A. Ruang Lingkup Hak Cipta - Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Industri Kreatif Di Indonesia

BAB II PERLINDUNGAN HAK CIPTA BILA DIKAITKAN DENGAN INDUSTRI KREATIF A. Ruang Lingkup Hak Cipta Hak cipta memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan hak-hak

  lainnya yang termasuk di dalam hak atas kekayaan intelektual. Di dalam pembahasan mengenai ruang lingkup hak cipta ini, penulis akan membahas mengenai pengertian hak cipta, tujuan hak cipta, serta fungsi dari hak cipta.

1. Pengertian Hak Cipta

  Istilah Hak Cipta dalam TRIP’s disebut sebagai “hak cipta dan hak-hak yang berkaitan” atau “copyright and related rights”, sedangkan dalam Konvensi Bern disebut “perlindungan terhadap karya-karya sastra dan seni” atau “protection of literary and artistic work ”.

  Pengertian mengenai masalah hak cipta sendiri sebenarnya sudah diungkap dalam beberapa doktrin yang silakukan oleh para pakar dan juga beberapa peraturan terdahulu maupun yang sekarang masih digunakan. Pada awalnya, istilah “hak cipta” diusulkan oleh Prof. St. Moh. Syah sebagai pengganti

   istilah “hak pengarang” yang kurang luas cakupan pengertiannya.

  Secara umum, ensiklopedia Wikipedia pun menyinggung mengenai masalah hak cipta ini. Hak cipta dalam ensiklopedia ini diartikan sebagai: “Hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan hak untuk menyalin suatu ciptaan. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak

  

  tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan.” Hak cipta merupakan istilah hukum untuk menyebut atau menamakan hasil kreasi atau hasil karya cipta manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni. Istilah tersebut adalah terjemahan dari istilah dalam Bahasa Inggris, yaitu copyright, yang padanannya dalam Bahasa Belanda adalah auteurrecht. Hak cipta sebagai bagian dari hak atas kekayaan intelektual pada awalnya dikenal pada negara-negara yang menganut sistem common law, yang dipakai untuk menggambarkan hak penggandaan dan/atau perbanyakan suatu karya cipta

   (copyright).

  Memahami hak cipta harus diawali dengan memahami konsep dasar hak cipta itu sendiri. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan imajinasi, kemampuan pikiran, kecekatan, keterampilan, ataupun keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Sangat jelas, pencipta dapat terdiri dari perorangan yang bersifat individual ataupun kelompok yang terdiri

  

dari beberapa orang secara bersama-sama.

  Pengaturan hak cipta pada awalnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 dan kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, yang kemudian disempurnakan kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997. Karena masih terdapat beberapa hal yang dirasakan 28 29 Ibid., hlm. 67.

  Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi kurang, maka pada Tahun 2002 disahkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang didalamnya terkandung beberapa prinsip dan ketentuan seperti yang tertuang dalam persetujuan TRIPs.

  Sebagai perbandingan dalam tulisan ini, maka perlu dicantumkan juga definisi hak cipta menurut Auteurswet 1912, yang dalam Pasal 1-nya menyebutkan bahwa:

  “Hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta atau hak yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan, dan kesenian untuk mengumumkan dan memperbanyak dan mengingat pembatasan-pembatasan yang

  

  ditentukan oleh undang-undang.” Kemudian Universal Copyright Convention dalam Pasal V menyatakan bahwa:

  “Hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan, dan memberi kuasa untuk membuat

  

  terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.” Saat ini di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang

  Hak Cipta, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, Pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa: “Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-

  

  pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Berdasarkan pada ketentuan diatas, maka hak cipta dapat didefinisikan sebagai:

  “Suatu hak monopoli untuk memperbanyak atau 31 mengumumkan ciptaan yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak Arif Lutviansori, Op. Cit., hlm. 68. cipta lainnya yang dalam implementasinya memperhatikan peraturan

  

  perundang-undangan yang berlaku.” Hak cipta adalah hak eksklusif (yang diberikan oleh pemerintah) untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau ciptaan. Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, karya tulis, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk

  

mencegah orang lain yang melakukannya.

  Melalui definisi hak cipta tersebut, dapat diketahui bahwa hak cipta yang merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual merupakan satu bagian dari

   benda tidak berwujud (immaterial).

  34 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 3. 35 Diambil dari Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia,

  Meski aturan atau definisi yang mengatur masalah hak cipta demikian beragam, namun dalam konteks penemuan hukum yang sah secara yuridis tetap yang dipakai adalah ketentuan hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dimana undang-undang inilah yang sampai

   sekarang masih berlaku secara nasional.

2. Tujuan dan Sifat Hak Cipta

  John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad-18, dalam kaitan antara hak cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa: “Hukum hak cipta memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seorang pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya, dan secara adil dikompensasikan untuk

  

  kontribusi kepada masyarakat.” Pada awalnya, Locke berbicara tentang right to intellectual property yang timbul sebagai konsekuensi logis dari orang bekerja. Pencipta, pengarang, inventor, atau apapun istilahnya sama seperti pekerja, sebagai imbalan atas pekerjaannya mereka diberi upah. Royalti yang diterima pencipta atau pengarang

   adalah upah karya intelektualnya.

  Intellectual property dirumuskan sebagai hak yang bersifat pribadi,

  sehingga timbul gagasan untuk melindunginya. Setiap karya manusia harus dihargai dan mendapat hak, sehingga intellectual property rights mendapat

   basisnya pada hak milik dalam arti umum, yakni hak milik sebagai hak asasi. 37 38 Ibid., hlm. 67.

  Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia: Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 52.

  Pendapat S. M. Stewart berikut ini agaknya cukup mewakili alasan mengapa hak cipta harus dilindungi dan dihargai:

  1. Alasan Keadilan (The Principle of Nature Justice) Pengarang adalah pencipta atau pembuat suatu karya yang merupakan ekspresi kepribadiannya. Sebaiknya, dia mampu memutuskan apakah dan bagaimanakah karyanya dipublikasikan serta mencegah kerugian atau perusakan karya intelektualnya. Pengarang, seperti pekerjaan lainnya yang diberi upah berupa royalti atas usahanya.

  2. Alasan Ekonomi (The Economic Argument) Di dunia modern, investasi sangat dibutuhkan untuk membuat suatu kreasi, seperti pekerjaan arsitektur atau mungkin film. Karena kreasi, semua pekerjaan secara praktis bertujuan untuk menyediakannya bagi publik, sehingga prosesnya juga, seperti publikasi dan distribusi buku atau rekaman juga mahal. Investasi tidak akan ada jika tidak ada harapan ganti rugi atau untung.

  3. Alasan Budaya (The Cultural Argument) Karya yang dihasilkan oleh pencipta merupakan aset nasional. Oleh karena itu, dorongan atau hadiah kreativitas adalah demi kepentingan publik sebagai suatu kontribusi terhadap pembangunan budaya nasional.

  4. Alasan Sosial (The Social Argument) Penyebaran karya-karya terhadap sejumlah orang membentuk hubungan (mata rantai) antara kelompok/tingkatan, kelompok rasial, kelompok usia, sehingga menciptakan perpaduan sosial. Pencipta dalam hal ini memberikan pelayanan sosial jika ide atau pengalaman para pencipta dapat disebarkan ke masyarakat luas dalam waktu singkat, berarti

   mereka memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial.

  Hak cipta itu ada, tetapi tidak nyata. Hak cipta memiliki bentuk, tetapi sesungguhnya tidak berwujud. Buku, karya lagu, lukisan, dan sebagainya memiliki bentuk nyata yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Semua itu adalah karya cipta, tetapi bukan hak cipta. Hak cipta adalah sesuatu hak yang muncul sesudah adanya karya yang memiliki bentuk, nyata, atau berwujud. Seperti dikatakan oleh Michael F. Flint:

  “Copyright is a right given to or derived from work, and is

  

not a right in novelty of ideas”.

  Sesuatu yang berwujud seperti buku dan kaset dapat lenyap, tetapi sampai kapan pun hak ciptanya tetap ada, walaupun masa berlaku hak ekonomi atas karya cipta tersebut sudah habis. Inilah keunikan hak cipta, sesuatu yang tidak berwujud, tetapi bernilai dan merupakan harta kekayaan yang bisa dialihkan dan seharusnya juga dapat dijaminkan. Hak cipta atas suatu karya dapat berkurang atau malah hilang nilai ekonominya karena masa berlakunya sudah kadaluarsa, tetapi tetap bisa dimanfaatkan untuk didapatkan nilai ekonomisnya.

  Dari segala keunikannya itu, maka dikenallah beberapa sifat dasar yang melekat pada hak cipta (The Nature of Copyright), yaitu:

1. Hak cipta adalah hak milik 2.

  Hak cipta adalah hak yang terbatas waktunya 3. Hak cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif 4. Hak cipta adalah sebuah kumpulan hak di dalam sebuah karya

  

  lain (dilisensikan) Memperhatikan beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19

  Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka akan ditemukan beberapa sifat dari hak cipta. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4. Beberapa sifat dari hak cipta tersebut diantaranya:

  1. Hak Eksklusif, yaitu hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya, sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.

  Dalam Pasal 2, terkandung tiga hak khusus, yaitu: a.

  Hak untuk mengumumkan ciptaan, mengumumkan artinya membacakan, menyuarakan, menyiarkan, atau menyebarkan ciptaan dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan itu dapat dibaca, didengar, atau dilihat oleh orang lain; b.

  Hak untuk memperbanyak ciptaan, yang dimaksud memperbanyak adalah menambah suatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama termasuk mengalih wujudkan sesuatu ciptaan; c.

  Hak untuk memberi izin, yaitu memberi lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaan. Perbuatan ini harus dilaksanakan dengan perjanjian tertulis dalam bentuk akta otentik atau tidak otentik. Perbuatan yang diizinkan untuk dilaksanakan adalah perbuatan yang secara tegas disebutkan dalam akta.

2. Hak Cipta dianggap sebagai Perbuatan Benda Bergerak

  Immaterial, Undang-undang menganggap hak kekayaan intelektual, khususnya hak cipta adalah benda bergerak tidak berwujud (intangible movable goods).

  Sebagai benda bergerak, hak cipta dapat dialihkan seluruh atau sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik negara, perjanjian yang harus dilakukan dengan akta, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu hanya mengenai wewenang yang disebut dalam akta. Oleh karena itu, hak cipta tidak dapat dialihkan secara lisan, melainkan secara tertulis dengan akta otentik atau akta di bawah tangan. Hak cipta yang beralih karena pewarisan terjadi berdasarkan ketentuan undang- undang, sehingga kepemilikan beralih kepada ahli waris karena ketentuan undang- undang, beralih secara otomatis sejak meninggalnya pemilik hak, meskipun dapat juga dialhikan dengan akta disaat pewaris hidup.

  3. Hak cipta dapat disita, hak cipta bersifat pribadi dan manunggal dengan diri pencipta, sehingga hak pribadi itu tidak dapat disita darinya, kecuali hak cipta tersebut diperoleh secara melawan hukum. Apabila pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hukum diancam dengan hukuman, maka hukuman ini

   tidak dapat mengenai hak cipta, tetapi yang dapat disita adalah hasil ciptaannya.

  Sifat hak cipta lainnya dapat dijumpai pada Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, bahwa hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh isinya maupun sebagian. Pengalihan hak cipta disini bisa karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Pengalihan ini sering disebut dengan transfer. Bunyi Pasal 3 ayat (2) tersebut adalah:

  Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena: a. pewarisan; b. hibah; c. wasiat; d. perjanjian Tertulis; atau e. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-

   undangan.

B. Hak-Hak Yang Dilahirkan Melalui Hak Cipta

1. Hak Ekonomi

  Hak ekonomi (economic right) adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas hak cipta. Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan hak ciptanya tersebut oleh dirinya sendiri, atau karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Ada 8 (delapan) jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu: a.

  Hak reproduksi (reproduction right), yaitu hak untuk menggandakan ciptaan. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menggunakan istilah “perbanyakan”.

  b.

  Hak adaptasi (adaptation right), yaitu hak untuk mengadakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada. Hak ini diatur dalam Bern

  Convention .

  c.

  Hak distribusi (distribution right), yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hal ini dimasukkan dalam hak mengumumkan.

  d.

  Hak pertunjukan (performance right), yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman, dan peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention .

  e.

  Hak penyiaran (broadcasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalam Undang-Undang

  Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hak ini dimasukkan dalam hak mengumumkan.

  f.

  Hak program kabel (cablecasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi, melainkan melalui kabel.

  g.

  Droit de suit, yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan.

  h.

  Hak pinjam masyarakat (public lending right), yaitu hak pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam

  Public Lending Right Act 1979 , The Public Lending Right Scheme

   1982 .

  Dalam konteks ke-Indonesiaan, hak ekonomi ini diatur di dalam Pasal

  2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menentukan sebagai berikut:

  1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  2. Pencipta dan/atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut

   untuk kepentingan yang bersifat komersial.

2. Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights)

  Disamping hak-hak diatas, ada juga dikenal hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta (neighbouring rights). Hak ini lebih ditujukan kepada bukan penciptanya, melainkan kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam publikasi ciptaan tersebut. Bahkan dalam praktik dunia Uni Eropa, pengaturan hak terkait tampak diperluas sampai kepada pihak yang menghasilkan ciptaan yang secara

   hukum tidak memenuhi syarat originality dan creativity.

  Pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta diadakan penambahan bab baru yang mengatur mengenai Hak-Hak yang Berkaitan dengan Hak Cipta atau yang sering disebut dengan istilah Neighbouring

  . Penambahan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu landasan yuridis

  Rights

  bagi Neighbouring Rights. Pemilik hak-hak tersebut antara lain, seperti pelaku yang menghasilkan karya pertunjukan, produser rekaman suara yang menghasilkan rekaman suara, dan lembaga penyiaran yang menghasilkan karya siaran. Selain ketentuan mengenai isi dari hak-hak tersebut, ditentukan juga mengenai jangka waktu bagi berlakunya hak-hak tersebut. Pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pun ketentuan ini tetap dipertahankan di dalam satu bab, yaitu pada Bab VII tentang Hak Terkait.

  Hak ini berasal dari hak cipta yang bersifat asli, yaitu hak eksklusif bagi pelaku (performer), yang dapat terdiri dari aktor/aktris film/televisi, pemusik, penari, pelawak, dan lain sebagainya untuk menyiarkan pertunjukan. Menyiarkan, maksudnya adalah menyewakan, melakukan pertunjukan umum, mengkomunikasikan pertunjukan langsung, dan mengkomunikasikan secara interaktif karya rekaman pelaku. Perlindungan terhadap neighbouring rights ini secara khusus hanya tertuju pada pihak yang berkecimpung dalam bidang pertunjukan, rekaman, dan badan penyiaran.

  

  (1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. Dapat kita lihat pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Bab VII mengenai Hak Terkait menyebutkan bahwa: (2)

  Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi. (3)

  Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui sistem elektromagnetik lain.

   Dari pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang

  berkecimpung dalam pertunjukan tersebut mempunyai hak antara lain: a. mengawasi penampilan yang digelar; b. mengawasi badan penyiaran yang menyiarkan penampilan yang digelar; 49 Ahmad M. Ramli dan Fathurahman, Film Independen, Dalam Perspektif Hukum Hak c. mengawasi reproduksi penampilan-penampilan berikutnya; dan

   d.

  mengawasi penyiaran rekaman kepada umum. Pihak yang berkecimpung dalam usaha rekaman atau produser rekaman memiliki hak, antara lain: a.

  Merekam ulang (reproduction right).

  b.

  Mempertunjukkan rekaman kepada umum (the public performance right ).

   c.

  Menyiarkan rekaman (broadcasting right). Sedangkan badan atau badan penyiaran memiliki hak sebagai berikut: a.

  Menyiarkan dan mereproduksi suatu ciptaan.

  b.

  Merekam suatu ciptaan.

   c.

  Menampilkan kepada umum. Selain isi dari hak-hak terkait tersebut, sudah disebutkan juga diatas bahwa di dalam Bab VII Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

  Cipta juga mengatur mengenai jangka waktu perlindungan bagi hak-hak tersebut. Dalam Pasal 50 disebutkan bahwa:

  (1) Jangka waktu perlindungan bagi: a.

  Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan kedalam media audio atau media audiovisual; b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut selesai direkam; c.

  Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali disiarkan. (2)

  Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak tanggal 1 Januari tahun 51 berikutnyasetelah: Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. Cit., hlm. 74. a.

  Karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau audiovisual; b.

  Karya rekaman suara selesai direkam;

   c.

  Karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali. Namun, untuk lebih jelasnya mengenai jangka waktu perlindungan ini akan penulis bahas pada bab selanjutnya, yaitu pada Bab IV mengenai Prosedur

  Mendapatkan Perlindungan Hukum dan Masa Berlakunya.

  Hak cipta dan hak terkait hanya dilanggar apabila benda berwujud dari hak terkait, seperti film, Compact Disc(CD), dan pita kaset yang mempunyai hak cipta diperbanyak atau digandakan secara langsung dalam bentuk yang sama

   dengan benda berwujud yang merupakan ciptaan asli.

C. Subyek Hak Cipta

  Menurut Vollmar, setiap makhluk hidup mempunyai wewenang berupa hak, yaitu kewenangan untuk mempunyai hak-hak dan setiap hak tentu

   mempunyai subyek hak sebagai pendukung hak tersebut.

  Prof. Mahadi berpendapat: “Setiap ada subyek tentu ada obyek, kedua-duanya tidak

   lepas antara satu dengan yang lainnya”.

  Jadi, jika dikaitkan dengan hak cipta, yang menjadi subyeknya adalah pemegang hak cipta itu sendiri ataupun penerima hak cipta tersebut. Berikut ini

  54 55 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Op. Cit., Pasal 50. 56 Ahmad M. Ramli dan Fathurahman, Op. Cit., hlm. 39.

  Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), penulis akan membahas siapa saja yang menjadi subyek hak cipta itu secara umum dan siapa saja yang termasuk subyek hak cipta di dalam industri kreatif.

1. Subyek Hak Cipta Secara Umum

  Subyek di dalam hak cipta adalah pemegang hak cipta yaitu, pencipta sebagai pemilik hak cipta atau orang lain yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut diatas, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang

  

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

  Berdasarkan Pasal 5 sampai Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang dapat digolongkan sebagai pencipta adalah: 1.

  Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan dan pengumuman resmi tentang pendaftaran pada Departemen Kehakiman; Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan; dan Orang yang berceramah pada ceramah yang tidak tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya; 2. Orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian ciptaan, atau jika tidak ada orang itu, orang itu menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing bagian ciptaannya, yaitu jika suatu ciptaan terdiri dari beberapa bagian tersebdiri yang diciptakan dua orang atau lebih;

  3. Orang yang merancang ciptaan, yaitu jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang; 4. Orang yang membuat ciptaan, yaitu dalam hubungan dinas, hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, kecuali diperjanjikan lain; 5. Badan hukum yang mengumumkan ciptaan dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, kecuali dibuktikan sebaliknya;

  6. Terhadap ciptaan yang tidak diketahui penciptanya, maka berlaku ketentuan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta: a.

  Apabila suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan, maka negara memegang hak cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan penciptanya; b. Negara memegang hak cipta atas karya prasejarah, sejarah, benda, budaya nasional, juga memegang hak cipta atas hasil kebudayaan rakyat yang telah menjadi milik bersama terhadap luar negeri; c.

  Apabila suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran penciptanya, maka penerbit memegang hak cipta atas

   ciptaan tersebut untuk kepentingan penciptanya.

  Hak cipta sebagai hak milik dalam penggunaannya harus dilandaskan atas fungsi sosial. Hal ini dinyatakan dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang menyebutkan bahwa:

  “Undang-undang ini selain dimasukkan unsur baru mengingat perkembangan teknologi, diletakkan juga unsur kepribadian Indonesia yang mengayomi baik kepentingan individu maupun masyarakat, sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kedua

  

  kepentingan dimaksud.” Atas pertimbangan inilah negara dapat sewaktu-waktu menjadi pemegang hak cipta. Tidak semua jenis hak cipta dapat dijadikan milik negara, hal ini tergantung pada fungsi kegunaan bagi negara.

  Menurut J. C. T. Simorangkir, bahwa: Istilah dapat dijadikan milik negara yang dipakai oleh

  Undang-Undang Hak Cipta, memberikan arti bahwa peralihan hak kepada negara itu hanya merupakan suatu kemungkinan saja. Bukan suatu kekhususan dan untuk itu harus dipenuhi beberapa syarat, yaitu: 1.

  Demi kepentingan negara.

  2. Dengan sepengetahuan pengarangnya.

  3. Dengan keputusan Presiden.

  4. Atas dasar pertimbangan Dewan Hak Cipta.

  5. Kepada pemegang Hak Cipta diberi imbalan penghargaan yang ditetapkan oleh Presiden. Selanjutnya menurut beliau, dengan dijadikan hak cipta, suatu karya menjadi milik negara setelah memenuhi segala macam persyaratan

   itu.

  Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta merumuskan tiga cara untuk menentukan siapa yang berhak menjadi

   pencipta dari suatu ciptaan. 59 Ibid., Pasal 5-10.

  Cara pertama, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

  Cipta merumuskan secara tegas siapa yang tergolong sebagai pencipta dari suatu ciptaan, yaitu orang yang namanya terdaftar sebagai pencipta; orang yang namanya disebut dalam ciptaan; orang yang namanya diumumkan dalam ciptaan; penceramah; orang yang memimpin serta mengawasipenyelesaian seluruh ciptaan yang terdiri atas beberapa bagian tersendiri; penghimpun seluruh ciptaan yang terdiri atas beberapa bagian tersendiri; perancang suatu ciptaan; lembaga instansi dari pembuat atau pembuat suatu ciptaan dalam lingkungan pekerjaannya atau hubungan dinas berdasarkan pesanan; pembuat suatu ciptaan dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan; dan badan hukum yang mengumumkan suatu

   ciptaan yang berasal darinya.

  Cara kedua, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

  Cipta merumuskan secara tidak tegas siapa yang tergolong sebagai pencipta dari suatu ciptaan. Orang yang bersangkutan dianggap sebagai pencipta suatu ciptaan, kecuali pihak lain dapat membuktikan sebaliknya, bahwa yang bersangkutan bukan penciptanya. Jadi, selama seseorang tidak terbukti sebaliknya, maka seseorang itu akan tetap dianggap sebagai pencipta dari suatu ciptaan, yaitu seseorang yang namanya terdaftar sebagai pencipta; seseorang yang namanya disebut dalam ciptaan; penceramah; dan badan hukum yang mengumumkan suatu

   ciptaan yang berasal darinya.

62 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2003), hlm. 117.

  Cara ketiga , Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

  Cipta menyerahkan kepada para pihak berdasarkan kesepakatan bersama untuk

   menentukan siapa yang menjadi pencipta dan pemegang hak ciptanya.

  Penggolongan lainnya terhadap pencipta dan pemegang hak cipta menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta antara lain:

  1. Pencipta, pemegang hak cipta adalah pencipta itu sendiri sebagai pemilik hak cipta atau orang yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut diatas.

  2. Pemerintah, seorang karyawan “Pegawai Negeri Sipil” yang dalam hubungan dinasnya dengan Instansi Pemerintah menciptakan suatu ciptaan dan ciptaan tersebut menjadi bagian dari tugas sehari-hari karyawan tersebut, tidak dianggap sebagai pencipta atau pemegang hak cipta, kecuali bila diperjanjikan lain. Yang menjadi pemegang hak cipta adalah Instansi Pemerintah tersebut.

3. Pegawai Swasta, lain halnya dengan seorang karyawan “Pegawai

  Perusahaan Swasta” yang dalam hubungan kerja dengan perusahaan menciptakan suatu ciptaan. Pencipta yang merupakan pihak yang membuat ciptaan itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali bila diperjanjikan lain antara kedua belah pihak.

  4. Pekerja Lepas, hak cipta atas suatu ciptaan yang dibuat berdasarkan pesanan berada di tangan yang membuat ciptaan itu. Yang membuat ciptaan itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali diperjanjikan lain antara kedua belah pihak perusahaan yang membayar pencipta untuk membuat suatu ciptaan berdasarkan pesanan pada umumnya mempunyai hak untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi ciptaan yang dibuat oleh pencipta sebagai ciptaan yang dipesan sesuai dengan maksud dan tujuannya.

5. Negara, negara juga menjadi pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan.

  Terhadap suatu ciptaan yang telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya dan/atau penerbitnya, negara untuk kepentingan penciptanya menjadi pemegang hak cipta berdasarkan Pasal 11 ayat (1), (2), dan (3). Negara juga menjadi pemegang hak cipta atas: a.

  Karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya; serta b.

  Folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.

  6. Pemegang Hak Cipta Potret, suatu potret atau foto yang dibuat seizin dari orang yang dipotret, jika diperbanyak atau diumumkan oleh pembuat potret sebagai pemegang hak cipta, harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret. Atau, izin ahli warisnya dalam jangka waktu 10 tahun setelah yang dipotret meninggal dunia. Jika suatu potret yang dibuat tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau tidak untuk kepentingan orang yang dipotret, pengumumannya tidak diperkenankan apabila bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari yang dipotret. Dapat terjadi seseorang yang telah dipotret tanpa sepengetahuan dirinya berada dalam keadaan yang merugikan dirinya sendiri.

  7. Beberapa Pencipta, suatu ciptaan dapat diciptakan oleh dua orang atau lebih. Maka, yang dianggap sebagai pencipta adalah pemimpin serta pengawas penyelesaian seluruh ciptaan. Jika tidak ada, maka orang yang menghimpunnya dianggap sebagai pencipta dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya. Sebagai contoh, suatu film serial lepas, masing-masing dari setiap seri film ada

   penciptanya yang mempunyai hak cipta secara otonom.

2. Subyek Hak Cipta Dalam Industri Kreatif

  Di dalam industri kreatif yang terdiri dari 14 subsektor terdapat berbagai macam subyek yang termasuk ke dalam subyek hak cipta. Berikut ini penulis akan memaparkan satu per satu subyek-subyek hak cipta dalam setiap subsektor industri kreatif.

a. Industri Periklanan

  Subyek serta obyek dalam industri periklanan adalah Pemasang iklan,

   Biro iklan, dan Target pendengar/pemirsa/pembaca. Perusahaan yang terkait 66 67 Asian Law Group Pty. Ltd., Op. Cit., hlm. 110.

  Tim Indonesia Design Power Departemen Perdagangan RI, Buku 2, Rencana dalam proses pembuatan iklan di dalam industri periklanan ini adalah Consulting

  

Companies, Direct Marketing Services Companies, Market Research Services

Companies, Media Companies (meliputi:produksi film dan video, distribusi,

  replikasi, dan produk; produksi televisi, penyiaran, distribusi, programming, dan produk; produksi musik, distribusi, penerbitan, dan produk; penyiaran radio; majalah, buku, surat kabar, elektronik dan penerbitan khusus; dan konten internet dan layanan antar), Public Relations Companies, Sales Promotion & Specialized

   Marketing Services, dan Production House.

b. Industri Arsitektur Subyek pada industri arsitektur hanyalah arsitek dan juru gambar.

  Profesi arsitek dapat didefinisikan sebagai keahlian dan kemampuan penerapan di bidang rancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan binaan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan/atau yang diakui oleh organisasi serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu dan seni tersebut, yang menjadi nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan berkesinambungan.Cakupan kerjanya meliputi perancangan dan desain, pengawasan, konsultasi, serta manajemen proyek.

  Sedangkan industri yang berkaitan dengan industri arsitektur ini adalah kontraktor atau pemborong, agen properti dan pengembang, perusahaan rekayasa

   teknik, surveyor geologi dan pertanahan, dan perbankan.

  c. Industri Pasar Barang Seni

  Jenis pekerjaan di subsektor pasar barang seni ini antara lain meliputi: pemiliki galeri, kurator museum, kurator lelang, penilai seni (art appraisal),

   kritikus seni, akademisi, dan seniman.

  d. Industri Kerajinan

  Lembaga/individu yang terkait dengan industri kerajinan adalah

  

supplier penyedia bahan baku ceramic, penyedia bahan baku logam, supplier

  penyedia bahan baku natural fiber atau serat alam, supplier penyedia bahan baku batu-batuan, supplier penyedia bahan baku tekstil, supplier penyedia bahan baku kayu, supplier penyedia bahan baku kulit, supplier penyedia zat warna, cat, dan

  

varnish, Event Organizer, asosiasi-asosiasi kerajinan, pemerintah, percetakan,

  media, dan brokeri. Profesi-profesi utama di subsektor industri kerajinan meliputi pembatik, perajut, penyulam/pembordir, pengrajin, pengukir/pemahat/pematung,

   penganyam, pelukis, dan perajin mebel.

  e. Industri Desain

  Industri yang terkait dengan Desain Grafis/Desain Komunikasi Visual (DKV) adalah perusahaan konsultan, industri periklanan, industri percetakan, dan

   industri penerbitan.

  Industri yang terkait dengan desain produk/desain industri antara lain adalah perusahaan konsultan, perusahaan public relations, perusahaan jasa riset 70 Ibid., hlm. 74. pasar, perusahaan jasa pembuatan purwarupa (prototype), dan perusahaan

  

  manufaktur dan suplayer Jenis pekerjaan subsektor industri Desain Grafis/Desain Komunikasi

  Visual (DKV) ini adalah ilustrator, typografer, fotografer, paste-up artist,

  

  produksi, media baru/multimedia Jenis pekerjaan yang terdapat di dalam industri desain industri antara lain adalah kepala bagian desain (Chief Designer), desainer produk industri, juru gambar (drafter), dan pembuat model 3D (Model Maker). Jenis pekerjaan yang terdapat dalam industri desain interior antara lain desainer interior dan arsitek interior, desainer panggung pertunjukan, desainer tata lampu, desainer untuk

  

retail , estimator biaya, injinir mekanikal dan elektrikal, manajer proyek, manajer

   lapangan, administrasi proyek, dan jasa visualisasi komputer.

f. Industri Fesyen

  Lembaga/organisasi terkait industri fesyen antara lain asosiasi perancang, asosiasi pertekstilan, asosiasi sepatu dan asosiasi penyamak kulit; balai-balai industri, penelitian bahan baku dan teknologi produksi; pemerintah dalam hal regulasi dan komersialisasi; serta lembaga pendidikan dan pelatihan;

   event organizer (show, festival, dan pameran).

  Pekerjaan utama di indu stri fesyen terdiri dari perancang, pekerja sablon, penjahit (termasuk bordir), pekerja produksi sepatu, pekerja produksi tas, 73 74 Ibid., hlm. 144.

  Ibid., hlm. 146. dan pekerja produksi aksesoris. Perancang desain pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris melakukan rancangan desain produk untuk kemudian diproduksi. Pola dan pilihan bahan merupakan output utama profesi ini. Pekerja sablon melakukan aktifitas penyablonan, baik pada produk yang sudah ataupun belum selesai dikerjakan. Penjahit (termasuk bordir) melakukan aktifitas penjahitan pakaian, sesuai rencana desain yang diberikan perancang. Pekerja produksi sepatu, tas, dan aksesoris melakukan aktifitas potong, bentuk, dan finishing seperti direncanakan pada desain produk.

  g. Industri Film, Video, dan Fotografi

  Lembaga-lembaga dan organisasi yang terkait pada suatu industri film, video, dan fotografi adalah asosiasi dan Komunitas Film; Badan Film; Lembaga Sensor; serta Pembuat Kebijakan dan Regulasi. Pekerjaan atau profesi di industri produksi film (rumah produksi) biasanya terdiri dari: Produser (produser eksekutif, produser, produser pendamping, dan produser pelaksana), penulis skenario, sutradara, pemeran, penata kamera, penata artistik, penata kostum,

   penyunting gambar, penata suara, publisis, dan festival organizer.

  h. Industri Permainan Interaktif

  Lapangan usaha yang termasuk dalam industri permainan interaktif mencakup pembuat permainan interaktif, pengumpul, content agregator, publisher dan content provider. Juga terdapat usaha distribusi permainan interaktif pada beberapa jenis permainan. Sedangkan industri yang terkait dengan industri permainan interaktif adalah perusahaan telekomunikasi, warnet dan jasa layanan komputer khusus permainan interaktif, perusahaan ISP (Internet Service

  

Provider ), pemusik, perusahaan retail, provider piranti lunak dan piranti keras,

  penyelenggara festival dan kompetisi. Jenis jenis pekerjaan yang diperlukan pada industri ini adalah pembuat game meliputi tiga kategori Bisnis (expro, license pro,

  

project manager); Arts (digital artist, 3D Modeller, 3D animator, sound

engineer ); dan Engineering (Lead programmer, user interface engineer, database

engineer , game mechanic engineer, dan visual effect engineer).

  

i. Industri Musik Jenis pekerjaan inti industri ini dapat dikategorikan sebagai musisi.

  Musisi dapat memainkan atau menulis musik. Musisi dapat dikategorikan berdasarkan perannya menciptakan ataupun dalam pertunjukan musik, yaitu:

  1. Instrumentalist, yang memainkan alat musik.

  2. Singer/vocalist, menggunakan suaranya sebagai instrumen.

  3. Composers, adalah individu yang menciptakan musik.

  4. Arrangers, adalah individu yang membuat aransemen musik.

  5. Songwriters, adalah penulis lirik atau komposisi musik dan melodi.

  6. Improviser, adalah profesi yang menciptakan awareness para pemusik.

  7. Orchestrator, adalah pemimpin suatu instrumental ensamble.

  8. Conductor, adalah profesi yang memimpin suatu music ensamble

  

  j. Industri Seni Pertunjukan

  Profesi utama di subsektor industri Seni pertunjukan meliputi: Sutradara, Aktor, Koreografer, Penulis naskah, Manager artis/seniman/teater,

   Penata cahaya, Penata suara, dan Penata busana. k. Industri Penerbitan dan Percetakan

  Bagi industri percetakan sendiri, industri yang terkait selain industri penerbitan pada sisi hulu adalah Industri Pengolahan Kertas, Industri Tinta Cetak, dan Industri Permesinan.

  Sedangkan pada sisi hilir, industri percetakan memiliki kaitan erat juga dengan industri penerbitan yang menerbitkan hasil cetakan, dan dengan Industri

   Periklanan, serta Industri Logistik dan Transportasi

  Dalam industri penerbitan, profesi yang sering dijumpai adalah: penulis, reporter atau jurnalis, perancang lay-out, Illustrato, dan, editor.

  Sedangkan dalam industri percetakan, profesi yang berperan kunci adalah: setter dan pengelola percetakan.

  l. Industri Layanan Komputer dan Piranti Lunak

  Adapun lapangan usaha yang terkait dengan perangkat lunak adalah Pengembang Aplikasi (Developer), Rekayasa Produk (Product Engineering), Integrasi Sistim (System Integration), Layanan ERP (Enterprise Resource

  

Planning ), BPO (Business Process Outsourcing), Jasa Pengetesan (Independent

  Testing), Manajemen Infrastruktur (Infrastructure Management), dan Konsultasi

   (Consulting).

  Jenis-jenis pekerjaan di subsektor industri layanan komputer dan piranti lunak adalah Penerbit Perangkat Lunak (Software Publisher), Manajer Proyek (Project Manager), Analis Sistem (System Analyst), Pemrogram (Programmer), Pelayanan Konsumen dan Perawatan (Customer Service and

  

Maintenance ), Penguji (Tester and Debugger), Pengimplementasi

  (Implementator), Pelatih (Trainer), Administrator (Administrator), dan Jaringan

   (Network). m. Industri Televisi dan Radio

  Profesi-profesi utama di subsektor industri Televisi dan Radio dapat dikelompokkan menjadi:

1. Seni dan desain, dua pekerjaan yang paling penting pada bagian seni dan desain adalah Produser Seni dan Asisten produser seni.

  2. Kamera (khusus televisi), beberapa pekerjaan yang termasuk dalam departemen kamera adalah, script supervisor, operator kamera, asisten kamera, dan pencahayaan kamera.

  3. Make-Up (khusus televisi), beberapa pekerjaan yang termasuk dalam departemen make-up adalah make-up perancang, make-up artist, make-up

  asistant , dan make-up trainee.

  4. Pemberitaan, departemen pemberitaan bertanggung jawab atas pengumpulan, verifikasi, dan analisa informasi tentang kejadian yang berpengaruh atas orang, dan mempublikasikan informasi tersebut secara adil, akurat, lengkap, dan tidak berpihak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi.

  5. Pencahayaan (khusus televisi), departemen pencahayaan menyiapkan dan mengoperasikan efek pencahayaan yang dibutuhkan pada produksi untuk menciptakan suasana tertentu.

  6. Penampil (penghibur-pembawa acara), beberapa pekerjaan yang termasuk dalam penampil adalah aktor, aktris, presenter, pelawak, penata gaya, penyanyi, perang pengganti dan agen.

  7. Produksi, departemen produksi bertanggung jawab atas tampilan dan suara dan aspek teknikal lainnya sesuai dengan keinginan penulis atau pembuat

   acara. n. Industri Riset dan Pengembangan

  Profesi yang paling signifikan perannya dalam riset dan

  

  pengembangan tentunya adalah peneliti (researcher). Para peneliti ini bisa dijumpai bekerja di lembaga penelitian milik pemerintah, industri (swasta) maupun akademik (pendidikan). Di lembaga pendidikan, terkadang terdapat pembedaan klasifikasi profesor sebagai pengajar (teaching professor) atau peneliti (research professor). Selain itu, peneliti dapat dikategorikan pada tingkatan peneliti junior, peneliti dan peneliti senior. Selain profesi peneliti, peran lain yang tak kalah pentingnya adalah manajer riset, yang dapat berperan menjembatani

   hasil penelitian ke arah komersialisasi.