BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Kedisiplinan Siswa Melalui Pembelajaran Pkn 1. Penanaman Kedisiplinan Siswa - PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN(STUDI DESKRIPTIFDI SMK KARYA TEKNOLOGI JATILAWANG SEMESTER GENA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Kedisiplinan Siswa Melalui Pembelajaran Pkn 1. Penanaman Kedisiplinan Siswa

  a. Pengertian penanaman Kedisiplinan siswa Menurut Prijodarminto dalam (Maulana, Fajrin 2012: 5), penanaman adalah proses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan.Sedangkan Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.(Maulana, Fajrin 2012:5).

  Disiplin merujuk pada intruksi sistematis yang diberikan kepada murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tetentu. Biasanya kata “disiplin” berkonotasi negatif. Ini karena untuk melangsungkan tatanan dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid.

  Mustari, Muhammad (2014:35-36) Menurut bahasa,bahwa disiplin adalah tata tertib (di sekolah,kemiliteran dan sebagainya); ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya.

  Disiplin diartikan bukan hanya sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar setiap orang melaksanakan peraturan atau kehendak kelompok orang-orang tertentu yang disebut pimpinan.Hadari Nawawi dalam(Purwantoro, Anas 2008 : 9)

  9 Dari beberapa pengertian tentang disiplin tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu unsur moralitas seseorang yang menekankan pada peraturan dan tata tertib dalam prinsip-prinsip keteraturan, pemberian perintah,larangan, pujian dan hukuman dengan otoritas atau paksaan untuk mencapai kondisi yang baik.Fungsi kedisiplinan di sekolah disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya.

  Dari pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penanaman disiplin adalah suatu proses menanamkan penyesuaian antara sikap dan tingkah laku seseorang atau menumbuhkan sikap dan tingkah laku seseorang agar dapat mematuhi peraturan yang berlaku atau peraturan yang sudah ada.

  b. Fungsi Kedisiplinan Siswa di Sekolah Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar.

  J.wantah, Maria (2005 : 150) menyatakan fungsi kedisiplinan di sekolah adalah sebagai berikut: 1) Menata Kehidupan Bersama

  Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda.

  Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik.Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat.

  2) Membangun Kepribadian Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik.Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

  3) Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

  4) Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri.Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat.Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin.Jadi disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.

  5) Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

  6) Mencipta Lingkungan Kondusif Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan

  Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik.

  Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen.

  Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan hasil siswa akan mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial. Apabila peraturan sekolah tanpa tata tertib, akan muncul perilaku yang tidak tertib, tidak teratur, tidak terkontrol, perilaku liar, yang pada gilirannya mengganggu kegiatan pembelajaran. Suasana kondusif yang dibutuhkan dalam pembelajaran menjadi terganggu.Dalam hal ini, penerapan dan pelaksanaan peraturan sekolah, menolong para siswa agar dilatih dan dibiasakan hidup teratur, bertanggung jawab dan dewasa.

  Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu melakukan hal-hal yang lurus dan benar, dan menjauhi hal-hal yang negatif. c. Unsur-unsur Disiplin Siswa Menurut Kurtinez & Greif, 1978 (J.wantah, Maria 2005 :150 ) menyatakan bahwa unsur-unsur disiplin meliputi:

  1. peraturan sebagai pedoman perilaku. 2. konsistensi dalam peraturan. 3. hukuman untuk pelanggaran. 4. penghargaan untuk perilaku yang baik.

  Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau

  

attitude merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus

  mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penunutun bagi kelakuan manusia.

  Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.

  d. Penanggulangan Disiplin Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah, guru dan orang tua perlu terlibat dan bertanggung jawab membangun disiplin siswa dan disiplin sekolah.

  Dengan keterlibatan dan tanggung jawab itu, diharapkan para siswa berhasil dibina dan dibentuk menjadi individu-individu unggul dan sukses.

  Keunggulan dan kesuksesan itu terwujud sebab sekolah berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Siswa terpacu untuk mengoptimalkan potensi dan hasil dirinya.

  Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah menurut Singgih Gunarsa (dalam Tu’u 2004: 57) dapat dilakukan melalui tahapan preventif, represif dan kuratif. Mendorong siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi bahwa tata tertib itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah.

  Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan hasil belajar dan perkembangan perilaku yang positif. Langkah represif sudah berurusan dengan siswa yang telah melanggar tata tertib sekolah. Siswa- siswa ini ditolong agar tidak melanggar lebih jauh lagi, dengan jalan nasehat, peringatan atau sanksi disiplin. Langkah kuratif merupakan upaya pembinaan dan pendampingan siswa yang melanggar tata tertib dan sudah diberi sanksi disiplin. Upaya tersebut merupakan langkah pemulihan, memperbaiki, meluruskan, menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik.

  e. Macam- macam Disiplin

  1. Disiplin diri Disiplin diri (disiplin pribadi atau swadisiplin), yaitu apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya, disiplin belajar, disiplin bekerja, dan disiplin beribadah.

  2. Disiplin sosial(Masyarakat sekitar) Disiplin sosial adalah apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan- peraturan itu harus dipatuhi oleh orang banyak atau masyarakat.

  Misalnya, disiplin lalu lintas, dan disiplin menghadiri rapat.

  3. Disiplin nasional (Pemerintah atau Negara) Disiplin nasional adalah apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu merupakan tata laku bangsa atau norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat. Misalnya, disiplin membayar pajak dan disiplin mengikuti upacara bendera.

  Menurut Asy Mas’udi, dalam (Irwansyah, Yudhi 2014:39).

  f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Menurut Bakwin & Bakwin (1972) dalam( J.Wantah, Maria 2005

  :141) terjadinya perubahan dalam sikap sosial terhadap terhadap disiplin adalah karena beberapa alasan berikut :

  1. Hilangnya pengaruh agama formal

  2. Popularitas psikoanalisis dengan penekanan pada pengaruh buruk frustasi dan penekanan emosi.

  3. Meningkatnya perhatian terhadap perkembangan emosional dan bukan terhadap perkembangan spritual.

  4. Doktrin

  • – doktrin palsu yang mengatakan bahwa kesalahan dalam pendidikan anak berbekas secara permanen pada jiwa anak.

  5. Hilangnya kepercayaan diri pada orang tua yang menyebabkan wibawa merosot.

  6. Tidak sudinya orang tua mendisiplinkan anak mereka, karena takut kalau-kalau disiplin mengacaukan hubungan baiknya dengan anak-anak, apalagi yang sudah makin besar.

  g. Pentingnya Kedisiplinan Dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa, guru sebagai pendidik harus bertanggungjawab untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi tauladan, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan dalam peserta didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya.

  2. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

  3. Menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai alat untukmenegakkan disiplin.(Puwantoro, Anas 2008 : 10) Dengan disiplin, anak didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara tugas-tugas sekolah. Hanya dengan menghormati aturan sekolah anak belajar menghomati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan kebiasaan mengekang dan mengendalikan diri semata-mata karena ia harus mengekang dan mengendalikan diri. Jadi, inilah fungsi yang sebenarnya dari disiplin. Ia bukan sekedar prosedur sederhana yang dimaksudkan untuk membuat anak bekerja dengan merangsang kemauannya untuk mentaati instruksi, dan menghemat tenaga guru.

  Disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah untuk dapat : a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian social secaramendalam dalam dirinya.

  b. Mengerti dengan segera menurut untuk menjalankan apa yangmenjadi kewajibannya dan secara langsung mengerti laranganlaranganyang harus ditinggalkan.

  c. Mengerti dan dapat membedakan tingkah laku yang baik dantingkah laku yang buruk d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpaadanya peringatan dari orang lain.

  e. Mendidik KedisiplinanLatihan untuk mendisiplinkan diri sebetulnya harusdilakukan secara terus menerus kepada anak didik.

  (Purwantoro, Anas 2008: 10 -11)

  h. Mendidik Kedisiplinan Latihan untuk mendisiplinkan diri sebetulnya harusdilakukan secara terus menerus kepada anak didik. Upaya inibenar-benar merupakan suatu cara yang efektif agar anak mudahmengerti arti penting kedisiplinan dalam hidup. Anak diajaridengan konsekuensi logis dan konsekuensi alami dariperbuatannya. Berbagai umpan balik layak diberikan kepada sianak, baik secara lisan maupun tindakan. (Purwantoro, Anas 2008 :11- 12)

  Menurut Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso dalam (Purwantoro, Anas 2008 : 12-13),

  Prestasi anak di sekolah selain dipengaruhi oleh kemampuan kognitif juga dipengaruhi oleh kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yang agresif, tidak disiplin, suka menyerang dan sukar diatur biasanya memiliki prestasi belajar yang kurang baik. Salah satu fenomena yang sekarang sedang berkembang kita hadapi adalah menipisnya disiplin moral di kalangan generasi muda. i. Menanamkan Kedisiplinan Kepada Anak Didik

  Ada beberapa langkah untuk mengembangkan disiplin yangbaik kepada siswa :

  1. Perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur danmenentukan konsekuensi untuk aturan yang dilanggar.

  2. Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan

  3. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah darisemua kejadian. Hal ini menuntut guru untuk dapatmempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik.

  4. Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul.(Puwantoro, Anas 2008 :13). j. Indikator Disiplin Guru pada Siswa Tugas guru dalam mengajar secara umum dapat di kelompokan menjadi tiga bagian. Tiga bagian itu adalah tugas sebelum mengajar, tugas pada saat mengajar dan tugas setelah mengajar.

  Tugas guru sebelum mengajar adalah bagaimana merencanakan suatu sistem yang baik, tugas guru pada saat mengajar adalah bagaimana menciptakan suatu sistem pengajaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan tugas guru setelah mengajar adalah bagaimana menentukan keberhasilan pengajaran yang telah dilakukannya.

  Berdasarkan uraian di atas tugas guru merupakan salah satu indikator disiplin guru. Disiplin sangat penting bagi guru, karena itu harus ditanamkan terus menerus kepada guru. Dengan penanaman yang terus menerus maka disiplin akan menjadi kebiasaan bagi guru.

  Adapun indikator-indikator disiplin guru lainnya yaitu :

  1. Guru datang tepat waktu

  2. Mengecek kehadiran siswa

  3. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan

  4. Mengkondisikan kelas yang kondusif

  5. Melatih siswa untuk patuh pada aturan-aturan pembelajaran yang telah ditetapkan.

  6. Memberi kesempatan siswa untuk berlatih disiplin.

  7. Melakukan komunikasi afektif untuk terciptanya ketertiban dikelas.

  8. Membuat aturan berperilaku baik dikelas.

  9. Evaluasi afektif pembelajaran.

  10. Membuat penilaian afektif tentang disiplin selama proses pembelajaran.

  11. Melaksanakan tugas yang sesuai aturan.

  12. Keluar kelas dengan tertib pada waktunya.(Irwansyah, Yudhi 2014 :43-44) Disiplin baik yang dimiliki guru sangat penting dalam kelancaran prosesbelajar mengajar guru dengan siswa di sekolah. Karena sikap disiplin yang dimilikioleh guru tentu akan membawa kepada keberhasilan dan kemajuan sekolah. Olehkarena itu sikap disiplin yang dimiliki guru harus benar-benar diterapkan denganbaik, tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di sekolah. Adapun sikap disiplin(indikator) yang baik yang dimiliki guru seperti yang telah disebutkan di atas.

  Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkanbahwa sikap disiplin guru itu sangat penting dalam proses kegiatan di sekolah danharus dikembangkan baik di kelas maupun diluar kelas (sekolah).

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan( PKn) 1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan a. Definisi Pembelajaran Istilah “Pembelajaran” sama dengan “Instruction” atau “Pengajaran”.

  Dimyati dan Mudjiono dalam Lestari (2010 : 33) berpendapat bahwa Pembelajaran adalah prosesyang di selenggarakan oleh guru untuk membenarkan siswa dalam belajar bagaiaman belajar memperolehdan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap. MenurutE Mulyasa dalam Lestari (2010 : 33)

  “Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Adapun Dasim Budimasyah dalam Lestari (2010 : 33) berpendapat bahwa “Pembelajaran dapat terjadi sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relative permanen sebagai akibat dari pengalaman.”

  Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek atau pembelajar yang di rencanakan atau di desain, di laksanakan, dan di evaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

  Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi, dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut (remidial dan pengayaan).Kedua Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses,maka pembelajaran merupan serangkain upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut meliputi : 1) Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran berupa tahunan, semester dan penyusun persiapan mengajar

  (lesson plan) tersebut penyiapan perangkat kelengkapnnya antara lai alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-bukuatau media cetak lainya.

  2) Melaksankan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran di wujudkanguru akan banyak di pengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah di pilih dan di rancang penerapanya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.

  3) Menindaklanjuti pembelajran yang telah di kelolanya.

  Kegiatan pacsapembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan) dapat pula berupa pemberian layanan remidial

  teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar. (Komalasari,

  Kokom 2013 : 3- 4) 2.

   Pengertian Pendidikan kewarganegaraan

  Pendidikan kewarganegaraan (Pkn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasr berkenaan dengan hubungan antarwarganegara dengan negara serta pendidikan pendahulauan bela negara menjadi warga negara ang dapat di andalkan oleh bangsa dan negara (penjelasan Pasal 39 Undang-undang No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional). (Taniredja, Tukiran dkk 2013 : 1-2) Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zamroni dalam (Taniredja,

  (Tukiran dkk 2013 : 2) adalah Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamankan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masayarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu

  learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dan

  ,mentranformasikam nilai-nilai demokratis. Selain itu, pendidikan kewarganegaraanadalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap, perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political

  knowledge, awarenes, attitude, political afficacy dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan plotik

  secara rasional dan menguntungkn bagi diriya juga bagi masyarakat dan bangsa.

  Pendidikan Kewarganegaraan membahas tentang kewarganegaraaan, moral, norma, hukum, budi pekerti dan sebagainya. Pendidikan kewarganegaraan memabntu siswa untuk membentuk pola pikir dan pola sikap sebagai warga negara atau selaras denan nilai-nilai kemanusiaan. Termasuk dalam pembentukan watak atau karakter karena pendidikan kewarganegraan mmencakup nilai-nilai hidup yang khas dan masyarakat sekitar. (Fadil, Yudhi Fauzi2013 : 13) Berdasarkan uraian di atas,bahwa Pendidikan kewarganegaraan itu sangat penting bagi kehidupan karena didalamnya terdapat unsur-unsur pemebelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kelak sebagai warga negara yang baik.

  Pembelajaran Pendidikan kewarganegraan adalah suatu cara atau menyampaikan materi pelajaran Pendidikan kewarganegaraan. (Lestari, 2010: 33 ). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam penanaman disiplin kepada peserta didik karena dengan kedisiplinan tercipta sikap dan tingkah laku sebagai proses pembentukan karakter yang milki oleh peserta didik.

3. Hakikat pembelajaran PKn

  Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang menfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultrul, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang di manfaaatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

  Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang yang di mulai dar Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

  Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia yang diharapkan dan dapat di wujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Landasan Pkn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman.

4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

  Tujuan pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan fokus utama perubahan perilaku dalam proses penguasaan komponen yang dikembangkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang telah dicanangkan. Oleh, karena itu keterkaitan antara SKL, KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran sangatlah penting untuk memastikan bahwa RPP tersebut dapat memanfasilitasi guru untuk mewujudkan pembelajarandan belajar otentik serta pada gilirannya dapat ditakar dengan menggunakan penilaian otentik.(Permendikbud nomor 58)

  Pasal 4 Keputusan Ditjen Dikti RI Pasal 3 No 267/DIKTI/2000 tentang penyempurnaan Garis Besar Proses Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) menyebutkan bahwa Pkn di perguruan tinggi bertujuan untuk : a. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warga negar Republik Indonesia yang bertanggung jawab.

  b. Menguasai penegetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak di atasi dengan penerapam pemikiran yang berlandasan Pancasila, wawasan Nusantara dan ketahanan nasional secara kritis dan bertanggung jawab.

  c. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan serta patriotisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusadan bangsa. (Taniredja Tukiran 2013 : 3 ) 5.

   Komponen-Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan a. Tujuan Pembelajaran Pkn

  Tujuan pembelajaran adalah target atau hal-hal yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya berkaitan dengan dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan pembelajaran bisa jika pembelajar atau peserta didik mampu menguasai dimensi kognitif dan afektif dengan baik, serta cekatan dan terampil dalam aspek psikomotornya.

  Tujuan pembelajaran akan tercapai jika pembelajar atau peserta didik mampu mengekspresikan dan menampilkan bakat serat potensinya secara optimal. Denagn demikian, ruang untuk menjadi manusia paripurna (insal kamil) pun terbuka lebar.(Rahyubi 2013 : 234)

b. Media Pembelajaran Pkn

  Kata ” media “ berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.Dengan demikian, media pembelajara merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. (Djamarah dan Zain, 2010 : 120) 1) Definisi Media Pembelajaran

  Media pembelajaran merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Media sebagai alat komunkasi merupakan segala sesuatu yang membawa informasi (pesan) dari sumber informasi kepada penerima informasi. Oleh sebab itu media pembelajaran merupakan segala wujud yang tepat dipakai sebagai sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran ketingkat lebih efektif dan efesien.( Permendikbud nomor 58 )

  2) Jenis media menurut karakteristiknya sebagai berikut :

  a. Media asli dan media tiruan

  b. Media Grafis

  c. Media bentuk papan

  d. Media yang disyaratkan

  e. Media dengar

  f. Media cetak (Permendikbud nomer 58) Jenis dan bentuk media yang ditemukan oleh Djamarah dan

  Zain (2010 : 124-126) anatar lain dilihat dari Jenisnnya, media dibagi kedalam : 1) Media Auditif

  Media Auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampun bersuara saja. Misalnya radio, cassette recorder,piringan hitam. 2) Media Visual

  Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media Visual ini ada yang menampilkan gambar diam sepertifilm strip (film rangka), slides (film bingkai)foto, gambar, lukisan dan cetakan.

  3) Media Audiovisual Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsursauara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan lebih baik, karena meiputi kedua jenis media pertama dan kedua.

c. Strategi dan Metode Pembelajaran

  1. Strategi Pembelajaran Istilah ” strategi” pertama kali hanya dikalangan militer khususnya strategi perang. Dalam sebuah peperangan atau pertempuran, terdapat seseorang (komandan) yang bertugas mengatur strategi untuk memenangakan peperanagan. Biasanya, sebuah strategi disusun dengan mempertimbangkan medan perang, kekutan pasukan, perlengkapan perang dan sebagainya.

  Dalam konteks pendidikan, strategi digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik.Strategi dalam pendidikan mengarah kepada hal yang lebih spesifik, yakni khusus pada pembelajaran. Konsekuensinya, strategi dalam konteks pendidikan dimaknai berbeda dengan strategi dalam konteks pembelajaran.(Suyadi, 2013 : 13) Menurut Kemp (1995) dalam (Suyadi, 2013 : 13) menjelaskan “Bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru serta peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  “ Menurut Kemp, Kozma dalam Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa : strategi pembelajaran adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi (guru sebaga fasilitator) peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.(Djamarah, Zain 2010 : 5)

  2. Metode Pembelajaran

  a. Definisi Metode Pembelajaran Menurut Pupuh Fathurrahman dalam (Suyadi, 2013 : 15) metode adalah cara. Dalam pengertian umum, metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang di tempuh guru untuk mencapai tujuan pemebelajaran.

  “Metode pembelajaran adalah suatu model dan cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktifitas belajar mengajar agar berjalan dengan baik.

  ”(Rahyubi, 2012 : 236)

  b. Macam-macam Metode Pembelajaran

  1. Metode Ceramah Menurut Sagala dalam (Taniredja, Tukiran 2014 : 45)

  Metode ceramah adalah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksaan ceramah untuk menjelaskan urainnya guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar dan audio isual lainnya. Ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata yang sering mengaburkan dan kadang-kadang di tafsirkan salah.

  2. Metode Diskusi Menurut Hasibun dan Moedjono dalam (Taniredja, Tukiran

  2012: 23) Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah.

  3. Metode Bermain Peran atau Simulasi Menurut Sagala dalam (Taniredja, Tukiran 2013 : 39) metode simulasi adalah metode mengajar yang mendramakan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.

  4. Metode Demontrasi Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsing maupun menggunakan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang di sajikan.

  5. Metode Tanya Jawab Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat ywo way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

  ( http://ainamulyana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian- metode-pembelaaran-dan.html)

  6. Metode Karya Wisata Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas.Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.

  

  7. Metode Penugasan Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

  

d. Kompetensi Guru

  Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

  16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

  dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru

  dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: a) kompetensi pedagogik, b) kepribadian, 3) sosial, dan 4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. (Irwansyah, Yudhi 2014 : 6)

  1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual.

  2) Kompetensi Kepribadian Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaanbangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasikualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintanganyang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksakantugas sebagai seorang guru. 3) Kompetensi Sosial

  Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontohdan merupkan suritauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. 4) Kompetensi Profesional

  Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalamperencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.(Irwansyah, Yudhi 2014 :7- 11) e.

   Konsep Peranan Guru

  Guru merupakan satu di antara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan Guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (transfer knowledge) penyampai ilmu pengetahuan , tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. (Rahyubi 2012 : 235) f.

   Peran Guru Sebagai Agen Pembelajaran

  1) Guru sebagai sumber belajar Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

  2) Guru Sebagai pengelola Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

  3) Guru Sebagai fasilitator Dalam konteks pendidikan, guru merupakan fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu, karena perkembangan sains dan teknologi memungkinkan peserta didik memperoleh ilmu dari berbagai sumber seperti internet, televisi, gambar. Audio, dan sebagainya. Semua sumber belajar tersebut berimplikasi pada perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajara mengajar dari guru sebagai fasilitator. Fungsi guru sebagai fasilitator lebih memungkinkan peserta didik untuk membentuk karakternya sebagai generasi yang “melek media”. (Suyadi, 2013 : 17-18)

  4) Guru sebagai motivator Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Tetapi disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk belajar. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru ituntut kreatif untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

  

  5) Guru sebagai evaluator Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

  Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir pembelajaran (berupa nilai atau angka-angka) tetapi juga dilakukan terhadap proses, kinerja, dan

  

skill siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang bertujuan untuk

  menilai keberhasilan siswa memegang peranan penting. Sebab melalui evaluasi guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarkannya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru atau malah sebaliknya siswa belum

  .

  bisa mencapai standar minimal, sehingga mereka perlu diberikan remedial g.

   Siswa atau Peserta didik

  Peserta didik atau siswa merupakan subyek belajar yang memegang peranan penting atas ilmu pengetahuan yang harus di kuasainya. Konsekuensinya, peserta didik tidak lagi selalu bertanya kepada guru setiap menemui persoalan, melainkan harus belajar keras dar berbagai sumber dan strategi untuk menguasai standar kompetensi dalam pembelajaran. (Suyadi, 2013 : 18) Siswa atau peserta didik adalah seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan disekoalh atau lembaga pendidikan dibawah bimbingan seorang atau beberapa guru, pelatih, dan instruktur. Siswa jangan selalu dianggapsebagai objek belajar yang tidak tahu apa- apa, melainkan subyek pendidikan yang punya pengetahuan, kelebihan dan potensi tertentu. Siswa memiliki latar belakang, minat dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. (Rahyubi, 2012 : 235) h.

   Materi Pembelajaran

  Materi merupakan slah satu faktor tertentu penentu ketertiban siswa. Jika materi pembelajaran yang di berikan menarik kemungkinan keterlibatan siswa akan tinggi. Sebalikny jika materi pembelajaran tidak menarik, keterlibatan siswa akan rendah atau bahkan ia akan menarik diri dari proses pembelajaran motorik yang di gelar. (Rahyubi, 2012 : 243) Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi. Materi Pembelajaran mengacu pada kurikulum persekolahan yang berlaku. Materi pembelajaran termuat dalam kurikulum merupakan materi esensial dalam suatu ilmu yang harus dimilki oleh siswa. (Komalasari, Kokom 2013 : 28) Berdasarkan uraian di atas bahwa materi pembelajaran merupaka suatu komponen yang harus adadalam pembelajaran dan di butuhkan untuk pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan.

i. Sumber Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

  Menurut Winataputra dan Ardiwinata dalam (Djamarah dan Zain 2010 : 48) sumber belajar adalah “sesuatu yang dapat di pergunakan sebagai tempat dimana bahan ajar pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang”.

  Sumber belajar dapat juga di artikan sebagai tempat atau lingkungan sekitar, benda dan orang yang mengandung informasi dapat di gunakan sebagai wahana peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

  Roestiyah (Djamarah dan Zain, 2010 48-49) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah : a. Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat)

  b. Buku atau perpustakan c. Media Massa (majalah, surat kabar, radio, televisi dan lain-lain)

  d. Dalam lingkungan

  e. Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol dan lain-lain) f. Museum (Tempat penyimpanan benda- benda kuno)

  Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi siswa maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkan sumber belajar.

  j. Evaluasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

  Menurut Wand dan Brown dalam (Djamarah dan Zain, : 2010 : 50) bahwa : Evaluasi adalah sutau proses untuk menentukan nilai dari suat.

  ” Berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, evaluasi dilkukan pada kegiatan akhir dalam bentuk refleksi dan praktek pembelajaran.

  Dalam evaluasi pembelajaran guru sebaiknya mengadakan berbagai macam penilaian. Mulai dari ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulnagan akhir semester.

  Bloom (1971) mendefinisikan evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Sejalan dengan itu, Stufflebeam (1971), mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

  

  Evaluasi adalah suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam mengambil keputusan

  Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluation adalah penilaian.Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai. Pasaribu dan Simanjuntak (Djamrah dan Zain, 2010 : 50-51 ) menegaskan bahwa tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi yaitu :

  1) Tujuan umum dari evaluasi (a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemjuan murid dalam mencapai tujuan yang di harapkan.

  (b) Memungkinkan pendidik atau guru menilai aktifitas atau pengalaman yang di dapat. (c) Menilai metode mengajar yang di pergunakan. 2) Tujuan khusus dari evaluasi adalah : (a) Merangsang kegiatan siswa.

  (b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan. (c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat yang bersangkutan.

C. Kerangka Berfikir

  Peneliti berusaha dan berfikir melalui pembelajaran Pendidikan Kewaganegaraan (Pkn) dapat menananka kedisiplinan siswa. Penanaman kedisiplinan dilaksanakan dengan baik melalui, perencanaan yang matang, penggorganisasian yang baik, pelaksanaan yang efektif sesuai rencana, adanya evaluasi kelebihan dan kelemahannya dianalisis maka pelaksanaan tersebut dapat menanamkan kedisilinan di SMK Karya Teknologi Jatilawang Kabupaten Banyumas.

  Pelaksanaan Penanaman kedisiplinan siswa harus di mulai dalam lingkungan keluarga karena kelurga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama di dalam kehidupan manusia. Baik buruknya kedisiplinan siswa tergantung pada hasil atau tidaknya pendidikan yang diperoleh di sekolah.

  Pelaksanaan Penanaman kedisiplinan siswa tersebut tentunya bergantung pada kemampuan sekolah dalam implementasi Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) yang banyak di temui kendala-kendala.

  Pendidikan di artikan tidak hanya sebagai formaltransfer of knowledge namun bagaimana membentuk pribadi-pribadi manusia yang memilki sikap dan tingkah laku yng baik terutama didlam proses pembelajaran. Pada komponen sekolah yang berperan dalam mewujudkan penanaman kedisiplinan siswa tersebut salah satunya melalui komponen Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn). Guru mengontrol tingkah laku siswa didalam proses pembelajaran melalui peraturan yang di terapkan dalam pembelajaran tersebut.

  Kerangka Berfikir

  Penanaman Survey awal

  Kedisiplinan Siswa Melalui Pembelajaran Pkn

  Penelitian Analisis data dillakukan dengan cara analisis

  Observasi, Proses

  Wawancara, dan Pembelajaran

  Dokumentasi

Gambar 2.1 Kerangka berfikir D. Kajian Penelitian yang relevan

  Terdapat beberapa penelitian tentang kedisiplian di perguruan tinggi. Di dalam pengupasan penelitian ini terdapat berbagai penelitian mengenai kedisiplinan yaitu di antaranya mengenai sikap dan moral kedisiplinan, nilai-nilai kedisipinan dan penelitian yang berhubungan dengan tata tertib.

  Berikut di antara beberapa penelitian yang relevan dan sejenis tentang pengulasan kedisiplinan yaitu sebagai berikut :