BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swedish Massage 1. Definisi Swedish massage - WAHYU HARMUNINGSIH BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swedish Massage 1. Definisi Swedish massage Swedish Massage adalah suatu pijatan yang di lakukan seorang

  messure untuk membantu mempercepat proses pemulihan dengan

  menggunakan sentuhan tangan dan tanpa memasukkan obat kedalam tubuh yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi keluhan atau gejala pada beberapa macam penyakit yang merupakan indikasi untuk di pijat. Tujuan dari teknik manipulasi tangan (massage) antara lain adalah rileksasi otot, perbaikan fleksibilitas, pengurangan nyeri, dan perbaikan sirkulasi darah (Wiyoto, 2011).

  Menurut Ali Satya graha dan Bambang Priyonoadi (2009),

  Swedish Massage dikembangkan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu

  Johan Mezger (1839-1909), yang lahir pada tahun yang sama dengan tahun meninggalnya Ling. Ling dan para pengikutnya menggunakan suatu sistem yang panjang dan halus yang membuat suatu pengalaman/rasa yang sangat rileks/santai. Massage merupakan suatu bentuk senam pasif, yang dilakukan pada bagian tubuh dan sebaliknya dengan bagian tubuh atau

  12 seperti halnya jarak/tingkat gerakan (Ali Satya Graha dan Bambang Priyonoadi, 2009).

2. Macam-macam gerakan Swedish massage

  Remedial massage merupakan teknik manipulasi jaringan lunak

  dengan tujuan untuk relaksasi otot, perbaikan fleksibilitas dan pengurangan nyeri dalam upayanya untuk membantu mempercepat proses penyembuhan beberapa macam penyakit. Remedial massage memiliki tujuan/target spesifikyang berkaitan dengan permasalahanpada ototdan dampak dari fungsi otot yang tidak optimal. Adapun teknik-teknik aplikasi remedial massage yang umum digunakan adalah dengan menggunakan metode Swedish massage. Teknik

  remedial massage dengan metode Swedish massagemeliputi :

  a. Eflaurage atau Gosokan Gambar II.1 Eflaurage

  Eflaurage adalah suatu gerakan dengan mempergunakan

  seluruh permukaan telapak tangan melekat pada bagian- bagian tubuh yang digosok. Bentuk telapak tangan dan jari- jari selalu menyesuaikan dengan bagian tubuh yang digosok. Tangan menggosok secara supel/gentle menuju kea rah jantung (centripetal) dengan dorongan dan tekanan. Tetapi boleh juga menuju menyamping (centrifugal) misalnya gosokan ke di bagian dada, perut dan sebagainya. Teknik

  eflaurage dilakukan pada permulaan massage dosis 5 kali

  dan penutup massage dosis 3 kali baik sebagian maupun untuk seluruh tubuh. Eflaurage yang dolakukan pada bagian anggota gerak (extremitas) selalu dengan dorongan dan tekanan yang baik dan setiap gosokan harus berakhir pada kelenjar limfe (pada ketiak untuk anggota gerak atas dan lipat paha untuk anggota gerak bawah).

  b. Petrisage atau pijatan Gambar II.2 Petrisage

  Petrisage adalah suatu gerakan pijatan dengan

  mempergunakan empat jari merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel. Kesalahan pada umumnya tidak dapatnya jari-jari tersebut melurus. Bagian tubuh yang dipijat terletak didalam lengkungan telapak tangan antara jari-jari dan ibu jari. Gerakan memijat dengan meremas otot yang sedikit ditarik keatas seolah-olah akan memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot yang lain. Gerakan pijatan harus dilakukan pada tiap kelompok otot dan otot harus dipijat beberapa kali dengan supel dan rilek.

  c. Tapotemen atau Pukulan Gambar II.3 Tapotemen

  Tapotemen adalah suatu gerakan pukulan dengan

  menggunakan satu tangan atau kedua belah tangan yang dipukul-pukulkan pada obyek pijat secara bergantian. d. Friction atau Gerusan Gambar II.4 Friction

  Friction adalah suatu gerakan gerusan kecil-kecil yang

  dilakukan dengan mempergunakan ujung tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis)yang merapat, ibu jari, ujung siku, pangkal telapak tangan dan yang bergerak berputar-putar searah atau berlawanan arah dengan jarum jam. Berputar-putar dan menggeser ke samping secara supel dan kontinyu sehingga seperti spiral. Untuk lebih menguatkan tekanannya tangan lain dapat membantu menekan diatasnya. Teknik ini dapat dilakukan dibagian pantat, otot-otot para vertebralis (kanan kiri columna

  vertebralis ) di sepanjang tulang belakang, telapak kaki dan

  sekeliling pesendian banyak dilakukan untuk remedial massage . e. Vibration atau Getaran Gambar II.5 Vibration

  Vibration adalah suatu gerakan getaran yang dilakukan

  dengan mempergunakan ujung jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan. Sikap siku fleksi ujung jari-jari seluruh pemukaan telapak tangan diletakkan pada bagian tubuh yang digetar dan tidak boleh menekan keras-keras.

  Gerakan getaran harus halus sekali dan gerakannya sedapat mungkin ditimbulkan pada pergelangan tangan oleh kontraksi otot-otot lengan atas dan bawah. Untuk mendapatkan gerakan yang baik apabila arah jurusan getaran itu ke belakang dan tidak dari samping ke samping.

  f. Skin Rolling atau Melipat dan Menggeser Kulit

  Skin rolling adalah suatu gerakan melipat atau menggeser

  kulit. Sikap pertama seperti mencubit, kemudian kulit digeserkan, jari-jari menekan bergerak maju dan ibu jari menekan mendorong dibelakang. Teknik ini dapat menggunakan satu tangan atau kedua belah tangan. Teknik ini digunakan untuk remedial massage.Efek skin rolling yang utama adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan fatique atau kelelahan yang disebabkan antara lain karena terlalu lama akibat aktivitas pekerjaan rekreasi atau pejalanan jauh, terpapar cuaca/iklim dan suhu lingkungan serta akibat aktivitas lain yang melelahkan.

  Akibat adanya rangsangan temperature/suhu yang ekstrim (terlalu dingin maupun terlalu panas) disekitar kita akan menstimulasi dan mempengaruhi segmen sarafpada kolumna vertebralis sehingga elastisitas tubuh menjadi lemah dan reaksi refleknya menurun (tidak kuat menahan udara dingin).

  o

  Suhu tubuh kita yang normal antara 36-37 C bila mendapat rangsangan yang lebih dingin dari luar tubuh, maka akan menimbulkan reaksi yang hebat berupa terjadinya penguapan (penguapan udara) dalam tubuh terutama dalam system pencernaan sehingga perut menjadi kembung dan keluarlah flatus (kentut). Jadi bukan angina yang masuk ke dalam perut, tetapi karena salah satu bagian organ tubuh (pusat saraf) yang terkena rangsangan dingin. Gejala masuk angina dapat disembuhkan dengan bermacam-macam cara antara lain dengan remedial massage teknik skin rolling tersebut pada bagian para vertebra yaitu di kanan kiri kolumna vertebralis secara sentripetal sentrifugal.

B. Kompres Hangat 1. Definisi Kompres Hangat

  Kompres hangat merupakan bagian dari terapi non farmakologis yang dapat menurunkan nyeri. Kompres hangat dapat menyebabkan sirkulasi darah meningkat dan membawa oksigen ke area nyeri serta membuat otot tendon, maupun ligamen relaksasi (Cyntya, 2013).

  Kompres hangat merupakan tindakan untuk mengurangi nyeri dengan memberikan energy panas melalui proses konduksi. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Pemberian kompres dilakukan pada bagian radang persendian, kejang otot, perut kembung, dan kedinginan (Istichomah, 2009).

  Kompres hangat termasuk salah satu terapi panas. Penggunaan terapi panas ini akan menyebabkan vasodilatation (pelebaran pembuluh darah). Membiarkan darah mengalir lebih banyak pada daerah yang terluka akan membantu penyembuhan. Panas dapat digunakan selama beristirahat karena mengalami cedera, dapat juga dipakai untuk melunakkan bagian tubuh sebelum melakukan latihan pemanasan dan mengurangi kekakuan-kekakuan yang muncul karena cedera yang terjadi sebelumnya. (Taylor, 2008) 2.

   Macam-Macam Metode Kompres Hangat

  Terdapat beberapa metode untuk melakukan terapi panas meliputi: kompres hangat atau panas, bantal pemanas, kream panas, parafin dan bak whirpoll. Aplikasi terapi panas ini dapat dilakukan dengan

  o

  menggunakan kompres selama 2-4 menit dengan suhu 37 C sampai

  o

  40 C yang aman digunakan guna meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. (Taylor, 2008).

  Kompres hangat memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu. Kompres hangat dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri.

  Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah (Uliyah & Hidayat, 2008).

C. Nyeri 1. Pengertian Nyeri

  Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal. Stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik atau mental yang terjadi secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang melelahkan dan membutuhkan energi. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan memengaruhi makna hidup (Potter &Perry , 2012).

2. Sifat Dasar Nyeri

  Pengalaman nyeri merupakan suatu hal yang kompleks, mencakup aspek fisik, emosional, dan kognitif. Kita tidak dapat mengukur nyeri secara objektif, seperti melalui tes darah. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri tersebut timbul dan bagaimana perasaan klien ketika nyeri terjadi. Untuk membuktikan bahwa mereka sedang dalam keadaan nyeri bukan merupakan tanggung jawab klien, tetapi hal tersebut merupakan tanggung jawab perawat untuk menerima adanya keluhan nyeri yang diungkapkan oleh klien (Potter &Perry , 2012).

  Teori mekanisme gate control, walaupun banyak peneliti memberikan saham kepada teori mengenai mekanisme pengolahan impuls nyeri disusunan saraf pusat, konsep yang kini masih diterima adalah dari Melzack dan Wall (1965). Hipotesis ini dikenal sebagai mekanisme Gate Control dari Melzack dan Wall.

  Pengalaman terdahulu merupakan faktor yang membuat otak campur tangan dan mengubah pengelolaan untuk membuka atau menutup pintu gerbang. Impuls otak yang melakukan kelola sentral itu disampaikan melalui serabut-serabut di funikulus dorsalis.

  Lintasan impouls perasaan nyeri terdiri atas serangkaian neuron. Dari tepi sampai di dalam susunan saraf pusat rangkaian neuron itu dibedakan menjadi neuron pertama, kedua, dan ketiga.

  Neuron pertama ialah neuron yang membentuk ganglion spinal. Neuron tersebut berbentuk pseudounipolar. Juluran perifernya membentuk alat perasaan (serabut bebas) dan serabut sensorik perifer.

  Juluran sentral ganglion spinal membentuk radiks dorsalis dan berakhir di nucleus proprius kornu dorsalis.

  Juluran perifer ganglion spinal yang menyusun serabut sensorik perifer mempunyai diameter yang berbeda-beda. Impuls perasaan nyeri dan suhu disalurkan oleh serabut sensorik perifer yang berdiameter halus (golongan A) atau yang tidak berselubung myelin (golongan C).

  Neuron kedua lintasan tersebut dibentuk oleh sel-sel yang menyusun nucleus proprius kornu dorsalis itu. Juluran kelompok neuron ini menyusun traktus spinotalamikus. Jaras ini mulai di nucleus proprius kornu dorsalis, lalu menyilang garis tengah melalui komisura alba untuk menerima di funikulus ventrolateralis dan kemudian membelok ke rostral dan menggabungkan diri dengan serabut spinotalamikus lainnya yang mengakhiri perjalanannya di nukleus ventro-postero-lateralis

  (VPL) sisi kontralateral. Neuron-neuron yang menyusun VPL merupakan neuron ketiga lintasan impuls perasaan nyeri yang memproyeksikan impulsnya ke daerah 1, 2 dan 3 di area brodman.

  Menurut Melzack dan Wall, mekanisme Gate Control itu bekerja terus-menerus, juga apabila tampaknya tidak ada perangsangan apapun, oleh karena aktivitas dasarnya dipelihara oleh penghantaran serabut golongan yang halus, yang memiliki reseptor yang dapat menyesuaikan diri secara lembut, sehingga menghasilkan after discharge yang berkepanjangan dan dengan demikian menghasilkan aktivitas yang terus-menerus.

  Apabila reseptor-reseptor dirangsang secara aktif, maka banyak serabut mulai mencetuskan aktivitas dan peningkatan aktivitas mereka mempengaruhi aktivitas yang dikeluarkan oleh sel-sel target area. Aktivitas berikutnya tergantung dari jumlah serabut yang aktif, derap pencetusan aktivitasnya dan perbandingan antara jumlah serabut besar dan halus yang aktif. Dengan demikian, jika suatu ambang rangsang tertentu sudah terlampaui, maka sel-sel target area mulai menggiatkan

  action system dan menghantarkan impuls nyeri.

  3. Fisiologis Nyeri

  Terdapat empat proses fisiologis dari nyeri nosiseptif (nosiseptif : saraf-saraf yang menghantarkan stimulus ke otak) : transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi (Potter & Perry , 2012).

  4. Jenis-jenis Nyeri

  Menurut Potter & Perry (2012) , nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya nyeri berlangsung (akut atau kronis), atau dengan kondisi patologis (kanker atau neuropatik).

  a. Nyeri Akut / Sementara Nyeri akut bersifat melindungi, berdurasi pendek, dan memiliki sedikit kerusakan jaringan serta respons emosional.

  b. Nyeri Kronis / Menetap Nyeri kronis berlangsung lebih lama dari yang diharapkan, tidak selalu memliki penyebab yang dapat diidentifikasi, dan dapat memicu penderitaan yang teramat sangat bagi seseorang.

  c. Nyeri Kronis yang Tak Teratur (Episodik) Nyeri berlangsung selama beberapa jam, hari, atau minggu.

  d. Nyeri Akibat Kanker Nyeri kanker biasanya disebabkan oleh berkembangnya tumor dan berhubungan dengan proses patologis, prosedur invasif, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi, dan keterbatasan sevara fisik. e. Nyeri Akibat Proses Patologis Proses-proses patologis tersebut memiliki karakter nyeri yang berbeda beda satu sama lain.

  f. Nyeri Idiopatik Nyeri idiopatik adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab fisik atau psikologis yang dapat mengidentifikasi atau nyeri yang dirasakan sebagai berlebihnya tingkat kondisi patologis suatu organ.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

  Menurut Potter & Perry (2012) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respon nyeri antara lain : a. Usia

  Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia.

  b. Jenis Kelamin Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon terhadap nyeri.

  c. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. d. Makna Nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan.

  e. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

  f. Ansietas Nyeri biasanya bertambah parah saat cemas, otot menegang dan kelelahan muncul. Studi menunjukan bahwa klien yang diajarkan sebelum operasi tentang apa yang dihadapi setelahoperasi, tidak membutuhkan analgetik sebanyak orang- orang yang menjalani prosedur operasi (Saputro, 2010). g. Keletihan Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri terasa intensif dan menurunkan kemampuan koping.

  h. Pengalaman Sebelumnya Setiap orang akan belajar dari pengalamannyeri masa lalu.

  Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman dimasa lalu dalam mengatasi nyeri (Saputro, 2010). i. Gaya Koping

  Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti dirumah sakit, klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan demikian gaya koping mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri. j. Dukungan Keluarga dan Sosial Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

6. Skala intensitas nyeri

  Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individu dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

  Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).Intensitas nyeri dapat diukur menggunakan alat yang berupa Verbal Discriptor Scale (VDS), Numerik Rating Scale (NRS), dan Visual Analog Scale (VAS).

  a. Verbal Discriptor Scale (VDS) Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian ini dirangking dari “ tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”.

  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri

nyeri terkontrol berat tidak

terkontrol

  Gambar II.6 Verbal Discriptor Scale (VDS)

  b. Numerik Rating Scale (NRS) Skala penilaian numerik (Numerik Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai alatpendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

  Gambar II.7 Numerik Rating Scale (NRS) Numeric Rating Scale (NRS) merupakan skala yang valid, numerik memiliki sensitivitas yang baik dan menghasilkan data yang dapat dianalisis secara statistik untuk tujuan audit (Wiliomson et al, 2005). Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Pasien dinyatakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan menunjukan angka 0-10, dimana angka 0 menunjukan tidak adanya nyeri, angka 1-3 menunjukan nyeri ringan, angka 4-6 menunjukan nyeri sedang dan angka 7-10 menunjukan nyeri berat.

  c. Visual Analog Scale (VAS) Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus,yang mewakilkan intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter & Perry 2006).

  Tidak Nyeri nyeri sangat hebat

  Gambar II.8 Visual Analog Scale (VAS) D.

   Low Back Pain (LBP) 1. Definisi Nyeri punggung bawah ialah perasaan nyeri di daerah lumbo sakral.

  Mobilitas punggung bawah sangat tinggi di samping itu juga menyangga beban tubuh dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain (Harsono, 2000).

  Nyeri punggung bawah (NBP) atau low back pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut kronik (Tunjung, 2009).

2. Klasifikasi low back pain

  Menurut Bimariotejo (2009) berdasarkan perjalanan klinisnya LBP dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a. Acute Low Back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang wakunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low Back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligament dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal masih dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri punggung akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

  b. Chronic Low Back pain, rasa nyeri pada chronic Low Back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapatberulang- ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memilikionset yang berubah.

  3. Etiologi

  Etiologi nyeri punggung bawah bermacam-macam, yang paling banyak adalah penyebab sistem muskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal,sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskular. Proses infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor, ialah : (a) otot, (b) discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior, sarkoiliaka, (d) kompresi saraf/radiks ,(e) metabolik , (f) psikogenik, (g) umur (Dachlan,2009).

  4. Faktor Resiko

  Faktor resiko nyeri punggung bawah meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial (Bimareotejo, 2009) . Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah daerah lain,antara lain sarkoiliaka, koksigenus,bokong, kebawah lateral atau posterior paha,tungkai, dan kaki (Bimareotejo, 2009).

  Faktor resiko dari LBP yang paling sering adalah yang berhubungan dengan faktor pekerjaan ergonomik. Faktor pekerjaan ini termasuk berpindah,pekerjaan berat ,vibrasi dari seluruh tubuh dan ketidaknyamanan postur. Faktor resiko yang utama penyebab LBP adalah karakteristik individual.

  Karakteristik individual ini termasuk riwayat LBP sebelumnya, umur,jenis kelamin, faktor sosioekonomi, kebiasaan merokok, masalah psikologi atau emosi, jenis personality, dan tingkat pemahaman. LBP merupakan gejala yang kompleks yang berasal dari efekinteraksi dan psikososial, biomekanika dan faktor individual. Oleh karena itu faktor karakteristik individual ini menjadi sangat penting dalam menjelaskan bagaimana seseorang dapat mengalami LBP (Simone, 2012) a. Riwayat LBP sebelumnya.

  Riwayat LBP sebelumnya merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk seorang individu mengalami LBP dimasa depan (Simone, 2012).

  b. Usia Usia memiliki peran tersendiri dalamkejadian LBP.

  Kejadian LBP meningkat berhubung dengan peningkatan usia. Pada rentang umur 50 hingga 60 merupakan kejadian terbanyak dan setelah umur 60 terjadi penurunan kejadian LBP. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan LBP yang berhubungan dengan usia adalah akumulasi kerusakan tulang belakang akibat beban kerja tulang belakang seperti mikrotrauma,degenerasi natural tulang belakang dan penurunan kapasitas tulang belakang dan weight bearing (Simone, 2012) c. Jenis kelamin

  Pada survei berbasis komunitas, resiko LBP lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria,. Resiko dari LBP ini meningkat dua kali lipat untuk wanita dengan riwayat LBP sebelumnya. Wanita yang mengalami LBP biasanya disebabkan oleh faktorlebarnya pelvis,perubahan hormon akibat stress,dan akibat melahirkan. Nyeri yang dirasakan akibat LBP mengganggu aktivitas, pola tidur dan sewaktu waktu mengganggu produktivitas. Nyeri yang dialami oleh keseluruhan wanita yang mengalami LBP terkadang bisa berlanjut menjadi nyeri kronik atau rekuren (Simone, 2012) d. Karakteristik sosioekonomi

  LBP lebih sering ditemukan pada wanita dengan kelas sosioekonomi yang tinggi dengan pekerjaan sebagai manajer, pegawai bayaran maupun pekerjaan profesi (Simone, 2012)

  e. Merokok Beberapa studi mengemukakan dua pendapat yang berbeda, merokok merupakan faktor resiko LBP dan pendapat lain mengemukakan merokok bukan merupakan faktor dari LBP.

  Beberapa penjelasan mengarah pada spekulasi bahwa LBP disebabkan oleh batuk yang berhubungan dengan rokok dan meningkatkan tekanan diantara diskus intervertebralis, menyebabkan pembengkakan diskus dan herniasi. Penjelasan yang lainnya adalah terkait dengan efek nikotin. Nikotin yang terkandng didalam rokok menyebabkan penurunan perfusi darah pada corpus vertebrae yang mengganggu metabolism diskus dan penurunan mineral pada tulang yang dapat menyebabkan mikrofaktur ( Simone,2012).

  f. Psikologi Terdapat bukti yang kuat bahwa komorbiditas tinggi antara gangguan psikologi dan nyeri, padasebagian pasien dengan nyerikronik. Terdapat laporan mengenai nyeriyang menyebabkan ansietas pada jenis kelamin spesifik. Terdapat hubungan yang signifikan antara ansietas dan nyeri pada pria,bukan pada wanita. Tetapi pada wanita, faktor-faktor seperti depresi,penderitaan,ansietas yang sensitif,stress, dan tidak bersemnagat dengan nyeri dilaporkan secara signifikan berhubungan dengan LBP (Simone, 2012) g. Kafein Kafein memiliki efek sentral, dalam beberapa studi telah dibuktikan bahwa kafein mempengaruhi proses nyeri. Kafein

  1,

  2A

  2B

  merupakan antagonis reseptor adenosine A A dan A yang banyak terletak pada korda spinalis, thalamus dan bagian supraspinal lainnya ( European Guideline, 2004)

  Kafein berperan dalam meningkatkan efek analgesik dari beberapa obat seperti asetaminofen, dan beberapa NSAID.

  Analgesik yang mengandung campuran kafein ini banyak digunakan pada beberapa gangguan berupa nyeri ( European Guideline, 2004)

  h. Aktivitas Fisik Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa olahraga memiliki efek positif terhadap pencegahan back pain,mencegah penambahan episode dari back pain, dan mencegah disabilitas pada penderita LBP. Besar dari efek aktivitas fisik terhadappencegahan LBP dilaporkan merupakan efek ringan sedang ( European Guideline, 2004) i. Obesitas

  Obesitas merupakan salah satu faktor yang menjadi suspek yang tidak terlalu berhubungan dengan LBP namun faktanya dapat menyebabkan LBP (Tobim, 2011). Menurut penelitian Samartzis et al ,obesitas dan overweight merupakan faktor yang berhubungan dengan degenerasi diskus intervertebralis. Selama ini overweight dan obesitas di postulasikan sebagai penyebab degenerasi diskus karena terdapat bebab kompresif yang berlebihan pada vertebra orang yang overweight dan obesitas.

E. Petani 1. Pengertian petani

  Hingga kini, walaupun setiap pemangku kepentingan bahkan negara telah menetapkan istilah dan definisi mengenai petani, baik untuk tujuan analisis maupun tujuan pelaksanaan program pemerintah, namun sebenernya belum ada satu definisi yang disepakati secara universal mengenai istilah dan pengertian petani. Terdapat variasi yang luas mengenai pengertian petani yang dibuat oleh satu negara dan negara lain ataupun satu pemangku kepetingan yang lain. Sebagai contoh misalnya, definisi petani menurut Brazil berbeda dengan definisi petani menurut Amerika Serikat. Di Brazil, petani dianggap sebagai petani kecil jika :

  a. Mengolah lahan pertanian bersama dengan keluarganya (ia tidak mempekerjakan orang lain yang bukan keluarganya). b. Ukuran lahan lebih kecil dari 4 (empat) fiscal modules (1 modul setara dengan 5-110 ha, tergantung pada lokasinya).

  c. Hasil pertanian menjadi pendapatan utama bagi pemiliknya.

  Pemerintah Amerika Serikat, tepatnya Departemen Pertanian Amerika Serikat, menggunakan istilah petani untuk semua skala, baik petani skala kecil, menengah maupun besar, namun setiap skala memiliki batasan yang jelas. Petani berskala kecil di Amerika Serikat merupakan pemilik usaha dibidang pertanian (agricultural business) di mana ia dan keluarganya merupakan pemilik terbesar dari usaha tersebut (he and his family own the majority of the business). Selain itu, petani berskala kecil juga dibatasi dari besarnya pendapatan. Petani disebut berskala kecil jika pendapatan pertahunnya berkisar 350.000 dolar Amerika Serikat. Petani dengan pendapatan pertahun 350.000 hingga 999.999 dolar Amerika Serikat disebut petani berskala menengah, dan petani dengan pendapatan lebih dari 1 juta dolar Amerika Serikat disebut petani berskala besar.

2. Klasifikasi Petani

  Studi tentang musculoskeletal disorders (MSDs) pada berbagai jenis industry mendapatkan bahwa ada beberapa otot yang sering dikeluhakan oleh pekerja, yaitu otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, serta otot-otot bagian bawah. Dari berbagai keluhan tersebut, pinggang merupakan bagian otot yang paling banyak dialami Data dari Berau Of Statistics (BLS) Departemen Tenaga Kerja Amerika menyatakan 20% dari semua kasus sakit yang disebabkan pekerjaan dan 25% biaya kompensasi yang di keluarkan karena adanya keluhan/ sakit pinggang (Tarwaka,2015).

F. Kerangka Teori

  3. Chiropractic

  Wiyoto (2011)

  Gambar II.9 Kerangka Teori Simone (2012), Tunjung (2009), Bull (2007),

  a.Swedish Massage

  4. Relaksan otot

  3. Analgesik campuran

  2. Obat anti- inflamasi nonsteroid (OAINS)

  1. Parasetamol

  Farmakologi :

  5. Kompres Hangat 6.. Massage :

  4. Ultrasonografi

  Nyeri Punggung Bawah Faktor Resiko :

  1. Riwayat LBP sebelumnya

  1. Fisioterapi

  Penatalaksanaan Nyeri Non Farmakologi :

  9. Obesitas

  8. Aktivitas Fisik

  7. Kafein

  6. Psikologi

  5. Merokok

  4. Karakteristik sosioekonomi

  3. Jenis kelamin

  2. Usia

  2. Osteopati

G. Kerangka Konsep

  Variabel Independen Variabeldependen

  Gambar II.10 Kerangka Konsep H.

   Hipotesis

  Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas dapat dirumuskan suatu Hipotesis penelitian ini yaitu : Ha : Swedish Massage efektif terhadap perubahan tingkat nyeri kejadian low back pain pada petani di Desa Pasinggangan Banyumas.

  Ho : Swedish Massage tidak efektif terhadap perubahan tingkat nyeri kejadian low back pain pada petani di Desa Pasinggangan Banyumas.

  Nyeri Punggung Bawah

  Swedish Massage