BAB II TINJAUAN PUSTAKAN A. Konsep Keluarga - YUNIAR SETIANI BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. ( Departemen Kesehatan RI.1998 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, empertahankan suatu budaya. (Baylon dan Maglaya dikutip oleh Murwani Anita, 2007).
Selain itu, keluarga adalah dua atau lebih dari individual yang tergantung karena hubungan darah, hubungan perkawinan mereka hidup dalam suatu atap rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaannya. (Salvicon G. bailon dan Aracelis Marlaya. 1998 ).
Dari ketiga pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
7 dua orang atau lebih, tidak terikat dalam suatu ikatan perkawinan dan pertalian darah namun hidup dalam suatu rumah tangga, dibawah asuhan seorang anggota keluarga mempunyai peran masing-masing serta menciptakan dan juga mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain : a.
Fungsi Biologis Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan indentitas keluarga.
c.
Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. d.
Fungsi Ekonomi Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e.
Fungsi Pendidikan Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan mendidik anak sesuai dengan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan, papan, sandang dan perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individu) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi keluarga bagi perawatan keluarga. f.
Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga berperan untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Lima tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998)
1) Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatan kadang seluruh kesehatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tugas ini untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Keluarga melakukan praktek asuhan kesehatan baik untuk mencegah terjadi gangguan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu meminta tenaga professional. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu
4) Memodifikasi lingkungan rumah
Untuk mengetahui sejauh mana keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang sehat (dari segi fisik, psikis, sosial, ekonomi) yang perlu dikaji adalah sumber keluarga yang dimiliki, keluarga melihat keuntungan manfaat memelihara lingkungan yang higienis dan sanitasi, mengetahui pencegahan penyakit, dan kekompakan antar anggota kelompok. 5)
Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan, mempunyai pengalaman baik atau buruk terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
3. Tipe atau Jenis Keluarga
Ada beberapa pembagian bentuk atau tipe keluarga yang sudah lazim di masyarakat menurut beberapa ahli : Sulvian dan Marclin membagi beberapa bentuk atau tipe keluarga yaitu keluarga tradisional dan keluarga non tradisional.
1) Keluarga inti : keluarga yang terdiri dari ayah, ibu anak yang tinggal dalam suatu rumah.
2) Pasangan inti : suami dan istri saja. 3)
Keluarga dengan orang tua tunggal, satu orang mengepalai keluarga sebagai konsekuensi perceraian.
4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian. 5)
Keluarga besar tiga generasi, pasangan usia tengah dan lansia.
6) Jaringan keluarga besar : dua keluarga inti atau lebih dari keluarga primer atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup dalam daerah genografi atau system resiprokal atau tukar menukar barang dan jasa.
b. Bentuk Varian Keluarga Non Tradisional adalah : 1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah. 2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah. 3)
Pasangan kumpul kebo : pasangan yang hidup bersama tanpa menikah.
4) Keluarga gay / lesbian : keluarga dari orang-orang yang sejenis kelamin sama yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah yang beranak secara bersama-sama.
Keluarga komuni : rumah tangga yang terdiri dari lebih dari satu orang monogamy dengan anak-anak secara bersama-sama yang sama.
Dari uraian tipe dan bentuk keluarga tersebut diatas, yang dimaksud dengan keluarga tunggal adalah bentuk keluarga uang didalamnya terdapat rumah tangga, ayah dan ibu.
4. Tahap dan Perkembangan Keluarga
a) Tahap I : Keluarga Pemula
Tugas-tugas perkembangan keluarga pemula ada 3 tugas yang penting dalam masa ini yaitu : Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis dan keluarga berencana. b) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tugas-tugas perkembangan keluarga pada taha II ini yaitu : Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga). Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. Memerluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran-peran orang tua, kakek dan nenek.
Masalah-masalah kesehatan utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah- perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup). Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah maksebilitas dan ketidakadekuatan fasilitas- fasilitas perawatn anak untuk ibu yang bekerja, hubungan anak dengan orang tua, masalah-masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dari kelalaian terhadap anak dan masalah- masalah transisi peran orang tua. c) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu : Perlunya anak-anak usia pra sekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksploitasi dunia sekitarnya, dan kebutuhan orang tua untuk memiliki privasi mereka sendiri menjadikan perumahan dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasillitas-fasilitas juga perlu bersifat melindungi anak-anak, dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia pra sekolah.
d) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah yaitu : Mensosialisasikan anak-anak, termasuk dengan teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga.
e) Tahap V : Keluarga mempunyai anak remaja
Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini ada 3 yaitu : Mengembangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, menfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
Masalah-masalah kesehatan umunya terjadi pada remaja adalah kecelakaan terutama kecelakaan mobil atau motor merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang/cidera karena atletik juga umum terjadi. Disamping itu penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang perhatian yang relevan.
f) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Adapun tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini : Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk meperbaharui dan menyesuaikan kembali sakitan dari suami maupun istri.
Masalah-masalah kesehatan yang sering muncul pada tahap ini meliputi masalah komunikasi kaun dewasa muda dengan orang tua mereka, masalah-masalah transisi peran bagi suami istri, dan munculnya kondisi kesehatan kronis dan faktor- faktor yang berpengaruh seperti kolesterol tinggi, obesitas dan tekanan darah tinggi, sehingga perlunya strategi promosi kesehatan dan gaya hidup yang sehat bagi anggota keluarga yang dewasa. g) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan
Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu Menyediakan lingkungan yang sangat meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
Adapun masalah-masalah kesehatan pada tahap siklus kehidupan ini meliputi : kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi yang baik, olahraga yang teratur, diet, berhenti merokok, mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif, masalah-masalah hubungan perkawinan, komunikasi, masalah orang tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.
h) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dimana tugas-tugas perkembangan keluarga lansia adalah : Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
Wawancara dalam hal ini merupakan suatu pertemuan tatap muka dengan satu anggota keluarga atau lebih, yang mana wawancara tersebut harus benar-benar terfokus, berdasarkan tujuan wawancara. Saat perawatan keluarga melakukan proses asuhan keperawatan, terdapat hal yang sangat penting yang tidak boleh diabaikan yaitu membina hubungan saling percaya antara perawat dan keluarga dimana menciptakan suatu hubungan saling percaya dimana ada saling keterbukaan dan saling menghormati, komunikasi berjalan berbarengan dengan proses pengkajian dan tahap orientasi bekerja dengan sebuah keluarga. Menjalin kepercayaan dan hubungan membentuk tempat dan dasar bagi perawatan keluarga yang efektif.
5. Struktur keluarga a.
Struktur peran keluarga strukturalist yang menekankan pengaruh normative (kultural) yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya (Nye, 1976 dikutip oleh fredman,2003) dan orientasi interaksi yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi social.
(Turner, 1970 dikutip oleh Friedman, 2003). 1)
Peran formal Berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga adalah peran-peran terkait, yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogeny. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggota keluarga seperti cara masyarakat membagi peran-perannya, menurut bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem.Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah,ibu rumah tangga,tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manager keuangan dan tukang masak.Friedman, 2003).
Disamping contoh diatas menurut Gecas (1976) dikutip oleh Friedman (2003) mendefinisikan 6 peran dasar yang membentuk posisi social sebagai suami (ayah) dan istri (ibu),peran-peran tesebut adalah peran provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah peran rekreasi, peran persaudaraan, peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), peran seksual.
2) Peran Informal
Peran informal bersifat implicit biasanya tidak tampak kekuasaan permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. (Stir, 1967 dikutip oleh Friedman, 2003).
Peran-peran formal, mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis kelamin, kepribadian anggota keluarga individu (Keivit, 1968 dikutip oleh Friedman, 2003).
b.
Struktur nilai Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang mempunyai bentuk perilaku spesifik. (Rokeach, 1973 dikutip oleh Friedman, 2003). Sedangkan nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim (Parud dan Caplan, 1965 merupakan suatu sumber sistem nilai dan norma-norma utama dari sebuah keluarga.
Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan dalam keluarga nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga. Norma-norma merupakan pola-pola perilaku semacam itu didasarkan pada sistem nilai dan keluarga (Friedman, 2003).
c.
Struktur kekuatan keluarga Kekuasaan adalah kemampuan baik kemampuan baik kemampuan potensial maupun actual dari seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku seseorang (Mc Donald,1980 dikutip oleh Friedman, 2003). Kekuatan keluarga, sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah kemampuan baik potensial maupun actual dari seorang anggota individu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga. (Olson dan Cromwell, 1975 dikutip oleh Friedman, 2003)
Dasar-dasar kekuasaan keluarga meliputi kekuasaan atau wewenang yang sah, kekuasaan yang tidak berdaya atau putus asa, kekuasaan referen, kekuasaan ahli dan sumber, kekuasaan penghargaan, kekuasaan dominasi atau paksaan, kekuasaan informasional, kekuasaan afektif dan kekuasaan
Dari beberapa uraian dasar-dasar kekuasaan keluarga, kekuasaan afektif adalah kekuasaan yang mengacu pada kekuasaan yang diperoleh lewat manipulasi terhadap seseorang anggota keluarga dan memberikan atau tidak memberikan afeksi dan kehangatan. Sedangkan kekuasaan informasional adalah kekuasaan yang berasal dari pesan persuasive, seorang anak individu diyakinkan oleh kebenaran dari pengirim pesan karena penjelasan tentang pentingnya perubahan yang dilakukan secara gemilang dan hati-hati. (Raven et al, 1975 dikutip oleh Friedman 2003). d.
Pola dan proses komunikasi 1)
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik, berfikiran positif, tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. 2)
Karakteristik keluarga berfungsi sebagai karakteristik pengirim dan karakteristik penerima, dimana karakteristik pengirim berfungsi Dalam mengemukakan sesuatu pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. Sedang karakteristik penerima berfungsi : Siap mendengarkan, memberikan umpan balik, melakukan validasi (Setyowati dan Murwani, 2008).
Prinsip hubungan perawat-klien dengan keluarga : focus intervensi perawat adalah keluarga, inteverensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan, keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap kesehatannya, perawat adalah tamu dirumah keluarga. Hubungan perawat-klien dengan keluarga merupakan hal yang penting bagi perawat komunitas. (Setyowati dan Murwani, 2008). B.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tuberculosis (TBC) 1.
Asuhan Keperawatan keluarga Asuhan Keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (Setyowati dan Murwani,2008).
2. Pengertian Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi. (Masjoer,2001)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung Sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi juga menyerang organ tubuh lainnya. (Dep.Kes RI,2008)
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru, tetapi dapat menyebar hampir keseluruh tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodis limfe. (Brunner & Suddarth, 2000).
Kesimpulan dari Tuberculosis (TBC) adalah merupakan penyakit infeksi atau penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberculosis .
Klasifikasi Tuberculosis (TBC) berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya: Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu: a.
Baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
b. Kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberculosis (TBC) yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis (TBC) dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
c. Pengobatan setelah putus berobat (Default) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. e.
Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK (Unit
Pelayanan Kesehatan) yang memiliki register TBC lain untuk melanjutkan pengobatan.
f. Lain-lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Catatan:
Tuberculosis (TBC) BTA negatif dan TBC ekstra paru (Tuberculosis) yang menyerang organ tubuh lain selain paru, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain), dapat juga mengalami kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologic, dan pertimbangan medis spesialistik.
3. Anatomi dan Fisiologi
Gambar II. 1. Anatomi dan Fisiologi Organ Pernafasan Menurut Syaifuddin, 1996, organ-organ pernafasan meliputi: a.
Hidung (Naso/Nasal) Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Bagian-bagian hidung terdiri dari:
1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit. 2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. 3)
Lapisan dalam terdiri dari selaput tenden yang berlipat yang dinamakan dengan karang hidung (konka nosalis).
Fungsi hidung terdiri dari: 1) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
2) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
3) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh selaput lendir (mukosa).
4) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
b.
Tekak (Faring) Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
c.
Pangkal Tenggorokan (Laring) pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, terdiri dari tulang-tulang rawan, berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d.
Batang Tenggorokan (Trakea) Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16/20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang berbulu getar yang disebut dengan sel bersilia, hanya bergerak kearah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilis gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan.
e.
Cabang Tenggorokan (Bronkus) Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebrata torakalis ke IV dab V.
Mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan samping kearah tempuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9 – 12 cincin mempnyai 2 cabang.
f.
Paru-paru Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dasi sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang
2
lebih 90 m pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O
2 masuk ke dalam darah dan CO dikeluarkan dari darah.
2 Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru terbagi menjadi 2 lobus yaitu : a.
Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus dekstra superior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu ; 5 (lima)buah segmen pada lobus superior, dan 5 (lima) buah segmen pada lobus inferior.
b.
Paru-paru kiri, terdiri dari; pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan- belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kanan mempunyai 10 segment yaitu; 5 (lima) buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen pada lobus medialis, dan 3 (tiga) buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
4. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 / mm dan tebal 0,3-0,6 / mm sebagian besar kuman terdiri atas tahan lemak (lipid). Lipid ini yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Jika basil mikobacterium tersebut sudah masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas dan sampai ke alveoli, maka terjadilah infeksi primer yang selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening dan akan terbentuklah primer kompleks.
Mycobacterium tuberculosi s adalah basil / kuman yang
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung.
5. Patofisiologi a.
Tuberkulosis Primer Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman di batukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet. Kuman ini dapat bertahan hidup dalam suasana lembab dan kering sehingga dapat bertahan hidup berhari-hari tetapi apabila terkena sinar ultraviolet / matahari kuman ini dapat mati. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar dalam beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Selama kuman TB ke alveoli, maka terbentuklah infeksi primer.
Tuberculosis primer sebagian besar akan mengalani penyembuhan. Tuberkulosis primer peradangannya terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil micobacterium tuberculosis.
b.
Tuberkulosis Post Primer Kuman dormant pada tuberkulosis primer atau muncul bertahan kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberkulosis post primer) kemudian tuberkulosis post primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi diregio atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau inferior) invasinya adalah ke daerah parenkim paru. Serangan dini ini mula-mula berbentuk saranga pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi suatu granula yang terdiri dari sel-sel histiosis dan sel delta langerhans (sel banyak dengan banyak inti) dikelilingi sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.
6. Tanda dan Gejala a.
Demam Biasanya menyerupai demam influensa, tetapi kadang panasnya sampai 40
C. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali begitulah seterusnya, tetapi banyak penderita merasa tidak pernah mengalami demam seperti ini.
b.
Batuk Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini diperlukan batuk kering (non produktif) kemudian timbul peradangan untuk membuang produk sputum kelur. Sifat batuk dimulai dari menjadi produktif (menghasilkan sputum).
c.
Sesak nafas Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengan bagian paru-paru. d.
Nyeri dada Nyeri badan timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleoritis.
e.
Gejala lainnya yaitu meliputi : 1) Anoreksia 2) Badan lemah, letih dan cepat lelah 3) Bila berat terjadi batuk darah (hemoptu) 4) Kadang-kadang terjadi dispnu sampai sianosis 7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mensjoer (2000) pemeriksaan penunjang untuk TB paru sebagai berikut : a.
Anamnesia dan pemeriksaan fisik b.
Pemeriksaan laboratorium
- Darah rutin
- Sputum (BTA)
- Feses / urine c.
Pemeriksaan radiologi
- Photo torak d.
Tes PAP Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histrogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya
IGB spesifik terhadap basil TB. e.
Tes matoux / tuberkulin f. Teknik polymerase chain reaction
Deteksi DNA, kuman secara spesifik melalui emplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
g.
Becton diskinson diagnostik instrumen system (BACTEC) Deteksi growth indek berdasarkan CO
2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh mikrobacterium tuberkulosis.
h.
Enzyme linked immunosorgent assay Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah.
i.
MYCODOT
Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabino mannam yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.
Menurut DepKes RI, 2008, pemeriksaan penunjang untuk TBC adalah sebagai berikut: a.
Pemeriksaan dahak mikroskopis Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan untuk diagnosis dilakukkan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi- Sewaktu (SPS).
1) S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek
TBC datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. 2)
P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas UPK. 3)
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
b.
Pemeriksaan Biakan Peran biakan dan identifikasi Mycrobacterium
tuberculosis pada penanggulangan TBC khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan.
Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
1) Pasien TBC yang masuk dalam tipe pasien kronis. 2) Pasien TBC ekstra paru dan pasien TBC anak. 3)
Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
c.
Pemeriksaan Tes Resistensi Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu
(Quality Assurance) oleh laboratorium supranasional TBC.
Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang benar sehingga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR dapat dicegah.
8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000), penatalaksanaan medis TB paru sebagai berikut: a.
Obat Anti TB (OAT) OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.
Tujuan pemberian OAT, antara lain : 1)
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
2) Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
3) Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tubuh imunologis.
Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu : 1)
Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat. 2)
Fase lanjutan, mulai kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriosratik pada pengobatan konvensional. OAT yang biasa digunakan antara lain Isoniazid
(INH), Rimfapisin (R), Pirazinamid (Z) dan Strepromisin (S) yang bersifat bakterisid dan Etambutol (E) yangbersifat bakteriostatik. b.
Pembedahan pada TB Paru Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang. Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
1. Indikasi mutlak pembedahan adalah :
a) Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif b)
Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif c)
Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif.
2. Indikasi relatif pembedahan adalah :
a) Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang b)
Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan 9. Efek Samping dari pemberian OAT dan penatalaksanaanya.
Menurut DepKes RI, 2008, efek samping pemberian OAT dan penatalaksanaanya adalah sebagai berikut:
Efek samping ringan OAT: a.
Penyebab: Rifampisin Efek samping : tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut.
Penatalaksanaan: semua OAT diminum malam sebelum tidur. b.
Penyebab: Pirasinamid Efek samping: Nyeri sendi Penatalaksanaan: Beri Aspirin c. Penyebab: INH (Isoniazid)
Efek samping: Kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki Penatalaksanaan: beri Vitamin B6 (pirodixin) 100mg perhari.
d.
Penyebab: Rifampisin Efek samping: Warna kemerahan pada air seni (urine) Penatalaksanaan: tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu penjelasan kepada pasien.
a.
Penyebab: Semua jenis OAT Efek samping: Gatal dan kemerahan dikulit Penatalaksanaan: Singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat.
b.
Penyebab: Streptomisin Efek samping: Tuli Penatalaksanaan: Streptomisin dihentikan c. Penyebab: Streptomisin
Efek samping: Gangguan keseimbangan
Penatalaksanaan: Streptomisin dihentikan digantikan Etambutol.
d.
Penyebab: Hampir semua OAT Efek samping: Ikterus tanpa penyebab lain Penatalaksanaan: Hentikan pemberian OAT sampai ikterus menghilang.
e.
Penyebab: Hampir semua OAT Efek samping: Bingung, dan muntah-muntah.
(permulaan ukterus karena obat). Penatalaksanaan: Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati.
f. Penyebab: Etambutol Penatalaksanaan: Hentikan Etambutol g. Penyebab: Rifampisin
Efek samping: Syok Penatalaksanaan: Hentikan Rifampisin