BAB IV - ANALISIS PENERAPAN SANKSI TERHADAP BANGUNAN TANPA IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA TANGERANG SELATAN DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus

BAB IV ANALISIS PENERAPAN SANKSI TERHADAP BANGUNAN TANPA IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA TANGERANG SELATAN A. Bentuk Penerapan sanksi terhadap bangunan tanpa Izin Mendirikan Bengunan di Kota Tangerang Selatan Ditinjau dari Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung. Penyelengaraan bangunan gedung berlandaskan Rencana Tata Ruang Wilayah perlu dilaksanakan secara tertib, sesuai dengan fungsinya, memenuhi

  persyaratan administratif dan teknis, serta memperhatikan keamanan dan kualitas dan bangunan tersebut agar dapat menjamin keselamatan penghuni dan lingkungannya. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

  Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut. Untuk memperhatikan suatu tujuan dari pelaksanaan bangunan gedung yang senantiasa menjamin keselamatan penghuni dan lingkungannya maka setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan baik secara administratif maupun peryaratan teknik sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi :

  1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tahah;

  2. Status kepemilikan bangunan gedung; dan 3. Izin Mendirikan bangunan (IMB).

  Izin Mendirikan Bangunan adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan kepada pemilik Bangunan Gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

  Pada pelaksanaan pembangunan gedung Izin Mendirikan Bangunan merupakan perizinan sebagai syarat administratif yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemilik bangunan gedung. Namun ketika pada pelaksanaan pemilik bangunan gedung tidak memiliki izin tersebut maka pemerintah daerah di tuntut untuk mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan gedung sejak dari perencanaan, perizinan, pelaksanaan konstrusi, pemanfaatan, kelaikan bangunan gedung agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh sebah itu, maka pemerintah daearah harus mempunyai peran dalam menerapkan sanksi bagi pemilik gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan. Sanksi merupakan bentuk upaya hukum yang bersifat memaksa terhadap warganegara yang tidak mengikuti aturan-tauran atau larangan-larangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

  Pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung meyebutkan bahwa pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki IMB di kenakan sanksi sebagai berikut :

1. Sanksi Administratif

   Sanksi administratif adalah sanksi yang di berikan oleh pemerintah

  kepada pemilik bangunan gedung dan/atau pengguna bangunan gedung tanpa melalui proses peradilan karena tidak terpenuhinya ketentuan dalam Undang- Undang Nomor 2008 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan/atau khusunya Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung. Pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang melanggar ketentuan Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administratif berupa:

  a. Peringatan tertulis;

  b. Pembatasan kegiatan pembangunan;

  c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan; d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;

  e. Pembekuan IMB gedung;

  f. Pencabutan IMB gedung;

  g. Pembekuan SLF bangunan gedung;

  h. Pencabutan SLF bangunan gedung; dan/atau i. Perintah pembongkaran bangunan gedung. Selain pengenaan sanksi administrasi yang telah dikemukakan diatas, pemilik/dan/atau pengguna bangunan gedung juga dapat dikenakan sanksi denda paling banyak 10% dari nilai bangunan yang sedang atau telah dibangun.

  a. Sanksi Peringatan Tertulis

  Pasal 136 Ayat (2) menyebutkan: Pemilik bangunan gedungyang tidak mematuhi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas sebagaimana dimaksud diatas di kenakan sanksi berupa pembatasan kegiatan pembangunan.

  b. Sanksi Penghentian Sementara Pembangunan

  Pasal 136 Ayat (3) meyebutkan: Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi peringatan tertulis dan tidak mematuhinya selama 14 hari kalender dan tetap tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran yang telah dilakukan, dikenakan sanksi berupa penghentian sementara pembangunan dan pembekuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung.

  

c. Sanksi Penghentian Tetap Pembagunan & Perintah Pembongkaran

Bangunan Gedung.

  Pasal 136 Ayat (4) meyebutkan: Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi berupa penghentian sementara bangunan gedung dan pembekuan Izin Mendirikan Bangunan

  (IMB) Gedung selama 14 hari kalender dan tidak melakukan perbaikan atas pelanggaran yang dilakukan, dikenakan sanksi berupa pemberhentian tetap pembangunan, pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung dan perintah pembongkaran bangunan gedung.

  Pasal 136 Ayat (5) meyebutkan: Dalam hal pemilik bangunan tidak melakukan pembongkaran terhadap bangunan gedung tersebut dalam jangka waktu 30 hari kalender, pembongkarannya dilakukan oleh pemerintah daerah atas biaya pemilik bangunan gedung.

  Pasal 136 Ayat (6) meyebutkan: Dalam hal pembongkaran dilakukan oleh pemerintah daerah, pemilik bangunan gedung juga dikenakan denda administratif yang besarnya paling banyak 10% dari nilai total bangunan gedung yang bersangkutan. Namun besarnya denda administratif ditentukan berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran yang dilakukan setelah mendapatkan pertimbangan dari Tim Ahli Bangunan Gedung.

  Pasal 13A meyebutkan: Setiap orang pribadi atau badan hukum yang akan mendirikan bangunan dan/atau merehabilitasi atau merenovasi bangunan dan/atau prasarana bangunan harus terlebih dahulu mendapat IMB dari Pemerintah Daearah.

  Pasal 7 Ayat (2) menyebutkan: Penetapan fungsi bangunan gedung dilakukan oleh walikota melalui penerbitan IMB.

  Pasal 137 ayat (1) meyebutkan : Pemilik bangunan gedung yang melaksanakan pembangunan bangunan gedungnya melangar ketentuan Pasal 7 ayat (2) diatas dikenakan sanksi penghentian sementara sampai dengan di perolehnya IMB.

  Pasal 137 ayat (2) menyebutkan: Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki IMB dikenakan sanksi perintah pembongkaran.

d. Sanksi Denda Administratif

  Pasal 135 Ayat (1) & Ayat (2) menyebutkan: (1) Pememilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang melanggar ketentuan Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administratif.

  (2) Selain pengenaan sanksi adminstraif sebagai dimaksud apada ayat (1) dapat dikenai denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai bangunan yang sedang atau telah dibangun.

2. Sanksi Pidana

  Pasal 140 ayat (1) menyebutkan : (1) Setiap Pemilik dan/atau penggunan bangunan gedung yang melanggar ketentuan Pasal 7 ayat (1), Pasal 11, Pasal 13A dan Pasal 13C dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

  Pasal 140A ayat (1) & ayat (2) menyebutkan: (1) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang fungsi bangunan tidak sesuai dengan IMB, dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

  (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggran.

  Pada prinsipnya sanksi yang termuat dalam ketentuan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 diatas sudah cukup jelas. Namun pada Tahun 2016 ini masih terdapat pelanggaran bangunan tanpa Izin Mendirikan Bangunan terhadap Peraturan Daerah tersebut seperti kasus pembangunan proyek Apartemen Bintaro Icon dikawasan Bintaro, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Pengembang apartemen Bintaro Icon ternyata belum memenuhi persyaratan terkait konstruksi bangunan yang diajukan Dinas Tata Kota Tangerang Selatan. hal itu Izin Mendirikan Bangunan berlantai 20 di belum dikeluarkan.

  Kepala Dinas Tata Kota Bangunan Perumahan dan Permukiman (DTKBPP) Kota Tangerang selatan Dendi Pryandana mengatakan PT Prima Bintaro Royale, Pengembang Bintaro Icon, dalam proses melengkapi rekomendasi terkait konstrusi bangunan. Banyak di periksa dan dikaji terkait konstruksi, desain, struktur arsitektur bangunan yang merupakan persyaratan dalam mendirikan bangunan. Kalau semakin cepat dilengkapi maka semakin cepat keluar rekomendasinya. Beliau menolak berkomentar terkait tindakan pengembang membangun apartemen tanpa punya Izin. Menurutnya BP2T ratu yang sekarang diganti Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu (DPMPTSP) Tangerang Selatan yang memiliki wewenang menjawab

  

  Kepala BP2T Tangerang Selatan Dadang Sofyan Mengatakan sudah sering melayangkan surat teguran kepada pihak Bintaro Icon untuk melengkapi berkas perijinan. Teguran itu sudah diberikan sejak awal mula pembangunan apartemen. Menurutnya dalam setiap dikeluarkannya IMB, terdapat beberapa rekomendasi

  

1 http://tangselpos.co.id/2016/10/07/bintaro-icon-dogembok/ diakses pada tanggal dari dinas terkait misalnya amdal, lalu lintasnya yang berada di wewenang Dishubkoninfo, amdal lingkungan di BLHD, penaggulangan banjir di Bina Marga

  

  Sebelumnya diketahui pembangunan apartemen milik Bintaro Icon kembali di stop Satuan Polisi Pamong Paraja Kota Tangerang Selatan. Penyegelan ini merupakan kali kedua dalam dua bulan terakhir PT. Prima Bintaro Royale, Pengemabng apartemen Bintaro Icon, sebelumnnya sudah mendapatkan surat teguran serta pemangan stiker yang bertuliskan bangunan dalam pengawasan Satuan Polisi Pamong Paraja.

  Kepala Bidang Perundang-undangan H. Oki Rudinto mengatakan bahwa pada saat itu pengembang Bintaro Icon membuat perizinan secara pararel dalam arti bangunan berjalan dan izin pun sambil berjalan, dikarnakan kontraktor proyek di kejar waktu penyelesaian bangunan yang sudah ditentukan sebab, jika waktu pembangunan belum selesai maka kontraktor terkena penalti. Seharusnya sebelum melakukan pembangunan pengembang membuat izin terlebih dahulu dan tidak memberikan semua perizinan kepada pihak kontraktor. (Wawancara pada hari Rabu, (15 November 2017 di Satuan Polisi Pamong Paraja Kota Tangerang Selatan)

  Langkah penyegelan dikarnakan PT. Prima Bintaro Royale setelah mendapatkan surat terguran serta pemasangan setiker yang bertuliskan bangunan/ tempat usaha tersebut dalam pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja dengan Nomor 300/12334/Satpol PP/2016 masih melakukan pekerjaan pembangunan, sehingga Satuan Polisi Pamong Paraja bersama dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) melakukan penyegelan dengan pemasangan garis polisi dan pengembokan lokasi pembangunan gedung bertingkat tersebut.

Gambar 1.2 Penyegelan, Penggembokan dan Pemberhentian Sementara Pembangunan Oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang Selatan.

  Sumber : Arsip Dokumentasi Satpol PP Tangerang Selatan PT. Prima Bintaro Royale telah melanggar Peraturan Daerah Nomor 6

  Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan daerah Nomor 5 tahun 2013 tentang bangunan Gedung, karena bangunan ini dibangun tanpa ada izin mendirikan bangunan (IMB).

  Kepala Bidang Perundang-undangan H. Oki Rudianto mengatakan bahwa kami sudah melayangkan surat teguran hingga ketiga kalinya dan bahkan sudah memasang stiker pengawasan untuk pemberhentian sementarapekerjaan pembangunan apartemen namun pihak Bintaro Icon masih melakukannnya sehingga, akhirnya pembagunan itu kami segel dengan memasang garis polisi dan penggembokan gerbang kantor pemasaran. (Wawancara pada hari Rabu, 15 November 2017 di Satuan Polisi Pamong Paraja Kota Tangerang Selatan)

Gambar 1.3 Pemasangan Garis Polisi dan Penggembokan dan Oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang Selatan.

  Sumber : Arsip Dokumentasi Satpol PP Tangerang Selatan Setelah melakukan penyegelan oleh PPNS melakukan panggilan kepada pihak PT. Prima Bintaro Royale. Proses pemberhentian pekerjaan ini dilakukan sampai pihak Bintaro Icon memperoleh izin. Dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Dearah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Banguna Gedung pada Pasal 140 ayat (1) meyebutkan bahwa setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang melanggar ketentuan pasal 7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 13A dan Pasal 13C dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

  Sebelumnya, usai Satuan Polisi Pamong Praja menempeli stiker pengawasan terhadap Bintaro Icon, Walikota Tangerang Selatan Hj. Airin Rachmi Diany mengatakan bahwa saya baru tahu, kerena belum ada laporan, tapi kondisi ini tidak bagus dan menandakan kurang koordinasi dilapangan, geram mendengar adanya pengembang apartemen tang belum mengantongi izin, tetapi sudah melakukan proses pembangunan. Hal ini dinilai merusak iklim investasi di kota

   Kasus ini dilanjutkan dengan penyidikan oleh PPNS dari Polisi Pamong Paraja Kota Tangerang Selatan, kemudian dilakukan pemanggilan terhadap pemilik bangunan Bintaro Icon tersebut, selama sekitar 3 bulan bangunan tersebut disegel dan pemberhentian sementara pembanguna, akhirnya pihak Bintaro Icon keluarlah izin mendirikan Bangunan dari dinas terkait. Dengan sudahnya mengantongi semua izin dan membayarkan denda berikut retribusinya pembangunan Bintaro Icon melangsungkan pembangunan kembali. Hingga akhirnya sampai dengan saat ini kasus tersebut sudah selesai dan apartemen Bintaro Icon sudah dapat beroprasi dan melakukan kegiatan sebagaimana mestinya.

  Dalam Pasal 13A Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung menyebutkan bahwa setiap orang pribadi atau bandan hukum yang akan mendirikan bangunan dan/atau merehabilitasi atau merenovasi bangunan dan/atau prasarana bangunan harus terlebih dahulu mendapat IMB dari Permerintah Daerah. Pada dasarnya setiap bangunan gedung wajib memilik IMB, akan tetapi dalam pelaksanaan mendirikan bangunan ada beberapa bangunan yang tidak memerlukan IMB meliputi :

  1. Jalan umum beserta bangunan pelengkapnya

  2. Bangunan pengairan dan irigasi

  3. Bangunan penunjang yang bersifat sementara

  4. Bangunan gapura dan atau batas wilayah dan

  5. Pagar batas pengamanan kepemilikan tanah yang berada di tanah yang akan dibangun memiliki ketinggian paling tinggi 1 1/2m ( satu setengah meter).

  IMB merupakan sebuah bentuk surat izin yang dikeluarkan Pemerintah Darah yang menjadi sebuah legalitas terhadap pelaksanaan mendirikan bangunan.

  Pemerintah Daerah memberikan IMB dalam pelaksanaannya diatur mengenai berlakunya IMB terhadap bangunan gedung. Pada pasal 13F Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung menyebutkan bahwa:

  (1) IMB berlaku selama bangunan tersebut berdiri dan tidak ada perubahan bentuk dan fungsi bangunan; (2) IMB dinyatakan tidak berlaku apabila selama jangaka waktu 1 (satu) tahun sejak diterbitkan IMB tidak dilaksanakan pembangunan; (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum ada kegiatan pembangunan, pemohon dapat mengajukan perpanjangan

  IMB; (4) Pengajuan perpanjangan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

  (5) Perpanjangna IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan sebelum jangka waktu berakhir; (6) Apabila selama jangka waktu perpanjangan IMB sebagaimana dimaksud pasa ayat (5) belum ada kegiatan pembangunan, permohon harus mengajukan permohonan baru.

  Setiap bangunan gedung yang sudah memiliki IMB namun dapat dinyatakan tidak berlaku dan/atau batal demi hukum apabila: a. Lokasi izin terkena perencanaan kota;

  b. Terdapat pemalsuan data/informasi;

  c. Tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan baik fungsi maupun luasan bangunan;dan/atau d. Terdapat sebab lain yang dianggap bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

  Jika bangunan gedung sudah berdiri dan terlanjur sudah dibangun, akan tetapi tidak memiliki IMB namun memenuhi persyaratan teknis dan administasi dapat diterbitkan IMB. Dalam hal bangunan sudah berdiri dan memenuhi persyaratan administasi namun tidak memenuhi persyaratan teknis dapat diterbitkan IMB dengan dikenakan disinsentif atas bagian bangunan yang melanggar persyaratan teknis. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang wilayah yang antara lain dapat berupa pengenan pajak yang tinggi, pembatasan penyedian prasarana dan sarana serta pengenaan konpensasi dan penalti.

  

B. Hambatan yang dialami Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam

penerapan sanksi terhadap Bangunan Gedung tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

  Izin Memberikan Bangunan (IMB) merupakan hal penting sebagai syarat untuk berdirinya sebuah bangunan. Pemerintah dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung di Indonesia diwajibkan untuk memiliki ijin mendirikan bangunan Pasal . Salah satu kegiatan yang sudah Pemerintah Kota Tangerang Selatan lakukan untuk mencapai tujuannya tersebut dengan membuat Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung dan kemudian dengan perkembangan pembangunan di buat kembali Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung yang tujuannnya menyesuaikan keadaan pembangunan yang dibutuhkan saat ini sehingga adanya keseimbangan antara keadaan regulasi dengan kondisi yang sesungguhnya. Hal ini dibuat dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan wilayah Kota Tangerang Selatan yang berorientasi pada lingkungan yang sehat, aman dan tentram serta rapi.

  Pemerintah Kota Tangerang Selatan sudah mensosialisasikan agar seluruh masyarakat mengurus atau membuat Izin Mendirikan Bangunan sebelum membangun pembangunan gedung. Selain itu pemerintah Kota Tangerang Selatan juga menghimbau kepada seluruh masyarakat agar mengurus segala bentuk perizinan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan Izin Mendirikan Bangunan. Namun hal ini masih ada juga yang menganggap tidak penting dan banyak yang tidak merespon hal tersebut.

  Kepala Bidang Penegakan Hukum Perundang-Undangan Bapak H. Oki Rudianto mengatakan bahwa: “Jangan membangun sebelum memiliki Izin Mendirikan Bangunan, di ibaratkan ketika pasangan yang belum memiliki surat nikah jangan menyatu terlebih dulu, apabila menyatu maka mereka melakukan hal yang maksiat, begitu pula jika bangunan tanpa ada Izin Mendirikan Bangunan bahwa bangunan tersebut adalah bangunan yang tidak legal. Kebanyakan masyarakat mengurus Izin Mendirikan Bangunan ketika ada keperluan yang benar-benar mendesak seperti misalnya mau mengajukan pinjamnan ke bank yang salah satu persyaratannya memerlukan IMB tersebut hal ini terdapat pada banguan-bangunan yang berada di pemukiman atau perkampungan yang memang senyatanya pada saat pendirian bangunan tidak sekaligus mengurus Izin Mendirikan Bangunan” ( Wawancara pada hari Senin, 6 November 2017 di Satuan Polisi Pamong Paraja Kota Tangerang Selatan)

  Beberapa hamabatan dalam penerapan sanksi terhadap bangunan tanpa Izin Mendirikan Bangunan di Kota Tangerang Selatan meliputi:

  1. Dalam Peraturan Hukum

  Peraturan hukum dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang mengatur sanksi hukum sebagaimana dimaksu Pasal 140 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun Kota Tangerang Selatan 2013 tentang Bangunan Gedung masih dianggap terlalu ringan sehingga tidak terlalu memberikan efek memaksa bagi pelanggar. lemahnya sanksi hukum menyebabkan masyarakat mengabaikan ketentuan-ketentuan yang seharusnya dipatuhi seperti kewajiban dalam setiap bangunan harus dilengkapi dengan Surat Izin Mendirikan Bangunan.

  Lemahnya sanksi hukum Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 20013 tentang Bangunan Gedung menyebabkan peraturan daerah tersebut belum menjadi hal yang mendorong masyarakat mematuhinya. Kecenderungan masyarakat mengabaikan Peraturan tersebut merupakan indikator lemahnya sanksi hukum di dalamnya.

  2. Dalam Penegakan Hukum

  Pada ketentuan Pasal 136 Ayat (5) tentang pembongkaran oleh pemerintah Daerah atas biaya pemilik bangunan gedung, seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Ketertiban Umum Satuan Polisi Pamong Praja Bapak Taufik Wahidin mengatakan bahwa:

  ”Ketika sebuah pembongkaran yang dibiayai oleh pemilik bangunan maka kami sebagai petugas Satua Polisi Pamong Praja hanya sebagai menyampaikan surat perintah pembongkatran saja, apabila pemilik bangunan tersebut tidak memiliki biaya untuk atau tidak mau membongkar suatu banguan tanpa Izin Mendirkan Bangunan, maka Satuan Pamong Praja tidak berhak untuk membongkar bangunan tersebut.”(Wawancara pada hari Senin, 6 November 2017 di Satuan Polisi Pamong Paraja Kota Tangerang Selatan)

  Lemahnya pengawasan terhadap pembangunan yang ada di wilayah kota Tangerang Selatan, sehingga masih ada bangunan-bangunan gedung yang skala pembangunan besarnya belum mengantongi izin. Ini dikarenkan kurangnya koordinasi antara perangkat daerah yang satu dengan perangkat darah yang lain. Dalam penegakannya pemerintah harus lebih peka terhadap pola pembangunan-pembangunan gedung yang ada di Wilayah Kota Tangerang Selatan.

3. Faktor Masyarakat

   Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

  mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karna itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Apabila warga masyarakat mengetahui hak dan kewajiban mereka, maka mereka juga akan mengetahui aktivitas-aktivitas penggunaan upaya- upaya hukum untuk melindungi, memenuhi dan mengembangkan kebutuhan- kebutuhan mereka dengan aturan yang ada.

  Sebagian masyarakat Kota Tangerang Selatan masih kurang memahami bagaimana pentingnya pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum, sehingga pemerintah Kota Tangerang Selatan harus giat dalam penyuluhan- penyuluhan dengan efektif dan efisien. Agar tercapainya suatu masyarakat yang melek akan ketentuan hukum yang berlaku yang antinya dapat sedikit besarnya aktivitas-aktifitas masyarakat dapat mengurangi hal-hal yang berbenturan dengan hukum.

  Masyarakat merupan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan penegakan hukum, karena massyarakat merupakan subjek dan objek penegakan hukum. Sebagai subjek penegakan hukum masyarak da juga yang berprofesi sebagai penegak hukum maupun pelaku perbuatan-perbuatan hukum tertentu. Sebagai objek hukum, masyarakat merupakan sasaran dari ditetapkan peraturan hukum.

  Pada masyarakat Kota Tangerang Selatan bahwa ketidak tahuan masyarakat terhadap ketentuan tentang Izin Meendirikan Bangunan menyebabkan masih adanya pelanggaran terhadap Izin Mendirikan Bangunan dalam pendirian bangunan gedung. Masyarakat tempat sebagai objek Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perubahan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung ternyata belum banyak yang mengetahui peraturan daerah tersebut.

  Masyarakat sebagai objek Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perubahan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung, yaitu objek untuk mengatur kehidupan kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan bangunan gedung. Masih adanya masyarakat yang belum mengetahui tentang Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perrubahan Atas Perubahan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung, sehingga masih dijumpai adanya pelanggaran dalam pembangunan gedung dan bangunan di Kota Tangerang Selatan.

4. Faktor Kebudayaan/ Kebiasaan

  Kebudayaan merupakan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat berisi aturan-aturan yang mengatur bagaimana seharusmya bertindak, berbuat, dan menentukan sikap bagi individu jika mereka berhubungan dengan orang lain. Norma-norma budaya masyarakat pada dasarnya berisi peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan perbuatan mana yang dilarang.

  Dari beberapa kasus tentang pelanggaran Izin Mendirikan Bangunan Kota Tangerang Selatan mengenai penegakan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perubahan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung khususnya tentang Izin Mendirikan Bangunan menunjukan memudarnya budaya masyarakat setempat. Masyarakat tidak lagi memperdulikan tentang norma-norma budaya yang berlaku dalam masyarakat yang disebabkan tingginya aktivitas masyarakat.

  Kondisi demikian meyebabkan masyarakat kurang memperhatikan dan mengerti peraturan-peraturan yang berlaku di sekitar mereka. Hal ini sepenelitian bahwa sikap masyarakat kurang peduli terhadap upaya penegakan hukum Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Perubahan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung terhadap bangunan yang melanggar Izin Mendirikan Bangunan.

  Tingkat kesadaran masyarakat untuk mengurus izin mendirikana bangunan sangatlah penting dimana masyarakat ikut andil dalam hal pembangunan Kota Tangerang Selatan. Adapun Izin yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dapat memberikan konstribusi terhadap kepentingan lingkungan yang tercermin dalam IMB yang telah diatur mengenai syarat-syarat, batasan-batasan, larangan-larangan atau ketentuan- ketentuan yang harus di perhatikan masyarakat, namun dalam kenyataannya masyarakat kerap mengabaikan aturan-aturan yang di tetapkan oleh pemerintah daerah.

  Masih banyak bangunan-bangunan yang tidak ada IMB, terdapat kegiatan menabahkan dan atau merubah bangunan oleh masyaratak yang tidak dilaporkan/dimohonkan izin, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi diantarnya, masih banyak masyarakat yang belum paham pada peraturan perundang-undangan yang telah disosialisasikan oleh pemerintah, ada juga masyarakat yang belum pernah sama sekali mendengarkan sosialisasi yang di sampaikan oleh pihak pemerintah karena, masih ada masyarakaat yang menganggap tidak pentingnnya izin-mengizin tersebut.

  Pelayanan yang lambat seperti kesesuaian waktu dengan waktu yang telah ditetapkan dalam pengurusan IMB sering tidak sesuai, syarat yang ditentukan sangat rumit dan berbelit-belit, sanksi yang diterapkkan kurang tegas, dan juga lemahnya peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan petugas penegak hukum. Masih terbatasnya kapasitas penerintah kota dalam melasanakan perencanaan dan pengelolaan pembangunan perkoataan, ternasuk penerapan prinsip tata kepemerintahan yang baik, belum optimalnya pembangunan serta bangembangan pembiayaan penyediaan pelayanan publik di perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk perkotaan yang terus bertambah, serta rendahnya implementasi rencana tata ruang pengen dalian pemanfaatan di perkotaan, termasuk dalam perizinan pemanfaatan ruang dalam

  

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANGUNAN GEDUNG (STUDI KASUS PELANGGARAN GARIS SEMPADAN BANGUNAN (GSB) DI KELURAHAN GAJAHMUNGKUR)

2 23 193

PENEGAKAN SANKSI ADMINISTRATIF DALAM PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

0 0 13

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BANGUNAN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

0 0 56

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

0 0 12

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 22

PERATURAN DAERAH PRO1nNSI BENGKUL-U NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

0 0 19

IMPLEMENTASI TARIF PROGRESIF TERHADAP RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SURAKARTA - UNS Institutional R

0 0 16

ANALISIS PENERAPAN SANKSI TERHADAP BANGUNAN TANPA IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA TANGERANG SELATAN DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus di Kota

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS PENERAPAN SANKSI TERHADAP BANGUNAN TANPA IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA TANGERANG SELATAN DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG (

0 0 20

BAB III GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DALAM PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN - ANALISIS PENERAPAN SANKSI TERHADAP BANGUNAN TANPA IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA TANGERANG SELATAN DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTA

0 1 42