Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan oleh Penyewa Menurut Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

(1)

TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

MASMUR PURBA NIM : 110200548

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT

UNDANG –UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH: MASMUR PURBA

NIM : 110200548

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui/Diketahui Oleh:

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(WINDHA, S.H.,M.Hum) NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H.,C.N.,M.Hum Windha,S.H., M.Hum

NIP. 197002012002122001 NIP. 197501122005012002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT

UNDANG –UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Masmur Purba *) T. Keizerina Devi Azwar **)

Windha ***)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab pengelola mal terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh penyewa. Dalam hal ini, pengaturan mengenai hukum hak cipta di Indonesia telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan hukum hak cipta di Indonesia, bagaimana mengetahui pelanggaran hak cipta di mal dan bagaimana tanggung jawab pengelola mal terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh penyewa di tempat perdagangan yang dikelolanya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif yaitu dengan mencari data sekunder dengan mengacu kepada peraturan-peraturan yang ada sesuai dengan bidang kajian ilmu hukum dengan jalan meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terkait dengan permasalahan dalam skripsi ini. Keseluruhan data tersebut akan dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan realitas sosial dari fakta-fakta yang diketemukan, untuk selanjutnya dilakukan upaya analisis dengan mendasarkan kepada teori-teori yang terdapat dalam disiplin ilmu hukum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pihak yang membiarkan, mendukung, ataupun melakukan pelanggaran hak cipta akan dikenai sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 10 pengelola mal tidak dibenarkan dengan alasan apapun untuk membiarkan penyewanya memperjualbelikan atau melakukan penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di malnya. Bagi pengelola mal yang membiarkan penyewanya untuk memperjual belikan barang-barang hasil pelanggaran hak cipta baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, maka akan dikenai Pasal 114 UUHC, sehingga akan dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Kata Kunci : Tanggung Jawab, Pengelola Mal, Pelanggaran Hak Cipta.

*

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunianya yang telah memberikan hikmat dan kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis menghadapi berbagai hambatan, tetapi semuanya dapat penulis lalui atas berkat anugerah dan kasih setia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Yang Dilakukan Oleh Penyewa Mal Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Sempurna Purba dan Normalina Monica Sembiring yang tetap membawa penulis ke dalam doanya serta tiada hentinya memberikan perhatian, dukungan, nasihat, dan semangat serta kesabaran yang tidak ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dengan baik dan kepada adik-adik penulis Yahya Purba, S.E., Nico Purba, Josua Purba, dan Caroline Purba yang selalu menghibur penulis selama pengerjaan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan untuk mereka.

Ucapan terima kasih yang yang sebesar-besarnya juga Penulis haturkan kepada pihak-pihak berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;


(5)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing akademik;

6. Ibu Windha, S.H., M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi; 7. Bapak Alm. Ramli Siregar, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen

Hukum Ekonomi;

8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas waktu dan bimbingan yang Ibu berikan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;

9. Ibu Windha, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas waktu, saran, semangat, dan bimbingan yang Ibu berikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

10.Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11.Kepada Deasy Sonia Milala, S.I.Kom. terima kasih karna selalu ada dalam membantu, menemani, menghibur, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, kamu luar biasa.

12.Sahabat-sahabat Gaster, Choky Desrian Saragih, Tung Asido Malau, Arius Prima Lumban Batu, Syahputra Sibagariang, Dani Sinaga, Devid Lubis, Vincent Nadeak, Leader Tirta Silalahi, Rio S. Silalahi, Lambok Hutahuruk, Timoti, victor siahaan, Juanda Tampubolon, Ivan Halawa,


(6)

iv

Antonio Sidabutar, Guntur, Philip. Terima kasih buat kebersamaannya sejak awal kuliah.

13. Kepada Richard T.G.S, S.H., Michael Tan, S.H., Devid Juhenri, S.H., Juantha Barus, S.H., Fadillah Mahraini, S.H., Syafitri Ditami, S.H., Yuliana Siregar, S.H., terima kasih atas kebersamaannya selama perkuliahan, dan juga dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

14.Kepada jemaat GSRI Namo Gajah terimakasih buat dukungan dan doanya.

15.Terima kasih untuk seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan saran sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2015 Penulis

Masmur Purba Nim. 110200548


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI...………... i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI……….. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...……….... 1

B. Perumusan Masalah.………. 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 10

D. Keaslian Penulisan.………... 11

E. Tinjauan Kepustakaan.………. 12

F. Metode Penulisan .………... 14

G. Sistematika Penulisan.……… 16

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 A. Hak Cipta Sebagai Hak Kekayaan Intelektual.……… 19

B. Ciptaan yang Dilindungi dalam Hukum Hak Cipta di Indonesia…. 32

C. Pencatatan Hak Cipta.……….. 34

D. Pengalihan Hak Cipta……….. 39

E. Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia……….………... 45


(8)

vi

BAB III PELANGGARAN HAK CIPTA DI MAL

A. Hubungan Hukum Antara Pengelola, Penyewa Mal, dan

Pencipta……….... 60

B. Bentuk-bentuk Pelanggaran hak Cipta di Mal………. 69

C. Sanksi yang Diberikan Terhadap Pelaku Pelanggaran Hak Cipta di Mal………. 77

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA A. Bentuk Perjanjian antara Pengelola dan Penyewa Mal……….. 86

B. Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Oleh Penyewa Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta ………..…………... 89

C. Upaya Pengelola Mal dalam Pencegahan Pelanggaran Hak Cipta..………..…………...….…...… 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 99

B. Saran………...………. 100

DAFTAR PUSTAKA...……….. 102


(9)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT

UNDANG –UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Masmur Purba *) T. Keizerina Devi Azwar **)

Windha ***)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab pengelola mal terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh penyewa. Dalam hal ini, pengaturan mengenai hukum hak cipta di Indonesia telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan hukum hak cipta di Indonesia, bagaimana mengetahui pelanggaran hak cipta di mal dan bagaimana tanggung jawab pengelola mal terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh penyewa di tempat perdagangan yang dikelolanya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode hukum normatif yaitu dengan mencari data sekunder dengan mengacu kepada peraturan-peraturan yang ada sesuai dengan bidang kajian ilmu hukum dengan jalan meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terkait dengan permasalahan dalam skripsi ini. Keseluruhan data tersebut akan dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan realitas sosial dari fakta-fakta yang diketemukan, untuk selanjutnya dilakukan upaya analisis dengan mendasarkan kepada teori-teori yang terdapat dalam disiplin ilmu hukum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pihak yang membiarkan, mendukung, ataupun melakukan pelanggaran hak cipta akan dikenai sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 10 pengelola mal tidak dibenarkan dengan alasan apapun untuk membiarkan penyewanya memperjualbelikan atau melakukan penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di malnya. Bagi pengelola mal yang membiarkan penyewanya untuk memperjual belikan barang-barang hasil pelanggaran hak cipta baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, maka akan dikenai Pasal 114 UUHC, sehingga akan dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Kata Kunci : Tanggung Jawab, Pengelola Mal, Pelanggaran Hak Cipta.

*

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Kekayaaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) adalah padanan kata intellectual property rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul bagi hasil pemikiran yang dihasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. HKI bisa juga diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Prinsipnya, setiap orang harus memperoleh imbalan bagi kerja kerasnya.1

Dewasa ini, terjadi peningkatan kesadaran masyarakat mengenai penelaahan yang lebih seksama dalam upaya menciptakan system perlindungan HKI yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya mengenai kePengelolaan komunal masyarakat adat. Indikasi meningkatnya perhatian dan kesadaran masyarakat tercermin dari cukup tingginya permohonan HKI diajukan ke Dirjen KI (Kekayaan Intelektual).2

Pemanfaatan sumber daya genetis untuk berbagai kepentingan (antara lain sebagai bahan obat, makanan, minuman, pengawet, atau sebagai benih) yang semakin meningkat dengan dukungan perkembangan ilmu dibidang bioteknoligi, telah menarik perhatian perusahaan-perusahan besar di negara maju/berkembang. Sayangnya, pembagian keuntungan yang adil dan pengalihan teknologi yang sungguh-sungguh dari perusahaan besar tersebut ke negara penghasil/penyuplai

1

Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HKI (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), hlm. 2.

2


(11)

sumber daya genetis yang umumnya berasal dari negara berkembang, sejauh ini dirasa masih belum memadai. Adapun dalih yang banyak dipertentangkan yang telah dikemukakan oleh perusahaan maju tersebut adalah bahwa sumber daya genetis yang tersedia secara melimpah merupakan warisan leluhur yang dapat digunakan siapa saja dan kapan saja (common heritage of mankind).3

Orang lain yang dibiarkan memanfaatkan suatu karya dengan gratis maka dapat membuat fungsi ataupun manfaat dari suatu karya itu hanya dirasakan oleh orang lain, sedangkan pencipta dari karya itu hanya merasa lelah dan tidak memperoleh imbalan apa-apa. Hal tersebut akan membuat masyarakat enggan berfikir dan mencoba-coba untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya ataupun bagi orang lain.

Masyarakat mau berkreasi dan mengeluarkan ide dari hasil pemikiran mereka apabila mereka akan menerima suatu imbalan yang sesuai dengan karya yang telah diciptakannya. Dengan demikian, mereka akan berlomba-lomba untuk membuat dan menciptakan aneka penemuan atau karya baru dan pada akhirnya akan membawa namanya bangsanya yang akan beruntung karena terdorong maju oleh kreativitas masyarakatnya.

Pengembangan-pengembangan kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut merupakan perlindungan hak cipta. Perkembangan di bidang perdagangan industri dan investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas.4

3

Ibid., hlm. 133. 4

Tim Visi Yustisia, Panduan Resmi Hak Cipta (Jakarta Selatan :Visimedia, 2015), hlm. ix.


(12)

3

Masyarakat dapat menemukan bentuk ciptaan dimana-mana, baik di rumah, di jalan, di kantor, di sekolah, di kendaraan umum, maupun di tempat perbelanjaan seperti mal, supermarket dan pasar tradisional. Dengan memiliki hak cipta maka orang lain tidak boleh mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tanpa seizin penciptanya.

Menciptakan suatu karya cipta bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan maka dari itulah orang lain diwajibkan untuk menghormatinya dan hal ini merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dilalaikan begitu saja. Orang lain pasti sudah mengetahui sebuah karya cipta pasti ada penciptanya sehingga tidak dapat seenaknya mengatakan itu sebagai karyanya atau meniru ciptaan yang bukan karyanya.5

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC), hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Adapun pencipta merupakan seseorang atau beberpa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas atau pribadi. Sedangkan Ciptaan merupakan setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.6

Merujuk kepada pengertian tersebut, hak cipta merupakan hak khusus yang diberikan kepada pencipta atau pemegangnya untuk memperbanyak dan

5

Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2010), hlm.2.

6


(13)

menggandakan hasil karya ciptaannya. Pencipta juga berhak atas manfaat ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut.

Hak cipta merupakan salah satu bentuk hak kekayaan intelektual. Namun, hak cipta tidak sama dengan hak kekayaan intelektual lainnya, yaitu paten, merek, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, indikasi geografis, dan perlindungan varietas tanaman. Berbeda dengan hak kekayaan industri yang meliputi hak perlindungan di bidang teknologi dan desain, hak cipta memberikan perlindungan atas ciptaan dibidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.7

Campur tangan negara sangat diperlukan di bidang penciptaan dengan tujuan untuk menyeimbangkan antara kepentingan pencipta dengan kepentingan masyarakat dan juga kepentingan negara itu sendiri. Pencipta memiliki hak untuk mengontrol masyarakat dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, di lain pihak warga masyarakat dapat menggunakan ciptaan secara resmi dan menghindari peredaran barang bajakan, sedangkan negara kepentingannya dapat menjaga kelancaran dan keamanan masyarakat di bidang ciptaan.8

Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk dalam daftar Priority Wacth List yang di keluarkan oleh US Trade Representative. Priority Watch List merupakan daftar negara- negara di dunia yang teridentifikasi sebagai negara

7


(14)

5

dengan tingkat pembajakan yang tinggi. Selain Indonesia, negara yang termasuk juga ke dalam daftar tersebut adalah negara Tiongkok, India dan Rusia.9

Berbagai pelanggaran hak cipta masih banyak terjadi di negara kita, baik yang diselesaikan di pengadilan maupun tidak. Pelanggaran-pelanggaran itu antara lain, dapat dilihat di televisi berupa tiru-meniru bahan lawakan oleh para pelawak, di kaki lima sampai dipertokoan masih dijumpai kaset dan CD, DVD, dan VCD bajakan rekaman lagu dan film. CD (Compact Disc) adalah sebuah media penyimpanan yang berbentuk piringan yang digunakan untuk membuat film dengan resolusi kecil atau sebagai media transmisi software-software aplikasi sedangkan VCD (Video Compact Disc) merupakan bahan optik atau perangkat keras yang berisi program, berisi pesan atau info yang menampilkan gerak (visual), suara (audio), dengan maksud menyampaikan pesan atau info dari sumber kepada penerima. 10 DVD (Digital Video Disc) merupakan media penyimpanan optik yang popular yang digunakan untuk menyimpan video dan data, ukuran fisik standarnya sama dengan CD (Compact Disc), namun dengan kapasitas enam kali lipat dari CD.11Di samping itu bahkan di pusat perbelanjaan seperti mal juga sering menjadi tempat terjadinya pelanggaran hak cipta di bidang desain pakaiaan yang masih ada dan sama di sana-sini dengan produk yang berbeda, dan masih banyak yang lainnya.12

9Reska K. Nistanto, “Jual Software Bajakan, Mal Bisa Didenda Rp 100 Juta”,

http://tekno.kompas.com/read/2015/03/02/11410067/Jual.Software.Bajakan.Mal.Bisa.Didenda.R p.100.Juta (diakses pada tanggal 07 Maret 2015).

10Tri Dayanti , “Pengertian CD, DVD, VCD”,

http://tridayanti123.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-cddvdvcd.html (diakses pada tanggal 30 September 2015).

11Tri Dayanti, “Perbedaan CD, DVD, VCD”,

http://nengtri.blogspot.co.id/2012/05/perbedaan-cdvcddvd.html (diakses pada tanggal 30 September 2015).

12


(15)

Sangatlah mudah untuk menemukan barang-barang bajakan di Indonesia, terutama di Mal. Barang-barang tersebut berupa CD, baju, software, buku, lukisan, dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan betapa kurangnya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam memerangi pembajakan. Pemerintah telah berupaya untuk mengurangi angka pembajakan di Indonesia, namun di sisi lain masyarakat justru berperan aktif dalam menggunakan produk bajak tersebut, dengan alasan harga yang lebih murah dan sangat mudah untuk ditemukan.

Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 tahun 2014 telah disahkan pada Oktober 2014 lalu untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka diharapkan dapat menekan angka pembajakan didalam negeri terutama di sektor hak cipta. Selain itu, UUHC yang telah disahkan tersebut merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media publikasi dan komunikasi ciptaan secara global. Pada prinsipnya, revisi UUHC ini bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap pemilik hak cipta serta diharapkan dapat mendukung peningkatan perekonomian, khususnya dibidang industri kreatif.13

Penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hak cipta seringkali masih ragu-ragu. Pihak penegak hukum masih enggan bertindak tegas kepada pedagang yang menjual barang bajakan yang tidak memiliki izin, misalnya CD bajakan. Dengan harga sepuluh ribu rupiah saja, seseorang langsung dapat memiliki satu buah CD bajakan, hal itu bisa terjadi karena pertimbangan

13


(16)

7

masalah sosial ekonomi masyarakat yang cenderung lebih memilih untuk membeli kaset dengan harga yang murah dibandingkan dengan kaset kualitas tinggi yang harganya mahal.

Saat seseorang melihat sesuatu barang, misalnya kursi mungkin komentar orang terhadap barang tersebut pada umunya bernada datar “ah Cuma kursi untuk tempat duduk”, tetapi orang jarang berpikir bagaimana pertama kali seseorang dapat membuat rancangan sebuah kursi yang pada akhirnya berbentuk seperti angka 4 (empat) terbalik, tentu saja hal tersebut bukan sesuatu yang mudah dikerjakan. Demikian pula jika kita melihat sebuah karya tulis seseorang berupa “paper” biasanya seseorang memberi komentar dengan mudah, karena jumlah halamannya yang cuma beberapa lembar saja, namun untuk membuat karya tulis tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang gampang karena harus dapat menyajikan hal apa yang harus ditulis di dalam karya tulis tersebut. Kemudian judul apa yang dipilih karena judul tulisan harus dapat menggambarkan isinya secara keseluruhan. Setelah itu permasalahan apa yang akan diketengahkan dan bagaimana merumuskannya.14

Berdasarkan kedua contoh di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa dalam menciptakan sebuah karya cipta bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan karena sangat diperlukan kreativitas. Untuk itulah hukum hak cipta diperlukan, agar dapat melindungi hak-hak yang dimiliki oleh pemegang hak cipta dari suatu ciptaannya sehingga orang lain tidak dapat mencuri haknya dengan sembarangan. Mal sering digunakan sebagai tempat untuk bertransaksi barang bajakan. Hal ini dikarenakan tingginya minat masyarakat untuk berbelanja di Mal. Mal

14


(17)

adalah serapan dari Bahasa Inggris “Mall” yang diterjemahkan menjadi gedung yang berisi macam-macam toko dengan dihubungkan oleh lorong atau koridor.

Istilah Mall berangkat dari nama “The Mall” (1674) di Inggris. The Mall adalah jalanan yang ada di Istana Buckingham, Admiralty Arch, Trafalgar Square, St. James’ Park, House Guards Parades. The Mall dalam abad ke-20 merupakan jalan yang biasa digunakan acara seremonial kerajaan sebagai rute untuk melakukan parade. The Mall dibentuk supaya pejalan kaki dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Istilah Mall kemudian digunakan untuk suatu kawasan belanja yang terdapat dalam suatu ruangan yang dinaungi oleh atap. Sejarah mal dimulai pada abad ke-7 di ibukota Syria yang dikenal dengan nama Al-Hamidiyah Souq.

Mal dianggap sebagai tempat perbelanjaan yang lengkap, praktis, dan efisien. Hal ini dipandang sebagai suatu kesempatan yang besar oleh pedagang untuk mendapat keuntungan yang besar dengan modal yang kecil. Sehingga banyak pedagang yang memutuskan untuk menjual barang bajakan, karena harga yang ditawarkan lebih rendah dari harga yang asli tentu dapat menarik minat pembeli.15

Kurangnya sosialisasi mengenai pelanggaran hak cipta kepada para pengelola tempat perdagangan menyebabkan pengelola tempat perdagangan tanpa sengaja mengizinkan penyewa tempat perdagangan memperjualbelikan barang bajakan secara bebas dan terang-terangan. Hal inilah yang menyebabkan pelanggaran hak cipta tersebut tidak dapat dihindari oleh para pedagang terutama pedagang yang berada di tempat perbelanjaan tersebut.

15 Liza Maulida, “Sejarah Mall”, http://

maulbakiyah.blogspot.com/2011/04/sejarah-mall.html (diakses tanggal 10 Maret 2015).


(18)

9

Sanksi terhadap pelanggaran HKI selama ini belum menimbulkan efek jera bagi pelakunya sehingga tingkat pelanggarannya terus meningkat, meskipun pemerintah sudah memiliki perangkat undang-undangnya. Kendala lainnya yaitu terbatasnya aparat penegak hukum yang menangani masalah Hak Kekayaan Intelektual, ringannya putusan yang dijatuhkan oleh proses peradilan kepada pelanggar, sehingga tidak menimbulkan efek jera. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai dan mentaati hukum di bidang HKI dan terbatasnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi antar aparat penegak hukum dan instansi terkait dalam merumuskan serta menetapkan kebijakan strategis yang akan dijadikan target untuk menurunkan dan menghilangkan pelanggaran HKI, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghargai HKI orang lain. Berkurang atau hilangnya pelanggaran HKI di Indonesia, nantinya akan dapat menarik para investor khususnya investor dari luar negeri untuk menanamkan/membuka usaha di Indonesia baik di bidang Hak Cipta maupun di bidang HKI, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dalam skala makro akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.16

Disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disambut gembira oleh semua pihak, termasuk dari pelaku seni, musisi, perusahaan dagang, dan industri dan lain sebagainya. Adanya jaminan hukum yang pasti terhadap pelanggaran hak cipta diharapkan mampu memunculkan kreatifitas anak negeri untuk terus berprestasi dan menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di dunia internasional.

16Atang Setiawan, “

Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual”,

http://www.reskrimsus.metro.polri.go.id/info/informasi/Pelanggaran-Hak-Kekayaan-Intelektual (diakses pada tanggal 13 Juli 2015).


(19)

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat agar tidak membeli barang bajakan lagi. Sekaligus mengajak partisipasi aktif seluruh masyarakat Indonesia dalam memerangi pembajakan di Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis memuat rumusan masalah skripsi ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum hak cipta di Indonesia? 2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran hak cipta di Mal?

3. Bagaimanakah tanggung jawab pengelola mal terhadap penyewa yang melakukan pelanggaran hak cipta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum, pelanggaran dan penyelesaian hak cipta di Indonesia

2. Untuk mengetahui pelanggaran hak cipta di Mal

3. Untuk mengetahui tanggung jawab Pengelola mal terhadap penyewa yang melakukan pelanggaran hak cipta.

Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian ilmu hukum dan mampu memberikan konstribusi positif terhadap perkembangan ilmu mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum


(20)

11

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi serta diharapkan mampu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai tanggung jawab pengelola mal terhadap penyewa yang melakukan pelanggaran hak cipta .

3. Manfaat praktis

Melalui penelitian ini, diharapkan bisa memberikan pandangan dan pengetahuan kepada siapa saja mengenai penyelesaian kasus pelanggaran hukum hak cipta yang dilakukan oleh penyewa mal.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengamatan dan penelusuran diberbagai sumber, belum ada penelitian yang membahas mengenai “Tanggung Jawab Pengelola Mal terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Oleh Penyewa” sesuai dengan judul skripsi ini. Berhubung dengan disahkannya UUHC yang baru yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menggantikan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, dimana didalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tidak ada Pasal yang mengatur secara jelas mengenai tanggung jawab pengelola tempat perdagangan, sedangkan dalam UUHC yang baru sudah terdapat satu Pasal yakni Pasal 10, yang mengatur mengenai larangan bagi pengelola tempat perdagangan dalam membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan judul skripsi tersebut kepada


(21)

Arsip Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi Fakultas Hukum USU, yang menyatakan bahwa “Tidak Ada Judul yang Sama”. Surat keterangan tersebut merupakan bukti yang sah, yang brarti bahwa tidak ada judul skripsi yang sama dengan judul skripsi ini, berdasarkan surat pernyataan tersebut Bapak Ramli Siregar Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, menerima judul skripsi yang di ajukan. Maka berdasarkan hal itu wajarlah bila penelitian terhadap judul skripsi ini dilanjutkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Tanggung jawab dalam Kamus Umum Bahasa Besar Indonesia adalah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannyaitu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 17

17Naufal Muttaqien, “Mengenal Arti Kata Tanggung Jawab”,


(22)

http://www.kompasiana.com/nopalmtq/mengenal-arti-kata-tanggung-13

2. Pengertian pengelola menurut Balderton adalah orang yang menggerakkan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. 18

3. Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat.19

4. Definisi hak cipta berdasarkan Pasal 1 (1) UUHC Nomor 28 Tahun 2014, adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Definisi pencipta berdasarkan Pasal 1 (2) UUHC Nomor 28 Tahun 2014, adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

6. Definisi ciptaan berdasarkan Pasal 1 (3) UUHC Nomor 28 Tahun 2014, adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

7. Defenisi pemegang hak cipta berdasarkan Pasal 1 (4) UUHC Nomor 28 Tahun 2014, adalah pencipta sebagai Pengelola Hak Cipta, pihak yang

18

Ali, “Pengertian Pengelolaan, Pengertian Perencanaan dan Pengertian Pelaksanaan” http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-pengelolaan-perencanaan-dan.html#_ (diakses tanggal 3 Oktober 2015).

19

Supeno, “Pengertian Pelanggaran”

http://sarwonosupeno.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-pelanggaran.html (diakses tanggal 3 Oktober 2015).


(23)

menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. 8. Defenisi Pendistribusian berdasarkan Pasal 1 (17) UUHC Nomor 28 Tahun

2014, adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran Ciptaan dan /atau produk Hak Terkait.

9. Defenisi Pembajakan berdasarkan Pasal 1 (23) UUHC Nomor 28 Tahun 2014, adalah Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi.

10. Defenisi Ganti Rugi berdasarkan Pasal 1 (25) UUHC Nomor 28 Tahun 2014, adalah pembayaran sejumlah uang yang dibebankan kepada pelaku pelanggaran hak ekonomi Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau Pengelola Hak Terkait berdasarkan putusan pengadilan perkara perdata atau pidana yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian yang diderita Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau Pengelola Hak Terkait.

F. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah hukum normatif yaitu mencari data sekunder dengan mengacu kepada peraturan-peraturan yang ada sesuai dengan bidang kajian ilmu hukum dengan jalan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu


(24)

15

menggambarkan realitas sosial dari fakta-fakta yang diketemukan, untuk selanjutnya dilakukan upaya analisis dengan mendasarkan kepada teori-teori yang terdapat dalam disiplin ilmu hukum.

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma–norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang–undangan.

2. Bahan penelitian

Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadikan rujukan antara lain: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, yakni:

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian dan tulisan para ahli hukum berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tertier, yakni yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.


(25)

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Mendokumentasi semua bahan hukum yang terkait dengan penelitian, pada tahap ini penulis mengumpulkan peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah, dokumen, serta makalah yang relevan dengan masalah “Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Oleh Penyewa Menurut UUHC Nomor 28 Tahun 2014”.

b. Memilih dan memilah bahan hukum yang paling sesuai dengan topik penelitian, yaitu yang berkaitan dengan hak cipta.

c. Menyusun bahan-bahan yang telah dikumpulkan, pada tahap ini penulis menyusun bahan-bahan yang telah dipilih menjadi sebuah tulisan hukum yang dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. 4. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya serta relevan dengan permasalahan. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis, selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan dan penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini


(26)

17

dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan “Tanggung Jawab Pengelola Mal terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Oleh Penyewa.” BAB II PENGATURAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 28 TAHUN 2014

Pembahasan adalah seputar hak cipta sebagai hak kekayaan intelektual, hak-hak terkait dalam hak cipta yaitu penjelasan mengenai hak cipta sebagai hak eksklusif, hak ekonomi, dan sebagai hak moral, ciptaan yang dilindungi dalam hukum hak cipta di Indonesia, dan bagaimana proses pencatatan hak cipta dan pengalihan hak cipta di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Selanjutnya juga akan dibahas mengenai perbuatan yang termasuk dalam pelanggaran hak cipta, bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta, sanksi yang diberikan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta.


(27)

Pembahasan dalam bab ini adalah hubungan hukum antara pengelola, penyewa mal dan pencipta, bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta di Mal dan bagaimana sanksi yang diberikan terhadap pelaku pelanggaran hak cipta di Mal.

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP

PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Pembahasan dalam bab ini adalah perjanjian antara pengelola mal dan penyewa, selanjutnya membahas bagaimana tanggung jawab pengelola mal terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh penyewa menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, serta bagaimana upaya pengelola mal dalam pencegahan pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan miliknya.

BAB V PENUTUP

Pembahasan dalam bab ini adalah kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis ciptakan dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.


(28)

19 BAB II

PENGATURAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

A. Hak Cipta Sebagai Hak Kekayaan Intelektual

Hak cipta merupakan salah satu bentuk hak kekayaan intelektual. Namun, hak cipta tidak sama dengan hak kekayaan intelektual lainnya, yaitu paten, merek, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, indikasi geografis, dan perlindungan varietas tanaman. 20 Hak cipta memberikan perlindungan atas ciptaan-ciptaan dibidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain melakukannya.21

Hak kekayaan intelektual adalah hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasanya, yang termasuk dalam lingkup HKI segala karya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan melalui akal atau daya pikir seseorang atau manusia. Hal inilah yang membedakan HKI dengan hak-hak milik lainnya yang diperoleh dari alam.22

Hak kekayaan intelektual sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai undang-undang tentang hak kekayaan intelektual yang sebenarnya merupakan pemberlakuan peraturan perundang-undangan pemerintahan Hindia Belanda yang

20

Tim Visi Yustisia, Op.Cit., hlm. x.

21

Ibid.,

22

Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual (Bandung :PT. Alumni, 2003), hlm. 2.


(29)

berlaku di Negeri Belanda, diberlakukan di Indonesia sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan prinsip konkordansi.

Masa itu, bidang HKI mendapat pengakuan baru 3 (tiga) bidang hak kekayaan intelektual, yaitu bidang hak cipta, merek dagang, dan industri, serta paten. Adapun peraturan perundang-undangan Belanda bidang HKI adalah sebagai berikut:

1. Auterswet 1912 (Undang-undang Hak Pengarang 1912, UUHC; S. 1912-600)

2. Reglement Industriele eigendom kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik

Industrial Kolonial 1912; S. 1912-545 jo. S. 1913-214)

3. Octrooiwet 1910 (Undang-Undang Paten, 1910; S. 1910-33, yis. S. 1911-33,S.1922-54).

Secara hukum HKI dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1 Hak cipta,

Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, antara lain:

a. Buku, pamphlet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya.

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d. Lagu dan/atau musik dengan/atau tanpa teks.

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase.


(30)

21

g. Karya seni terapan h. Karya arsitektur i. Peta

j. Karya seni batik, atau seni motif lain k. Karya fotografi

l. Potret

m. Karya sinematografi

n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil tranformasi

o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional

p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program computer maupun media lainnya

q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli

r. Permainan video dan s. Program komputer 2 Hak kekayaan industri

Adapun yang menjadi hak kekayaan industri antara lain: a. Paten

b. Merek atau merek dagang c. Desain industri

d. Desain tata letak sirkuit terpadu e. Rahasia dagang


(31)

f. Varietas tanaman

Sesuai dengan judul skripsi ini, maka yang akan dibahas lebih mendalam adalah mengenai hak cipta. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili didalam ciptaan tersebut.23

Hak Cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan Hak Atas Kekayaan Intelektual yang pengaturannya terdapat dalam ilmu hukum dan dinamakan Hukum HKI. Menurut Pasal 1 (1) UUHC, pengertian hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Ciptaan adalah setiap hasil karya ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.24 Hak cipta tidak melindungi ide, akan tetapi melindungi ekspresi dari hasil karya cipta tersebut, yang dalam hal ini tidak termasuk metode dan rumus-rumus ilmiah. Bentuk ekspresi hasil karya cipta diantaranya:25

1. Visual, misalnya gambar, sketsa, lukisan, 2. Suara, misalnya nyanyian, alat musik, 3. Tulisan, misalnya tesis, novel, puisi,

23

Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op.Cit., hlm. 15.

24


(32)

23

4. Gerakan, misalnya tarian, senam.

5. Tiga dimensi, misalnya patung, pahatan, ukiran, 6. Multimedia, misalnya film, animasi, program televisi.

Sementara itu, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta, yaitu orang yang namanya: 26

1. Disebut dalam ciptaan,

2. Dinyatakan sebagai pencipta pada suatu ciptaan, 3. Disebutkan dalam surat pencatatan ciptaan, dan

4. Tercantum dalam daftar umum ciptaan sebagai pencipta.

UUHC sudah beberapa kali mengalami perubahan, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 yang telah diubah pada tahun 1987 (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987), tahun 1997 (Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997), tahun 2002 (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002), dan terakhir pada tahun 2014 ( Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014).

Hak cipta merupakan hak eklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi, sebagai berikut:

1. Hak cipta sebagai hak eksklusif

Berdasarkan pengertian hak cipta menurut Pasal 1 UUHC, dapat diketahui bahwa hak cipta sebagai hak eksklusif melekat erat kepada pengelolanya atau pemegangnya yang merupakan kekuasaan pribadi atas ciptaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak cipta kecuali

26


(33)

atas izin pemegangnya. Hal ini dilatarbelakangani oleh pemikiran, bahwa untuk menciptakan suatu ciptaan merupakan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Menciptakan sesuatu ciptaan diawali dengan mencari inspirasi terlebih dahulu dan setelah mendapatkan inspirasi kemudian menggunakan sebuah pemikiran untuk dapat mewujudkan ciptaan.

Hak eksklusif dalam hal ini adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.27

Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta yang merupakan hak eksklusif.28 Dengan hak ekslusif yang dimiliki oleh pencipta, orang lain tidak boleh meniru ataupun menjiplak ciptaan tersebut secara sembarangan karena setiap ciptaan pasti memiliki pencipta. Jika hendak meniru suatu ciptaan hendaknya harus meminta izin terlebih dahulu dari pencipta tersebut.

Munculnya hak ekslusif setelah sebuah ciptaan diwujudkan dan sejak saat itu hak tersebut mulai dapat dilaksanakan. Dengan hak ekslusif seorang pencipta atau pemegang hak cipta mempunyai hak untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaannya serta memberi izin kepada pihak lain untuk melakukan perbuataan tersebut. Sebuah ciptaan yang telah diwujudkan bentuknya oleh seorang pencipta yang sekaligus sebagai pemegang hak cipta dapat mengumumkan dengan cara seperti melakukan pameran atau pementasan sehingga diketahui oleh orang lain.29

27

Airlangga University Press, “Hak Cipta”, http://www.aup.unair.ac.id/hak-cipta/ (diakses tanggal 1 Oktober 2015).

28

Tim Visi Yustisia, Op.Cit., hlm. 5.

29


(34)

25

Disisi lain apabila pencipta mengetahui bahwa ciptaannya di tiru oleh orang lain bahkan diperdagangkan maka ia berhak untuk melarangnya dan menggugat orang tersebut ke Pengadilan Niaga. Selain itu pihak korban juga berhak melaporkan hal tersebut kepada petugas yang berwenang agar kasus pelanggaran hak cipta dapat diproses menurut ketentuan pidana.

2. Hak cipta sebagai hak ekonomi

Hak cipta tergolong ke dalam hak ekonomi yang merupakan hak khusus pada HKI. Adapun yang disebut dengan hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas HKI. Dikatakan sebagai hak ekonomi karena HKI termasuk sebuah benda yang dapat dinilai dengan uang.

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi terhadap ciptaannya untuk melakukan hal-hal yang mencakup:30

a. Penerbitan ciptaan,

b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya, c. penerjemahan ciptaan,

d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan, e. pendistribusian ciptaan atau salinannya,

f. pertunjukan ciptaan, g. pengumuman ciptaan,

h. pengomunikasian ciptaan, dan i. penyewaan ciptaan.

30


(35)

Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif sebagaimana yang telah dituliskan di atas. Dimana seorang pencipta ataupun pemegang hak cipta dapat melakukan kegiatan memperbanyak hasil ciptaannya dan selanjutnya diperjualbelikan dipasaran, maka dari hasil penjualan tersebut ia memperoleh keuntungan materi.

Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta. Sementara itu, setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melaksanakan hak ekonomi dari suatu ciptaan, dilarang melakukan penggandaan atau penggunaan ciptaan tersebut secara komersial. 31

Setiap ciptaan dalam daftar umum ciptaan memiliki masa berlaku atas perlindungan hak cipta. Berikut adalah uraian masa berlaku hak ekonomi atas perlindungan hak cipta.

Masa berlaku hak ekonomi tergantung kepada jenis ciptaannya. Jenis ciptaan tersebut dimasukkan kedalam lima kelompok, yaitu:32

1. Kelompok I

Jenis ciptaan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah a. buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya, b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya,

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan,

d. lagu atau alat musik dengan atau tanpa teks,

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim,

31


(36)

27

f. karya seni rupa dalam segala bentuk, seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase,

g. karya arsitektur, h. peta, dan

i. karya seni batik atau seni lainnya.

Masa berlaku kelompok I ini adalah

a. Selama hidup pencipta ditambah tujuh puluh tahun, setelah pencipta meninggal dunia terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. b. Apabila ciptaan tersebut dimiliki oleh dua orang atau lebih, perlindungan

hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir tambah tujuh puluh tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

c. Perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dimiliki atau dipegang badan hukum, masa berlakunya selama lima puluh tahun, sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

2. Kelompok II

Jenis ciptaan yang termasuk ke dalam kelompok II adalah a. karya fotografi,

b. potret,

c. karya sinematografi, d. permainan video, e. program computer, f. perwajahan karya tulis,


(37)

g. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi,

h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional,

i. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program computer maupun media lainnya,

j. kompilasi ekspresi budaya tradisional selam kompilasi tersebut merupakan karya yang asli

Masa berlaku kelompok II adalah

a. Selama 50 tahun, sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

b. Perlindungan hak cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku 25 tahun, sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

3. Kelompok III

Jenis ciptaan yang termasuk ke kelompok III adalah semua ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara.

Masa berlaku jenis ciptaan ini adalah tanpa batas waktu. 4. Kelompok IV

Jenis ciptaan yang termasuk kelompok IV adalah semua ciptaan yang penciptanya tidak diketahui, yang dipegang oleh negara.

Masa berlaku jenis ciptaan ini adalah selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.

5. Kelompok V

Jenis ciptaan yang termasuk kelompok V adalah semua ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pengumuman.


(38)

29

Masa berlaku jenis ciptaan ini adalah selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan penguman.

3. Hak cipta sebagai hak moral

Hak cipta tidak dapat lepas dari masalah moral, karena di dalam hak cipta itu melekat hak moral selama perlindungan hak cipta masih ada. Masalah moral muncul dikarenakan sudah sepantasnya setiap orang mempunyai keharusan untuk menghormati atau menghargai karya cipta orang lain. Setiap orang tidak boleh secara sembarangan mengambil ataupun mengubah karya ciptaan orang lain menjadi atas namanya sendiri.

Hak moral merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri pencipta untuk:33

a. tetap atau tidak mencantumkan namanya pada salinan yang sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum,

b. menggunakan nama alias atau samarannya,

c. mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat, d. mengubah judul dan anak judul ciptaan, dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hak yang bersifat merugikan reputasinya.

Sebagaimana yang tercantum dalam UUHC yang terbaru disebutkan bahwa ada beberapa hak moral yang melekat secara abadi pada diri pencipta yaitu:

a. Hak moral sebagaimana dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

33


(39)

1) Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum, 2) menggunakan nama aliasnya atau samarannya,

3) mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat, 4) mengubah judul dan anak judul ciptaan,

5) mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, multilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

b. Hak moral sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 (1) tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta meninggal dunia.

c. Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 (2), penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaannya dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah pencipta meninggal dunia. Oleh karena itu, untuk melindungi hak moral, pencipta dapat memiliki hal-hal yang dilarang untuk dihilangkan, diubah, atau dirusak, yaitu:34


(40)

31

a. Informasi manajemen hak cipta, meliputi informasi tentang metode atau system yang dapat mengidentifikasi orisinalitas substansi ciptaan dan penciptanya, serta kode informasi dan kode akses,

b. Informasi elektronik hak cipta, meliputi informasi tentang suatu ciptaan yang muncul dan melekat secara elektronik dalam hubungan dengan kegiatan pengumuman ciptaan, nama pencipta dan nama samarannya, pencipta sebagai pemegang hak cipta, masa dan penggunaan kondisi ciptaan, nomor dan kode informasi.

Kepemilikanan atas hak cipta dapat dipindahkan kepada pihak lain tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki sang pencipta atas hasil ciptaannya, dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya.35

Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal tetap atau tidak mencantumkan namanya pada salinan yang sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum, menggunakan nama alias atau samarannya, serta mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan reputasinya. Sementara itu, hak moral pencipta untuk mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat serta mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan.36

35

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Bandung :PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 74.

36


(41)

B. Ciptaan yang Dilindungi dalam Hukum Hak Cipta di Indonesia

Menurut L.J Taylor dalam bukunya Copyright For Librarians menyatakan bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide. Jadi, bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih merupakan gagasan.37

Ciptaan yang dilindungi sebagaimana yang dimuat dalam UUHC meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang terdiri atas:38

1. Buku, pamphlet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya.

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 4. Lagu dan/atau musik dengan/atau tanpa teks.

5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim.

6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase.

7. Karya seni terapan. 8. Karya arsitektur. 9. Peta.

10.Karya seni batik, atau seni motif lain. 11.Karya fotografi.

12.Potret.

13.Karya sinematografi.

37


(42)

33

14.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil tranformasi.

15.Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional.

16.Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program computer maupun media lainnya.

17.Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli.

18.Permainan video dan 19.Program computer.

Namun, selain ciptaan yang dilindungi diatas terdapat pula hasil karya yang tidak dilindungi oleh hak cipta, yakni: 39

1. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata

2. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan, atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah ciptaan

3. Alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungsional. Pasal 42 UUHC menjelaskan bahwa tidak ada hak cipta atas hasil karya berupa:

Hasil rapat terbuka lembaga negara 1. Peraturan perundang-undangan

2. Pidato ketatanegaraan atau pidato pejabat pemerintah

39


(43)

3. Putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan 4. Kitab suci atau simbol keagamaan.

C. Pencatatan Hak Cipta

Kebutuhan masyarakat akan eksistensi dan pengembangan produk, pelatihan, kerja sama, dan kelembagaan perlu dipenuhi supaya mereka tetap dapat berjuang mengembangkan usahanya jangan sampai usahanya hancur karena mengejar perolehan HKI yang memakan waktu panjang dan memakan biaya yang mahal. 40 Oleh karenanya, Pemerintah menetapkan tahap-tahap yang harus dilakukan ketika ingin mencatatkan ciptaan. Meskipun UUHC tidak mewajibkan suatu ciptaan untuk dicatatkan, undang-undang mengatur secara khusus ketentuan mengenai pencatatan ciptaan yakni dalam Pasal 66 sampai Pasal 73 UUHC. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:41

1. Mengajukan permohonan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait atau kuasanya kepada menteri.

2. Permohonan tersebut dapat dilakukan secara elektronik maupun non elektronik dengan menyertakan contoh ciptaan, produk hak terkait, atau penggantinya, serta melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan hak terkait.

3. Membayar biaya sesuai dengan yang sudah ditentukan.

4. Bagi permohonan yang diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon harus dituliskan semua dengan menetapkan satu alamat pemohon yang terpilih.

40

Endang Purwaningsih, Op.Cit., hlm. 126.

41


(44)

35

5. Apabila pemohon berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, permohonan wajib dilakukan melalui konsultan kekayaan intelektual yang terdaftar sebagai kuasa.

6. Selanjutnya menteri akan melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ciptaan atau produk hak terkait yang dimohonkan tersebut secara esensial sama atau tidak sama dengan ciptaan yang tercatat dalam daftar umum ciptaan atau objek kekayaan intelektual lainnya.

7. Menteri memberikan keputusan menerima atau menolak permohonan dalam waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan yang memenuhi persyaratan.

Simbol hak cipta -©- biasanya digunakan untuk mengidentifikasi pemegang hak cipta dan mengingatkan masyarakat bahwa karya tersebut memperoleh perlindungan hak cipta. Pemegang hak cipta dapat mencantumkan tanda ini pada karya cipta mereka walaupun sama sekali tidak ada kewajiban mengenai hal ini.

Orang yang melakukan pencatatan hak cipta untuk pertama kalinya tidak berarti sebagai pemilik hak yang sah karena bilamana ada orang lain yang dapat membuktikan bahwa itu adalah haknya maka, kekuatan hukum dari suatu pencatatkan ciptaan tersebut dapat dihapuskan. Untuk itu pemegang hak cipta dapat mengajukan gugatan ganti rugi, meminta penyitaan, menyerahkan seluruhnya atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari pelanggaran hak cipta,


(45)

menghentikan kegiatan pengumuman, perbanyakan, pengedaran, dan penjualan ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.42

Mariam Darus mengatakan bahwa pencatatan itu tidak hanya semata-mata mengandung arti untuk memberikan alat bukti yang kuat akan tetapi juga menciptakan hak kebendaan. Hak kebendaan atas suatu benda untuk umum terjadi pada saat pencatatan itu dilakukan. Selama pencatatan belum terjadi, hak hanya mempunyai arti terhadap para pihak pribadi dan umum dianggap belum “mengetahui” perubahan status hukum atas hak yang dimaksudkan. Pengakuan dari masyarakat baru terjadi pada saat hak tersebut (milik) didaftarkan. 43

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh pencatatan dimaksudkan untuk membantu membuktikan kepemilikan. Adalah bijak mencatatkan ciptaan bernilai komersial atau penting dalam situasi tertentu karena sering kali muncul kesulitan untuk membuktikan kepemilikan di pengadilan. Ketidakmampuan untuk membuktikan kepemilikan secara meyakinkan sangat menetukan dalam kasus-kasus hak cipta di Indonesia.44

Adapun prosedur pencatatan hak cipta adalah sebagai berikut: 1. Mengisi formulir pencatatan

Permohonan pencatatan ciptaan diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM RI dengan cara mengisi formulir yang disediakan dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 2 (dua). Proses pencatatan juga dapat dilakukan dengan cara elektronik melalui situs e-hakcipta.dgip.go.id. Untuk pertama kali, pencatatan hak cipta secara elektronik hanya dapat dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah

42

OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 91.

43

Ibid., hlm. 92.

44


(46)

37

Kementrian hukum dan HAM, Konsultan HKI, Rektor Perguruan Tinggi, dan Ketua Sentra HKI yang telah terdaftar dan memiliki password.

Adapun, formulir pencatatan tersebut berisi:45 a. Nama, kewarganegaraan, dan alamat pencipta;

b. Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta; c. Nama, kewarganegaraan, dan alamat kuasa;

d. Jenis dan judul ciptaan;

e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali; f. Uraian ciptaan yang dibuat rangkap tiga.

Formulir pencatatan dibubuhi materai 6000 (pada lembar pertama) dan ditanda tangani oleh pemohon atau kuasa yang khusus dikuasakan.

2. Melampirkan contoh ciptaan dan uraian atas ciptaan yang dimohonkan. Pemohon wajib melampirkan contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Buku dan karya tulis lainnya : 2 (dua) buah yang telah dijilid dengan edisi terbaik. Apabila buku tersebut berisi foto seseorang harus disertai surat pernyataan tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya. b. Program komputer: 2 (dua) buah disket disertai buku petunjuk

pengoperasian dari program computer tersebut.

c. CD/VCD/DVD: 2 (dua) buah disertai dengan uraian ciptaannya. d. Alat peraga: 1 (satu) buah disertai dengan buku petunjuk.

e. Drama: 2 (dua) buah naskah tertulis atau rekamannya;

f. Tari (koreografi): 10 (sepuluh) buah gambar atau 2 (dua) buah rekamannya.

45


(47)

g. Pewayangan: 2 (dua) buah naskah tertulis atau rekamannya; pantomime: 10 (sepuluh) buah gambar atau 2 (dua) buah rekamannya.

h. Karya pertujukan: 2 (dua) buah rekamannya. i. Karya siaran: 2 (buah) rekamannya.

j. Seni Lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, dan gambar: masing-masing 10 (sepuluh) lembar berupa foto.

k. Seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan, dan kolase: masing-masing 10 (sepuluh) lembar berupa foto.

l. Arsitektur : 1 (satu) buah gambar arsitektur. m.Peta : 1 (satu) buah.

n. Fotografi : 10 (sepuluh) lembar; sinematografi: 2 (dua) buah rekamannya. o. Terjemahan : 2 (dua) buah naskah yang disertai izin dari pemegang hak

cipta.

p. Tafsir, saduran, dan bunga rampai: 2 (dua) buah naskah.

3. Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta atau pemegang hak cipta.

Pemohon wajib melampirkan foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti tertulis yang menerangkan tentang kewarganegaraan.

4. Melampirkan bukti badan hukum bila pemohon adalah badan hukum.

Apabila pemohon adalah suatu badan hukum, pada surat permohonannya harus dilampirkan salinan resmi akta pendirian badan hukum tersebut atau foto kopinya yang dilegalisasi notaris.

5. Melampirkan surat kuasa bila melalui kuasa.

Apabila permohonan diajukan dan ditanda tangani melalui seorang kuasa, surat pemohonan tersebut harus dilampirkan surat kuasa. Kuasa tersebut harus


(48)

39

warga Negara Republik Indonesia dan bertempat tinggal di dalam wilayah Republik Indonesia, sehingga pada permohonan pendaftaran tersebut harus melampirkan bukti yang menerangkan tentang kewarganegaraan kuasanya. 6. Membayar biaya permohonan.

Biaya permohonan yang dibebankan dalam pendaftaran dan biaya administratif lainnya perihal hak cipta merupakan penerimaan negara bukan pajak yang dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang penerimaan negara bukan pajak.

D. Pengalihan Hak Cipta

Hak cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud. hak cipta juga dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia serta dapat beralih atau dialihkan. Pengalihan hak cipta baik seluruh maupun sebagian, terjadi karena:

1. Pewarisan

Ketika seseorang meninggal dunia maka terutama warisan menjadi terbuka dan mulai saat itu terjadi peralihan harta kekayaan pewaris. Warisan merupakan salah satu bentuk pengalihan harta kekayaan karna dengan meninggalnya seseorang berakibat harta kekayaannya beralih kepada ahli warisnya.

Prinsipnya setiap orang dapat dipastikan mempunyai keluarga dan mempunyai harta kekayaan walaupun misalnya nilai hartanya tidak seberapa. Di samping itu ada kalanya dimana selam hidupnya pewaris memiliki hutang. Utang yang ditinggalkan pewaris merupakan kekayaannya, karna yang disebut harta


(49)

kekayaan itu meliputi aktiva dan pasiva yang berupa hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. 46

Pengalihan hak cipta yang terjadi karena pewarisan berlaku prinsip-perinsip hukum waris dimana ahli waris yang berhak untuk mewarisi kekayaan si pewaris adalah golongan pertama yakni anak dari si pewaris dan apa bila tidak ada barulah diberikan kepada golongan berikutnya. Jika ahli warisnya lebih dari satu orang tidak menjadi masalah dalam menerima warisan karna hak cipta dapat dimiliki secara bersama-sama.47

2. Hibah

Hibah merupakan sebuah perjanjian yang didasarkan atas kesepakatan. Meskipun berupa perjanjian namun hibah bukan sebagai perjanjian timbal-balik hak dan kewajiban para pihak melainkan perjanjian yang sepihak. Hibah adalah perjanjian penyerahan barang yang dibuat oleh penghibah kepada penerima hibah dan yang mempunyai janji hanyalah penghibah saja. Hibah yang telah diperjanjikan, apalagi yang telah dilaksanakan penyerahan barang yang dihibahkan, maka objek hibah tidak dapat ditarik kembali oleh penghibah. Walaupun perbuatan menghibahkan barang itu merupakan hak seseorang. 48

Pengalihan hak cipta dengan cara hibah dilakukan dengan cara pemegang hak cipta membuat akta hibah dihadapan seorang notaris. Apabila tidak paham caranya maka pemegang hak cipta mengutarakan niatnya kepada notaris yang nantinya langsung dibuatkan aktanya sehingga yang bersangkutan tinggal menandatangani akta bersama notaris dan para saksi yang biasanya pegawai notaris. Dengan dasar akta hibah tersebut penerima hibah sah sebagai pemegang

46

Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 30.

47


(50)

41

hak cipta atas suatu ciptaan yang pada akhirnya berhak menjalankan hak eksklusifnya. 49

3. Wakaf

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/ata menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.50 Hak cipta dianggap sebagai benda yang bergerak yang dapat beralih atau dialihkan baik secara keseluruhan maupun sebagian. Hak cipta termasuk dalam kategori benda bergerak yang merupakan harta benda yang tidak habis karena dikonsumsi oleh karena itu hak cipta dapat diwakafkan.

4. Wasiat

Harta kekayaan pewaris yang meninggal dunia menurut undang-undang adalah milik ahli warisnya, namun demikian ada pengecualian apabila si pewaris membuat surat wasiat. Menurut Pasal 875 KUH Perdata surat wasiat adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya untuk di kemudian hari setelah yang bersangkutan meninggal dunia. Pernyataan tersebut dapat dicabut kembali oleh pewaris sebelum ia meninggal dunia.51

Surat wasiat harus dibuat oleh pewaris dalam keadaan bebas artinya tidak ada paksaan untuk membuat surat tersebut. Di samping itu, dalam pembuatannya harus dengan itikad baik tidak didasarkan adanya penipuan atau akal licik.

49

Ibid., hlm. 33.

50

Lihat ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004.

51


(51)

Apabila tidak demikian menurut Pasal 893KUH perdata maka surat wasiat tersebut batal demi hukum.52

Pewaris yang telah meninggal dunia harus menyebutkan objek dari hak cipta tersebut baik itu ciptaan di bidang ilmu, seni, atau kebudayaan serta menjelaskan bentuknya. Apabila ciptaan pewaris telah didaftarkan di Dirjen HKI perlu disebutkan tanggal penerimaan pendaftaran ciptaan maupun nomor pendaftaran ciptaan yang telah terdaftar di daftar umum ciptaan.

Apabila penerima wasiat menolak wasiat maka surat wasiat tidak dapat dilaksanakan sehinga hak cipta yang merupakan harta peninggalan pewaris kembali kepada ahli waris yang berhak menerimanya.53

5. Perjanjian tertulis

Bentuk perjanjian tertulis tidak dijelaskan di dalam UUHC tetapi dapat dipahami bahwa perjanjian tertulis yang dimaksud adalah perjanjian yang bertimbal balik di mana kedua belah pihak yang melakukan perjanjian mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang saling bertimbal balik antara yang satu dengan yang lainnya. Bentuk perjanjian ini antara lain dapat berupa perjanjian jual beli atau perjanjian tukar menukar. Pemegang hak cipta dapat menjual hak ciptanya kepada orang lain, atau menukarkan hak ciptanya dengan barang yang lain.54

Pengalihan hak cipta yang dibuat secara perjanjian tertulis bertujuan untuk kepentingan pembuktian bahwa telah terjadi peralihan hak dari pemegang hak cipta kepada orang lain. Pada dasarnya perjanjian tertulis ini dibuat untuk kepentingan dikemudian hari apabila ada masalah atau sengketa dengan

52

Ibid., hlm. 33.

53


(52)

43

menunjukkan surat perjanjiannya akan lebih mudah membuktikan peristiwa yang telah terjadi.55

6. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan perundang undangan antara lain, pengalihan hak cipta yang disebabkan oleh putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, merger, akuisisi,atau pembubaran perusahaan atau badan badan hukum dimana terjadi penggabungan atau pemisahan asset perusahaan.56

Hak ekonomi suatu ciptaan tetap berada di tangan pencipta atau pemegang hak cipta, selama seluruh hak ekonomi tersebut tidak dialihkan kepada penerima pengalihan hak atas ciptaan. Hak ekonomi yang dialihkan pencipta atau pemegang hak cipta untuk seluruh atau sebahagian tidak dapat dialihkan untuk kedua kalinya oleh pencipta atau pemegang hak cipta yang sama. 57

Sebagai hak milik kebendaan hak cipta dapat beralih ataupun dialihkan baik status maupun penguasaannya, kepada orang lain. Pencipta atau pemegang hak cipta dapat mengalihkan hak cipta baik untuk seluruh hak yang melekat maupun sebagian dari hak itu kepada orang lain.

Pengalihan kepemilikan hak cipta sering kali lebih didasari oleh kebutuhan praktis. Misalnya, karena pencipta tidak dalam posisi yang memungkinkan atau tidak memiliki kemampuan untuk mengekploitasi sendiri ciptaannya. Seorang penulis novel akan merasa lebih baik bila menyerahkan hak ciptaannya kepada penerbit untuk melaksanakan pencetakan dan mengedarkan buku-bukunya. Demikian pula pencipta lagu yang akan dapat lebih berkonsentrasi pada aktivitas

55

Ibid., hlm. 38.

56

Lihat penjelasan Pasal 16 ayat 2 huruf f UUHC Nomor 24 Tahun 2014

57


(53)

kreatifnya ketimbang harus mengurus sendiri urusan-urusan teknis seperti penyewaan studio rekaman, pemilihan penyanyi, musisi, hingga proses perekaman, dan penggandaan serta pendistribusiannya yang memerlukan networking sampai ke tingkat pengecer hingga konsumen.58

Pengalihan hak atas pencatatan ciptaan dan produk hak terkait juga dapat beralih apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Pengalihan hak atas pencatatan ciptaan dan produk hak terkait dapat dilakukan jika seluruh hak cipta atas ciptaan tercatat dialihkan haknya kepada penerima hak.

2. Pengalihan Hak dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis dari kedua belah pihak atau penerima hak kepada menteri.

3. Pengalihak hak cipta dicatat dalam daftar umum ciptaan dengan dikenai biaya.59

Patut dicatat bahwa pengalihan hak cipta dapat pula dinyatakan tidak berlaku oleh pengadilan bila pelaksanaannya bertentangan dengan kebijakan di bidang perekonomian. Undang-undang hak cipta memiliki norma seperti itu yang dibakukan dalam pengaturan mengenai lisensi. Intinya berupa larangan bagi perjanjian lisensi untuk memuat ketentuan-ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia, atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

Kenyataannya bentuk-bentuk tindakan seperti itu sangat beragam. Diantaranya, perjanjian pengalihan hak cipta dikalangan musisi atau pencipta lagu dengan industri rekaman. Meski tidak banyak contoh ini pernah terjadi. Ketika itu,

58

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral (Yogyakarta: PT. Rajawali Pers, 2011), hlm. 98.


(54)

45

seorang pencipta lagu dan sekaligus penyanyi dikontrak oleh perusahaan rekaman untuk lima album. Dalam perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan rekaman dapat menghentikan kontrak itu setiap saat dengan pemberitahuan sebulan sebelumnya. Sekilas perjanjian itu terasa menjamin prospek kehidupan pencipta lagu itu. Tetapi pada kenyataannya perjanjian itu lebih menuntut komitmen total dari pencipta lagu kepada produser rekaman tanpa ada jaminan karya-karyanya akan diadakan pasaran. Perselisiahan akan timbul karena prosedur rekaman sering kali harus menunggu waktu yang dianggap tepat untuk mengedarkan hasil karya rekamannya pertimbangan yang murni bisnis seperti itu sering kali menjadi berlarut-larut dan cenderung merugikan kepentingan pencipta lagu.60

E. Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia

1. Perbuatan yang termasuk dalam pelanggaran hak cipta.

Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya yang dilindungi hak cipta, yang melanggar hak ekslusif pemegang hak cipta, seperti hak untuk mereproduksi, mendistribusikan, menampilkan, atau memamerkan, atau membuat karya turunan tanpa seizin pemegang hak cipta.61

Pelanggaran terjadi jika ada kesamaan antara dua ciptaan yang ada. Namun, pencipta atau pemegang hak cipta harus membuktikan bahwa karyanya telah dijiplak, atau karya lain tersebut berasal dari karyanya. Hak cipta tidak dilanggar jika karya-karya sejenis diproduksi secara independen, dalam hal ini masing-masing pencipta akan memperoleh hak cipta atas karya mereka.62

60

Henry Soelistyo, Op.Cit., hlm 100.

61

Tim Visi Yustisia, Op.Cit., hlm. 34

62


(1)

1. Keseluruhan biaya untuk menjalankan dan memberi pelayanan kepada PENYEWA, seperti: lift, air conditioning, termasuk perawatan dan perbaikannya jika terjadi gangguan atau kerusakan.

2. Keseluruhan biaya untuk ongkos property management, pengawasan serta administrasi di dalam gedung ( --- ), termasuk pegawai staf, penjaga keamanan, pegawai, pelayan, dan lainlainnya. 3. Keseluruhan biaya penerangan, daya listrik, sentral air condotioning di

luar ruang sewa.

4. Keseluruhan biaya perawatan dan pemeliharaan gedung untuk ongkos pemeliharaan kebersihan serta keindahan halaman dan tanaman di taman gedung.

Pasal 5

JANGKA WAKTU SEWA

Ayat 1

Jangka waktu sewa ditetapkan selama [( --- ) ( --- jumlah dalam huruf --- )] tahun terhitung tanggal [( ---- ) ( --- tanggal dalam huruf --- )] bulan ( ---) tahun [( ---) ( ---- tahundalam huruf )] hingga tanggal [( ---) ( ---tanggaldalamhuruf---)] bulan( ---) tahun [( ---)(----tahundalam huruf---)].

Ayat 2

Perjanjian sewa ini dapat diteruskan atau diperpanjang untuk jangka waktu [( --- ) ( ---- tahun dalam huruf --- ) tahun kemudian atau sesuai kesepakatan kedua belah pihak.


(2)

---,00) (--- jumlahuang dalam huruf ---)].

Ayat 2

PENYEWA wajib membayar keseluruhan harga sewa selama [( ) ( --- tahun dalam huruf --- ) tersebut di atas setelah penandatanganan Surat Perjanjian ini.

Pasal 7 PAJAK-PAJAK Ayat 1

PENYEWA dikenakan pajak-pajak:

1. Pajak Penjualan (PPn) sebesar [(--- ) % ( --- jumlah dalam huruf ---)] persen,

2. Pajak Jasa untuk tarif pelayanan atau service charge sebesar [(--- ) % ( - -- jumlah dalam huruf ---)] persen,

3. Pajak Pemerintah yang mungkin timbul akibat pemakaian RUANG SEWA.

Ayat 2

Keseluruhan biaya atas pajak-pajak tersebut wajib dibayarkan PENYEWA pada saat pembayaran sewa dan pembayaran tarif pelayanan atau service charge.

Ayat 3

PEMILIK akan bertanggung jawab penuh perihal pajak yang berhubungan dengan kepemilikan gedung sesuai Undang-Undang dan peraturan Pemerintah yang berlaku.


(3)

Pasal 8

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PENYEWA

PENYEWA berkewajiban penuh untuk:

1. Membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai dengan perjanjian ini. 2. Menggunakan RUANG SEWA sesuai dengan keperuntukannya secara

legal dan tidak bertentangan dengan hukum atau perundangundangan yang berlaku.

3. Turut memelihara dan menjaga semua fasilitas di dalam gedung ( ---) agar tetap dalam kondisi yang baik serta bersih. 4. Turut memelihara dan menjaga keamanan, kenyamanan, dan ketertiban di

dalam gedung, baik di sekitar RUANG SEWA maupun di dalam gedung secara keseluruhan.

5. Tidak menggunakan RUANG SEWA untuk tempat tinggal atau mengizinkan orang lain untuk tinggal.

6. Tidak menempatkan furniture atau perabot rumah tangga atau mesin-mesin yang beratnya melebihi [( --- ) ( --- jumlahberat dalam huruf --- )] kilogram per meter persegi.

7. Tidak menyimpan sesuatu yang berbahaya atau melanggar hukum atau perundang undangan yang berlaku, semisal: bahan peledak, amunisi, senjata api, dan lain-lainnya.

8. Tidak melakukan tindakan yang mengganggu atau mengakibatkan kerusakan, baik terhadap PEMILIK atau juga kepada para penyewa lainnya.

9. Membebaskan PEMILIK atas tuntutan dan ganti rugi atas kerugian atau kehilangan barang-barang milik PENYEWA karena kebakaran atau sebab lain, kecuali jika kebakaran atau sebab lain tersebut terbukti secara hukum dilakukan oleh pihak PEMILIK.


(4)

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMILIK

PEMILIK berkewajiban penuh untuk:

1. Memelihara semua fasilitas yang diserahkan untuk pemakaian PENYEWA dapat berfungsi dan dalam keadaan baik dan bersih.

2. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap PENYEWA.

3. Memberikan kenyamanan dan keamanan yang memadai hingga PENYEWA dapat melakukan aktifitasnya dengan tenang dan baik.

Pasal 10 TUNGGAKAN

Ayat 1

Apabila PENYEWA menunggak pembayaran sewa untuk lebih dari [( --- ) ( --- jumlah hari dalam huruf ---)] hari,maka terhadapnya dikenakan denda untuk setiap hari sebesar [(---) % ( --- jumlah dalam huruf ---)] persendariharga sewaperbulan.

Ayat 2

Besarnya biaya tunggakan PENYEWA akan dimasukkan pada pembayaran yang wajib dibayarkan PENYEWA.

Ayat 3

Apabila PENYEWA melakukan tunggakan [( --- ) ( --- jumlah dalam huruf --- )] berturut-turut, maka terhadapnya dapat dikenakan pembatalan sewa sesuai Pasal 11 perjanjian ini.


(5)

Pasal 11 PEMBATALAN

Ayat 1

PENYEWA dapat dikenakan pembatalan penyewaannya apabila PENYEWA melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. PENYEWA melakukan tunggakan [( --- ) ( --- jumlah dalam huruf -- ---- )] kali berturut-turut sesuai dengan pasal 10 ayat 3 tersebut di atas. 2. PENYEWA melakukan hal-hal yang terlarang untuk dilakukan di

dalam gedung sesuai Pasal 8 Surat Perjanjian ini.

Ayat 2

Sebelum melakukan pembatalan, PEMILIK berkewajiban untuk memberitahukan kepada PENYEWA secara tertulis dan kepada PENYEWA telah diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya tersebut dalam waktu [( --- ) ( --- jumlah hari dalam huruf --- )] hari dan PENYEWA tidak mampu memperbaiki kesalahannya.

Pasal 12 PENUTUP

Surat Perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak dengan dasar akal sehat dan pikiran sehat tanpa adanya paksaan maupun tekanan dari pihak-pihak manapun.

( --- tempat, tanggal, bulan, dan tahun ---)


(6)