Profil Tingkat Kedisiplinan Siswa MI Sirajul Falah Dalam Belajar Matematika

(1)

Oleh :

A B D I L L A H

503016029894

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1429 H / 2008 M


(2)

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SI) Jurusan Pendidikan Matematika.

Jakarta, 04 Oktober 2007

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia Tanggal Tanda Tangan

Maifalinda Fatra,M.Pd

Nip :150 277 129 ……….. ………

Sekretaris

Otong Suhyanto,M.Si

Nip :150 293 239 ……….. ………

Penguji I

Dra.Afidah Mas’ud

Nip : 150 228 775 ……….. ………

Penguji II

……….. ………

Tita Khalis Maryati,S.Si,M.Kom Nip : 150 293 238

Mengetahui Dekan


(3)

Yang bertanda tangan dibawah ini kepala MI Sirajul Falah 01 Desa Bojong Indah Kecamatan Parung Kab Bogor, menerangkan bahwa :

Nama :Abdillah, A.Ma

Tempat tanggal lahir :Bogor, 02 September 1970

NIM :503016029894

Alamat :JL.H.Mawi No 42 Desa Bojong Indah Rt 01/01 Kec. Parung - Kab .Bogor

Nama tersebut diatas telah melaksanakan penelitian pada Madrasah Ibtidaiyah Sirajul Falah 01 yang dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2007 sampai dengan tanggal 08 Juni 2007 untuk keperluan skripsi dengan judul“ PROFIL TINGKAT

KEDISIPLINAN SISWA MI SIRAJUL FALAH DALAM BELAJAR

MATEMATIKA “.

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bojong Indah, 08 Mei 2007

Kepala Madrasah


(4)

Halaman

1. Sampel Penelitian ... 27

2. Profil dewan guru MI Sirajul Falah ... 32

3. Profil siswa Sirajul Falah Th. 2003/2004... 33

4. Profil siswa Sirajul Falah Th. 2004/2005... 33

5. Profil siswa Sirajul Falah Th. 2005/2006... 34

6. Profil siswa Sirajul Falah Th. 2006/2007... 34

7. Nilai mata pelajaran Matematika 4 tahun terakhir ... 39

8. Observasi disiplin siswa MI Sirajul Falah dalam mata pelajaran matematika... 42

9. Observasi disiplin siswa MI Sirajul Falah dalam mata pelajaran matematika... 43

10. Sikap siswa terhadap disiplin belajar matematika ... 47

11. Pandangan siswa terhadap pelajaran matematika... 49

12. Keaktifan siswa terhadap pelajaran matematika ... 52

13. Kesungguhan siswa dalam belajar matematika... 54

14. Keaktifan siswa dalam belajar matematika... 57


(5)

ABDILLAH. Profil Tingkat Kedisiplinan Siswa MI Sirajul Falah Dalam Belajar Matematika, Kelas V MI Sirajul Falah Kecamatan Parung 2007. Karya ilmiah. Jakarta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa MI Sirajul Falah dalam belajar Matematika kelas V. Penelitian ini juga memaparkan tentang sejarah berdirinya lembaga Pendidikan Sirajul Falah 1952-2007. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Sirajul Falah dari tanggal 08 Mei sampai dengan 08 Juni 2007. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi kualitatif. Dalam hal ini sampel yang diambil adalah siswa kelas V MI Sirajul Falah sebanyak 60 orang siswa..Pengukurannya dilihat dari sekala sikap yang berbentuk angket dan observasi. Teknik analisis yang digunakan dengan menggunakan uji prosentasi

yaitu X100% N

F

P , setelah data terkumpulkan dan dianalisa , maka dapat diambil

kesimpulan bahwa sebagian siswa kelas V MI Sirajul Falah dalam belajar Matematika 60,85% (Enam Puluh Koma Delapan Puluh Lima Persen) menyatakan positif dan 33,1% (Tiga Puluh Tiga Koma Satu) menyatakan negatif.


(6)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan taupik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan pada umatnya yang selau setia mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman.

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat ujian munaqosah dan mencapai gelar sarjana Pendidikan Matematika.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari betul banyak kekurangan yang dapat ditemukan, walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kesalahan tersebut. Skripsi ini dapat diselesaikan tentunya dengan adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yaitu :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. 2. Ketua jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Bapak Otong Suhyanto, M.Si

4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd dan Ibu Gusni satriawati, M.Pd selaku pembimbing. 5. Bapak Ibu Dosen Pendidikan Matematika yang telah turut andil dalam


(7)

mengadakan penelitian kepustakaan.

7. Bapak Saarih TH selaku Pimpinan Yayasan Sirajul Falah.

8. Kepala Sekolah Mi Sirajul Falah 01 Parung Bapak Marsan S,Ag beserta para dewan guru yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Herman Prastiyo dan Bapak Mardaya yang selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teristimewa untuk Ayahanda M.Baili dan Ibunda tercinta H.Nunung Nurhaini, semoga Allah senantiasa menyayangi keduanya.

11. Tersayang istri tercinta Siti Julaikha Kurniawati serta anak-anaku Imron Rosadi dan Fatir Maulana yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi.

12. Sahabat-sahabatku mahasiswa Scholarship UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sanwani, Sutisna, Herman, Asep, Ropiudin, Syaripudin, Umi Kalsum, Oni Yunansih, Indrawati dan teman –teman lain yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis senantiasa berdo’a semoga

kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT, penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua, amin.

Jakarta, 09 Februari 2008 Penulis


(8)

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ………vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORI ... 7

A. DESKRIPSI TEORI ... 7

1. Definisi Disiplin ... 7

2. Prinsip-Prinsip Disiplin ... 8

3. Maksud Dan Tujuan Disiplin... 8

4. Kegunaan Disiplin ... 10


(9)

8. Pembelajaran Matematika Untuk Sekolah Madrasah ... 21

B. KERANGKA BERFIKIR ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Penelitian ... 26

B. Tampat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sample ... 26

D. Jenis dan sumber data ... 27

E. Iinstrumen penelitian ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data... 27

G. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV DESKRIPTIF DATA HASIL PENELITIAN ... 29

A. Deskripsi Data ... 29

B. Analisis Data ... 46

C. Interprestasi Data ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(10)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh : ABDILLAH 503016029894

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Lia Kurniawati, M.Pd Gusni Satriawati, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M


(11)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “

Profil Tingkat Kedisiplinan Siswa Mi Sirajul Falah

Dalam Belajar Matematika”

Telah diajukan dalam sidang munaqosah Jurusan

Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 05 Oktober

2007. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Matematika program Strata satu (SI) pada Fakulatas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan

Jakarta, 2007

Sidang Munaqosah

Dekan Pembantu Dekan I

Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap anggota

Prof. Dr. H. Rosyada, MA

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA

Anggota

Penguji I Penguji II

TITA KHALIS MARYATI, S.Si, M.Kom

Dra. Afidah Mas’ud


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia di muka bumi ini termasuk bangsa

Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa

pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang

sejalan dengan aspirasi (cita- cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep

pandangan hidup mereka.

1

Pendidikan yang didalamnya terdapat proses belajar

mengajar mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat

dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.

2

Dalam sistem pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan baik tujuan

kurikulum maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dari ketiga ranah tersebut, ranah

afektiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah, karena berkaitan

dengan tingkah laku para siswa dalam pergaulan di sekolah maupun dimasyarakat.

3

1

Prof.H.M.Arifin,M.Ed. dan Dr.H.Aminuddin Rasyid,Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta:Direktorat jendral Pembinaan Depag dan UT,1998),h.1

2

Nana Sujana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Bandung:PT Remaja Rosda Karya, Cet Ke-VII,2001,h.22

3


(13)

Hal ini senada dengan apa yang tertuang dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Perndidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab.

4

Untuk itu diperlukan usaha yang serius dan berkesinambungan dari setiap

unsur yang terlibat dalam dunia kependidikan. Matematika merupakan pelajaran yang

sangat penting didalam dunia pendidikan. Matematika dipandang sebagai dasar bagi

pengembangan ilmu dan teknologi. Dalam belajar matematika dapat dibentuk pola

berfikir ilmiah. Locke seperti yang dikutip oleh Sujono, menyebutkan bahwa

matematika merupakan pengetahuan yang eksak, benar, dan langsung menuju sasaran

sehingga membentuk disiplin dalam berfikir.

5

Matematika sebagai bahan pelajaran di sekolah, baik tingkat dasar maupun

tingkat lanjutan terkenal sebagai pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa. Jika

keadaan ini dibiarkan dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh bagi

prestasi belajar siswa baik pada pelajaran matematika maupun pada pelajaran lainnya.

Hal ini akan memberikan dampak yang buruk bagi pertumbuhan pendidikan nasional.

4

Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2003,Tentang system Pendidfikan Nasional,Jakarta:CV.Eko Jaya,2003,Cet.Ke-I


(14)

Proses belajar mengajar matematika sendiri sampai saat ini masih menunjukan

kekurangan-kekurangan. kenyataan dari hasil survai pengukuran dan penilaian

pendidikan oleh

The Third International Mathematics And Study-Repeat

tahun 1999

yang menunjukan bahwa kemampuan matematika anak-anak di Indonesia sangat

rendah.

6

Untuk mendapatkan hasil yang optimal tentulah perlu bimbingan dari guru

dan orang tua atau orang yang telah dewasa. Bimbingan yang diberikan juga harus

diiringi dengan pemberian motivasi, agar anak yang dibimbing lebih berusaha dengan

baik. Dengan adanya bimbingan dari guru dan motivasi dari orang tua yang

membimbing maka akan menimbulkan semangat belajar anak. Anak merasa

diperhatikan, dibimbing dan dihargai. Keadaan ini mendorong anak untuk berusaha

disiplin.

Usaha untuk mendisiplinkan anak harus diusahakan oleh pembimbing atau

orang tua. Dengan adanya bimbingan disiplin dari orang tua, maka diharapkan anak

menjadi disiplin. Jika orang tua menyarankan anaknya untuk belajar pada pukul 7.00

(tujuh), maka orang tua harus menepati waktu yang telah mereka tentukan. Keadaan

demikian ini bila dilakukan secara terus-menerus dan teratur maka akan membentuk

disiplin diri pada anak, orang tua merupakan panutan dan pembimbing anak itu akan

dicontoh oleh anaknya, maka untuk membentuk disiplin anak, haruslah didahului

dengan disiplin orang tua. Anak yang terbiasa disiplin di rumah tentu akan disiplin

5


(15)

juga di sekolah. Peraturan yang ada di sekolah ditaatinya dengan baik. Di kelas jika

guru menerangkan pelajaran, anak memperhatikan dengan penuh perhatian. Dengan

disiplin memperhatikan penjelasan guru, anak akan mengenal pelajaran dengan baik.

Untuk menunjang dan melengkapi materi pelajaran yang diajarkan guru di

sekolah, biasanya guru memberikan tugas yang harus diselesaikan di rumah.

Pelajaran matematika yang merupakan salah satu pelajaran di Sekolah Tingkat Dasar

juga tidak ketinggalan diberikan tugas. Dengan adanya tugas matematika yang

diberikan guru kepada siswa diharapkan anak mengulang materi pelajaran yang

diberikan di sekolah. Selain tugas juga dapat mengembangkan pikiran untuk

menyelesaikan soal matematika dengan bervariasi. Tujuan dan harapan guru itu

tercapai, bila murid mengerjakan tugasnya dengan baik.

Bila setiap tugas yang diberikan guru dikerjakan dengan disiplin, diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar murid. Tetapi pada kenyataannya, di sekolah

cukup banyak anak yang tidak mengerjakan tugas secara tidak disiplin. Pada waktu

guru menerangkan pelajaran, ada anak yang tidak memperhatikan. Bila guru

memberikan tugas menulis, anak mengerjakannya dengan tidak rapi dan tidak teratur.

Masih banyak siswa yang kadang tugas dikerjakan, kadang-kadang tidak atau

dikerjakan hanya sekedar menghindari teguran guru. Keadaan seperti ini akan

mempengaruhi prestasi belajar anak.

6

Budiono,Kemampuan Matematika Dan IPA Anak Indonesia Sangat Rendah,(Kompas:Pers.08/12/00).


(16)

Berangkat dari permasalahan diatas, diasumsikan bahwa faktor dominan yang

menentukan tercapainya prestasi belajar seorang siswa pada dasarnya adalah disiplin

dalam belajar. Dari uraian diatas maka penulis akan mengangkat permasalahan

tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul

“Profil Tingkat Kedisiplinan Siswa MI

Sirajul Falah Dalam Belajar Matematika”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1) Apakah anak selalu disiplin dalam belajar ?

2) Apa pengaruh disiplin terhadap hasil belajar siswa MI Sirajul Falah ?

3) Apakah anak selalu disiplin dalam belajar matematika ?

4) Apakah anak yang disiplin memiliki prestasi belajar yang baik ?

5) Mengapa disiplin belajar sangat penting dikuasai siswa MI Sirajul Falah ?

6) Apakah anak yang tidak disiplin memiliki prestasi belajar yang baik ?

7) Bagaimana peningkatan hasil disiplin dalam belajar matematika siswa MI

Sirajul Falah?

8) Apakah lingkungan keluarga selalu menerapkan disiplin ?


(17)

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan masalah

Mengingat demikian luasnya masalah-masalah yang timbul, serta mengingat

keterbatasan peneliti, maka peneliti membatasi masalah-masalah pada

DISIPLIN

BELAJAR.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Profil Tingkat

Disiplin Siswa Mi Sirajul Falah Dalam Pelajaran Matematika”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Problematika yang telah dirumuskan maka kegiatan penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai profil Madrasah dan tingkat

kedisiplinan siswa MI Sirajul Falah dalam belajar matematika.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah : hasil dari penelitian ini akan memberikan sumbangan yang

baik pada sekolah itu sendiri dan sekolah lain pada umumnya dalam rangka

perbaikan dan peningkatan mutu belajar.

2. Bagi pembaca : penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai satu kajian

yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.


(18)

BAB II

KERANGKA TEORI A. DESKRIPSI TEORI

1. Definisi Disiplin

Menurut kamus bahasa Indonesia untuk pelajar sekolah lanjutan tingkat pertama disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau peraturan.7 Maksudnya adalah bilamana seseorang pegawai atau pelajar selalu datang dan pulang tepat waktu. Sebenarnya gambaran yang demikian adalah keliru sebab apa yang digambarkan itu mungkin adalah salah satu kedisiplinan

yang dituntut. Menurut kamus bahasa Indonesia,”Disiplin berarti latihan batin dan watak dengan maksud segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.”8 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap suatu aturan.

Oteng Sutisna berpendapat bahwa disiplin adalah “Suatu proses hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan.9 Menurut I.G.Warsanto disiplin adalah” Cara dan gaya yang tertib dan teratur yang dikhasiatkan oleh pengadilan diri, sebagai penampakan dari kesadaran akan keyakinan identitas dan tujuan sebagai penampakan diri terhadap penghayatan akan nilai-nilai tertentu yang telah membudaya dalam diri.10 Dari beberapa

7

Hardaniwati, Menuk, Isti Nuraeni, dan Hari Sulastri, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar,(Jakarta:Pustaka Bahasa 2003), h.143

8

Dendy Sugono, Erwin Burhanuddin, Lien Sutini dan Haryanto Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 75

9

Oteng Sutisna,Adminstrasi Pendidikan, ( Bandung: Angkasa, 1993 ), Cet. Ke 10, h.109

10


(19)

pengertian disiplin yang telah dikemukakan dapat disimpulkan, bahwa disiplin adalah suatu keadaan yang menunjukan suasana kepatuhan dan ketaatan dari orang-orang dalam suatu organisasi terhadap peraturan yang telah ditetapkan, sehingga menimbulkan suasana tertib dan tenteram. Kepatuhan dan ketaatan tersebut dilakukan dengan senang hati.

2. Prinsip-prinsip Disiplin

Untuk meningkatkan disiplin perlu diperhatikan prinsip-prinsip disiplin. Menurut Warsanto, prinsip-prinsip disiplin adalah:

a. Hukuman disiplin hendaknya membangun disiplin b. Hukuman dilakukan atas dasar penilaian yang objektif c. Hukuman disiplin

d. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi

e. Keputusan hukuman hendaknya benar-benar dilaksanakan dengan penuh pertimbangan dan penuh kebijaksanaan

f. Pemimpin hendaknya tetap bertindak dan bersikap wajar setelah pelaksanaan disiplin diterapkan

g. Berilah kesan-kesan yang positif sehingga yang bersangkutan adanya penyesalan dan kesadaran atas perbuatan yang dilakukan.

3. Maksud Dan Tujuan Penegakan Disiplin

Maksud diterapkannya disiplin belajar atau bekerja adalah untuk menciptakan suatu keadaan lingkungan menjadi tertib, berdaya guna, dan berhasil


(20)

guna melalui sistem yang tepat. Dengan diterapkannya disiplin belajar pada siswa, maka diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap pembelajaran tersebut.

Pada dasarnya, tujuan penegakan disiplin adalah untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara yang legal dan teratur. Tetapi tujuan disiplin yang hakiki ialah agar mempunyai suatu sikap dan tingkah laku dalam bekerja atau bermasyarakat yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak. Dengan mempunyai sikap disiplin, maka kegiatan dalam kehidupannya dapat dipercaya dan dipakai dalam lingkungan masyarakat tertentu. Sondang P.Siagian membagi disiplin menjadi dua jenis yaitu “Disiplin yang bersifat preventif dan disiplin yang bersifat korektif”11 Disiplin yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para pelajar untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Preventif berarti pencegahan agar pelajar tidak berprilaku negative. Sedangkan disiplin yang bersifat korektif yaitu tindakan memperbaiki prilaku pelajar yang melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan

Oleh sebab itu disiplin hendaklah dilatih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan tempat belajar atau masyarakat, tapi disiplin tidak boleh tergantung dari keadaan hidup tempatnya berkembang. Sebagai sikap batin ia harus mengembangkan keyakinan dan kecenderungannya dengan tegap menghadapi perjuangan hidup yang berubah-ubah. Dengan kata lain tujuan

11

Sondang P.Siagian,Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-9, h.305


(21)

disiplin adalah untuk memenuhi peraturan yang telah ditetapkan dari tingkah laku, yaitu untuk memperbaiki tingkah laku yang tidak benar.

4. Kegunaan Disiplin

Disiplin sangat diakui berguna dalam kehidupan baik perseorangan maupun kelompok sangat dibutuhkan. Tanpa adanya disiplin, niscaya orang akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Salah satu unsur disiplin dalam kehidupan sehari-hari adalah ketaatan dan kepatuhan. Menurut A.Tabrani Rusyan yang menyatakan bahwa disiplin adalah suatu perbuatan yang mentaati, mematuhi dan tertib akan aturan, norma dan kaidah-kaidah yang berlaku baik dimasyarakat maupun ditempat bekerja atau belajar.12

Kepatuhan dan ketaatan itu pada dasarnya sama dengan fungsi yang ada dalam kehidupan pribadi atau dalam kehidupan berumah tangga yaitu sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan kelompok itu sendiri. Sebagai seorang pelajar, diharuskan mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Ini dilakukan demi terciptanya tujuan dari lembaga sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Karena ketidakdisiplinan siswa atau pelajar merupakan faktor penghambat lembaga dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dan hal ini dapat berakibat kepada kerugian pada lembaga itu sendiri.


(22)

5. Beberapa Model Disiplin a. Disiplin Pribadi

Disiplin pribadi artinya kepatuhan terhadap apa yang telah ditentukan seperti menggunakan waktu, melaksanakan ibadah, belajar dan lain-lain.13 Setiap orang yang menghendaki keberhasilan dan sukses akan membiasakan diri hidup dengan pola dan sikap disiplin. Sikap disiplin ini harus dimulai dari disiplin terhadap diri sendiri atau yang kita namakan dengan disiplin pribadi

Disiplin pribadi ini biasanya dilakukan kapan saja dan dimana saja. Di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, kita harus membiasakan diri berdisiplin dalam mempergunakan waktu, menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita, disiplin dalam belajar, istirahat, makan, dan sebagainya.

Orang yang memiliki sikap hidup berdisiplin akan tampak dalam tingkah laku dan perbuatannya ia selalu menghargai waktu, ia selalu mentaati segala peraturan kapanpun dan dimanapun berada.

Disiplin pribadi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap hidup bekerja keras. Sikap hidup bekerja keras adalah sikap hidup yang selalu mengarahkan segala kemampuan secara optimum untuk mencapai segala tujuan. Jadi dengan membiasakan diri bersikap hidup disiplin, maka terbiasa pula hidup dengan keras. Dengan sikap ini keberhasilan dan kesuksesan akan kita peroleh dengan mudah.

12

A.Tabrani Rusyan.Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, ( Inti Media Cipta Nusantara, 2001), Cet. Ke-2, h.54

13

Mimin Haryati, S.Pd Eva Dianawati,S.Agdan Mas’ud, PKn (Jakarta:Direktoral Jenderal Kelembagaan Agama Isalam 2005, Cet-I), h.121


(23)

Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda yang akan menggantikan generasi tua harus membiasakan diri dengan sikap hidup disiplin, dari mulai hal-hal yang kecil hingga ke hal-hal yang lebih besar.

b. Disiplin Sosial

Disiplin Sosial artinya kepatuhan seseorang terhadap peraturan yang berlaku, yang merupakan kesepakatan bersama di masyarakat. Misalnya, disiplin budaya bersih, budaya kerja dan budaya tertib.14 Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, manusia harus memiliki disiplin sosial disamping disiplin pribadi. Disiplin sosial adalah kekuatan seseorang terhadap aturan–aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Sebagai seorang pelajar, kita harus membiasakan diri berdisiplin di tengah-tengah masyarakat, mematuhi segala peraturan yang berlaku. Dalam suatu masyarakat yang seluruh warganya telah memiliki disiplin sosial akan terciptanya kehidupan sosial yang selaras, serasi dan berkesinambungan. Sebaliknya, apabila semua masyarakat tidak memiliki disiplin sosial, maka keserasian, keselarasan dan kesinambungan hidup tidak akan tercipta. Kekacauan dalam masyarakat akan terjadi, dan manusia yang satu dengan manusia yang lain tidak saling menghargai, yang kuat akan menjadi pemenang bagi yang lemah.15 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keselarasan dan keserasian hidup akan tercipta apabila tiap-tiap orang selalu membiasakan prilaku disiplin dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya.

14


(24)

c. Disiplin Sekolah

Disiplin sekolah artinya kepatuhan seorang siswa terhadap peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Menurut Guthrie, yang telah dikutip oleh Prof. DR. H. Aminuddin Rasyid dalam bukunya, bahwa manusia adalah makhluk organisma yang selalu bereaksi (responses) terhadap perangsang-perangsang tertentu (stimulus).16 Dengan adanya peraturan yang diterapkan di sekolah diharapka siswa mempunyai dorongan dan semangat untuk menerapkan kedisiplinan di sekolah ditempat mereka belajar.

Sebagai seorang pelajar, generasi penerus bangsa yang punya cita-cita luhur hendaknya selalu mematuhi segala peraturan yang berlaku. Baik peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis jika kesadaran seperti ini diterapkan disetiap lembaga pendidikan dan dipatuhi oleh setiap pelajar, niscaya cita-cita luhur anak bangsa akan terwujud.

d. Disiplin Belajar

Belajar merupakan dorongan atau motivasi. Dorongan ini ada yang datang dari luar diri siswa, ada juga yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri. Dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah diperlukan sikap dan prilaku disiplin. Bila tidak, maka belajar kita tidak akan membuahkan hasil yang gemilang. Tingkah laku seseorang tampaknya terpola kedalam urutan-urutan perencanaan dan melaksanakannya atau sekurang-kurangnya adalah untuk

15

Drs.Sukadi,PPKn Kelas 2 SMP, Ganeca Exact, (Bandung.1996), h.150-152

16

Prof. DR. H. Aminuddin Rasyid,Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet-ke 4, h.62


(25)

memulainya.17 Tidak ada seorang bintang pelajar yang dapat mencapai prestasi belajar yang baik tanpa sikap dan prilaku disiplin. Seorang bintang pelajar adalah seorang siswa yang memiliki sikap dan prilaku disiplin dalam menekuni pelajarannya mereka sadar, bahwa tanpa disiplin maka prestasi belajar yang baik tidak akan tercapai.

Untuk menjadi siswa yang berhasil, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membiasakan diri berdisiplin dalan belajar, tidak mudah terombang-ambing oleh pengaruh-pengaruh buruk yang menyesatkan. Karena itu, kita harus membuat jadwal belajar dan mentaatinya.

e. Disiplin Kelompok

Kedisiplinan mutlak diperlukan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Oleh karena itu kedisiplinan harus ditanamkan sejak dini dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan kelmpok.

Disiplin kelompok adalah orang-orang yang berkumpul dalam suatu tempat, tanpa disadari memiliki minat dan keinginan yang sama yang pada akhirnya mempunyai kesepakatan bersama.

Disiplin kelompok akan terbentuk melalui suatu proses yang dimulai dari disiplin diri dan disiplin masyarakat. Artinya disiplin kelompok tergantung dari tinggi rendahnya disiplin diri dan disiplin kelompok itu sendiri.

17


(26)

6. Pengembangan Sikap Disiplin

a) Pengembangan sikap hidup disiplin dilingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dikenal setiap orang. Dalam lingkungan keluarga kita harus membiasakan diri dengan berdisiplin. Berdisiplin dalam lingkungan keluarga berarti mentaati segala ketentuan yang berlaku dalam keluarga kita.

Kita dapat membayangkan bagimana kacaunya suatu keluarga tanpa disiplin dari para anggota keluarganya. Bila seorang ayah sebagai kepala rumah tangga tidak disiplin dalam menjalankan tugasnya, dan tanggung jawabnya, maka semua anggota keluarga akan merasakan akibatnya, begitu juga apabila ibu tidak berdisiplin dalam menjalankan fungsinya, semua anggota keluarga akan mendapatkan akibat buruknya.

Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dengan membiasakan hidup berdisiplin, antara lain:

1. Dapat menumbuhkan hidup bekerja keras

2. Setiap pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya 3. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab

4. Menumbuh kembangkan sikap hidup hemat, cermat dan tepat

Sikap hidup berdisiplin dilingkungan keluarga dapat kita kembangkan antara lain:

1. Melaksanakan tugas-tugas keluarga dengan penuh rasa tanggung jawab 2. Menghargai waktu, selalu memanfaatkan waktu untuk melakukan


(27)

3. Selalu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya 4. Mematuhi aturan-aturan dalam keluarga

5. Makan, istirahat, mandi dan olah raga pada waktunya 6. Membuat jadwal kegiatan harian dan mentaatinya

b) Mengembangkan sikap hidup disiplin dilingkungan sekolah

Pengertian disiplin di sekolah menurut ensiklopedia pendidikan adalah: ”Merupakan suatu tingkat tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi

yang baik, guna memenuhi fungsi pendidikan”.18 Bila murid disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, maka kegiatan belajar mengajar juga akan berjalan dengan baik, sehingga fungsi pendidikan terpenuhi. Sikap disiplin tidak hanya dikembangkan dilingkungan keluarga, sikap ini juga harus dikembangkan dilingkungan sekolah, bahkan disemua lingkungan hidup manusia. Sebagai seorang pelajar, kita harus senantiasa mengembangkan sikap disiplin dilingkungan sekolah tempat kita belajar. Sikap disiplin pribadi, sosial, dan nasional dilingkungan sekolah dapat dikembangkan dengan membiasakan diri bersikap dan berprilaku sebagai berikut:

1. Datang dan pulang sekolah tepat pada waktunya

2. Selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh rasa tanggung jawab

3. Berpakaian selalu lengkap

4. Membuat jadwal belajar dan mentaatinya 5. Membuang sampah pada tempatnya


(28)

6. Melaksanakan tugas piket seperti yang telah disepakati bersama 7. Selalu mengikuti upacara bendera

8. Selalu mentaati peraturan yang berlaku di sekolah

9. Senantiasa menjaga kebersihan WC, lingkungan sekolah dan kelas Sikap disiplin di sekolah harus dikembangkan oleh semua warga sekolah tanpa kecuali. Apabila seluruh warga sekolah telah memiliki sikap hidup berdisiplin, maka sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar.

c) Mengembangkan sikap hidup disiplin dilingkungan masyarakat Sebagai makhluk sosial kita harus selalu membiasakan dan mengembangkan sikap hidup disiplin dalam masyarakat. Disiplin dalam masyarakat berarti mentaati semua norma dan aturan yang berlaku didalamnya. Norma dalam masyarakat banyak ragamnya, yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan dan norma hukum. Semua norma yang mengatur kehidupan masyarakat tersebut harus kita taati dengan penuh kesadaran.

Sikap disiplin pribadi, sosial, dan nasional dalam lingkungan masyarakat dapat dikembangkan antara lain dengan membiasakan sikap dan prilaku sebagai berikut:

1. Mematuhi aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat 2. Membayar pajak tepat pada waktunya

3. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat 4. Taat dalam melaksanakan keputusan bersama 5. Menepati janji


(29)

7. Pembelajaran Matematika

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.19 Belajar merupakan usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relatif lama. Belajar juga merupakan suatu kegiatan untuk membentuk dan memodifikasi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang. Seseorang dikatakan belajar bila terjadi perubahan pada diri orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu, dan perubahan itu terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar, mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.20 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Bila siswa belajar maka diri siswa siap menerima materi, sehingga penuh dengan berbagai ilmu pengetahuan. Kepada siswa diberi bermacam-macam pengetahuan untuk menambah pengetahuan yang telah dimilikinya.21

Pembelajaran dapat diberi arti sebagai upaya yang sistimatis yang disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan belajar.22 Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan

19

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, hal. 53

20

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.60

21

Kasdin Sihotang, Problem Posing :Membentuk Manusia Seutuhnya, ( Surabaya: Gema Cliping Servis, 1997 ) Edisi September 11,h.10

22

H.D.Sudjana S,Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasi, ( Bandung: Falah Production, 2001), Cet.Ke-4,h.8


(30)

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang dari tidak tahu hingga mengetahui.

Untuk mempelajari pembelajaran matematika, maka perlu mengetahui definisi-definisi matematika. Matematika berasal dari bahasa Yunani mathematike, kata dasarnya adalah mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.

Secara etimologi matematika berarti “ Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.Sedangkan menurut Johnson dan Rising seperti yang dikutip oleh

Suherman, matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, reprentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.23

Matematika juga diajarkan secara berjenjang dan bertahap, yaitu dimulai dari hal yang kongkrit sampai ke hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Atau bisa dikatakan dari konsep yang mudah menuju konsep yang lebih sukar. Ini berarti mempelajari matematika harus bertahap dan beraturan serta berdasarkan pengalaman belajar.24 Dari beberapa pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang pola berfikir yang efektif dan sistimatis serta penggunaannya menggunakan bahasa simbol.

23

Erman Suherman dan Udin S Winata Putra,Strategi Belajar MatematikaModul 1-9 (Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEpartemen Pendidikan Nasional 2002), h.15-17

24

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran matematika kontemporer, ( Bandung : UPI, 2003 ), h.68


(31)

Mengenai definisi matematika, para ahli belum memiliki kesepakatan bersama mengenai hal tersebut, namun dari pengertian-pengertian yang dilakukan para ahli berikut ini dapat dilihat hakikat matematika secara umum antara lain:

a. James dan James berpendapat bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat tentang deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak.25

b. R.Soedjadi menerangkan pendapat beberapa ahli tentang matematika. Bahwa matematika adalah cabang pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan waktu serta penalaran yang terorganisir secara sistimatik, logik, dan struktur dengan kata ketat.26

c. Dalam kamus bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan bilangan dengan prosedur operasional yang di gunakan dalam menyelesaikan suatu masalah mengenai bilangan.27

d. Herman Hudojo menyimpulkan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsp-konsep abstrak yang tersusun secara hierakis dan penalarannya deduktif.28

25

KarsoDasar-Dasar Pendidikan MIPA, (Jakarta:UT, 1993), h.2

26

R.Soedjadi, Kiat Pendidikan di Indonesia, Koenstatasi Keadaan Masa Depan, (Jakarta:Direktoral Jenderal Tinggi Indonesia, 1999), h. 11

27

Kamus Bahasa Indonesia, h. 637

28

Herman Hudojo,Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang:Malang IKIP Malang, 1990, Cet-II), h.19


(32)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang tersusun dengan berstruktur secara hierakis, hubungan-hubungannya disusun secara logik, dan penalarannya deduktif. Konsep-konsep abstrak matematika itu memerlukan bahasa simbol yang secara praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya memudahkan untuk berfikir.

8 Pembelajaran Matematika Untuk sekolah

Seorang ahli berpendapat bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah.29 Disebut masa anak sekolah, karena sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar, karena mereka sudah berusaha untuk mecapai sesuatu, disamping perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk medapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena mereka sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru, yang dapat diberikan oleh sekolah.

Sebagai hasil pemberian bantuan yang diberikan oleh keluarga dan taman kanak-kanaknya, pada masa ini anak telah mengalami perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajarkan oleh gurunya. Dalam masa usia sekolah ini, anak sudah siap menjelajahi lingkungannya. Ia tidak puas lagi sebagi penonton saja. Ia ingin mengetahui lingkungannya, mengetahui tata kerjanya, bagi mana perasaan-perasaan dan


(33)

bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya agar kelak menjadi insan intelektual yang berguna bagi bangsanya.

Faktor intelektual dari siswa ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk sesuatu representasi, khususnya melalui konsep dan berbagi lambang dan simbol (huruf, angka, kata dan gambar).

Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran mempunyai kedudukan yang boleh dikatakan menentukan karena itulah kewajiban kita para pendidik, disamping mengembangkan aspek-aspek lain dari anak-anak didik kita, untuk memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi perkembangan itu. Berfikir dan bahasa demikian erat hubungannya, karena itu perkembangan bahasa yang baik adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk perkembangan pikiran yang baik. Pada waktu siswa belajar, siswa juga dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Problema ini harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode belajar tertentu. Proses jalannya berfikir dari sisawa melalui pembentukan pengertian logis yang dimulai dengan menganalisis ciri-ciri sejumlah objek yang sejenis, kemudian membanding-bandingkan ciri-ciri mana yang tidak sama, mana yang selalu ada atau tidak selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak. Kemudian dilanjutkan dengan mengabstraksikan yaitu menghilangkan ciri-ciri yang tidak hakiki serta menangkap ciri-ciri yang hakiki. Supaya dapat berfikir dengan tepat dan cepat, maka bekal yang harus dipunyai

29


(34)

siswa mencakup pengetahuan, faktor sosial, bahasa, bakat, dan sebagainya, yang semuanya merupakan faktor dalam dan luar yang saling menunjang terbentuknya faktor intelektual dari siswa dalam belajar Matematika.

Pembelajaran matematika di Madrasah masih lemah. Pengajaran matematika masih terfokus pada teori sehingga murid menjadi kurang kreatif, terlalu formal, dan masih terpaku pada rumusan baku. Oleh karena itu pembelajaran matematika untuk sekolah madrasah lebih utama diajarkan bila menggunakan media.

Pembelajaran matematika di sekolah Madrasah dapat dilaksanakan didalam kelas maupun diluar kelas. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika hendaknya guru mengkaitkan teori pembelajaran dengan perkembangan anak. Mengingat siswa MI masih berada pada taraf operasi kongkrit, guru hendaknya dapat memanipulasi benda-benda kongkrit dalam pembelajaran matematika. Benda-benda kongkrit dapat diperoleh dengan memanfaatkan benda disekeliling siswa, benda bekas maupun benda-benda yang dibuat dari barang bekas. Pemanfaatan benda-benda kongkrit yang berada disekeliling siswa dapat membantu dalam pembelajaran matematikan di sekolah Madrasah.30

B. KERANGKA BERFIKIR

Manusia hidup tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan jasmani saja. Kebutuhan rohani juga harus dilengkapi dan dikembangkan agar pertumbuhan


(35)

rohani dan jasmani dapat berjalan seimbang. Peningkatan pertumbuhan rohani dapat dibina melalui Pendidikan. Pendidikan yang baik adalah Pendidikan yang disiplin.

Dalam memajukan pembangunan bangsa, pemerintah merumuskan sarana-sarana pendidikan yang hendak dicapainya dalam Panca Krida. Tujuan pemerintah untuk membangun bangsa tersebut dapat tercapai bila didukung dan dilaksanakan oleh aparatur Negara dan warga Negara yang berkualitas baik dan berdisiplin nasional. Pengalaman bangsa lain menunjukkan bahwa bangsa yang berhasil dalam pembangunannya adalah bangsa yang memiliki daya manusia yang berkualitas tinggi dan berdisiplin nasional. Pencapaian kearah itu dapat dicapai melalui Pendidikan. Dalam pendidikan, anak akan berhasil dalam belajarnya bila anak belajar dengan disiplin.

Belajar disini bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban saja, tetapi yang diharapkan adalah belajar yang baik dan disiplin. Perubahan kearah positif terjadi bila anak rajin berlatih mengerjakan soal-soal dan mengulang pelajaran. Dengan mengulang-ulang pelajaran, orang akan selalu mengingat pelajaran yang didapatnya. Jika kurang melakukan pengulangan-pengulangan, maka sesuatu yang telah didapatnya itu akan mudah hilang. Pengulangan itu dilakukan untuk memperkuat sesuatu yang telah ada, agar menetap menjadi fatkor yang penting dalam proses belajar.

Pekerjaan rumah merupakan salah satu cara untuk melatih penguatan tersebut. Pekerjaan rumah merupakan usaha untuk menunjang keberhasilan anak

30

Endang Setyo Winarni,Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2005)


(36)

dalam belajar. Bila setiap tugas dikerjakan dengan disiplin maka anak akan terbiasa untuk belajar dengan baik dan bertanggung jawab.

Matematika yang merupakan salah satu pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah perlu dipelajari dengan teratur. Dengan rajin mengulang memecahkan soal-soal Matematika, anak terbiasa kritis memecahkan soal-soal. Bila anak rajin disiplin belajar dan disiplin mengerjakan pekerjaan rumah, maka prestasi baik yang akan dicapainya.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang memusatkan penelitiannya terhadap masalah-masalah aktual. Dimana peneliti dihadapkan langsung pada objek penelitian dan memaparkan hasil temuan mulai dari sejarah berdirinya madrasah, profil guru, profil siswa serta kedisiplinan siswa Mi Sirajul Falah dalam belajar Matematika dengan memberikan angket kepada 60 siswa yang terdiri dari 20 soal.

B Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di MI Sirajul Falah yang beralamat di Jl. H.Mawi, No.42 Desa Bojong Indah Rt.02/Rw.01 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.

Penelitian ini dilakukan pada akhir semester I mulai dari tanggal 08 Mei 2007 sampai dengan tanggal 8 juni 2007.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam hal ini adalah seluruh siswa MI Sirajul Falah yang berjumlah 459 siswa sedangkan sampel yaitu seluruh siswa kelas V MI Sirajul Falah yang terdaftar di sekolah tersebut pada semester I Tahun Pelajaran 2006-2007 dari dua kelas berjumlah 60 orang.


(38)

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

NO KELAS JUMLAH SAMPEL

1 V 0I 28

2 V 02 32

JUMLAH 60

D. Jenis dan Sumber Data

1. Sumber data : sunber data penelitian ini adalah profil sekolah, siswa, guru dan peneliti.

2. Jenis data : deskripsi kualitatif terdiri dari hasil angket, hasil observasi dan catatan lapangan.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Lenbar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama pembelajaran.

2. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang disiplin siswa MI Sirajul Falah dalam belajar Matematika.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah memberikan angket kepada siswa yang terdiri dari pernyataan-pernyataan


(39)

yang akan diisi oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak melalui rentang nilai tertentu. Pernyataan yang diajukan dibagi dua kategori, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dengan demikian itu akan menghasilkan total skor bagi setiap responden serta observasi yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

G. Teknik Analisis Data

Angket yang disebarkan kepada responden, setelah diisi kemudian dikumpulkan untuk diperiksa dan dikelompokan menurut jawaban masing-masing agar mudah mengolahnya.

Adapun prosedur pengolahan data yang diperoleh dari penelitian, penulis menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :

P = x100% N

F

Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Sampel 100 = Angka tetap31

31

Drs. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosda karya Bandung, 2004), h238


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Madrasah Sirajul Falah

Lembaga pendidikan Sirajul Falah adalah lembaga pendidikan yang berdiri pada tahun 1952, lembaga ini didirikan oleh seorang tokoh Masyarakat yang bernama K.H Syamsudin, adapun dasar-dasar tujuan dari lembaga Sirajul Falah dikembangkan oleh K.H. Saarih Th. Lembaga ini didirikan tepatnya di desa Bojong Indah Rt.02/Rw.01 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, dan diberi nama Sirajul Falah. Kata Sirajul Falah diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti “Lentera Kemenangan”. Adapun tujuan didirikannya lembaga ini antara lain:

1. Mengembangkan agama Islam melalui pendidikan dalam rangka membantu pembangunan pendidikan agama masyarakat lingkungan yang notaben masyarakat lemah ekonomi.

2. Membantu mengembangkan dasar-dasar sosial keagamaan kepada seluruh masyarakat untuk mengembangkan wawasan keagamaan masyarakat lingkungan.

3. Mengembangkan pengetahuan ekonomi masyarakat lingkungan melalui pengetahuan agama (Fiqih/Syariah).


(41)

Tujuan Jangka Pendek.

1. Membentuk kader-kader melalui silaturahim, anjangsono, dari rumah kerumah.

2. Membentuk kader-kader untuk mencari kata sepakat guna mendirikan sarana belajar untuk anak-anak (menyiapkan tempat belajar).

Tujuan Jangka Menengah.

1. Meningkatkan kualitas kader-kader melalui pengajian-pengajian keliling dan pemberian bekal agama berupa keterampilan, keberanian atau kemauan disamping kesemangatan. Kemudian menciptakan kerjasama serata membagai tugas habis kepada semua kader-kader. 2. Menghimpun sebanyak-banyaknya santri dan calon santri agar mereka

tahu terhadap lembaganya dengan tidak dikenakan kewajiban apapun kecuali belajar. Sehingga dapat menghimpun siswa sebanyak-banyaknya (kuantitas).

Tujuan Jangka Panjang

1. Menanamkan rasa percaya diri terhadap kelembagaan serta memberikan kepercayaan kepada masyarakat terhadap kelembagaan dengan meningkatkan pelayanan kepada santri/peserta didik, yang pada akhirnya melalui peningkatan pelayanan tercipta sebuah kebersamaan masyarakat sehingga tercipta rasa khidmat dan takzim antara masyarakat dan kelembagaan.


(42)

Adapun tujuan akhir dari lembaga Sirajul Falah adalah menciptakan masyarakat berilmu, berkesadaran, dan berkemauan.

Sasaran

Masyarakat yang agamis untuk menuju ridla Allah.

Motto

“Bersatu meniti setia bersama meraih cita”.

Visi

Menghasilkan lulusan yang berakhlak Al-karimah, berprestasi, trampil, mandiri berlandaskan iman dan taqwa.

Misi

1. Menanamkan aqidah Islam yang kuat.

2. Menanamkan dan mengaplikasikan akhlak Al-karimah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang berguna bagi siswa baik untuk melanjutkan pendidikannya maupun dalam bermasyarakat.

4. Mengembangkan potensi siswa sesuai minat dan bakat. 5. Melatih kemandirian siswa melalui kegiatan ekstra kulikuler.

Sejalan dengan perkembangan zaman, Sirajul Falah sudah mulai tampak perkembangannya dengan adanya unit-unit tambahan, diantaranya:


(43)

• Gedung Pondok pesantren Sirajul Falah

• Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sirajul Falah

• Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sirajul Falah 01

• Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sirajul Falah 02 2. Profil Guru

MI Sirajul Falah 01 dan 02 memilki tenaga pendidik sebanyak 21 orang dengan kualifikasi jenjang pendidikan yang berbeda-beda, yang kesemuanya itu adalah abituren Sirajul Falah. Adapun daftar tenaga pendidik MI Sirajul Falah pada tahun 2007 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Profil Dewan Guru MI Sirajul Falah

NO NAMA L/P PENDIDIKAN TEMPAT TGL LAHIR USIA

(Th)

1 H.Dulmukti L S I Bogor,17-01-1946 62

2 Marsan L S I Bogor,07-12-1967 41

3 Suherti P S I Bogor,16-04-1965 43

4 Rais Valid L S I Bogor,05-08-1964 44

5 U.Khaeruman L D 2 Sukabumi,10-02-1962 46

6 E.Kosasih L D 2 Bogor,21-06-1967 41

7 Ilyas L S I Bogor,22-08-1966 42

8 Ustajudin L PGA Bogor,14-06-1970 38

9 Sanwani L D 2 Bogor,20-10-1970 38

10 Abdillah L D 2 Bogor,02-09-1970 38

11 Ida Farida P D 2 Bogor,06-09-1969 39

12 Neneng Hasanah P D 2 Bogor,21-04-1971 37

13 Hanifah P D 2 Jakarta,15-04-1962 46

14 Lita Fuadah P D 2 Bogor,07-09-1975 33

15 Maryati P D 2 Bogor,31-08-1976 32

16 Hertati P D 2 Bogor,10-05-1975 33

17 Ida Widayanti P D 2 Jakarta,16-06-1974 34

18 Rohayati P D 2 Bogor,08-06-1975 33

19 Rafika P S I Sukabumi,19-04-1982 26

20 Siti Hafsah P S I Bogor,03-09-1966 42


(44)

3. Profil siswa

Keberadaan siswa MI Sirajul Falah 4 tahun terakhir sebagai berikut :

Tahun Pelajaran 2003-2004

Tabel 4.2

Profil Siswa MI Sirajul Falah Tahun 2003-2004

NO KELAS L P JUMLAH KETERANGAN

1 I 28 31 59

2 II 45 40 85

3 III 59 38 97

4 IV 36 48 84

5 V 44 33 77

6 VI 30 34 64

JUMLAH 242 224 466

Tahun Pelajaran 2004–2005

Tabel 4.3

Profil Siswa MI Sirajul Falah Tahun 2004-2005

NO KELAS L P JUMLAH KETERANGAN

1 I 26 30 56

2 II 30 42 72

3 III 39 38 77

4 IV 59 43 102

5 V 40 37 77

6 VI 37 31 68


(45)

Tahun Pelajaran 2005-2006

Tabel 4.4

Profil Siswa MI Sirajul Falah Tahun 2005-2006

NO KELAS L P JUMLAH KETERANGAN

1 I 54 35 89

2 II 29 21 50

3 III 33 29 62

4 IV 41 41 82

5 V 41 22 83

6 VI 31 45 76

JUMLAH 229 193 422

Tahun Pelajaran 2006-2007

Tabel 4.5

Profil Siswa MI Sirajul Falah Tahun 2006-2007

NO KELAS L P JUMLAH KETERANGAN

1 I 46 45 91

2 II 45 37 82

3 III 31 16 47

4 IV 34 28 62

5 V 44 44 88

6 VI 58 31 89

JUMLAH 258 201 459

Tahun demi tahun sistem pembelajaran di Sirajul Falah terus mengalami perubahan agar sesuai dengan kurikulum nasional, hingga kini dimana ilmu pengetahuan umum lebih diutamakan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Matematika, sains, dan teknologi informasi lebih ditekankan karena mata pelajaran ini dianggap lebih memiliki peranan dalam perkembangan dan kemajuan zaman.


(46)

a. Disiplin

1). Disiplin Belajar

Adapun cara belajar siswa MI Sirajul Falah tidak ada bedanya seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya. Ketika kegiatan belajar mengajar hendak dimulai biasanya seorang ketua kelas menyiapkan

anggotanya guna melaksanakan do’a bersama dan mengucapkan salam

secara bersama-sama pula, barulah kegiatan belajar mengajar di mulai. Proses belajar mengajar baru dapat berlangsung secara efektif dan efesien jika telah terbentuk komunikasi antara pendidik dan anak didik, baik di dalam kelas, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat tertentu. Komunikasi itu berlangsung dalam kegiatan psikologis secara timbal balik antara pendidik dan anak didik, yang saling memberi dan menerima pengaruh secara dialogis. Pendidik memberi pengaruh melalui kewibawaannya dalam bentuk sikap, prilaku edukatif dan keilmuannya yang dialihkan kepada anak didik dengan metode yang tepat guna dan berhasil guna, sehingga mudah di terima, dipahami, dimengerti dan dihayati serta dikembangkan oleh anak didik lebih lanjut.

Namun dari gejala-gejala prilaku, bakat dan kemampuan murid, pendidik juga menerima pengaruh-pengaruh dari realitas kedirian anak didik yang secara individual berbeda-beda, yang menjadi bahan masukan pengembangan pemikiran pendidik untuk lebih cermat dalam memilih bahan dan metode yang tepat sasaran, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.


(47)

Jadi pada prinsipnya dalam proses belajar mengajar tersebut harus terjadi proses hubungan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi antara pendidik dan anak didik. Oleh karena itu setiap siswa yang melanggar tata tertib sekolah akan diberikan sangsi, dalam bobot poin berdasarkan pelanggaran yang dibuatnya. 50 poin diberikan teguran, 75 poin memanggil orang tua siswa atau wali siswa. Apabila sudah mencapai bobot 100 poin maka siswa akan dikembalikan kepada orang tuanya. Bobot 100 poin berlaku selama siswa belajar di Mi Sirajul Falah. Adapun klasifikasi poin sebagai berikut :

JENIS PELANGGARAN POIN PELANGGARAN

1 KETERLAMBATAN

• Terlambat 15 menit 2 poin

• Terlambat 25 menit 3 poin

• Dengan sebab yang bisa diterima 3 poin

• Izin keluar ketika PBM,tidak kembali lagi 5 poin

• Tidak melaksanakan tugas fiket 5 poin 2. KEHADIRAN

• Izin tanpa keterangan 2 poin

• Sakit tanpa keterangan 2 poin

• Tanpa keterangan 5 poin

• Membuat keterangan palsu 10 poin

3. PAKAIAN


(48)

• Tidak berseragam 5 poin

• Seragam dicoret-coret 5 poin

4. KETERTIBAN

• Mengotori benda milik sekolah, 15 poin guru dan teman

• Menghilangkan benda milik sekolah, 15 poin guru dan teman

• Membuat keributan dengan 15 poin

teman didalam kelas

• Membawa benda alat 15 poin

selain peralatan sekolah

5. BUKU, MAJALAH, ATAU KASET ( CD ) TERLARANG

• Membawa majalah atau CD terlarang 50 poin

• Membawa majalah atau CD milik orang lain 30 poin

• Memperjualbelikan majalah atau CD terlarang 75 poin

6. PERKELAHIAN

• Disebabkan oleh siswa Sirajul Falah 75 poin

• Disebabkan oleh siswa lain 50 poin

7. SHALAT

• Tidak shalat tanpa uzur 30 poin


(49)

2). Disiplin Belajar Matematika

a. Disiplin Belajar Matematika Kelas V MI Sirajul Falah

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan ternyata tata cara belajar Matematika yang diterapkan di kelas lima cukup menarik, sebelum mereka melaksanakan kegiatan belajar

mengajar salah seorang dari mereka memimpin do’a kemudian

mengucapkan salam secara bersama-sama dan ketika mereka belajar Matematika walaupun masih ada diantara mereka dalam belajar selalu bercanda akan tetapi sebagian besar siswa memperhatikan dengan cermat, karena materi yang diajarkan tidak selalu ditulis di papan tulais melainkan menggunakan alat peraga. Walaupun alat peraga yang digunakan sangat sederhana akan tetapi semangat merka luar biasa. Selain belajar dengan alat peraga mereka juga bermain sambil belajar di lapangan. Diantaranya: belajar penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatiif, menghitung luas lingkaran dengan menggunakan meteran dan kaleng, menyamakan pecahan senilai dengan kartu, menghitung perkalian, atau dengan cara lain misalnya menjumlahkan bilangan bulat dengan metode baris-berbaris, menghitung untung rugi dengan berbelanja ke warung, menghitung bangun datar seperti: kubus dan balok dengan membuat petakan-petakan di lapangan dan masih banyak lagi bentuk permainan yang diterapkan di MI Sirajul Falah khususnya kelas V. Hal inilah yang membuat siswa MI Sirajul Falah sangat senang ketika belajar


(50)

Matematika. Bagi siswa MI Sirajul Falah pelajaran Matematika bukan lagi suatu momok yang menakutkan akan tetapi suatu pelajaran yang sangat menyenangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil UAN 4 tahun terakhir sebagai berikut :

Tabel 4.6

Nilai Mata Pelajaran Matematika 4 Tahun Terahir

TAHUN RATA-RATA

2003 - 2004 5,68

2004 - 2005 6,20

2005 - 2006 7,97

2006 - 2007 7,93

b. Disiplin Belajar Matematika kelas V MI Sirajul Falah pada Pokok Bahasan Bangun Ruang dan Operasi Hitung Bilangan Bulat. 1. Tahapan Pelaksanaan

Kegiatan belajar mengajar matematika pada hari selasa, 06 Mei 2007 dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Siswa yang tidak hadir pada hari ini ada 1 orang dikarenakan sakit. Ada seorang guru kelas yang bernama Sohib Pahlupi hadir untuk membantu peneliti dalam kegiatan ini.

Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan peneliti memberikan materi tentang bangun datar dan dilanjutkan dengan praktek dengan media dilapangan, kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk mengukur bangun datar berupa lempengan kramik didepan


(51)

teman-temannya. Ternyata dari 60 siswa kelas lima MI Sirajul Falah tidak semuanya lengkap membawa alat bantu pelajaran matematika. Hanya beberapa orang saja diantara mereka yang lengkap. Setelah itu 15 menit sebelum pelajaran berakhir diberikan satu buah pertanyaan, siswa yang mampu menyelesaikannya dibei poin tambahan nilai sebanyak 5 poin.

Pada hari juma’t, 09 Mei 2007 dilakukan kegiatan belajar mengajar yang kedua kalinya dimulai pada pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB. Pada hari ini materi yang diajarkan adalah melanjutkan materi sebelumnya yang belum tersampaikan. Kemudian peneliti menjelaskan rumus luas persegi panjang dan keliling persegi panjang, setelah materi tersampaikan peneliti mengajak anak-anak keluar kelas guna mempraktekan ukuran satuan luas yang telah diajarkan tadi masing-masing diantara mereka dibagi menjadi 15 kelompok 1 kelompok terdiri dari 4 orang mereka saling berbaur mencari media yang berbentuk persegi panjang, ternyata dari 15 kelompok ada 2 kelompok yang tidak membawa alat ukur(meteran) yang telah diperintahkan, mereka hanya menggunakan penggaris yang panjangnya tidak sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

Selasa, 11 Mei 2007 peneliti menjelaskan bilangan bulat dan mengerjakan latihan sebanyak 5 soal yang dikoreksi secara bersama-sama ternyata hasilnya belum maksimal. Kemudian peneliti mengulang kembali sampai beberapa kali.


(52)

Kegiatan belajar mengajar berlangsung seperti biasa penjelasan materi dilanjutkan dengan mengerjakan soal latihan. Kemudian penulis menjelaskan materi bilangan bulat dengan metode permainan di lapangan. Dari 60 siswa dibagi menjadi dua kelompok dengan tidak mebeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada permainan ini gelak canda dan tawa keluar dari mulut siswa, apalagi ketika mereka menghitung bilangan bulat negatif mereka saling mendorong kebelakang bahkan sampai-sampai ada yang jatuh diantara mereka. Walaupun demikian mereka tidak merasakan sakit bahkan sebaliknya mereka tertawa terbahak-bahak sampai-sampai kelas yang lain tersenyum ketika melihat permainan itu. Ketika jam pelajaran

berakir salah seorang siswa mengatakan “ Pak Guru ! Besok belajar

kaya gini lagi ya.” Setelah itu peneliti memberikan soal kembali sebanyak 5 soal dan dikoreksi bersama-sama.

Kegiatan pembelajaran siswa dalam belajar matematika berakhir pada juma’t 16 Mei 2007 siswa mengerjakan soal sebanyak 10 soal yang dikerjakan selama 2 jam pelajaran, untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah diajarkan. Pada jam terakhir, peneliti menjelaskan operasi penjumlahan pada bilangan bulat, tetapi metode permainan pada hari itu tidak dilaksanakan karena 20 menit sebelum pelajaran berakhir, para siswa diharuskan berkumpul dilapangan untuk mendengarkan pengarahan dari kepala sekolah.


(53)

Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir pada hari juma’t

16 Mei 2007 pada saat jam istirahat, peneliti mengadakan wawancara terhadap subjek-subjek peneliti yaitu :

1. Subjek peneliti A (SPA) adalah siswa kelas V yang paling menonjol pada pelajaran matematika.

2. Subjek penelitian B (SPB) adalah siswa kelas V yang paling aktif dan serius mendengarkan penjelasan guru.

3. Subjek penelitian C (SPC) adalah siswa kelas V yang mempunyai kemampuan sedang.

4. Subjek penelitian D (SPD) adalah siswa kelas V yang mempunyai kemampuan rendah pada mata pelajaran matematika.

Tabel 4.7

Observasi disiplin siswa MI Sirajul Falah dalam belajar matematika

No Aspek yang dinilai (Positif)

SPA SPB SPC SPD

S KK TP S KK TP S KK TP S KK TP

1 Membawa alat tulis V V V V

2 Membawa buku

paket V V V V

3 Memperhatikan

penjelasan guru V V V V

4 Mencatat materi V V V V

5 Mengajukan

pertanyaan V V V V

6 Mengerjakan tugas

yang diberikan guru V V V V

7 Terdorong

menyelesaikan tugas yang lebih sulit

V V V V

8 Mengerjakan PR V V V V

9 Mengerjakan soal

didepan V V V V

10 Berusaha

mendapatkan poin tertinggi


(54)

Tabel 4.8

Observasi disiplin siswa MI Sirajul Falah dalam belajar matematika

No Aspek yang dinilai (Negatif)

SPA SPB SPC SPD

S KK TP S KK TP S KK TP S KK TP

1 Berbicara tidak

relevan dengan tugas V V V V

2 Mengerjakan

pekerjaan lain V V V V

3 Mengganggu siswa

lain V V V V

4 Membuat

coret-coretan dikertas V V V V

5 Ke kamar mandi V V V V

6 Mengantuk V V V V

7 Berjalan-jalan ketika

belajar V V V V

8 Melamun V V V V

9 Mencoba menarik

perhatian V V V V

10 Melihat pekerjaan

siswa lain V V V V

Keterangan :

Katagori Frekwensi

Sering (S) > 4 kali Kadang-kadang (KK) 1-3 kali Tidak pernah 0 kali

Pada waktu jam istirahat sekitar pukul 09.30 WIB di ruang kelas, peneliti mewawancarai 4 orang siswa yang merupakan subjek penelitian. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan empat orang siswa :

• Subjek Penelitian A (SPA)

SPA adalah siswa yang paling menonjol dalam pelajaran matematika di kelas V. Menurut SPA dia suka matematika, tetapi ia masih mengalami kesulitan ketika menemukan operasi hitung pada bilangan bulat negatif. SPA bisa mengikuti pelajaran dengan metode permainan, tetapi ia merasa


(55)

terganggu oleh teman-temannya yang berjalan-jalan serta berisik. Berikut ini hasil wawancaranya :

P : “ Apakah kamu bisa mengikuti materi yang telah

diajarkan…?”

SPA : “ Bisa Pak……tadi waktu main-main saya suka, tetapi anak-anaknya selalu berisik pak…… !”

P : “ Kamu merasa terganggu sama teman-teman kamu tadi…?”

SPA : “ Iya Pak…saya jadi ga bisa konsentrasi……!”

• Subjek Penelitian B (SPB)

SPB adalah siswa paling aktif dan paling serius kalau mendengarkan penjelasan guru di kelas V, tetapi tetapi dia tidak masuk dalam 10 besar ketika di kelas IV. Ia suka pelajaran matematika, tetapi kadang merasa bosan dan ngantuk. Ia semangat dan senang ketika belajar matematika jika diselingi dengan permainan, dengan begitu tidak membosankan dan cenderung santai.

SPB : “Saya senang Pak…belajarnya dengan permainan……!

P : “ Kenapa…..?”

SPB :“ Jadi gak ngantuk Pak……!’

P : “ Jangan-jangan kamu suka permainannya saja….?”

SPB : “ Gak juga Pak…buktinya ketika latihan saya mendapat nilai delapan.”


(56)

• Subjek Penelitian C (SPC)

SPC adalah siswa yang mempunai kemampuan sedang dalam pelajaran matematika dan cenderung pasif. Ketika dipanggil untuk wawancara terlihat agak kakudan malu-malu. Ia suka matematika, ketika diterapkan metode permainan walaupun ia merasa senang tetapi ia merasa terganggu dengan suara berisik dari siswa laki-laki.

SPC : “Saya sebel Pak tadi anak laki-laki pada berisik…..”

P : “ Tapi kamu bias mengikuti pelajaran…?”

SPC :“ Bisa Pak….tapi saya tadi ketinggalan ketika belajar

penjumlahan bilangan bulat dengan cara lompat-lompatan…”

P : “ Apa terlalu cepat saya menjelaskannya…?

SPC : “ Iya juga sih Pak….”

• Subjek Penelitian D (SPD)

SPD adalah siswa yang mempunyai prestasi rendah dalam belajar termasuk dalam belajar matematika, tetapi ia selalu membuat ulah dikelas, suka mengganggu temannya ketika belajar dan lain-lain. Ia tidak begitu suka pada pelajaran matematika karena selalu berhubungan dengan angka-angaka. Ketika diterapkan metode permainan, ia suka walaupun agak tertinggal dan kadang-kadang bingung.

SPD : “ Saya jadi senang Pak belajar matematika…!”

P : “ Memang kenapa ? ….Apa dulu kamu tidak suka pelajaran matematika…?”


(57)

SPD : “Dulu sih kadang-kadang aja sukanya…”

P : “ Kenapa begitu..?”

SPD : “ Saya kan sukanya main-main aja Pak, tapi kalu saya belajarnya main-main dimarahi…”

Setelah mewawancarai siswa, peneliti menyebarkan angket sebanyak 60 helai terdiri dari 20 soal pernyataan guna untuk menengetahui sejauh mana tingkat kedisiplinan siswa kelas V MI Sirajul Falah dalam belajar matematika. Berikut ini paparan angket tingkat kedisiplinan siswa kelas V MI Sirajul Falah dalam belajar matematika :

B. ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Madrasah Ibtidaiyah Sirajul Falah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor tentang “Profil tingkat kedisiplinan siswa MI Sirajul Falah dalam belajar Matematika”. Berikut ini

penulis sajikan pengolahan data yang ditafsirkan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan :

a. Disiplin siswa dalam pembelajaran matematika.

Sikap siswa terhadap disiplin belajar matematika dapat dilihat pada nomor 1, 2, 3 dan 4. Adapun nomor 1 dan 3 menunjukan pernyataan positif, sedangkan nomor 2 dan 4 menunjukan pernyataan negatif terhadap disiplin belajar matematika.

Hasil dari penyebaran skala sikap dan skor tiap alternatif jawaban, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:


(58)

Tabel 4.9

Sikap siswa terhadap disiplin belajar matematika

Pernyataan NO S KK J TP JML

Mengulang pelajaran matematika di rumah 1

22 17 14 7 60

36,6% 28,3% 23,3% 11,6% 100%

Mengerjakan PR

matematika di sekolah 2

16 12 14 18 60

26,6% 20% 23,3% 30% 100%

Orang tua mengajarkan matematika di rumah 3

22 19 14 5 60

36,6% 31,6% 23,3% 8,3% 100%

Merasa jemu belajar matematika ketika soalnya sulit

4

11 22 18 9 60

18,3% 36,6% 30% 15% 100%

Jumlah 203 188 152 120 663

Rata-rata 50,75% 47% 38% 30% 165,75%

Keterangan S = Selalu J = Jarang

KK = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah

Berdasarkan nomor 1 Tabel 4.9, Sebanyak 22 siswa atau (36,6%) responden menyatakan selalu mengulang pelajaran matematika di rumah. Sebanyak 17 siswa atau (28,3%) responden menyatakan kadang-kadang mengulang pelajaran matematika di rumah. Sebanyak 7 siswa atau (11,6%) responden menyatatakan jarang. mengulang pelajaran matematika di rumah. Sebanyak 14 atau (23,3%) responden menyatakan tidak pernah. mengulang pelajaran matematika di rumah.

Berdasarkan nomor 2 Tabel 4.9, sebanyak 16 siswa atau (26,6%) responden menyatakan selalu mengerjakan PR di sekolah. Sebanyak 12 siswa atau (20%) responden menyatakan kadang-kadang mengerjakan PR di


(59)

sekolah. sebanyak 14 siswa atau (23,3%) responden menyatakan jarang mengarjakan PR matematika di sekolah. Sebanyak 18 siswa atau (30%) responden menyatakan tidak pernah mengajarkan PR matematika di sekoah.

Berdasarkan nomor 3 Tabel 4.9,sebanyak 22 siswa atau (36,6%) responden menyatakan orang tua selalu mengajarkan matrematika. Sebanyak 19 siswa atau (31,6%) responden menyatakan kadang-kadang orang tua mengajarkan pelajaran matematika di rumah. Sebanyak 14 siswa atau (23,3%) responden menyatakan orang tua jarang mengajarkan peajaran matematika di rumah. Sebanyak 5 siswa atau (8,3%) responden menyatakan orang tua tidak pernah mengajarkan pelajaran matematika di rumah.

Berdasarkan nomor 4 tabel 4.9,sebanyak 11 siswa atau (18,3%) responden menyatakan selalu merasa jemu ketika belajar matematika soalnya sulit. Sebanyak 22 siswa atau (36,6%) responden menyatakan kadang-kadang merasa jemu ketika belajar matematika soalnya sulit. Sebanyak 18 siswa atau (30%) responden menyatakan jarang merasa jemu ketika belajar matematika soalnya sulit. Sebanyak 9 siswa atau (20%) responden menyatakan tidak pernah merasa jemu ketika belajar matematika soalnya sulit.

Disiplin siswa terhadap belajar matematika secara keseluruhan yaitu 50,75% menyatakan selalu. 47% menyatakan kadang-kadang, 38% menyatakan jarang dan 30% menyatakan tidak pernah.

Dari hasil penelitian disiplin siswa dalam belajar matematika yang dilihat dari jumlah siswa maka dapat diperoleh data tentang kedisiplinan adalah menurut table berikut ini :


(60)

Persentase Kedisplinan Siswa Keterangan

50,75% Tinggi

47% Sedang

38% Kurang

30% Rendah

b. Pandangan siswa terhadap belajar Matematika

Pandangan siswa terhadap belajar matematika dapat dilihat pada nomor 5, 6, 7dan 8. Adapun nomor 5 dan 7 menunjukan pernyataan positif, sedangkan nomor 6 dan 8 menunjukan pernyataan negatif terhadap pandangan belajar matematika siswa.

Hasil dari penyebaran skala sikap dan skor tiap alternatif jawaban, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini :

Tabel 4.10

Pandangan siswa terhadap belajar matematika

Pernyataan NO S KK J TP JML

Mengerjakan soal matematika dengan kemampuan sendiri 5

25 20 11 4 60

41,6% 33,3% 18,3% 6,6% 100%

Matematika termasuk pelajaran yang sulit 6

25 7 20 8 60

41,6% 11,6% 33,3% 13,3% 100%

Siswa belajar matematika

dengan sungguh-sungguh 7

42 14 2 2 60

70% 23,3% 3,3% 3,3% 100%

Siswa selalu takut terhadap

pelajaran matematika 8

18 9 10 23 60

30% 15% 16,6% 38,3% 100%

Jumlah 311 134 116 130 691


(61)

Berdasarkan nomor 5 Tabel 4.10,sebanyak 25 siswa atau (41,6%) responden menyatakan selalu mengerjakan soal matematika dengan kemampuan sendiri. Sebanyak 20 siswa atau (33,3%) responden menyatakan kadang-kadang mengerjakan soal matematika dengan kemampuan sendiri. Sebanyak 11 siswa atau (18,3%) responden menyatakan jarang mengerjakan soal matematika dengan kemampuan sendiri. Sebanyak 4 siswa atau (6,6%) responden menyatakan tidak pernah mengerjakan soal matematika dengan kemampuan sendiri.

Berdasarkan nomor 6 Tabel 4.10, sebanyak 7 siswa atau (11,6%) responden menyatakan pelajaran matematika selalu sulit. Sebanyak 25 siswa atau (41,6%) responden menyatakan kadang-kadang pelajaran matematika suit. Sebanyak 20 siswa atau (12,5%) responden menyatakan peajaran matematika jarang membuat sulit. Sebanyak 8 siswa atau (13,3%) responden menyatakan pelajaran matematika tidak pernah membuat sulit.

Berdasarkan nomor 7 Tabel 4.10, sebanyak 42 siswa atau (70%) responden menyatakan selau belajar matematika dengan sungguh-sungguh. Sebanyak 14 siswa atau (23,3%) responden menyatakan kadang-kadang sungguh-sungguh beajar matematika. Sebanyak 2 siswa atau (3,3%) responden menyatakan jarang sungguh-sungguh dalam belajar matematika. Sebanyak 2 siswa atau (3,3%) responden menyatakan tidak pernah sungguh-sungguh dalam beajar matematika.

Berdasarkan nomor 8 Tabel 4.10, sebanyak 9 siswa atau (15%) responden menyatakan selalu takut ketika belajar matematika. Sebanyak 18


(62)

siswa atau (30%) responden menyatakan kadang-kadang takut ketika belajar matematika. Sebanyak 10 siswa atau (16,6%) responden menyatakan jarang takut ketika belajar matematika. Sebanyak 23 siswa atau (38,3%) responden menyatakan tidak pernah takut ketika belajar matematika.

Secara keseluruhan pandangan siswa terhadap belajar Matematika 77,75% menyatakan selalu, 33,5% menyatakan kadang-kadang, 29% menyatakan jarang dan 32,5% menyatakan tidak pernah.

Dari hasil penelitian pandangan siswa terhadap belajar matematika yang dilihat dari jumlah siswa maka dapat diperoleh data tentang kedisiplinan adalah menurut table berikut ini :

Persentase Kedisplinan Siswa Keterangan

77,75.% Tinggi

33.5% Sedang

29% Kurang

32,5% Rendah

c. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika

Keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika dapat dilihat pada nomor 9, 10, 11dan 12. Adapun nomor 9 dan 11 menunjukan pernyataan positif, sedangkan nomor 10 dan 12 menunjukan pernyataan negatif terhadap keaktifan siswa dalam belajar matematika.

Hasil dari penyebaran skala sikap dan skor tiap alternatif jawaban, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini :


(63)

Tabel 4.11

Keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika

Pernyataan NO S KK J TP JML

Menjawab benar ketika guru

melontarkan pertanyaan 9

21 18 13 8 60

35% 30% 21,6% 13,3% 100%

Guru pelajaran matematika di

kelas V tidak menyenangkan 10

10 18 12 20 60

16,6% 30% 20% 33,3% 100%

Bertanya ketika pelajaran

matematika sulit dimengerti 11

20 14 16 10 60

33,3% 23,3% 26,6% 16,6% 100%

Matematika termasuk pelajaran yang tidak menyenangkan 12

15 17 9 19 60

25% 28,3% 15% 31,6% 100%

Jumlah 189 166 121 174 650

Rata-rata 47.25% 41.5% 30,25% 43.5% 162,5%

Berdasarkan nomor 9 Tabel 4.11, sebanyak 21 siswa atau (35%) responden menyatakan selalu menjawab benar ketika guru memberikan pertanyaan. Sebanyak 18 siswa atau (30%) responden menyatakan Kadang-kadang menjawab benar ketika guru memberikan pertanyaan. Sebanyak 13 siswa atau (21,6%) responden menyatakan jarang menjawab benar ketika guru memberikan pertanyaan. Sebanyak 8 siswa atau (13,3%) responden menyatakan tidak pernah menjawab benar ketika guru memberikan pertanyaan.

Berdasarkan nomor 10 Tabel 4.11, sebanyak 10 siswa atau (16,6%) responden menyatakan guru matematika dikeas V selau tidak menyenangkan. Sebanyak 18 siswa atau (30%) responden menyatakan


(64)

kadang-kadang guru matematika dikeas V tidak menyenangkan. Sebanyak 12 siswa atau (20%) responden menyatakan jarang guru matematika dikeas V tidak menyenangkan. Sebanyak 20 siswa atau. (3,3%) responden menyatakan tidak pernah guru matematika di keas V tidak menyenangkan.

Berdasarkan nomor 11 Tabel 4.11, sebanyak 20 siswa atau (33,3%) responden menyatakan selalu bertanya ketika pelajaran matematika sulit dimengerti. Sebanyak 14 siswa atau (23,3%) responden menyatakan kadang-kadang bertanya ketika pelajaran matematika sulit dimengerti. Sebanyak 16 siswa atau (26,6%) responden menyatakan jarang bertanya ketika pelajaran matematika sulit dimengerti. Sebanyak 10 siswa (16,6%) responden menyatakan tidak pernah bertanya ketika pelajaran matematika sulit dimengerti.

Berdasarkan nomor 12 tabel 4.11, sebanyak 15 siswa atau (25%) responden menyatakan matematika peajaran yang selalu tidak menyenangkan. Sebanyak 17 siswa atau (28,3%) responden menyatakan kadang-kadang pelajaran matematika tidak menyenangkan. Sebanyak 9 siswa atau (15%) responden menyatakan jarang pelajaran matematika tidak menyenangkan. Sebanyak 19 siswa atau (31,%) responden menyatakan tidak pernah pelajaran matematika tidak menyenangkan.

Secara keseluruhan keaaktifan siswa pada pembelajaran matematika. 47,25% menyatakan selalu, 41.5% menyatakan kadang-kadang, 30,25% menyatakan jarang, dan 43.5% menyatakan tidak pernah.


(65)

Dari hasil penelitian keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika yang dilihat dari jumlah siswa maka dapat diperoleh data tentang kedisiplinan adalah menurut table berikut ini :

Persentase Kedisplinan Siswa Keterangan

47.3% Tinggi

41.5% Sedang

30.3% Kurang

43.5% Rendah

d. Kesungguhan siswa dalam belajar matematika

Kesungguhan siswa terhadap belajar Matematika dapat dilihat pada nomor 13, 14, 15dan 16. Adapun nomor 13 dan 15 menunjukan pernyataan positif, sedangkan nomor 14 dan 16 menunjukan pernyataan negative.

Hasil dari penyebaran skala sikap dan skor tiap alternatif jawaban, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12

Kesungguhan siswa dalam belajar matematika

Pernyataan NO S KK J TP JML

Merasa tertantang ketika mendapatkan soal matematika sulit

13

26 9 18 7 60

43,3% 15% 30% 11,6% 100%

Akan menyerah,apabila dalam mengerjakan soal matematika mengalami jalan buntu

14 6 16 15 23 60

10% 26,6% 25% 38,3% 100%

Mengerjakan latihan

matematika dengan senang hati 15

40 9 7 4 60


(66)

Siswa kelas lima mendapatkan nilai matematika dibawah 5 16

9 22 23 6 60

15% 36,6% 38,3% 10% 100%

Jumlah 279 130 164 127 700

Rata-rata 69,75.% 32.5% 41% 31,75% 175%

Berdasarkan nomor 13 Tabel 4.12, sebanyak 26 siswa atau (43,3%) responden menyatakan selalu tertantang ketika mendapatkan soal matematika sulit. Sebanyak 9 siswa atau (15%) responden menyatakan kadang-kadang merasa tertantang ketika mendapatkan soal matematika sulit. Sebanyak 18 siswa atau (30%) responden menyatakan jarang tertantang ketika mendapatkan soal matematika sulit. Sebanyak 7 siswa atau (11,6%) responden menyatakan tidak pernah tertantang ketika mendapatkan soal matematika sulit.

Berdasarkan nomor 14 Tabel 4.12, sebanyak 6 siswa atau (10%) responden menyatakan menyerah ketika mendapatkan soal matematika sulit. Sebanyak 16 siswa atau (26,6%) responden menyatakan kadang-kadang menyerah ketika mendapatkan soal matematika sulit. Sebanyak 15 siswa atau (25%) responden menyatakan jarang menyerah ketika mendapatkan soal matematika sulit. Sebanyak 23 siswa atau (38,3%) responden menyatakan tidak pernah menyerah ketika mendapatkan soal matematika sulit.

Berdasarkan nomor 15 Tabel 4.12, sebanyak 40 siswa atau (66,6%) responden menyatakan selalu senang mengerjakan latihan matematika. Sebanyak 9 siswa atau (15%) responden menyatakan kadang-kadang


(1)

Tabel 4.11.11

Bertanya ketika pelajaran matematika sulit dimengerti

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

11 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

20 14 16 10

33,3 23,3 26,6 16,6

JUMLAH 60 100

Tabel 4.11.12

Matematika termasuk pelajaran yang sulit

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

12 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

15 17 9 19

25 28,3

15 31,6


(2)

Merasa tertantang ketika soal matematika sulit

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

13 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

26 9 19

7

43,3 15 30 11,6

JUMLAH 60 100

Tabel 4.12.14

Akan menyerah ketika soal matematika sulit

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

14 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

6 16 15 23

10 26,6

25 38,3


(3)

Tabel 4.12.15

Mengerjakan latihan matematika dengan senang hati

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

15 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

40 9 7 4

66,6 15 11,6

6,6

JUMLAH 60 100

Tabel 4.12.16

Siswa kelas V selalu mendapat nilai dibawah lima

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

16 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

9 22 23 6

15 36,6 38,3 10


(4)

Berusaha mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran matematika

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

17 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

29 15 13 3

48,3 25 21,6

5

JUMLAH 60 100

Tabel 4.13.18

Siswa kelas V kurang minat terhadap pelajaran matematika

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

18 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

14 17 13 16

23,3 28,3 21,6 26,6


(5)

Tabel 4.13.19

Membawa peralatan penunjang ketika belajar matematika

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

19 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

22 13 17 8

36,6 21,6 28,3 13,3

JUMLAH 60 100

Tabel 4.13.20

Matematika di sekolah tidak perlu diberikan

NO ALTERENATIF JAWABAN F %

20 a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Jarang

d. Tidak pernah

17 22 12 9

28,3 36,6 20 15


(6)