanah yang memuat
unsur paksaan ?

C.

Faedah Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan harus berfaedah baik secara teoritis maupun
prakds. Faedah dari segi teoritisnya adalah

memberikan

sumbangsih

pemikiran yang dituangkan dalam bentuk penelitian guna dapat dimanfaatkan
secara baik. dari segi praktisnya penelitian ini agar berfaedah

bagi

kepentingan Negara, Bangsa, Masyarakat dan pembangunan.

D.

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara Iain sebagai berikut:
1. Agar dapat mengetahui serta memahami secara lebih mendalam mengenai
pembuktian unsur paksaan dalam suatu perjanjian jual beli tanah.
2. Agar dapat mengetahui serta memahami secara lebih mendalam mengenai
akibat hukum terhadap perjanjian jual beli tanah yang memuat unsur
paksaan.

E.

Definisi Operasional
Adapun yang menjadi Definisi Operasional dari Judul : pembuktian unsur

paksaan dalam suatu perjanjian jual beli tanah dan akibat hukumnya antara lain
sebagai berikut:

10

1. Pembuktian : adalah suatu proses, baik dalam acara perdata. acara pidana
maupun acara - acara lainnya, dimana dengan menggunakan alat - alat
bukti yang sah, dilakukan tindakan dengan prosedur khusus, untuk
mengetahui apakah suatu fakta atau penyataan,khususnya fakta atau
pemyataan yang dipersengketakan

di pengadilan yang diajukan dan

dinyatakan oleh salah satu pihak dalam proses pengadilan itu benar atau
tidak seperti yang dinyatakan itu.
2. Unsur : bagian - bagian yang saling berhubungan satu sama lain dalam
kerangka sistem^
3. Paksaan : suatu upaya

seseorang untuk menggerakkan

seseorang

melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan hukum dengan
menggunakan cara yang melawan hukum mengancam akan menimbulkan
kerugian pada orang tersebut atau kebendaan miliknya'^
4. Perjanjian : ialah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua
orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak atau sesuatu untuk
memperoleh prestasi atau sekaligus kewajiban pada pihak Iain untuk
menunaikan kewajiban pada pihak lain untuk memperoleh suatu prestasi."

^ http://www.definisi-pengertian.com/2Q 15/05/definisi-pengertian pembuktianhukum.html.
di akses Pada Hari Minggu, Tanggal 8 November 2015.
^ http://www.temukanDengertian.coni/2013/D9/c)entertian-unsur.htmI. di akses Pada Hari
Minggu, Tanggal 8 November 2015.
'%ttp://www.artikata.com/arti-372806-paksaan.html. di akses Pada Hari Minggu,
Tanggal 8 November 2015.
"http://www.belajarhukumperdata.blogspot.cQ.id/2013/06/perianiian-dalam-hukumperdata.html. di akses Pada Hari Minggu, Tanggal 8 November20I5.

11

5. Jual beli : Jual beii adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikat dirinya imtuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang teiah dijanjikan.'^
6. Tanah : permukaan bumi'^
7. Akibat hukum : Suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya suatu
hubungan hukum. Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban
yang teiah ditentukan oleh undang-undang, sehingga kalau dilanggar akan
berakibat, bahwa orang yang melanggar itu dapat digugat di muka
pengadilan.''*

F.

Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sejalan dengan permasalahan dan latar belakang yang dikemukakan diatas
maka penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian hukum Normatif
empiris karena sumber data utamanya adalalt dalam bentuk data primer
dan data sekunder. Data primer ialahdata yang diperoleh langsung dari
lokasi penelitian dengan cara meninjau langsung di Pengadilan Negeri
Kelas IA, serta

mengumpulkan beberapa contoh kasus yang berkaitan

dengan judul skripsi yang diperoleh dari pengadilan Negeri Kelas IA
Palembang, serta hasil kuisioner, dan wawancara yang akan dijadikan data
pendukung bagi data sekunder. Data sekunder ialah data yang didapat dari
http:/AHnikhukumku.blogspot.co.id/2Q12/07/iual-beli-menurut-Derspektif-hukuin.html.
di akses Pada Hari Minggu, Tanggal 8 November 2015.
" Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, him. 2.
http://kantongilmuhukum.blogspot.co.id/20l5/05/pengertian-peristiwa-hukum-danakibat.html. di akses Pada Hari Minggu, Tanggal 8 November 2015.

12

hasil penelitian Kepustakaan ( library Research ) dengan cara mengkaji
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder serta balian hukum tcrsier
yang rclevan.'^

2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitis yaitu menggambarkan dengan
jelas mengenai Pembuktian Unsur Paksaan dalam Suatu Perjanjian Jual
Beli Tanah dan Akibat Hukumnya, kemudian dianalisis berdasarkan teori
hukum atau peraturan perundang - imdanganyang berlaku serta diperkuat
dengan data sekunder dari hasil penelitian di Pengadilan Negeii Kelas I A
Palembang.

3. Sumber Data
.lenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang
bersumberpada'^ :
Data Primer, ialah data yang didapat atau dihimpun melalui penelitian
secara langsung di Pengadilan Negeri Kelas IA, untuk mendapatkan
beberapa

contoh kasus serta hasil kuisioner dan wawancara yang

merupakan sebagai data pendukung terhadap data sekunder.

" Zanudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, him. 17-19
^^Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, him.
12.

13

Data sekunder, ialah data yang didapat atau dihimpun melalui studi
kepustakaan dengan cara mengkaji bahan - bahan hukum dari buku buku, tulisan - tulisan ilmiah hukum, dan peraturan perundang - undangan
yang berkaitan dengan objek penelitian. Data sekunder tersebut, dapat
dibagi menjadi :
a. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan - bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan
perundang - undangan yang terkait dengan objek penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder :
Merupakan bahan - bahan yang memiliki hubungan erat dengan
bahan hukum

primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, yaitu buku - buku, jumal ilmiah,
arlikel ilmiah, makalah hasil seminar dan hasil penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan - bahan hukum yang memberikan informasi tentang bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder berupa, kamus - kamus :
baik kamus bahasa maupun kamus - kamus keilmuan seperti kamus
bahasa hukum, sosiologi, antropologi dan sebagainya.

4.
I.

Teknik Pengumpulan data
Studi Kepustakaan (Library Research )
Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan cara menelaah teori teori, mengumpulkan atau menggali serta mengkaji berbagai literatur ,

14

media massa, serta dokumen - dokumen yang mempunyai

relevansi

dengan materi yang dibahas, maupun peraturan perundang - undangan
yang mendukung penulisan skripsi ini, Yang terdiri dari bahan hukum
primer, sekunder dan tersier.
2. Analisis Data
Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder diolah dan
dianalisis secara Deskriptif analisis kualitatif dengan harapan didapatkan
gambaran yang jelas melalui penguraian secara sistematis, dan selanjutnya
dikonstruksikan

dalam

kesimpulan

sehingga

permasalahan

dalam

penelitian ini dapat terjawab.

G . Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami penulisan ini secara keseluruhan, maka
sistematika penulisan disusun sebagai berikut:

BAB I

Pendahuluan
Bab ini merupakan

bab Pendahuluan

Belakang, Permasalahan, Ruang

yang menguraikan Latar

Lingkup

dan Tujuan, Metode

Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB 11

Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan tentang teori hukum pembuktian dalam hukum
perdata, Pengertian, fimgsi dan isi perjanjian Jual beli tanah, prosedur
dan mekanisme peralihan hak milik atas tanah karena jual beli.

15

pengertian perbuatan meiawan hukum. akibat hukum karena perjanjian
jual beli tanah.
BAB III

Pembahasan
Bab ini memuat pembahasan dari hasil penelitian tentang Pembuktian
Unsur Paksaan dalam Suatu Perjanjian Jual Beli Tanah dan Akibat
Hukumnya.

BAB I V Kesimpulan
Bab ini merupakan penutup yang memaparkan kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian
Pengertian Perjanjian adalah sebagai perhubungan hukum mengenai harta
benda antre- dua pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu
hal atau tidak melakukan sesuatu hal dengan pihak Iain berhak menuntut
pelaksanaan janji itu. Menurut Subekti Perjanjitin adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji
untuk melakukan sesuatu. Menurut Van Dunne perjanjian adalah suatu hubungan
hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum.
Sedangkan pengertian Perjanjian dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata diatur dalam Pasal 1313 yaitu : suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan diri terhadap 1 (satu) orang
lain atau lebih. Dari definisi perjanjian yang diterangkan di atas terlihat bahwa
suatu perjanjian merupakan suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji
atau kesanggupan oleh para pihak, baik secara lisan maupun secara tertulis untuk
melakukan sesuatu atau menimbulkan akibat hukum.

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, 2008, him. 3.

16

17

2. Syarat Sahnya suatu Perjanjian
Syarat sahnya suatu atau sebuah peijanjian terdapat dalam Pasal 1320
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang berbunyi : untuk sahnya sebuah
perjanjian diperlukan empat syarat : Sepakat mereka yang mengikatkan diri,
kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang
halal.Keempat syarat tersebut merupakan syarat yang mutiak yang harus ada atau
dipenuhi dari suatu perjanjian, tanpa syarat-syarat tersebut maka perjanjian
dianggap tidak pemah ada.Kedua syarat yang pertama yaitu kesepakatan para
pihak dan kecakapan untuk membuat suatu perikatan dinamakan syarat subyektif
karena mengenai orang-orang atau subyek yang mengadakan

peijanjian,

sedangkan dua syarat yang terakhir yaitu suatu hal tertentu dan sebab yang halal,
dinamakan syarat obyektif dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.
Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi salah satu atau keduanya, maka
peijanjian dapat dituntut pembatalannya.Dalam arti, bahwa salah satu pihak
mempunyai hak untuk meminta supaya peijanjian itu dibatalkan.Pihak yang
menuntut pembatalan tersebut, adalah salah satu pihak vang dirugikan atau pihak
yang tidak cakap.Sedangkan dalam hal apabila syarat obyektif yang tidak
terpenuhi, maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.

3. Unsur - Unsur Dalam Perjanjian
Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu perjanjian adalah :
a. Ada pihak yang saling berjanji;

'*Ibid, him. 7.

18

b. Ada Persetujuan;
c. Ada tujuan yang hendak di capai;
d. Ada Prestasi yang akan dilaksanakan atau kewajiban untuk melaksanakan
objek peijanjian;
e. Ada bentuk tertentu (lisan atau tertulis);
f.

Ada syarat tertentu yaitu syarat pokok dari peijanjian yang menjadi objek
perjanjian serta syarat tambahan atau pelengkap.'^

4. Asas - Asas Perjanjian
Dalam hukum perjanjian dikenal beberapa asas mengenai perjanjian. Asasasas tersebut adalah:
a. Asas konsensualisme
Asas konsensualisme adalah bahwa suatu perikatan itu terjadi (ada) sejak
saat tercapainya kata sepakat antara para pihak. Dengan kata lain bahwa perikatan
sudah sail dan mempunyai akibat hokum sejak saat tercapai kata sepakat antara
para pihak mengenai pokok perikatan.
Sesuai Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dinyatakan
bahwa syarat sahnya sebuah perjanjian

adalah kesepakatan kedua belah

pihak.Maksudnya bahwa perikatan pada umumnya tidak diadakan secara formal,
tetapi cukup dengan adanya kesepakatan para pihak.Kesepakatan tersebut dapat
dibuat dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai alat bukti.
b. Asas kebebasan berkontrak

' ^ I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional Bagian 1, Mandar Maju, Bandung,
2008, him. 13.

19

Kebebasan berkontrak, adalah salah satu asas yang sangat penting dalam
hukum perjanjian.Kebebasan ini merupakan perwujudan dari kehendak bebas,
pancaran hak asasi manusia. Salim HS menyatakan, bahwa asas kebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk :
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya;
4. Menentukan benluknya perjanjicin, yaitu tertulis atau lisan.
Sedangkan Abdulkadir Muhammad berpendapat, kebebasan berkontrak
dibatasi dalam :
1) Tidak dilarang oleh undang-undang;
2) Tidak bertentangan dengan kesusilaan; dan
3) Tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
c. Asas Pacta Sunt Servada
Asas Pacta Sunt Servada berkaitan dengan akibat dari perjanjian, yaitu
asas yang berhubungan dengan mengikatnya suatu peijanjian. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 1338 KUHPer yang menyebutkan : semua persetujuan yang dibuat
secara sah berlakusebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.^^

B. Tinjauan Tentang Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli (menurut B.W) adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam
mana pihak yang satu ( si penjual ) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas
suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar
harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut. Perkataan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak perbuatan
dinamakan menjual, sedangkan dari pihak yang lain dinamakan membeli. Istilah
yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan

Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit, him. 20.

20

istilah Belaiida "koopen verkoop" yang juga mengandung pengertian bahwa pihak
yang satu "verkoopt" (menjual) sedang yang lainnya "koopt" (membeli). Dalam
bahasa inggris jual beli disebut dengan

hanya "sale" saja yang berarti

"penjualan".^'

2. Fungsi Perjanjian Jnal Beli
Sebagaimana teiah diterangkan tentang pengertiannya, makakedudukan
perjanjian

pengikatan jual beli yang sebagai peijanjianpendahuiuan

maka

peijanjian pengikatan jual beli berfungsi untukmempersiapkan atau bahkan
memperkuat peijanjian utama/pokok yangakan dilakukan, karena perjanjian
pengikatan jual beli merupakan awaluntuk lahimya perjanjian pokoknya. Hal
yang sama juga diungkapkan olehHerlien Budiono yang menyatakan peijanjian
bantuan berfungsi danmempunyai tujuan untuk mempersiapkan,
memperkuat,mengatur,

mengubah

atau

menyelesaikan

suatu

menegaskan,
hubungan

hukum.Dengan demikian jelas bahwa peijanjian pengikatan jual beliberfungsi
sebagai peijanjian awal atau perjanjian pendahuluan yangmemberikan penegasan
untuk melakukan perjanjian utamanya, sertamenyelesaikan

suatu hubungan

hukum apabila hal-hal yang telahdisepakati dalam perjanjian pengikatan jual beli
teiah dilaksanakanseuluhnya.^^

^' Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek Buku Ke Empat, Citra Aditya
Bhakti, Bandung, 2009.
" Abdul Kadir Muhammad, Op.CitJi\m. 32.

21

3. Isi Perjan jian Jual Beli
Isi dari perjanjian pengikatan jual beli yang merupakan peijanjian
pendahuluan untuk lahimya perjanjian pokok/utama biasanya adalah berupa Janjijanji dari para pihak yang mengandung ketentuan tentang syarat-syarat yang
disepakati

untuk sahnya

melakukan perjanjian utamanya.Misalnya dalam

peijanjian jual beli hak atas tanah, dalam perjanjian pengikatan jual belinya
biasanya berisi janji-janji baik dari pihak penjual hak atas tanah maupun pihak
pembelinya tentang pemenuhan terhadap syarat-syarat dalam peijanjian jual beli
agar peijanjian utamanya yaitu perjanjian jual beli dan akta jual beli dapat ditanda
tangani di hadapan pejabat pembuat akta tanah (PPAT).
Seperti janji untuk melakukan pengurusan sertifikat tanah sebelum jual
beli dilakukan sebagaimana diminta pihak pembeli, atau janji untuk segera
melakukan pembayaran oleh pembeli sebagai syarat dari penjual sehingga akta
jual beli dapat di tandatangani di hadapan pejabat pembuat akta tanah
(PPAT).Selain janji-janji biasanya dalam peijanjian jual beli juga dicantumkan
tentang hak memberikan kuasa kepada pihak pembeli.Hal ini terjadi apabila pihak
penjual berhalangan untuk hadir dalam melakukan penadatanganan akta jual beii
di hadapan pejabat pembuat akta tanah (PPAT), baik karena lokasi yang jauh, atau
karena ada halangan dan sebagainya.Dan pemberian kuasa tersebut biasanya baru
berlaku setelah semua syarat untuk melakukan jual beli hak atas tanah di pejabat
pembuat akta tanah (PPAT) teiah terpenuhi.^^

Ibid, him. 34.

22

C. Tinjauan Hukum Pembuktian dalam Hukum Perdata
Masalah hukum adalah masalah pembuktian di pengadilan.Demikian yang
sering dikatakan orang. Oleh karena itu, peran dari pembuktian dalam suatu
proses hukum di pengadilan sangatlah penting. Banyak riwayat, cerita, ataupun
sejarah hukum

Viuig

menunjukkan kepada kita baliwa hetapa karena salah dalam

menilai pembuktian yang dilakukan oleh hakim serta karena putusannya akan hal
tersebut, mengakibatkan kerugian yang di derita baik oleh si penggugat maupun
tergugat dalam kasus perdata. Kisah - kisah peradilan sesat seperti itu. selalu saja
terjadi dan akan terus terjadi karena keterbatasan hakim dalam penguasaan hukum
acara dan hukum pembuktian. Dengan demikian, untuk menghindari atau setidak
- tidaknya meminimalkan putusan - putusan pengadilan yang tersesat tersebut,
kecermatan dalam menilai alat bukti di pengadilan sangat diharapkan.maka dari
itu, dalam pembuktian hukum acara perdata diperlukan pengetahuan mengenai
teori hukum pembuktian agar dapat memecahkan berbagai persoalan hukum yang
berkaitan dengan kasus perdata. Adapun beberapa teori hukum pembuktian dalam
hukum perdata ialali sebagai berikut / *

1. Teori Praduga Hukum
Sebagaimana diketahui bahwa hukum mempunyai praduga - praduga
(presumption) tertentu.Praduga

hukum tersebut sangat penting bagi hukum

pembuktian dalam rangka membuktikan sesuatu fakta, atau bahkan untuk
menentukan bersaiah atau tidaknya seseorang.Dalam ilmu hukum pembuktian.

^*Munir Fuady, Op.Cit, him. 45

23

bila praduga hukum sudah dapat ditentukan, kewajiban pembuktian beralih
kepada pihak Iawan untuk membuktikan sebaliknya.
Oleh karena itu, menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan praduga
hukum dalam hukum pembuktian adalah suatu sangkaan yang berdasarkan atas
suatu kemungkinan yang terjadi karena adanya suatu fakta hukum yang
substansial dalam kasus hukum yang bersangkutan, kemudian menimbulkan
sangkaan akan adanya suatu fakta hukum yang lain yang juga substansial, untuk
alasan - alasan praktis beracara dan ketertiban umum, yang menycbabkan beban
pembuktian berpindah kepihak laindari yang seharusnya dibebankan oleh hukum
pembuktian/^
Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini diuraikan beberapa contoh
praduga hukum yang dapat menycbabkan pihak Iawan harus membuktikan
sebaliknya, yaitu:
a. Jika seseorang sudah membayar sewa bulan - bulan terakhir, hukum
berpraduga bahwa dia juga sudah membayar sewa untuk bulan - bulan
sebelumnya.
b. Jika pada saat penyerahan untuk disimpan barangnya dalam keadaan
bagus. tetapi ketika barang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya
barang tersebutsudah dalam keadaan rusak, hukum memberikan
praduga bahwa pihak penyimpan teiah melakukan kesalahan sehingga
mengakibatkan rusaknya barang tersebut. Jika ingin dikatakan agar
kerusakan barang tersebut bukan karena kelalaian pihak penyimpan,
pihak penyimpanlah yang harus membuktikannya.
c. Bahwa uang yang sudah ditransfer secara layak kepada orang lain
dianggap sudah diterima oleh penerimanya.

Ibid, him. 46.

24

d. Bahwa sebuah surat yang dikirim lewat pos secara layak dianggap
sudah diterima oleh penerimanya.
e. Seseorang yang menguasai suatu benda dalam jangka waktu yang lama
dianggap juga memilikinya.
Dalam bidang hukum perdata, terdapat alat bukti persangkaan yang
merupakan salah satu versi dari konsep praduga hukum ini. Seperli teiah pemah
disebutkan bahwa yang menjadi contoh - contoh dari alat bukti persangkaan
adalah sebagai berikut^*:
a. Jika suatu barang bergerak, baik yang tidak berupa bunga maupun
piutang yang tidak harus dibayar kepada si pembawa, ada suatu
persangkaan bahwa yang menguasai

barang tersebut selama ini

dianggap sebagai pemiliknya, vide Pasal 19977 ayat (1) Kitab Undang
- Undang Hukum Perdata.
b. Setiap anak yang lahir selama perkawinan menimbulkan persangkaan
hukum bahwa ayah dalam perkawinan tersebut adalah ayah dari anak
yang bersangkutan. Jika suami menyangkal anak tersebut, suami wajib
membuktikannya. Lihat

Pasal 44 ayat (1) Undang -

Undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
c. Setiap

orang

yang

menduduki

suatu

benda.

dianggap

dia

mendudukinya secara itikad baik. Kewajiban pihak lawannyalah untuk
membuktikan bahwa dia beritikad buruk. Lihat Pasal 533 Kitab
Undang - Undang Hukum Perdata.

Ibid, hlm.46-47.

25

d. Setiap pengangkut barang dianggap bertanggung jawab jika barang
yang diangkut tidak diserahkan seluruhnya ditempat lujuan. Jika ada
force

majeure, kewajiban pengangkutlah yang harus membuktikan

adanya force majeure tersebut, vide Pasal 468 ayat (2) Kitab Undang Undang Hukum Dagang.
e. Jika suatu sewa rumah yang dibayarkan secara berkala sudah dapat
dibuktikan uang sewa sudah dibayarkan untuk tiga periode terakhir,
dalam hal ini timbul persangkaan bahwa uang sewa sudah dibayar
untuk periode - periode sebelumnya, kecuali pihak yang menyewakan
dapat membuktikan sebaliknya. Persangkaan seperti ini kita dapati
dalam Pasal 1394Kitab Undang - Undang Hukum Perdata.
f.

Jika terdapat bukti teiah dilunasi pengembalian uang pinjaman pokok
tanpa menyebut - nyebut sama sekali tentang bunga, memberikan
persangkaan tentang teiah dibayamya bunga itu. Ketentuan seperti ini
terdapat dalam Pasal 1769 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata."^

2. Teori Tentang Informasi Rahasia di Pengadilan
Sebagaimana diketaliui bahwa membuktikan berarti mengemukakan suatu
hal ke pengadilan, baik hal tersebut terdapat dalam dokumen tertentu, keterangan
lisan sebagai saksi, maupun mengemukakan dengan cara - cara lainnya. Yang
menjadi masalah dalam hal ini adalah bahwa tidak semua hal di dunia ini pantas
untuk dikemukakan kepada orang lain atau dikemukakan di pengadilan.

Ibid, hlm.48

26

Bagaimana jika informasi tersebut merupakan informasi rahasia, seperti rahasia
bank, rahasia antara advokat dan kliennya, dan sebagainya.Apakah rahasia rahasia seperti ini juga "dapat" atau malahan "harus" dibuka di pengadilan. Dalam
hal ini dapatlah diambil salah satu contoh yaitu mengenai rahasia bank.hubungan
antara nasabah dan bank mirip dengan hubungan lawyerdtin kliennya atau
hubungan antara dokter dan pasiennya. Semuanya sama - sama mengandung
kewajiban

untuk

merahasiakan

data

dari

klien/pasien/nasabahn)'a.Dengan

demikian, istilah rahasia bank mengacu pada rahasia dalam hubungan antara bank
dan nasabahnya. Mengenai rahasia bank, teiah diatur dalam Pasal I ayat (28)
Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan rahasia bank adalah :
"Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya."
Pasal 40 :
1) Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41,
Pasal 41 A, Pasai 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku bagi pihak
lit
terafiliasi
Munir Fuady berpendapat bahwa. berdasarkan Pasal - Pasal yang terdapat
di dalam Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dapat
ditarik unsur - unsur mengenai rahasia bank yaitu :

Ibid, him. 49.

27

1. Rahasia bank lersebut berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya
2. Hal tersebut "wajib" dirahasiakan oleh bank, kecuali termasuk ke dalam
kategori pengecualian berdasarkan prosedur dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
3. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalali pihak bank sendiri dan
/ atau pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah :
a. Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi atau kuasanya, dan
pejabat atau karyaw^an bank yang bersangkutan.
b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau
karyawan bank, khusus bagi bank berbenluk badan hokum koperasi
sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
c. Pihak pemberi jasa kepada bank yang bersangkutan, termasuk, tetapi
tidak terbatas pada akuntan publik, penilai, konsultan hokum, dan
konsultan lainnya.
d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta memengaruhi
pengelolaan bank, termasuk, tetapi tidak terbatas pada pemegang
saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas,
keluarga direksi, dan keluarga pengurus.^^
Akan tetapi, disamping bank berdasarkan perintah dari pasal 40 ayat 1
untuk merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,
maka ada pengecualian juga terhadap bank untuk dapat menginformasikan kepada

Ibid, hira. 49-50.

28

pengadilan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan nasabahnya yaitu
dalam perkara perdata.Mengenai hal ini dapatlah dilihat dalam Pasal 43 :
"Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank
yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang
keadaan

keuangan

nasabah

yang bersangkutan

dan memberikan

keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut."
Dalam kasus Turner v. National Provincial and Union Bank of England di
Inggris, yang diputus dalam tahun 1924 diperlihatkan rambu - rambu yang
bersifat universal mengenai perkecualian terhadap suatu rahasia bank, yaitu
bahwa rahasia bank dapat dibuka jika :
1. Disclosure diharuskan oleh perundang - undangan yang berlaku.
2. Ada kewajiban (duty) terhadap publik untuk membuka rahasia tersebut.
3. Kepentingan bank menginginkan dibukanya irdbrmasi tersebut.
4. Disclosure dilakukan dengan persetujuan (dengan tegas atau tersirat) dari
pihak nasabahnya.'^*'

4. Teori Tentang Kesaksian De Auditu (Hearsay)
Kesaksian de auditu atau hearsay merupakan kesaksian tidak langsung,
yakni kesaksian dengan mcndengar dari orang lain, mengenai hal ini ada beberapa
putusan pengadilan yang menggunakan kesaksian de auditu sebagai bukti
persangkaan. Dalam hal ini Munir Fuady sangat mendukung sikap pengadilan
seperti ini, asal saja hakim mempimyai alasan yang reasionable imtuk itu, seperti

Tbid, him. 65.

29

alasan bahwa keterangan saksi de auditu tersebut pantas diberlakukan sebagai
kekecualian seperti Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 308
K/Sip/1995, tanggal 11 November 1959, yang diputuskan oleh majelis hakim
yang terdiri atas:
a. R. Wirjono Prodjodikoro (Ketua).
b. Sutan Kali Malikul Adil (Anggota).
c. Mr.Subekti (Anggota).
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 308 K/Sip/1959 tersebut
pada pokoknya menyatakan sebagai berikut:
"Kesaksian testimoni de auditu tidak dapat digunakan sebagai bukti langsung,
namun kesaksian ini dapat digunakan sebagai bukti persangkaan, yang dari
persangkaan ini dapat dibuktikan sesuatu hal / fakta. Hal yang demikian ini
tidaklah dilarang"
Berdasarkan hal tersebut diatas maka terlihat bahwa Mahkamah Agung
menerima mengenai kesaksian de auditu. menurut penulis yang merupakan
sebagai bukti tidak langsung serta dapat juga dikatan petunjuk - petunjuk yang
dapat mengantarkan kita untuk mendapatkan bukti langsung dengan begitu
dapatlah dianalisis sertai dikaitkan dengan
terjadi.^'

^Ubid.\\\m. 127-128.

peristiwa hukum (perdata) yang

30

D. Pengertian, Fungsi dan Isi Perjanjian Jual Beli Tanah
Pengertian jual beli tanah menurut Undang - Undang Pokok Agraria
didasarkan pada konsep dan pengertian jual beli menurut hukum adat. Dalam
hukum adat tentang jual beli tanah dikenal tiga macam yaitu :
1. Ado! Plas (jual lepas)
Pada adol plas (jual lepas), pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk
selama - lamanya kepada pihak lain (pembeli) dengan pembayaran
sejumlah uang yang besamya ditentukan atas dasar kesepakatan antara
pemilik tanah dengan pihak lain (pembeli)
2. Adol Gadai (jual gadai)
Pada adol gadai (jual gadai), pemilik tanah pertanian (pembeli gadai)
menyerahkan tanahnya untuk digarap kepada pihak lain (pemegang gadai)
dengan menerima sejumlah uang dari pihak lain (pemegang gadai) sebagai
uang gadai dan tanah dapat kembali kepada pemiliknya apabila pemilik
tanah menebus uang gadai.
3. Adol Tahunan (Jual Tahunan)
Pada adol tahunan (jual tahunan), pemilik tanah pertanian menyerahkan
tanahnya untuk digarap dalam beberapa kali masa panen kepada pihak lain
(pembeli) dengan pembayaran sejumlah uang yang besamya ditentukan
atas dasar kes

Dokumen yang terkait

E F E K T I V I T A S H E A T E X C H A N G E R T I P E S H E L L A N D T U B E A K I B A T V A R I A S I J A R A K B A F F L E D A N B A F F L E C U T

0 3 20

E N I N G K A T A N H A S I L B E L A J A R M E N U L I S K A L I M A T E F E K T I F D A L A M P A R A G R A F A R G U M E N T A S I M E L A L U I K E G I A T A N P E E R C O R R E C T I O N P A D A S I S W A K E L A S X 1 S M A N E G E R I R A M B I P U

0 2 17

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI K E P U T U S A N K O N S U M E N D A L A M P E MB E L I A N G U L A P A S I R K E MA S A N B E R L A B E L D A N TI DAK BERLABEL D I K A B U P A T E N J E M B E R

0 2 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI K E P U T U S A N K O N S U M E N D A L A M P EMB E L I A N G U L A P A S I R K EMA S A N B E R L A B E L D A N TIDAK BERLABEL D I K A B U P A T E N J E M B E R

0 4 17

K A R A K T E R I S T I K F I S I K B I J I K O P I R O B U S T A T E R F E R M E N T A S I O L E H M I K R O F L O R A F E S E S L U WA K

0 6 18

K E K U A T A N DO'A TERHADAP K E Y A K I N A N SISWA D A L A M B E L A J A R D I S E K O L A H DASAR N E G E R I 30 PAGAR DEWA K E C A M A T A N L U B A I MUARA E N I M

0 1 79

P E N E G A K A N H U K U M T E R H A D A P T I N D A K PIDANA P E R J U D I A N DAN K E N D A L A N Y A DI P O L S E K B E L I T A N G I I

0 0 79

PENGARUH K E G I A T A N S I S T E M PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP K U A L I T A S JASA PELAYANAN DAN , B I A Y A K U A L I T A S PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR B E R S K A L A BESAR DI K O T A PALEMBANG SKRIPSl

0 4 111

PENGARUH K U A L I T A S LAPORAN KEUANGAN K U A L I T A S PENERAPAN OPERASIONAL SYARIAH DAN K U A L I T A S PELAYANAN TERHADAP PERKEMBANGAN NASABAH BANK SUMSEL B A B E L SYARIAH CABANG PALEMBANG SKRIPSI

0 0 123

A K I B A T HUKUM K E P A I L I T A N TERHADAP HARTA WARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NO.37 TAHUN 2004 TENTANG K E P A I L I T A N DAN PENUNDAAN K E W A J I B A N PEMBAYARAN UTANG

0 0 58