BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Definisi Strategi Pembelajaran - Bab II Catur Ari Jatmika
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Definisi Strategi Pembelajaran Djamarah (Murdiono 2011: 9)Secara umum strategi mempunyai
pengertian sebagai berikut : Suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Pada mulanya, istilah strategi digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti jenderal atau panglima, sehingga strategi dapat diartikan sebagai ”ilmu kejenderalan” atau ”ilmu kepanglimaan.
Strategi berbeda dengan taktik. Gulo ( Murdiono,2011:8) “Strategi dalam dunia kemiliteran berarti cara yang paling efektif untuk memenangkan perang. Sedangkan taktik berhubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk melaksanakan peperangan itu.
Jadi strategi adalah ilmu peperangan, sementara taktik adalah ilmu pertempuran.Gulo juga mangatakan strategi dalam dunia penddikan, yaitu Strategi dalam dunia pendidikan (pembelajaran) diartikan sebagai rencana kegiatan untuk mencapai tujuan, sedangkan metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode pengajaran adalah alat untuk mengoperasionalkan apa yang direncanakan dalam strategi”.
Defini lain mengenai strategi pemeblejaran bahwa strategi pembelajaran (instructional strategy) merupakan salah satu faktor
27 penting yang menentukan keberhasilan belajar mengajar. Dick dan Carey (Murdiono,2011:8) menjelaskan konsep strategi pembelajaran sebagai berikut: ”an instructional strategy describes the general components of a
set of instructional materials and procedures that will be used with those materials to elicit particular learning outcomes from students.
Sebagaimana dijelaskan dalam bukunya yaitu oleh Wahab dan Sapriya bahwa strategi itu :
Dalam bidang pendidikan, khusunya dalam proses pembelajaran istilah strategi seringkali diterapkan secara tumpang tindih (overlapping) dengan istilah pendekatan, metode dan tehnik. Namun hakikat strategi dalam pembelajarn tidak jauh berbeda dari pengertian yang digunakan dalam bidang aspek sepak bola ( untuk mencapai kemenangan) dan aspek militer ( mencapai kemenangan perang) yaitu sebagai upaya untuk mencapi tujuan yang di harapakan. Untuk mnecapai tujuan pembejaran guru berupaya membuat perancanaan sebaik-baiknya, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar untuk mengetahu apakah tujuan yang telah direncanakan tersebut telah tercapai. Penyusunan strategi pembelajarn yang baik tentau saja harus dimulai dari proses pengumpulan dan analisis data / informasi tentang berbagai faktor berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa. Analisis untuk menyusun strategi tersebut di sebut analisis situasi”.
Kemudian di jelaskan pula oleh Brady ( Wahab dan Sapriya,2011:341-342) menegaskan bahwa:
Analisis situasi diperlukan untuk menentukan efektivitas penerapan kurikulum yang baru. Guru seyogyanya dapat menangkap berbagai isu yang berkembang di masyrakat untuk di jadikan sebagai bahan pengalaman belajar siswa. Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi faktor-faktor seperti :latar belakang pengalaman siswa, sikap dan kemampuan guru, iklim sekolah,sumber belajar dan hambatan-hambatan eksternal. Dengan demikian, strategi pembelajarn yang bernilai baik tentu harus memuat berdasarkan sebuah situasi yang di analisis untuk di jadikan sebagai pedoman dalam suatu pembelajaran, hal ini akan membuat suatu strategi pembelajaran akan terfokus dan bisa di tangkap oleh siswa dengan baik.
Bahwa menurut Weton dan Malan (Wahab dan Sapriya: 2011:343) megatakan : Strategi pembelajaran PKn yang perlu dikembangkan sesuai dengan pendekatan field psychology adalah starategi pembelajaran kontinum (teaching continum) atau pembelajaran yang mengkombinasikan anatra sudut ekstern inkuiri dan sudut ekstern ekspositori yang dikenal pula dengan sebutan mixed instruction.
Para Ahli menjelaskan bahwa, pendekatan inkuiri adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat pada kebutuhan siswa dari pada kebutuhan guru. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bersifat humanis karena memperhatikan aspek-aspek sifat manusia yang pada hakikatnya sejak lahir sudah memiliki potensi untuk berkembang (Wahab dan Sapriya,2011:343).
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa ada lima komponen utama dalam strategi pembelajaran, yaitu: Kegiatan prapembelajaran (preinstructionalactivity), penyajian informasi (information presentation), partisipasi siswa (student
participation), ujian (testing), dan tindak lanjut (follow through activities).
Zaini ( Murdiono,2011:9) partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran sebagai salah satu komponen utama dalam strategi pembelajaran. Proses belajar merupakan aktifitas pada diri peserta didik, baik aktifitas mental, emosional, maupun aktifitas fisik. Jika dalam proses pembelajaran peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif maka proses dan hasil belajar akan meningkat. Pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik menjadi keniscayaan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ketika peserta didik pasif, ada kecenderungan untuk cepat dengan mudah melupakan apa yang telah didapatkan di kelas. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima oleh peserta didik. Seorang guru harus dengan cermat memilih dan memilah strategi pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Kemudian pendapat lain disampaikan menurut Budimansyah(Murdiono,2011:9) menjelaskan bahwa :
Cara-cara untuk mengaktifkan peserta didik diantaranya dengan memberi kesempatan pada mereka untuk menjelaskan atau mengemukakan pendapat dan gagasannya, melakukan gerakan, dan lain-lain. Peserta didik mengerjakan tugas, misalnya menjawab pertanyaan tertulis, membuat ringkasan, melakukan penelitian, melakukan percobaan, dan sebagainya. Peserta didik menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan sesuatu. Mereka melakukan proses pembelajaran melalui interaksi dengan guru, para pakar, teman, media, atau sumber-sumber belajar lainnya. Mereka juga melakukan pembelajaran melalui diskusi, tanya jawab, mengamati suatu proses atau model, dan lain-lain. Guru sebagai pengajar harus mampu mengorganisir belajar seoptimal mungkin agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik. Peserta didik harus dibawa pada sebuah pekerjaan yang nyata dan bermanfaat. Selain itu, diberikan pula tantangan-tantangan yang bermakna agar dapat memperluas wawasan, memiliki sikap yang kritis, dan mempunyai keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Mursell (Murdiono,2011:10) bahwa belajar harus diorganisir dalam arti, bahwa pelajar menerimanya sebagai suatu pekerjaan nyata dan memaksa serta bermanfaat, yang mengikat tujuan aktivitasnya, yang menghadapkannya pada tantangan- tantangan yang maknawi, serta yang membawanya pada wawasan yang lebih mendalam dan meluas, pada sikap yang lebih kritis dan pada keterampilan yang memadai.
Hal ini sejalan dengan apa yang pernah dinyatakan Konfusius(Murdiono,2011:10) bahwa : lebih dari 2400 tahun silam bahwa yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami. Seperti telah dijelaskan di muka, bahwa salah satu tujuan PKn adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut adalah strategi yang bersifat dialogis-kritis, pengalaman langsung (direct experiences), kolaboratif, dan kooperatif. Strategi pembelajaran seperti ini menekanakan pada tiga ranah pembelajaran, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Kirschenbaum (Murdiono,2011:10) bahwa:
Aspek citizenship education meliputi: knowledge, appreciation,
critical thinking skills, communication skills, cooperation skills, and conflict resolution skills. Aspek-aspek tersebut lebih lanjut
dinyatakan Kirschenbaum dalam pelaksanaannya diperlukan pendekatan secara komprehensif yang meliputi inkulkasi
(inculcaty) , pemodelan (modeling), fasilitasi (facilitaty), dan pengembangan keterampilan (skills development)”.
Begitu detail dan mengarah pada suatu pencapain tujuan, itulah yang harus ada dalam suatu strategi dalam pembelajaran. Sehingga tampak jelas sekali bahwa suatu strategi pembelajaran akan berhasil bila mana guru bisa memilih model pembelajaran yang manarik dan bisamengaktifkan siswa pada saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas sehingga dengan apa yang mereka lakukan sendiri maka akan lebih mereka dalami dan mereka ketahui sehingga selalu tertanam dalam benak diri siswa agar tidak mudah terlupakan.
2. Strategi Pembelajaran PKn dan IPS
Didalam suatu diklat pengawas guru yang di sampaikan oleh Direktorat Pendidikan Nasional dalam suatu modulnya (2008: 19-29) bahwa strategi pembelajaran yang perlu di terapkan dalam pembelajaran PKn dan IPS secara umum di jabarkan sebagai berikut : a.Strategi Urutan Penyampaian Suksesif
Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi nasionalisme. Pertama-tama guru menyajikan pengertian nasionalisme. Setelah pengertian disajikan, maka makna mendalam, baru kemudian menyajikan contoh-contoh perilaku yang bersifat cerminan nasionalisme. b. Strategi Penyampaian Fakta Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar. Kemudian berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, dan asosiasi berpasangan.
c. Strategi Penyampaian Konsep Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menun-jukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan konsep: (1) menyajikan konsep, (2) pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), (3) pemberian latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, (4) pemberian umpan balik, dan (5) pemberian tes. Contoh: Penyajian Konsep Budaya Langkah 1: Penyajian konsep Langkah 2: Pemberian bantuan
Pertama siswa dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal tentang keterwakilan politik perempuan). Langkah 3: Umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah siswa benar atau salah da-lam memberikan contoh. Jika benar berikan konfirmasi, jika salah beri-kan koreksi atau pembetulan. Langkah 4: Tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terha-dap materi pelestarian budaya daerah. Soal tes hendaknya berbeda de-ngan contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyampaian konsep dan soal la-tihan untuk menghindari siswa hanya hafal tetapi tidak pa-ham.
d.
Strategi Penyampaian Materi Pembelajaran Prinsip Yang termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, 35okum (law), postulat, dan teori.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajar-an jenis prinsip adalah: (a) sajikan prinsip oleh siswa hasil penelusuran di per-pustakaan lewat penugasan, (b) berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip dalam kehidupan sehari-hari, (c) berikan soal-soal latihan, (d) berikan umpan balik, dan (e) berikan tes atau penilaian praktek. Contoh: Langkah 1: Sajikan teori Langkah 2: Memberikan bantuan Langkah 3: Memberikan umpan balik Beritahukan kepada siswa apakah jawaban mereka betul atau salah.
Jikabetul berikan penguatan atau konfirmasi. Misalnya, “Ya jawabanmubetul”. Jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 4: Berikan tes e.
Strategi Penyampaian Prosedur Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Terma-suk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah mencoblosan tanda gam-bar dalam Pemilu Presiden Langsung 5 Juli 2004.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
a) Menyajikan prosedur
b) Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara me-laksanakan prosedur c)
Memberikan latihan (praktik)
d) Memberikan umpan balik
e) Memberikan tes.
Contoh: Prosedur menelpon di telpon umum koin.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur: Langkah 1: Menyajikan prosedur Sajikan langkah-langkah atau prosedur menelpon dengan menggunakan bagan arus (flow chart) Langkah 2: Memberikan bantuan Beri bantuan agar murid hafal, paham, dan dapat menelpon dengan ja-lan mendemonstrasikan cara menelpon.
Langkah 3: Pemberian latihan Tugasi siswa paraktek berlatih cara menelpon.
Langkah 4: Pemberian umpan balik Beritahukan apakah yang dilakukan siswa dalam praktek sudah betul atau salah. Beri konfirmasi jika betul, dan koreksi jika salah.
Langkah 5: Pemberian tes Berikan tes dalam bentuk “do it test”, artinya siswa disuruh praktek, lalu diamati.
f. Strategi Mengajarkan/Menyampaikan Materi Aspek Sikap (Afektif)
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) adalah pemberian respon, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: pencipta- an kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajar-an atau dogma.
Contoh: Penciptaan kondisi.
Agar memiliki sikap disiplin dalam berlalu lintas, di jalan dibuat rambu-rambu lalu lintas. Pemodelan atau contoh: Disajikan contoh atau model seseorang baik nyata atau fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh agama atau tokoh nasional yang menjadi idola anak.
3. Strategi, Pendekatan, Model, Metode, dan Tehnik Pembelajran a.
Strategi Pembelajaran Menurut Sanjaya Wina ( Hamruni,2012:2) istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainya dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama,
Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola umum aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan guru- peserta didik didalam bermacam-macam peristiwa belajar. Pendapat para ahli lain seperti Dick dan Carey ( Hamruni,2012:3) menjelaskan bahwa : Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Jadi menurut Hamruni (2012:3) mengenai strategi pembelajaran, memberikan pengertian bahwa : Arah dari pencapaian strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah–langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah hal penting dalam implementasi suatu strategi.
Jadi dari berbagai pandangan di atas bahwa strategi merupakan suatu hal penting dan harus di programkan oleh seorang guru atau pendidik. Dimana peran strategi ini merupakan hal yang pokok di dalam proses belajar mengajar. Tanpa strategi pembelajaran yang biak maka otomatis tujuan di dalam pembelajaran akan kurang baik. Ketergantungan keberhasilan suatu tujuan pembelajaran tergantung dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Ketika strategi yang digunakan itu baik dan tepat sasaran maka tujuan pembelajaranpun akan baik, begitu sebaliknya.
b.
Pendekatan Pembelajaran Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut
Sanjaya (Hamruni,2012:6) memiliki kemiripan dengan strategi,bahwa : Sebenanyapendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang bersumber dari pendekatan tertentu”.
Jadi istilah mengenai pendekatan yang dipergunakan didalam pembelajaran PKn biasanya tergantung dari bagaimana mengimplementasikan didalam suatu proses pembelajaran. Apakah menggunakan pendekatan proses atau hasil. Tetapi bila di lihat lebih dalam penggunaan pendekatan yang baik untuk pembelajaran Pkn adalah pendekatan proses dengan siswa aktif di dlam pembelajaran yang di harapkan sangat potensial untuk mencapai tujuan pembelajran PKn.
c.
Model Pembelajaran Pandangan dari salah satu ahli menurut Joyce (Hamruni,2012,5) model pembelajaran adalah Suatu perencanaan atau suatu pola ynag digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk didalamanya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Jadi dapat diartikan model merupakan perangkat – perangkat yang di susun dan disiapkan didalam melaksanakan suatu proses pembelajaran di kelas. Penerapan model ini dimaksudkan agar proses pembelajaran berjalan dengan sesuai rencana yang disusun dan dapat langsung diimplementasikan didalam pembelajaran yang diharapakan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.
d.
Metode Pembelajaran Menurut Fathurahman (Hamruni,2012:7) metode secara harfiah berarti cara, dalam pemakaian yang umum, Metode diartikan sebagai cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitanya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian mengenai motode ini merupakan hal yang dipakai guru didalam melaksanakan proses pembelajran. Guru sebagai pelaksana pembelajaran menentukan cara-cara yang sistematis didalam malaksanakan proses pembelajran sehingga nanti akan ada rancangan untuk menyajikan bahan pelajaran yang akan disamapaikan kepada peserta didik.
e.
Tehnik Pembelajaran Mengenai tehnik pembelajaran ini di ungkapkan oleh salah satu ahli Hamruni (2012:7-8) mengatan bahwa: Teknik pembelajaran adalah cara yangdilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang di lakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian menurut Hamruni, misalnya sebelum seorang guru melakukan proses ceramah, sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi pelaksanaan pembelajaran. Bercaramah pada siang hari, dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu akan berbeda jika dilakukan dengan pagi hari dengan jumlah peserta yang sedikit.
4. Pendidikan Kewarganegaraan a.
Ruang Lingkup Materi PKn PKn merupakan mata pelajaran yang bertujuan membentuk karakter siswa menjadi warga negara yang baik, maka dalam aspek isi atau ruang lingkup mata pelajaran PKn sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006) meliputi aspek – aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan kesatuan bangsa,meliputi hidup rujuk dalam perbedaan, cinta lingkungan,kebangsaan sebagai bangsa
Indonesia,partisispasi dalam pembelajaran negara,sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan 2)
Norma, hukum dan peraturan meliputi tertib dalam kehidupan kelauarga,tata tertub sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 3)
Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara meliputi : hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi negara meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negar dan konstitusi.
6)Kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7)Pancasila meliputi, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan idiologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai idiologi terbuka.
8)Globalisasi meliputi, globalisasi di lingkungan politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan mengevaluasi globalisasi.
Selanjutnya Nurmalina dan Syaifudin (Ahmad,2012:29-30) menjelaskan bahwa: Ruang lingkup materi pendidikan kewarganegaraan sebagaimana yang di rumuskan oleh Paul R.Hunna dan John R.Lee sebagai berikut : (1) bahan informan content, yaitu bahan-bahan yang diambil dari kehidupan masyrakat sehari-hari yang berada disekitar kehidupan siswa;(2) bahan formal discriplines yaitu bahan pendidikan kewarganegaraan yang diambil dari berbagai dsisiplin ilmu sosial maupun semi sosial; (3) the respon of pupils booth to
the informal and the formal content . Dari materi ketiga tersebut
pendidikan kewarganegaraan diperoleh dari respon siswa terhadap bahan formal yang selama ini diberikan guru serta bahan informal yang berasal dari kehidupan masyrakat. Berdasarkan penyataan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pokok pikiran atau bahan kajian khusus PKn tidak hanya dari ilmu sosial, politik, hukum, ekonomi, hankam dan sebagainya, tetapi ilmu PKn itu di dapat dari lingkungan sekitar dari siswa itu tinggal, yang mana muatan disiplin ilmu PKn ini berkembang dengan cepat di masyarakat sehingga siswa harus bisa menstraformasikan ke dalam suatu pemahamannya dalam materi PKn sehingga bisa berguna dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari - hari di keluarga, masyarakat ataupun di dalam kehidupan berbangsa danbernegara.
b.
Pembelajaran PKn Pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru dan siswa di dalam meyampaikan materi suatu pembelajaran dengan tujuan pemebelajaran yang sudah di tentukan sebelumnya.
Bahwa menurut Rahmat dkk (Ahmad,2012:30-31) memberikan penjelasan tentang pengertian pembelajaran bahwa : Proses pembelajaran merupakan suatu sistem karena didalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berkaitan,mempengaruhi dan bahkan saling ketergantungan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen-komponen dimaksud yaitu tujuan,materi,metode,media dan evaluasi. Berbicara mengenai komponen – komponen sistem yang di bicarakan di atas bahwa menurut Sanjaya (Ahmad,2012:31) terdapat beberapa komponen sistem pembelajaran yaitu :
1) Siswa,merupakan komponen pembelajaran yang harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Dalam menentukan perencanaan dan desain pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik kemampuan,minat dan bakat, motivasi belajar dan gaya belajar siswa.
2) Tujuan, merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pemeblajaran.
3) Kondisi, merupakan berbagi pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan.
4) Sumber-sumber belajar, sumber berlajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan dapat memperoleh pengalaman belajar.
5) Hasil belajar, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pencapain dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa sudah jelas sekali tentang tujuan pembelajran PKn yang sesuai dengan komponen-komponen yang sudah ada. Adapun tujuan yang jelas dalam PKn adalah untuk menciptakan suatu warga negara yang baik atau good citizenship. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dalam proses pembelajarn PKn inovasi pendekatan sangat diperlukan.
Kemudian sebagaimana di kemukakan oleh Wahab dan Sapriya (2011:333) bahwa :
Salah satu inovasi dalam pendekatan pembelajran PKn adalah pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajarn Pkn dari pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan isi kearah yang lebih menekankan pada proses bahkan sekarang bergeser pada inovasi yang lebih terkini yaitu pendekatan yang berorientasi pada kompetensi.
Berdasarkan uraian di atas bahwa suatu pembelajaran PKn memang adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada suatu pencapaian proses dalam suatu pembelajaran. Proses ini lebih di tekankan dari pada hasil. Lebih – lebih akan lebih kuat lagi inti dalam pembelajaran PKn adalah yang berorientasi kepada suatu kompetensi sehingga bisa tertanam dengan baik oleh siswa.
c.
Komponen Pembelajaran PKn Secara sederhana komponen pembelajaran menurut Hafifah (2013) menjelaskan bahwa : Suatu upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat melaksanakan proses belajar. Sama halnya dengan proses belajar, dalam pembelajaran pun terdapat komponen – komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Jika tidak ada komponen pembelajaran atau tidak diterapkan salah satu dari komponen pembelajaran maka proses pembelajaran berlangsung dengan kurang efektif. Mengenai macam didalam komponen pembelajaran akan di jabarkan sebagai berikut :
Tujuan Pembelajaran Menurut Hafifah (2013) mengartikan tentang tujuan pembelajaran sebagai : Target yang harus dicapai setelah melakukan proses pembelajaran. Selain sebagai target, tujuan pula merupakan arah atau acuan dalam melakukan proses pembelajaran. Secara garis besar tujuan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku yang progresif baik pengetahuannya, sikap maupun keterampilannya.
Tujuan pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a) Tujuan umum adalah salah satu tujuan yang disusun dan dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum pusat. Tujuan umum ini masih bersifat meyeluruh artinya hal yang ingin dicapai tidak dijabarkan secara spesifik. Contoh tujuan umum adalah indikator-indikator yang terdapat dalam kurikulum seperti menirukan kembali 4 – 5 urutan kata, mulai mengerti perintah sederhana, meniru garis vertical dan horizontal dll.
b) Tujuan Khusus
Tujuan pembelajaran khusus merupakan penjabaran dari tujuan pembelajaran umum. Tujuan ini bukan merupakan tujuan yang disusun dan dikembangkan oleh pengembang kurikulum pusat namun diserahkan pada guru. Hal ini dimaksudkan agar tujuan umum yang sudah dibuat dapat lebih dispesifikasikan sehingga mudah diukur tingkat ketercapaiannya. Guru harus mengutamakan ketercapaian tujuan khusus dalam proses belajar dan pembelajaran. Walau begitu guru harus tetap menyadari bahwa orientasi jangka panjang dari proses belajar dan pembelajaran adalah tujuan umum. 1)
Materi Pembelajaran Menurut Hutari ( Hafifah,2013) berbendapat mengenai materi, bahwa materi adalah Bahan ajar berupa prinsip, konsep, dan fakta yang akan disampaikan kepada peserta didik yang diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kemudian di ungkapankan lebih lanjut oleh Sudjna ( Hafifah,2013)menerangkan bahwa ada hal – hal yang perlu di perhatikan dalammenetapkan materi pelajaran bagi siswa yaitu : a)
Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
b) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencanaan hanya secara garis besarnya saja c)
Menetapkan materi harus sesuai dengan urutan tujuan
d) Urutan materi hendaknya memperhatikan kesinambungan
e) Materi disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks
f) Sifat materi pelajaran ada yang faktual ada yang konseptual.
2) Media Pembelajaran
Menurut Heinich (Hafifah, 2013) untuk menentukkan media yang digunakan maka perlu memperhatikan ASSURE yaitu,
a.Analyze Characteristic Learners
Guru menganalisis karakteristik siswa. Setiap siswa atau anak meiliki karakteristik yang berbeda sehingga memiliki cara penerimaan yang berbeda terhadap suatu media.
b.State Objective
Memahami tujuan yang akan dicapai, sehingga akan mempengaruhi pada pemilihan media yang akan digunakan.
c.Select Or Modify Media
Memilih, memodifikasi media sehingga media yang digunakan betul-betul akan membantu guru dalam menyampaikan materi secara jelas serta tujuan belajar dan pembelajaran menjadi tercapai.
d.Utilize
Setelah memilih dan mengembangkan media tersebut makalangkah selanjutnya adalah menggunakan media tersebut.
Diawali dari persiapan seperti latihan menggunakan media dan perencanaan menggunakan media seperti waktu, tata letak dll.
e.Require Learners Respons
Guru sebaiknya bertanya, meminta pendapat siswa mengenai proses belajar yang sudah dilaksanakan dengan bantuan media.
f. Evaluate
Mengevaluasi adalah melihat sejauh mana ketercapaian tujuan dengan mengguanakan media. 3)
Metode Pembelajaran Menurut Hafifah (2013) memaparkan tentang pengertian metode, bahwa Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik.
Metode belajar merupakan cara atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. Metode yang variatif akan membuat proses belajar lebih menraik dan memicu semangat untuk melaksanakan proses belajar dan pembelajaran.
Dengan demikian metode merupakan suatu cara yang digunakan di dalam proses pembelajran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan cara – cara yang sudah di susun secara sistematis di harapakan sebagai suatu pedoman untuk guru di dalam melaksanakan tugas didalam pembelajran agar bisa menjalankan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah di siapkan. 4)
Guru Guru merupakan suatu sosok yang menjadi tauladan para penerus bangsa atau peserta didik. Guru menjadi suaru contoh yang baik di dalam dunia pendidikan yang memegang peranan penting di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut Hafifah (2013) guru memegang peranan penting dalam tatanan masyarakat karena guru merupakan salah satu pembentuk utama calon warga masyarakat.. Guru selalu dianggap sosok terbaik, sosok teladan karena guru bukan hanya sebatas sebagai pengajar atau penyampai ilmu pengetahuan, melainkan sosok yang mendidik yang membuat seseorang menjadi pribadi yang baik. Selain itu, guru juga merupakan pembimbing, pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5)
Siswa Siswa merupakan sub objek pendidikan yang merima materi yang di berikan oleh guru di dlam proses beljara mengar di sekolah ataupun lembaga pendidikan yang lian. Seorang siswa kan di didik oleh guru agar bisa menjadi warga negara yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan tujuan pembeljran yang di inginkan. Menurut Moh. Uzer Usman (Hafifah, 2013) mengemukakan tentang pentingnyaa aktifitas pembelajaran bahwa
Telah dilakukan penelitian oleh John Dewey, sebagai tokoh pendidikan melalui metode proyeknya dengan semboyan learning
by doing . Juga tokoh sebelumnya Rousseau, Pestaluzi, Frobel, dan
Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini. Dijelaskan pula bahwa aktivitas belajar siswa yang dimaksudkan adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental, yang digolongkan ke dalam beberapa hal: (1) aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan ekperimen, dan demonstrasi; (2) aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi;
(3) aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan; (4) aktivitas gerak(motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis; dan (5) aktivitas menulis (writing activities).
6) Evaluasi
Komponen evaluasi ini merupakan suatu komponen kunci di dalam proses pembelajaran. Dengan adanya evaluasi ini maka akan di ketahui tentang suatu hasil belajar siswa apakah itu baik atau itu masih kurang. Evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan bahan uji kepada peserta didik untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa di dalam menerima materi pelajaran
Menurut Gronlund (Hafifah, 2013 ) mengemukakan tentang evalusi, bahwa Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/ data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.’ Dari pernyataan Gronlund tersebut dapat dsimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses diawali dari pengumpulan data sampai didapatkannya informasi secra komprehensif mengenai ketercapaian tujuan peelajaran.
Pada ahirnya semua komponen pembelajran yang sudah di bahas di atas merupakan suatu kesatuan yang utuh, ketika di dalam salah satu komponen pembelajaran yang ada itu ada yang lemah, maka hasil pembelajaranpun tidak akan berhasil sesuai dengan yang di inginkan, oleh karena itu semua komponen pembelajaran yang ada harus saling mendukung dan memberikan kontribusinya agar tujuan pembelajaran yang dinginkan bisa membuahkan hal yang baik.
d.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dijelaskan secara gamblang oleh Somantri (Wahab dan
Sapriya,2011:311) melukiskan warga negara yang baik adalah Warga negara yang patriotik,toleran, setia terhadap bengsa dan negara,beragama,demokratis,Pancasila sejati.
Dalam sistem pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, Tujuan PKn mengacu pada isi mata pelajaran PKn sebagaimana yang tercantum dalam lampiran Permendiknas nomor 22/2006. Tujuan PKn untuk jenjang SD,SMP, dan SMA, tidak berbeda. Semuanya berorientasi pada pengembangan kemampuan /kompetensi peserta didik yang di sesuaikan dengan tingkat perkembangan kejiwaan dan intelektual,emosional dan sosialnya. Secara rinci, mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut :
1) Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat,berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter –karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi denga bangsa- bangsa lain dalam percaturan dunia secara alngsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi(Wahab dan Sapriya,2011:315). e.
Objek Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan yang bersifat interdisipliner /multidisipliner / multidimensional. Namun secara filsafat keilmuan bidang studi ini memliki objek kajian pokok ilmu politik khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek hak dan kewajiban. Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang harfiah di ambil dari bahasa latin civicus yang artinya warga negara pada zaman Yunani kuno. Kemudian secara akademis diakui sebagai embrionya civic
education. Selanjutnya di Indonesia hal ini diadaptasi menjadi
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara metodologis PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social studies yakni transmisi kewarganegaraan ( Wahab dan Sapriya,2011:316).
Lebih jelas lagi di sampaikan oleh Wahab dan Sapriya (2011) dalam bukunya bahwa objek kajian PKn di uraikan Secara filosofis objek kajian PKn sebagai landasan berfikir dalam konteks ke Indonesiaan meliputi : Pertama,Nusantara Indonesia, bumi dan air Indonesia yang terbantang dari kota sabang sampai marauke, seluas wawasan nusantara dengan konsep zona ekonomi eksklusif (ZEE) luas wilayahnya sekarang lebih dari 12 juta kilometer persegi, sekitar 3 juta kilometer daratan, dan jumpalh pulau sebanyak 17 ribu lebih. Nusantara ini telah menjadi tempat bangsa Indonesia untuk hidup dan memberi kehidupan kepada semua penghuninya, dengan segal unsur alam khatulistiwa,matahari, udara, hutan, flora, dan fauna. Setiap warga negara hidup dan bermukim di pulau-pulau tertentu, kusunya di daratan yang dipersatkan oleh selat atau lautan. Semua orang memerlukan tempat untuk hidup walaupun tidak di tempat yang sama. Menuasi sekarang mungkin perlu waktu 17 tahun untuk bertempat tinggal di sebuah pulau yang ada di wilayah nusantara. Ini merupakan ontologi sebagai anugerag Allah SWT.
Kedua , manusia sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga, sebagai
bagian dari suku atau etnis tertentu,sebagai kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia yang terus berkembang. Unsur kedua ini disebut
primary ontology karenamerupakan anugerah dari Allah Yang Maha
Kuasa. Manusia sebagai pengisi atau penghuni wilayah nusantara tersebut juga penduduk. Penduduk Indonesia yang kini berjumlah 225 juta lebih merupakan bangsa nomor 4 terbesar di dunia yang berpotensi tinggi secara kuantitas dan kualitas. Hal ini merupakan potensi yang harus ditekankan kepada semua manusi Indonesia sebagai generasi muda sebagai Sunda,Jawa, Minangkabau, Papua, Aceh, dan suku bangsa lainya bahwa mereka sudah bersumpah sebagai bangsa Indonesia.
Ketiga , kekayaan Indonesia, yang meliputi dua aspek yakni
kekayaan alam dan kekayaan budaya. Kekayaan natural atau sumber daya alam meliputi bahn tambang hutan, laut yang menghidupi bangsa Indonesia dan menjadi komoditas ekspor, kekayaan kedua adalah khasanah budaya. Budaya bangsa yang di maksud meliputi bahasa
Indonesia yang di perkaya dengan bahasa daerah, adat istiadat yang membangun seni, sastra, tari, dan berbagai bentuk kerajinan hasil kreatvitas. Kekayaan bahasa yang di miliki bangsa Indonesia sangat mebanggakan karena keragaman bahasa daerah. Misalnaya, untuk istilah “indah” saja beberapa kata. Orang inggris mungkin menyebut beautiful
atau charming, tetapi dalam bahasa Indonesia ada istilah lain seperti elok,
indah, cantik, cakep,ayu,dan mungkin masih banyak khasanah kebudayaan yang lainya adalah nilia-nilai sastra dan fislosofi yang belum di gali secara optimal. Dari sejumlah peninggalan nenek moyang sebagai kekayaan budaya, seperti candi-candi merupakan kekayaan sebagian bagian dari ontologi yang ketiga.
Keempat , kesadaran manusia Indonesia atas ke Indonesiaanya yang
ada dalam diri manusia. Kesadaran manusia Indonesia terhadap negaranya,nusantaranya, merupakan ontologi karena merupakan kekayaan meskipun tidak begitu tamapka tetapi ada. Ontologi berupa kesadaran sebagai bangsa Indonesia ini muncul dan terjadi setelah melalui proses pengalaman sejarah yang panjang. Kesadaran yang berupa semangat nasionalisme (nasionalism spirit) inilah yang terus menerus ditransformasikan secara terus-menerus dan berkelanjutan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Kelima , jati diri sebagi bangsa Indonesia. Ontologi yang kelima ini
dapat terpadu dengan epistemologi dan aksiologi. Ontologi yang kelima ini merupakan ontologi yang sedang rentan dan hampir luntur karena lemahanya pendidikan kebangsaan. Sebagian orang Indonesia terlalu berkiblat pada liberalisme, bahkan terkesan demokrasi kita bukan demokrasi Pancasila, melainkan demorasi Liberal. Rasa kepedualian dalm hidup bernegara sudah luntur, misalnya dalam praktik ekonomi daerah.
Kabupatem A yang lebih kaya tidak alagi peduli tehadap Kabupaten B yang berpendapatan asli daerah (PAD) kecil dan miskin. Praktek seperti ini menunjukan bangsa Indonesia telah semakin kehilangan semangat kekeluargaan. Individualisme kelompok atau etnosentris pada saatnya nanti dapat berkembang menjadi individualisme pribadi. Bagian Indonesia akan kehilangan jatidiri.
Masalah jati diri akan sangat rentan dan mudah luntur karena pengaruh dan tantangan luar begitu kuat. Kondisi ini telah mendorong Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (LEMHANNAS RI ) mendirkan sebuah gerakan kesadaran yang dikembangkan oleh Yayasan Jatidiri Bangsa Indonesia. Salah satu alasan pendirian gerakan ini karena bangsa Indonesia sekarang ini sedang prihatin oleh kuatnya gerakan liberalisme dan globalisasi. Di pihak lain, bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan jatidiri, sekalipun mereka menggoda dan melanda dengan begitu kuatnya. Bangsa Indonesia tidak boleh menjadi bagian dari liberalisme karena kita punya isme yang bernama “Pancasila” (Wahab dan Sapriya,2011:321).
B. Penguatan Nasionalisme Siswa 1. Definisi Penguatan
Di jelaskan oleh Patoni (2012:23) secara umum di jelaskan tentang definisi penguatan yaitu : Penguatan mengandung makna proses, atau kegiatan menguatkan atau memperkuat sesuatu yang telah ada sebelumnya. Penguatan itu dimaksudkan agar apa yang telah ada tersebut tidak hilang,tidak luntur dan untuk meningkatkan kuantitas serta kualitas dari sesuatu tersebut. Adapun dalam penguatan yang di maksud dalam penelitan ini adalah penguatan nasioanlisme siswa di sekolah khusunya yang di terapkan oleh Kepala Sekolah atau Wakasek Kesiswaan ataupun oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan melalui pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
2. Penguatan Nasionalisme dan Patriotisme bangsa.
(2011) dalam artikel yang di tulisnya mengatakan secara jelas bahwa “Nasionalisme dan patriotisme sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa ini merupakan modal yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan di masa depan”. Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih dititikberatkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Penguatan peran lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dalam ikut membangun semangat nasionalisme dan patriotisme, terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda adalah elemen strategis di masa depan. Mereka sepertinya menyadari bahwa dalam era globalisasi, generasi muda dapat berperan sebagai subjek maupun objek. b.Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang dalam perspektif kepentingan nasional dinilai strategis, seperti: daerah perbatasan, kawasan industri strategis, daerah pertanian (logistik), serta daerah penghasil bahan tambang dan hasil hutan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperkecil kesenjangan ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah tersebut melalui berbagai program pendidikan dan pembinaan yang melibatkan peran masyarakat setempat. c.Penguatan semangat nasionalisme dan patriotisme pada masyarakat yang hidup di daerah rawan pangan (miskin), rawan konflik, dan rawan bencana alam. Strategi ini dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai program yang diorientasikan pada peningkatan kesetiakawanan sosial dan partisipasi masyarakat. d.Peningkatan apresiasi terhadap anggota atau kelompok masyarakat yang berusaha melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa. Demikian pula dengan anggota atau kelompok masyarakat yang berhasil mencapai prestasi
yang membanggakan di dunia internasional. Apresiasi ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan oleh negara dan kemudian prestasinya diangkat oleh media massa.Peningkatan peran Pemerintah dan masyarakat RI dalam ikut berperan aktif dalam penyelesaian berbagai persoalan regional dan internasional, seperti penyelesaian konflik, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan lain- lain”.3. DefinisiNasionalisme
Di jelaskan oleh Tjahyadi (2010:23) Nasionalisme adalah paham yang melatarbelakangi negara-negara modern di Eropa di Abad XVIII dan di negara – negara dunia ketiga pada awal abad XX. Jika Nasionalisme di Eropa pada abad modern membawa pada semangat kolonialisme dan imprealisme yang memuncak pada awal abad ke duapuluh, maka nasionalisme yang muncul pada negar-negara yang pernah terjajah adalah nasionalisme yang anti kolonialisme. Pada akhir abad ke-20 muncul juga bentuk nasionalisme “baru” yang berpijak pada “negara-bangsa” yang sempit yang telah memecah belah beberapa negara bahkan dengan segala tragedi kemanusiaannya.
Di jelaskan pula oleh Kohn ( Tukiran dkk,2010:74) menjelaskan mengenai pengertian nasionalisme yaitu : Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan yang tertinggi harus di serahkan pada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam dalam suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan – kekuatan yang berbeda- beda. Akan tetapi baru akhri abad ke – 18 Masehi dalam arti kata modern menjadi suatu perasaan yang di akui secara umum dan Nasionlaisme ini makin lama makin kuat peranannya dalam membentuk semua bagi kehidupan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi. Gans (Tjahyadi,2010:37-38) Nasionalisme dan Identitas bangsa merupakan dua konsep kunci yang terkait. Dapat dikatakan demikian karena tidak dapat disanggah bahwa budaya nasional merupakan relaitas objektif melindungi budaya nasional dalam tingkat tertentu sesungguhnya merupakan prasyarat bagi penghargaan atas diri sendiri. Dan penghargaan atas diri sendiri ini akan menciptakan dasar yang memungkinkan orang-orang dan keturunannya hidup dalam budaya nasional, dan ini akan membangun kondisi yang memungkinkan mereka membangun identitas diri.