BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan - Inayati Mumarisatul Haq BAB II

  a. Pengertian Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisakan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Prawirohardjo, 2010; h.213).

  Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010; h.75).

  Disimpulkan bahwa kehamilan yaitu suatu proses pertemuan antara spermatozoa dengan ovum yang dilanjutkan oleh nidasi atau implantasi yang berlangsung selama 40 minggu.

  b. Proses Kehamilan (Manuaba, 2010; h.75-82) Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

  9

  1) Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.

  Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal -> oogonium -> folikel primer -> proses pematangan pertama. 2) Spermatozoa

  Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. 3) Konsepsi

  Pertemuan inti ovum dengan spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian di bawah ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantai fertilisasi atau konsepsi.

  a) Ovum dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate, yang mengandung persediaan nutrisi.

  b) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang disebut vitelus.

  c) Dalam perjalanan, korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida. d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.

  e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi. 4) Proses Nidasi atau Implantasi

  Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma, “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan “telofase” sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronekleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. 5) Pembentukan Plasenta

  Nidasi dan implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell massakan tertanam ke dalam endometrium.Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis.

  c. Perubahan Fisiologi Kehamilan (Manuaba, 2010; h.85-98) Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomamotropin, estrogen, dan progesterone yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh di bawah ini: 1) Uterus

  Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. 2) Vagina

  Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks). 3) Ovarium

  Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormone korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik hipofisis interior. 4) Payudara

  Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberika ASI pada saat laktasi.Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan somatomamotrofin. 5) Sirkulasi Darah Ibu

  Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan janin dalam rahim.

  2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkuasi retroplasenter 3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat. 6) Plasenta

  Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O  , asam amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO  .

  d. Tanda dan Gejala Kehamilan (Mochtar, 2012; h.35-37) 1) Tanda-tanda presumptife: a) Amenorea (tidak mendapat haid). b) Mual dan muntah (nausea and vomiting).

  c) Mengidam (ingin makanan khusus).

  d) Pingsan.

  e) Tidak ada selera makan (anoreksia).

  f) Lelah (fatigue).

  g) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri.

  h) Miksi sering. i) Konstipasi/obstipasi. j) Pigmentasi kulit. k) Epulis. l) Pemekaran vena-vena (varises). 2) Tanda-tanda kemungkinan hamil :

  a) Perut membesar

  b) Uterus membesar

  c) Tanda Hegar

  d) Tanda Chadwick

  e) Tanda Piskacek

  f) Kontraksi-kontraksi kecil uterus

  g) Teraba ballottement h) Reaksi kehamilan positif. 3) Tanda pasti (tanda positif)

  a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin. b) Denyut jantung janin: (1) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec, (2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler, (3) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram, (4) Dilihat pada ultrasonografi.

  c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

  e. Ketidaknyaman Kehamilan dan Cara Mengatasinya Ketidaknyamanan pada trimester I kehamilan :

  1) Nausea Nausea dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari (Varney, 2007;h.536).

  Cara mengatasi :

  a) Makanlah makanan dengan porsi kecil, sering, bahkan setiap dua jam karena hal ini lebih mudah dipertahankan dibanding makan porsi besar tiga kali sehari.

  b) Makanlah biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat tidur di pagi hari.

  c) Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk menghindari stimulasi refleks gag. d) Minumlah minuman yang mengandung karbonat, khususnya gingerale.

  e) Menghindari makanan beraroma kuat atau menyengat.

  f) Membatasi lemak dalam diet

  g) Mengenakan pembalut lengan yang berfungsi sebagai akupresur.

  h) Selalu mengingat bahwa nausea kemungkinan besar berakhir pada trimester ke dua. i) Istirahat. j) Menggunakan obat-obatan. Bidan harus mewaspadai penggunaan obat-obatan yang belum banyak diteliti efek teratogeniknya (Varney, 2007;h.537). 2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)

  Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami salivasi berlebihan (Varney, 2007;h.537). 3) Keletihan

  Keletihan dialami pada trimester pertama, namun alasannya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur. Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan kembali bahwa keletihan adalah hal yang normal dan bahwa keletihan akan hilang secara spontan pada trimester ke dua. Latihan ringan dan nutrisi yang baik juga dapat membantu mengatasi keletihan (Varney, 2007;h.537-538). 4) Nyeri Punggu Bagian Atas

  Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara menjadi berat. Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong adekuat. Metode untuk mengurangi nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai ukuran payudara (Varney, 2007;h.538). 5) Leukorea

  Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil Döderlein. Upaya untuk mengatasi leukorea : (1) Memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti panty berbahan katun dengan sering.

  (2) Sebaiknya tidak melakukan douch atau menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan area genetalia (Varney, 2007;h.538). 6) Peningkatan Frekuensi Berkemih (Nonpatologis)

  Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus. Hal ini menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang seiring uterus terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah satu organ abdomen, sementara kandung kemih tetap merupakan organ panggul. Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi berkemih ini adalah menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi dan mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu bolak balik ke kamar mandi pada saat mencoba tidur (Varney, 2007;h.538). 7) Nyeri Ulu Hati

  Timbul menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester ke tiga. Nyeri ulu hati adalah kata lain untuk regurgitasi atau refluks isi lambung yang asam menuju esofagus bagian bawah akibat peristaltis balikan. Cara mengatasinya, adalah : (1) Makan dalam porsi kecil, tapi sering, untuk menghindari lambung menjadi terlalu penuh.

  (2) Mempertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih besar bagi lambung untuk menjalankan fungsinya. (3) Meregangkan lengan melampaui kepala untuk memberi ruang bagi perut untuk berfungsi. (4) Menghindari makanan berlemak. (5) Menghindari minum bersamaan dengan makan karena cairan cenderung menghambat asam lambung, diet makanan kering tanpa roti-rotian dapat membantu. (6) Menghindari makanan dingin. (7) Menghindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan. (8) Mengupayakan minum susu murni daripada susu manis. (9) Meminum susu skim dan/atau konsumsi es krim lemak. (10) Menghindari makanan berat atau makanan lengkap sesaat sebelum tidur. (11) Menggunakan preparat antasida dengan kandungan hidroksi aluminium, hidroksi magnesium, atau magnesium trisilikat (Varney, 2007;h.538-539). 8) Flatulen

  Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan motilitas gastrointestinal. Hal ini kemungkinan merupakan akibat efek peningkatan progesteron yang merelaksasi otot halus dan akibat pergeseran serta tekanan pada usus halus karena pembesaran uterus. Cara untuk mengurangi flatulen, adalah : a) Memiliki pola defekasi haria teratur dan menghindari makanan yang menghasilkan gas.

  b) Memposisikan lutut-dada akan membantu ketidaknyamanan akibat gas yang terperangkap di dalam (Varney, 2007;h.539). Ketidaknyamanan pada trimester II kehamilan : 1) Konstipasi

  Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gatrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. Cara mengatasinya : a) Mengkonsumsi obat-obatan hanya boleh digunakan jika cara yang alami tidak adekuat.

  b) Mempunyai asupan cairan yang adekuat, yakni minum air mineral 8 gelas/hari (ukuran gelas minum).

  c) Mengkonsumsi buah prem atau jus prem karena prem merupakan laksatif ringan alami.

  d) Istirahat siang hari cukup. e) Meminum air hangat saat bangkit dari tempat tidur untuk menstimulasi peristaltis.

  f) Memakan makanan berserat, dan mengandung serat alami.

  g) Memiliki pola defekasi yang baik dan teratur. Hal ini mencangkup penyediaan waktu yang teratur untuk melakukan defekasi dan kesadaran untuk tidak mengacuhkan “dorongan” untuk menunda defekasi.

  h) Melakukan latihan secara umum, berjalan setiap hari, pertahankan postur yang baik, mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot abdomen bagian bawah secara teratur. i) Mengkonsumsi laksatif ringan, pelunak feses, dan/atau supositoria gliserin jika ada indikasi (Varney, 2007;h.539). 2) Hemoroid

  Semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena panggul. Cara mengatasi : a) Menghindari konstipasi.

  b) Menghindari mengejan saat defekasi. c) Mandi berendam air hangat.

  d) Mengkompres witch hazel.

  e) Mengkompres es.

  f) Mengkompres garam espom.

  g) Memasukkan kembali hemoroid ke dalam rectum (menggunakan lubrikasi), dilakukan sambil latihan mengencangkan perineum (Kegel).

  h) Melakukan tirah baring dengan cara mengevaluasi panggul dan ekstremitas bagian bawah. i) Mengoleskan salep analgesik dan/atau anastesi topikal. j) Preparat H (Varney, 2007;h.539-540). 3) Kram Tungkai

  Cara mengatasi :

  a) Meminta ibu meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya.

  b) Mendorong wanita untuk melakukan latihan umum dan memilki kebiasaan mempertahankn mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan sikulasi darah.

  c) Menganjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.

  d) Menganjurkan diet mengandung kalsium dan pospor (Varney, 2007;h.540). 4) Edema Dependen

  Cara mengatasi : a) Menghindari menggunakan pakaian ketat. b) Mengelevasi kaki secara teratur sepanjang hari.

  c) Memposisikan menghadap kesamping saat berbaring.

  d) Menggunakan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang dapat melonggarkan tekanan pada vena- vena panggul (Varney, 2007;h. 540). 5) Varises

  Cara mengatasi :

  a) Mengenakan kaos kaki penyokong, pembalut yang baik atau kaos kaki elastis.

  b) Menghindari mengenakan pakaian ketat.

  c) Menghindari berdiri lama.

  d) Menyediakan waktu istirahat, dengan kaki dielevasi secara periodik sepanjang hari.

  e) Berbaring dengan mengambil posisi sudut kanan beberapa kali sehari.

  f) Mengambil posisi inklinasi beberapa kali sehari (untuk varises vulva).

  g) Mempertahankan tungkai tidak menyilang saat duduk.

  h) Duduk kapanpun memungkinkan terutama dengan kedua tungkai dievelasi, meminimalkan berdiri. i) Mempertahankan postur tubuh dan mekanisme tubuh yang baik. j) Melakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk memfasilitasi peningkatan sirkulasi. k) Memberi sokongan fisik pada varises vulva dengan menggunakan bantalan karet yang dikaitkan dengan sabuk yang bersih. l) Mengenakan penyokong abdomen maternal atau korset untuk menghilangkan tekanan pada vena panggul. m) Melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises vulva atau hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi. n) Melakukan mandi air hangat yang menyenangkan (Varney, 2007;h. 540).

  Ketidaknyamanan pada trimester III kehamilan : 1) Dispareunia

  Nyeri saat berhubungan seksual dapat berasal dari sejumlah penyebab selama kehamilan. Perubahan fisiologis dapat menjadi penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan bagian presentasi. Cara mengatasi : a) Merubah posisi dapat mengurangi masalah yang disebabkan oleh pembesaran abdomen atau nyeri akibat penetrasi yang terlalu dalam.

  b) Mengkompres es dapat mengurangu kongesti yang dapat ditangani, juga menimbulkan ketidaknyamanan tersendiri. c) Mendiskusikan pemikiran yang salah dan ketakutan yang dirasakan dan memberi fakta dapat menenangkan ibu.

  d) Pasangan biasanya menyambut baik informasi mengenai cara alternatif untuk memuaskan hasrat seksual masing- masing pasangan (Varney, 2007;h. 540-541). 2) Nokturia

  Cara mengatasi : menjelaskan mengapa hal ini terjadi lalu membiarkan ibu memilih cara yang nyaman baginya dan menganjurkan ibu mengurangi cairan setelah makan sore sehingga asupannya selama sisa hari tersebut tidak akan memperberat masalah (Varney, 2007;h. 541). 3) Insomnia

  Cara mengatasi : a) Mandi air hangat.

  b) Meminum air hangat sebelum tidur.

  c) Melakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur.

  d) Mengambil posisi relaksasi.

  e) Menggunakan teknik relaksasi progresif (Varney, 2007;h.

  541). 4) Nyeri pada Ligamentum Teres Uteri

  Cara mengatasinya : a) Memfleksikan lutut ke abdomen. b) Membungkuk ke arah nyeri untuk mengurangi peregangan pada ligamen.

  c) Miringkan panggul.

  d) Melakukan mandi air hangat.

  e) Melakukan kompres hangat pada area nyeri.

  f) Menyokong uterus dengan menggunakan bantal tepat di bawah ibu dan sebuah bantal di antara ke dua lutut saat berbaring miring.

  g) Mengenakan penyokong atau korset abdomen maternal (Varney, 2007;h. 541-542). 5) Nyeri Punggung Bawah (Nonpatologis)

  Cara mengatasinya :

  a) Menekuk kaki ketimbang membungkuk ketika mengangkat apa pun, sehingga kedua tungkau (paha) yang menopang berat badan dan meregang, bukan punggung.

  b) Melebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit di depan kaki yang lain saat menekukkan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup saat bangkit dari posisi setengah jongkok.

  c) Mengatur postur tubuh yang baik.

  d) Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban.

  e) Menghindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan tanpa istirahat.

  f) Mengayunkan panggul/miringkan panggul. g) Menggunakan sepatu tumit rendah.

  h) Jika masalah bertambah parah, menggunakan penyokong abdomen eksternal dianjurkan. i) Mengkompres hangat pada punggung. j) Mengkompres es pada punggung. k) Memijat/mengusap pada punggung. l) Untuk istirahat/tidur : (1) Kasur yang menyokong.

  (2) Memposisikan badan dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal untuk meluruskan punggung dan memiringkan tarikan dan regangan (Varney, 2007;h. 536-544).

  f. Gejala dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan (Prawirohardjo,2010; h.282-284).

  1) Perdarahan Perdarahan pada kehamila muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

  2) Preeklampsia Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. 3) Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum

  Bila hal tersebut di atas terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda- tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan (revealed) maupun tersembunyi (concealed).

  a) Trauma abdomen

  b) Preeklampsia

  c) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan

  d) Bagian-bagian janin sulit diraba

  e) Uterus tegang dan nyeri

  f) Janin mati dalam rahim 4) Gejala dan Tanda Lain yang Harus Diwaspadai

  a) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan

  b) Disuria

  c) Menggigil atau demam

  d) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya

  e) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesunggunya.

  g. Asuhan Pada Kehamilan (Prawirohardjo, 2010; h.278-279) 1) Pengertian

  Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu: a) Membangun rasa percaya antara klien dan petugas kesehatan.

  b) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.

  c) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya.

  d) Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi.

  e) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi. 2) Jadwal Kunjungan Kehamilan (Manuaba, 2010; h.114)

  a) Trimester I dan II (1) Setiap bulan sekali.

  (2) Diambil data tentang laboratorium. (3) Pemeriksaan ultrasonografi. (4) Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna. (5) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus I.

  b) Trimester III (1) Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran.

  (2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan. (3) Diet empat sehat lima sempurna.

  (4) Pemeriksaan ultrasonografi. (5) Imunisasi tetanus II. (6) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester tiga.

  (7) Rencana pengobatan. (8) Nasihat tentang tanda in partu, karena harus datang untuk melahirkan.

  a. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

  (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba,dkk, 2010; h.164).

  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 2012; h.69).

  Disimpulkan bahwa pengertian persalinan yaitu proses pengeluaran hasil konsepsi yang berupa janin dan plasenta/uri yang dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. b. Macam-macam Persalinan (Manuaba,dkk, 2010 ;h.164).

  1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. 2) Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar. 3) Persalinan anjuran (partus presipitatus).

  c. Proses Terjadi Persalinan (Manuaba,dkk, 2010 ;h.166-167).

  Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan His. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu : 1) Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis. 2) Progesterone yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan okitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

  Estrogen dan preogesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan.perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks nakan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu makin tua usia kehamilan frekuensi kontraksi makin sering.

  d. Tanda Persalinan (Manuaba,dkk, 2010; h.169).

  1) Kekuatan His makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. 2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah). 3) Dapat disertai ketuban pecah. 4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

  (perlukaan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks).

  e. Kala Persalinan (Mochtar, 2012; h.71) Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu: Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

  Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

  Kala IV : mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam.

  f. Rencana Asuhan Persalinan Normal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014; h.36-49).

  Asuhan Persalinan Kala I: Tatalaksana: 1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu.

  2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:

  a) Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika ditempat tidur sarakan untuk miring kekiri.

  b) Biarkan ia berjalan atau beraktibitas ringan sesuai kesanggupannya.

  c) Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka ibu.

  d) Ajari teknik bernapas. 3) Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang lain tanpa seizing ibu.

  4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air kecil/besar. 5) Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal

  25 derajat celcius dan semua pintu serta jendela harus tertutup. 6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

  7) Sarankan ibu berkemih sesering mungkin. 8) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan partograf.

  Tabel.2.1.Penilaian dan inetrvensi selama kala I Parameter Frekuensi pada kala Frekuensi pada kala I I laten aktif Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit Denyut jantung Tiap 1 jam Tiap 30 menit janin Kontraksi Tiap 1 Tiap 30 menit jam Pembukaan Tiap 4 jam* Tiap 4 jam* serviks Penurunan kepala Tiap 4 jam* Tiap 4 jam* Warna cairan Tiap 4 jam* Tiap 4 jam* amnion Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014;h.36-49).

  9) Pasang infus intravena untuk pasien dengan: a) Kehamilan lebih dari 5.

  b) Hemoglobin <9 g/ dl atau hematokrit <27%.

  c) Riwayat gangguan pendarahan.

  d) Sungsang.

  e) Kehamilan ganda.

  f) Hipertensi.

  g) Persalinan lama. 10) Isi dan letakan partograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien.

  11) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan. 12) Persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi.

  Tabel.2.2.Yang harus diperhatikan dalam persalinan kala I

  Selain kondisi di atas, ada beberapa tindakan yang sering dilakukan namun sebenernya tidak banyak membawa manfaat bahkan justru merugikan, sehingga tidak dianjurkan melakukan hal-hal berikut ini : a) Kateterisasi kandung kemih rutin : dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Lakukan hanya jika ada indikasi.

  b) Posisi terlentang : dapat mengurangi detak jantung dan penurunan aliran darah uteruss sehingga kontraksi melemah.

  c) Mendorong abdomen : menyakitkan bagi ibu, meningkatkan risiko rupture uteri.

  Kemajuan Tanda dan gejala Keterangan Persalinan Kontraksi tidak progresif teratur kecepatan pembukaan serviks kurang lebih 1cm/jam

  Kondisi ibu Denyut nadi meningkat Tekanan darah turun Terdapat aseton urin Kemungkinan dehidrasi atau kesakitan Nilai adakah pendarahan Curiga asupan nutrisi kurang, beri dekstrosa

  IV bila perlu Kondisi bayi Denyut jantung<100 atau>180 menit Posisi selain oksiput anterior dengan fleksi sempurna

  Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014;h.36-49). d) Mengedan sebelum pembukaan pembukaan serviks lengkap: dapat menyebabkan edema dan/atau laserisasi serviks.

  e) Enema .

  f) Pencukuran rambut pubis.

  g) Membersihkan vagina dengan antiseptik selama persalinan.

  Asuhan Persalinan Kala II, III dan IV Tata laksanana: Mengenali tanda dan gejala kala dua:

  1) Memeriksa tanda berikut: a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.

  c) Perineum menonjol dan menipis.

  Menyiapkan Pertolongan Persalinan

  2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.

  a) Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam wadahnya.

  b) Semua pakaian, handuk, selimut, dan kain untuk bayi, dalam kondisi bersih dan hangat. c) Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih.

  d) Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT e) Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

  f) Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid, set infus. 3) Kenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata. 4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk dan tisu bersih. 5) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam. 6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/ wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.

  Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

  7) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

  8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah masuk ke dalam pangguldan tali pusat tidak teraba. 9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya. 10) Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

  Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran

  11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. 12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

  a) Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman.

  b) Anjurkan ibu untuk cukup minum. 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai ndorongan yang kuat untuk meneran. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

  14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

  Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi.

  15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan. 18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  Membantu Lahirnya Kepala

  19) Setelah tampak kepala bayi dengan diamaeter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dikapasi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

  a) Anjurkan ibu untuk meneran sambil bernapas cepat dan dangkal. 20) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi. 21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  Membantu Lahirnya Bahu

  22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

  Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai

  23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah kea rah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

  a) Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelususri memegang lengan dan siku sebelah atas. 24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.

  a) Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya). 25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi: a) Apakah kehamilan cukup bulan?

  b) Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak megap- megap? c) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?

  26) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu. a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya KECULI BAGIAN TANGAN TANPA MEMBERSIHKAN VERNIKS.

  b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.

  c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas dada atau perut ibu. 27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).

  Manajemen Aktif Kala III

  28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik. 29) Salam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unitIM di sepertiga paha atas bagian distal lateral

  (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin!). 30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada sfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. 31) Potong dan ikat tali pusat.

  a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi). b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

  c) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%. 32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

  Letakkan bayi dnegan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. 33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi. 34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. 35) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atau simfisis dan tegakngkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah dorso-kranial secara hati-hati, untuk mencegah terjadinya inversion uteri.

  a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk menstimulasi putting susu.

  37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengkuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial.

  a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: (1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unitIM. (2) Lakukan katererisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh. (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya. (5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir. (6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual. 38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

  a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atu steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

  39) segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

  a) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.

  Menilai Perdarahan

  40) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh. 41) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

  Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

  42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

  a) Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusu.

  b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45-60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

  c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

  d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.

  e) Jika bayi belum menemukan putting ibu-IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu biarkan kontak kulit selama 30-60 menit berikutnya.

  f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, ypindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamik k1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

  g) Kenakan pakaian bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.

  h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali. i) Tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering keinginannya. 44) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai: a) Timbang dan ukur bayi.

  b) Beri bayi salep mata atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

  c) Suntikkan vitamin K1 mg (0,5 Ml untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri anterolateral bayi.

  d) Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5 derajat celcius).

  e) Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.

  f) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi.

  45) Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

  a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu disusukan.

  b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

  46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam: a) Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

  c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.

  d) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalkasana atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik. 47) Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis. 48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit seklama 1 jam pertama pasacasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin.

  a) Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.

  b) Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. 50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 derajat celcius).

  a) Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24 jam setelah suhu stabil.

  51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

  52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih. 54) Pastikan ibu merasa nyaman.

  a) Bantu ibu memberikan ASI.

  b) Anjurkan keluarga untuk memeberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. 55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. 56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

  0,5% selama 10 menit. 57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih. 58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

  Catatan: Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan selesai. a. Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.(Mochtar, 2012; h.87).

  Menurut Williams, vol.1, 2009; h.674, mengatakan masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.

  Disimpulkan bahwa masa nifas yaitu masa pemulihan setelah kelahiran dalam minggu-minggu pertama.Lamanya yaitu 4-8 minggu.

  b. Tahapan Masa Nifas (Mochtar, 2012; h.87) Nifas dibagi dalam 3 periode:

  1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium Intermediat yaitu kepuliah menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sepmpurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.

  c. Involusi Alat-alat Kandungan (Mochtar, 2012; h.87-88)