Perlindungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap Hak Ciptanya dan Sanksi Bagi Pelanggar Hak Cipta Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta -

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGARANG TERHADAP HAK
CIPTANYA DAN SANKSI BAGI PEUJIGGAR HAK dPTA MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 2t TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untidc Menempuh Ujian
Sarjana Hidcum

OLEH:
MAMvlAati
SI20UIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
FERSETUJUAN DAN FENGESAHAN SKRIPSI
JUDUL SKRIPSI


4

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGARANG
TERHADAP HAK CIPTANYA DAN SANKSI BAGI
PELANGGAR HAK CIPTA MENURUT UNDANGUNDANG NOMOR M TAHUN 2014 TENTANG HAK
CIPTA
Nama
NIM
Program Studi
Program Kekhususan

:M Abdul Aziz
: 502012164
: Dmu Hukun
: Hukum Perdata

Pembimbiag.
Atika bmait^GUMH
Penguji

Ketua
Anggota

Nur HusBi £milsom^.;5p.N.,MH
1. HifaSusiaaa KifiL;SH.«MH
2. BurhaBuddia.;SH.,MH
Falem ba ag,

April 2016

MENGETAHUI
DEKAN FAKULTAS HUKUM
ITNlVERSrr^SdfiAMMADIYAH'PALEMBANG

fB>f/N IDN: 791348/000604600
K

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM


PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI
Pendaftaran Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang Strata I (S1) bagi:
NAMA
NIM
PROGRAM STUDI
JUDUL SKRIPSI

M Abdul Aziz
502012164
ILMU HUKUM
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGARANG TERHADAP
HAK CIPTANYA DAN SANKSI BAGI PELANGGAR HAK
CIPTA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 28 TAHUN
2014 TENTANG HAK CIPTA

Dengan diterimanya Skripsi ini, sesudah lulus dari Ujian Komprehensif, Penulis berhak memakai
gelar:
SARJANA HUKUM

ill


SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama
: M. Abdul Aziz
Nim
: 50 2012 164
Program studi
: Ilmu hukum
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Benar skripsi yang saya buat dengan judul "Perlindungan Hukum
Bagi Pengarang Terhadap Hak Ciptanya dan Sanksi Bagi Pelanggar
Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014",
merupakan hasil karya orisinil saya sendiri dan bukan hasil tulisan
orang lain dan belum pemah dipublikasikan baik dalam lingkungan
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang maupun
pada perguruan tinggi atau lembaga lain.
2. Benar skripsi yang saya buat sesuai dengan arahan atau bimbingan
yang diberikan oleh pembimbing skripsi
3. Apabila terjadi dikemudian hari pemyataan angka 1 dan 2 tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi
lainnya yang berlaku di perguruan tinggi Universitas
Muhammadiyah Palembang.

M. Abdul Aziz

iv

"XerCaku adUbA, tarena axG£ (kSifi dekat
kepadd taqwa, Dan Bertaqwa kepadd MUdi,
sesungguAnya MbA MaAa MengetaAxU apa
yang kamu kerjakam"
((IS. MMaiddA: $)

> ItodMiutmiplwtfMiyoniMnanUaKi
iMndu'ulMn 4taM MMphnraplMn
iMburiMfHcMlHi
ImllMfpQlNI
^ SQbcibflrt"MriicibcA fembcMrfNi

> Alnwfnofcffcu

ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGARANG TERHADAP HAK
CIPTANYA DAN SANKSI BAGI PELANGGAR HAK CIPTA MENURUT
UNDANG- UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
M Abdul Aziz
Seiaras dengan tujuan yang bermaksud menelusuri prinsip-prinsip hukum,
terutama yang bersangkut paut dengan perlindungan hukum bagi pengarang
terhadap hak ciptanya dan sanksi bagi pelanggar hak cipta, maka jenis
penehtiannya tergolong penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif,
karenanya tidak bermaksud menguji hipotesa.Teknik pengumpulan data sekunder
di titik beratkan pada penelitian kepustakaan, dengan cara mengkaji bahan hukum
primer (peraturan perundang-undangan) dan bahan hukum sekunder (literatur)
yang relevan.Teknik pengolahan data dilakukan dengan menerapkan cara analisis
isi {content analisys), untuk selanjutnya dikonstruksikan kedalam kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Masa perlindungan hukum yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta sifatnya sangat

variatif, Pengaturan Undang-undang Hak Cipta masa
perlindungan tersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Pertama, untuk ciptaan berupa buku, pamtlet, dan semua
karya tulis lainnya, drama atau drama musikal, tari dan
koreografi, segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni
pahat dan seni patung, seni batik, lagu atau musik dengan atau
tanpa teks, arsitektur, ceramah, kuliah pidato dan ciptaan
sejenis lainnya, alal peraga, peta, terjemahan, tafsir, saduran
dan bunga rampai dilindungi selama hidup pencipta dan terus
berlangsung hingga 50 (limapuluh) tahun setelah pencipta
meninggal dunia;
b. Kedua, untuk ciptaan berupa program komputer,
sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalih
wujudan dilindungi selama 50 (limapuluh) tahun sejak
pertama kali diterbitkan;
c. Ketiga, untuk ciptaan yang ada pasal 10 ayat (2) UU Hak
Cipta dilindungi tanpa batas waktu dan Pasal 11 ayat (1) dan
(3) UU Hak Cipta dilindungi sejak ciptaan tersebut pertama
kali diumumkan.


vi

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGARANG TERHADAP
HAK CIPTANYA DAN SANKSI BAGI PELANGGAR HAK CIPTA
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28

TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA.
Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk menempuh ujian Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini banyak kekurangan dan kekhilafan baik mengenai susunan
kalimatnya maupun isinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempumaan skripsi ini akan diterima.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya serta pcnghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE.,MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.

vii

3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1, II, III, dan IV. Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
4. Ibu Atika Ismail, SH. MH, selaku Pembimbing dalam penulisan skripsi ini
yang telah banyak memberikan petunjuk-petunjuk bimbingan serta telah
meluangkan waktu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar, serta seluruh Staf Karyawan dan Karyawati
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna.
6. Kedua Orang Tuaku,


dan Saudara-Saudaraku, yang lelah banyak

memberikan semangat dan berkorban baik materi maupun moril selama
penulis menuntut

ilmu pengetahuan di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang.
7. Sahabat-sahabat terbaikku yang namanya tidak mungkin disebutkan satu
persatu, dimana mereka

selalu memberi dukungan selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala berlipat
ganda dan kita selalu dalam lindungan-Nya, serta skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Wassalamu alaikum Wr.Wb

Palembang,

Penults

M Abdul Aziz

Vlll

2016

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

v

ABSTRAK

VI

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Tatar Belakang

1

B. Permasalahan

H

C. Ruang Tingkup dan Tujuan

11

D. Metode Penelitian

12

E. Definisi Operasional

15

F. Sistematika Penulisan

16

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hak Cipta

18

B. Dasar Hukum Hak Cipta

21

C. Fungsi dan Sifat Hak Cipta

23

D. Peralihan Hak Cipta
E. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta

26
29

BAB HI: PEMBAHASAN
A. Lama Masa Perlindungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap
Hak Ciptanya Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun
2014

33

B Sanksi-sanksi yang Dapat Dikenakan Terhadap Pelanggar
Hak Cipta

46

BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan

50

B. Saran

51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

X

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman baik etnis
atau suku bangsa dan budaya. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia
tersebut, telah mendorong anak bangsa untuk menghasilkan banyak karya
yang bemilai tinggi dan sangat berharga. Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 telah mengamanatkan sebagai berikut:
Pasal 28 huruf c ayat (1):
"Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasamya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia".
Pasal 28 huruf c ayat (2):
"Setiap orang berhak

untuk memajukan

dirinya

dalam

memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya".
Pasal 28 huruf c ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 jelas bahwa setiap orang atau rakyat indonesia dapat
memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan

mengembangkan

kemampuan yang ada dalam dirinya untuk memperoleh pendidikan serta
manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, sehingga dapat
1

2

meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Pada Pasal 28 huruf c
ayat (2) juga dinyatakan bahwa setiap orang atau rakyat Indonesia berhak
memperjuangkan haknya secara kolektif membangun masyarakat, bangsa,
dan negara.
Pengembangan-pengembangan terkait dengan keanakaragaman dan
kekayaan etnis, budaya, seni dan sastra tersebut memerlukan perlindungan
hukum karena situasi dan kondisi perkembangan di bidang perdagangan,
industri dan investasi saat ini semakin pesat sehingga perlu terus
ditingkatkan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan
tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas.
Suatu karya merupakan hak milik bagi penciptanya, baik hak milik
atas benda berwujud (Real Property) atau hak milik atas benda tidak
berwujud (Intellectual Property). Salah satu bagian dari Intellectual
Property yaitu Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang terdiri dari Merek,
Hak Cipta, Paten, Desain, dan lainnya dan prinsip dasar HKI adalah
melindungi ekspresi ide bukan ide, konsep, gagasan, atau fakta tertentu^\
Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dibagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu :
1. Hak Cipta (copyright)
2. Hak Kekayaan Industri (industrialproperty rights), mencakup Paten,
Desain Industri, Merek, Penanggulangan Praktik Persaingan Curang,
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang^*.
Alasan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) perlu dilindungi, yaitu
karena:
1. Merupakan Hak Alamiah;
2. Perlindungan atas reputasi;
3. Mendorong dan menghargai reputasi.
Muhamad Firmansyah, 2008, Tata CaraMengurus HAKI, Visimedia, Jakarta, h!m.2.
Ibid, h!m,7.

3

4. Meningkatkan gairah mencipta (penemuan);
5. Fair Competition (persaingan yang sehat).^^
Perlindungan dalam hal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) lebih
dominan pada perlindungan individual, namun untuk menyeimbangkan
kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat, maka sistem HKI
mendasarkan diri pada prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip Keadilan (the principle of natural justice)
Pencipta atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil wajar untuk
memperoleh imbalan.
2. Prinsip Ekonomi (the economic argument)
Hak milik intelektual merupakan suatu kekayaan bagi pemiliknya.
3. Prinsip Kebudayaan (the culture argument)
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra
sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan
martabat manusia.
4. Prinsip Sosial (the social argument)
Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan yang
berdiri sendiri, terlepas dari manusia lain akan tetapi hukum mengatur
kepentingan manusia sebagai waarga negara'*^
Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bentuknya berupa
Copy, pemalsuan, peniruan, pembocoran informasi, reproduksi, plagiat.
Motif pelanggaran tersebut adalah bermotif ekonomi. Pelanggaran tersebut
dapat mengakibatkan kerugian bagi pemerintah, konsumen, pelaku usaha
dan masyarakat.
Penanganan terhadap pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
dapat diselesaikan secara perdata, pidana ataupun diselesaikan diluar
persidangan. Penanganan secara perdata dapat berupa ganti kerugian,
penghentian semua kegiatan pelanggaran, dilakukan di Pengadilan Niaga.
^ ' Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, 2005, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, him 12
Ibid, him .32-34.

4

Sedangkan penanganan secara Pidana dapat berupa persoalan antar bangsa
mengenai Delik Aduan dan peningkatan sanksi pidana, dilakukan di
Pengadilan Negeri.
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaan atau memberikan ijin untuk itu pada pihak lain
baik dengan alat atau cara lain sehingga ciptaan tersebut dapat dilihat,
dibaca, didengar oleh pihak lain. Memperbanyak ciptaan adalah menambah
jumlah suatu ciptaan termasuk mengalihwujudkan ciptaan^\
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
menyebutkan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan. Pengertian tersebut
mengandung makna pengakuan atau perlindungan, baik terhadap karya
ciptanya maupun terhadap penciptanya. Istilah "Pengumuman"
mengandung makna dapat dilakukan dengan cara pembacaan, penyuaraan
atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun dan
dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar
atau dilihat oleh orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
"Memperbanyak" adalah menambah jumlah suatu ciptaan, hampir sama
atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan-bahan
yang sama maupun tidak sama termasuk juga mengalihkan mewujudkan
suatu ciptaan ^\
Menurut Hauturuk, terdapat 2 (dua) unsur penting didalam rumusan
pengertian Hak Cipta yang termuat dalam pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu sebagai berikut:
1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.
2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan
apapun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan
karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenamya
Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hlm.31.
Budi Agus Riswandi, OP Cit, him 4 1 .

5

atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau
integritas ceritanya)
Hak Cipta lahir secara otomatis atau disebut Automatic Protection,
artinya Hak Cipta lahir secara otomatis setelah karya cipta itu selesai
dibuat. Hak Cipta melindungi ekspresi ide atau gagasan, bukan melindungi
ide atau gagasan atau fakta tertentu**'.
Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 28 Tahun 2014 bahwa didalam
undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup salah satunya adalah
buku yang merupakan karya tulis yang diterbitkan.
Perkembangan

dan

kemajuan

zaman

telah

mendorong

perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi yang semakin
pesat sehingga diperlukan peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan
Pemilik atas hak yang terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan
masyarakat luas.
Ada 2 (dua) Konvensi Intemasional di bidang Hak Cipta, yaitu :
1. Bern Convention 1886, menggunakan prinsip Automatic Protection.
2. Universal Copyright Convention 1955, tidak akan muncul Hak Cipta
sebelum didaftarkan.

Budi Agus Riswandi. OP Cit., him 45
Budi Agus Riswandi, OP CU., him 47

6

Orisinalitas sangat erat kaitannya dengan Hak Cipta. Menurut Budi
Santoso, terdapat beberapa hal penting yang berkaitan dengan Orisinalitas
yaitu sebagai berikut;
1. Sebuah karya cipta untuk dianggap orisinil tidak diperlukan bahwa
ciptaan tersebut harus baru (novelty) seperti halnya dalam sistem
Paten.
2. Untuk dianggap orisinil tidak dibutuhkan adanya perbedaan yang
sangat besar antara karya cipta yang dibuat dengan ciptaan
sebelumnya, sebagaimana banyak dianut dalam novelty sistem Paten
dalam menentukan kebaharuan.
3. Orisinalitas yang dimaksud dalam sistem Hak Cipta adalah orisinil
dalam idenya bukan orisinil di dalam idenya.
4. Dikatakan orisinil apabila karya cipta tersebut mumi berasal dari si
pencipta sendiri dan bukan sekedar melakukan copy diatas ciptaan
yang terdahulu.
5. Bukan suatu orisinil apabila ciptaan tersebut memuat banyak
informasi yang sah menjadi milik umum.
6. Orisinalitas muncul dari hasil kreatifitas dan upaya intelektual
pencipta tidak sekedar menjiplak.
7. Terdapat korelasi langsung antara konsep yang ada pada pikiran
pencipta dengan ciptaan yang dihasilkan melalui tangan si Pencipta.
8. Secara kuantitas kontribusi yang diberikan pencipta, sebagai berikut
-

Tidak sekedar variasi tambahan yang keliatannya sepele, asalasalan;
- Terlalu minim kreatifitasnya;
- Harus merupakan variasi yang membawa daya pembeda;
- Harus merupakan sentuhan yang serius dari pencipta.
9. Orisinalitas itu berkaitan dengan cara sebagaimana ciptaan itu
dibuat.
10. Harus ada skill, judgement, labor yang dituangkan dalam ciptaan
tersebut^*.
Sebagai negara yang tergabung dalam World Trade Organization
(WTO) dan World Intellectual Property Organization (WIPO), Indonesia
harus melaksanakan secara penuh kewajibannya di bidang legilasi dalam

^' Budi Agus Riswandi, OP Cit., him .42.

7

pengaturan hak cipta. Untuk itu, Pemerintah telah mengundangkan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Perlindungan terhadap Hak Cipta tidak mudah dilakukan dan di
dukung juga oleh semakin maju dan berkembangnya era globalisasi.
Anshori Sinungan (Direktur Hak Cipta, Design Industri, Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang, Depkumham RI) mengemukakan
bahwa meskipun telah berupaya sekuat tenaga, masih banyak terjadi
pelanggaran pada Hak Kekayaan Intelektual, terutama Hak Cipta. Oleh
karena itu, dibutuhkan kerja sama antara berbagai pihak terkait agar
pelaksanaan HKI dapat berjalan dengan baik.
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pemegangnya artinya hak
tersebut semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada
pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
Pencipta atau penerima Hak mendapatkan perlindungan hukum seketika
setelah suatu ciptaan dilahirkan, dengan kata lain Hak Cipta tidak perlu
didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI)
namun ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan
di Ditjen HKI.
Mengingat betapa pentingnya perlindungan bagi Pencipta atas suatu
hak yang terkait, di perlukan perlindungan hukum bagi pencipta sehingga
terlidungi ciptaannya dari suatu hal yang dapat merugikan penciptanya.

8

Buku adalah salah satu karya cipta dan merupakan Hak Kekayaan
Intelektual, sehingga pengarang sebagai pencipta yang melahirkan suatu
hasil karyanya dengan diterbitkan dalam bentuk buku melalui perusahaan
penerbit perlu dilindungi haknya.
Ada 2 (dua) subyek Hak Cipta, adalah sebagai berikut:
1. Pemilik Hak Cipta (Pencipta)
Pemilik Hak Cipta (Pencipta) adalah seorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan
berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan,
atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat
pribadi;
2. Pemegang Hak Cipta, yaitu sebagai berikut:
- Pemilik hak cipta (Pencipta);
~ Pihak yang menerima hak cipta dari pencipta;
- Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang
menerima hak cipta tersebut;
- Badan hukum;
- Negara, atas karya peninggalan prasejarah, sejarah. benda budaya
nasional lainnya, foklor, hasil kebudayaan yang menjadi milik
bersama, dan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu
belum diterbitkan
Dalam Diktatnya, Budi Santoso juga menuliskan bahwa dengan tiga
perkecualian, maka yang memiliki Hak Cipta pada umumnya adalah :
- Penulis;
- Penyair;
- Musisi,
- Koreografer;
~ Komposer,
- Fotografer;
- Artis;
- Programer;
- Produser Film;
- Pengrajin;
- Authors atau Creators.
Budi Agus Riswandi, Op Cit., him 52

9

Dengan perkecualian bahwa :
1. Dalam hubungan kerja atau pesanan maka pencipta adalah orang
yang menciptakan kecuali ada perjanjian lain;
2. Dalam hubungan dinas/kepegawaian maka instansi adalah pemegang
Hak Cipta kecuali ada perjanjian lain, termasuk apabila ciptaan
tersebut digunakan untuk kepentingan diluar kedinasan maka Hak
Cipta ada pada Pembuat;
3. Ciptaan yang dirancang seseorang diujudkan serta dikerjakan orang
lain dibawah pengawasannya maka perancang adalah pemegang Hak
Cipta'"
Hal yang penting dan memiliki hubungan erat dengan hak cipta
adalah hak terkait. Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta,
yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan
pertunjukkannya; bagi produser rekaman suara untuk memperbanyak atau
menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi
lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak atau menyiarkan karya
siarannya. Hak terkait dapat dikatakan juga merupakan hak eksklusif bagi :
- Pelaku, untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya dan
untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya melakukan hal itu;
- Produser, rekaman suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya
rekaman suara atau rekaman bunyinya dan untuk memberikan izin atau
melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu; dan

Budi Agus Riswandi, OP Cit, him .43.

10

- Lembaga penyiaran, untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan
karya siarannya dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain
yang tanpa persetujuannya melakukan hal itu.
Pelaku dalam pengertian hak terkait adalah aktor, penyanyi,
pemusik, penari atau mereka yang menampilkan, memperagakan,
mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan. atau
memainkan suatu karya musik, drama, tari sastra, foklor atau karya seni
lainnya. Untuk produsen rekaman suara adalah orang atau badan hukum
yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi baik perekam dari
suatu pertunjukkan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi
lainnya.
Lembaga penyiaran diartikan sebagai organisasi penyelenggaraan
siaran yang berbentuk badan hukum yang melakukan penyiaran atas suatu
karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau
melalui sistem elektromagnetik.
Penulis tertarik untuk meneliti masalah perlindungan hukum bagi
pengarang terhadap hak ciptanya dan sanksi bagi pelanggar hak cipta
menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, guna
menghindari hal-hal yang merugikan yang timbul dalam penerbitan suatu
buku.

11

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan
penelitian di bidang hukum dalam skripsi ini dengan judul
"PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGARANG TERHADAP
HAK CIPTANYA DAN SANKSI BAGI PELANGGAR HAK CIPTA
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28

TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA".
B. Permasalahan
Sesuai dengan uraian dalam latar belakang masalah dan agar
pembahasan hasil penelitian lebih terfokus, Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa Lama Masa Perlindungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap
hak ciptanya Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta ?
2. Sanksi-sanksi Apa Sajakah yang Dapat Dikenakan Terhadap Pelanggar
Hak Cipta ?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Ruang lingkup penelitian mengenai perlndungan hukum bagi
pengarang terhadap hak ciptanya dan sanksi bagi pelanggar hak cipta.
Tanpa menutup kemungkinan untuk menyinggung pula hal-hal lain yang
ada kaitannya dengan pokok-pokok permasalahan skripsi ini.

12

Adapun Tujuan penelitian untuk mencari jawaban yang jelas dan
rinci mengenai masa perlindungan hukum bagi pengarang terhadap hak
ciptanya dan sanksi bagi pelanggar hak cipta, guna melengkapi
pengetahuan teoritis yang diperoleh selama studi di Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang. Hasil penelitian diharapkan dapat
bermanfaat sebagai Sumbangan Informasi bagi Ilmu Pengetahuan
khususnya dalam bidang Hukum Perdata khususnya Hukum Bisnis dan
juga sekaligus sumbangan pemikiran yang dipersembahkan kepada
Almamater.

D. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Sifat Penelitian dalam permasalahan ini menggunakan tipe
penelitian normatif yaitu suatu hukum yang data sekunder (data
kepustakaan) sebagai data utama dan juga didukung dengan data primer.
Dan sekunder tersebut terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier.'^' Pendekatan masalah melalui
analisis yuridis-normatif tipe deskriptif analisis, yakni mengkaji asasasas hukum, norma-norma (kaidah) hukum, dokumen hukum. peraturan
tertulis lainnya serta pendapat-pendapat para ahli melalui studi

Nazir, Mohammad, 2008, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, him. 73

13

kepustakaan yang relavan dengan permasalahan secara sistematis, rinci,
komperhensif dan akurat (jelas).
2. Sumber Data
Data primer (lapangan) dalam bentuk wawancara diperlukan
sebagai penunjang atau pelengkap data sekunder.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan masalah
sebagai berikut:
a. Indentifikasi sumber data sekunder yang diperlukan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan, peraturan tertulis,
dokumen hukum, buku-buku hasil penelitian. jumal, kamus,
ensiklopedi dan indeks (termasuk data lapangan sebagai
penunjang/pelengkap)
b. Berdasarkan identifikasi data tersebut selanjutnya dideskripsikan
secara rinci, sistematis, komprehensif dan akurat sesuai dengan
urutan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
c. Data-data sebagaimana dimaksud di atas selanjutnya dianalisis
secara kualitatif untuk kemudian diambil kesimpulan sebagai
jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
3. Alat Pengumpul Data
Sumber pengumpul data dalam penelitian ini meliputi dua hal
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer adalah sumber data yang diperoleh dilapangan, sedangkan

14

sumber data sekunder adalah sumber data yang berasal dari studi
kepustakaan dan dokumentasi. Sementara mengenai jenis data dalam
penelitian ini juga terdiri dari dua aspek yaitu sebagai berikut:
a) . Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dengan cara menggali informasi secara
langsung kepada para responden yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
b) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh responden dengan cara mengumpulkan
dan mempelajari sumber data tertulis khususnya yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, katagori dan satuan
uraian d a s a r . l a membedakannya dengan penafsiran, yaitu
memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Setelah data yang dibutuhkan diperoleh meliputi penelitian lapangan,
selanjutnya dilakukan analisa data yang akan membantu dalam
memahami permasalahan dan mengambil suatu kesimpulan hasil
^Moleong, Lexy. J, 200], MeU)delogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, Him.73.

15

penelitian untuk akhimya menghasilkan rekomendasi. Analisis yang
digunakan adalah metode analisis kualitatif.
D. Definisi Operasional
Dalam batas dan syarat tertentu masyarakat dapat lurut
memanfaatkan Hak Cipta. Hal tersebut didasarkan pada fungsi sosial yang
terdapat pada Hak Cipta yang memiliki arti penting bagi kehidupan
masyarakat. Pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 28

Tahun 2014

disebutkan bahwa Hak Cipta berfungsi sebagai berikut:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pencipta atau pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan
program, yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Ada 3 (tiga) sifat Hak Cipta, sebagaimana diatur didalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2014 yaitu sebagai berikut;
1. Hak Cipta dianggap sebagai benda yang bergerak atau immaterial, yang
dapat dialihkan kepada pihak lain.

16

2. Hak Cipta harus dialihkan dengan suatu akta tertulis, baik akta notaris
maupun akta bawah tangan. Peralihan Hak Cipta baik sebagian maupun
seluruhnya ini dapat terjadi dalam 5 (lima) hal, yaitu pewarisan, hibah,
wasiat, dijadikan milik negara dan perjanjian.
3. Hak Cipta tidak dapat disita, alasannya adalah berhubung sifat ciptaan
merupakan hak pribadi yang manunggal dengan diri pencipta itu
sendiri, sekalipun penciptanya telah meninggal dunia dan menjadi milik
ahli warisnya atau penerima wasiat.
F. Sistematika Penulisan
Rncana penelitian skripsi ini akan tersusun secara keseluruhan dalam
4 (empat) bab dengan sistematika dan alur pembahasan yang terbagi
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang , perumusan masalah, ruanglingkup dan
tujuan penelitian, Definisi Operasional, metode penelitian, sistematika
penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Yang berisikan paparan tentang kerangka teori permasalahan yang
akan dibahas.

17

BAB III PEMBAHASAN
Menggambarkan tentang hasil penelitian yang secara khusus
menguraikan pembahasan /analisis sehubungan dengan permasalahan
hukum yang diangkat secara rinci bagian-bagian dari pembahasan tersebut
akan disesuaikan dengan hasil penelitian tahap berikutnya sebagai bagian
dari proses penelitian.

BAB IV PENUTUP
Bagian penutup dari pembahasan skripsi ini yang diformat
kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hak Cipta
Dengan berpedoman pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
jounto Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 dan diganti dengan Undangundang Nomor 19 Tahun 2002 dan disempumakan dengan Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, disebutkan bahwa yang
menjadi objek Hak Cipta adalah karya-karya cipta dibidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra.
Perlindungan hukum bagi seorang pengarang buku merupakan suatu
hal yang sangat penting, menimbang pengarang mempunyai hak untuk
dilindungi atas karya cipta yang lahir berupa suatu ekspresi ide atau
gagasan.
Menurut Budi Santoso, Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan atau memberikan ijin
untuk itu pada pihak lain baik dengan alat atau cara lain sehingga ciptaan
tersebut dapat dilihat, dibaca, didengar oleh pihak lain.''^'
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
menyebutkan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau
Budi Santoso, Op.Cil, him 42.

18

19

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan. Pengertian tersebut
mengandung makna pengakuan atau perlindungan, baik terhadap kar>'a
ciptanya maupun terhadap penciptanya. Istilah "Pengumuman"
mengandung makna dapat dilakukan dengan cara pembacaan, penyuaraan
atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun dan
dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar
atau dilihat oleh orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
"Memperbanyak" adalah menambah jumlah suatu ciptaan, hampir sama
atau menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan-bahan
yang sama maupun tidak sama termasuk juga mengalihkan mewujudkan
suatu ciptaan.'^*
Menurut Kansil, Hak Cipta adalah suatu hak yang tumbuh
bersamaan dengan lahimya suatu karya, suatu ciptaan. Sedangkan Sooseno
Hardjowidigdo memberi pengertian bahwa Ciptaan adalah hasil setiap
karya cipta dalam bentuk khas apapun juga dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni dan sastra.
Hak Cipta dapat didefinisikan sebagai suatu hak monopoli untuk
memperbanyak atau mengumumkan ciptaan yang dimiliki oleh pencipta
atau pemegang hak cipta lainnya yang dalam implementasinya
memperhatikan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.'^*
Menurut Hanafi, secara hakiki Hak Cipta termasuk hak milik
immaterial karena menyangkut ide, gagasan pemikiran, maupun imajinasi

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit, him 3.
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin. Op.Cil, him 10.
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit, him 21.

20

seseorang yang dituangkan dalam bentuk karya cipta, seperti buku ilmiah,
karangan sastra, maupun karya seni.'***
Hak Cipta adalah suatu hak eksklusif / khusus bagi Penciptanya. Hak
ini tidak dimintakan kepada pemerintah, namun begitu seseorang mencipta
harus diumumkan dan namanya dicantumkan pada ciptaan itu (tidak atas
permintaan tetapi dengan sendirinya), agar orang tersebut mempunyaihak
eksklusif dan dilindungi oleh hukum. Apabila tidak diumumkan, tidak
dapat memperoleh hak eksklusif.''*'
Menurut Hauturuk, terdapat 2 (dua) unsur penting didalam rumusan
pengertian Hak Cipta yang termuat dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu sebagai berikut:
1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.
2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan
apapun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan
karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenamya
atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas
ceritanya).^**'
Menurut Edy Damian, terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar Hak
cipta
yaitu :
1. Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli.
2. Hak Cipta timbul dengan sendirinya (otomatis)
3. Suatu ciptaan tidak perlu diumumkan untuk memperoleh Hak cipta
4. Hak Cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum
(legal right) yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari suatu
penguasaan fisik suatu ciptaan.
5. Hak Cipta bukan merupakan hak mutlak (absolut)."^''

18)Budi Agus Riswandi dan M, Syamsudin, Op.Cit,

him 54

Richard Burton Simatupang, 2003, Aspek Hukum dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta,
him .69-70.
Ibid, him 2
^" Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Op.Cit, him ,8-10.

21

B. Dasar Hukum Hak Cipta
Perlindungan hukum Hak Cipta saat ini diatur didalam Undangundang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dimana dahulu
pengaturannya d i Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987.
Menjelang berlakunya TRIPs {Trade-Related Aspects of Intellectual
Property Rights) di Indonesia pada 1 Januari 2000 dan pada tahun 2002
keluarlah Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 dan Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 yang berlaku hingga sekarang.
Upaya perubahan tersebut dilakukan dengan beberapa pertimbangan
mendasar, yang apabila dicermati secara normatif dalam penjelasan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 bahwa pertimbangan tersebut:
- Pertama,

kepentingan internal bangsa indonesia, yakni untuk

memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari
keanekaragaman seni dan budaya bangsa indonesia, sehingga dapat
memajukan kesejahteraan baik pencipta maupun bangsa dan negara.
- Kedua, kepentingan ekstemal, yakni ; berkaitan dengan keterlibatan
indonesia yang telah meratifikasi beberapa konvensi intemasional, maka
perubahan tersebut hams dilakukan.

22

Ada beberapa pembaharuan didalam Undang-undang Nomor 28
Tahun 2014 yaitu :
- Database merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi;
- penggunaan alat apapun baik melalui kabel maupun tanpa kabel
termasuk internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik {optical
disk) melalui media audio, media audiovisual, dan/atau sarana
telekomunikasi;
- penyelesaian sengketa oleh pengadilan niaga, arbitrase atau aitematif
penyelesaian sengketa;
- penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar
bagi pemegang hak;
- batas waktu proses perkara perdata dibidang hak cipta dan hak terkait
baik di Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah agung;
- pencantuman hak informasi manajemen eiektronik dan sarana kontrol
teknologi,
- pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap
produk-produk yang menggunakan sarana produksi;
- ancaman pidana atas pelanggaran hak terkait;
~ ancaman pidana dan denda minimal;
- ancaman pidana terhadap perbanyakan penggunaan program komputer
untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.

23

Hal terpenting dalam pembaharuan tersebut adalah pada
diintegrasikannya muatan materi dari UU Hak Cipta lama pada Undangundang Nomor 28 Tahun 2014, sehingga kini dalam memahami dan
mempelajari Hak cipta lebih jelas dan mudah.

C. Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Dalam batas dan syarat tertentu masyarakat dapat turut
memanfaatkan Hak Cipta. Hal tersebut didasarkan pada fungsi sosial yang
terdapat pada Hak Cipta yang memiliki arti penting bagi kehidupan
masyarakat. Pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 28

Tahun 2014

disebutkan bahwa Hak Cipta beriiingsi sebagai berikut:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Pencipta atau pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan
program, yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Ada 3 (tiga) sifat Hak Cipta, sebagaimana diatur didalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2014 yaitu sebagai berikut:
1. Hak Cipta dianggap sebagai benda yang bergerak atau immaterial, yang
dapat dialihkan kepada pihak lain.

24

2, Hak Cipta harus dialihkan dengan suatu akta tertulis, baik akta notaris
maupun akta bawah tangan. Peralihan Hak Cipta baik sebagian maupun
seluruhnya ini dapat terjadi dalam 5 (lima) hal, yaitu pewarisan, hibah,
wasiat, di jadikan milik negara dan perjanjian.
3. Hak Cipta tidak dapat disita, alasannya adalah berhubung sifat ciptaan
merupakan hak pribadi yang manunggal dengan diri pencipta itu
sendiri, sekalipun penciptanya telah meninggal dunia dan menjadi milik
ahli wansnya atau penerima wasiat.^^'
Pasal 3 dalam undang-undang ini juga menyebutkan bahwa sifat hak
Cipta dianggap sebagai benda bergerak. Kata "dianggap" memberi kesan
bahwa sesungguhnya sulit untuk membedakan dan memberi tempat apakah
Hak Cipta adalah benda bergerak atau benda tidak bergerak. Sesungguhnya
pembedaan penggolongan tersebut sangat penting artinya terutama
hubungannya dengan levering atau penyerahan. Sedangkan Penjelasan
Pasal 4 menegaskan bahwa berhubung sifat ciptaan adalah pribadi dan
menunggal dengan diri Pencipta, maka hak pribadi tersebut dapat disita
daripadanya. Hak Cipta tidak dapat digadaikan, hanya dapat dijadikan
objek hipotik atau fiducia sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Hak
Cipta lebih mendekati sifat benda tidak bergerak.^^'
Menurut Budi Santoso, terdapat 2 (dua) hak yang melekat pada Hak
Cipta, yaitu :
1. Hak Ekonomi (Economic Right), adalah hak mengambil manfaat
ekonominya, mengkomersialkannya dengan cara-cara sebagai berikut:
- Reproduksi ciptaan ;
- Mempertunjukkan / Performing ;
- Mempertontonkan ;
- Mempublikasikan ;
- Menyalin ciptaan dalam bentuk lain / DerivatifWork ,
- MQn%d\\\\kQX\ I Assignment;
- Melisensikan ;
2. Hak Moral (Moral Right), adalah :
- Hak untuk tetap di cantumkan nama pencipta ;
- Hak untuk tetap dijaga keutuhan ciptaan / tidak boleh mengadakan
perubahan ciptaan kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli
Richard Burton Simatupang, Op.Cit, him 70.
Richard Burton Simatupang, Op.Cit, him 80.

25

warisnya termasuk didalamnya perubahan atas judul, anak judul
ciptaan, pencantuman dan perubahan nama samaran pencipta.^'*'
Hak Moral yang melekat pada Hak Cipta tidak dapat lepas ataupun
dirampas dari Penciptanya. Apabila dikaitkan dengan Declaration of
Human Right, sangat jelas bahwa Hak Moral dipegang oleh Penciptanya
tidak dapat dirampas oleh pihak lain.
Hak Ekonomi diartikan sebagai hak yang dipunyai oleh si Pencipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Menurut Djumhana hak ekonomi
umumnya disetiap negara meliputi jenis hak :
1. Hak Reproduksi atau penggandaan
Hak pencipta untuk menggandakan ciptaannya, merupakan
penjabaran dari hak ekonomi pencipta, Bentuk penggandaan atau
perbanyakan ini dapat dilakukan secara tradisional maupun melalui
peralatan modem. Hak reproduksi ini juga mencakupperubahan
bentuk ciptaan satu ke ciptaan lainnya, misalnya rekaman musik,
pertunjukan drama, juga pembuatan duplikasi dalam rekaman suara
atau film.
2. Hak Adaptasi
Hak untuk mengadakan adaptasi dapat berupa penerjemahan dari
bahasa satu ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari
nondramatik, mengubah menjadi cerita fiksi dari karangan nontlksi,
atau sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi Berne maupun
Konvensi Universal.
3. Hak Distribusi
Hak Distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk
menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya, penyebaran
tersebut dapat berupa bentuk penjualan, penyewaan, atau bentuk lain
yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal masyarakat.
4. Hak Penampilan
Hak untuk menyajikan (mempresentasikan) baik secara visual atau
presentasi suara.
5. Hak Penyiaran
Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu
ciptaan oleh peralatan kabel.
6. Hak Program Kabel
Budi Santoso, Op.Cit, him 43.

26

Contohnya, badan penyiaran televisi mempunyai suatu studio
tertentu kemudian menyiarkan programnya melalui kabel ke pesawat
pelangganjadi siaran ini bersifat komersil.
7. Droit den Suite
Droit de Suite adalah hak pencipta yang bersifat kebendaan.
8. Hak Pinjam Masyarakat
Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya disimpan di
perpustakaan, maka si pencipta berhak atas suatu pembayaran
tertentu karena karya yang diciptakannya sering dipinjam oleh
masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut.^^'
D. Peralihan Hak Cipta
Sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor
28 Tahun 2014 bahwa "Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan baik
seluruhnya atau sebagian karena pewarisan, hibah, perjanjian tertulis atau
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh Perundang-undangan".
Hak Cipta tidak dapat dialihkan secara lisan, harus dengan akta
otentik atau bawah tangan. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa dalam
kaitan dengan penyerahan, Hak Cipta tergolong mempunyai sifat benda
tidak bergerak.^"^^

E. Pendaftaran Hak Cipta
Pendaftaran Ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, dan timbulnya Perlindungan hukum
suatu Ciptaan dimulai sejak Ciptaan itu ada (terwujud) dan bukan karena
Budi Agus Riswandi dan M,Syamsudin, Op.cit, hlm.4-7.
Budi Agus Riswandi dan M,Syamsudin, Op.cit, hlm.9

27

pendaftaran. Hal ini berarti suatu Ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak
terdaftar tetap dilindungi.
Orang yang mendaftarkan suatu Ciptaan dianggap sebagai
Penciptanya sampai dapat dibuktikan sebaliknya dimuka pengadilan negeri
bahwa si pendaftar bukan penciptanya. Pendaftaran Ciptaan dalam Undangundang Hak Cipta dilakukan secara Pasif, artinya bahwa semua
permohonan pendaftaran diterima dengan tidak terlalu mengadakan
penelitian mengenai hak pemohon kecuali kalau sudah jelas ada
pelanggaran Hak Cipta. Sistem pendaftaran yang demikian disebut sistem
Deklaratif.^**'
Manfaat pendaftaran hak cipta yaitu pendaftar dianggap sebagai
pencipta sampai ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya di
pengadilan. Pendaftar menikmati perlindungan hukum sampai adanya
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa
pihak lain (bukan Pendaftar) yang menjadi pencipta.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatur mengenai
pendaftaran Hak Cipta, yaitu dari Pasal 35 sampai dengan Pasal 44.
Pendaftaran Hak Cipta bertujuan agar memudahkan pembuktian dalam
suatu sengketa mengenai Hak Cipta. Dalam hal permohonan diajukan lebih
dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak
atas suatu Ciptaan. Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi akta atau
surat keterangan tertulis. Dalam Daftar Umum Ciptaan dimuat beberapa hal
yaitu :

Richard Burton simatupang, Op.Cit, him 65
Richard Burton simatupang, Op.Cil, him 73

28

- Nama Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
-

Tanggal Penerimaan Surat Permohonan

-

Tanggal lengkapnya persyaratan

- Nomor pendaftaran Ciptaan
-

Pendaftaran diumumkan dalam berita resmi Ciptaan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Surat permohonan pendaftaran Ciptaan ditandatangani Pemohon

atau kuasanya agar Ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya itu
didaftarkan dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Hak Cipta.
Apabila permohonan pendaftaran Ciptaan itu setelah diperiksa petugas
temyata tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka Direktorat
Hak Cipta atas nama Menteri kehakiman dan HAM memberitahukan secara
tertulis kepada Pemohon agar melengkapi syarat yang kurang. Apabila
dalam batas waktu yang telah ditentukan (tiga bulan sejak tanggal
pengiriman pemberitahuan), Pemohon tidak memenuhi syarat yang
ditentukan, maka permohonannya menjadi batal demi hukum.
Pendaftaran suatu Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat
diterimanya permohonan pendaftaran secara lengkap. Pendaftaran yang
telah dilakukan tersebut akan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.

29

F. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta
Penanganan terhadap pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
dapat diselesaikan secara Perdata, pidana ataupun diselesaikan diluar
persidangan. Penanganan secara perdata dapat berupa ganti kerugian,
penghentian semua kegiatan pelanggaran, dilakukan di Pengadilan Niaga.
Sedangkan penanganan secara Pidana dapat berupa persoalan antar bangsa
mengenai Delik Aduan dan peningkatan sanksi pidana, dilakukan di
Pengadilan Negeri.
Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti mgi kepada
Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan
terhadap hasil ciptaannya, dengan tata cara sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan penetapan sementara ke pengadilan niaga
dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan
bukti kuat adanya pelanggaran. Penetapan sementara ditujukan
untuk :
- mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak cipta, khususnya
mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta
atau hak terkait ke dalam jalur perdagangtm, tennasuk tindakan
importasi; dan
- menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta
atau hak terkait tersebut guna menhindari terjadinya penghilangan
barang bukti.
2. Mengajukan gugatan ganti rugi ke pengadilan niaga atas
pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda
yang diumumkan atau hasil perbanyakannya.
3. Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik Polri atau
Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI).^*"
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatur mengenai
Penyelesaian Sengketa Hak Cipta pada Pasal 55 sampai dengan Pasal 66.

Muhamad Firmansyah, Op.Cit, hlm-22.

30

Pasal 55 menyebutkan bahwa Penyerahan Hak Cipta atas seluruh
Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta atau ahli
warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya :
a. meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu;
b. mencantumkan nama Pencipta pada Ciptaannya;
c. mengganti atau mengubah judul Ciptaan; atau
d. mengubah isi Ciptaan.
Apabila Pemegang Hak Cipta mengalami kerugian atas suatu hal
atau telah terjadinya suatu pelanggaran terhadap Ciptaan, maka Pemegang
Hak Cipta dapat mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga
atas pelanggaran Hak Ciptaannya dan meminta penyitaan terhadap benda
yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan tersebut. Namun hal
tersebut tidak berlaku bagi pihak yang dengan itikad baik memperoleh
Ciptaan tersebut semata-mata untuk keperluannya sendiri dan tidak
digunakan untuk suatu kegiatan komersial dan/atau kepentingan yang
berkaitan dengan kegiatan komersial.
Tata cara pengajuan gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diatur
dalam Pasal 60 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014, yaitu bahwa :
1) Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada Ketua
Pengadilan Niaga.
2) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada ayat (1) pada tanggal
gugatan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima

31

tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan
tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
3) Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga
paling lama 2 (dua) hari terhitung setelah gugatan didaftarkan.
4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah gugatan
didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan
hari sidang.
5) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu paling
lama 60 (enampuluh) hari setelah gugatan didaftarkan.
Pasal 61 dalam undang-undang ini juga menyebutkan bahwa :
1) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7
(tujuh) hari setelah gugatan didaftarkan.
2) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan
puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang
paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah
Agung.
3) Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari
putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dan apabila diminta dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun
terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.

32

4) Tsi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14
(empat belas) hari setelah putusan atas gugatan diucapkan.
Pihak yang dirugikan atas pelanggaran Hak Cipta dapat melakukan
cara penyelesaian dengan melalui arbitrase atau aitematif penyelesaian
sengketa tanpa harus mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 55 dan 56.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Lama Masa PerliDdungan Hukum Bagi Pengarang Terhadap
Hak Ciptanya Menurut Undang-Undang 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
Hak Cipta merupakan salah satu aspek hukum bisnis yang perlu
mendapat perhatian khusus yang merupakan bagian dari Hak Milik
Intelektual. Hak tersebut juga berkaitan erat dengan aspek hukum lainnya
seperti aspek teknologi dan ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa Hak
Milik Intelektual lahir atau hasil karena adanya intelektualitas seseorang
sebagai inti atau objek pengaturannya. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap hak ini pada dasamya merupakan