BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS KABUPATEN PESISIR BAR AT - DOCRPIJM b644fc828f BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Stretegis

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

RPIJM

BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN
DAN RENCANA STRATEGIS
KABUPATEN PESISIR BARAT

3.1

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu
pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu
kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang
Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada

pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan
Bidang Cipta Karya sebagai berikut:
a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam
KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya
(KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.
b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam
KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya
(KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.
c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan
bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan
daerah kritis atau miskin.
d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan
perdesaan.
Bab 3 - 4

RPIJM


Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang
Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang
adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis
memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan
arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari
penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan
sebagai pedoman untuk:
a.

Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b.

Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c.

Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d.

Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilaya
provinsi, serta keserasian antarsektor,


e.

Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f.

Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g.

Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a.

Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
Bab 3 - 4

RPIJM

a.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

b.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

c.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b.


Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
a.

Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN,

b.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

c.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c.

Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
a.


Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga,

b.

Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,

c.

Pusat

perkotaan

yang

merupakan

simpul


utama

transportasi

yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
d.

Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya

d.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:


Pertahanan dan keamanan,

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional,
b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
c. merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.



Pertumbuhan ekonomi,
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat


b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional, memiliki potensi ekspor,
c. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
d. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
e. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
f.

berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

g. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.


Sosial dan budaya
a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri
bangsa,
c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan

dilestarikan,
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
f.



memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a. adiperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis
nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
c. memiliki sumber daya alam strategis nasional
d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
f.



berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau
dilestarikan,
d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara,

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f.

menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g. rawan bencana alam nasional
h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Pesisir Barat tidak termasuk dalam
Pusat Kegiatan Nasional.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan
ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah‐langkah operasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
penetapan kawasan strategis kabupaten;
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam rtrw kabupaten;
dan
3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Peningkatan

penyediaan

sarana

dan

prasarana

wilayah

dalam

mendukung

sektor‐sektor unggulan;
2. Peningkatan

dan

pengembangan

kawasan

agropolitan

berdasarkan

potensi

hortikultura;
3. Peningkatan dan pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan potensi.perikanan
tangkap dan budidaya;
4. Pemanfaatan potensi pertambangan dengan tetap menjaga kelestarian dan kestabilan
kawasan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan;
5. Pengembangan ekowisata bertumpu pada wisata bahari;
6. Pengurangan disparitas dan kesenjangan antar wilayah; dan
7. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Dengan Kebijakan Tersebut di atas, Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka
Stategi penataan Ruang Kabupaten Pesisir Barat adalah :

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

1. Strategi peningkatan penyediaan sarana dan prasarana wilayah dalam
mendukung sektorsektor unggulan meliputi :
a)

mengembangkan sistem transportasi yang terpadu;

b)

mengembangkan sistem jaringan prasarana energi pada pusat‐pusat pertumbuhan
wilayah;

c)

mengembangkan sistem jaringan prasarana sumber daya air untuk menunjang
kawasan pertanian, pariwisata dan mengurang esiko bencana;

d) mengembangkan sistem jaringan prasarana telekomunikasi berbasis terestrial dan
seluler yang menjangkau seluruh wilayah;
e)

mengembangkan sistem jaringan prasarana lingkungan yang mendukung
kelestarian lingkungan hidup.

2. Strategi peningkatan dan pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan
potensi hortikultura meliputi :
a)

meningkatkan produk pertanian hortikultura yang memiliki daya saing dipasar;

b)

meningkatkan pengolahan produk hortikultura disertai dengan pengemasan untuk
peningkatan perluasan pasar;

c)

menyediakan infrastruktur penunjang hortikultura;

d) mengembangkan pasar lokal dan regional sebagai satu kesatuan sistem
agropolitan; dan
e)

meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan untuk pembiayaan.

3. Strategi peningkatan dan pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan
potensi perikanan tangkap dan budidaya meliputi :
a)

meningkatkan jumlah produk dan kualitas perikanan tangkap dan budidaya;

b)

meningkatkan pengolahan produk perikanan sampai beberapa turunannya;

c)

meningkatkan jaringan pemasaran tingkat lokal, regional dan nasional;

d)

meningkatkan penyediaan infrastruktur pengembangan perikanan; dan

e)

meningkatkan

kerjasama

dengan

lembaga

keuangan

untuk

pembiayaan

pengembangan pengolahan hasil perikanan.

4. Strategi pemanfaatan potensi pertambangan dengan tetap menjaga kelestarian
dan kestabilan kawasan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan meliputi :
a)

mengindentifikasi potensi pertambangan;

Bab 3 - 4

RPIJM
b)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

mengelolah hasil pertambangan menjadi bahan jadi/setengah jadi dengan
memberdayakan masyarakat;

c)

melakukan pengawasan dan pengontrolan eksploitasi pertambangan sesuai
dengan kemampuan lahan;

d) membatasi penambangan liar;
e)

mengembalikan rona alam pada area bekas tambang untuk kegiatan produktif; dan

f)

menjadikan kawasan pertambangan sebagai kawasan pariwisata dan pendidikan
berbasis lingkungan .

5. Strategi pengembangan ekowisata bertumpu pada wisata bahari meliputi :
a)

mengembangkan objek wisata unggulan sebagai satu kesatuan sistem tujuan
wisata;

b)

memelihara lingkungan pada kawasan wisata sebagai aset utama wisata alam dan
budaya;

c)

melakukan perluasan kegiatan wisata diikuti lingkage antar objek dan atraksi
wisata;

d) mengembangkan paket wisata sesuai jalur dan potensi unggulan pariwisata; dan
e)

mengembangkan industri wisata disertai promosi yang efisien.

6. Strategi pengurangan disparitas dan kesenjangan antar wilayah meliputi :
a)

menjamin ketersediaan fasilitas umum, sosial, dan ekonomi di seluruh kecamatan;

b)

menjamin kelancaran aksesibilitas antar kawasan serta pulau – pulau kecil;

c)

terlayaninya seluruh kawasan dengan sumber daya energi;

d) membentuk simpul – simpul pertumbuhan baru, yang terlayani oleh akses yang
baik, dan fasilitas yang memadai; dan
e)

mengoptimalkan pengembangan kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan
dan pelayanan kawasan yang berada di sekitarnya.

7. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
meliputi :
a)

mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;

b)

mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi keamanan nasional;

Bab 3 - 4

RPIJM
c)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis nasional yang mempunyai khusus pertahanan dan
keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan

d) turut serta menjaga dan memelihara aset‐aset pemerintah/TNI/POLRI

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah
MENTOK . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)
3.2.1.1 Visi dan Misi
Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang‐undang terhadap tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya
saing dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi tersebut adalah:
 Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan
kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
 Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan
kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.
 Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat
menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing
sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.
 Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan
aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.
Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010 – 2014
adalah:
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan
untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya,
produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.
2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah,
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya
Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan
gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah
perbatasan, kawasan terpencil, pulau‐pulau kecil terluar dan daerah tertinggal
termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

3.2.1.2 Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas
Dalam berbagai studi penentuan kawasan penanganan dan pengembangan permukiman
prioritas dalam suatu wilayah, pada umumnya mempertimbangkan kriteria aspek fisik, sosial,
ekonomi dan kebijakan. Kriteria ini sesungguhnya dapat dijabarkan dalam indikatorindikator yang sesuai dengan fokus kegiatan. Dalam konteks kegiatan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan maka berbagai indikator-indikator dalam kriteria
fisik, sosial, ekonomi dan kebijakan, harus dapat menjadi instrumen pembanding yang
mencerminkan kondisi antar perkotaan.
LANJUTKAN . . . . . . .

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan air Minum (RISPAM)
DATA TIDAK ADA FILE YANG ADA ISINYA SPAM LAMPUNG SELATAN
3.2.2.1 Rencana sistem pelayanan
3.2.2.2

Rencana Pengembangan SPAM

3.2.2.3

Rencana penurunan kebocoran air minum

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)
DATA TIDAK ADA FILE YANG ADA ISINYA SPAM LAMPUNG SELATAN
3.2.3.1

Kerangka kerja pembangunan sanitasi

3.2.3.2

Tujuan, sasaran dan strategi sanitasi

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
3.2.4.1 Progam bangunan dan lingkungan
Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta
fungsi khusus. Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal
tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara. Bangunan gedung
fungsi keagamaan meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng. Bangunan gedung
fungsi usaha meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan. Bangunan gedung fungsi sosial
dan budaya meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan,
laboratorium, dan pelayanan umum. Bangunan gedung fungsi khusus meliputi bangunan
gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang
diputuskan oleh menteri. Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Fungsi bangunan
gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam izin mendirikan
bangunan. Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan harus mendapatkan
persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah. Ketentuan mengenai tata cara
penetapan dan perubahan fungsi bangunan gedung diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah
Program bangunan dan lingkungan
Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan
gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.
Persyaratan tata bangunan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata bangunan dan
lingkungan oleh Pemerintah Daerah.
Ketentuan mengenai tata cara penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung meliputi ketentuan-ketentuan
yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung dari segi tata bangunan dan
lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang
Bangunan Gedung Kabupaten/Kota, yaitu:
Bab 3 - 4

RPIJM
a.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Peruntukan lokasi
Setiap bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota dan/atau RTBL yang bebersangkutan.

b.

Koefisien dasar bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

c.

Koefisien dasar bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

d.

Koefisien lantai bangunan (KLB)
Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

e.

Ketinggian bangunan
Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimum
adalah 8 lantai.

f.

Ketinggian langit-langit
Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter dihitung
dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan
bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar
mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipersyaratkan.

g.

Jarak antar blok/massa bangunan
Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan
gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal
seperti:
 Keselamatan terhadap bahaya kebakaran; Pedoman Teknis Pembangunan BGN
 Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
 Kenyamanan;
 Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

h.

Koefisien daerah hijau (KDH)
Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung negara,
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan
gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan
 daerah resapan air;
 ruang terbuka hijau kabupaten/kota.
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH
minimum sebesar 15%.
i.

Garis sempadan bangunan
Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan bangunan maupun garis
sempadan pagar harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL, peraturan daerah
tentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang garis sempadan bangunan
untuk lokasi yang bersangkutan.

j.

Wujud arsitektur
Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
 mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;
 seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;
 indah namun tidak berlebihan;
 efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan maupun dalam
pemeliharaannya;
 mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam menerapkan perkembangan
arsitektur dan rekayasa; dan
 mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah maupun
langgam arsitekturnya.

k.

Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan
Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang
memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan nonstandar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara,
seperti:
 Sarana parkir kendaraan;
 Sarana untuk penyandang cacat dan lansia;
Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

 Sarana penyediaan air minum;
 Sarana drainase, limbah, dan sampah;
 Sarana ruang terbuka hijau;
 Sarana hidran kebakaran halaman;
 Sarana pencahayaan halaman;
 Sarana jalan masuk dan keluar;
 Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi/ibu, toilet, dan fasilitas
komunikasi dan informasi.
l.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi
 Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan K3
sesuai yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/ 1986
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Satuan Kerja Konstruksi,
dan atau peraturan penggantinya;

Ketentuan asuransi pembangunan bangunan gedung negara sesuai dengan peraturan
perundang -undangan.

3.2.4.2 Rencana umum dan panduan rancangan
A.

Visi dan Misi

Visi penataan kawasan perencanaan RTBL kawasan perencanaan adalah :
“ Kawasan yang aman, nyaman, manusiawi dan ramah lingkungan menuju
terbentuknya kawasan wisata dan perdagangan/jasa yang maju ”.
Dari visi tersebut, dapat dirumuskan beberapa misi yang akan menjadi dasar bagi penataan
kawasan RTBL Kota Agung. Misi tersebut antara lain :


Membentuk dan memperkuat citra kawasan sebagai kota pesisir dan kota yang
bersejarah.



Menciptakan kawasan perdagangan dan jasa dalam kerangka kegiatan wisata dengan
skala pelayanan regional maupun nasional



Menciptakan kawasan yang nyaman, manusiawi dan ramah lingkungan melalui penataan
berbagai elemen-elemen rancang kota.

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Untuk mencapai kondisi tersebut maka diperlukan beberapa penanganan yang mencakup
faktor-faktor yang paling berpengaruh pada keberhasilan penanganan perancangan kota.
Perancangan kota merupakan upaya untuk membentuk ruang kota secara tiga dimensional
agar pemanfaatan ruang kota dapat terwujud sesuai dengan fungsi yang direncanakan.
Tujuannya adalah untuk membentuk wajah kota yang dapat mencerminkan keindahan,
kenyamanan lingkungan kota dalam lingkup ruang dan waktu, dengan demikian perancangan
kota merupakan rekayasa fisik elemen kota sebagai terjemahan rencana tata ruang kota.
Konsep dasar pengembangan ruang kawasan dijabarkan dari pertimbangan yang
mempengaruhi kawasan tersebut baik secara mikro internal maupun makro eksternal. Hal ini
meliputi kebijaksanaan dan arahan-arahan tata ruang yang sudah ada, potensi dan
permasalahan

serta

kecenderungan

perkembangan

kawasan

perencanaan.

Dalam

merumuskan konsep pengembangan ruang kawasan, didasarkan atas pertimbangan
pertimbangan sebagai berikut :
1.

Kebijaksanaan pembangunan tata ruang kota dan sektoral, serta memperhatikan sektorsektor yang menjadi prioritas penanganan.

2.

Strategi pengembangan tata ruang kota maupun sektoral berdasarkan studi maupun
program yang telah disusun sebelumnya

3.

Potensi dan kendala yang ada di dalam kawasan perencanaan pada khususnya dan
kecamatan Kota Agung pada umumnya.

4.

Kekuatan ekonomi yang ada, yaitu bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa serta
aktivitas pendukungnya.

5.

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kota yang optimal bagi kepentingan
masyarakat, untuk skala pelayanan lingkungan (kawasan).

B.

Strategi Pengembangan Kawasan

Prinsip perancangan kota yang mendasar adalah adanya keterpaduan antar berbagai elemen
perancangan. Kawasan perencanaan RTBL akan menjadi wajah Kota Agung, baik dengan
fungsi, aktivitas maupun kualitas visualnya. Karena itu strategi pengembangan yang
ditetapkan untuk penataan kawasan perencanaan ini adalah Perbaikan Kawasan, dengan sub
strategi yang harus dilakukan yaitu :


Pembentukan aksesibilitas dan sistem keterkaitan
Aksesibilitas ini mencakup pencapaian baik secara fisik maupun visual. Lingkungan
kawasan yang baik akan tercipta dengan adanya sistem keterkaitan seperti jaringan
jalan, pedestrian, angkutan umum dan jaringan pendukungnya yang tertata baik dan

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

terintegrasi. Aksesibilitas akan menciptakan keterkaitan yang baik antar berbagai bagian
pada kawasan maupun dengan kawasan lain di sekitarnya.


Penciptaan kenyamanan dan image kawasan
Kenyamanan kawasan akan meningkatkan kinerja dan kualitas kawasan. Kenyamanan
ini juga mencakup keselamatan dan keamanan bagi pengunjung kawasan, baik yang
berkendaraan maupun yang berjalan (pedestrian). Kenyamanan meliputi perlindungan
terhadap berbagai cuaca buruk (panas dan hujan) bagi pejalan maupun kemudahan
pencapaian. Sebagai kawasan pusat kota, maka image yang ada akan sangat menentukan
karakteristik kawasan khususnya maupun Kota Agung pada umumnya. Karena itu perlu
kerangka pengembangan kawasan yang mampu menciptakan image spesifik bagi
kawasan ini.



Pembentukan fungsi dan aktivitas yang mendukung
Fungsi akan memberikan karakter bagi kawasan. Sebagai kawasan dengan dominasi
fungsi perdagangan dan jasa, maka karakter komersial akan mendominasi kawasan serta
akan mendorong munculnya berbagai aktivitas pendukung. Kesuksesan pergerakan
dalam kawasan juga ditentukan oleh penempatan fungsi-fungsi komersial yang mampu
menjadi magnet penggerak baik bagi pejalan maupun pengendara. Suasana komersial
yang rekreatif akan tercipta dengan penataan fungsi-fungsi dan aktivitas komersial dan
jasa yang mampu terakses dengan baik dan mudah dari pejalan. Karena itu, penataan
pedestrian untuk kawasan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya menciptakan
aktivitas kawasan.



Perwujudan dimensi sosial kawasan
Pengembangan kawasan juga selayaknya tetap memberi kesempatan bagi berbagai
golongan masyarakat untuk beraktivitas dan terlibat di dalamnya. Karena itu perlu
penataan kawasan yang lebih inklusif, terbuka dan memberikan ruang untuk berbagai
aktivitas bagi publik (public use on private property).

3.2.4.3 Rencana investasi
Program investasi ini ditujukan bagi seluruh stakeholder dan pihak yang mungkin terlibat
dalam pengikutsertaan modal bagi upaya mewujudkan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan yang telah disusun.
Program investasi ini dapat terlaksana dengan baik apabila dilakukan hal – hal sebagai
berikut :
Bab 3 - 4

RPIJM
1.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Sosialisasi dan promosi terhadap potensi pengembangan kawasan perencanaan kepada
masyarakat luas, di dalam dan luar negeri.

2.

Melaksanakan program pengembangan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

3.

Peningkatan pelayanan pemerintah terhadap program investasi dan mempermudah
proses investasi.

4.

Meningkatkan sumberdaya manusia terutama dalam kawasan agar setiap investor dapat
menggunakan tenaga kerja lokal.

5.

Menjaga keseimbangan sumber daya alam yang ada agar tidak rusak sehingga para
investor benar – benar yakin untuk berinvestasi.

Modal pembiayaan pembangunan kawasan bisa bersumber dari dana pemerintah (dalam
bentuk APBN dan APBD), Masyarakat (swadaya), Swasta (Investor/Pengembang) dan
Pinjaman / Bantuan Luar negeri. Sumber dana yang berasal dari pemerintah adalah hal yang
rutin, biasa dan terbatas. Oleh karenanya harus digali alternatfi-alternatif lain hingga
program Penataan dan Pengembangan Kawasan dapat direalisasikan dengan baik sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Salah satu alternatif yang memiliki potensi besar untuk terlibat dalam pembiayaan kawasan
adalah sektor swasta, baik swasta dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan
pembangunan dengan melibatkan swasta sebagai investor merupakan hal yang sangat
penting, mengingat cukup besar areal investasi dalam wilayah perencanaan. Strategi
pemerintah untuk melibatkan pihak swasta dan masyarakat dalam beragam sektor bisa
disambut positif. Dengan melibatkan swasta didalam penyediaan infrastruktur dan fasilitas
perkotaan, pada hakekatnya memberikan kesempatan sektor swasta mendukung pemerintah
dalam dana untuk membangun infrastruktur yang penuh resiko. Oleh karena itu, dengan
adanya rangsangan pada sektor swasta berupa kepemilikan hasil yang wajar atau memadai
dalam pemberian pengelolaan infrastruktur dan fasilitas kota untuk suatu wilayah dalam
waktu tertentu diharapkan akan meningkatkan kegiatan perekonomian di kawasan
perencanaan.
Namun, masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan investasi di bidang
infrastruktur dan fasilitas perkotaan, diantaranya adalah proses pemilihan mitra swasta yang
tidak transparan, tidak dilibatkannya masyarakat pada proses perencanaan pembangunan
infrastruktur dan adanya perselisihan dengan pihak investor yang tidak terselesaikan
menurut asas keadilan. Oleh karena itu peran badan pengatur atau konsultan di bidang
kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat sangat diperlukan.

Bab 3 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Dari pengalaman menunjukkan bahwa kerjasama pemerintah dan swasta akan memberikan
keuntungan karena kerjasama tersebut akan memberikan:


Percepatan penyediaan infrastruktur dan fasilitas kawasan dan wilayah.



Percepatan implementasi dan menurunnya pembiayaan oleh pemerintah.



Pembagian resiko yang lebih baik.



Peningkatan kwalitas pelayanan.



Peningkatan pendapatan tambahan bagi pemerintah kabupaten.



Peningkatan manajemen publik.

Sesuai dengan rencana yang telah disusun, berikut ini adalah rencana implementasi dari
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Pesisir Barat yang ditampilkan dalam
Matriks Pentahapan berikut stakeholders terkait.
TABEL Rencana Investasi Prasarana Lingkungan Kawasan RTBL ................

3.2.5 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
LANJUTKAN .....................................

Bab 3 - 4