BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1503118151BAB 3 Arahan Kebijakan Ogan Ilir

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 A.

  Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIAYANGMANDIRI, MAJU, ADILDAN MAKMUR.

  RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga b isa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 B.

  RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian di sandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

  14

  2

  2

  20

  01 10 0--2

  20

  01

  4 R RP PJ JM M 3

  09

  3

  2

  20

  01 15 5--2

  20

  01

  19

  9 R RP PJ JM M 2

  00

  Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kok oh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin men cerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK

  02

  R RP PJ JM M 4

  4

  2

  20

  02 20 0--2

  20

  25

  20

  5 Mendorong pertumbuhan • ekonomi melalui penciptaan iklim yang lebih kondusif termasuk memperbaiki infrastruktur Percepatan pembangunan infrastruktur didorong melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar- dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan

  Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia Pengembangan jaringan • usaha infrastruktur transportasi serta pos dan telematika Peningkatan pemanfaatan • energi terbarukan khususnya bio energi, panas bumi, tenaga air, angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan Pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukiman Ketersediaan infrastruktur

  Berkembangnya • sesuai dengan tata ruang jaringan transportasi Terpenuhinya pasokan • tenaga listrik yang handal dan efisien Mulai • dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik Terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur perdesaan mendukung pertanian Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang Terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh Kondisi maju dan sejahtera • makin terwujud dengan terselenggaranya jaringan transportasi pos dan telematika yang andal bagi seluruh masyarajat yang menjangkau seluruh wilayah NKRI Tercapainya elektrifikasi • perdesaan dan elektrifikasi rumah tangga Terpenuhinya kebutuhan

  • hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntable sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh R RP PJ JM M 1

  1

  2

  20

  00 05 5--2

  9 dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan kehar monisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

  

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

  Pembangunan infrastruktur diarahkan u ntuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan meng embangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan dipr ioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1)

  Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

  

2) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

  Indonesia;

  3) Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 4)

  Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  

5) Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang

  mendukung;

  

6) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

  domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk 7) keserasiannya terhadap lingkungan.

  Arah Kebijakan Dan Strategi Ditjen Cipta Karya C.

  Kebijakandanstrategi penyelenggaraankegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbahdan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

  1) perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembang an sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pe ngembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; 4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

  5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan ai r minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

  6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan 7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

  Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrast ruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Dae rah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.

  Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

  Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.

  Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

  Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pendekatan Strategi Pelaksanaan

  1.

  3. Membangun Sistem Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

  2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)

  3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam 1.

  3. Fasilitasi Pemda Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

  2. Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan

  1.

  2. Pemberdayaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.

  2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

  Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah P engembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 t elah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

  

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tahun 2015-2019

  Isu urbanisasi merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur permukiman. Hal ini dikarenakan de ngan semakin besarnya jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan, maka dibutuhkan infrastruktur perkotaan yang handal untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi penduduk perkotaan. Oleh karena itu, Ditjen Cipta Karya diberi mandat untuk turut berkontribusi dal am pencapaian sasaran pembangunan perkotaan nasional sesuai RPJMN 2015-2019 (tabel 3.3). Untuk itu, Ditjen Cipta Karya perlu melakukan pengembangan wilayah pada skala perkotaan (city-wide) maupun penataan kawasan di beberapa kota yang menjadi fokus perhati an pembangunan perkotaan nasional yaitu 7 kawasan metroplitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru. Diharapkan melalui pembangunan perkotaan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya dapat terc ipta kota yang aman, nyaman, dan layak huni dan terpenuhinya standar pelayanan perkotaan (SPP); kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana; dan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Tabel 3.2. Sasaran Pembangunan Perkotaan Nasional RPJMN 2015-2019

  No N o P Pe em mb ba an ng gu un na an n Sa S assa arra an n 2

  20

  01

  

19

  9 Arra A ah ha an n K Ke eb biijja ak ka an n

  20 Kota Otonom Sedang

  Pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percontohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan

  5 Kawasan Perkotaan Metropolitan

  Pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa

  2 Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada

  7 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada

  Pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi

  3 Optimalisasi kota otonom berukuran sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan penyangga urbanisasi di Luar Jawa

  1 Pembangunan Kawasan Metropolitan baru di luar Pulau Jawa – Bali

4 Pembangunan 10 Kota

  Baru Publik

  10 Kota Baru Publik Kota mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa

  • – Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa-Bali

  5 Memperkuat pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

  39 pusat pertumbuhan diperkuat perannya peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi.

  Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019

  Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPIJM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPIJM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antar a lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah.

  Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66, 96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30- 35% dari porsi pendanaan tersebut.

  Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyel enggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015- 2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 15% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16,09% menjadi 10% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100. Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0- 100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

  Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan  rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

  

  Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan  air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;

  Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan  perencanaan dalam upaya

   pencapaiansasaranpembangunannasionalbidangperumahandanpe rmukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan; Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan

   sehat (PHBS); Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah

   Daerah; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan

   persampahan; Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan

   kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar; Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan

   pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;

  

  Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait  pengembangan kawasan perbatasan

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

  Arahan Penataan Ruang Nasional (RTRW) A.

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Nusa Tenggara Timur

  10 Nagabadau (Kab.

  Bengkayang) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat

  9 Jagoybabang (Kab.

  Sambas) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat

  8 Paloh – Aruk (Kab.

  Tahap I Nusa Tenggara Timur

  7 Kefemananu (Ibukota Kab.Timor Tengah Utara) I/A/2 Pengembangan Baru

  6 Kalabahi (Ibukota Kab.Alor)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong

pengembangan kawasan perbatasan neg ara. Penetapan PKSN dilakukan

berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas

a. batas dengan negara tetangga pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional b. yang menghubungkan dengan negara tetangga pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang c. menghubungkan wilayah sekitarnya pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang d. dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Tabel 3. 3. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP

Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

  Nusa Tenggara Timur

  5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

I/A/1 Pengembangan/

Peningkatan Fungsi/Tahap I

  Natuna) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kepulauan Riau

  3 Kota Batam I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I Kepulauan Riau 4 Ranai (Ibukota Kab.

  2 Kota Dumai I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I Riau

  1 Kota Sabang I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Nangroe Aceh Darusalam

  No Pusat Kegiatan Strategis Nasional Status Provinsi

  Kapuas Hulu) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat

  11 Entikong (Kab.

  Sangihe I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Sulawesi Utara

  26 Marauke (Ibukota Marauke)

I/A/1 Pengembangan/

Peningkatan Fungsi/Tahap I

  Papua

  25 Tanah Merah (Ibukota Tanah Merah

I/A/1 Pengembangan/

Peningkatan Fungsi/Tahap I

  24 Kota Jayapura I/A/1 Pengembangan/ Peningkatan Fungsi/Tahap I Papua

  23 Daruba (Kab. Morotai) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Maluku Utara

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Maluku

  Kepulauan Aru)

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Maluku 22 Dobo (Kab.

  21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)

  Maluku

  Maluku Tenggara Barat) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I

  20 Saumlaki (Kab.

  19 Tahuna (Ibukota Kep.

  Sanggau)

I/A/1 Pengembangan/

Peningkatan Fungsi/Tahap I Kalimantan Barat

  Talaud I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Sulawesi Utara

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Kalimantan Timur 18 Melanguane (Kab.

  Malinau)

  II/A/2 Pengembangan Baru Tahap II Kalimantan Timur 17 Long Nawan (Kab.

  Kutai barat)

  16 Long Pahangai (Kab.

  Nunukan) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Timur

  15 Long Bidang (Kab.

  Nunukan) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Timur

  14 Simanggaris (Kab.

  Nunukan)

I/A/1 Pengembangan/

Peningkatan Fungsi/Tahap I Kalimantan Timur

  12 Jasa (Kab.Sintang) I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I Kalimantan Barat 13 Nunukan (Kab.

  Papua Arahan RTRW Kabupaten Ogan Ilir B.

a. Sistem Perkotaan

  Sistem pusat kegiatan di Kabupaten Ogan Ilir dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Pengembangan satu pusat kegiatan utama wilayah kabupaten sesuai

arahan RTRW Provinsi Sumatera Selatan yaitu Indralaya sebagai Pusat

  Kegiatan Wilayah Promosi 2) Pengembangan Kota Tanjung Raja sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan potensinya.

3) Mempromosikan beberapa pusat kegiatan lainnya di wilayah Kabupaten

Ogan Ilir yang berpotensi untuk dikembangkan Pusa t Kegiatan Lokal promosi (PKLp), diantaranya:

  a) Tanjung Batu

  b) Indralaya Utara 4) Penetapan 3 (tiga) ibukota kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Ogan Ilir sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu :

  a) Pemulutan

  b) Muara Kuang

  c) Payaraman

5) Penetapan 9 (sembilan) ib ukota kecamatan yang berpotensi sebagai

pusat pertumbuhan pada masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Tabel 3.4. Rencana Sistem Perkotaan di Kabupataen Ogan Ilir

  NO

  IBUKOTA HIRARKHI FUNGSI UTAMA KECAMATAN FUNGSI

  

1 Inderalaya PKWp Pusat pengembangan kabupaten

 Pusat pemerintahan kabupaten  Pusat Pendidikan Tinggi  Pusat perdagangan jasa dan pemasaran

   Pusat perhubungan dan komunikasi

   Pusat produksi pengolahan  Pusat pelayanan sosial  Pusat pengembangan permukiman baru

   2 Tanjung Raja PKL Pusat perdagangan jasa dan

   pemasaran Pertanian  Perkebunan  Perikanan  Peternakan

   

  3 Indralaya Utara PKLp Pusat pengembangan kabupaten  Pusat Pendidikan Tinggi  Pusat perdagangan jasa dan  pemasaran Pusat perhubungan dan  komunikasi Pusat industri pengolahan  Pusat pelayanan sosial  Pusat pengembangan permukiman  baru Pariwisata  Peternakanan  Pertanian 

   4 Tanjung Batu PKLp Pusat perdagangan jasa dan  pemasaran Pusat Industri kerajinan rakyat  Pertanian  Perkebunan 

   5 Pemulutan PPK Pusat perdagangan jasa dan  pemasaran Pusat Industri pergudangan  Pertanian  Perikanan  Pengembangan Permukiman 

   6 Muara Kuang PPK Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

   7 Payaraman PPK Pertanian  Perkebunan  Peternakan  Perdagangan 

   8 Pemulutan Barat PPL Pertanian  Peternakan  Perikanan 

   9 Rambang Kuang PPL Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

  10 Inderalaya Selatan PPL Pusat pengembangan kabupaten  Pusat pelayanan sosial 

  Pusat pengembangan permukiman baru Pariwisata  Pertanian  Perikanan 

   11 Rantau Alai PPL Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

   12 Lubuk Keliat PPL Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

   13 Sungai Pinang PPL Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

   14 Pemulutan Selatan PPL Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

   15 Rantau Panjang PPL Pertanian  Peternakan  Perikanan 

   16 Kandis PPL Pertanian  Perkebunan  Perikanan 

   Penyediaan Air Bersih b.

  Rencana Pengembangan Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Ogan Ilir : Memperluas pengembangan jaringan air minum perpipaan di kawasan 1) perkotaan, terutama PKW dan PPK.

  Sistem IPA Indralaya Kota dengan sumber air IPAS sungai Ogan  Sistem IPA Tanjung Raya dengan sumber air baku sungai kelekar  Sistem IPA Serai dengan sumber air baku sungai kelekar  Sistem IPA Tanjung Sejaro dengan sumber air baku sungai Ogan 

Sistem IPA Tanjung Batu dengan sumber air baku Sumur Bor

Deep well Seri Tanjung dengan sumber air baku Sumur Bor

  IPA Sungai Pinang sumber Air Baku Sungai Ogan  Deep well Meranjat 

  IPA Sungai Tanjung Raja sumber Air Baku Sungai Ogan  Deep well Payaraman sumber air baku Sumur Bor  Deep well Muara Kuang sumber air baku Sungai Ogan 

  Deep well Betung sumber air baku Sumur Bor  2) Sistem penyediaan air minum (SPAM) ditetapkan dalam rangka menjamin kuantitas, kualitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.

  

3) Mengembangkan pelayanan air minum non perpipaan di kawasan

perdesaan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan 4) SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau b angunan perlindungan mata air diatur lebih lanjut oleh Badan Pengusahaan.

5) Meningkatnya sarana pengolah air bersih pada daerah perairan.

  

6) Sistem penyediaan air minum dipadukan dengan sistem jaringan

sumber daya air, untuk menjamin ketersediaan air baku

c. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

  Arahan rencana pengembangan sistem pengelolaan persampahan dilakukan dengan melalui proses berikut : 1) Sistem Pewadahan , yaitu melalui penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana kota, dengan ukuran 40 - 1 00

liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh masing-

masing keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada sarana kota di

sediakan oleh pemerintah. 2) Sistem Pengumpulan , yang proses pengumpulan sampahnya dapat dilakukan baik secara individual maup un secara komunal melalui bak- bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran. Sampah domestik tersebut kemudian diangkut memakai gerobak

  3

sampah ukuran 1 m ke lokasi Tran sfer Depo atau Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh pengelola swadaya masyarakat di

masing-masing unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran serta yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh instansi te rkait (Dinas Kebersihan dan Pertamanan).

  Sistem Pemindahan dan Pengangkutan , yaitu kontainer sampah 3) maupun sampah dari tiap lokasi TPS atau Transfer Depo diangkut oleh kendaraan truk sampah maupun armroll truck /dump truck ke lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

  Sistem Pembuangan/Pengolahan , yaitu mengembangkan sistem 4) pengolahan sampah yang dilakukan di TPA saat ini (sistem open

dumping), yang selanjutnya ditingkatkan menjadi sistem lahan urug

(sanitary land fill ) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate

(cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu

sampah-sampah ya ng mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan

kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai

bahan baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan

proses pengolahan dari sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi.

  

Berdasarkan standar perencanaan diketahui bahwa setiap orang

menghasilkan sampah per hari mencapai 0,0025 m

  3 , maka dari besaran standar tersebut dapat dihitung produksi sampah yang dihasilkan oleh

penduduk Kabupaten Ogan Ilir hingga akhir tah un perencanaan.

  Berdasarkan standar tersebut di atas maka dapat diperkirakan timbunan

sampah di kabupaten Ogan Ilir yang mempunyai penduduk pada tahun 2029

mencapai 616,571 jiwa untuk timbunan sampah perhari sebanyak 694 m3.

  Rencana pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Ogan Ilir diarahkan dikelola secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat.

Partisipasi masyarakat terutama diarahkan untuk membuat bak-bak sampah baik yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok, dan

pengangkutan sampah dari bak-bak sampah melalui gerobak sampah yang disediakan ke lokasi tempat pembuangan sementara (TPS). Rencana pelayanan pengelolaan sampah tersebut untuk melayani sampah-sampah dari rumah tangga, kawasan komersil seperti pasar dan pertokoan, perkantoran, serta pusat pemerintahan, terutama di kawasan perkotaan (PKWp, PPK maupun PPL).

  Sedangkan sistem pengolahan persampahan untuk daerah-daerah

yang belum terjangkau oleh sistem pelayanan ini, diarahkan penanganannya

dilakukan melalui pengelolaan secara ind ividu atau secara komunal setempat, melalui cara penimbunan atau pembakaran. Dengan sistem pengelolaan persam pahan seperti ini diharapkan dapat dihindari terjadinya masalah-masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya

genangan, gangguan est etika dan penyebaran penyakit. Tempat

pemrosesan akhir (TPA) yang ada saat ini di Kabuapten Ogan Ilir, meliputi:

1) TPA Pulau Negara di Kecamatan Pemulutan Barat; dan 2) TPA Tanjung Raja di Kecamatan Tanjung Raja.

d. Rencana Sistem Jaringan Limbah domestik dan limbah industri

  Arah pengembangan jaringan limbah di wilayah perencanaan antara lain adalah :

(1) Sistem jaringan air limbah domestik dan limbah industri ditetapkan dalam

rangka pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukim an dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. (2) Sistem jaringan air limbah domestik meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. (3) Sistem pembuangan air limbah setempat melalui pembuatan Tangki

Septik yang dil engkapi dengan bidang resapan, baik secara individual

maupun komunal diperuntukkan bagi kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk dibawah 150 (seratus limapuluh) jiwa/hektar.

(4) Untuk mengolah lumpur hasil pengurasan dari Tangki Septik pemerintah

harus menyediakan instalasi pengolahan (IPLT). (5) Pada kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta kawasan

permukiman padat di Kawasan perkotaan Ogan Ilir sistem pembuangan

  

air limbah dilakukan dengan sistem terpusat, pengumpulannya dilakukan

secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat.

(6) Sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan perkotaan pelayanan di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk diatas 150 (seratus limapuluh) jiwa/hektar.

(7) Sistem pengelolaan air limbah bagi kegiatan domestik/rumah tangga

merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air limbah industri.

e. Rencana Sistem Jaringan Drainase

  Saluran drainase pada dasarnya berfungsi sebagai saluran

pembuangan air hujan. Saluran ini umumnya terdapat di sepanj ang jaringan

jalan yang terdapat di sekitar kawasan pusat kota dan pada lingkungan pemukiman penduduk yang sudah teratur. Kondisi saluran drainase ini sebagian besar relatif belum memadai, baik dari lebar serta kedalamannya.

  Limpasan air hujan yang tidak t erkendali dapat mengakibatkan kerugian besar. Untuk itu diperlukan sarana dan sistem yang baik dan berguna antara lain untuk : - Mengeringkan daerah yang tergenang.

  • Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan sarana lainnya.

  Mengendalikan limbah air hujan yang berlebihan/banjir.

  • Kegunaan tanah yang lebih baik, dan jika untuk daerah permukiman/ - perumahan, terhindar dari kelembaban yang serius.
  • Mencegah timbulnya penyakit. Dalam pembahasan utilitas drainase dibedakan antara drainase alam dan drainase buatan :

  1) Drainase Alam Kabupaten Ogan Ilir dilewati oleh sungai Ogan, Komering, Kelekar, sungai

Rambang dan beberapa sungai kecil lainnya. Sungai-sungai tersebut

diharapkan mampu berperan untuk mendukung wilayah Kabupaten Ogan Ilir dari genangan air dan banjir.

  2) Drainase Buatan

  

Saluran drainase buatan di Kabupaten Ogan Ilir, umumnya terdapat di

sepanjang jaringan jalan dan pada lingkungan perumahan. Kondisi yang

ada diharapkan dapat ditingkatkan dan mendapat perhatian khusus,

sehingga tidak terjadi pendangkalan ak ibat endapan atau timbunan

sampah, hal ini dapat mengakibatkan banjir atau genangan air akibat dari

tersumbatnya saluran drainase tersebut. Oleh karena itu keberadaan

saluran drainase perlu diperhatikan. Keberadaan saluran drainase

semakin penting, tidak s aja untuk saluran air hujan tetapi juga untuk

saluran-saluran buangan tiap bangunan terutama di kawasan perumahan.

Alternatif penerapan saluran drainase yang dapat digunakan antara lain

berbentuk segi empat, trapesium, setengah lingkaran atau kombinasi dar i bentuk-bentuk di atas. Saluran yang digunakan dapat terbuka dan tertutup, jenis tertutup diperuntukan bagi kawasan permukiman yang

relatif padat dan pertokoan, sedangkan sistem terbuka untuk kawasan

permukiman yang relatif rendah dan daerah pertanian. Si stem pengaliran

air drainase menggunakan sistem aliran atau gravitasi menuju sungai-

sungai terdekat. Jenis saluran drainase tertutup dapat difungsikan sebagai jalur pedestrian (trotoar).

Adapun untuk pengembangan jaringan drainase di wilayah perencanaan

adalah sebagai berikut: a. Saluran induk ditempatkan di sepanjang jalan kolektor b. Saluran sekunder ditempatkan di sepanjang jalan lokal.

  c. Sistem pembuangan air hujan harus dihubungkan dengan Badan

Penerima yang dapat menyalurkan atau menampung air buangan

sedemikian rupa sehingga maksud pengeringan dapat terpenuhi.

  d. Badan penerima dapat merupakan sungai, danau, kolam retensi atau sumur resapan yang mempunyai daya tampung cukup.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

  Pembangunan infrastruktur Pekerjaan Um um dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua- Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger- Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan- Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende- Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNPTanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

  Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

  Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN . Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); K epulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau Papua (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

  Keempat, diterpadukan dengan program pen gembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Tabel 3.5. Daftar 35 WPS

  Berkembang dan Hinterland Sabang-Banda Aceh-Langsa WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterland dan

  Sumber: Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019

  

Pulau Sumbawa

WPS Perbatasan Temajuk-Sebatik WPS Aksesibilitan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena WPS Pulau Kecil Terluar Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar)

  Labuan Bajo-Ende WPS Pertumbuhan Wisata dan Hinterland

  

Kupang-Atambua

WPS Pertumbuhan Baru Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap;

Mamuju-Mammasa-Toraja-Kendari WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata

  

Pulau Lombok

WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan

  Jayapura-Merauke WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Hinterland

  Pertumbuhan Wisata Denpasar-Padang Bay WPS Pusat Pertumbuhan Sedang

  Kelompok WPS WP S WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung

  Sibolga-Padang-Bengkulu; Yogyakarta-Prigi-Blitar- Malang; Banjarmasin- Batulicin-Palangkaraya; Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas; Gorontalo- Bolaang Mongondow; Palu-Banggai; Sorong-Manokwari; Manokwari-intuni WPS Konektivitas dan Pusat

  WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang

  WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi; Surabaya-Pasuruan- Banyuwangi

  Kemaritiman Batam-Bintan-Karimun; Jambi-Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang)

  Kemaritiman Ternate-Sofifi-Morotai; Ambon-Seram WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu

  Api-Api; Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru; Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang; Malang-Surabaya Bangkalan; Yogyakarta-Solo-Semarang; Balikpapan- Samarinda-Maloy; Manado-Bitung-Amurang; Makassar-Pare Pare- Mamuju WPS Pertumbuhan Terpadu

3.1.4. Arahan RPJM Kabupaten Ogan Ilir

A. Visi Pembangunan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010-2015

  Visi, Misi dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan

Ilir Tahun 2010- 2015 merupakan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah

Kabupaten Ogan Ilir yang terpilih melalui pemilukada tahun 2010 – 2015

yang telah ditetapkan menjadi Visi Dan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010-2015. Adapun Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2010 - 2015 tersebut adalah :

  “Terwujudnya Masyarakat Ogan Ilir yang Lebih Maju,

Mandiri dan Berkualitas menuju Sejahtera Berl andaskan

Iman, Taqwa, Moral dan Etika”

  Batasan pengertiannya adalah :

1) Kata Masyarakat Ogan Ilir, adalah sejumlah penduduk dalam arti luas

yang terikat oleh suatu tradisi sosial ekonomi dan budaya yang berdiam/bertempat tinggal dalam wilayah Kabupaten Ogan Ilir.

2) Kata Maju dan Mandiri , adalah Kondisi masyarakat yang lebih baik,

lebih meningkat dari tahun ke tahun, dan tercapainya Kemandirian