Evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 - USD Repository
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
PADA PASIEN PASCA BEDAH SESAR
DI BANGSAL BAKUNG TIMUR RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR
PERIODE FEBRUARI 2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Ni Komang Trisna Dewi
NIM : 038114051
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Cinta membuat kita bersayap dan membuat tubuh menjadi lebih
ringan, sehingga memungkinkan kita untuk mencapai
tempat-tempat yang lebih tinggi (Gede Prama).
Doa-doa tanpa ketulusan adalah surat-surat tanpa perangko
Doa-doa tanpa bakti dan cinta kasih adalah surat-surat tanpa alamat
Doa-doa dengan ketulusan, bhakti, cinta kasih dan kerinduan seperti
telegram (Satya Narayana Swami).
Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat kebaikan,
Loba berkembang dari sifat nafsu dan kegiatan yang bukan-bukan,
Sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan
(Bhagavad gita, sloka 14.17)
I dedicated this to:
Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kehidupan, berkah, perlindungan,
tuntunan dan kasih sayangNya.
Ayahanda I Wayan Menyan & Ibunda Ni Nyoman Jelih atas semua kasih sayang,
doa, pendidikan, perjuangan dan pengorbanannya.
MY ALMAMATER
INTISARI
Bedah sesar (section caesarea) adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
Pasien terbanyak pada usia 30-34 tahun (44,5%), dengan indikasi terbanyak ketuban pecah dini (37%). Tingkat pendidikan pasien terutama lulusan SLTA (55,6%) dengan jenis pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga (44,5%). Pasien sebagian besar (92,6%) dirawat di Bangsal kelas III.
Golongan obat yang paling banyak diberikan adalah golongan antibakteri, oksitoksik, analgesik non opioid antiinflamasi non steroid, serta obat yang mempengaruhi darah dan gizi masing-masing sebanyak 100%. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah amoksisilin, metilergometrin, dan asam mefenamat masing-masing sebanyak 100%.
Jumlah kasus drug related problems (DRPs), yaitu: dosage too low sebanyak 17 kasus. Pasien menjalani rawat inap selama 3-6 hari. Semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang membaik.
Kata kunci: bedah sesar, obat, drug related problems (DRPs)
ABSTRACT
Section caesarea is a surgery through abdomen wall and uterus to give birth an infant from the womb. This research was aimed to evaluate the use of drugs to the patients of post section caesarea in East Bakung Ward Sanglah Hospital Denpasar in the period of February 2007.
The most patients are at the age of 30-34 years old (44,5%), with the most indication of early fetal membrane hatched out (37%). Patient’s educational status are Senior High School (55,6%) with the most profession as the wife house(44,5%). Most of the patients (92,6%) are hospitalized in the third class ward.
The most given drugs types are antibacterial type, oksitoksic, analgetic non opioid antiinflamasi non steroid, and also drugs which can affect blood and nutrition each is 100%. The drugs types that mostly given are amoxicillin, methylergometrin, and mefenamic acid each is 100%.
Number of drug related problems (DRPs) cases, i.e. dosage too low is 17 cases and dosage too high 1 cases. The patients are hospitalized for about 3-6 days. All of the patients are home with a better clinic condition.
Keywords: section caesarea, drugs, drug related problems (DRPs)
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca
Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar
Periode Februari 2007”.Penulisan skripasi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Sanglah Denpasar yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, serta selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, saran, semangat dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji serta memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Staf, karyawan di Diklat, Litbang dan Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar atas bantuan, saran dan waktu yang diberikan selama penulis melakukan pengambilan data untuk penelitian.
6. Ayahanda I Wayan Menyan, Ibunda Ni Nyoman Jelih, dan Nenek Metua Tubreg yang telah membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan semangat, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan penulis. I Love My Family.
7. My Brothers and my sisters: I Putu Karyana, I Kadek Artana, Mbok Tut Sukri dan Mbak Rina yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan doanya untuk penulis.
8. Kepit, Dek Iting, Mank Divi dan Tata yang selalu menghadirkan keceriaan di hati penulis.
9. Ely atas semua cinta, sayang, semangat, doa, keceriaan dan kesabarannya pada penulis. I Love U.
10. Mbok Ade Sri sekeluarga, Mbok Kar, Bli Tut De, Bli Made Danya, Iwe Suar dan Iwe Car atas semua nasihat dan semangat yang diberikan pada penulis.
11. Ibu Putu Aryani dan Bapak, atas semua bantuan, bimbingan dan semangat yang diberikan pada penulis. Yandi sekeluarga atas kesetiaannya menemani penulis selama satu bulan dalam pengambilan data penelitian.
12. Devi, Titien, Ocha, Ratna, Timur, Simon, Madya, Mega and Juleha atas kebersamaan dan kekompakkannya selama ini. Devi and Titien terima kasih pinjaman bukunya. Temen-temen kelompok praktikum C atas kebersamaan dalam suka dan duka melewati praktikum.
13. Kamizo terima kasih atas doa dan semangatnya untuk penulis. Dek Sanjaya, Oming and Adi yang selalu menghibur lewat sms saat penulis lagi stres dan jenuh.
14. Oe2s, Meta, Vi2, Mbak Wiwit yang selalu menghibur, memberi semangat, membantu dan menemani penulis.
15. Santra, Sukerta, Kawi, Bli Ngurah and Dode atas kebersamaan dan bantuannya selama ini. Vina, Suster Fidelis, Rani, Puguh, Fajar, Gayung and Printa buat semua bantuan dan kebersamaannya selama KKN, terima kasih buat keceriaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 1 Agustus 2007 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………... v
INTISARI ………………………………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. viii DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………... xvii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………….
1 1. Rumusan masalah ………………………………………………..
4 2. Keaslian penelitian ……………………………………………….
5 3. Manfaat penelitian ……………………………………………….
5 B. Tujuan Penelitian ………………………………………………….
6
1. Tujuan umum ……………………………………………………
6 2. Tujuan khusus …………………………………………………...
6 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan ………………………………………………
7
B. Bedah Sesar ……………………………………………………..
8
1. Istilah-istilah dalam bedah sesar ………………………………
9 2. Jenis-jenis operasi bedah sesar ………………………………..
10
3. Indikasi-indikasi bedah sesar …………………………………
11 C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya …………..
13
1. Infeksi …………………………………………………………
13 a) Definisi ……………………………………………………...
13
b) Penyebab ……………………………………………………
14 c) Terapi ……………………………………………………….
14 d) Penggolongan antibiotika ………………………………......
15 2. Nyeri …………………………………………………………..
27
a) Definisi ………………………………………………………
27
b) Penyebab ……………………………………………………
27 c) Terapi ……………………………………………………….
29
d) Penggolongan analgesik ……………………………………
29 3. Anemia ………………………………………………………..
31 a) Definisi ……………………………………………………..
31
b) Penyebab ……………………………………………………
31 c) Terapi ……………………………………………………….
31
d) Penggolongan vitamin ………………………………………
32 4. Komplikasi-komplikasi Lain Bedah Sesar dan Terapinya …….
33 a) Oksitosin …………………………………………………….
33 b) Cairan Elektrolit …………………………………………..
35 D. Penggunaan Obat yang Rasional ……………………………….
37 E. Drug Related Problems (DRPs) ………………………………..
38 F. Keterangan Empiris …………………………………………….
40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………..
41 B. Definisi Operasional ……………………………………………
41 C. Subyek Penelitian ………………………………………………
43 D. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian ………………………..
43 E. Jalannya Penelitian ……………………………………………...
43 1. Analisis situasi dan penentuan masalah ……………………….
43 2. Tahap penelusuran data ……………………………………….
44
3. Tahap pengambilan data ………………………………………
44 4. Tahap analisis data …………………………………………….
45 F. Tata Cara Analisis Data ………………………………………….
45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Bedah Sesar ………………………………..
48 B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Bedah Sesar ……………
53 1. Kelas Terapi …………………………………………………….
53 2. Jenis Obat ……………………………………………………….
53
a. Antiinfeksi ……………………………………………………
53 b. Obat Obstetrik dan Ginekologi ……………………………….
58 c. Analgesik ……………………………………………………..
61 d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah ……………………..
62 e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah ……………………….
65 f. Obat lain …………………………………………………….
68 C. Drug Related Problems (DPRs) ………………………………….
69 D. Kondisi Pasien dan Lama Rawat Inap …………………………...
71 E. Rangkuman Pembahasan …………………………………………
73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………….
77 B. Saran ………………………………………………………………
78 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….....
79 LAMPIRAN …………………………………………………………....
82 BIOGRAFI …………………………………………………………….. 130
DAFTAR TABEL
Tabel I Usia pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………….. 48
Tabel II Pasien dengan satu indikasi bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………. 49
Tabel III Pasien dengan lebih dari satu indikasi bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 … 49
Tabel IV Data tingkat pendidikan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 .... 51
Tabel V Pekerjaan pasien bedah sesar yang dirawat di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………... 52
Tabel VI Data kelas bangsal pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….. 52
Tabel VII Kelas terapi pada pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………….. 53
Tabel VIII Antiinfeksi yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………… 57
Tabel IX Obat Obstetrik dan Ginekologi yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………………………………………… 59
Tabel X Analgesik yang diterima pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………………………………………………… 62
Tabel XI Obat yang mempengaruhi gizi dan darah yang diterima pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………………………………. 65
Tabel XII Cairan elektrolit yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 ………………………………………………….. 67
Tabel XIII Golongan dan jenis obat lain yang diterima pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………………………………………. 69
Tabel XIV Drug Related Problems (DRPs) ………………………………. 70 Tabel XV Kondisi pasien pasca bedah sesar saat pulang dari Bangsal
Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 … 71 Tabel XVI Lama rawat inap pasien bedah sesar di Bangsal Bakung
Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………. 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi pada wanita ……………………………………… 7 Gambar 2 Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita ……………. 7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data rekam medis pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007………………………………………………………….. 82
Lampiran 2 Penggolongan obat pasien bedah sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 …………………………………………………………. 120
Lampiran 3 Komposisi Obat Brand Name yang Diterima Pasien Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur RS Sanglah Denpasar Periode Februari 2007…………………………….. 130
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedah sesar (section caesarea) akhir-akhir ini sangat marak dilakukan
oleh wanita yang akan melahirkan. Sebagian besar dari mereka beranggapan, bahwa vagina mereka akan “molor” ketika melahirkan secara normal. Akibatnya, berkembanglah mitos bahwa vagina yang molor akan membuat hubungan kelamin menjadi tidak nikmat, sehingga menyebabkan suami mereka akan berpaling ke pelukan wanita lain. Tindak lanjutnya, sebagian wanita muda atau calon ibu yang mewarisi perspektif ini akan memilih bedah sesar untuk menyelamatkan elastisitas alat vitalnya itu. Tindakan yang diyakini sebagai langkah “penyelamatan” ini sebenarnya justru lebih berisiko daripada persalinan normal melalui vagina.
Risiko yang sering muncul pada kasus bedah sesar adalah risiko infeksi dan pendarahan. Dari data statistik disebutkan insidennya mencapai 10% (Abu Bakar, 2002).
Seiring dengan perkembangan informasi di bidang kesehatan, akses untuk mendapatkan infomasi, berita, laporan, penemuan, tinjauan ilmiah dari berbagai topik terutama mengenai bedah sesar banyak dijumpai di internet. Akibat dari banyaknya informasi yang ada, maka munculah konsep baru yang lahir di seputar bedah sesar. Terbukanya sumber informasi dalam tahun-tahun terakhir ini, menyebabkan kaum wanita di Amerika Serikat (AS) menjadi semakin sadar, semakin paham akan bahaya dan risiko dari tindakan bedah sesar, sehingga insidennya pun menjadi berkurang di AS (21%). Di Indonesia angka ini justru meluncur ke atas. Data rumah sakit swasta dari kota-kota besar di Indonesia menunjukkan kekerapannya berkisar antara 30-80%. Hal ini disebabkan sumber informasi di negeri kita belum terbuka lebar, jumlah penduduk kita yang mampu mengakses informasi yang bertebaran di internet sangat kecil dan diperkuat juga oleh minat baca bangsa kita yang sangat rendah (Abu Bakar, 2002). Akan tetapi dilain pihak, perluasan indikasi untuk melakukan bedah sesar dan kemajuan dalam teknik operasi dan anestesi serta obat-obat menyebabkan angka kejadian bedah sesar dari periode ke periode meningkat (Mochtar, 1998).
Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998).
Bedah sesar bertujuan untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal. Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin sangat tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan obat-obatan angka tersebut menjadi sangat menurun (Mochtar, 1998).
Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang kematian maternal dan perinatal, baik untuk suatu daerah, wilayah dan secara nasional. Hal ini disebabkan belum adanya sistem pencatatan, pelaporan dan pendaftaran wajib bagi kelahiran dan kematian. Secara umum, angka kematian maternal dari rumah-rumah sakit di Indonesia berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan, sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 77,3 sampai 142,2 per 1000. Bila dibandingkan dengan negara-negara maju, angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Di negara maju angka kematian maternal berkisar antara 1,5-3,0 per kelahiran hidup, sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 13,0 sampai 30,0 per 1000 kelahiran. Tingginya angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia ditemukan pada rumah-rumah sakit yang menerima banyak kasus patologik dengan penderita sering kali dalam keadaan buruk (Mochtar,1998).
Dalam suatu proses bedah sesar, kemungkinan terjadinya suatu infeksi sangat besar, hal ini disebabkan adanya pembukaan jaringan tubuh sehingga mempermudah mikroorganisme untuk masuk ke tubuh pasien. Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Untuk mencegah dan mengobati infeksi maka pasien memerlukan terapi antiinfeksi, salah satunya adalah antibiotika.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Anonim, 2006b). Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000a).
Keluhan yang secara umum dirasakan oleh pasien pasca bedah salah satunya adalah timbulnya rasa nyeri di daerah bekas sayatan operasi. Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya digunakan suatu analgesik. Analgesik adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Anief, 2003). Obat-obatan yang diberikan untuk pasien bedah sesar kemungkinan dapat mengalami Drugs Related Problems (DRPs), dan seiring dengan adanya peningkatan kejadian bedah sesar yang terjadi di Indonesia, membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Rumah Sakit Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit rujukan di propinsi Bali.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. seperti apakah karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas bangsal pasien di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007?
2. seperti apakah pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007?
3. apakah pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007 terjadi Drugs Related Problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat?
4. seperti apakah dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal, dan lama rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007? 2.
Keaslian penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai “Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari – Juni 2002” yang dilakukan oleh Wikaningtyas (2004).
Sejauh yang penulis ketahui penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar Periode Februari 2007 belum pernah dilakukan. Penelitian ini berbeda dari penelitian Wikaningtyas (2004) yang bersifat retrospektif.
Perbedaannya terletak pada metode pengambilan data yang bersifat prospektif, lokasi penelitian, periode penelitian dan pada penelitian Wikaningtyas tidak terdapat analisis drug related problems.
3. Manfaat penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terutama di Bangsal Bakung Timur mengenai penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar. Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai pendukung proses terapi pada pasien pasca bedah sesar oleh dokter maupun pelaksanaan praktek farmasi klinik oleh farmasis di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pengobatan bagi pasien pasca bedah sesar.
B.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain untuk mengetahui: 1. karakteristik pasien pasca bedah sesar yang meliputi: usia pasien, indikasi, tingkat pendidikan pasien, jenis pekerjaan pasien, dan kelas bangsal pasien di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
2. pola peresepan obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007. 3. drugs related problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan obat.yang terjadi pasien pasca bedah sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit
Sanglah Denpasar periode Februari 2007. 4. dampak yang terjadi pada pasien pasca bedah sesar yang berhubungan dengan penggunaan obat, yang meliputi: sembuh, meninggal, dan lama rawat inap di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Fisiologi Kehamilan Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya (Anonim, 2007a). Kehamilan terjadi karena adanya proses ovulasi sel telur ke dalam tuba fallopi, dimana jika sel telur tersebut dibuahi oleh sperma, sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan entopik, dimana kehamilan tidak terjadi di rahim, tapi terjadi di bibir rahim atau bahkan di ovarium (Anonim, 2007b).
Gambar 1. Anatomi pada wanita Gambar 2. Anatomi organ reproduksi dalam pada wanita
(Anonim, 2007b). (Anonim, 2007b)
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran yaitu 38 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio pada minggu-minggu awal kehamilan dan kemudian menjadi janin sampai masa kelahiran. Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1 (G ), sedangkan wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai
1
gravida 0 (G ) (Anonim, 2007a). Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dikenal dengan istilah partus (P).
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari atau 43 minggu. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur atau cukup bulan, kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam tiga bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama yaitu antara 0 sampai 12 minggu, kehamilan triwulan kedua antara 12-28 minggu, dan kehamilan triwulan terakhir antara 28 sampai 40 minggu (Wiknjosastro, 1991).
B.
Bedah Sesar
Istilah bedah sesar (section caesarea) berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex
Regia ) dan Emperor’s Law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang
menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Tindakan bedah sesar pertama kali dilakukan untuk menolong kelahiran
Julius Caesar yaitu kaisar Roma pada tahun 700 sebelum masehi. Namun, dalam tahun 1974, yaitu ketika seorang dokter di Virginia Amerika Serikat melakukan operasi pada istrinya (Kasdu, 2003). Bedah sesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau bedah sesar adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Persalinan bedah sesar adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1,000 gram atau umur kehamilan >28 minggu (Manuaba, 1999).
Secara umum bedah sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tujuan bedah sesar adalah untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal (Mochtar,1998). Keuntungan bedah sesar adalah waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan dapat dilakukan dengan baik. Kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan akan lebih mudah terjadinya antonia arteria dengan perdarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1981).
1. Istilah-istilah dalam bedah sesar:
a. bedah sesar primer (efektif) dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara bedah sesar, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit atau cervicalix (CV) <8 cm. b. bedah sesar sekunder dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan bedah sesar.
c. bedah sesar ulang (repeat caesarean section)
ibu pada kehamilan yang lalu mengalami bedah sesar (previous caesarea section ) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan bedah sesar ulang.
d. bedah sesar histerektomi (caesarean section hysterectomy)
adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan bedah sesar, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. operasi Porro (Porro operation)
adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan tentunya janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).
2. Jenis-jenis operasi bedah sesar:
a. abdomen (Section Caesarean Abdomenalis) 1) bedah sesar transperitonealis:
a) bedah sesar klasik atau korporal dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira- kira sepanjang 10 cm. Kelebihan dari bedah sesar dengan cara ini, antara lain pengeluaran janin menjadi lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Adapun kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b) bedah sesar ismika atau profunda atau low cervical dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari bedah sesar dengan cara ini adalah penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, perdarahan kurang, dan jika dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih kecil. Kekurangannya ialah luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan atonia uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi. 2) bedah sesar ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. vagina atau section caesarean vaginalis (Mochtar, 1998).
3. Indikasi-indikasi bedah sesar
Indikasi bedah sesar biasanya merupakan indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana, merupakan indikasi absolut untuk section abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana dengan keadaan sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat bedah sesar akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya (Oxorn, 1990). Adapun indikasi yang sering muncul pada bedah sesar adalah plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior); bayi letak sungsang; ruptura uteri mengancam; panggul sempit dimana batas terendah untuk melahirkan janin vias normalis ialah cervicalix (CV) = 8 cm (Mochtar, 1998).
Panggul dengan CV < 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan dengan bedah sesar. Jika CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal kemudian dilakukan bedah sesar sekunder (Mochtar,1998). Persalinan yang sulit, yang meliputi proses persalinan yang tidak maju-maju alias jalan di tempat (obstructed labor), persalinan yang lama (prolonged labor), dan cephalopelvic disproportion (CPD) yaitu ukuran bayi yang terlampau besar untuk melalui rongga panggul (Abu Bakar, 2002).
Malposisi dan malpresentasi dapat menyebabkan perlunya bedah sesar pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan per vaginam. Bagian terbesar dari peningkatan insidensi bedah sesar dalam kelompok ini berkaitan dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks. Persalinan menjadi lama dan kemajuannya mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering disertai disposisi dan malpresentasi (Oxorn, 1990). Problem serius yang terkait dengan kesehatan ibunya juga perlu dipertimbangkan, seperti infeksi, kencing manis, sampai tekanan darah tinggi (Abu Bakar, 2002).
C. Komplikasi-komplikasi Bedah Sesar dan Terapinya
1. Infeksi
a. Definisi
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit (patogen), tetapi tidak selalu hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit secara klinis.
Terdapat berbagai faktor yang akan menentukan apakah seseorang yang dimasuki oleh mikroorganisme akan menjadi sakit, antara lain jumlah mikroorganisme yang masuk, virulensi atau keganasan mikroorganisme, dan daya tahan tubuh manusia sendiri (Anonim, 2006b).
Pada pasien bedah sesar infeksi yang sering terjadi adalah infeksi nifas. Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari, infeksi nifas sedang ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan disertai dehidrasi, dan infeksi berat dengan peritonitis, dan sepsis. Infeksi berat biasanya sering dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama. Secara umum gejala infeksi, antara lain timbulnya rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, suhu tubuh
o
sekitar 38
C, dan bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan serta getah radang
o
tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 C dengan kadang-kadang disertai menggigil (Prawirohardjo, 1991).
b. Penyebab
Pada kasus-kasus bedah, terutama bedah sesar, kemungkinan terjadinya infeksi sangat besar yang disebabkan oleh adanya perobekan jaringan sehingga memudahkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, penggunaan antiinfeksi untuk tindakan profilaksis atau terapi sangat penting untuk mengatasi infeksi.
c. Terapi
Infeksi dapat diterapi dengan menggunakan antiinfeksi. Antiinfeksi yang sering digunakan dalam bedah sesar adalah antibiotika. Antibiotika yang sering digunakan dalam bedah sesar meliputi antibiotika profilaksis (preventif) dan antibiotika kuratif. Antibiotika profilaksis (preventif) digunakan untuk pencegahan terjadinya manisfestasi infeksi yang diduga akan terjadi, sedangkan antibiotika kuratif adalah antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi.
Tindakan kuratif diberikan bila bakteri sudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan infeksi, maka dilakukan pengobatan dengan jalan membunuh atau mencegah perkembangbiakan bakteri, yaitu dengan menggunakan antibiotika, misalnya penisilin (Manuaba, 1999).
Pemberian antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum prosedur bedah. Antibiotika juga diberikan setelah kelahiran bayi. Dosis antibiotika profilaksis diberikan melalui tiga dosis terbagi selama 24 jam untuk pencegahan infeksi. Jika bedah sesar lebih dari 6 jam ataupun jika kehilangan darah lebih dari 1500 mL, diberikan dosis kedua antibiotika profilaksis. Kombinasi antibiotika yang sering digunakan adalah ampisilin 2 gram secara interavena